Anda di halaman 1dari 19

1

REFERAT
ABORTUS

Disusun oleh:
Endrico Xavierees Tungka
030.06.080

Pembimbing:
dr. Ronald Latuasan, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
09 APRIL 2012-16 JUNI 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2

LEMBAR PERSETUJUAN

Referat dengan Judul


ABORTUS
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,
sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Kebidanan dan
Kandungan
di RSUD Budhi Asih periode 09 April 16 Juni 2012

Jakarta, Mei 2012

(Dr. Ronald Latuasan, Sp.OG)


3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Referat yang berjudul ABORTUS ini.
Adapun penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
periode 09 April 16 Juni 2012.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Ronald
Latuasan, Sp.OG selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan
dalam penyusunan referat ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak
yang turut serta membantu penyusunan referat ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat
waktu jika tidak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam referat ini,
penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
bagi perbaikan referat ini. Terimakasih.

Jakarta, Mei 2012

Penulis
4

PENDAHULUAN

Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu pendarahan
dalam kehamilan, pre-eklamspsia atau eklampsia, dan infeksi. Pendarahan selama kehamilan
dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, dan sampai
dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami pendarahan
pada awal kehamilan dan sebagian mengalami abortus.

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi mengatakan kasus
abortus spontan antara 15-20 % dari semua kehamilan. Jika dikaji lebih jauh kejadian abortus
sebenarnya bisa mendekati 50 %.

Kejadian abortus habitualis sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan
bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15 % untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya meningkat 25 %. Beberapa studi
meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah sekita 30-45 %.

Penyebab abortus sendiri multifaktorial dan masih diperdebatkan, umumnya terdapat


lebih dari satu penyebab. Penyebabnya seperti Faktor genetik, kelainan kongenital uterus,
autoimun, infeksi, defek luteal.
5

ABORTUS

DEFINISI
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup di luar rahim ( belum viable ) dengan criteria usia kehamilan kurang 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus, antara lain :
EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus
itu beratnya terletak antara 400-1000 gr, atau usia kehamilan kurang dari 28
minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28
minggu, yaitu fetus belum viable by law.
HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses
plasentasi belum selesai.

ETIOLOGI
Factor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor ibu, dan
factor bapak, antara lain :
1. Kelainan Ovum
Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus
spontan . Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan
ovum (50-80%).
2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi :
a. Kelainan kromosom, trisomi, ,monosomi X, triploidi, polisomi, kromosom
sex.
b. Lingkungan kurang sempurna.
c. Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat obatan.
3. Kelainan Sirkulasi plasenta :
6

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,
anomali plasenta, dan end ateritis villi korialis karena hipertensi menahun.
4. Penyakit pada ibu :
o Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,
rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan
karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus disebabkan
karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
o Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain
o Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasio kordis, penyakit paru berat,
anemi gravis.
o Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C atau E, diabetes melitus
o Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
- Sangat terkejut karena obat-obat uterotonika, ketakutan, dsb
- Bisa karena operasi laparotomy. Contohnya terkena appendicitis, lalu
dioperasi bahayanya bisa terjadi abortus. Operasi apapun di daerah
abdominal bisa risiko abortus
- Trauma langsung terhadap fetus, antara lain: selaput janin rusak
langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
5. Kelainan pada traktus genitalia :
a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
b. Retroversia utei gravidi inkarserato
c. Perlengketan intra uteri ASAERMAN SYNDROME
d. Mioma uteri sub mukosa
e. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
f. Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
g. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, dan endometriris.
6. Inkompetensi cervix
Cervix longgar (tidak sempit lagi) sehingga mudah janin jatuh/ tidak tertahan di
dalam. Penyebabnyan curettage (krn perlukaan, infeksi) dan operasi konisasi (cervix
diangkat)
7. Antagonis Rhesus
7

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga
terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
8. Penyakit bapak : Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi
cordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dll) sinar rontgen,
avitaminosis.

FREKUENSI
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian,
frekuensi seluruh keguguran sukar ditentukan karena abortus buatan buatan banyak yang
tidak dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan
hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau
Rumah Sakit.
Makin tua umur, abortus makin sering terjadi. Demikian juga dengan semakin
banyak anak, abortus juga akan semakin sering terjadi. Semakin tua umur
kehamilan, kemungkinan abortus makin kecil
Wanita < 20 tahun abortus 12%
Wanita > 40 tahun abortus 26%

PATOLOGI
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan
sekitar, kemudian sebagian atau seluruh hasik konsepsi terlepas. Karena dianggap benda
asing maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu
hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu
dalam sedangkan pada kehamilan 8-14 minngu telah masuk agak dalam sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertingga karena itu akan terjadi banyak perdarahan.

KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan :
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.
2. Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan ataupun alat-
alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
8

a) Abortus Medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
b) Abortus Kriminalis atau tidak aman
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.

KLINIS ABORTUS SPONTAN


Dapat di bagi atas :
1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )
Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :
a) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan
janin masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama
b) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
c) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
d) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup

Penatalaksanaan
a) Tirah baring
b) Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (salbutamol
atau indometasin) karena obat ini tidak dapat mencegah abortus.
c) Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual
d) Bila reaksi kehamilan 2x berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus
dikosongkan (kuret)
2. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)
ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus.
Ditandai dengan adanya :
a) robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks
9

b) terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi


c) perdarahan per vaginam masif, kadang kadang keluar gumpalan darah.
d) nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.

Penatalaksanaan
Bila kehamilan < 16 minggu dapat dilakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg I.M yang diulangi 15 menit kemudian jika
perlu ATAU Misoprostol 400 mg per oral dan bila masih diperlukan dapat
diulang setelah 4 jam jika perlu
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
Bila kehamilan > 16 minggu tunggu ekspulsi spontan kemudian dilakukan
evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :
- Induksi oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai 8 tetes sampai
40 tetes/ menit, sesuai kondisi kontraksi uterus sampai terjadi pengeluaran
hasil konsepsi
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
Lakukan Pemantauan Pasca Abortus

3. Abortus Kompletus
ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar
melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong.
Tanda dan Gejala
a) Serviks menutup.
b) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
c) Gejala kehamilan tidak ada.
d) Uji kehamilan negatif.

Penatalaksanaan
Tidak perlu evakuasi lagi
Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.
10

Lakukan Pemantauan Pasca Abortus


Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan tranfusi darah.

4. Abortus Inkompletus
ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Gejala Klinis :
Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku).
Sudah ada keluar fetus atau jaringan
Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau
kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Penatalaksanaan
- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat
dikeluarkan secara digital, atau cunam ovum kemudian dievakuasi
i. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau
misoprostol 400 mg per oral
ii. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan
kuret vakum (KV)
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, antibiotika prophilaksis
- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8
jam
- Bila anemia terapi dengan Fe kalau perlu transfusi darah.

5. Missed Abortion
ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil
konsepsi tertahan dalam uterus 8 minggu atau lebih
Gejala Klinis
- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai
mual dan muntah
11

- Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi.


- Mamae menjadi mengecil
- Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative
pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
- Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
- Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.

6. Abortus Habitualis
ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut turut atau lebih oleh sebab apapun.
Pemeriksaan :
a. Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau
anomali congenital.
b. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea
c. Psiko analisis

Terapi :
o Pada serviks inkompeten terapinya operatif SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerlage).
o Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
o Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar
hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.

7. Abortus Infeksious
ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genital
Diagnosis :
- Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di
luar rumah sakit.
- Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan
sebagainya.
- tanda tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius,
kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek
disertai nyeri tekan.
12

Penatalaksanaan
- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji
kepekaan obat)
o Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
o Berikan suntikan streptomisin 500mg setiap 12 jam
o Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan
kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi

8. Septic Abortion
ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda tanda sepsis, seperti nadi
cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan
kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
13

Figure 2. Algorithm for the management of spontaneous pregnancy loss. (hCG = human
chorionic gonadotropin.)
14

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus imminens, abortus habitualis
dan missed abortion :
1. Pemeriksaan ultrasonographi atau Doppler untuk menentukan apakah janin masih
hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.
2. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion.
3. Tes kehamilan.
4. Pemeriksaan lain sesuai dengan keadaan dan diagnosis pasien.

DIAGNOSIS BANDING
1. KET : nyeri lebih hebat dibandingkan abortus.
2. Mola Hidantidosa : uterus biasanya lebih besar daripada lamanya anmenore dan
muntah lebih sering.
3. Kehamilan dengan kelainan serviks seperti karsinoma servisi uteri, polipus uteri, dsb.

KOMPLIKASI ABORTUS
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
15

3. Infeksi dan tetanus


4. Payah ginjal akut
5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:
- Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
- Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
16

BLIGHTED OVUM

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada
bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala
kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning
sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna,
dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap
tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic
gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan
otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon
HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam
dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif

Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum.
Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan
pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan
memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari
16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung
kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.

Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan
setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Selain blighted
ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa),
tumor rahim atau penyakit usus.

Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan
sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis
(diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis
seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga
17

meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi
turun.

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan
hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa
penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati
sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan
program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
18

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu perdarahan
dalam kehamilan, pre-eklampsia/eklampsia dan infeksi.

Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20%
wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami
abortus.

Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan, dengan usia kehamilan dibawah 20
minggu selain dicurigai sebagai abortus tapi perlu juga dipikirkan diagnosa banding lainnya
seperti adanya KET dan mola hidatidosa.

Pada abortus diperlukan penanganan yang segera, untuk mengatasi perdarahan,


maupun untuk mencegah terjadinya syok dan komplikasi lainnya.

SARAN

Penanganan yang adekuat dari para tenaga medis (bidan/dokter) dalam melakukan
anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang sehingga dapat memberikan
penatalaksanaan yang adekuat sehingga dapat mempengaruhi prognosanya, dan menurunkan
nilai kematian maternal.

Perawatan sebelum kelahiran yang rutin (ANC) dapat mengurangi terjadinya abortus.

Ibu yang mengalami abortus hendaknya diminta untuk menunda kehamilan berikut
sampai ia benar-benar pulih. Beberapa metode kontrasepsi dapat dilakukan dalam waktu 7
hari. Ibu perlu mendapatkan imunisasi tetanus, dan skrining serta penatalaksanaan penyakit
menular.
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Sarwono Prawirohardjo.


Ilmu Kandungan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2009 : 460-73.
2. Wiknjosastro H, Safiudin AB, Rachimahadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta, 2000.
3. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta,
1998.
4. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI,
Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid pertama,
Media Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.
5. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC, 2005.
6. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.
8. Trupin SR. Abortion. Emedicine Health. Editor: Stoppler MC. Available at
http://www.emedicinehealth.com/abortion/article_em.htm. Accessed on April 19th
2012.
9. Griebel CP, et all. Management of Spontaneous Abortion. University of Illinois
College of Medicine. Peoria.
10. Ware Branch, M.D. Recurrent Miscarriage. N Engl J Med 2010; 363: 1740-1747.
Available at http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp1005330. Accessed on
April 19th 2012.

Anda mungkin juga menyukai