Ikatan Kimia Hibidisasi Gaya Antar Molekul
Ikatan Kimia Hibidisasi Gaya Antar Molekul
DISUSUN OLEH :
CITRA OKTASARI (06101281320002)
EZA OKTA NOVIANIS (06101281320018)
EKO DIANTO (06101381320015)
TRY PURI ANGGRAINI (06101381320024)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Hibridisasi dan Gaya Antar Molekul. Makalah ini
digunakan dalam persentase pada mata kuliah Ikatan Kimia yang dibimbing oleh
Bapak Drs. M. Hadeli L, M.Si.
Penulisan makalah ini banyak kekurangan baik dari segi materi, bahasa dan
susunan makalahnya, untuk itu kami sebagai penulis meminta maaf kepada para
pembaca dan rekan Mahasiswa. Penulis juga menerima masukan yang positif dari
para pembaca dan rekan-rekan Mahasiswa untuk kesempurnaan makalah ini dan
menambah pengetahuan penulis khususnya dalam mata kuliah IKATAN KIMIA.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan juga meminta maaf jika ada kata-
kata yang tidak berkenan di hati para pembaca makalah yang berjudul Hibridisasi dan
Gaya Antar Molekul.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1.................................................................................................LATAR BELAKANG
.......................................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................5
1.3 TUJUAN..................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 STRUKTUR MOLEKUL........................................................................................6
2.2 SEJARAH PENEMUAN HIBRIDISASI................................................................7
2.3 TEORI DOMAIN ELEKTRON..............................................................................8
2.4 PENGERTIAN HIBRIDISASI................................................................................9
2.5 PROSES HIBRIDISASI........................................................................................12
2.6 MACAM HIBRIDISASI.......................................................................................14
2.7 HIBRIDISASI dan BENTUK MOLEKUL...........................................................19
Jenis-jenis Struktur Molekul................................................................................23
2.8 GAYA ANTARMOLEKUL...................................................................................27
BAB III........................................................................................................................32
KESIMPULAN...........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1 Mampu menjelaskan sejarah penemuan teori hibridisasi
2 Mampu menjelaskan tentang pengertian hibridisasi
3 Mampu menyebutkan proses-proses dalam hibridisasi
4 Mampu menjelaskan macam-macam hibridisasi
5 mengetahui tentang teori hibridisasi dan bentuk orbital molekul
6 mampu membedakan teori hibridisasi dan teori orbital molekul
mengetahui proses-proses penghibridaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR MOLEKUL
Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur atau atom yang
membentuk molekul. Molekul terdiri dari sejumlah atom yang bergabung melalui
ikatan kimia, baik itu ikatan kovalen, ikatan hidrogen dan ikatan ion, serta ikatan-
iktan kimia lainnya. Dan atom tersebut berkisar dari jumlah yang sangat sedikit(dari
atom tunggal, seperti gas mulia) sampai jumlah yang sangat banyak (seperti pada
polimer, protein atau bahkan DNA). Bentuk molekul, yang berarti cara atom tersusun
di dalam ruang, mempengaruhi banyak sifat-sifat fisika dan kimia molekul tersebut.
Kebanyakan molekul mempunyai bentuk yang didasarkan kepada lima bentuk
geometri yang berbeda.
Molekul-molekul di dalam berikatan, mengacu pada beberapa aturan dan bentuk-
bentuk ikatan kimia. Apabila molekul ingin berikatan harus sesuai dengan aturan-
aturan atau syarat-syarat unsur-unsur tersebut dalam membentuk sebuah molekul.
Karena tidak sembarang suatu unsure membentuk molekul.
Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling
berikatan dengan sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral
serta cukup stabil. Menurut definisi ini, molekul berbeda dengan ion poliatomik.
Dalam kimia organik danbiokimia, istilah molekul digunakan secara kurang kaku,
sehingga molekul organik dan biomolekulbermuatan pun dianggap termasuk molekul.
Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk merujuk pada
partikel gas apapun tanpa bergantung pada komposisinya. Menurut definisi ini, atom-
atom gas muliadianggap sebagai molekul walaupun gas-gas tersebut terdiri dari atom
tunggal yang tak berikatan.
Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang berunsur sama
(misalnya oksigen O2), ataupun terdiri dari unsur-unsur berbeda (misalnya air H2O).
Atom-atom dan kompleks yang berhubungan secara non-kovalen (misalnya terikat
oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara umum tidak dianggap sebagai satu
molekul tunggal.
2.2 SEJARAH PENEMUAN HIBRIDISASI
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam
menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4).Secara historis, konsep ini
dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini
selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah
heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan
kuantitatif.Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang
melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia
organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia
umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model
representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul.Dalam kasus
hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom
hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari
orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang
bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena
ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrdingernya memiliki
penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan
terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan
oksigen.Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan.Perlu
dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun
untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori
hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan
untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P
dan S).Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam
metana.
2.3 TEORI DOMAIN ELEKTRON
Teori Domain Elektron adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul
berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori
Domain Elekton akan menjelaskan susunan elektron dalam suatu atom yang
berikatan. Posisi elektron ini akan mempengaruhi bentuk geometri molekulnya dan
bentuk geometri ini akan dijelaskan melalui teori VSEPR(Valence Shell Electron
Pair Repulsion).
Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pain Repulsion) yaitu teori tolak menolak
pasangan pasangan elektron pada kulit terluar atom pusat.Teori ini menekankan
pada kekuatan tolak menolak diantara pasangan -pasangan elektron pada atom pusat
urutan kekuatannya adalah sebagai berikut :Pasangan Elektron Terikat (PET) ;
Pasangan Elektron Bebas (PEB).
Domain Elektron berarti kedudukan electron atau daerah keberadaan elektron.
Jumlah domain elektron ditentukan sebagai berikut:
Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal,rangkap dua atau rangkap tiga)
berarti 1 domain
Setiap pasangan elektron bebas berarti satu domain.
menjadi
Molekul Metana (CH4), Pada tingkat dasar, atom karbon sebagai atom pusat
dengan nomor atom 6 mempunyai konfigurasi elektron = 1s2 2s2 2p2
Gambar 2.8. Diagram pembentukan orbital hibrida sp3 dan geometri molekul CH4
Teori ini menjelaskan adanya promosi satu elektron dari orbital 2s ke orbital
2pz membentuk empat orbital baru yang setingkat. Orbital tersebut dinamakan orbital
hibrida sp3. Kemudian terjadi empat ikatan C-H akibat adanya pertindihan orbital 1s
dari hidrogen dengan orbital sp3 dari karbon membentuk geometri tetrahedral.
Dengan mengetahui jenis dan jumlah orbital atom pusat yang terlibat dalam
proses pembentukan ikatan, kita hanya dapat menentukan bentuk geometri (domain
elektron) molekul bersangkutan. Sementara untuk menentukan bentuk molekul, kita
dapat menggunakan teori VSEPR. Dengan demikian, teori hibridisasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari teori VSEPR. Melalui kombinasi kedua teori
tersebut, kita dapat mempelajari jenis dan jumlah orbital yang terlibat dalam
pembentukan ikatan sekaligus meramalkan bentuk molekulnya.
Teori ikatan valensi dapat juga diterapkan dalam molekul poliatomik, tetapi
dibutuhkan skema khusus tertentu untuk menjelaskan geometri molekul. Berikut
adalah contoh perlakuan teori ikatan valensi terhadap ikatan dalam molekul
poliatomik.
Dalam keadan padat zat ini terdapat sebagai (BeCl2)2 tetapi dalam larutan
dan dalam keadaan uap terdapat sebagai molekul BeCl2. Orbital sp dari
Be overlap dengan orbital 3px dari atom Cl membentuk orbital molekul.
Ikatannya adalah ikatan . Berikut ini adalah pembentukan orbital
molekul BeCl2.
Molekul hidrogen halida, HX
Dalam ikatan etilena ini, karbon akan membentuk hibridisasi sp2, dalam
hibridisasi sp2 ini, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p
membentuk tiga orbital sp2 dengan 1 orbital p tersisa.
Hibridisasi satu orbital s dan tiga orbital p, membentuk orbital hibrida sp3
yang strukturnya tetrahedral.Sudut ikatan dengan orbital ini mendekati
109028.
Dengan teori ikatan valensi, maka dapat diprediksi bahwa berdasarkan pada
keberadaan dua orbital yang terisi setengah, atom C akan membentuk dua
buah ikatan kovalen membentuk CH2. Namun CH2 merupakan molekul yang
sangat reaktif sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk
menjelaskan terbentuknya molekul CH4.
Untuk itu, digunakan teori hibridisasi, dimana langkah awal adalah eksitasi
satu atau lebih elektron valensi C
Proton yang membentuk inti hidrogen akan akan menarik salah satu elektron
valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke
orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-
elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti efektif.
Kombinasi gaya-gaya ini membentuk orbital hibrid. Dalam kasus CH4 ini,
orbital 2s bergabung dengan orbital 2p membentuk hibrid sp3 menjadi:
Senyawa-senyawa dengan orbital hibrida sp3, seperti : CH4, SiH4, SnCl4,
SnBr4, Pb(C2H5)4, SO42-, ClO4-, NH4+, BH4-, dan BF4-.
Pembentukan molekul-molekul NH3 dan H2O serta HF, juga dapat dijelaskan
dengan pembentukan orbital hibrida sp3, hanya dalam hal ini ada orbital-
orbital yang tidak dipakai untuk membentuk ikatan.Berikut gambar orbital
molekul H2O sudut ikatan 104031, NH3 sudut ikatan 10703, HF, dan CH4.
d) Hibridisasi d2sp3 dan sp3d2 atau oktahedral
Kombinasi satu orbital s, tiga orbital p dan dua orbital d, membentuk orbital
d2sp3 atau sp3d2 yang disebut hibridisasi oktahedral karena strukturnya
oktahedral. Hibridisasi ini misalnya terjadi pada senyawa SF6, suatu senyawa
yang berbentuk gas dan tidak berwarna.
e) Hibridisasi sp3d atau trigonal bipiramidal
Hal ini berlaku apabila tidak terdapat pasangan elektron menyendiri (lone pair
electron) pada atom pusat. Jika terdapat pasangan elektron menyendiri, maka elektron
tersebut harus dihitung pada bagian Xi, namun sudut ikat akan menjadi lebih kecil
karena gaya tolak menolak. Sebagai contoh, air (H2O) memiliki atom oksigen yang
berikatan dengan dua H dan dua pasangan elektron menyendiri, hal ini berarti
terdapat 4 elemen pada O. Sehingga termasuk dalam kategori AX4 dan terdapat
hibridisasi sp3.
Orbital hibrida Jumlah PEI dan Bentuk molekul Sudut ikatan Contoh
PEB
sp 2 Garis lurus, 180 BeCl2
diagonal
sp2 3 Trigonal 120 C2H2
sp3 4 Bujur sangkar 90 Ni(CN)42-
sp3d 5 Bipiramida 120 dan 90 PCl5
trigonal
d2sp3 6 Oktahedral 90 Fe(CN)63-
sp3d2 6 Oktahedral 90 SF6
FeF63-
TEORI HIBRIDISASI VS TEORI ORBITAL MOLEKUL
Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan
secara umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku
pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih digunakan secara
luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah ditinggalkan pada
kebanyakan cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah
kegagalan teori ini dalam memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan
molekul, meliputi senyawa yang paling dasar seperti air dan metana. Dari sudut
pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi ini cenderung terlalu menekankan
lokalisasi elektron-elektron ikatan dan tidak secara efektif mencakup simetri
molekul seperti yang ada pada teori orbital molekul.
Jenis
Utama kelompok Logam transisi
molekul
Linear (180) Tekuk (90)
AX2 hibridisasi sp hibridisasi sd
E.g., CO2 E.g., VO2+
Datar trigonal
Piramida trigonal (90)
(120)
AX3 hibridisasi sd2
hibridisasi sp2
E.g., CrO3
E.g., BCl3
Tetrahedral (109.5)
AX4 hibridisasi sp3 hibridisasi sd3
E.g., CCl4 E.g., MnO4
Piramida persegi (66, 114)[5]
AX5 - hibridisasi sd4
E.g., Ta(CH3)5
Prisma trigonal (63, 117)[5]
AX6 - hibridisasi sd5
E.g., W(CH3)6
molekul hipervalen (Ikatan tiga-pusat empat-elektron)
Linear (180)
AX2 - orbital s
E.g., Ag(NH3)2+
Datar trigonal (120)
AX3 - orbital s
E.g., Cu(CN)32
Datar persegi (90)
AX4 - hibridisasi sd
E.g., PtCl42
Bipiramida trigonal (90, 120)
AX5 hibridisasi sp3 hibridisasi sd
E.g., PCl5 E.g., Fe(CO)5
Oktahedral (90)
AX6 hibridisasi sp3 hibridisasi sd2
E.g., SF6 E.g., Mo(CO)6
AX7 Bipiramida pentagonal (90, 72)
hibridisasi sp3 hibridisasi sd3
E.g., IF7 E.g., V(CN)74
AX8 Jumlah
Antiprisma persegi
Jenis ikatan
hibridisasi sp3 ikatan hibridisasi
Bentuk
sd4 geometri
E.g., IF8 maksimum
E.g., Re(CN)83
Sp 2 Linier
sp3 4 Tetrahedron
Linier
Pada model linier, atom-atom terhubung pada sebuah garis lurus. Sudut ikatan yang
terbentuk adalah 180. Sudut ikatan yang terbentuk adalah antara atom-atom yang
saling berdekatan. Contoh molekul linier adalah karbondioksida (CO2).
Trigonal planar
Seperti namanya, molekul ini membentuk sebuah segitiga sama sisi. Sudut yang
terbentuk adalah 120. Contoh molekul trigonal planar adalah boron trifluorida (BF3).
Bengkok
Bentuk bengkok suatu molekul mempunyai sudut tidak sama dengan 180. Contoh
dari molekul bengkok adalah air (H2O).
Tetrahedral
Tetra berarti empat, sedangkan hedral berarti sisi. Jadi molekul tetrahedral
mempunyai empat sisi muka. Sudut yang terbentuk adalah 109,47. Contoh molekul
tetrahedral adalah metana (CH4).
Oktahedral
Okta berarti delapan, sedangkan hedral berarti sisi. Jadi molekul tetrahedral
mempunyai delapan sisi muka. Sudut yang terbentuk adalah 90. Contoh molekul
tetrahedral adalah belerang heksafluorida (SF6).
Piramida
Bentuk molekul ini mirip dengan piramida (limas segi empat). Contoh molekul
piramida adalah amonia (NH3).
Berdasarkan hibridisasi :
1. Hanya orbital-orbital yang memiliki tingkat energy berdekatan yang dapat
bercampur menghasilkan orbital hibrid yangn baik.
2. Jumlah orbital hibrid yang dihasilkan sama dengan banyaknya orbital yang
bercampur.
3. Orbital hibrid diberi lambing sesuai dengan jenis dan jumlah orbital yang
bercampur.
4. Orbital hibrid memiliki tingkat energi diantara tingkat energy orbital-orbital atom
yang bercampur. Urutan tingkat energi orbital hibrid: sp < sp2 < sp3 < dsp2 < d2sp3.
5. Dalam hibridisasi yang bercampur adalah sejumlah orbital bukan sejumlah
elektron.
6. Orbital orbital hibrid memiliki orientasi ruang yang menentukan struktur
molekul.
Ada tiga jenis gaya antarmolekul, yaitu gaya dipol-dipol, gaya London, dan ikatan
hidrogen. Gaya dipol-dipol dan gaya London dapat dianggap sebagai satu jenis gaya,
yaitu gaya van der Waals.
1. Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol-dipol adalah gaya yang terjadi di antara molekul-molekul yang
memiliki sebaran muatan tidak homogen, yakni molekul-molekul dipol atau
molekul polar. Molekul-molekul polar memiliki dua kutub muatan yang
berlawanan. Oleh karena itu, di antara molekul-molekulnya akan terjadi antaraksi
yang disebabkan kedua kutub muatan yang dimilikinya. Pada antaraksi dipol-
dipol, ujung-ujung parsial positif suatu molekul mengadakan tarikan dengan
ujung-ujung parsial negatif dari molekul lain yang mengakibatkan orientasi
molekul-molekul sejajar. Tarikan dipol-dipol memengaruhi sifat-sifat fisik
senyawa, seperti titik leleh, kalor peleburan, titik didih, kalor penguapan, dan sifat
fisik lainnya.
Semakin kuat gaya antaraksi antarmolekul, semakin besar energi yang
diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi titik didihnya.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam molekul polar terjadi gaya antaraksi yang
relatif lebih kuat dibandingkan dalam molekul nonpolar.
2. Gaya London
Gaya London adalah gaya yang terjadi pada atom atau molekul, baik polar
maupun nonpolar. Gaya London atau disebut juga gaya dispersi, yaitu gaya yang
timbul akibat dari pergeseran sementara (dipol sementara) muatan elektron dalam
molekul homogen. Dalam ungkapan lain, dapat dikatakan bahwa gaya London
terjadi akibat kebolehpolaran atau distorsi awan elektron dari suatu molekul
membentuk dipol sementara (molekul polar bersifat dipol permanen). Mengapa
awan elektron dapat terdistorsi? Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Pada sekumpulan besar molekul, setiap saat selalu terjadi tumbukan
antarmolekul, tumbukan ini menimbulkan dipol sementara membentuk muatan
parsial positif pada salah satu ujung molekul dan muatan parsial negatif pada
ujung yang lain (terdistorsi).
b. Molekul-molekul yang terdistorsi selanjutnya menginduksi molekul lain
membentuk dipol terinduksi.
c. Akibat terbentuk dipol sementara pada sejumlah molekul yang bertumbukan
dan menginduksi sejumlah molekul lain membentuk dipol terinduksi,
menimbulkan gaya tarik-menarik di antara molekul- molekul tersebut. Gaya
tarik-menarik seperti ini dinamakan gaya London.
d. Gejala tersebut berlangsung secara terus menerus dan berimbas kepada
molekul-molekul lain sehingga terjadi gaya London di antara molekul-molekul
yang ada. Dengan demikian, gaya London adalah gaya antaraksi antaratom atau
molekul yang memiliki dipol sementara dengan jarak yang sangat berdekatan
satu sama lain. Kekuatan gaya London dipengaruhi oleh ukuran, bentuk
molekul, dan kemudahan distorsi dari awan elektron. Sentuhan di antara atom
atau molekul dengan luas permukaan sentuhan besar menghasilkan peluang
lebih besar membentuk dipol sementara dibandingkan bidang sentuh yang
relatif kecil. Semakin besar luas permukaan bidang sentuh molekul, semakin
besar peluang terjadinya dipol sementara.
3. Ikatan Hidrogen
Senyawa yang mengandung atom hidrogen dan atom yang memiliki
keelektronegatifan tinggi, seperti fluorin, klorin, nitrogen, dan oksigen dapat
membentuk senyawa polar, mengapa? Pada molekul polar, pasangan lektron ikatan
yang digunakan bersama lebih tertarik ke arah atom dengan keelektronegatifan
tinggi. Akibatnya, atom hidrogen menjadi lebih bermuatan positif. Akibat dari
gejala tersebut, atom hidrogen dalam molekul polar seolah-olah berada di antara
atom-atom elektronegatif. Apa yang akan terjadi jika atom hidrogen yang
bermuatan parsial positif berantaraksi dengan atom-atom pada molekul lain yang
memiliki muatan parsial negatif dan memiliki pasangan elektron bebas. Anda pasti
menduga akan terjadi antaraksi di antara molekul-molekul tersebut sebab
molekulnya polar. Berdasarkan hasil pengamatan, dalam senyawa-senyawa polar
yang mengandung atomhidrogen ada antaraksi yang lebih kuat dibandingkan
antaraksi dipolmaupun gaya London. Antaraksi ini dinamakan ikatan hydrogen.
Bila molekul saling berikatan dengan molekul lain akan membentuk benda,
dan karena jumlah molekul yang sangat banyak maka benda yang dapat terbentuk
bisa jauh lebih banyak lagi karena benda bukan hanya gabungan dari molekul-
molekul yang sama saja tapi justru lebih banyak dari molekul yang berbeda dan
dapat terbentuk dari beberapa bahkan jutaan molekul sekaligus, rasanya tidak
mungkin dapat dihitung dengan ilmu matematika, itulah salah satu keagungan
Illahi. Mekanisme ikatan antar molekul pada intinya hampir mirip dengan ikatan
antar molekul yaitu karena adanya tarik menarik dua sisi molekul yang berbeda
muatan (+ dan ).
1. Ikatan hidrogen yaitu ikatan yang terbentuk antara hidrogen yang terikat pada
atom yang bersifat elektronegatif (tapi hanya F, O, dan N saja) contohnya
pada air : H-O-H disana H terikat di O, karena ikatan itu H bersifat cenderung
positif alasannya elektron lebih tertarik ke O, sehingga ketika kemudian H
tersebut ketemu dengan unsur elektronegatif yang lain contoh O dari air yang
lain, akan terjadi tarik menarik muatan positif H dengan muatan negatif O,
jadi deh ikatan antar mereka, dan jadilah air.
3. Ikatan van der walls, ikatan terjadi karena adanya gaya London. Terjadi pada
molekul-molekul non polar atau yang tidak mengalami pengutuban muatan.
Jha kok bisa gimana dong terjadi ikatan? teori gaya london mengatakan
elektron pada suatu atom atau pada suatu molekul tidak pernah berhenti
bergerak, sehingga ada kejadian suatu ketika terjadi penumpukan muatan
pada salah satu sisi, misalnya pada molekul Adan B terjadi pengkutuban
negatif pada sebelah kiri, sehingga ketika sisi kiri A (negatif) ketemu sisi
kanan B (positif) jadinya ya.pastinya berikatan. Hanya saja ikatan ini sangat
lemah pastinya. iaktan ini yang kemudian menjadikan senyawa-senyawa
nonpolar.
4. Ikatan ion dipol, jelas ini terjadi antara ion (bisa kation yang positif atau anion
yang negatif) dengan senyawa yang polar, dan tentunya yang memiliki
muatan berlawanan.
BAB III
KESIMPULAN
Molekul terdiri dari sejumlah atom yang bergabung melalui ikatan kovalen, dan
atom tersebut berkisar dari jumlah yang sangat sedikit , sampai jumlah yang
sangat banyak. Bentuk molekul, yang berarti cara atom tersusun di dalam ruang,
mempengaruhi banyak sifat-sifat fisika dan kimia molekul tersebut.
Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur atau atom yang
membentuk molekul.
Teori Domain Elektron adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul
berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori
Domain Elekton akan menjelaskan susunan elektron dalam suatu atom yang
berikatan.
Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital
atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan
kualitatif sifat ikatan atom.
Berdasarkan teori domain elektron, Bentuk molekul ditentukan oleh pasangan
elektron ikatan ( PEI ).
Berdasarkan hibridisasi orbital orbital hibrid memiliki orientasi ruang yang
menentukan struktur molekul.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-Press).
Dwi S, Bardiana. 2009. Hibridisasi sp3.
http//kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/hibridisasi-sp3.html. (Online).
Diakses pada tanggal 2 November 2015.
Effendy. 2008. Teori VSEPR, Kepolaran dan Gaya Antar Molekul Edisi 2. Malang :
Bayumedia Publishing.
Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Rosenberg, Jeromel L dan E. Jasifi. 1992. Kimia Dasar Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga.