TERHADAP HARTA
BENDA DALAM KUHP
Achmad Ratomi
Pencurian Pengancaman
(Psl. 362) (Psl. 369)
Pemerasan
(Psl. 368)
Penggelapan
Penadahan (Psl. 372)
(Psl. 480)
Penipuan
(Psl. 378)
Perusakan Barang
(Psl. 406) Stellionat
(Psl. 385)
PENCURIAN
PASAL 362 KUHP
Barangsiapa mengambil sesuatu benda yang sebagian atau seluruhnya
kepunyaan orang lain, dengan maksud memilikinya secara melawan
hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama 5
tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.
UNSUR OBJEKTIF
Mengambil
UNSUR SUBJEKTIF
Sesuatu Benda yg sebagian
Dengan maksud memilikinya
atau seluruhnya kepunyaan
secara melawan hukum
org lain
UNSUR “MENGAMBIL”
• Di dalam doktrin terdapat beberapa teori tentang kapan suatu perbuatan mengambil daikatakan telah
terjadi/selesai, yaitu:
Teori kontrektasi (Contrectatie theorie)
Untuk adanya suatu perbuatan mengambil itu disyaratkan bahwa dengan sentuhan badaniah, pelaku telah
memindahkan benda yang bersangkutan dari tempat semula.
Teori ablasi (Ablatie theorie)
Untuk adanya suatu perbuatan mengambil itu disyaratkan bahwa benda tersebut harus telah diamankan
oleh pelaku.
Teori aprehensi (Apprehensie theorie)
Untuk adanya suatu perbuatan mengambil itu disyaratkan bahwa pelaku harus membuat benda tersebut
berada dalam penguasaannya yang nyata.
• Hoge Raad dalam beberapa arrest-nya (tanggal 12 Nopember 1894 W.6578 dan tanggal 4 Maret 1935 Nj
1935 hal. 681, W. 12932) menjelaskan bahwa “Perbuatan mengambil itu telah selesai, jika benda tersebut
sudah berada di tangan pelaku, walaupun benar bahwa ia kemudian telah melepaskan kembali benda yang
bersangkutan karena ketahuan oleh orang lain”.
UNSUR “SESUATU BENDA SEBAGIAN ATAU
SELURUHNYA KEPUNYAAN ORANG LAIN”
• Pada awalnya yang dimaksud dengan benda adalah benda-benda
yang berwujud dan bergerak.
• Perubahan penafsiran ini didasarkan atas peristiwa pencurian aliran
listrik. Sehingga perluasan makna benda ini juga termasuk benda yang
tidak berwujud sepanjang memiliki nilai ekonomis dan dapat di hak-ki.
• Status barang yang diambil itu adalah harus seluruhnya kepunyaan
orang lain atau sebagian kepunyaan orang lain dan sebagian
kepunyaan pelaku.
UNSUR “DENGAN MAKSUD MEMILIKINYA SECARA MELAWAN HUKUM”
• Memaksa adalah melakukan tekanan pada seseorang sedemikian rupa sehingga orang itu
bersedia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya sendiri. Lebih lanjut
memaksa adalah melakukan suatu tindakan dengan menggunakan suatu alat pemaksa yang
tanpa alat pemaksa itu dapat dibayangkan bahwa orang yang dipaksa itu pada saat itu tidak
akan mau melakukan yang dikehendaki oleh si pemaksa.
• Ada 3 (tiga) bentuk akibat atau tujuan yang hendak dicapai oleh pelaku dalam memaksa, yaitu :
Supaya memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang itu
atau orang lain.
Supaya membuat hutang
Supaya menghapuskan piutang
UNSUR “DENGAN MAKSUD MENGUNTUNGKAN DIRI
SENDIRI ATAU ORANG LAIN SECARA MELAWAN
HUKUM”
UNSUR OBJEKTIF
Melawan hukum memiliki
Sesuatu barang yang seluruhnya
UNSUR SUBJEKTIF
atau sebagian kepunyaan orang lain
Tetapi yang ada dalam
dengan sengaja
kekuasaannya bukan karena
kejahatan
UNSUR “MELAWAN HUKUM MEMILIKI”
UNSUR OBJEKTIF
dengan memakai nama palsu atau UNSUR SUBJEKTIF
keadaan palsu, dengan tipu muslihat, dengan maksud untuk
ataupun serangkaian kata-kata bohong
menggerakkan orang lain untuk
menguntungkan diri sendiri
menyerahkan sesuatu barang kepadanya, atau orang lain secara
atau supaya memberi hutang maupun melawan hukum
menghapuskan piutang
UNSUR “DENGAN MEMAKAI NAMA PALSU ATAU
KEADAAN PALSU, DENGAN TIPU MUSLIHAT,
ATAUPUN SERANGKAIAN KATA-KATA BOHONG”
• Nama palsu adalah penggunaan nama yang bukan namanya sendiri baik nama orang lain maupun
nama yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Termasuk juga menambah-nambahi nama dengan tujuan
agar tidak dikenal orang lain.
• Keadaan palsu adalah pernyataan dari seseorang bahwa ia ada dalam keadaan tertentu atau
jabatan tertentu, dimana keadaan itu memberikan hak-hak kepada orang yang ada dalam keadaan
itu.
• Tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga perbuatan-
perbuatan itu menimbulkan keyakinan/ kepercayaan orang atau memberi kesan pada orang yang
dianjurkan, seolah-olah keadaannya sesuai dengan kebenaran. Perbuatan atau tindakan tersebut
dapat disaksikan oleh orang lain baik disertai maupun tidak disertai dengan suatu ucapan.Misalnya
menyerahkan cek yang diketahuinya bahwa cek tersebut tidak dapat diuangkan karena tidak ada
uangnya.
• Serangkaian kata-kata bohong adalah serangkaian kata-kata yang tersusun sedemikian rupa,
sehingga kata-kata tersebut mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain dan dapat
menimbulkan kesan seolah-olah kata-kata yang satu membenarkan kata-kata yang lain, padahal
semuanya itu tidak sesuai dengan kebenaran
UNSUR “MENGGERAKKAN ORANG LAIN UNTUK MENYERAHKAN
SESUATU BARANG KEPADANYA, ATAU SUPAYA MEMBERI HUTANG
MAUPUN MENGHAPUSKAN PIUTANG”
UNSUR OBJEKTIF
dengan melawan hukum
menghancurkan, merusakkan, membuat
UNSUR SUBJEKTIF
sehingga tidak dapat dipakai lagi atau
menghilangkan
Dengan sengaja
barang yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain
UNSUR “DENGAN MELAWAN HUKUM”
• Obyek dari tindak pidana ini adalah barang yang sebagian atau
seluruhnya kepunyaan orang lain.
• Tindak pidana ini dapat dilakukan terhadap barang yang
bergerak dan dapat juga terhadap barang tidak bergerak.
• Hal ini berbeda dengan obyek dari pencurian, penggelapan dan
penipuan yang mensyaratkan hanya terhadap barang yang
bergerak.
UNSUR “DENGAN SENGAJA”
• Menurut Memorie van Toelichting, sengaja/kesengajaan adalah
“menghendaki dan menginsyafi” terjadinya suatu tindakan
beserta akibatnya (willens en wetens veroorzaken van een
gevolg).
• Artinya, seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan
sengaja harus menghendaki serta menginsyafi/mengetahui
tindakan tersebut dan/atau akibatnya.
PENADAHAN
PASAL 480 KE-1 KUHP
Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling
banyak sembilan ratus rupiah: barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima
gadai, menerima hadiah, atau untuk menarik keuntungan, menjual, menyewakan,
menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan atau menyembunyikan
sesuatu benda, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari
kejahatan
UNSUR OBJEKTIF
Membeli, menyewa, menukar, menerima
gadai, menerima hadiah, atau Untuk
menarik keuntungan menjual, UNSUR SUBJEKTIF
menyewakan, menukarkan, yang diketahui atau
menggadaikan, mengangkut, menyimpan sepatutnya harus diduga
atau menyembunyikan
Sesuatu benda yang diperoleh dari
kejahatan
UNSUR “MEMBELI, MENYEWA, MENUKAR, MENERIMA GADAI, MENERIMA
HADIAH, ATAU UNTUK MENARIK KEUNTUNGAN MENJUAL, MENYEWAKAN,
MENUKARKAN, MENGGADAIKAN, MENGANGKUT, MENYIMPAN ATAU
MENYEMBUNYIKAN”
• Dalam unsur subjektif ini terdapat dua bentuk kesalahan, yaitu dolus (sengaja) dan
culpa (lalai). Disebut juga dengan “Pro parte dolus pro parte culpa”
• Dolus dan culpa tersebut dirumuskan secara alternatif, artinya cukup salah satu
saja yang terbukti sudah memenuhi unsur subjektif.
• Bentuk unsur kesengajaan di dalam Pasal 480 ke-1 KUHP ini berupa “yang
diketahui”.
• Kata “yang diketahui” kata lain dari “dengan sengaja”.
• Menurut Memorie van Toelichting, sengaja/kesengajaan adalah “menghendaki dan
menginsyafi” terjadinya suatu tindakan beserta akibatnya (willens en wetens
veroorzaken van een gevolg).
• Artinya, seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja harus
menghendaki serta menginsyafi/mengetahui tindakan tersebut dan/atau akibatnya.
• Bentuk unsur kelalaian di dalam Pasal 480 ke-1 KUHP ini berupa
“sepatutnya harus diduga”.
• Kata “sepatutnya harus diduga” kata lain dari “karena kelalaiannya”.
• Kelalaian atau kealpaan adalah kebalikan dari kesengajaan, karena bila
mana dalam kesengajaan, sesuatu akibat yang timbul dikehendaki pelaku,
maka dalam kealpaan, justru akibat itu tidak dikehendaki, walaupun pelaku
dapat memperkirakan sebelumnya.
• Menurut Sudarto, kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang lebih
ringan daripada kesengajaan akan tetapi bukannya kesengajaan yang
ringan.
• Menurut van Hamel, ada dua syarat untuk menyatakan suatu perbuatan
bersifat kealpaan, yaitu :
Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh
hukum;
Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum.