Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Biologi Medik
Sistem Reproduksi Pada Pria

Oleh
I Made Dwi Hendrayana (16.1.7.00003)
I Gst. Ayu Km. Purnamasari (16.1.7.00004)
Ni Kadek Dwi Aprilianti (16.1.7.00007)
Ni Putu Dinda Setiawati (16.1.7.00011)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
atas berkat dan rahmatNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikiran maupun idenya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, dan kedepannya penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 6 Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

2.1 Organ Reproduksi Pria Bagian Luar...................................................................3

2.1.1 Penis.............................................................................................................3

2.1.2 Skrotum........................................................................................................4

2.2 Organ Reproduksi Pria Bagian Dalam................................................................6

2.2.1 Testis............................................................................................................6

2.2.2 Epididimis....................................................................................................7

2.2.3 Vas Deferense...............................................................................................8

2.2.4 Saluran Ejakulasi.......................................................................................10

2.2.5 Uretra.........................................................................................................10

2.2.6 Vesikula Seminalis.....................................................................................10

2.2.7 Kelenjar Prostat..........................................................................................11

2.2.8 Kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbouretra...............................................11

2.2.9 Kelenjar litteri............................................................................................12

2.3 Tanda Pubertas Pada Pria..................................................................................12

2.3.1 Pubertas Secara Fisik.................................................................................13

3
2.3.2 Pubertas Secara Psikis................................................................................15

2.4 Peranan Hormonal Terhadap Sistem Reproduksi Pria......................................15

2.4.1 Hormon Androgen.....................................................................................16

2.4.2 Hormon Testosteron...................................................................................16

2.4.3 Hormon FSH, LH, dan Gonadotropin............................................................16

BAB III PENUTUP....................................................................................................18

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................18

3.2 Saran.................................................................................................................18

DAFTAR RUJUKAN.................................................................................................19

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembangbiak,
terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmufaal (fisiologi). Reproduksi secara
fisiologis tidak vital (sangat penting) bagi kehidupan individual, meskipun siklus
reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup.

Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital berarti tanpa
adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Apabila makhluk tidup tidak
dapat bereproduksi, maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam
dan punah. Karena tidak dapat menghasilkan keturunan (anak).

Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Organ


reproduksi primer atau gonad terdiri dari sepasang testis pada pria dan sepasang
ovarium pada wanita. Gonad yang matang berfungsi menghasilkan gamet dan
menghasilkan hormon seks, khususnya testosteron pada pria serta estrogen dan
progesteron pada wanita. Setelah gamet diproduksi oleh gonad, gamet akan melalui
saluran reproduksi (sistem duktus). Pada wanita terdapat payudara yang termasuk
organ pelengkap reproduksi. Bagian eksternal pada sistem reproduksi sering disebut
genitalia eksternal.

Pada umumnya, reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia


mengalami masa pubertas atau pendewasaan diri, dan diatur oleh kelenjar-kelenjar
endokrin pada tubuh manusia. Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh
yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi.

Seiring perkembangan teknologi, reproduksi juga merupakan objek utama


untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga penulis berniat membuat makalah

1
yang berkaitan dengan reproduksi pria yang dapat berguna sebagai pengetahuan
tambahan. Selain itu tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan
tentang penyakit yang berhubungan dengan system reproduksi dikarenakan sering
terdengar informasi mengenai berbagai penyakit yang berhubungan dengan sistem
reproduksi. Berbagai penyakit sistem reproduksi ini tentunya harus dicegah agar
manusia tetap dapat memperoleh keturunan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa saja organ reproduksi pria pada bagian luar ?


1.2.2 Apa saja organ reproduksi pria pada bagian dalam ?
1.2.3 Bagaimana tanda pubertas pada pria ?
1.2.4 Bagaimana peranan hormonal terhadap sistem reproduksi pada pria ?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui organ reproduksi pada pria bagian luar.


1.3.2 Untuk mengetahui organ reproduksi pria bagian dalam.
1.3.3 Untuk mengetahui tanda pubertas pada pria.
1.3.4 Untuk mengetahui peranan hormonal terhadap sistem reproduksi pada
pria.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Organ Reproduksi Pria Bagian Luar
Beberapa organ reproduksi pria bagian luar adalah sebagai berikut.

2.1.1 Penis
Penis adalah organ reproduksi yang berperan menyalurkan sel-sel sperma
ke dalam organ reproduksi wanita melalui proses kopulasi. Penis tersusun atas
jaringan yang dapat terisi oleh darah sehingga mengakibatkan ereksi. Organ
reproduksi bagian luar lainnya adalah skrotum (Khaidir, 2015).

Penis berfungsi sebagai alat senggama (kopulasi). Persenggamaan


dilakukan sebagai sarana mengalihkan cairan sperma menuju organ reproduksi
wanita. Secara struktural, penis tersusun atas tiga rongga berisi jaringan erektil
berspons. Dua rongga yang terletak di tengah dinamakan korpus kavernosa.
Sedangkan satu rongga yang berada di bawah korpus kavernosa dinamakan
korpus spongiosum. Di dalam korpus spongiosum terdapat saluran reproduksi,
yakni uretra. Di bagian ujung penis terdapat bagian yang dinamakan kepala penis
(gland penis) (Khaidir, 2015).

Kepala penis tertutup oleh lipatan kulit yang disebut preputium. Di dalam
rongga penis terdapat jaringan erektil yang berisi banyak pembuluh darah dan
saraf. Saat terjadi rangsangan seksual, rongga tersebut akan penuh terisi darah.
Akibatnya, terlihat penis mengembang dan menegang atau sering disebut dengan
ereksi. Apabila rangsangan ini terus menerus terjadi, sperma akan keluar melalui
uretra. Keadaan ini disebut ejakulasi. Jumlah sperma yang dikeluarkan saat
terjadi ejakulasi sekitar 2 hingga 5 mL semen, yang setiap milimeternya
mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma (Deswati, 2007).

Penis memiliki fungsi sebagai media untuk ejakulasi, yaitu mengeluarkan


sperma melalui uretra (saluran dalam penis). Selama ejakulasi otot-otot pada

3
kandung kemih akan mengkerut, untuk mencegah sperma masuk ke kandung
kemih, sehingga tidak bisa kencing sambil ejakulasi (Deswati, 2007).

Penis terdiri atas beberapa bagian yaitu :

Glan Penis
Batang (corpus) Penis
Pangkal Penis

Gambar 2.1 Penis


(Sumber : Samin, 2010)

2.1.2 Skrotum
Skrotum merupakan sebuah kantung yang berfungsi melindungi testis.
Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Skrotum
berasal dari bagian yang sama dengan labia mayora pada organ kelamin
perempuan. Skrotum manusia dan beberapa mamalia dapat ditumbuhi rambut
kemaluan. Pada manusia, rambut mulai tumbuh ketika individu memasuki
tahap pubertas (Primata et al., 2010).

Skrotum berfungsi untuk menjaga suhu dari testis agar tetap optimal
(di bawah suhu tubuh). Pada manusia, suhu testis sekitar 34 C. Pengaturan
suhu dilakukan dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga

4
testis dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat
mendekati tubuh pada suhu dingin dan bergerak menjauh pada suhu panas
(Endri, 2015).

Setiap testis berada dalam pembungkus yang disebut tunika vaginalis


(kantong membrane serosa yang menutupi testis) yang dibentuk dari
peritoneum. Bentuk dari skrotum tergantung dari kontraksi dan relaksasi otot
tunika dartos. Otot tunika dartos merupakan otot polos yang menyusun sekat
skrotum sehingga bisa mengendur dan mengerut. Lapisan otot tunika dartos
akan berkontraksi pada keadaan lingkungan yang dingin sehingga kulit
skrotum akan mengerut dan skrotum mengecil (Deswati, 2007).

Sebaliknya, lapisan otot tunika dartos akan relaksasi pada saat cuaca
panas, maka kulit skrotum lebih halus atau rata sehingga skrotum akan
memanjang atau mengendor. Selain itu, pada skrotum terdapat pula otot
kremaster yang bertindak sebagai pengatur kondisi suhu testis agar stabil.
Pengaturan suhu diperlukan agar spermatogenesis berjalan normal. (Hariz,
2015).

2.2 Organ
Reproduksi Pria
Bagian Dalam

Beberapa organ
reproduksi pria
bagian dalam
adalah
sebagai Gambar 2.2 Skrotum
berikut.
Gambar 2.2Sumber
Skrotum: Athoenk, 2010)
(Firmansyah, 2009)

5
2.2.1 Testis
Testis terdapat di dalam kantong skrotum yang berfungsi untuk
memproduksi sperma. Sel-sel yang menghasilkan sperma disebut tubulus
seminiferus, yang berukuran hampir sama dengan serabut benang sutera yang
paling halus. Proses pembentukan sperma disebut spermatogenesis. Sperma
yang dihasilkan oleh seorang laki-laki dewasa normal kurang lebih 100 juta
sel sperma setiap hari. Sperma berfungsi dalam membuahi sel ovum dari
wanita. Testis juga menghasilkan hormon reproduksi yaitu, testosteron.
Hormon testosteron dihasilkan oleh sel-sel Leydig yang terletak di celah-
celah antara tubulus seminiferus. Hormon testosteron sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kelamin sekunder pada seorang laki-laki (Hariz,
2015).

Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang dan


menghasilkan sel-sel sperma serta hormon testosteron. Testis (gonad jantan)
berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah
sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan
kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat
jaringan ikat dan otot polos (Primata et al., 2010).

Pada manusia testis terletak di luar tubuh dan dihubungkan dengan


tubulus spermatikus serta terletak di dalam skrotum. Proses spermatogenesis
pada manusia akan lebih efisien dengan suhu lebih rendah dari suhu tubuh (<
37C) (Kardayanto, 2006).

6
Gambar 2.3 Testis
(Sumber : Firmansyah, 2009)
2.2.2 Epididimis
Epididimis adalah salah satu organ reproduksi pada pria yang
berkelok-kelok, posisinya berada di luar testis, berbentuk huruf -C,
epididymis berfungsi sebagai penyimpanan, pengangkutan dan pematangan
sperma, fungsi epididimis berkaitan sel sperma yang setelah diproduksi di
dalam skrotum masih lemah dan tidak bisa bergerak secara maksimal. Sel
sperma bekerja maksimal setelah berada pada epididimis (Intan, 2009).

Epididimis juga berfungsi sebagai penghubung antara skrotum dan


Vas deferens. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens
(Intan, 2009).

2.2.3 Vas Deferens


Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran
lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas

Gambar 2.3 Epididimis


deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
kelenjar prostat. Berperan sebagai saluran jalannya sperma dari epididimis
menuju vesikula seminalis (kantung semen/kantung mani) (Intan, 2009 ;
Desiana, 2015).

Vas deferens berjumlah 2 buah di sebelah kiri dan kanan. Memiliki


panjang dengan ukuran 45 cm dan seperempatnya berada dalam skrotum. Vas
deferens ke luar dari skrotum bersama-sama pembuluh darah, pembuluh
limfe dan serabur saraf membentruk satu berkas yang disebut funiculus
spermaticus (talimani) dan melalui canalis inguinalis masuk ke rongga tubuh
(abdomen) (Kardayanto, 2006).

Spermatozoa yang telah matang mampu bergerak 2-4 mm per menit,


dan di sepanjang vas deferens sperma menempuh waktu selama 21 hari
barulah sampai di ampula yang telah matang, ampula merupakan pelebaran
dari vas deferens tempat spermatozoa beristirahat serta
memulihkan tenaganya dengan nutrisi fruktosa dan zat gisi lain yang
terkandung di dalam sekrit kelenjar vesica seminalis yang duktusnya
bermuara dalam ampula (Kardayanto, 2006). (ketik ulang)

2.2.4 Saluran Ejakulasi


Saluran ejakulasi merupakan saluran penghubung vesikula seminalis
dengan urethra, dan berjumlah sepasang. Saluran ejakulasi merupakan
saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran
ejakulasi berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra
(Intan, 2009 ; Endri, 2015).

2.2.5 Uretra
Uretra merupakan saluran panjang yang merupakan terusan dari
saluran ejakulasi. Uretra terdapat di penis, yang berjumlah satu buah.

8
Berfungsi sebagai saluran keluar urine dan saluran keluar air mani (Desiana,
2015).

Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam


penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung
semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih (Maya, 2016).
2.2.6 Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan merupakan kelenjar yang
berlekuk-lekuk. Dindingnya mensekresikan cairan kental berwarna kekuning-
kuningan dan bersifat basa (alkalis). Vesikula seminalis memproduksi sekitar
60% total volume semen. Cairan semen mengandung mukus (lendir), gula
fruktosa (penyedia energi untuk pergerakan sperma), enzim, vitamin dan
hormon prostagladin (Desiana, 2015).

Vesikula seminalis terletak dibawah dan atas kantung kemih. Vesikula


seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma (kantung semen).
Cairan semen berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran
reproduksi wanita (Maya, 2016).

2.2.7 Kelenjar Prostat


Kelenjar prostat berjumlah satu buah. Terdapat di bawah kandung
kemih. Kelenjar prostat mensekresikan getahnya secara langsung ke dalam
uretra berupa cairan encer berwarna putih seperti susu yang mengandung
enzim antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi bagi sperma). Selain itu,
mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk
kelangsungan hidup sperma (Desiana, 2015 ; Maya, 2016).

Sekret kelenjar prostat memproduksi 30 % dari


seluruh cairan semen. Komposisi sekret kelenjar prostat terdiri dari NaHCO3,
asam fosfat, asam sitrat, kolesterol, Ca, Zn, Mg, Spremin, Inositol, Fosfolipid
dan enzim. Enzim seminim dan fibrinolisin diejakulasi ke dalam vagina
wanita sehingga spermatozoa bebas bergerak. Warna sekret kelenjar prostat

9
keputihan seperti air susu, dan baunya seperti air jeruk (asam nitrat)
(Kardayanto, 2006).

2.2.8 Kelenjar Cowper atau Kelenjar Bulbouretra


Kelenjar bulbouretral merupakan sepasang kelenjar kecil yang terletak
disepanjang uretra dan dibawah prostat. Kelenjar Cowper (kelenjar
bulbouretral) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra
dan menghasilkan secret seromucus (atau lender agak kental) yang bersifat
alkali (basa) untuk menetralkan asam yang ada dalam aluran uretra pria atau
vagina wanita (Kardayanto, 2006 ; Endri, 2015).

2.2.9 Kelenjar litteri


Kelenjar litteri terletak di dinding saluran uretra dan berukuran kecil.
Kelenjar litteri menghasilkan cairan serous (lendir cair) yang
berfungsi untuk melumasi gland penis pada saat ereksi yang
disebabkan oleh rangsangan yang kuat (Kardayanto, 2006).

2.3 Tanda Pubertas Pada Pria


Pubertas adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa (masa
remaja), yang ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Pada saat pubertas
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pubertas adalah masa terjadinya
perubahan fisik dan mental anak laki-laki dan perempuan. Hal ini Perubahan ini
disebabkan karena adanya perubahan hormon. Pada masa pubertas, seseorang mulai
tertarik dengan lawan jenis. Masa pubertas pada pria dan wanita tidak sama. Wanita
mengalami masa pubertas pada usia 8-13 tahun sedangkan pria pada usia 10-15
tahun. Pubertas dapat terlihat jelas pada kondisi fisik (Desiana, 2015).

Pada masa pubertas, pria akan mengalami perubahan fisik primer dan
sekunder. Perubahan primer adalah perubahan yang pasti akan dialami oleh pria pada
masa pubertas, berupa kesiapan testis untuk memproduksi sperma. Perubahan primer
ini menyebabkan anak pria akan mengalami mimpi basah. Mimpi basah merupakan
peristiwa ejakulasi (keluarnya air mani) pada saat tidur, karena testis dan salurannya
(uretra) terisi penuh sperma (Primata, et al., 2010).

10
Mimpi basah merupakan cara alami tubuh untuk mengeluarkan timbunan
sperma yang terbentuk secara terus-menerus. Hal ini normal dialami oleh semua pria
menjelang dewasa, yang menandakan tubuhnya siap melakukan proses reproduksi.
Pria tersebut dapat membuahi sel telur perempuan yang telah matang yang dapat
menyebabkan kehamilan. Sedangkan, perubahan sekunder merupakan perubahan
yang belum pasti dialami oleh pria pada masa pubertas. Perubahan sekunder meliputi
perubahan fisik seperti tercantum dalam tabel berikut (Primata., et al, 2010).

Tabel 2.1 Perubahan Bagian Tubuh Pria

No Bagian Tubuh Perubahan


1 Organ kelamin Selama pibertas ukuran kemaluan bertambah
2 Suara Suara akan badan rubah menjadi lebuh besar
3 Kumis dan jakun Kumis mulai tumbuh dan jakun mulai tampak
4 Bau badan dan jerawat Hormon dapat memicu timbulnya gangguan bau
badan dan jerawat
5 Rambut halus Tumbuh di ketiak dan kemaluan
6 Dada Dada pria menjadi lebuh lebar dan bidang

2.3.1 Pubertas Secara Fisik

Pubertas secara fisik dapat dilihat dari perubahan tubuh, seperti


perubahan tanda kelamin primer dan sekunder. Pria menghasilkan hormon
androgen, sedangkan perempuan menghasilkan hormon estrogen (Hasjim,
2013).

Ciri-ciri pubertas secara fisik pada pria dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Ciri kelamin primer

1. Organ kelamin telah mampu memproduksi sel pria di dalam testis


(Khaidir,2015).

2. Organ kelamin mulai berfungsi. Pada pria ditandai dengan pertama


kali mengalami mimpi basah (Khaidir,2015).

11
b. Ciri kelamin sekunder

Pada pria, pubertas ditandai dengan ciri-ciri kelamin sekunder sebagai


berikut.

1. Mulai tumbuh jakun.

2. Perubahan suara menjadi lebih besar dan berat.

3. Tumbuh kumis atau jenggot.

4. Tumbuh rambut di dada, kaki, ketiak, dan sekitar organ kelamin.

5. Mulai tampak otot-otot yang berkembang lebih besar dan menonjol.

6. Bahu melebar melebihi bagian pinggul.

7. Perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori- pori tampak
membesar.

8. Kadang-kadang diikuti dengan munculnya jerawat di daerah muka


(Khaidir,2015).

c. Perbedaan Karakteristik Seksual Primer dan Sekunder

Karakteristik seksual primer adalah organ seksual, sementara


karakter sekunder adalah perubahan lain terjadi dalam kaitannya
dengan perkembangan organisme.
Karakteristik seksual primer mulai berkembang selama
perkembangan janin dari suatu organisme, sedangkan karakteristik
seksual sekunder di mulai pada masa pubertas.
Karakteristik seksual primer memiliki hubungan langsung dengan
sistem reproduksi, sementara itu, karakteristik seksual sekunder tidak
selalu terkait dengan sistem reproduksi.
Kecuali untuk alat kelamin dan sistem reproduksi, tidak ada
perbedaan besar antara laki-laki dan perempuan sejauh karakteristik
utama yang bersangkutan. Namun, kedua jenis kelamin berbeda

12
dalam penampilan dengan perkembangan karakteristik seksual
sekunder.

d. Perubahan proporsi tubuh

Tampak dari bertambahnya tinggi badan, berat badan, panjang kaki,


dan tangan, sehingga ukuran seluruh badan bertambah (Khaidir,2015).
2.3.2 Pubertas Secara Psikis

Selain terjadi perubahan secara fisik, pada masa pubertas juga terjadi
perubahan hormonal yang mempengaruhi kondisi psikologis dan tingkah
lakunya. Ciri-ciri pubertas secara psikis dapat diuraikan sebagai berikut
(Khaidir,2015).

a. Mencari identitas diri

Dalam usaha mencari identitas diri, remaja sering menentang


kemapanan karena dirasa membelenggu kebebasannya. Meskipun cara
berpikirnya belum dewasa, namun remaja tidak mau dikatakan sebagai anak-
anak. Remaja sering melakukan hal-hal baru karena memiliki rasa ingin tahu
yang sangat besar (Khaidir,2015).

b. Mulai tertarik kepada lawan jenis

Masa remaja adalah masa persiapan menuju dewasa. Kehamilan pada


usia remaja dapat berpengaruh negative terhadap diri remaja maupun bayi
yang dikandungnya (Khaidir,2015).
2.4 Peranan Hormonal Terhadap Sistem Reproduksi Pria
Kelenjar hipotalamus melepaskan hormon gonadothropin releasing hormone
(GnRH). Hormone ini selanjutnya akan memberikan rangsangan kepada kelenjar
hipofis anterior untuk mengeluarkan luteinzing hormone (LH) dan folikel stimulating
hormone (FSH). Selanjutnya, kedua hormon tersebut merangsang testis untuk
menghasilkan hormone testosterone (androgen).

13
Dalam hal ini, hormon LH akan merangsang sel Leydig untuk menghasilkan
androgen binding protein (ABP). Hasil pengikatan ABP akan bergabung untuk
mengatur proses spermatogenesis atau pembentukan sel benih pria (Whitmore, et al,
1985).

Hormon-hormon yang mengatur reproduksi pria yaitu sebagai berikut.

1. Hormon androgen
2. Hormon testosterone
3. Hormon FSH dan LH
4. Hormon gonadotropin

2.4.1 Hormon Androgen


Hormon androgen merupsksn hormon steroid yang berfungsi untuk
mengontrol atau merangsang perkembangan dan pemeliharaan karakteristik pria.
Hormon androgen disekresikan oleh beberapa kelenjar di dalam tubuh seperti
testis (Nasution, 1993).

Hormon androgen merupakan hormon kelamin laki-laki yang berperan


utama terhadap ciri seks primer. Hormon yang termasuk dalam androgen antara
lain yaitu testosteron, dihidrotestosteron, dan androstenedion. Fungsi dari
hormone testoteron adalah dorongan seksual, perkembangan fisik, suara, energy
dan suasana hati. Hormon dehidrotestoteron berfungsi untuk pembentukan
karakteristik seks laki-laki yang utama dan paling karakteristik seks sekunder
laki-laki selama pubertas, seperti otot pertumbuhan, wajah dan tubuh
pertumbuhan rambut, dan memperdalam suara. Fungsi hormon androstenedion
adalah membentuk tubuh yang atletis (Nasution, 1993).

Hormon androgen dihasilkan sejak dalam perembangan embrio. fungsi dari


hormone androgen adalah menentukan jenis kelamin janin, membantu
perkembangan ciri seksual pria, dan memelihara system reproduksi pria
(Nasution, 1993).

14
2.4.2 Hormon Testosteron
Hormon testosteron merupakan salah satu hormone androgen yang paling
mempengaruhi sistem reproduksi pada pria. Testosterone sangat berpengaruh
terhadap perkembangan ciri kelamin sekunder pada seorang pria. Fungsi hormon
testosteron adalah mendukung pembentukan sperma, menentukan ciri kelamin
primer, menentukan ciri kelamin sekunder, menentukan sikap mental seorang pria
dan menentukan penampilan kejantanan tubuh. Selain itu Testosteron,
bertanggung jawab membantu perkembangan kelamin sekunder pada seorang
pria (Hasjim, 2013).

2.4.3 Hormon FSH, LH, dan Gonadotropin


Hormon FSH, LH, Gonadotropin bekerjasama untuk mendukung fungsi
hormon testoteron. Hormon FSH dan LH mempengaruhi proses pembentukan
sperma. Pembentukan FSH dan LH dikendalikan oleh hormon yang disekresikan
kelenjar hipotalamus dari otak yaitu hormon gonadotropin (Sastrawinata, 1991.,
Hasjim, 2013).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Organ reproduksi pria bagian luar terdiri atas penis dan skrotum. Penis
adalah genetalia sekaligus organ urinaria yang berfungsi sebagai alat
kopulasi dan sebagai saluran keluarnya sperma dan urin. Skrotum adalah
suatu kantong tempat beradanya testis. Organ ini bersifat elastis,
mengembang pada suasana suhu panas dan mengkerut pada suasana
dingin. Fungsi dari skrotum adalah sebagai tempat dan pelindung testis
terutama dari perubahan suhu sehingga suhu testis tetap berfungsi
optimal.
2. Organ reproduksi pria bagian dalam terdiri atas testis, epididimis, vas
deferens, saluran ejakulasi, uretra, vesiculasi seminalis, kelenjar prostat,
kelenjar cowper atau kelenjar bulbouretra dan kelenjar litteri.
3. Tanda pubertas pada pria terdiri dari pubertas secara fisik dan pubertas
secara psikis. Pubertas secara fisik adalah perubahan yang dapat dilihat
oleh mata, sedangkan pubertas secara psikis adalah perubahan perilaku
yang tidak dapat dilihat oleh mata.
4. Peranan hormonal terhadap sistem reproduksi pria yaitu Kelenjar
hipotalamus melepaskan hormon GnRH. Hormone ini selanjutnya akan
memberikan rangsangan kepada kelenjar hipofis anterior untuk
mengeluarkan LH dan FSH. Selanjutnya, kedua hormon tersebut
merangsang testis untuk menghasilkan hormone testosterone (androgen).

16
Hormon LH akan merangsang sel Leydig untuk menghasilkan androgen
binding protein (ABP). Hasil pengikatan ABP akan bergabung untuk
mengatur proses spermatogenesis atau pembentukan sel benih pria
(Whitmore, et al, 1985).

3.2 Saran
Saran yang penulis dapat berikan adalah sebagai berikut.

1. Diharapkan pembaca menjaga alat reproduksinya untuk tidak digunakan


secara bebas.
2. Pembaca sebaiknya tidak melakukan seks bebas, dikarenakan dapat
menyebabkan penyakit.

17
DAFTAR RUJUKAN

Aan,P. Andri., D, Mursalin., P, B. Bong. 2010. Bab I Reproduksi. (serial


online) [cited 2017 March 1]. Available From:
https://selfprotect.files.wordpress.com/2012/02/sistem-reproduksi.pdf

Desiana. 2015. Bagian Organ Alat Reproduksi Pria & Fungsinya. (serial
online) [cited 2017 March 4]. Available from:
http://www.artikelsiana.com/2015/08/bagian-organ-alat-reproduksi-pria-
fungsi-fungsi.html#
Deswati.2007.Modul Reproduksi. (serial online) [cited 2017 March 3].
Available from: jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/8/7

Endri, S. 2015. Sistem Reproduksi pada Manusia. (serial online) [cited 2017
March 5]. Available
from :https://endrisutiyatmini.files.wordpress.com/2015/04/sistem-
reproduksi-pada-manusia.pdf

Firmansyah, R. A. M. Hendrawan, M. U. Riandi. 2009. Mudah dan Aktif


Belajar

Biologi 2. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Hasnar. 2013. Biologi Medik. Jakarta : EGC.

Harlan, Hariz.2015.Makalah Sistem Reproduksi Pria dan Wanita. (serial


online)

[cited 2017 March 4]. Available from :

18
http://www.dhanhariz.esy.es/2015/07/makalah-sistem-reproduksi-pria-
dan.html

Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry. (serial

online) [cited 2017 March 6]. Available from:


www.organreproduksipria.com

Intan Riani. 2009. Alat Reproduksi Pria. (serial online) [cited 2017 March 3].

Available from : https://intanriani.wordpress.com/organ-reproduksi-jantan/

Kadaryanto. 2006.Biologi 2. Jakarta : Yudistira

Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Elster Offest, Bandung.

Masrizal Khaidir. 2015. Sistem Reproduksi. (serial online) [cited 2017 March 3].

Available from : staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/05/Sistem-

Reproduksi.pdf

Maya, Sari. 2016. Alat Reproduksi Manusia beserta Fungsinya . (serial online)
[cited

2017 March 4]. Available from : http://dosenbiologi.com/manusia/alat-


reproduksi-manusia

Nasution A.W, 1993. Reproduksi. Buku ajar Mahasiswa. Kedokteran. Padang

Sastrawinata, S. 1991. Genekoligi Bagian Obtretik dan Ginekologi. Fakultas


Hasjim

Whitmore, et al, 1985. The Role Of Germinalepiteliumand Spermatogensis in


The
Privilege Survival of Intra Testicular graft. J Urol

19

Anda mungkin juga menyukai