Telah disebutkan bahwa Imam an-Nawawi menyatakan bahwa orang yang tidak mampu tidak
boleh merubah kemungkaran kecuali dengan hatinya. Lantas, yang dimaksud mampu dalam hal
Perlu diketahui, bahwa amar maruf dan nahi mungkar ada berapa kaidah penting dan
prinsip dasar yang harus diperhatikan, dan prinsip ini pun dapat dijadikan indikator seseorang
yang dikatakan mampu. Jika prinsip ini tidak diindahkan, alih-alih mencegah kemungkaran tapi
justru menimbulkan kemungkaran yang lebih besar dan banyak, diantaranya prinsip-prinsip
tersebut adalah:1[13]
Pertama, dalam amar maruf harus mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadah. Ini
adalah kaidah yang sangat penting dalam syariat Islam secara umum dan dalam beramar maruf
dan nahi mungkar secara khusus, maksudnya ialah seseorang yang beramar maruf dan nahi
mungkar ia harus memperhatikan dan mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadat dari
perbuatannya tersebut, jika maslahat yang ditimbulkan lebih besar dari mafsadatnya maka ia
boleh melakukannya, tetapi jika menyebabkan kejahatan dan kemungkaran yang lebih besar
maka haram ia melakukannya, sebab yang demikian itu bukanlah sesuatu yang di perintahkan
oleh Allah Taala, sekalipun kemungkaran tersebut berbentuk suatu perbuatan yang
Kedua, Karakteristik orang yang beramar maruf dan nahi mungkar. Sekalipun amar maruf
dan nahi mungkar merupakan kewajiban setiap orang yang mempunyai kemampuan untuk itu
sesuai dengan maratib (tingkatan-tingkatan) di atas, akan tetapi orang yang melakukan hal itu
harus memiliki kriteria-kriteria. Menurut Ibnu Taimiyah, kriteria-kriteria dalam amar maruf nahi
1
mungkar adalah berilmu, beramar maruf nahi munkar berdasarkan jalan yang lurus, lemah
Umar bin Abdul Aziz ra: Siapa yang mengabdi kepada Allah tanpa ilmu, maka
kerusakannya akan lebih banyak dari kebaikan. Maksudnya, bahwa niat dan amal jika tanpa
Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal ra: Ilmu di depan amal, dan amal mengikutinya.
Di sinilah perbedaan antara orang jahiliah dan orang Islam dalam melakukan sesuatu. Seseorang
Muslim dapat membedakan mana yang maruf dan mana yang mungkar, sehingga dalam
- Melakukan amar maruf nahi munkar berdasarkan jalan yang lurus. Yang merupakan
jalan terdekat untuk menuju titik sasaran. Jalan yang lurus menuju ridlo Allah SWT.
Artinya: Tidak ada kelemahlembutan dalam sesuatu kecuali mengindahkannya, dan tidak ada kekrasan dalam
sesuatu kecuali menodainya. (HR. Muslim)
Imam Syafii mengatakan seperti yang dikutip Al-Imam al-Muhyiddin dalam pendapat
pendapatnya Imam Ibnu Daqiq, bahwa Siapa yang menasihati saudaranya seara sembunyi-
sembunyi, maka ia telah menasihatinya dan menghiasinya. Sebaliknya, siapa yang menasihatinya
2http://zackymuzakkil.blogspot.co.id/2012/06/amar-maruf-nahi-mungkar.html
Jika kita cermati, kriteria ini memang agak berbeda dengan pendapat Imam al-Qurthubi
yang telah disebutkan di atas, bahwa amar maruf nahi mungkar boleh dengan kekerasan.
Meskipun demikian, akan lebih bijak jika kita beramar maruf dengan lemah lembut, seperti
Jika tidak dapat berlaku demikian, maka dikhawatirkan kemafsadatan yang timbul lebih
...... dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah. (QS. Luqman 17)
Ketiga, syarat perbuatan yang wajib diingkari. Karena tidak semua kemungkaran dan
kesalahan yang wajib diingkari, kecuali perbuatan dan kemungkaran yang memenuhi persyaratan
berikut ini:
Keempat, metode dan cara beramar maruf dan nahi mungkar terhadap penguasa atau
pemimpin. Ada dua metode, yaitu: (1) Tidak boleh menggunakan kekerasan dan senjata, dan (2)
( )
Artinya: Paling utamnya jihad adalah mengatakan keadilan di hadapan penguasa yang
menyeleweng.4[16]