Askep Dispepsia
Askep Dispepsia
2. Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh konsumsi obat obatan secara berlebihan dalam waktu yang lama.
c. Alkohol
d. Nikotin
e. Stress
f. Tumor atau kanker saluran pencernaan.
3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat obatan yang tidak jelas, zat
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding
dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi
HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake
tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
4. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dyspepsia menjadi tiga tipe:
1) Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus ( Ulkus like dyspepsia ), dengan
gejala:
Nyeri epigastrium terlokalisasi
Nyeri hilang setelah makan atau peberian antacid
Nyeri saat lapar
Nyeri episodic
2) Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas ( dismotility-like dyspepsia),
dengan gejala:
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual
Muntah
Upper abdominal bloating
Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3) Dyspepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
5. Pemeriksaan penunjang
- SGOT/SGPT, fosfatase alkali, bilirubin.
- USG
- OMD bila ada tanda striktur
- Endoscopi
- ECG bila ada kecurigaan
- CLO (rapid urea test)
- Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
- PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian.
Terapi
- Makanan lunak dan tidak merangsang dalam fase akut
- Pemberian antasida, prokinetik, antagonis H2 reseptor.
Penyulit
- Malnutrisi
- Dehidrasi
- Syok bila perdarahan massif
6. Penatalaksanaan medis
Kriteria diagnosa:
- Sindrom dyspepsia: nyeri ulu hati, kembung, cepat kenyang, mual, anoreksia,
rasa asam/pahit di mulut.
- Nyeri tekan epigastrium /bagian perut lainnya.
- Dapat disertai demam.
- Meteorismus, borbongmi
- Bising usus normal/menurun.
- Usia < 45 tahun tanpa tanda-tanda alarm tes serologi Hp bila hasilnya (-)
terapi empiris selama 2 minggu: antasida, H2 antagonis/PPI (omeprazol), obat-
obat prokinetik bila dyspepsia tetap (+) rujuk Gastroenterologis/Internis
atau dokter anak dengan fasilitas endoskopi dyspepsia (-) terapi dihentikan
kambuh (maksimal 3x)
- Usia > 45 tahun atau usia < 45 tahun dengan tanda- tanda alarm rujuk
Gastroenterologis/Internis atau dokter anak dengan fasilitas endoskopi.
( Penatalaksanaan pasien dyspepsia di masyarakat).
B. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Rencana asuhan keperawatan
DO:
DS:
Kriteria hasil:
Renpra :
Dx keperawatan II: Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan
makanan inadekuat, mual muntah.
DO:
DS:
Mengeluh mual
Tidak nafsu makan
Kriteria :
Renpra:
1. Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat, k/p konsultan
pada ahli gizi.
2. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
3. Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makan: sajian dalam keadaan
hangat, suasana yang tenang, lingkungan yang bersih.
4. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan. Anjurkan klien
yang mengalami penurunan nafsu makan untuk: hindari makanan yang terlalu
manis dan berminyak, coba minuman bening, makan kapan saja bila dapat
ditoleransi, makan dalam porsi kecil tapi sering.
5. Pantau asupan makan klien.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi medis.
DO:
Tidak kooperatif
DS:
Tujuan: Klien tahu dan mengerti tentang informasi yang diberikan (1 hari).
Kriteria:
Renpra :
Penyuluhan: