Hak Prerogatif
Hak Prerogatif
Prerogatif berasal dari bahasa latin praerogativa ( dipilih sebagai yang paling
dahulu memberi suara), praerogativus (diminta sebagai yang pertama memberi suara),
praerogare ( diminta sebelum meminta yang lain).
Dalam fungsinya selaku kepala negara memiliki hak khusus atau hak istimewa
yang tidak dimiliki oleh fungsi jabatan kenegaraan lain yakni hak prerogatif. Hak
prerogatif adalah hak kepala negara untuk mengeluarkan putusan, a.n. negara, bersifat
final, mengikat, dan memiliki kekuatan hukum tetap. Hak prerogatif adalah hak tertinggi
yang tersedia dan disediakan oleh konstitusi bagi kepala negara. Dalam bidang hukum,
kepala negara, a.n. negara, berhak mengeluarkan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
Sebagai fungsi jabatan yang terbebas dari kesalahan maka terhadap penggunaan hak
atas pemberian grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi, diatur dalam ketentuan negara
yang khusus ditujukan untuk hal tersebut (UUD).
Abolisi adalah hak kepala negara untuk meniadakan putusan hukum atau
meniadakan proses hukum. Melalui abolisi putusan atau proses hukum dianggap
tidak pernah ada atau tidak pernah terjadi. Abolisi bisa dilakukan terhadap proses
hukum yang kacau (misal, akibat sarat rekayasa atau karena hakim berada di
bawah bayang-bayang kekuasaan, atau tercium adanya permainan kotor yang
melatarbelakangi proses peradilan.), atau pada putusan hukum yang dinilai tidak
adil/cacat hukum yang mengusik rasa keadilan masyarakat (putusan hukum
bertentangan dengan kebenaran filosofis dan kebenaran sosiologis). Perkara yang
menuai kemarahan publik bahkan tidak tertutup kemungkinan mengundang
tekanan internasional, apabila dibiarkan, akan berdampak pada merosotnya
kredibikitas negara.
Rehabilitasi adalah hak kepala negara untuk memulihkan nama baik warganegara
yang sebelumnya tercemar oleh putusan hukuman yang kemudian terbukti bahwa
hukuman tersebut ternyata oleh satu dan lain hal terbukti keliru. Kepala negara
a.n. negara memulihkan nama baik warganegara yang dirugikan oleh putusan
dimaksud.
Substansi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi adalah pengakuan atas keterbatas
manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna. Manusia bisa khilaf, bahwa kesalahan
adalah fitrah manusia, tidak terkecuali dalam memutus perkara. Yudikatif sebagaimana
halnya Legislatif dan Eksekutif berada di wilayah might be wrong. Penggunaan hak
prerogatif oleh kepala negara hanya dalam kondisi teramat khusus. Hak prerogatif dalam
bidang hukum adalah katup pengaman yang disediakan negara dalam bidang hukum.
Secara teoritis, hak prerogatif diterjemahkan sebagai hak istimewa yang dimiliki
oleh lembaga-lembaga tertentu yang bersifat mandiri dan mutlak dalam arti tidak dapat
digugat oleh lembaga negara yang lain. Dalam sistem pemerintahan negara-negara
modern, hak ini dimiliki oleh kepala negara baik raja ataupun presiden dan kepala
pemerintahan dalam bidang-bidang tertentu yang dinyatakan dalam konstitusi. Hak ini
juga dipadankan dengan kewenangan penuh yang diberikan oleh konstitusi kepada
lembaga eksekutif dalam ruang lingkup kekuasaan pemerintahannya (terutama bagi
sistem yang menganut pemisahan kekuasaan secara tegas, seperti Amerika Serikat),
seperti membuat kebijakan-kebijakan politik dan ekonomi.
Kekuasaan Legislatif.
UUD 1945 menetapkan fungsi legislatif dijalankan oleh Presiden bersama dengan
DPR. Presiden adalah partner DPR dalam menjalankan fungsi legislatif. Dalam
kenyataannya, Presiden mempunyai kekuasaan yang lebih menonjol dari DPR dalam hal
pembentukan undang-undang, karena penetapan akhir dari suatu undang-undang yang
akan diberlakukan ada di tangan Presiden. Produk undang-undang yang dikeluarkan orde
baru lebih memihak kekuasaan daripada kehendak rakyat Indonesia. Oleh karena itu
sistem check and balance mendesak untuk diterapkan dengan mekanisme yang jelas. Bila
ada pertentangan antara Presiden dan DPR dalam hal persetujuan suatu undang-undang,
maka Presiden harus menyatakan secara terbuka dan menggunakna hak vetonya. Dengan
demikian, di akhir masa jabatannya masing-masing lembaga dapat diminta
pertanggungjawabannya baik di sidang umum maupun dalam pemilihan umum.
Sebagai contoh, kekuasaan memberi tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya. Di
masa datang, Presiden harus mendapat usulan atau pertimbangan dulu dari Dewan Tanda-
tanda Kehormatan, dan Presiden dengan sungguh-sungguh memperhatikan pertimbangan
atau usul.