DEWANPERS
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Pengarah
Ketua: Prof. Dr. Bagir Manan, SH., MCL
Wakil Ketua: Bambang Harymurti
Anggota: Agus Sudibyo, Bekti Nugroho, Anak Bagus Gde Satria Naradha, Margiono,
Muhammad Ridlo Eisy, Zulfiani Lubis, Wina Armada Sukardi
Penyunting:
Wina Armada Sukardi
Sekretariat:
Kusmadi, Lumongga Sihombing, M. Furkon, Deritawati
Dewan Pers:
Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110.
Tel. (021) 3521488, 3504877,3504874-75, Fax. (021) 3452030
E-mail: dewanpers@cbn.net.id / pengaduan@dewanpers.org
Website: www.dewanpers.org / www.dewanpers.or.id
Daftar Isi
Daftar Isi
Pengantar Redaksi
v
Riwayat Hidup
85
iii
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
iv
Kata Pengantar Redaksi
PENERAPAN asas praduga tidak bersalah di dunia pers, sudah sejak lama menjadi
perhatian dan perdebatan, baik di kalangan hukum maupun di antara insan pers sendiri.
Meskipun begitu, sampai sekarang perdebatan tersebut belum mencapai suatu titik temu.
Perdebatan sudah mulai terjadi bagaimana pasal-pasal dalam konstitusi (Undang-undang
Dasar 1945) harus ditafsirkan dalam kaitannya dengan penerapan asas praduga tidak
bersalah dalam bidang pers. Perdebatan itu terus berlanjut sampai pada tataran tafsir
bagaimana peraturan perundang-undangan tentang asas praduga tidak bersalah harus
diterapkan di bidang pers, dan bahkan teknis pelaksanaannya dalam pemberitaan.
Ada yang berpendapat, asas praduga tidak bersalah dalam bidang pers berarti,
pers tidak boleh memberitakan identitas lengkap seseorang yang sedang dalam
proses hukum, mulai tingkat penyidikan di kepolisian sampai tingkat pemeriksaan di
pengadilan. Alasannya hal itu sesuai dengan pengertian asas praduga di bidang hukum,
yang berarti seseorang belum dapat dinyatakan bersalah selama belum ada keputusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Pendukung pendapat ini meyakini
bahwa selama belum ada keputusan hakim yang berkuatan tetap, selama itu pula pers
harus merahasiakan identitas tersangka, tertuduh atau terdakwanya.
Kalau pendapat ini yang diikuti, dapat dibayangkan berapa lama identitas seseorang
yang terlibat proses hukum baru dapat diungkapkan pers. Kenapa? Karena masih
menjadi perdebatan kapan sebenarnya adanya keputusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap itu? Apakah setelah vonis di tingkat Pengadilan Negeri (PN)
ataukah harus menunggu sampai keputusan Peninjauan Kembali (PK) sebagai keputusan
terakhir di lembaga peradilan? Kalau menunggu sampai keputusan PK, berarti pers
harus menunggu selama lima sampai sepuluh tahun baru dapat mengemukakan identitas
mereka yang terlibat dalam hukum. Betapa lamanya! Akibatnya masyarakatpun mungkin
sudah lupa kasusnya dan penyebutan identitas itupun sudah kehilangan konteksnya.
Sebaliknya kalau hanya menunggu pada tingkat PN, dari sudut hukum keputusan itu
belum memang belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Disini saja pendapat ini
v
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
vi
Kata Pengantar Redaksi
memberikan perspektif dari proses kerja pers untuk menghindari pelanggaran asas
praduga tidak bersalah.
Untuk perbaikan kualitas Jurnal Dewan Pers ke depan, baik penyajian teknis
maupun pemilihan subtansinya, saran dan kritik pembaca tentu saja sangat berharga
bagi kami.
Tabik!
vii
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
Pendahuluan
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
dinyatakan bersalah oleh hakim yang massa meliputi juga pers elektronika,
memeriksanya. yakni radio dan televisi.6
Untuk menjaga tidak terjadi Meskipun ada perbedaan yang
penghakiman oleh media massa, dulu mendasar dalam kegiatan sehari-
dalam Pasal 3 ayat (7) kode etik hari antara media cetak dan media
jurnalistik PWI menyebutkan: komunikasi elektronika, akan tetapi
Pemberitaan tentang jalannya dalam profesi mereka mempunyai
pemeriksaan perkara pidana di dalam kesamaan, sehingga mereka berpendapat,
sidang-sidang pengandilan harus dijiwai sebelum ada ketentuan lebih lanjut,
oleh prinsip praduga tak bersalah, seyogyanya mereka yang bergerak di
yaitu bahwa seseorang tersangka baru dalam komunikasi elektronika juga
dianggap bersalah telah melakukan memakai kode etik jurnalistik sebagai
sesuatu tindak pidana apabila ia telah landasan moral.7
dinyatakan terbukti bersalah dalam Ternyata di dalam praktek, terdapat
keputusan pengadilan yang telah beberapa penafsiran tentang asas
memiliki kekuatan tetap. praduga tak bersalah di dalam Kode
Yang disambung oleh ayat (8) yang Etik Jurnalistik tersebut, sehingga
berbunyi: terdapat beberapa pendapat dalam
Penyiaran nama secara lengkap, pemberitaan mereka.8
identitas dan gambar dari seorang Pendapat pertama ialah mereka yang
tersangka dilakukan dengan penuh tidak menyebutkan nama serta identitas
kebijaksanaan dan dihindarkan dalam atau gambar seorang tersangka. Mereka
perkara-perkara yang menyangkut hanya menuliskan inisial tersangka.
kesusilaan atau menyangkut anak-anak Pendapat kedua mengatakan bahwa
yang belum dewasa. Pemberitaan harus asas tersebut berlaku bagi perkara
selalu berimbang antara tuduhan dan yang sedang disidangkan di depan
pembelaan dan dihindarkan terjadinya pengadilan, sehingga sebelum sampai
trial by the press ke depan pengadilan asas tersebut
Perlu ditegaskan bahwa di dalam
uraian ini digunakan istilah media Prof. Oemar Seno Adji, SH, Mass Media dan Hukum,
6.
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
tentunya asas praduga tak bersalah mereka yang mentaati asas tersebut
adalah hak bagi setiap tersangka dan khusus terhadap kasus yang dianggap
harus ditaati bagi siapapun juga. Dengan biasa. Mereka tidak menyebutkan
kata lain, setiap warga masyarakat identitas tersangka secara lengkap,
mentaati asa praduga tak bersalah ini. cukup hanya inisialnya saja. Mereka
Sehingga meskipun bagi seorang yang juga tidak memuat gambarnya akan
tertangkap tangan telah melakukan tetapi terhadap kasus yang mendapat
tindak pidana, baginya seyogyanya perhatian masyarakat luas, identitas
masih diberikan hak untuk melakukan atau gambar tersangka dimuatnya
pembelaan hukumnya. Jalan untuk secara lengkap.
membela secara yuridis tersebut adalah Kelompok kedua yang memutuskan
diterapkannya asas praduga tak bersalah identitas serta gambar seorang tersangka/
itu. Kesempatan untuk melakukan terdakwa secara lengkap terdapat kriteria
pembelaan dalam hukum itulah yang tertentu. Terdapat pendapat di kalangan
merupakan hak terdakwa dalam kaitan media massa yang merasa tidak perlu
asas praduga tak bersalah ini. lagi melindungi identitas tersangka/
terdakwa, karena dianggap perbuatan
Pemberitaan Media Massa yang dilakukan tersangka/terdakwa
demikian kejam dan tercela melebihi
Meskipun asas praduga tak bersalah batas-batas kemanusiaan. Bagi mereka
telah dicantumkan di dalam Kode perbuatan korupsi terhadap uang rakyat
Etik Jurnalistik, terdapat beberapa lebih kejam dari pada korupsi terhadap
penafsiran sehingga menyebabkan harta negara. Sehingga bagi koruptor
beberapa variasi dalam pemberitaan, uang rakyat tidak perlu lagi dilindungi
khususnya yang berkenaan dengan identitasnya.
perkara pidana. Menurut R.H Siregar11 Ada pula media massa dalam
pemberitaan media massa yang menyebutkan secara lengkap identitas
berkenaan dengan asas praduga tak tersangka/terdakwa tanpa melihat
bersalah, kelompok pertama adalah kasusnya, tetapi melihat pelakunya.
Apabila pelakunya adalah seorang
11.
R.H. Siregar, Beberapa Catatan KODE ETIK
JURNALISTIK PWI DAN AZAS PRADUGA TAK public figur dianggap tidak perlu lagi
BERSALAH, makalah yang diajukan pada Diskusi menyebutkan identitas dengan inisial,
Azas Praduga Tak Bersalah dan Trial By The Press,
di Hotel Hyatt Aryaduta, Jakarta tanggal 25 Maret tetapi akan ditulisnya secara lengkap,
1989.
dengan argumentasi bahwa public
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
10
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
11
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
jalannya proses peradilan. Hal dengan trial by the press selalu menjadi
demikianlah yang dianggap sebagai hal yang dapat didiskusikan. Di satu
contempt of court. Ini terbukti dalam pihak kebasan pers merupakan mahkota
kasus Irvin v. Dowd, karena ternyata yang harus dijunjung tinggi, di lain
8 dari 12 anggota juri percaya atas pihak suatu peradilan tidak boleh
kesalahan Irvin setelah membaca dilakukan kecuali oleh kekuasaan
pemberitaan yang sensasional tentang yang telah ditentukan dalam konstitusi,
perkara tersebut.30 yaitu badan peradilan yang telah
Sebagai kesimpulan sejauhmana ditentukan dalam perundang-undangan.
pers melakukan pemberitaan yang Dalam ketentuan media massa tidak
bersifat menghakimi, semenjak mempunyai hak untuk melakukan
kasus Nebraska Press Association v. peradilan.
Stuart Supreme Court Amerika Serikat
menyetujui tentang perintah langsung Fungsi Media Massa
untuk membatasi publikasi. Meskipun
di Amerika Serikat telah dikenal Banyak pendapat menguraikan
sedemikian rupa tentang kebebasan fungsi pers. Di dalam TAP MPR
pers mereka.31 No.II/MPR/1988, fungsi pers dapat
Dalam melakukan antisipasi disimpulkan: penyebaran informasi
terhadap trial by the press Persatuan yang obyektif; melakukan kontrol sosial
Wartawan Indonesia pada tahun 1977 yang konstruktif; menyalurkan aspirasi
telah mengadakan suatu Karya Latihan rakyat dan meluaskan komunikasi dan
Wartawan dimana dikatakan bahwa partisipasi masyarakat. Oleh Oemar
untuk menghindari trial by the press Seno Adji pers juga dianggap sebagai
wartawan hendaknya mempunyai sikap kritik dan koreksi; barometer; petunjuk
yang seimbang antara hukum dan dan sebagai kontrol.
sikapnya terhadap tersangka. Mendidik merupakan salah satu
Untuk menjaga jangan sampai fungsi yang dapat disimpulkan baik dari
terjadi trial by the press para jurnalis di dalam perundang-undangan maupun
Indonesia sepakat untuk menggunakan
asas praduga tak bersalah sebagai 30.
Craig v. Harney, dikutip dari Journal of Criminal
kesepakatan profesinya dalam suatu Justice, Pergamon Press, 1982, Vo. No. 5 hal. 344.
31.
Dubnoff C., Pretrial Publicity And Due Process In
pemberitaan. Criinal Proceeding, Journal Of Criminal Justice,
Pergamon Perss,1977, Vo. 5 No. 2 Hal. 97.
Dilema antara kebebasan pers
12
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
13
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
pencurian yang terjadi di daerah yang diduga telah melakukan suatu tindak
diberitakan belum tentu seimbang. pidana. Terlebih lagi dengan dituduhkan
Belum didapat angka yang pasti terhadap seseorang.32
sejauh mana pembaca di Indonesia
mengetahui perbedaan seorang Kesimpulan
baru disangka, baru didakwa serta
baru dalam pemeriksaan di sidang Asas praduga tak bersalah
pengadilan. Sebagai contoh, ditempatkan di Kode Etik Jurnalistik
umpamanya pemberitaan telah dengan harapan agar media massa dalam
ditemukan adanya seseorang atau pemberiaan tidak terjebak dalam trial
suatu perusahaan telah melakukan by the press, yaitu pemberitaan yang
impor/ekspor fiktif, ditambah dengan menjurus menghakimi merupakan
ekspose yang sedemikian rupa dari pelanggaran suatu peradilan yang
wartawan yang meliput berita tersebut, adil. Pemberitaan yang cenderung
belum menunjukkan dalam taraf mana memberikan opini terhadap bersalahnya
orang atau perusahaan itu berada dalam seorang tersangka, disamping telah
sistem peradilan pidana. Bahkan belum melanggar asas utama dari suatu negara
diketahui apakah memang telah terjadi hukum, yakni kebebasan kehakiman,
suatu tindak pidana. Sehingga perlu juga merupakan pelanggaran hak asasi
dipertanyakan sejak kapan orang atau seseorang, yakni mengurangi hak untuk
perusahaan itu sudah mempunyai hak membela diri secara yuridis. Ternyata
untuk melakukan hak yuridisnya untuk dengan tercantumnya asas praduga tak
membela diri. bersalah dalam Kode Etik Jurnalistik,
Dengan pengetahuan hukum yang telah membawa dilema dalam
kurang dari suatu masyarakat, terutama pemberitaan karena telah menimbulkan
pengetahuan tentang proses peradilan, beberapa pendapat dalam memberitakan
tentunya dengan mudah pembaca berita peristiwa, khususnya yang menyangkut
serta merta mengikuti alur opini yang peristiwa tindak pidana. Pendapat yang
diutarakan oleh medi massa. berkembang tentang asas praduga tak
Oleh karenanya dalam suatu bersalah justru jauh dari latar belakang
pemberitaan fakta, seyogyanya seketika dicantumkannya asas tersebut.
itu pula disampaikan informasi tentang
sejauh mana proses peradilan sedang 32.
Prof. Oemar Seno Adji, SH., Loc Cit, KUHAP
sekarang, hal 89.
dilakukan terhadap seseorang yang
14
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
15
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anthony Lewis dalam bukunya Make No Law, The Sullivan Case And Firt
Amandement, Random Hause, New York,1981.
Astrid Suanto, Komunikasi Kontemporer, Bina Cipta, Bandung 1977.
Craig v. Harney, dikutip dari Journal of Criminal Justice, Pergamon Press,
1982, Vo. No.5.
David M.O.Brien, Storm Center, The Supreme Bourt in America Politics,
W.W.Norton & Company, New York- London, 1986.
Dubnoff C., Pretrial Publicity and Due Process in Criminal Proceedings,
Journal of Criminal Justice, Pergamon Perss, 1977 Vo. No. 2.
Djafar H. Assegaff, Dengan Kode Etik Jurnalistik Kita Tegakkan Martabat
Wartawan, Jakarta, 1989.
Hasyim Nangcik, Arti dan Konsep Kebebasan Pers Dalam Persuratkabaran
Dalam Era Informasi, Sinar Harapan, Jakarta, 1989.
Hazard, Leland, Law And Changing Environment, The History And Process
of Law, Holden Day, San Francisco, 1971
Jerold H. Israel & Wayner R. LaFave, CRIMINAL PROCEDURE, Constituonal
Limitations, West Publishing Company, 1993
Kadaroesman, Undang-undang Pidana dan Pers, C.V.Jawa Timur,
Surabaya.
Marbangun Hardjowiroga, Drs. Kebebasan Penerangan, Landasan Operasi
Media Massa, Djambatan , Jakarta, 1982.
Oemar Seno Adji, SH, KUHAP Sekarang, Erlangga, Jakarta, 1985.
, Mass Media dan Hukum, Erlangga, Jakarta, 1977.
, Pers: Aspek-aspek Hukum, Erlangga, Jakarta, 1977.
, Perkembangan Delik Pers di Indonesia, Erlangga ,
Jakarta 1990
PWI, Keputusan-keputusan Konggres XIX Persatuan Wartawan Indonesia di
Bandar Lampung, 2-5 Desember 1993.
Rachmadi F. Perbandingan, Sistem Pers, Analisis Deskriftif Sistem Pers di
berbagai Negara, PT Gramedia, Jakarta. 1990.
Roger Fisher, Constitusional Right Of Freedom of Speech, Tals On America
16
Asas Praduga Tak Bersalah di dalam Pemberitaan oleh Media Massa
Makalah
Oemar Seno Adji, SH., Wartawan-Pers, Makalah dalam semiar Azas Praduga
Tak Bersalah dan Trial By The Press Dalam Kode Etik Jurnalistik, Hotel Hyatt,
Aryaduta, Jakara, 25 Maret 1989.
Padmo Wahyono, Prof, SH., Kekuasaan kehakiman yang Merdeka dan Pers
yang Bebas, Makalah yang diajukan dalam seminar Asas Praduga Tak Bersalah
dan Trial By The Press, Hotel Aryaduta, Jakarta, 25 maret 1989.
Siregar R.H. Beberapa catatan KODE ETIK JURNALISTIK PWI AZAS
PRADUGA TAK BERSALAH, makalah yang diajukan pada seminar Diskusi Azas
Praduga Tak Bersalah dan Trial By The Press, di Hotel Hyatt Aryaduta, Jakarta
tanggal 25 Maret 1989
Tasrief, S., Masalah Kebebasan Pers di Indonesia, Makalah yang disajikan
dalam diskusi dengan tema yang sama di Hotel Hyatt Aryaduta, Jakarta tanggal
11 Maret 1981. * * *
17
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
18
Menghindari Tuduhan Pelanggaran Asas Praduga Tidak Bersalah
Pengertian Pers
19
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
20
Menghindari Tuduhan Pelanggaran Asas Praduga Tidak Bersalah
21
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
cap, stempel atau lebel keburukan boleh mengetahuinya. Dalam hal ini,
orang, dalam pers dapat menjadikan pers merupakan mata dan telinga
pers dituduh melakukan pelanggaran masyarakat yang tidak sempat datang
terhadap asas praduga tidak bersalah. ke pengadilan. Dengan demikian, pers
Penyebutan seseorang tolol, gila, bebas mewartakan siapa terdakwanya
tukang tilep, Sang pembohong, pembual, lengkap dengan indentitasnya, termasuk
berhati serigala bejad dan sebagainya fotonya.
merupakan pemakian kata-kata yang Sepanjang tidak ditentukan
dapat dutuduh menjadi penyebab pers lain, tiada larangan bagi pers untuk
melakukan pelanggaran terhadap asas mengemukakan identitas terdakwa yang
praduga tidak bersalah. Pelanggaran diadli. Pemberitaan yang mencatumkan
semacam ini tidak perlu dikaitkan identitas lengkap seorang yang sedang
apakah terjadi sebelum atau sesudah diadili dalam pengadilan yang bersifat
ada proses hukum. terbukan untuk umum sama sekali
Kendati demikian, dalam pers tidak melanggar asas praduga tidak
penerapan asas praduga tidak bersalah bersalah. Begitu pula kalau orang yang
sama sekali tidak mengurangi pers menjadi tersangka masih diproses
untuk mngemukakan fakta. Selama di kepolisian atau kejaksaan, pers
ada faktanya, pada prinsipnya pers boleh memberitakan dengan menyebut
tetap boleh mengemukakan fakta, identitas mereka, termasuk menyebut
kecuali yang jelas-jelas dinyatakan nama dan fotonya sekalipun. Adapun
dilarang dalam dalam Kode Etik yang tidak diperbolehkan, jika pers
Jurnalistik (KEJ). Apakah fakta yang selain mengemukakan fakta juga
terjadi masih dalam proses hukum atau memberikan penghakiman bersalah
tidak, hal tersebut tidak menjadi bahan atau tidak bersalah terhadap tersangka
pembeda bagi pers dalam menerapkan yang diberitakan.
asas praduga tidak bersalah. Kalau Pers tidak memiliki kewenangan
pengadilan bersifat terbuka untuk umum, untuk menyatakan seseorang bersalah
artinya siapapun boleh mengetahui atau tidak bersalah. Hanya pengadilan
apa yang sebenarnya terjadi dalam yang terbuka, demokratis dan adil
proses peradilan itu: bagaimana majelis saja yang berwenang memutuskan
hakim memimpin sidang, bagaimana perkara apakah seseorang bersalah
sikap jaksa dan pembala, termasuk atau tidak bersalah. Tetapi hal tersebut
siapa terdakwanya, rakyat atau publik tidak membatasi pers untuk tetap
22
Menghindari Tuduhan Pelanggaran Asas Praduga Tidak Bersalah
mengemukakan fakta apa yang terjadi orang kebanyakan. Misalnya tidak bisa
di lingkungan pengadilan. Pembeberan hanya dengan menyebut nama samaran
fakta yang terjadi di dalam proses tetapi memperjelas dimana dia tinggal
hukum, seperti juga semua bidang secara rinci dan siapa nama orang
lainnya, tidaklah melanggar asas tuanya, sebab hal ini dapat dengan
praduga tidak bersalah. mudah mengiring masyarakat untuk
Jadi, apakah pers melanggar tetap dapat mengenali identitas nama
asas praduga tidak bersalah, kunci tersebut.
utamanya apakah pers melakukan Tujuan dari penghilangan atau
penghakiman atau tidak. Dalam hal pers menyamarkan nama anak ini untuk
tidak melakukan penghakiman dalam menjaga masa depan anak yang masih
beritanya maka pers tersebut tidak dapat panjang. Penyebutan identitas mereka
dikatagorikan melakukan pelanggaran dikhawatirkan dapat merusak kejiwaan
asas praduga tidak bersalah, tidak anak tersebut sehinga anak yang
peduli apakah berita itu dalam proses dimaksud tidak dapat menjemput masa
hukum atau tidak. Sebaliknya, jika depannya dengan baik. Masa depan
pers melakukan penghakiman dalam anak yang terlibat kejahatan atau korban
beritanya maka pers tersebut jelas kesusilaan yang diberitakan dengan
masuk dalam katagori melakukan identitas secara lengkap dikhawatirkan
pelangaran asas praduga tidak bersalah, akan rusak. Perlindungan terhadap
tidak peduli di luar atau di dalam proses masa depan anak menjadi tujuan dari
peradilan. penyamaran atau penghilangan identitas
Etika jurnalistik di Indonesia, anak-anak, tanpa menghilangkan hak
sebagaimana juga berlaku secara pers memberitakan kasusnya sendiri.
universal, tidak memperboleh identitas Maka daripada anak tersebut beresiko
anak-anak disebutkan dengan jelas, menghadapi masa depan yang suram,
baik anak tersebut sebagai pelaku secara etikal tidak diperbolehkan
kejahatan atau pun korban kesusilaan. mengemukakan identitas mereka dalam
Oleh karena itu jika menyangkut anak- permberitaan semacam ini.
anak yang menjadi pelaku kejahatan Dalam kasus kesusilaan, etika
maupun korban kesusilaan identitasnya jurnalistik juga menegaskan korban
harus dihilangkan atau disamarkan. kesusilaan, seperti korban perkosaan,
Penyamaran ini harus sedemikian rupa identitasnya tidak boleh diberitakan.
sehingga tidak mudah terlacak oleh Hal ini karena berkaitan dengan tata
23
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
24
Menghindari Tuduhan Pelanggaran Asas Praduga Tidak Bersalah
25
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
ada ruang bagi narasumber tersebut disebut dengan terlalu jelas dan karena
mengelak bahwa bahan berita berasal itu semua tanggung jawab hukum
darinya. Kalau pers salah menafsirkan, juga tetap berada pada pers yang
hal ini dapat menimbulkan kesan memberitakannya. Narasumber yang
semua yang berasal dari narasumber terkait disini haruslah dibebaskan
ini sepenuhnya tanggung jawab si dari segala tanggung jawab hukum.
narasumber, sehingga jika muncul Untuk itu agar pers tidak diduga
masalah hukum pers melemparkan melakukan pelanggaran asas
kebenarannya kepada sumber itu. praduga tidak berasalah, khusus jika
Sesungguhnya tidak demikian. menyangkut orang, pers harus benar-
Not for artribution ada benar melakukan cross cek dan
kemiripannya dengan background pengujian seluruh bahan yang diberikan
informtion. Pada background narasumber sebelum diberitakan.
information pers boleh memakai
bahan-bahan yang diberikan oleh Kejelasan Kutipan
narasumber untuk dikembangkan sendiri
oleh pers, tetapi tidak boleh menyebut Bagi wartawan kutipan narasumber
indnetitas narasumber dan seakan- sering kali menimbulkan masalah
akan bahan-bahan itu diperoleh sendiri yang dapat berbuntut pada tuduhan
oleh pers yang bersangkuta. Pada not pelanggaran asas praduga tidak
for artribution lebih longgar sedikit, bersalah. Hal ini terjadi karena banyak
bahan yang diberitakan pers berasal sebab, misalnya, ketidakakurat kutipan.
dari narasumber yang tidak mau disebut Begitu juga terkadang kutipan diletakan
identitasnya tetapi untuk kepentingan pada konteks yang tidak tepat atau
kredibilitas pers dapat disinggung bahkan di luar kontek. Keinginan
atribut narasumber. Seringkali untuk memperindah kutipan pun, pada
pers terlalu banyak melukiskan siapa akhirnya terkadang justeru menjebak
narasumber ini sehingga dengan begitu wartawan memberikan berita yang multi
pers menilai dapat lepas dari tanggung tafsir. Untuk menghindari kesalahan
jawab terhadap bahan berita dari dalam penyajian kutipan dari sumber
sumber ini. sebaiknya diperhatikan, antara lain
Baik untuk pemakaian not for sebagai berikut.
atribution maupun on backgroud Kutipan jangan diperbagus.
informasition narasumber tidak boleh Biasanya demi keindahan dan rasa
26
Menghindari Tuduhan Pelanggaran Asas Praduga Tidak Bersalah
27
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
28
Menghindari Tuduhan Pelanggaran Asas Praduga Tidak Bersalah
29
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
menilai kredibilits dan konteks berita dengan berita yang salah, kecuali para
yang disajikan. Ketidakjelas proses pihak menyetujui bentuk lainnya.
peliputan ini memungkinkan pers Kejelasan terhadap adanya kesalahan
terkena tuduhan melakukan pelanggaran dan kemudian diikuti dengan perbaikan
terhadap asas praduga tidak bersalah. atau permintaan maaf dapat membuat
Maka bagaimana sebuah peliputan pers terhindar dari tuduhan melakukan
berlangsung juga harus dibuka kepada asas praduga tidak bersalah. Sebaliknya
publik oleh pers yang bersangkutan. arogansi pers yang tidak mau
mengakui adanya kesalahan secara
Kejelasan Perbaikan gamblang atau memberikan pengakuan
setengah hati terhadap kesalahan
Pers bukanlah lembaga yang dibuatnya serta diikuti dengan
kemalaikatan yang tanpa kesalahan. perbaikan yang tidak jujur, (dapat
Betapapun sudah berupaya sekuat dengan menggunakan eufinismisme),
tenaga, kemungkinan untuk terjadinya dapat menjerumuskan pers dituduh
kekeliruan yang dibuat pers tetap besar. melakukan pelanggaran terhadap asas
Oleh sebab itu, pers yang baik bukanlah praduga tidak bersalah.
pers yang tidak pernah melakukakn Untuk itu pers harus terbuka
kesalahan, tetapi pers yang baik adalah terhadap setiap pengaduan yang
pers yang ketika membuat kesalahan muncul. Pers tidak boleh meremehkan
pemberitaan langsung menyadari dan pengaduan atau keberatan yang muncul
memperbaikinya bahkan bila perlu dari manapun datangnya. Pengaduan
dengan permintaan maaf. Kejelasan atau keberatan semacam ini harus
mengakui adanya kesalahan dapat ditangani dengan terbuka, ditampung
menghindari pers dari tuduhan dan dilakukan corss cek secepatnya.
melakukan pelanggaran asas praduga Apabila pengaduan atau keberatan
tidak berlasah. itu mengandung kebenaran, haruslah
Pengakuan terhadap kesalahan tidak ditangani dengan fair. Sebaliknya
boleh dilakukan dengan setengah hati. jika tidak terbukti ada kesalahan yang
Demikian pula perbaikan atas kesalahan dibuat pers, setidaknya pengaduan itu
haruslah mencerminkan kehendak utuk dapat menghindari pers dari kesalahan
memperbaiki setulusnya. Sepenuh hati. melakukan pelanggaran terhadap asas
Pada prinsipnya, perbaikan kesalahan praduga tidak bersalah dikemudian
harus dilakukan sama menonjolnya hari serta memberikan keyakinan pers
30
Menghindari Tuduhan Pelanggaran Asas Praduga Tidak Bersalah
31
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
32
Makna Asas Praduga Tidak Bersalah dan Pemakaiannya dalam Praktek Pers
Pengantar
33
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
pemaknaan asas praduga tak bersalah Pidana (formiel) atau bidang Hukum
dalam pelaksanaan fungsi pers. Dalam Pers, tetapi justru menjadi acuan
hal ini, penulis memang bersengaja pembentukan dan penerapan hal itu.
untuk mengintrodusir pandangan Katakanlah benar Pasal 14 paragraf
Hukum Pidana agar diterima dan 2 Konvenan Internasional Tentang Hak
digunakan dalam kehidupan pers pula, Sipil dan Politik (1966) memuat
terkait asas ini. asas ini, dengan secara ekspilisit
menyatakan bahwa, everyone charged
Asas Praduga Tidak Bersalah with criminal offence shall have the
right to presumed innocence until
Selalu menjadi keyakinan proved guilty according to law,
akademik penulis, bahwa asas menunjukkan universalitas dari asas
(principles) hukum adalah salah suatu ini, tetapi keberlakuannya di Indonesia
hal yang menjadi pedoman dalam harus diletakkan dalam kerangka aturan
kehidupan hukum, yang menurut hukum (nasional) tersendiri, seperti
Dworkin sebagai legal standard (Lihat dalam UU Kekuasaan Kehakiman dan
Dworkin dalam Taking Right Seriously, KUHAP, sehingga potensi terjadinya
1976), selain aturan (rules) dan perbedaan dengan sistem hukum
kebijakan (policies) hukum. Asas lain, tidak dapat dihindari. Misalnya,
hukum yang bersifat universal, tidak ketika terjadi perbedaan pada tingkatan
terikat pada dimensi ruang dan waktu, pengadilan yang mana seseorang
yang tidak mempunyai daya berlaku melulu dipandang tidak bersalah,
langsung, tetapi menjadi paradigma, apakah berakhir ketika telah ada
latar belakang pemikiran, dan gagasan putusan pengadilan ataukah sampai
yang diamanatkan di dalam atau di dengan putusan pengadilan tersebut
belakang suatu aturan hukum, yang berkekuatan hukum tetap. Oleh karena
menjadi dasar kelahiran dan sekaligus itu, yang terpenting sebenarnya adalah
sebagai batu uji apakah pelaksanaan ejawantah asas ini dalam keseluruhan
aturan hukum itu, telah berlangsung bangunan sistem hukum itu.
sebagaimana mestinya. Asas praduga Penggunaan asas praduga tidak
tidak bersalah karenanya bukan kata- bersalah (presumption of innocence)
kata indah yang harus secara eksplisit dalam hukum pidana karenanya
berada dalam aturan perundang- merupakan konsep pemikiran untuk
undangan, baik dalam bidang Hukum mendesain dan mengimplementasikan
34
Makna Asas Praduga Tidak Bersalah dan Pemakaiannya dalam Praktek Pers
hukum dengan pangkal tolak anggapan, terhindar dari degradasi sosial sebagai
seperti yang dikemukakan Friedmann, pelaku kejahatan, kecuali kemudian
bahwa pengadilanlah tempat jika pengadilan menyatakan demikian.
memisahkan orang bersalah dari yang Misalnya dengan memberikan predikat
tidak bersalah(lihat Friedmann dalam baginya sesuai dengan tingkat-tingkat
American Law; An Introduction, 1984). pemeriksaan, seperti menyebutnya
Sebelum pengadilan menyatakan sebagai terduga, tersangka atau
demikian, seluruh proses (pengurangan terdakwa dari suatu tindak pidana,
dan pembatasan kebebasan asasi) dan yang kesemuanya diabdikan sebagai
prosedur (perlindungan kebebasan asasi) bentuk penghormatan terhadap hak-hak
dalam hukum pidana didedikasikan individual dan kebebasannya. Sesuai
untuk mengambil jarak sejauh sejarahnya, memang asas ini lahir di abad
mungkin dengan anggapan bahwa XI, yang mulanya menjadi prasyarat
seseorang telah bersalah kecuali dapat utama penyelenggaraan criminal justice
dibuktikan sebaliknya (presumption of system dalam lingkungan keluarga
guilty). Tujuan dari proses pemeriksaan common law, yang bersumber pada
di pengadilan adalah untuk melindungi ideologi indivialistik-liberalistik.
orang yang tidak bersalah dari vonis Sebagai implementasinya proses
atau putusan secara tidak adil (Mien pidana yang dilakukan penegak hukum
Rukmini, Pelindungan Ham melalui ditandai oleh sejumlah instrumen
Asas Praduga Tidak Bersalah da yang dibangun untuk memastikan
Asas Persamaan Kedudukan Dalam subyek pemeriksaan tersebut dapat
Hukum Pada Sistem Peradilan Pidana menggunakan hak-hak hukum tertentu
Indonesia, 2003). yang dimilikinya, sehingga menjaga
Dari sisi hak hegara untuk yang bersangkutan tetap layaknya
melakukan penegakan hukum, maka orang tidak bersalah, sampai dengan
pelaksanaan acara pidana, seperti pengadilan membuktikan sebaliknya.
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan Hak-hak terpenting berkenaan hal ini,
di muka sidang pengadilan, berangkat baik dengan mencantumkannya dalam
dari upaya untuk menjamin bahwa aturan hukum atau hanya menjadi
proses hukum dapat berlangsung bagian dari pelaksanaan fair trial,
secara wajar (due process of law), antara lain adalah sebagai berikut:
dengan memberikan seluas-luasnya 1. hak untuk diberitahukan jenis
kemungkinan bagi seseorang untuk kejahatan yang disangkakan/
35
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
36
Makna Asas Praduga Tidak Bersalah dan Pemakaiannya dalam Praktek Pers
37
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
38
Makna Asas Praduga Tidak Bersalah dan Pemakaiannya dalam Praktek Pers
pers berarti pers keluar dari hakekat pers harus mengemas informasi
fungsinya, sebagai pilar demokrasi, yang disalurkannya dari dan kepada
dengan menggiring sebuah opini masyarakat (narasumber), sehingga
publik terhadap kesalahan seseorang, terhadap tuduhan yang berkaitan
sementara pengadilan belum atau dengan status hukum tertentu
menyatakan sebaliknya. Peradilan bersifat praduga (prejudice) dan
oleh pers menjadi berbahaya ketika tidak menggambarkannya sebagai
publik belum dewasa dalam memaknai judgment atau presumption of guilty
berita. Manusia pada hakikatnya adalah atas hal itu. Oleh karena itu, penting
mahluk yang memiliki kehormatan, bagi pers memahami nomenklatuur
dan untuk itulah maka ketika publik yuridis yang berkonotasi demikian,
tidak menghargai hak seseorang maka seperti: disangka, didakwa,
jatuhlah harkat dan martabat orang dituntut, digugat, diperkarakan,
tersebut di mata masyarakat. Untuk itu, diselidiki, disidik, dituduh,
hukum menjaga martabat dan nama baik diduga keras, berdasarkan bukti
seseorang. Ketika seseorang bersalah permulaan, atas bukti yang cukup,
pada hakikatnya kesalahan tidak dapat dan lain sebagainya. Diabaikannya
dijatuhkan oleh siapapun termasuk oleh ketentuan ini, menyebabkan hak pers
pers itu sendiri, melainkan oleh sebuah untuk tidak dituntut berdasarkan Pasal
proses peradilan yang jujur dan adil, 310 ayat (3) KUHP karena menjalankan
sekalipun mungkin pers tahu lebih pelayanan kepentingan umum tidak
banyak dari pengadilan sekalipun. dapat digunakan (Pasal 6 huruf d UU
Kedua, asas praduga tak bersalah Pers). Pers dituntut lebih sadar hukum
dimaknai dalam praktek pers sebagai daripada narasumbernya, sehingga
kesadaran bahwa playing judgment tidak dapat begitu saja menyalin
adalah penodaan nilai-nilai demokrasi perkataan nara sumber, sepanjang hal
yang menjunjung tinggi kebebasan, itu berdasarkan hasil cek, ricek dan
sampai dengan tuntasnya pemastian kroscek menyatakan sebaliknya.
bahwa dirinya memang bersalah UU Pers bukan lex specialis
melakukan tindak pidana. Pasal 5 dari KUHP, baik spesialitas logis
ayat (1) UU Pers, mewajibkan pers maupun spesialitas sistematis, karena
memperhatikan asas praduga tidak dalam UU Pers tidak mengatur secara
bersalah dalam memberitakan peristiwa khusus tentang pencemaran nama baik
dan opini. Ketentuan ini menyebabkan oleh pers. Sekalipun demikian dalam
39
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
40
Makna Asas Praduga Tidak Bersalah dan Pemakaiannya dalam Praktek Pers
41
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
penafsiran tersebut selalu bergeser, fakta yang harus dibuktikan dan fakta
yang tidak jarang menyebabkan yang membuktikan. Sisanya, fakta tidak
tafsiran yang sampai saat itu berlaku hukum, yang justru terkadang oleh opini
dalam kehidupan masyarakat, menjadi publik di blow-up untuk kepentingan
goncang dan diragukan. Persoalannya tertentu. Padahal bagi hukum hal itu
bukan terletak pada adanya penafsiran- tidak mempunyai arti dan nilai sama
penasiran baru, tetapi justru terciptanya sekali. Paradigma bad news is good
penafsiran baru tersebut terjadi secara news dan good news is bad news
tidak bebas nilai, tetapi dikonstruksi dalam praktek pers, jangan sampai
sedemikian rupa sehingga mewadahi menyebabkan pers membelakangi asas
kepentingan tertentu dalam masyarakat. praduga tak bersalah.
Pers mempunya kewajiban, untuk Kebenaran hukum ditemukan
mendorong penafsiran atas suatu melalui metodologi tertentu,
peristiwa berada pada keadaan yang yang sebenarnya diformulasi oleh
demikian itu. pengalaman historis masyarakat
Kebenaran publik tidak selalu dan tersebut itu sendiri. Masyarakat akan
tidak harus sama dengan kebenaran sulit menemukan penyangkalan yang
hukum. Seperti dikatakan Fletcher, etis terhadap penemuan kebenaran oleh
kadang keadilan tidak harus sejalan representasi mereka sendiri. Dalam hal
dengan legalitas hukum (George P. ini, kepercayaan masyarakat mestinya
Fletcher, Basic Concept of Criminal Law, merupakan kepercayaan yang tidak
1998). Pers boleh jadi mengemukakan hanya dibangun dari opini awam, tetapi
keadilan, tetapi belum tentu hal itu harus pula mempercayakan visi para
dipandang demikian dari segi legalitas profesional yang memang sehari-hari
hukum. Hal ini dapat terjadi mengingat, bergelut dalam bidang tersebut.
dalam hukum tidak semua fakta Untuk menemukan penafsiran
mempunyai signifikasi yang relevan. sebenarnya atas peristiwa-peristiwa
Hukum mengadakan kategorisasi tersebut, diperlukan keterlibatan
terhadap fakta yang ada, sedemikian berbagai instrumen bermasyarakat
rupa sehingga tidak semua fakta bernilai yang mempunyai kompetensi (kualitas)
dalam hukum, karena hukum memang yang memang diakui bukan saja oleh
mempunyai tabiat diskresi terhadap masyarakat itu sendiri, melainkan
fakta-fakta yang dihadapinya. Dalam diakui juga oleh masyarakat lainnya.
hukum ada yang dinamakan fakta issu, Ketika substansi, prosesual dan aparatur
42
Makna Asas Praduga Tidak Bersalah dan Pemakaiannya dalam Praktek Pers
hukum cukup berwibawa, maka ada padanya. Dan ternyata manusia dan
persoalan menjadi sangat sederhana, kekuasaan adalah suatu kombinasi yang
tetapi sebaliknya kompleksitasnya dapat menimbulkan bahaya.
meninggi, bahkan tidak jarang menjadi Namun demikian, masyarakat
ruwet, ketika representasi masyarakat terpaksa menyandarkan diri pada
yang diformulasi dari pengalaman keadaan yang berbahaya itu. Masyarakat
historis itu, menjadi tidak berwibawa tidak mempunyai pilihan lain kecuali
dan karenanya tidak dipercaya. mempercayai bayangannya sendiri.
Hukum yang berlaku sehari-hari Dan kembali lagi, terhadap suatu
kerapkali menimbulkan perasaan- peristiwa yang oleh opini publik
perasaan yang saling bertentangan. dikategorikan sebagai kekeliruan,
Disatu pihak, hukum dihargai orang sebenarnya hal ini merupakan
karena denganyalah dimungkinkan penangkapan panca indera yang
adanya kehidupan bermasyarakat, dilandasi kepentingan-kepentingan
bahkan dalam banyak hal hukum tertentu. Hal itu paling banter dapat
pulalah yang meningkatkan kwalitas dipandang sebagai pengalaman
hidup masyarakat, tetapi di lain pihak, kelompok yang berkepentingan,
oleh karena hukum itu adalah karya tetapi bukan merupakan suatu fakta.
manusia, maka sama halnya dengan Menemukan suatu fakta, apalagi fakta
karya manusia lainnya, mungkin terjadi hukum, memerlukan pengujian yang
adanya hukum yang salah. Menurut dilandasi tidak hanya pengalaman
Roeslan Saleh, dikatakan orang, sepihak, tetapi pengalaman yang telah
sebagai hukum hal itu tidaklah salah, dikonsensuskan. Hukum sebagai
tetapi salah digunakan oleh manusia konsensus mestinya diberi kesempatan
(Roeslan Saleh, Reorientasi Hukum untuk berimprovisasi sedemikian
Pidana, 1996). Sebabnya adalah rupa sehingga fakta bernilai hukum
karena hukum itu dilaksanakan oleh ditemukan, dan dioperalih menjadi
manusia, dan pada diri manusia yang fakta sebenarnya.
menggunakannya dalam kehidupan Pers seharusnya menjadi alternatif
bermasyarakat, terdapat apa yang lembaga yang menjadikan sasaran
dinamakan kekuasaan. Pada saat- tugasnya adalah meingkatkanya
saat tertentu, jika manusia yang kesadaran hukum masyarakat dan
menggunakan hukum tersebut merasa penghormatan kepada supremasi hukum,
perlu, ia menggunakan kekuasaan yang dengan menjadikan asas praduga tidak
43
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
44
Asas Praduga Tidak Bersalah Kesalahan Menurut Fakta dan Kesalahan Menurut Hukum
45
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
hukum pers yang sekaligus melanggar sebagai orang yang bersalah, apabila
ketiganya. Atau akan terdapat kilah telah terdapat putusan hakim yang
karena baru satu yang dilanggar maka telah berkekuatan hukum tetap yang
belum memenuhi keseluruhan unsur di menyatakan seseorang tersebut telah
dalam Pasal 5 ayat (1) tersebut. Sekali terbukti bersalah.
lagi tidak dalam posisi satu kesatuan, Dari batasan pengertian yang
namun sebagai bentuk alternatif atau sederhana tersebut, melalui tulisan yang
salah satupun bisa telah terlanggar. sederhana ini penulis ingin mencoba
Sepengetahuan penulis, undang- untuk memahaminya.
undang pers adalah satu satunya Pertama, masuk dalam kategori
produk hukum yang memberikan asas, asas dalam hukum acara pidana,
ancaman hukuman atau sanksi atas maka praduga tidak bersalah, harus
pemberitaan yang tidak menghormati menjadi dasar dalam setiap tindakan
asas praduga tidak bersalah. penegak hukum yang mempergunakan
Kajian terhadap asas praduga tidak sistem peradilan pidana sebagai sarana
bersalah, membagi obyek kajiannya penyelesaian suatu kasus.
menyangkut 2 (dua) hal: Kedua, seseorang oleh hukum
Pertama, terhadap apa yang telah artinya adalah dalam menilai suatu
dilakukan ditindakan oleh seorang kasus (peristiwa hukum pidana) dari sisi
tersangka atau terlapor pelaku tindak (penegakan) hukum, harus dibedakan
pidana; antara kesalahan menurut fakta dengan
Kedua, terhadap yang dinyatakan kesalahan menurut hukum.
sebagai yang telah melakukan tindak K es alah an men u r u t f ak ta
pidana tersangka/terlapor subyek misalnya terdapat suatu peristiwa
hukum. hukum pidana A telah memukul B.
Asas praduga tidak bersalah adalah Secara fakta artinya hanya didasarkan
istilah hukum yang ada dalam khasanah pada apa yang dilihat pada saat A
hukum acara pidana (hukum pidana memukul B, orang akan mengatakan
formil), atau pada saat ada peristiwa A telah bersalah memukul atau dalam
penegakan hukum dalam hal ini adalah bahasa hukum pidana menganiya
hukum pidana law enforcement B (Pasal 351KUHP). Sedangkan
. Asas dalam hukum acara pidana kesalahan menurut hukum yaitu
tersebut biasanya dipahami sebagai hukum telah dijadikan sebagai pisau
seseorang oleh hukum baru dinyatakan analisa terhadap fakta yang ada, dan
46
Asas Praduga Tidak Bersalah Kesalahan Menurut Fakta dan Kesalahan Menurut Hukum
sekaligus terhadap subyek hukum yang adalah orang yang salah dan dapat
akan dimintai pertanggungjawaban atas dimintai pertanggungjawaban;
kesalahan yang telah dilakukan. Jadi Penilaian kedua, akan memberikan
tidak semata-mata menyalahkan yang hasil penilaian yang berbeda antara
di dasarkan atas fakta, namun fakta kesalahan menurut fakta dengan
yang telah dianalisis oleh hukum, yang kesalahan menurut hukum, artinya
kemudian ditemukan keadaan baik apabila dilihat dari faktanya memang
secara fakta maupun secara hukum orang tersebut adalah salah (karena
orang tersebut adalah salah dan dapat telah menganiaya B), namun apabila
dimintai pertanggungjawaban pidana. dilihat dari sisi hukum tidak salah
Misal A yang telah memukul B, dan tentunya tidak dapat dimintai
ternyata memang terdapat maksud atau pertanggungjawaban, karena terdapat
keinginan dari A untuk secara sengaja bukti sebelum A memukul B, B telah
bermaksud untuk melukai B. Bukan terlebih dahulu menyerang A (bela
karena B misalkan telah menyerang paksa noodweer Pasal 49 ayat (1)
A terlebih dahulu, dan kemudian A KUHP).
melakukan tindakan pembelaan yang Dari sinilah kemudian asas praduga
bentuknya merupakan suatu pemukulan tidak bersalah memperoleh dasarnya.
(bela paksa noodweer Pasal 49 ayat Fakta memang kita dapat berpendapat
(1) KUHP). orang tersebut telah bersalah, namun
Kesalahan menurut fakta dan nanti dulu untuk menyatakan pasti
Kesalahan menurut hukum adalah bersalah. Fakta tersebut harus melalui
dua teropong hukum yang berbeda. proses analisis hukum untuk kemudian
Kedua Teropong hukum ini apabila diperoleh kenyataan bahwa memang
diarahkan pada suatu obyek (kasus benar orang tersebut bersalah. Jangan
pidana), akan memunculkan beberapa menyatakan orang bersalah kalau
penilaian. belum sampai hukum telah memberikan
Penilaian pertama, akan penilaian salah, tunggulah sampai
memberikan hasil penilaian yang sama fakta dan hukum selesai memberikan
antara kesalahan menurut fakta dengan penilaian.
kesalahan menurut hukum, artinya baik Ketiga, apabila telah terdapat
dilihat dari faktanya memang orang putusan hakim yang telah berkekuatan
tersebut adalah salah, demikian juga hukum tetap yang menyatakan seseorang
apabila dilihat dari sisi hukum ia pun tersebut terbukti telah bersalah siapa
47
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
48
Asas Praduga Tidak Bersalah Kesalahan Menurut Fakta dan Kesalahan Menurut Hukum
49
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
50
Asas Praduga Tidak Bersalah Kesalahan Menurut Fakta dan Kesalahan Menurut Hukum
waktu untuk ada kesempatan hukum bagi teropong hukum yang akan
dijadikan sebagai pisau analisa menganalisa kasus dari sisi kesalahan
terhadap peristiwa hukum pidana menurut hukum untuk dipergunakan?.
yang telah terjadi. Label atau cap Dalam pemberitaan tersebut dapat
tersebut langsung melekat pada diri A, dikatakan sebagai nyaris tidak ada
bahwa ia adalah pelaku tindak pidana tempatnya. Menjadi pertanyaan
penganiayaan terhadap B. adalah sehingga bagaimana bentuk
Lebih parah keadaannya artinya pemberitaan yang tidak melanggar
akan lebih melanggar asas praduga asas praduga tidak bersalah? Dalam
tidak bersalah, apabila yang diberitakan posisi yang umum adalah pemberitaan
adalah target-target tertentu dari yang tidak membuat pembaca akhirnya
penegakan hukum. Misal pemberitaan dapat memutuskan atau menyimpulkan
mengenai terorisme yang menjadi bahwa orang yang disebut di dalam
andalan pihak kepolisian khususnya berita itu adalah orang yang bersalah.
Densus 88. Pemberitaan kasus korupsi ***
yang menjadi andalan KPK. Rakyat
kecil yang menjadi sasaran atau obyek
penegakkan hukum, akan menjadi
korban pelanggaran asas praduga tidak
bersalah. Dasar pemberitaannya adalah
mereka orang yang pasti salah!, tidak
perlu lagi ada batasan-batasan dalam
pemberitannya. Dan pasti mereka tidak
akan mungkin melakukan perlawanan
atas pemberitaan ini apapun bentuk atau
model pemberitannya.
Dari pemberitaan, media massa
yang ada telah mengambil alih
kewenangan yang dimiliki oleh hakim,
yaitu kewenangan untuk memeriksa dan
memutus perkara dengan menyatakan
seseoarang bersalah atau tidak
bersalah.
Di mana letak kesempatannya
51
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
52
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Pers
A. Latar Belakang
pendaftaran atau pendataan pers,
Penerapan undang-undang Nomor. Dewan Pers, dan Tryal by Press.2
40 Tahun 1999 tentang Pers dewasa Istilah yang disebut terakhir ini yaitu
ini masih mengundang sejumlah tryal by press (vonis berita pers sebelum
permasalahan pelik, meskipun putusan hakim) menjadi salah satu butir
sebenarnya usia undang-undang pers perdebatan dalam kaitannya dengan asas
ini masih tergolong muda baru 11 praduga tidak bersalah (presumption
tahun. Namun apabila kita kembali ke of innocent), akhirnya istilah trial by
belakang keadaannya seperti ungkapan press dihilangkan dan rumusannya
sejarah kembali berulang, berbagai disepakati menjadi: Pers nasional
persoalan apa yang terjadi di DPR berkewajiban memberitakan peristiwa
dalam proses pembahasan rancangan dan opini dengan menghormati norma-
undang-undang pers tersebut pada masa norma agama, dan rasa kesusilaan
lalu seperti mengisyaratkan seolah-olah masyarakat, serta asas praduga tidak
soal-soal yang dulu kini keluar lagi bersalah (Pasal 5 ayat 1).3 Dalam
menguji masyarakat pers. Menurut praktek bagi wartawan hal ini menjadi
Nyonya Aisyah Amini, SH (Fraksi
PPP/ Ketua Komisi I DPR waktu
itu), selama rapat-rapat perubahan 1.
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam
Pers: Pengalaman Seorang Wartawan, Artikel Jurnal
undang-undang tersebut ada enam Ilmiah, Dewan Pers, Jakarta, Desember 2010.
persoalan yang mendapat pembahasan 2.
Ketua Dewan Kehormatan PWI Jawa Barat/mantan
Wartawan Harian Pikiran Rakyat, advokat pengurus
mendalam karena beraneka ragamnya
Peradi/Ikadin tinggal di Bandung.
pendapat soal pers ini, yaitu pengertian 3.
Lihat Wina Armada Sukardi, Keutamaan di Balik
tentang Pers, istilah kebebasan Pers, Kontroversi Undang-Undang Pers, Dewan Pers,
Jakarta, 2007, hlm. 19-20.
Kesejahteraan Wartawan dan karyawan,
53
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
penting untuk diperhatikan karena kehormatan, harga diri dan hak keluarga
penanggung jawab perusahaan pers atas perlindungan baik atas dasar
yang tidak menghormati norma-norma kemanusiaan maupun hukum, sehingga
agama, kesusilaan dan asas praduga berbagai asas seperti praduga tidak
tidak bersalah merupakan suatu bersalah tidak lagi menjadi sesuatu
pelanggaran terhadap asas professional yang penting.
dan supremasi hukum yang diatur dalam Tidak jarang mereka melakukan
etik profesi. Selain itu pengabaian cara-cara yang menekan penegak
terhadap asas praduga tidak bersalah hukum, sebagai sesuatu yang sangat
juga dapat dituntut sebagai perbuatan dilarang dan cara bertutur secara tertulis
melanggar hukum yang dapat diancam dalam pemberitaan media acapkali
dengan sanksi pidana denda berdasarkan tidak menunjukkan penguasaan
ketentan pidana pasal 18 ayat 2 UU No. standar berbahasa yang baik dan
40 Tahun 1999 tentang Pers. benar5 Komulasi lemahnya penaatan
Pelanggaran terhadap asas praduga pers terhadap asas praduga tidak
tidak bersalah dalam pers ini menurut bersalah mengakibatkan sejumlah
pengamatan di lapangan menunjukkan pemberitaan dan informasi menjadi
adanya hubungan antara publik dengan sesat (misleading), subyektif, dan
wartawan, terutama wartawan di daerah, berbahaya yang pada akhirnya terkait
wartawan abal-abal atau wartawan kasus delik pers.
bodrex yang tidak memiliki latar
belakang pengetahuan dan keterampilan B. Identifikasi Masalah
kewartawanan yang memadai, serta
dipicu meningkatnya persaingan pers Dalam tataran implementasi asas
sebagai bisnis komersial. Keadaan praduga tidak bersalah merupakan salah
ini menjadi salah satu problematik satu masalah besar yang melingkupi
kompetensi wartawan yang berpotensi jagad pers di Indonesia. Semua
merusak citra profesi di tengah
masyarakat. Bahkan menurut Bagir
Manan4, ada sebagian wartawan seperti
wartawan TV, ketika menjalankan tugas 4.
Ibid.
5.
Bagir Manan, Meninggikan Kompetensi Wartawan
pers bertindak atau berlaku seperti Dan Kode Etik Jurnalistik, makalah disampaikan pada
tugas penyelidik atau penyidik suatu pertemuan dengan PWI Jawa Barat, Pangandaran, 10
April 2010.
perkara, dan tanpa mempertimbangkan
54
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Pers
55
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
56
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Pers
57
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
58
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Pers
59
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
60
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Pers
61
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
62
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Pers
63
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
64
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Pers
65
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
66
Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Pers
DAFTAR PUSTAKA
Buku
A. Hamzah, I Wayan Suandra, B.A.Manalu, Delik-Delik Pers Di Indonesia,
Media Sarana Press, Edisi Pertama, Jakarta, 1987
Hak Memberitakan Peran Pers dalam Pembangunan Ekonomi, Terjemahan
The World Bank Institute (WBI), Pusat Data dan Analisa Tempo, kumpulan tulisan
Penerjemah M.Hamid, Editor Bambang Bujono, Dian R.Basuki, Jakarta, 2006.
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cetakan Ketujuh, Jakarta, 2008
Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP-
Penyidikan dan Penuntutan, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Cetakan Ketujuh,
2005.
RH. Siregar, Komariah Sapardjaja, Lukas Luwarso, Delik Pers Dalam Hukum
Pidana, Dewan Pers dan Lembaga Informasi Nasional, Cetakan kedua,Jakarta,
2003.
RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2004-2009,
Sinar Grafika, Jakarta, Cetakan Pertama, 2005.
Wina Armada Sukardi, Cara Mudah Memahami Kode Etik Jurnalistik &
Dewan Pers, Dewan Pers, Jakarta, 2008.
Keutamaan di Balik Kontroversi Undang-Undang
Pers, Dewan Pers, Jakarta, 2007.
KUHP & KUHAP, Edisi Revisi 2008, Penulis Andi Hamzah, Rineka Cipta,
Jakarta, 2007
Kumpulan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana, Laboratorium Pusat
Data Hukum Fakultas Hukum UAJY Andi, Yogyakarta, 2007.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, Kumpulan Surat
Keputusan Dewan Pers, Jakarta, 2006.
Makalah
67
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
68
Menegakkan Kemerdekaan Pers dan Pelaksanaan Asas Praduga Tak Bersalah
Kebebasan Pers
Sebagai Pilar Demokrasi
69
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
70
Menegakkan Kemerdekaan Pers dan Pelaksanaan Asas Praduga Tak Bersalah
71
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
(pasal 4 ayat 2); (2) Tindakan yang pers yang menyimpang tidak boleh
berakibat menghambat atau menghalangi membahayakan sendi-sendi demokrasi
pelaksanaan hak pers untuk mencari, dan negara berdasarkan hukum.
memperoleh, dan menyebarluaskan (Putusan MARI No 1608 K/PID/2005
gagasan dan informasi (Pasal 4 ayat antara Bambang Harymurti Vs. Negara
3). Kepada siapa saja yang melakukan Republik Indonesia)
ancaman terhadap pers, menurut Pasal Mahkamah Konstitusi juga melalui
18 ayat (1) dapat diancam hukuman putusannya telah berpendapat
paling lama dua tahun penjara atau Bahwa salah satu esensi demokrasi
denda paling banyak Rp 500 juta. adalah kebebasan berkomunikasi
Sementara itu, bagi perusahaan pers dan memperoleh informasi melalui
yang melanggar Pasal 5 ayat (1) dan segala jenis saluran yang tersedia.
(2) serta Pasal 13, menurut Pasal 18 Kebebasan berkomunikasi dan
ayat (2), diancam pidana denda paling memperoleh informasi adalah darah
banyak Rp 500 juta. hidup demokrasi. Patrik Wilson
Selain itu, Pentingnya kemerdekaan mengingatkan bahwa demokrasi
berekspresi juga telah diakui dalam adalah komunikasi. Warga demokrasi
beragam putusan pengadilan di berbagai hidup dengan suatu keyakinan bahwa
negara termasuk Indonesia. Melalui melalui pertukaran informasi, pendapat,
beragam putusannya Mahkamah Agung dan gagasan yang terbuka, kebenaran
RI dan Mahkamah Konstitusi RI juga akhirnya akan terbukti dan kepalsuan
mengakui peranan dari Kemerdekaan akhirnya akan terkalahkan (Putusan
Berekspresi, Kemerdekaan Berpendapat, MK No 50/PUU-VI/2008 tentang
dan Kemerdekaan Pers dalam menjaga Permohonan Pengujian Pasal 27 ayat
kedaulatan rakyat. (3) jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE)
Mahkamah Agung berpendapat Lebih lanjut Mahkamah Konstitusi
bahwa : juga menegaskan bahwa :
kebebasan pers merupakan Berangkat dari pemikiran tersebut,
condition sine qua non bagi terwujudnya maka kebebasan berkomunikasi dan
demokrasi dan Negara berdasar atas memperoleh informasi, berpendapat,
hukum karena tanpa kebebasan pers mengeluarkan ide dan gagasan,
maka kemerdekaan menyatakan pikiran berkorespondensi dengan pers adalah
dan pendapat menjadi sia-sia. Maka media komunikasi massa. Perbincangan
tindakan hukum yang diambil terhadap mengenai pers dalam sistem politik
72
Menegakkan Kemerdekaan Pers dan Pelaksanaan Asas Praduga Tak Bersalah
73
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
74
Menegakkan Kemerdekaan Pers dan Pelaksanaan Asas Praduga Tak Bersalah
75
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
76
Menegakkan Kemerdekaan Pers dan Pelaksanaan Asas Praduga Tak Bersalah
kriminalisasi pers tanpa terlebih dahulu kritikan oleh pers merupakan suatu
melalui Hak Jawab maupun Hak rangkaian yang tak terpisahkan dari
Koreksi dan Dewan Pers, merupakan fungsi dan peranan pers. Namun,
suatu bentuk pembredelan pers dan apabila ada pemberitaan yang bersifat
kekerasan pers dengan gaya baru untuk menguntungkan, pembaca serentak
mengintervensi sekaligus mematikan menganggap pers telah melaksanakan
kemerdekaan dan kebebasan pers tugas-tugas jurnalistiknya secara tepat
karena pers akan selalu berada dibawah dan benar. Sehingga parameter yang
bayang-bayang ancaman kriminalisasi menjadi patokan bagi pembaca terhadap
ke pengadilan ketika akan menerbitkan suatu pemberitaan pers adalah apakah
suatu informasi kepada masyarakat pemberitaan tersebut menguntungkan
pers. Konkretnya adalah pers akan atau justru sebaliknya bagi pembaca?
terancam dan ketakutan sewaktu Akibatnya parameter terhadap
memberitakan informasi kepada pemberitaan sebagai karya jurnalistik
pembaca, padahal rasa terancam dan menjadi terasa samar dan bias.
ketakutan merupakan musuh terbesar Dengan adanya penyimpangan
dari kemerdekaan dan kebebasan pers mekanisme penyelesaian sengketa pers,
yang mengakibatkan pers tidak lagi maka pers akan selalu disibukkan oleh
independen. urusan-urusan pengadilan, sehingga
Seringkali kritikan yang bahkan dipastikan akan mengganggu konsentrasi
terasa pedas dalam pemberitaan pers untuk memberikan informasinya
pers dianggap oleh pembaca sebagai kepada masyarakat. Padahal dalam
perbuatan melawan hukum, penghinaan, Pasal 8 UU Pers beserta Penjelasan
pencemaran nama baik, tendensius, UU Pers sangat jelas dan tegas bahwa
provokasi, informasi yang menyesatkan pers memperoleh perlindungan
(misleading information), insinuatif, hukum di dalam melaksanakan
dsb. Padahal, apabila mengacu pada kegiatan jurnalistiknya, oleh
Pasal 6 dan Penjelasan Umum alinea karenanya penyimpangan mekanisme
ke-4 dari UU Pers, sangat jelas bahwa penyelesaian sengketa pers praktis
pers berkewajiban melakukan kontrol menghilangkan perlindungan hukum
sosial, termasuk memberikan kritikan bagi pers sehingga mengakibatkan
terhadap hal-hal yang berkaitan mekanisme penyelesaian sengketa pers
dengan kepentingan umum. Oleh hanyalah slogan belaka yang tidak ada
karena itu, pembaca kerap lupa bahwa artinya bagi pers untuk memperoleh
77
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
78
Menegakkan Kemerdekaan Pers dan Pelaksanaan Asas Praduga Tak Bersalah
79
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
80
Menegakkan Kemerdekaan Pers dan Pelaksanaan Asas Praduga Tak Bersalah
81
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
82
Menegakkan Kemerdekaan Pers dan Pelaksanaan Asas Praduga Tak Bersalah
83
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya tidak bersalah selain melanggar Kode
sesuai dengan ketentuan peraturan Etik juga sangat jelas bertentangan
perrundangan yang berlaku. dengan Undang-Undang No. 40 Tahun
Dalam pelaksanaan tugas jurnalistik 1999 tentang pers, dimana Pasal 5
wartawan wajib menjadikan Kode Etik ayat (1) disebutkan: Pers nasional
Jurnalistik (KEJ) menjadi pedoman berkewajiban memberitakan peristiwa
dalam mencari, memperoleh, mengolah dan opini dengan menghormati norma-
dan menyebarluaskan informasi kepada norma agama dan rasa kesusilaan
masyarakat. Pasal 3 KEJ disebutkan : masyarakat serta asas praduga tak
Wartawan Indonesia selalu menguji bersalah.
informasi, memberitakan secara Dengan adanya ketentuan tersebut
berimbang, tidak mencampurkan pers nasional dalam menyiarkan
fakta dan opini yang menghakimi, informasi, tidak menghakimi atau
serta menerapkan asas praduga tak membuat kesimpulan kesalahan
bersalah. seseorang, terlebih lagi kasus-kasus
Ketentuan Pasal 3 KEJ ini sesuai yang masih dalam proses peradilan,
prinsip asas praduga tak bersalah serta dapat mengakomodasi kepentingan
seperti diatur dalam UU No. 4 tahun semua pihak yang terkait dalam
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, pemberitaan tersebut. Namun tidak
Pasal 8 disebutkan : Setiap orang berarti pers tidak boleh menyiarkan
yang disangka, ditangkap, ditahan, peristiwa kasus hukum, pers boleh
dituntut, dan/atau dihadapkan di menyiarkan/menyajikan suatu fakta
depan pengadilan wajib dianggap atau peristiwa hukum mulai dari proses
tidak bersalah sebelum ada putusan kepolisian, kejaksaan sampai pada
pengadilan yang menyatakan tahan pengadilan berdasarkan fakta
kesalahannya dan telah memperoleh peristiwa yang terjadi dilapangan
kekuatan hukum tetap. namun tidak boleh membuat berita
Sebagai bagian dari pers nasional yang menghakimi. Perusahaan pers
baik wartawan maupun pelaku yang melakukan pelanggaran ketentuan
perusahaan penerbitan koran, majalah, Pasal 5 ayat (1) dikenakan pidana
stasiun-stasiun televisi harus mematuhi dengan pidana denda paling banyak
perundang-undangan yang mengatur Rp. 500.000,00 (lima ratus juta rupiah)
kegiatan pers nasional, pemberitaan ***
pers yang melanggar asas praduga
84
Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan
Pekerjaan
85
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Karya Tulis
Makalah
86
Riwayat Hidup
Lingkungan.
10. Hukum Pidana di Bidang Perekonomian.
11. Kekerasan Dalam Keluarga dan Penegakan Hukum.
12. Penerapan Undang-Undang Subversi Terhadap Pencurian Tenaga Listrik.
13. Peninjauan Hukum (Pidana) Terhadap Pengguguran Kandungan.
14. Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Perseroan Terbatas Pasca Go
Public.
15. Sanksi Dalam Pengaturan Ketertiban Lalu Lintas: Dalam Perspektif Hukum
Pidana.
16. Etika Profesi dan Tanggung Jawab Hukum Seorang Dokter di Rumah Sakit
Swasta.
17. Kekuasaan Kehakiman, Suatu Tinjauan tentang Wewenang Hakim pada
Pemeriksaan. Pendahuluan Dalam Sistem Peradilan di Indonesia.
18. Kekuasaan Kehakiman Ditinjau dari Hukum Acara Pidana di Indonesia.
19. Korelasi antar Lembaga-lembaga Penegaknya hokum.
20. Korporasi Sebagai Subyek Hukum Pidana.
21. Pertanggungan Jawab Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana.
Nama anak-anak :
1. Ny. Maulina Wallner
2. Ny. Nurlisa L. Iskandar, SH
3. Ir. Muqadimatul Yusro Loebby
4. Ita Andriana Loebby, SH
5. Dra. Erry Novilia Loebby
6. Arief Rizaldy Loebby
87
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
Sarjana Hukum (SH) Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) Lulus
Tahun 1985;
Master of Business Administration (MBA). Magister Manajemen (MM).
Sekolah Tinggi Manajemen IMNI Lulus Tahun 1992.
88
Riwayat Hidup
89
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
90
Riwayat Hidup
1. Tahun 1979
a. Sewaktu masih mahasiswa Fakultas Hukum UI bergabung dengan Surat
Kabar Kampus Salemba yang sudah menganut jurnalistik transparan
pada zaman Presiden Soeharto Berkuasa sehingga Salemba dibredel.
b. Menulis sajak - sajak protes terhadap pembelengguan kreatifitas antara
lain dimuat di Majalah sastra Horizon.
2. Tahun 1981
a. Ketika rezim Presiden Soeharto masih sangat berkuasa dan orang sangat
phobia terhadap segala sesuatu yang berbau komunis, pada bulan Juli
sudah berani menurunkan Tulisan/kolom di majalah Dialog untuk
meminta larangan peredaran buku - buku Karya Pramoedya Ananta Toer
yang waktu sudah berani memuat wawancara dengan Pramoedya Ananta
Toer yang waktu itu masih jadi salah satu musuh pemerintah dan dapat
memuat pers yang menyuarakan pendapat Pramoedya dibredel .
b. Membuat tulisan di harian Kompas yang menggugat kebiasaan anggota
DPR cuma Melakukan 5 D : datang, duduk, dengar, diam dan duit sehingga
istilah 5 D populer dan peranan dan kedudukan DPR menjadi polemik
dan tulisan yang dianggap vokal Pada zamannya.
3. Tahun 1983
Memuat tulisan - tulisan yang berani di Majalah Berita Mingguan Fokus
yang salah satunya berjudul 200 orang Kaya di Indonesia dan menyebabkan
majalah Berita Mingguan Fokus dibredel.
4. Tahun 1985 - sekarang
Baik melalui tulisan maupun ceramah - ceramah terus mengkampanyekan
perlunya kemerdekaan berekspresi khususnya kemerdekaan pers.
5. Tahun 1986
Bergabung sebagai Redaktur Pelaksana dengan surat kabar harian Prioritas
yang untuk ukuran waktu itu sudah terbilang berani, sehingga lagi - lagi surat
kabar harian Prioritas dibredel.
6. Tahun 1987
Membela wartawan Vista S.K. Marta melawan bintang Film Jenny Rahman
dan Pengusaha Budi Prakoso yang melakukan penculikan terhadap S.K.
Marta sampai keduanya meminta maaf kepada pers.
91
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
7. Tahun 1988
Mendirikan Majalah hukum Forum Keadilan untuk menyuarakan masalah
hukum dan keadilan dengan berani dan oleh karena itu dianggap sebagai salah
satu pers yang berani pada masanya.
8. Tahun 1994
Menjadi koordinator penelitian hukum tentang kebebasan Menyatakan
Pikiran Melalui Unjuk Rasa yang diadakan oleh Badan Pembinaan Hukum
Nasional (BPHN) Departemen Hukum & Perundang- undangan (Kumdang)
9. Tahun 1995 - sekarang
Berkali-kali menjadi pembela/pengacara wartawan yang memperoleh masalah
hukum sehubungan dengan kemerdekaan pers antara lain:
a. Menjadi Pembela/Pendamping wartawan Yul Adriansyah dan Vicyotia
Sidjabat di polisi yang diperiksa dalam kasus Rachmawati Soekarno.
b. Menjadi Pembela/pengacara kasus Pemred Metro TV yang baru beberapa
bulan tayang, Andy F. Noya, yang dituduh menghina Presiden Abdurahman
Wahid karena menayangkan talk show dengan beberapa dokter yang
menyatakan dari segi kesehatan Gus Dur tidak layak jadi Presiden. Kasus
ini akhirnya dihentikan.
10. Tahun 1997
Sebagai anggota Biro Hukim PWI Jaya melaksanakan boikot terhadap Desy
Ratnasari Karena yang bersangkutan dinilai menghina profesi kewartawanan
sampai akhirnya Desy Ratnasari menyatakan menyesal dan meminta maaf
kepada para wartawan barulah boikotnya dicabut kembali.
11. Tahun 1998-sekarang
Sering menjadi saksi yang meringankan wartawan maupun saksi ahli dalam
kasus yang dihadapi pers baik ditingkat penyidikan (Polisi) maupun didepan
pengadilan antara lain:
Kasus pornografi foto model Sofya Lajuba majalah Matra (terdakwa
Nano Riantiarno);
Kasus pornografi majalah Populer (terdakwa almarhum Mujimanto);
Kasus harian Neraca Vs Bank Indonesia (terdakwa Masmimar Mangiang);
Kasus terdakwa Sarah Ashari (PN Jakarta Barat);
Kasus Kompas Vs Abdul Wahid Kadungga (tergugat Kompas);
Kasus Surat Pembaca Vs Sinar Mas (terdakwa Fifi J, Kho Seng Seng dll);
92
Riwayat Hidup
Kegiatan Organisasi
93
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Karya Tulis
94
Riwayat Hidup
Prestasi
95
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Alamat :
Jalan Mawar No. 1. RT. 002 / RW. 014.
Bintaro - Jakarta 12330. Indonesia
Email: warmadasukardi@yahoo.com
wina_armada@yahoo.com
win.armada@telkomsel.blackberry.com
Telepon: 021-73889835
Fax. : 021-7343519
HP. : 0811-811287, 0818-811287
96
Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal:
Pendidikan Lain:
Pekerjaan:
97
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Jabatan Struktural:
Jabatan Akademik:
Jabatan Lain:
Aktivitas lain:
98
Riwayat Hidup
Hukum Pidana;
Dasar-dasar Penghapus, Peringan dan Pemberat Pidana;
Percobaan, Penyertaan dan Perbarengan Tindak Pidana;
Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP.
Sejarah Hukum;
Filsafat Hukum;
Hukum Pidana dan Kegiatan Ekonomi;
Kebijakan Kriminal;
Bantuan Hukum dan Penyantunan Korban Tindak Pidana;
Sistem Peradilan Pidana;
Perbandingan Hukum Pidana.
99
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Organisasi:
Tahun 2008 s/d 2013 Wakil Sekretaris Jenderal II, Masarakat Hukum Pidana
dan Kriminologi, (MAHUPIKI);
Tahun 1993 s/d sekarang, Anggota Asosiasi Pengajar Hukum Pidana dan
Kriminologi (ASPEHUPIKI);
Tahun 2005 s/d sekarang, Wakil Sekretaris Komisi Hukum dan Perundang-
Undangan Majelis Ulama Indonesia (MUI);
Tahun 2000-2005, Wakil Sekretaris Lembaga Penegakan Supremasi Hukum
dan Hak Asasi Manusia Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LPSH&HAM);
Tahun 2004 s/d 2005 Anggota Dewan Pakar Lembaga Pembedayaan Hukum
Indonesia (LPHI);
Publikasi Terakhir:
Alamat Rumah:
Jl. Otista Sakti gg Lurah RT/RW 001/11 Ciputat 15411
Tangerang Selatan-Banten
Telepon/Faksimili: 0818-498552/021-74713616
Email: huda.fabian@yahoo.com/hudaankaplasa.com/hudaankafabi@gmail.com
http://huda.drchairulhudashmh.blogspot.com
100
Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Pengalaman Mengajar
Mata Kuliah Program Institusi/Jurusan/Program Studi Semester/Tahun
Pendidikan
Hukum Pidana Strata 1 Fakultas Hukum Universitas
Indonesia/ Bidang Studi Hukum
Pidana
Hukum Acara Pidana Strata 1 Fakultas Hukum Universitas
Indonesia/ Bidang Studi Hukum
Pidana dan acara
Aspek Hukum Pidana Strata 1 Fakultas Hukum Universitas
dan Hukum Lainnya Indonesia/ Bidang Studi Hukum
Dalam Media Massa Pidana
Kebijakan Strata 2 Program Pascasarjana Ilmu
Penanggulangan Hukum Fakultas Hukum
Kejahatan Universitas Indonesia
HAM Dalam Sistem Strata 2 Program Pascasarjana Ilmu
Peradilan Pidana Hukum Fakultas Hukum
Universitas Indonesia
Hukum dan HAM dan Strata 2 Program Pascasarjana Program
Sistem Peradilan Studi Pengkajian Ketahanan
Pidana Nasional Kekhususan Kajian
Strategis Kebijakan & Manajemen
Lembaga Pemasyarakatan dan
Penegakan HAM Universitas
Indonesia Jakarta
Pembaharuan hukum Starata 2 Program Pascasarjana Fakultas
Pidana Hukum Universitas Krisna
Dwipayana, Jakarta
Perbandingan hukum Starata 2 Program Pascasarjana Fakultas
pidana Hukum Universitas Jayabaya,
Jakarta
Pembaharuan hukum Starata 2 Program Pascasarjana Fakultas
Pidana Hukum Universitas Islam Jakarta,
Jakarta
Sistem Peradilan Starata 2 Program Pascasarjana Fakultas
Pidana Hukum Universitas Trisakti,
Jakarta
101
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Pengalaman Penelitian
Tahun Judul Penelitian Ketua/anggota Sumber Dana
Tim
1980 Dampak Negatif Industri mandiri mandiri
Batik di Karet Kuningan
Terhadap Lingkungan
2001 Undang-Undang Payung Anggota AUSAID
Peradilan Pidana Indonesia
(2002-2003) Akses ke Keadilan dalam Anggota
Sistem Peradilan Pidana
(2003-2004) Studi Penerapan Sanksi Ketua Masyarakat Uni Eropa
Pidana Kehutanan Telaah
Peraturan Perundangan dan
Kelembagaan Penegakan
Hukum
2004 Pembuatan Modul HAM Anggota Pemda DKI
(BALITBANG DKI)
2004 Pembuatan Modul HAM Anggota Dep Keh HAM
BALITBANGI
2005 Studi Telaah Peraturan Ketua Masyarakat Uni Eropa
Perundang-undangan Terkait
Dengan Tanggungjawab
Penegak Hukum Di bidang
Kehutanan
2006 Pembuatan MODUL HAM Anggota AUSAID
bagi BRIMOB
2008 Pembuatan modul pengajaran Ketua Asia Foundation
hukum pidana dan acara
pidana diklat kejaksaan
2008 Komputerisasi Rincian Data Ketua LG/Mabes Polri
Jenis Kejahatan Beserta
Penggolongannya
102
Riwayat Hidup
Karya Ilmiah
Buku dan Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
1990 Eksistensi Sistem Peradilan Pidana Terhadap Tindak
Pidana Pers Tesis
2002 Pengekangan Terhadap Kemerdekaan Menyatakan
Kritik Kepada Pemerintah Melalui Pers di Indonesia
- Disertasi
Desember KELAHIRAN KPK, IBARAT SATU MANGKOK COPS Community Policing
2003 MIE AYAM BERBAGI TIGA, COPS Community Society
Policing Society, Volume II No. 3
Nopember Hukum Pidana Dan Terorisme (Upaya Untuk Departemen Kehakiman dan
2003 Menjaga Wibawa, Kehormatan Hukum dan Negara Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia), Gagasan Dan Pemikiran Tentang Indonesia
Pembaharuan Hukum Nasional, Volume II, Tim
Pakar Hukum Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia,
Januari Sendirian Melawan Korupsi Adalah Kesia-siaan, Lembaga Pengkajian Hukum
2004 Jurnal Hukum Internasional, Lembaga Pengkajian Internasional Fakultas Hukum
Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Universitas Indonesia
Indonesia, Volume 1 Nomor 2
Juni 2004 Membaca dan Memahami Isi Pasal 25, 26 dan 28 Departemen Kehakiman dan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Hak Asasi Manusia Republik
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme), Gagasan Indonesia
Dan Pemikiran Tentang Pembaharuan Hukum
Nasional, Volume III, Tim Pakar Hukum
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia,
Desember Potret Wajah Bantuan Hukum Kita, COPS COPS Community Policing
2004 Community Policing Society, Volume III No. 3 Society
2007 Memperkuat Peranan RUTAN, RUPBASAN, Badan Penerbit FHUI
PEMBIMBING KEMASYARAKATAN, DAN
LAPAS, sebagai pelindung HAM tersangka,
Terdakwa dan Terpidana dalam Mardjono
Reksodiputro Pengabdian Seorang Guru Besar
Hukum Pidana, Bidang Studi Hukum Pidana FHUI,
Sentra HAM FHUI Badan Penerbit FHUI,
2007 JURNAL: Harmonisasi Peran Aparat penegak dimuat dalam Jurnal Legislasi
Hukum memahami Peraturan Per UU-an Tentang Indonesia, diterbitkan oleh
Tindak Pidana Korupsi. Direktorat Jenderal Peraturan
Perundang-undangan Dephuk
dan HAM RI, Vol,4 No.1,
Maret 2007, No,ISSN: 0216-
1338.
2007 JURNAL: hukum pidana dan kemanusiaan.Dimuat diterbitkan oleh Pusat
dalam Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum. pengkajian dan Pengembangan
kebijakan, Dephuk dan HAM.
RI, Vol.1 No.1, April 2007,
103
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
No.ISSN:0216-1338.
2008 BUKU: Police Reform: Talking the Heart an Mind. Diterbitkan oleh propatria
Institute Jakarta. No. ISBN:
978-979-96229-8-3
2008 JURNAL: UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi diterbitkan oleh Direktorat
dan transaksi Elektronik (ITE) dan masalah Hukum Jenderal peraturan Perundang-
yang akan mengikutinya. undangan Dephuk dan HAM
RI, Vol.5 No.4, Desember
2008, No. ISSN: 0216-1338.
2009 JURNAL: Analisa Yuridis Terhadap Pasal UU RI Dimuat dalam Jurnal
No.14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Globalisasi Hukum, diterbitkan
Publik. oleh Program Magister Ilmu
Hukum PPs-USAKTI, Vol4,
No.2 januari 2009, No. ISSN:
0125-9709.
104
Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Pekerjaan/Jabatan:
1. Ketua Dewan Kehormatan Daerah (DKD) PWI Cabang Jawa Barat,
Wartawan senior/ mantan Redaktur Harian Pikiran Rakyat.
2. Ketua Dewan Kehormatan (DK) DPC Ikadin Bandung, Anggota Majelis
Dewan Kehormatan DPC Peradi Jabar/Advokat Peradi NIA.96.11035
3. Direktur Kantor Hukum Naungan & Partners
4. Pelatih Nasional Wartawan, PWI Pusat
5. Dosen Program Fikom Universitas Padjadjaran, Dosen Hukum
Komunikasi/Bisnis, PKn, Institut Manajemen Telkom (IM Telkom)
6. Ketua Divisi Advokasi Mapilu PWI Pusat.
7. Anggota Forum Pelayanan Komunikasi dan Informasi Media Disdik Jabar
105
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Pengalaman Pekerjaan
a. 1976 - 2008: Wartawan selama 32 tahun
b. 1976 - 1996: Wartawan/Redaktur/Redpel/Wapemred Harian
Umum Mandala
c. 1992 - 1995: Komisaris PT. Satia Mandala Raya (HU Mandala-Kompas)
d. 1996 - sekarang: Pengacara & Penasihat Hukum
e. 1996 - 1999: Pengajar pada Kodiklat TNI AD, Dosen Stikom Bandung.
f. 1998 - 2008: Wartawan/Staf Redaksi/Redaktur/Cyber Media HU
Pikiran Rakyat.
g. 2000 - 2001: Redaktur SKM Priangan Grup Pikiran Rakyat
h. 2007: Purna Bhakti Karyawan PT Pikiran Rakyat Bandung.
i. 2008: Dosen Fikom Universitas Arts Internasional (Mata kuliah
Manajemen Media Massa)
j. 2009: Dosen Penyiaran Fikom Universitas Padjadjaran
(Mata kuliah Etika & Regulasi Penyiaran).
k. 2010: Dosen Hukum Komunikasi & Bisnis, PKn Institut
Manajemen Telkom (IM Telkom)
l. 2010: Penanggung Jawab Tabloid Mingguan Fajar Pos
Pengalaman Organisasi
a. 1977 sekarang: Anggota PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)
b. 1981 sekarang: Anggota Biasa PWI No. 10.00.1856.81
c. 1989 - 1992: Ketua PWI Perwakilan Kota Bandung
d. 1992 - 2002: Wakil Sekretaris PWI Cabang Jawa Barat
e. 2002 - 2007: Wakil Ketua Bid Pendidikan PWI Cabang Jabar.
f. 2003 - 2007: Anggota Presidium Mapilu PWI Jawa Barat
g. 2005: Ketua Tim Perumus Kurikulum TOT Tk. Nasional PWI Pusat
h. 2007 - 2011: Ketua Dewan Kehormatan Daerah (DKD)
PWI Cabang Jabar
i. 2007 - sekarang: Ketua Divisi Legislasi dan Advokasi Mapilu PWI Pusat.
j. 2007 - sekarang: Pelatih Nasional Wartawan PWI.
k. 2006 - 2010: Anggota Dewan Kehormatan DPC Ikatan Advokat Ind
(Ikadin) Bandung
106
Riwayat Hidup
Lain-lain
Menulis artikel hukum, pers di media massa, mengikuti seminar,
lokakarya tingkat nasional.
Aktif pemateri ceramah dalam pendidikan dan pelatihan wartawan di
Jawa Barat.
Alamat Rumah:
Komplek Bumi Panyawangan
Jl. Meranti II No.24 Cileunyi, Bandung Timur. 40623
Tel. (022) 87825630, HP. 0816602902,
E-Mail: naungan_harahap@yahoo.co.id
107
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Kantor:
1). Kantor Hukum Advokat NAUNGAN & PARTNERS
Jl. Sukajadi - Asli II No.31/182A Bandung, 40612,
Telp/Fax.: 0222030672
2). PWI Cabang Jawa Barat Jl. Asia Afrika No 67 69 Bandung,
Tel (022) 4208382; Fax. (022) 4208386.
E-mail: dkdjabar@dewankehormatanpwi.com
Status:
Istri: Hj. Yeni Rukiyani,
Tempat/Lahir: Bandung 6 September 1958.
Pekerjaan: BRI Kantor Cabang Bandung AH Nasution
Anak:
1). Adhya Rajasandi Harahap, SE,
Tempat/Lahir: Bandung 8 September 1985
2). Anisa Nurbaiti Harahap,
Tempat/Lahir: Bandung 16 September 1989
Mahasiswa Universitas Widyatama, Tkt Skripsi
108
Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Hendrayana
Tempat : Majalengka
Tanggal Lahir : 21 April 1977
Pendidikan Formal:
1999, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
1995, SMA Negeri I Talaga, Majalengka
1992, SMP Negeri I Talaga, Majalengka
1989, SD Negeri Salado
Organnisasi:
Anggota PERADI
Anggota IMLA (International Media Lawyers Associaton)
Pengajar Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)
Ahli Pers bersertifikat Dewan Pers
Pengalaman
a. Pengalaman Kerja
1998 - 1999, Staf Biro Konsultasi dan Hukum, Universitas Jenderal
Soedirman
2000 - 2002, Staf Legal dan Advokasi di kantor Komisi untuk Orang Hilang
dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).
2003, Part Time Biro Advokasi di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia (YLBHI)
2003, Pengacara dan Staf Legal Advokasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Indonesia
2005, Kepala Divisi Litigasi di Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH Pers)
2006-2009, Direktur Eksekutif LBH Pers
109
Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Praktek Pers
Alamat:
Jl, GN. Semeru, Blok VIIIA No.7,
Komp. Puri Cebereum Permai I Kota Sukabumi Jawa Barat,
No. HP: 0813 100 62794
Email: hendra41@yahoo.com
110