Anda di halaman 1dari 31

HIBRIDISASI DAN GAYA ANTAR MOLEKUL

DISUSUN OLEH :
CITRA OKTASARI (06101281320002)
EZA OKTA NOVIANIS (06101281320018)
EKO DIANTO (06101381320015)
TRY PURI ANGGRAINI (06101381320024)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Hibridisasi dan Gaya Antar Molekul. Makalah ini
digunakan dalam persentase pada mata kuliah Ikatan Kimia yang dibimbing oleh
Bapak Drs. M. Hadeli L, M.Si.
Penulisan makalah ini banyak kekurangan baik dari segi materi, bahasa dan
susunan makalahnya, untuk itu kami sebagai penulis meminta maaf kepada para
pembaca dan rekan Mahasiswa. Penulis juga menerima masukan yang positif dari
para pembaca dan rekan-rekan Mahasiswa untuk kesempurnaan makalah ini dan
menambah pengetahuan penulis khususnya dalam mata kuliah IKATAN KIMIA.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan juga meminta maaf jika ada kata-
kata yang tidak berkenan di hati para pembaca makalah yang berjudul Hibridisasi dan
Gaya Antar Molekul.

Palembang, November 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1.................................................................................................LATAR BELAKANG
.......................................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................5
1.3 TUJUAN..................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 STRUKTUR MOLEKUL........................................................................................6
2.2 SEJARAH PENEMUAN HIBRIDISASI................................................................7
2.3 TEORI DOMAIN ELEKTRON..............................................................................8
2.4 PENGERTIAN HIBRIDISASI................................................................................9
2.5 PROSES HIBRIDISASI........................................................................................12
2.6 MACAM HIBRIDISASI.......................................................................................14
2.7 HIBRIDISASI dan BENTUK MOLEKUL...........................................................19
Jenis-jenis Struktur Molekul................................................................................23
2.8 GAYA ANTARMOLEKUL...................................................................................27
BAB III........................................................................................................................32
KESIMPULAN...........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hibridisasi adalah penyetaraan tingkat energi melalui penggabungan antarorbital


senyawa kovalen atau kovalen koordinasi.Teori hibridisasi dipromosikan oleh
kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4).
Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana,
namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap
sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan
kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang
melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia
organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia
umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi
dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang
sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-
orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom
yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-
orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah
satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrdingernya memiliki penyelesaian
analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit
untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan
asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa
kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-
molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan
penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan
untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P
dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam
metana.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan sejarah penemuan teori hibridisasi!
2. Apakah pengertian hibridisasi?
3. Sebutkan proses-proses dalam hibridisasi!
4. Sebutkan macam-macam hibridisasi!
5. Jelaskan tentang teori hibridisasi dan bentuk molekul!
6. Apakah perbedaan teori hibridisasi dan teori orbital molekul?
7. Sebutkan proses penghibridaan!

1.3 TUJUAN
1 Mampu menjelaskan sejarah penemuan teori hibridisasi
2 Mampu menjelaskan tentang pengertian hibridisasi
3 Mampu menyebutkan proses-proses dalam hibridisasi
4 Mampu menjelaskan macam-macam hibridisasi
5 mengetahui tentang teori hibridisasi dan bentuk orbital molekul
6 mampu membedakan teori hibridisasi dan teori orbital molekul
mengetahui proses-proses penghibridaan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR MOLEKUL
Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur atau atom yang
membentuk molekul. Molekul terdiri dari sejumlah atom yang bergabung melalui
ikatan kimia, baik itu ikatan kovalen, ikatan hidrogen dan ikatan ion, serta ikatan-
iktan kimia lainnya. Dan atom tersebut berkisar dari jumlah yang sangat sedikit(dari
atom tunggal, seperti gas mulia) sampai jumlah yang sangat banyak (seperti pada
polimer, protein atau bahkan DNA). Bentuk molekul, yang berarti cara atom tersusun
di dalam ruang, mempengaruhi banyak sifat-sifat fisika dan kimia molekul tersebut.
Kebanyakan molekul mempunyai bentuk yang didasarkan kepada lima bentuk
geometri yang berbeda.
Molekul-molekul di dalam berikatan, mengacu pada beberapa aturan dan bentuk-
bentuk ikatan kimia. Apabila molekul ingin berikatan harus sesuai dengan aturan-
aturan atau syarat-syarat unsur-unsur tersebut dalam membentuk sebuah molekul.
Karena tidak sembarang suatu unsure membentuk molekul.
Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling
berikatan dengan sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral
serta cukup stabil. Menurut definisi ini, molekul berbeda dengan ion poliatomik.
Dalam kimia organik danbiokimia, istilah molekul digunakan secara kurang kaku,
sehingga molekul organik dan biomolekulbermuatan pun dianggap termasuk molekul.
Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk merujuk pada
partikel gas apapun tanpa bergantung pada komposisinya. Menurut definisi ini, atom-
atom gas muliadianggap sebagai molekul walaupun gas-gas tersebut terdiri dari atom
tunggal yang tak berikatan.
Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang berunsur sama
(misalnya oksigen O2), ataupun terdiri dari unsur-unsur berbeda (misalnya air H2O).
Atom-atom dan kompleks yang berhubungan secara non-kovalen (misalnya terikat
oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara umum tidak dianggap sebagai satu
molekul tunggal.
2.2 SEJARAH PENEMUAN HIBRIDISASI
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam
menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4).Secara historis, konsep ini
dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini
selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah
heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan
kuantitatif.Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang
melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia
organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia
umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model
representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul.Dalam kasus
hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom
hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari
orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang
bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena
ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrdingernya memiliki
penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan
terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan
oksigen.Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan.Perlu
dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun
untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori
hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan
untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P
dan S).Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam
metana.
2.3 TEORI DOMAIN ELEKTRON
Teori Domain Elektron adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul
berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori
Domain Elekton akan menjelaskan susunan elektron dalam suatu atom yang
berikatan. Posisi elektron ini akan mempengaruhi bentuk geometri molekulnya dan
bentuk geometri ini akan dijelaskan melalui teori VSEPR(Valence Shell Electron
Pair Repulsion).
Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pain Repulsion) yaitu teori tolak menolak
pasangan pasangan elektron pada kulit terluar atom pusat.Teori ini menekankan
pada kekuatan tolak menolak diantara pasangan -pasangan elektron pada atom pusat
urutan kekuatannya adalah sebagai berikut :Pasangan Elektron Terikat (PET) ;
Pasangan Elektron Bebas (PEB).
Domain Elektron berarti kedudukan electron atau daerah keberadaan elektron.
Jumlah domain elektron ditentukan sebagai berikut:

Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal,rangkap dua atau rangkap tiga)
berarti 1 domain
Setiap pasangan elektron bebas berarti satu domain.

2.4 PENGERTIAN HIBRIDISASI


Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk
orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan
atom.Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan
bentuk orbital molekul dari sebuah molekul.Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan
dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan teori
VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada hubungannya sama
sekali dengan teori VSEPR.
Perhatikan konfigurasi elektron Be, B dan C
Be : 1s2 2s2
B : 1s2 2s2 2p1
C : 1s2 2s2 2p2
Berilium dapat membentuk senyawa yang bersifat kovalen seperti BeH2 dan
BeCl2.Boron dapat membentuk senyawa dengan perbandingan 1:3 seperti BF3 dan
BCl3. Pada senyawa karbon yang lebih dari sejuta banyaknya dapat dijumpai atom
karbon yang terikat melalui empat pasangan elektron ikatan. Jika ditinjau dari
konfigurasi elektron saja, maka dapat diduga bahwa, berilium yang orbitalnya terisi
penuh tidak dapat membentuk satu ikatan kovalen, sedangkan karbon hanya dapat
membentuk dua ikatan kovalen. Kontradiksi antara pengamatan eksperimen dan
ramalan berdasarkan model atom, menunjukkan bahwa model orbital atom masih
jauh dari sempurna untuk menjelaskan ikatan kimia. Oleh sebab itu, penyusunan
elektron dalam orbital setiap bilangan kuantum utama perlu ditata
kembali.Penyusunan kembali orbital dalam sebuah atom, untuk membentuk
seperangkat orbital yang ekivalen dalam molekul disebut hibridisasi.
Teori domain elektron dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul,
tetapi teori ini tidak dapat digunakan untuk mengetahui penyebab suatu molekul
dapat berbentuk seperti itu. Sebagai contoh, teori domain elektron meramalkan
molekul metana (CH4) berbentuk tetrahedron dengan 4 ikatan C-H yang ekuivalen
dan fakta eksperimen juga sesuai dengan ramalan tersebut, akan tetapi mengapa
molekul CH4 dapat berbentuk tetrahedron? Pada tingkat dasar, atom C (nomor atom
= 6) mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut.

Dengan konfigurasi elektron seperti itu, atom C hanya dapat membentuk 2


ikatan kovalen (ingat, hanya elektron tunggal yang dapat dipasangkan untuk
membentuk ikatan kovalen). Oleh karena ternyata C membentuk 4 ikatan kovalen,
dapat dianggap bahwa 1 elektron dari orbital 2s dipromosikan ke orbital 2p, sehingga
C mempunyai 4 elektron tunggal sebagai berikut.

menjadi

Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekuivalen dengan satu


pada satu orbital 2s dan tiga pada orbital 2p, sehingga tidak dapat menjelaskan
penyebab C pada CH4 dapat membentuk 4 ikatan ekuivalen yang equivalen. Untuk
menjelaskan hal ini, maka dikatakan bahwa ketika atom karbon membentuk ikatan
kovalen dengan H membentuk CH4, orbital 2s dan ketiga orbital 2p mengalami
hibridisasi membentuk 4 orbital yang setingkat. Orbital hibridanya ditandai dengan
sp3 untuk menyatakan asalnya, yaitu satu orbital s dan 3 orbital p. 6C: 1s2 2s1 2p3
mengalami hibridisasi menjadi 6C : 1s2 (2sp3)4 Hibridisasi tidak hanya menyangkut
tingkat energi, tetapi juga bentuk orbital gambar. Sekarang, C dengan 4 orbital hibrida
sp3, dapat membentuk 4 ikatan kovalen yang equivalen.

Molekul Metana (CH4), Pada tingkat dasar, atom karbon sebagai atom pusat
dengan nomor atom 6 mempunyai konfigurasi elektron = 1s2 2s2 2p2

Diagram orbital atom C


Dari diagram orbital, hanya ada dua elektron yang tidak berpasangan (elektron
yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen) jadi seharusnya atom C hanya dapat
berikatan dengan dua atom H membentuk CH2. Tetapi kenyataannya senyawa CH2
tidak ada, yang ada adalah CH4.
Pembentukan molekul CH4 dapat dijelaskan dengan teori hibridisasi. Tahapan
pembentukan ikatan dalam molekul CH4 sebagai berikut:

Gambar 2.8. Diagram pembentukan orbital hibrida sp3 dan geometri molekul CH4

Teori ini menjelaskan adanya promosi satu elektron dari orbital 2s ke orbital
2pz membentuk empat orbital baru yang setingkat. Orbital tersebut dinamakan orbital
hibrida sp3. Kemudian terjadi empat ikatan C-H akibat adanya pertindihan orbital 1s
dari hidrogen dengan orbital sp3 dari karbon membentuk geometri tetrahedral.

Dari penjelasan tersebut, penentuan geometri molekul menurut teori hibridisasi


atau teori ikatan valensi didasarkan bagaimana atom-atom membagi elektron saat
terjadinya ikatan. Bila dua atom berikatan secara kovalen, orbital salah satu atom
akan mengalami tumpang tindih (overlap) dengan orbital atom lainnya. Pasangan
elektron akan dibagi diantara kedua orbital yang tumpang tindih sehingga kepadatan
elektron akan terkumpul diantara inti atom-atom yang berikatan, seperti pada gambar
2.8.

Gambar 2.9. tumpang tindih antara orbital 1s.

Hibridisasi adalah proses pembentukan orbital-orbital hibrida dengan tingkat


energi yang sama (orbital-orbital degenerat) dari orbital-orbital asli yang jenis dan
tingkat energinya berbeda.

2.5 PROSES HIBRIDISASI


Proses hibridisasi berlangsung dalam tahap-tahap berikut :
1. Elektron mengalami promosi ke orbital yang tingkat energinya lebih tinggi.
Misalnya pada Be : dari 2s ke 2p)
2. Orbital-orbital bercampur atau berhibridisasi membentuk orbital hibrida yang
ekivalen.

Contoh 1: Be mempunyai konfigurasi elektron 1s2 2s2. Satu elektron dari 2s


mengalami promosi menghasilkan konfigurasi 1s2 2s1 2p1x.Orbital 2s dan
2p1x berhibridisasi membentuk dua orbital hibrida sp yang ekivalen
berbentuk garis lurus.

Contoh 2: B mempunyai konfigurasi elektron terluar 2s2 2p1. Suatu elektron


dari 2s mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 2s1 2p1x
2p1y.Orbital 2s 2px dan 2py berhibridisasi membentuk tiga orbital hibrida sp2
yang ekivalen berbentuk segitiga datar.

Contoh 3: C mempunyai konfigurasi elektron terluar 2s2 2p2. Satu elektron


dari 2s mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 2s1 2p1x 2p1y
2p1z.Orbital 2s.2px. 2py dan 2pz berhibridisasi membentuk 4 orbital hibrida
sp3 yang ekivalen berbentuk tetrahedral.

Contoh 4: P mengalami konfigurasi elektron terluar 3s2 3p3. Satu elektron


dari 3s mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 3s1 3p1x 3p1y
3p1z 3d1.Orbital 3s, 3px, 3py, 3pz dan 3d1z membentuk 5 orbital hibrida
sp3d yang ekivalen berbentuk trigonal bipiramida.

Contoh 5: S mempunyai konfigurasi elektron terluar 3s2 3p4. Satu elektron


dari 3s dan satu elektron dari 3p mengalami promosi menghasilkan
konfigurasi elektron 3s1 3p2x 3p1y 3p1z 3d1 3d1x2-y2.Keenam orbitak
diatas berhibridisasi membentuk 6 orbital hibrida sp3d2 yang ekivalen dengan
bentuk oktahedral.

2.6 MACAM HIBRIDISASI


Pada pembentukan ikatan kovalen, dua orbital atom overlap satu dengan yang
lain membentuk orbital molekul. Tiap-tiap orbital atom harus berisi satu elektron,
karena orbital molekul hanya dapat diisi oleh dua elektron yang spinnya
berlawanan.Ini berarti, ikatan yang terbentuk oleh suatu atom, tergantung elektron
yang tidak berpasangan. Kovalensi atom-atom biasanya sama dengan jumlah elektron
yang tidak berpasangan. Contohnya CH4 yang mempunyai struktur tetrahedral.
Hubungan antara jumlah dan jenis orbital atom pusat yang digunakan pada
proses hibridisasi terhadap geometri molekul senyawa bersangkutan dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S.


Silberberg, 2000

Dengan mengetahui jenis dan jumlah orbital atom pusat yang terlibat dalam
proses pembentukan ikatan, kita hanya dapat menentukan bentuk geometri (domain
elektron) molekul bersangkutan. Sementara untuk menentukan bentuk molekul, kita
dapat menggunakan teori VSEPR. Dengan demikian, teori hibridisasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari teori VSEPR. Melalui kombinasi kedua teori
tersebut, kita dapat mempelajari jenis dan jumlah orbital yang terlibat dalam
pembentukan ikatan sekaligus meramalkan bentuk molekulnya.
Teori ikatan valensi dapat juga diterapkan dalam molekul poliatomik, tetapi
dibutuhkan skema khusus tertentu untuk menjelaskan geometri molekul. Berikut
adalah contoh perlakuan teori ikatan valensi terhadap ikatan dalam molekul
poliatomik.

a) Hibridisasi sp atau linear

Gabungan orbital s dan p, membentuk orbital baru yaitu orbital hibrida sp


yang co-linear.Orbital yang besar diperoleh dengan penambahan, yang kecil
dengan pengurangan dari fungsi gelombangnya. Berikut ini adalah
pembentukan orbital hibrida sp. Hibridisasi sp terjadi dalam molekul dengan
ikatan rangkap tiga seperti halnya alkuna. Sebagai contoh dari pembentukan
orbital hibrida sp, yaitu:
berilium klorida, BeCl2

Dalam keadan padat zat ini terdapat sebagai (BeCl2)2 tetapi dalam larutan
dan dalam keadaan uap terdapat sebagai molekul BeCl2. Orbital sp dari
Be overlap dengan orbital 3px dari atom Cl membentuk orbital molekul.
Ikatannya adalah ikatan . Berikut ini adalah pembentukan orbital
molekul BeCl2.
Molekul hidrogen halida, HX

Hidrogen halida terbentuk dari overlap orbital 1s dari atom H dengan


orbital px dari halogen. Karena ikatan dari orbital sp lebih kuat daripada
ikatan s dan p sendiri, ikatan dalam HX biasanya juga dijelaskan dengan
mula-mula membentuk orbital hibrida sp bagi halogennya. Contoh
hidrogen halida adalah molekul HF yang terbentuk seperti pada gambar
berikut
b) Hibridisasi sp2 atau trigonal planar
Kombinasi satu orbital s dan dua orbital p membentuk orbital hibrida sp2
yang bentuknya trigonal planar dengan sudut antara 1200. Ikatan dengan
orbital sp2 lebih kuat daripada ikatan dengan orbital s atau orbital p. Berikut
ini adalah pembentukan orbital hibrida sp2. Untuk melihat contoh dari
hibridisasi sp2 akan digunakan contoh molekul etilena(C2H4) yang memiliki
ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya. Rumus bangun etilena
ditunjukan dalam ganbar (2)

Gambar 2 Rumus bangun eilena

Dalam ikatan etilena ini, karbon akan membentuk hibridisasi sp2, dalam
hibridisasi sp2 ini, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p
membentuk tiga orbital sp2 dengan 1 orbital p tersisa.

c) Hibridisasi sp3 atau tetrahedral

Hibridisasi satu orbital s dan tiga orbital p, membentuk orbital hibrida sp3
yang strukturnya tetrahedral.Sudut ikatan dengan orbital ini mendekati
109028.

Untuk menjelaskan mengenai hibridisasi sp3 pada molekul poliatomik, akan


digunakan contoh molekul metana (CH4). Metana memiliki atom pusat
sebuah karbon yang berkoordinasi secara terahedral. Oleh karena itu, atom
karbon pusat haruslah memiliki orbital-orbital yang simetri tepat dengan 4
atom hidrogen. Konfigurasi dasar dari karbon adalah :

Dengan teori ikatan valensi, maka dapat diprediksi bahwa berdasarkan pada
keberadaan dua orbital yang terisi setengah, atom C akan membentuk dua
buah ikatan kovalen membentuk CH2. Namun CH2 merupakan molekul yang
sangat reaktif sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk
menjelaskan terbentuknya molekul CH4.

Untuk itu, digunakan teori hibridisasi, dimana langkah awal adalah eksitasi
satu atau lebih elektron valensi C

Proton yang membentuk inti hidrogen akan akan menarik salah satu elektron
valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke
orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-
elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti efektif.

Kombinasi gaya-gaya ini membentuk orbital hibrid. Dalam kasus CH4 ini,
orbital 2s bergabung dengan orbital 2p membentuk hibrid sp3 menjadi:
Senyawa-senyawa dengan orbital hibrida sp3, seperti : CH4, SiH4, SnCl4,
SnBr4, Pb(C2H5)4, SO42-, ClO4-, NH4+, BH4-, dan BF4-.
Pembentukan molekul-molekul NH3 dan H2O serta HF, juga dapat dijelaskan
dengan pembentukan orbital hibrida sp3, hanya dalam hal ini ada orbital-
orbital yang tidak dipakai untuk membentuk ikatan.Berikut gambar orbital
molekul H2O sudut ikatan 104031, NH3 sudut ikatan 10703, HF, dan CH4.
d) Hibridisasi d2sp3 dan sp3d2 atau oktahedral

Kombinasi satu orbital s, tiga orbital p dan dua orbital d, membentuk orbital
d2sp3 atau sp3d2 yang disebut hibridisasi oktahedral karena strukturnya
oktahedral. Hibridisasi ini misalnya terjadi pada senyawa SF6, suatu senyawa
yang berbentuk gas dan tidak berwarna.
e) Hibridisasi sp3d atau trigonal bipiramidal

Orbital hibrida sp3d mempunyai bentuk trigonal bipiramidal. Tiga orbital


planar dengan sudut-sudut 1200 dan orbital sisanya tegak lurus pada orbital
yang lain.
Molekul PCl5 terbentuk dengan orbital hibrida sp3d masing-masing orbital
overlap dengan orbital 3px dari atom Cl membentuk orbital molekul .
Penentuan geometri molekul dengan menggunakan hibridisasi orbital ini tidak
dapat dilakukan dengan akurat apabila terdapat pasangan elektron bebas
dalam atom pusat, hal ini dikarenakan gaya tolakan yang besar antara
pasangan elektron bebas akan memperkecil sudut ikat dari molekul tersebut.

2.7 HIBRIDISASI dan BENTUK MOLEKUL


Penggunaan orbital hibrida untuk menerangkan dan mengaitkan struktur tidak
begitu lazim lagi pada tahun-tahun ini, untuk memberikan jalan bagi penggunaan
yang umum dari teori orbital molekul.Alasan-alasan utamanya adalah bahwa
pendekatan orbital molekul lebih mudah diterapkan untuk perhitungan kuantitatif
yang menggunakan komputer digital, dan karena dengan perhitungan semacam itu
dimungkinkan untuk menerangkan spektra molekul secara lebih mudah.
Bagaimanapun konsep orbital hibrida tetap memiliki kelebihan tertentu karena
kesederhanaanya, dan dalam banyak hal memberikan cara yang sangat mudah untuk
mengaitkan dan menerangkan struktur molekul.
Hibridisasi, bersama dengan teori VSEPR, membantu kita dalam menjelaskan
bentuk molekul:
a. AX1 (contoh: LiH) : tidak ada hibridisasi; berbentuk linear
b. AX2 (contoh: BeCl2) : hibridisasi sp; berbentuk Linear atau diagonal; sudut
ikat
cos1(1) = 180
c. AX2E (contoh: GeF2) : berbentuk V, < 120
d. AX3 (contoh: BCl3) : hibridisasi sp2; berbentuk datar trigonal; sudut ikat
cos1(1/2)
= 120
e. AX3E (contoh: NH3) : piramida trigonal, 107
f. AX4 (contoh: CCl4) : hibridisasi sp3; berbentuk tetrahedral; sudut ikat
cos1(1/3)
109.5
g. AX5 (contoh: PCl5) : hibridisasi sp3d; berbentuk Bipiramida trigonal
h. AX6 (contoh: SF6) : hibridisasi sp3d2; berbentuk oktahedral (atau
bipiramida
persegi)

Hal ini berlaku apabila tidak terdapat pasangan elektron menyendiri (lone pair
electron) pada atom pusat. Jika terdapat pasangan elektron menyendiri, maka elektron
tersebut harus dihitung pada bagian Xi, namun sudut ikat akan menjadi lebih kecil
karena gaya tolak menolak. Sebagai contoh, air (H2O) memiliki atom oksigen yang
berikatan dengan dua H dan dua pasangan elektron menyendiri, hal ini berarti
terdapat 4 elemen pada O. Sehingga termasuk dalam kategori AX4 dan terdapat
hibridisasi sp3.
Orbital hibrida Jumlah PEI dan Bentuk molekul Sudut ikatan Contoh
PEB
sp 2 Garis lurus, 180 BeCl2
diagonal
sp2 3 Trigonal 120 C2H2
sp3 4 Bujur sangkar 90 Ni(CN)42-
sp3d 5 Bipiramida 120 dan 90 PCl5
trigonal
d2sp3 6 Oktahedral 90 Fe(CN)63-
sp3d2 6 Oktahedral 90 SF6
FeF63-
TEORI HIBRIDISASI VS TEORI ORBITAL MOLEKUL

Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan
secara umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku
pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih digunakan secara
luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah ditinggalkan pada
kebanyakan cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah
kegagalan teori ini dalam memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan
molekul, meliputi senyawa yang paling dasar seperti air dan metana. Dari sudut
pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi ini cenderung terlalu menekankan
lokalisasi elektron-elektron ikatan dan tidak secara efektif mencakup simetri
molekul seperti yang ada pada teori orbital molekul.

Jenis
Utama kelompok Logam transisi
molekul
Linear (180) Tekuk (90)
AX2 hibridisasi sp hibridisasi sd
E.g., CO2 E.g., VO2+
Datar trigonal
Piramida trigonal (90)
(120)
AX3 hibridisasi sd2
hibridisasi sp2
E.g., CrO3
E.g., BCl3
Tetrahedral (109.5)
AX4 hibridisasi sp3 hibridisasi sd3
E.g., CCl4 E.g., MnO4
Piramida persegi (66, 114)[5]
AX5 - hibridisasi sd4
E.g., Ta(CH3)5
Prisma trigonal (63, 117)[5]
AX6 - hibridisasi sd5
E.g., W(CH3)6
molekul hipervalen (Ikatan tiga-pusat empat-elektron)
Linear (180)
AX2 - orbital s
E.g., Ag(NH3)2+
Datar trigonal (120)
AX3 - orbital s
E.g., Cu(CN)32
Datar persegi (90)
AX4 - hibridisasi sd
E.g., PtCl42
Bipiramida trigonal (90, 120)
AX5 hibridisasi sp3 hibridisasi sd
E.g., PCl5 E.g., Fe(CO)5
Oktahedral (90)
AX6 hibridisasi sp3 hibridisasi sd2
E.g., SF6 E.g., Mo(CO)6
AX7 Bipiramida pentagonal (90, 72)
hibridisasi sp3 hibridisasi sd3
E.g., IF7 E.g., V(CN)74
AX8 Jumlah
Antiprisma persegi
Jenis ikatan
hibridisasi sp3 ikatan hibridisasi
Bentuk
sd4 geometri
E.g., IF8 maksimum
E.g., Re(CN)83

Sp 2 Linier

sp2 3 Segitiga datar

sp3 4 Tetrahedron

dsp3 5 Trigonal bipiramid

sp2d ; dsp2 4 Segiempat tetra hedral

d2sp3 ; sp3d2 6 Oktahedron


Jenis-jenis Struktur Molekul

Molekul sederhana mempunyai struktur dan bentuk molekul sebagai berikut:

Linier
Pada model linier, atom-atom terhubung pada sebuah garis lurus. Sudut ikatan yang
terbentuk adalah 180. Sudut ikatan yang terbentuk adalah antara atom-atom yang
saling berdekatan. Contoh molekul linier adalah karbondioksida (CO2).

Trigonal planar
Seperti namanya, molekul ini membentuk sebuah segitiga sama sisi. Sudut yang
terbentuk adalah 120. Contoh molekul trigonal planar adalah boron trifluorida (BF3).

Bengkok
Bentuk bengkok suatu molekul mempunyai sudut tidak sama dengan 180. Contoh
dari molekul bengkok adalah air (H2O).
Tetrahedral
Tetra berarti empat, sedangkan hedral berarti sisi. Jadi molekul tetrahedral
mempunyai empat sisi muka. Sudut yang terbentuk adalah 109,47. Contoh molekul
tetrahedral adalah metana (CH4).

Oktahedral
Okta berarti delapan, sedangkan hedral berarti sisi. Jadi molekul tetrahedral
mempunyai delapan sisi muka. Sudut yang terbentuk adalah 90. Contoh molekul
tetrahedral adalah belerang heksafluorida (SF6).
Piramida
Bentuk molekul ini mirip dengan piramida (limas segi empat). Contoh molekul
piramida adalah amonia (NH3).

FAKTOR FAKTOR yang MEMPENGARUHI BENTUK MOLEKUL

Berdasarkan teori domain elektron:


1. Setiap pasangan elektron pada kulit terluar, baik pasangan elektron ikatan maupun
pasangan elektron bebas menempati ruang tertentu, yang disebut domain.
2. Ikatan rangkap menempati satu domain, karena pasanngan elektron pada ikatan
rangkap berada pada daerah atau ruang yang sama diantara dua atom yang
berikatan.
3. Pasangan elektron bebas dan pasanga elektron ikatan rangkap menempati ruang
lebih besar dibandingkan ruang yang ditempati pasangan elektron ikatan tunggal.
4. Setiap pasangan elektron saling tolak menolak satu sama lain dengan urutan
kekuatan tolakan: PEB-PEB > PEI-PEB > PEI-PEI (PEB = pasangan elektron
bebas, PEI = pasangan elektron ikatan)
5. Setiap domain pasangan elektron mengambil tempat sedemikian rupa sehingga
tolakan diantara pasangan elektron sekecil mungkin.
6. Bentuk molekul ditentukan oleh pasangan elektron ikatan.

Berdasarkan hibridisasi :
1. Hanya orbital-orbital yang memiliki tingkat energy berdekatan yang dapat
bercampur menghasilkan orbital hibrid yangn baik.
2. Jumlah orbital hibrid yang dihasilkan sama dengan banyaknya orbital yang
bercampur.
3. Orbital hibrid diberi lambing sesuai dengan jenis dan jumlah orbital yang
bercampur.
4. Orbital hibrid memiliki tingkat energi diantara tingkat energy orbital-orbital atom
yang bercampur. Urutan tingkat energi orbital hibrid: sp < sp2 < sp3 < dsp2 < d2sp3.
5. Dalam hibridisasi yang bercampur adalah sejumlah orbital bukan sejumlah
elektron.
6. Orbital orbital hibrid memiliki orientasi ruang yang menentukan struktur
molekul.

2.8 GAYA ANTARMOLEKUL

Gaya antarmolekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang


menimbulkan tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada suhu
tertentu, kekuatan tarikan antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas, cair, atau
padat. Kekuatan gaya antarmolekul lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen maupun
ikatan ion. Ikatan kimia dan gaya antarmolekul memiliki perbedaan. Ikatan kimia
merupakan gaya tarik menarik di antara atom- atom yang berikatan, sedangkan gaya
antarmolekul merupakan gaya tarik menarik di antara molekul (perhatikan Gambar
2.23).

Ada tiga jenis gaya antarmolekul, yaitu gaya dipol-dipol, gaya London, dan ikatan
hidrogen. Gaya dipol-dipol dan gaya London dapat dianggap sebagai satu jenis gaya,
yaitu gaya van der Waals.

1. Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol-dipol adalah gaya yang terjadi di antara molekul-molekul yang
memiliki sebaran muatan tidak homogen, yakni molekul-molekul dipol atau
molekul polar. Molekul-molekul polar memiliki dua kutub muatan yang
berlawanan. Oleh karena itu, di antara molekul-molekulnya akan terjadi antaraksi
yang disebabkan kedua kutub muatan yang dimilikinya. Pada antaraksi dipol-
dipol, ujung-ujung parsial positif suatu molekul mengadakan tarikan dengan
ujung-ujung parsial negatif dari molekul lain yang mengakibatkan orientasi
molekul-molekul sejajar. Tarikan dipol-dipol memengaruhi sifat-sifat fisik
senyawa, seperti titik leleh, kalor peleburan, titik didih, kalor penguapan, dan sifat
fisik lainnya.
Semakin kuat gaya antaraksi antarmolekul, semakin besar energi yang
diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi titik didihnya.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam molekul polar terjadi gaya antaraksi yang
relatif lebih kuat dibandingkan dalam molekul nonpolar.
2. Gaya London
Gaya London adalah gaya yang terjadi pada atom atau molekul, baik polar
maupun nonpolar. Gaya London atau disebut juga gaya dispersi, yaitu gaya yang
timbul akibat dari pergeseran sementara (dipol sementara) muatan elektron dalam
molekul homogen. Dalam ungkapan lain, dapat dikatakan bahwa gaya London
terjadi akibat kebolehpolaran atau distorsi awan elektron dari suatu molekul
membentuk dipol sementara (molekul polar bersifat dipol permanen). Mengapa
awan elektron dapat terdistorsi? Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Pada sekumpulan besar molekul, setiap saat selalu terjadi tumbukan
antarmolekul, tumbukan ini menimbulkan dipol sementara membentuk muatan
parsial positif pada salah satu ujung molekul dan muatan parsial negatif pada
ujung yang lain (terdistorsi).
b. Molekul-molekul yang terdistorsi selanjutnya menginduksi molekul lain
membentuk dipol terinduksi.
c. Akibat terbentuk dipol sementara pada sejumlah molekul yang bertumbukan
dan menginduksi sejumlah molekul lain membentuk dipol terinduksi,
menimbulkan gaya tarik-menarik di antara molekul- molekul tersebut. Gaya
tarik-menarik seperti ini dinamakan gaya London.
d. Gejala tersebut berlangsung secara terus menerus dan berimbas kepada
molekul-molekul lain sehingga terjadi gaya London di antara molekul-molekul
yang ada. Dengan demikian, gaya London adalah gaya antaraksi antaratom atau
molekul yang memiliki dipol sementara dengan jarak yang sangat berdekatan
satu sama lain. Kekuatan gaya London dipengaruhi oleh ukuran, bentuk
molekul, dan kemudahan distorsi dari awan elektron. Sentuhan di antara atom
atau molekul dengan luas permukaan sentuhan besar menghasilkan peluang
lebih besar membentuk dipol sementara dibandingkan bidang sentuh yang
relatif kecil. Semakin besar luas permukaan bidang sentuh molekul, semakin
besar peluang terjadinya dipol sementara.

3. Ikatan Hidrogen
Senyawa yang mengandung atom hidrogen dan atom yang memiliki
keelektronegatifan tinggi, seperti fluorin, klorin, nitrogen, dan oksigen dapat
membentuk senyawa polar, mengapa? Pada molekul polar, pasangan lektron ikatan
yang digunakan bersama lebih tertarik ke arah atom dengan keelektronegatifan
tinggi. Akibatnya, atom hidrogen menjadi lebih bermuatan positif. Akibat dari
gejala tersebut, atom hidrogen dalam molekul polar seolah-olah berada di antara
atom-atom elektronegatif. Apa yang akan terjadi jika atom hidrogen yang
bermuatan parsial positif berantaraksi dengan atom-atom pada molekul lain yang
memiliki muatan parsial negatif dan memiliki pasangan elektron bebas. Anda pasti
menduga akan terjadi antaraksi di antara molekul-molekul tersebut sebab
molekulnya polar. Berdasarkan hasil pengamatan, dalam senyawa-senyawa polar
yang mengandung atomhidrogen ada antaraksi yang lebih kuat dibandingkan
antaraksi dipolmaupun gaya London. Antaraksi ini dinamakan ikatan hydrogen.

Bila molekul saling berikatan dengan molekul lain akan membentuk benda,
dan karena jumlah molekul yang sangat banyak maka benda yang dapat terbentuk
bisa jauh lebih banyak lagi karena benda bukan hanya gabungan dari molekul-
molekul yang sama saja tapi justru lebih banyak dari molekul yang berbeda dan
dapat terbentuk dari beberapa bahkan jutaan molekul sekaligus, rasanya tidak
mungkin dapat dihitung dengan ilmu matematika, itulah salah satu keagungan
Illahi. Mekanisme ikatan antar molekul pada intinya hampir mirip dengan ikatan
antar molekul yaitu karena adanya tarik menarik dua sisi molekul yang berbeda
muatan (+ dan ).

Jenis ikatan antar molekul :

1. Ikatan hidrogen yaitu ikatan yang terbentuk antara hidrogen yang terikat pada
atom yang bersifat elektronegatif (tapi hanya F, O, dan N saja) contohnya
pada air : H-O-H disana H terikat di O, karena ikatan itu H bersifat cenderung
positif alasannya elektron lebih tertarik ke O, sehingga ketika kemudian H
tersebut ketemu dengan unsur elektronegatif yang lain contoh O dari air yang
lain, akan terjadi tarik menarik muatan positif H dengan muatan negatif O,
jadi deh ikatan antar mereka, dan jadilah air.

2. ikatan dipol-dipol, nah yang ini tidak terlalu sulit


penjelasannya, karena dipol merupakan kependekan
dari dwi polar yang diartikan dua polaritas (dua
kutub ya positif negatif) jadi jelas ini akan terjadi pada molekul-molekul
yang mengkutub dengan muatan yang berlawanan. Ikatan ini terjadi hampir
persis dengan ikatan hidrogen tapi untuk atom selain F, O, dan N.

3. Ikatan van der walls, ikatan terjadi karena adanya gaya London. Terjadi pada
molekul-molekul non polar atau yang tidak mengalami pengutuban muatan.
Jha kok bisa gimana dong terjadi ikatan? teori gaya london mengatakan
elektron pada suatu atom atau pada suatu molekul tidak pernah berhenti
bergerak, sehingga ada kejadian suatu ketika terjadi penumpukan muatan
pada salah satu sisi, misalnya pada molekul Adan B terjadi pengkutuban
negatif pada sebelah kiri, sehingga ketika sisi kiri A (negatif) ketemu sisi
kanan B (positif) jadinya ya.pastinya berikatan. Hanya saja ikatan ini sangat
lemah pastinya. iaktan ini yang kemudian menjadikan senyawa-senyawa
nonpolar.

4. Ikatan ion dipol, jelas ini terjadi antara ion (bisa kation yang positif atau anion
yang negatif) dengan senyawa yang polar, dan tentunya yang memiliki
muatan berlawanan.

BAB III

KESIMPULAN

Molekul terdiri dari sejumlah atom yang bergabung melalui ikatan kovalen, dan
atom tersebut berkisar dari jumlah yang sangat sedikit , sampai jumlah yang
sangat banyak. Bentuk molekul, yang berarti cara atom tersusun di dalam ruang,
mempengaruhi banyak sifat-sifat fisika dan kimia molekul tersebut.
Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur atau atom yang
membentuk molekul.
Teori Domain Elektron adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul
berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori
Domain Elekton akan menjelaskan susunan elektron dalam suatu atom yang
berikatan.
Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital
atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan
kualitatif sifat ikatan atom.
Berdasarkan teori domain elektron, Bentuk molekul ditentukan oleh pasangan
elektron ikatan ( PEI ).
Berdasarkan hibridisasi orbital orbital hibrid memiliki orientasi ruang yang
menentukan struktur molekul.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1986. Kimia I. Jakarta : Karunia, Universitas Terbuka

Companion, Audrey L. 1991. Ikatan Kimia. Bandung : ITB.

Cotton dan Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-Press).
Dwi S, Bardiana. 2009. Hibridisasi sp3.
http//kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/hibridisasi-sp3.html. (Online).
Diakses pada tanggal 2 November 2015.

Effendy. 2008. Teori VSEPR, Kepolaran dan Gaya Antar Molekul Edisi 2. Malang :
Bayumedia Publishing.

Faisal, Muhammad. 2011. Hibridisasi.


http//emprorerfaisal.blogspot.com/2011/09/hibridisasi.html. (Online). Diakses
pada tanggal 2 November.

Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

Masterton, Hurley. 2009. Chemistry, Principle and Reaction. USA: Brooks/Cole


Cengage Learning

Pettruci, Ralph. 2007. General Chemistry, Principles and Modern Applications E 9.


USA: Pearson Education

Rosenberg, Jeromel L dan E. Jasifi. 1992. Kimia Dasar Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga.

S. Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.

Syarifuddin, Nuraini. 1994. Ikatan Kimia. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Anda mungkin juga menyukai