Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Migrasi hewan adalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di mana
ia telah tinggal ke daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan
kembali ke habitat asli. Faktor hewan bermigrasi biasanya untuk mencari
makanan yang berlimpah dan tempat yang baik untuk berkembang biak. Migrasi
hewan musiman merupakan fenomena yang paling menakjubkan dari elemen
alam. Migrasi hewan umumnya menggunakan rute yang sama dari tahun ke
tahun dan dari generasi ke generasi. Ranah lintas hewan bisa berupa gunung,
sungai, dan padang tanah yang luas. Burung, kelelawar, dan serangga terbang
dalam jangkauan jarak yang panjang, kadang-kadang melampaui seluruh benua
atau lautan. Hewan yang berenang seringkali bermigrasi hampir meliputi jarak
setengah dari seluruh dunia. Gerakan berpindah hewan biasanya terkait dengan
perubahan musim. Banyak hewan bermigrasi ke daerah utara selama bulan-bulan
dalam musim panas, karena pada hari musim panas yang panjang di bagian
paling utara bumi dapat menjamin pemberian pasokan makanan yang baik.
Seperti pada pendekatan ramalan cuacamusim gugur dan dingin, banyak hewan
bermigrasi ke selatan untuk mencari cuaca yang hangat pada musim dingin dan
tersedianya makanan.
Beberapa hewan bermigrasi setiap tahun dengan perjalanan pulang dan
pergi dibuat dalam satu tahun, ada pula beberapa hewan mempunyai pola migrasi
yang dapat dihubungkan pada pola cuaca. Pergerakan mereka bergantung pada
curah hujan dan ketersediaan tumbuhan hijau. Terdapat migrasi hewan yang
dapat berlangsung selama beberapa tahun hanya untuk penyelesaian siklus
berpindah dalam migrasinya.
Banyak ilmuwan melihat migrasi hewan sebagai sebuah adaptasi. Hewan yang
telah belajar untuk beralih ke lingkungan yang optimal adalah hewan yang
selamat untuk melanjutkan spesies.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan migrasi ?
2. Apa saja tipe-tipe migrasi ?
3. Bagaimana Home ranges dari tipe-tipe satwa ?
4. Bagaimana hubungan antara migrasi dan fluktuasi populasi ?
5. Apa yang menjadi factor penyebab terjadinya migrasi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian migrasi hewan
2. Untuk mengetahui home renges dari tipe tipe satwa
3. Untuk mengetahui tipe-tipe migrasi
4. Untuk mengetahui hubungan antara migrasi dan fluktasi populasi
5. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi factor penyebab tejadinya migrasi
hewan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Migrasi
Migrasi dalam kehidupan hewan dapat didefinisikan sebagai
pergerakan musiman yang dilakukan secara terus menerus dari satu tempat
ke tempat lain dan kembali ke tempat semula, biasanya dilakukan dalam dua
musim yang meliputi datang dan kembali ke daerah perkembangbiakan
(Alikondra, 1990).
Migrasi hewan adalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di
mana ia telah tinggal ke daerah yang baru dan kemudian melakukan
perjalanan kembali ke habitat asli. faktor hewan bermigrasi merupakan
biasanya untuk mencari makanan yang berlimpah dan tempat yang baik
untuk berkembang biak. migrasi hewan musiman merupakan penomena yang
paling menakjubkan dari elemen alam. Migrasi ada yang bersifat dispersal,
artinya sejumlah hewan pindah dari habitat yang ditempati oleh induk dan
keluarganya ke tempat lain sebagai akibat dari kepadatan populasi. Migrasi
dapat pula terjadi meskipun kepadatan populasinya tidak padat, tetapi
disebabkan oleh faktor lain, terutama faktor kondisi fisik lingkungannya,
misalnya perubahan suhu dan persediaan sumber daya makanan. Migrasi
yang disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan seringkali melibatkan
hampir seluruh anggota populasi, misalnya burung yang bermigrasi dari
belahan bumi utara ke belahan bumi selatan pada musim dingin. Secara
keseluruhan migrasi bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
hewan migran. Migrasi ini dapat dilakukan menurut garis lintang, ketinggian
tempat maupun secara local.
Migrasi menurut garis lintang dapat terjadi dari mulai hanya beberapa
kilometer sampai mencapai puluhan ribu kilometer. Tipe migrasi ini
dilakukan oleh burung, ikan ataupun mamalia darat. Pada sekelompok
burung yang melakukan migrasi, biasa dijumpai jenis pendatang tetap
(permanent residents), jenis yang menetap selama musim panas (summer
residents), biasanya pada musim berkembang biak, dan jenis yang
berkunjung selama musim dingin (winter visitors) atau bukan musim
perkembangbiakan. Ada pula jenis yang datang hanya sebentar dalam
periode musim migrasi dan tidak melakukan perkembangbiakan (transient),
ataupun jenis yang langka dan tidak teratur dijumpainya (accidentals).

2.2 Tipe-tipe migrasi


Menurut Susanto (2008:190) migrasi dibedakan menjadi beberapa

tipe, antara lain:


A. Migrasi Harian
Migrasi harian disebut juga pergerakan harian, karena berbagai jenis
hewan dalam jangka waktu satu hari atau kurang untuk pergi dan kembali
melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hampir semua
makhluk hidup melakukan kegiatan mereka mempunyai tempat-tempat yang
jelas untk tempat tidur, berlindung, mencari makanan dan air, dan tempat
berkembang biak. Jenis burung air yang paling menonjol dalam melakukan
pergerakan harian di P. Rambut adalah pecuk padi (Phalacrocorax
pygmaeus), yang tidur dan bersarang di hutan P. rambut dan pada waktu pagi
maupun siang hari mencari makanan di perairan rawa, sungai, ataupun
tambak di P. Jawa. Pergerakan harian ini berlangsung dalam watu 24 jam
dengan ritme teratur yang disebut ritme harian.
Setiap jenis mempunyai pergerakan harian dengan pola dan jangkauan
wilayah yang berbeda-beda. Sehingga luas wilayah untuk pergerakan harian
juga berbeda-beda, tergantung pada jenis hewan dan keadaan lingkungannya.
Ada beberapa jenis yang tinggal dan berkembang biak disuatu pulau dan
mencari makanan di pulau yang lain yang terdekat, seperti yang dilakukan
oleh burung-burung air yang hidup di P. Rambut. Sebaliknya kalong
(Pteropus vampirus) yang hidup di P.Rambut , setelah matahari terbenam
terbang menuju ke P. Jawa untuk mencari buah-buahan, dan kembali ke
P.Rambut menjelang matahari terbit. Kegiatan ini dilakukan secara rutin
setiap hari, terbang bersamaan dalam jumlah banyak, sehingga merupakan
obyek yang sangat menarik, baik untuk penelitian maupun wisata. Namun
dipihak lain, kalong dan burung pemakan ikan itu, oleh masyarakat pemilik
kebun buah-buahan dan pemilik tambak dianggap sebagai hama.
Pola pergerakan harian juga datat dipelajari pada larva-larva
Charborus (serangga air); mereka meletakkan diri di dasar perairan selama
siang hari dan kembali menuju ke permukaan air pada malam hari.
Kelompok ikan salmon melakukan pergerakan harian yang dapat disebut
sebagai migrasi vertical. Selama siang hari mereka tinggal di perairan dalam
yang temperaturnya lebih dingin (5-10C) daripada temperatur di permukaan
air. Pada waktu senja, mereka bergerak menuju ke permukaan air untuk
mendapatkan makanannya dengan cara tinggal di permukaan air selama
malam hari sambil mencari temperatur yang cocok (15C). Jenis ikan salmon
termasuk golongan ektotermal, yaitu organisme yang laju pertumbuhannya
sangat tergantung pada keadaan temperatur. Ikan salmon memerlukan
temperatur maksimum bagi kehidupannya, yaitu pada 15C. Kelompok ikan
salmon ini menghendaki laju pertumbuhan yang tinggi, untuk mendapatkan
hasil reproduki yang maksimum dan meningkatkan daya hidupnya.
. Contohnya, plankton bergerak ke permukaan air pada siang hari dan
turun ke tempat yang lebih dalam pada malam hari. Pada waktu ada di daerah
permukaan plankton dapat menyerap sinar matahari sebanyak-banyaknya
untuk fotosintesis, dan di tempat yang dalam dapat menghisap unsur-unsur
mineral. Keluang dan kelelawar meninggalkan sarang atau liangnya untuk
mencari makan pada malam hari, dan kembali pada pagi hari. Ketam pantai
bergerak sesuai dengan gerakan air laut pada waktu pasang-naik dan pasang-
surut.

B. Migrasi musiman
Migrasi musiman disebut juga migrasi annual. Dalam hal ini,
waktu yang diperlukan hewan untuk pergi dan kembali, atau untuk menetap
(sementara atau seterusnya) kurang lebih satu musim, sehingga dalam tahun
yang sama hewan berada di dua tempat yang berbeda. Migrasi musiman
adalah kegiatan migrasi yang disebabkan oleh perubahan iklim. Migrasi ini
dapat dilakukan menurut garis lintang, ketinggian tempat maupun secara
local.
Migrasi menurut garis lintang dapat terjadi dari mulai hanya beberapa
kilometer sampai mencapai puluhan ribu kilometer. Tipe migrasi ini
dilakukan oleh burung, ikan ataupun mamalia darat. Pada sekelompok
burung yang melakukan migrasi, biasa dijumpai jenis pendatang tetap
(permanent residents), jenis yang menetap selama musim panas (summer
residents), biasanya pada musim berkembang biak, dan jenis yang
berkunjung selama musim dingin (winter visitors) atau bukan musim
perkembangbiakan. Ada pula jenis yang datang hanya sebentar dalam
periode musim migrasi dan tidak melakukan perkembangbiakan (transient),
ataupun jenis yang langka dan tidak teratur dijumpainya (accidentals).
Migrasi musiman dapat dijumpai pada banyak hewan yang kondisi
lingkungan habitatnya berubah secara musiman. Hewan-hewan pemakan
rumput yang hidup di daerah dingin dan daerah beriklim sedang melakukan
migrasi naik ke lereng gunung atau turun ke lembah secara musiman.
Perpindahan ke tempat yang lebih tinggi atau lebih rendah disebut migrasi
altitudinal. Misalnya rusa Amerika bergerak naik gunung pada musim panas
dan turun gunung pada musim dingin. Perpindahan itu dilakukan untuk
menghindari cuaca dingin di tempat tinggi pada musim dingin dan cuaca
panas di dataran rendah pada musim panas. Migrasi itu tampaknya juga
berhubungan dengan persediaan makanan. Migrasi musiman juga
berlangsung secara latitudinal (migrasi latitudinal), artinya hewan pindah dari
satu tempat ke tempat lain dengan melintasi garis lintang bumi. Migrasi
latitudinal sering kali dapat menempuh jarak yang sangat jauh, misalnya dari
daerah kutub utara ke belahan bumi bagian selatan dengan melawati garis
khatulistiwa.
Pergerakan secara besar-besaran juga dapat terjadi untuk jenis yang
jumlah anggotanya banyak, pada saat keadaan lingkungannya mengalami
perubahan menjadi kritis, misalnya menyebabkan kekurangan persediaan
makanan. Pada kondisi seperti ini mereka akan bergerak menuju wilayah
yang cocok untuk memenuhi keperluan hidupnya. Pergerakan ini bila
dilakukan secara teratur disebut migrasi, dan bila dilakukan dengan cara yang
tidak teratur disebut nomad. Pergerakan hewan secara teratur di TN.
Serengeti dimanfaatkan sebagai atraksi alam yang banyak diminati
wisatawan karena membentuk pemandangan ataupun fenomena alam yang
khas dan unik. Setiap bulan Mei Juni rombongan wildebeest dan zebra
bergerak dari dataran rumput yangtidak ada kayu-kayunya di sebelah timur
menuju ke tempat yang berair di koridor barat di tepi danau Victoria. Pawai
Bos javanicushewan ini panjangnya mencapai 7-10 km. Keunikan proses ini
adalah karena terjadinya seleksi alam, hewan yang telah tua dan sakit
tertinggal di belakang barisan dan biasanya akan dimangsa oleh pemangsa.
Migrasi menurut ketinggian tempat merupakan pergerakan hewan
yang meliputi beberapa kilometer naik-turun gunung. Biasanya terjadi dalam
hubungannya dengan kondisi salju, temperatur ataupun makanan. Migrasi
semacam ini juga dapat dijumpai di kawasan TN. Bali Barat ataupun TN.
Baluran. Pada waktu musim kemarau, jumlah makanan rusa (Cervus
timorensis) di hutan musim sangat terbatas. Kekurangan makanan ini
menyebaban terjadinya vegetasi selalu hijau sepanjang tahun. Di TN.
Baluran dalam musim kemarau juga terjadi pergeseran wilayah pergerakan
banteng dibandingkan dengan musim penghujan, terutama untuk
menyesuaikan dengan keadaan makanan dan air yaitu dari wilayah yang
rendah ke daerah yang lebih tinggi. Menurut MacKinnon terdapat migrasi
musiman pada mawas (orangutan) dari wilayah berbukit-bukit ke wilayah
dataran rendah. Migrasi secara local terjadi pada lokasi yang tidak begitu
luas, dan erat hubungannya dengan kondisi sumber air, makanan, serta
pelindung. Migrasi secara local ini juga dilakukan oleh burung, ikan dan
mamalia darat. Pada waktu musim kemarau populasi banteng di TN. Bali
Barat bergerak dari wilayah Batugondang menuju sumber air di wilayah
Tegal Bunder Timur (Alikodra, 1983). Pola migrasi hewan ini hanya dapat
diketahui dengan cara melakukan penelitian lapangan dalam waktu yang
cukup lama.

C. Migrasi Lokal
Migrasi lokal tidak melibatkan perubahan ketinggian tempat dan
tidak sampai melintasi garis lintang. Jarak yang ditempuh amat terbatas.
Migrasi ini banyak dijumpai di daerah padang rumput dearah tropis yang
musim penghujan dan kemaraunya berpengaruh terhadap persediaan air.
Migrasi yang berkaitan dengan persediaan air itu dapat dijumpai di Taman
Nasional Baluran, yang terletak di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Di
Taman Nasional itu, persediaan air minum pada musim kemarau untuk
hewan liar hanya ada di daerah pantai, yaitu di rawa atau sumber air. Pada
sore dan malam hari hewan-hewan (kijang, babi hutan, kerbau, dan banteng)
pergi ke rawa dan sumber air lain untuk minum. Hewan-hewan itu berada di
daerah pantai, yang tertutup oleh hutan pantai, selama malam hari. Pada pagi
hari, menjelang matahari terbenam hewan-hewan pergi ke arah kaki Gunung
Baluran sambil merumput di savana.
Selain itu ada pula yang disebut vagran, yaitu spesies yang bermigrasi di luar
jadwal migrasi atau di luar jangkauan jalur migrasi. Ini sering disebut sebagai
jenis migran tersasar. Misalnya, spesies tersebut mempunyai waktu migrasi
Oktober-Desember, tetapi spesies vagran itu berkunjung di wilayah
migrasinya pada bulan Mei atau Agustus. Atau spesies tersebut memiliki
jalur ke wilayah Malaysia, tetapi beberapa jenis melakukan perjalanan soliter
ke Sumatera atau Jawa.

D. Migrasi perbahan bentuk


Untuk serangga yang mempunyai beberapa tingkat kehidupan (telur-
larva-stadium dewasa), terjadinya perpindahan lokasi relung adalah untuk
menyesuaikan dengan keadaan bentuk tingkat kehidupannya. Perpindahan
organisme semacam ini dapat dianggap sebagai kegiatan migrasi. Misalnya
ada beberapa jenis serangga yang larvanya hidup di air, setelah dewasa akan
terbang sebentar ke udara dan meletakkan kembali telurnya di air. Migrasi
perubahan bentuk juga dapat dilihat pada siklus hidup Fasciola dan
Paramphistomum.
Proses migrasi hewan sangat rumit, dan terjadi karena adanya interaksi
antara ritme fisiologis (internal stimulant) dari organisme yang bersangkutan
dengan kondisi lingkungan yang kritis (external stimulant). Untuk
kepentingan pelestarian populasi diperlukan antara lain informasi tentang
migrasi, termasuk pergerakan hariannya, sebagai data dasar untuk
kepentingan penyusunan program pengelolaan.

2.3. Home ranges dari tipe-tipe satwa

Home range adalah daerah dimana hewan tersebut hidup. Home range
hewan adalah suatu tempat di mana hewanhewan tersebut
menutupi/berkisa-
ran pada tempat tersebut untuk mencari makan, kawanan, dan lainlainnya.
Daerah jelajah ini tidak hanya dihuni oleh satu spesies saja.
Umumnya home range tidak mempunyai batas yang jelas. Distribusi
makanan tidak beraturan. Ukuran home range bergantung pad ukuran tubuh
hewan. Umumnya mamalia dengan tubuh besar memiliki home range yang
lebih daripada mamalia yang bertubuh kecil. Karnivora memiliki home range
yang lebih besar daripada omnivor dan herbivor. Pejantan dan hewan dewasa
memiliki home range yang lebih luas daripada betina dan anak-anak. Home
range omnivora dan herbivora akan meningkat seiring dengan bertambahnya
ukuran tubuh.

Contoh:

Home ranges satawa gajah


Secara alami gajah melakukan penjelajahan dengan berkelompok
mengikuti jalur tertentu yang tetap dalam satu tahun penjelajahan. Jarak
jelajahgajah bisa mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim
kering atau musim buah-buahan di hutan mampu mencapai 15 km per hari.
Kecepatan gajah berjalan dan berlari di hutan (untuk jarak pendek) dan di
rawa berkisar antara 25 km/jam .Gajah merupakan mamalia darat paling
besar yang hidup pada zaman ini, sehingga membutuhkan wilayah jelajah
yang sangat luas.Ukuran Ruang atau wilayah jelajah (home range)gajah Asia
bervariasi antara 32,4 - 166,9 km2 bahkan salah satu sumber menyebutkan
home range gajah dapat mencapai 650 km2. Wilayah jelajah unit-unit
kelompok gajah di hutan-hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih
besar dibanding dengan wilayah jelajah di hutan-hutan sekunder.Gajah
banyak melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah yang luas sehingga
menggunakan lebih dari satu tipe habitat. Selain itu gajah juga mampu
berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan belalainya
sebagai "snorkel" atau pipa pernapasan
Home renges satwa macan tutul
Macan tutul jantan memiliki home range yang sering overlap dengan
beberapa home range betina. Home range macan tutul umumnya terpusat di
sekitar badan air di mana mangsa terkonsentrasi (Seidentsicker and Susan,
1991). Home range macan tutul jantan lebih besar karena mangsanya
biasanya lebih besar daripada mangsa macan tutul betina (Sunquist, 2001).
Ukuran home range macan tutul sangat bervarasi dan sangat tergantung pada
ketersediaan jumlah dan penyebaran satwa mangsa (IUCN - The World
Conservation Union, 1996). Ukuran home range macan tutul jantan berkisar
antara 30 78 km2 dan betina 23 33 km2 di kawasan yang dilindungi
(Bailey, 1993). Home range mungkin jauh lebih besar ketika ketersediaan
makanan berkurang. Sebagai contoh, home rangeberkisar antara 338 - 478
km2 ditemukan Norton & Lawson (1985) di dataran tinggi. Bothma and
Knight (1997) menemukan bahwa di Kalahari Selatan yang kering dan
miskin mangsa, rata-rata home range macan tutul jantan dewasa adalah
2.182 492 km2 dan betina dewasa 489 293 km2. Sementara di Taman
Nasional Royal Chitwan, Nepal, yang memiliki kepadatan populasi ungulata
sangat tinggi, home range macan tutul betina hanya 6 13 km2 dan di
Taman Nasional Serengeti dan Tsavo, Afrika Timur, teritori mereka berkisar
antara 11 121 km2 (IUCN - The World Conservation Union, 1996).
Penelitian pada sebuah ranch di Laikipia, Kenya seluas 200 km2
menunjukkan bahwa macan tutul betina memiliki home range eksklusif rata-
rata 14,0 km danbeberapa diantaranya overlap dengan betina dewasa muda.
Home range macan tutul jantan rata-rata 32,8 km dan tidak overlap antar
sesama jantan tetapi overlap dengan teritori-teritori betina (Mizutani &
Jewell, 1998). Macan tutul muda tidak memiliki home range tetap sampai
mendapatkan home range karena yang dewasa mati.

Home ranges satwa Babi Hutan


Babi hutan (Sus scrofa) atau celeng adalah babi liar yang menurunkan
babi ternak (Sus domesticus) dan termasuk familia Suidae. Menurut Singer et
al, Russo, Massei & Genov, dalam Leaper R. et al. (1999) mengemukakan
bahwa babi hutan (Sus scrofa) merupakan binatang malam (nocturnal).
Aktivitas harian babi hutan sebagian besar digunakan untuk mencari makan
yaitu 67,5% dari seluruh aktivitas harian, dan umumnya pencarian makan
dilakukan pada malam hari dan mulai aktif merusak tanaman saat tengah
malam sampai menjelang subuh. Daya jelajah (home range) babi hutan (Sus
scrofa) dalam beberapa riset yang telah dilakukan menunjukkan sangat
beragam. Perkiraan home range tahunan menurut Saunders & Kay dalam
Leaper, R. et al. (1999) mempunyai kisaran 4,0 hingga 21,8 km2, sedangkan
menurut Massei et al. dalam Leaper, R. et al. (1999) diantara 4,6 dan 16,4
km2 atau menurut Jullien et al. dalam Leaper, R. et al (1999) rata-rata home
range tahunan adalah 26 km2. Jenis makanan yang disukai babi hutan di
lahan pertanian terutama adalah terong, cabai, jagung, singkong, padi, jambu,
cacing tanah, serangga dan ikan.

Home ranges satwa Tikus


Setiap koloni tikus memiliki wilayahnya sendiri, yang dapat span blok
seluruh kota dan pelabuhan lebih dari 100 tikus. Setiap malam, ketika mereka
menjelajahi wilayah mereka, tikus dan tikus mempelajari lokasi obyek baru,
sumber makanan dan jalan keluar. Sebuah wilayah tikus atau "home range"
umumnya dalam radius 50 kaki sampai 150 kaki dari sarang, sementara tikus
biasanya hidup dalam radius 10-kaki ke 30-kaki sarang. Di tempat-tempat di
mana semua kebutuhan mereka (makanan, air, tempat berlindung) terpenuhi,
tikus memiliki wilayah yang lebih kecil.

2.4 Contoh hewan - hewan yang berimigrasi


1. Salmon.

salmon adalah sejenis ikan laut dari famili Salmonidae.


Ikan lain yang satu famili dengan salmon adalah ikan Trout.
Perbedaannya adalah pada migrasi hidup salmon dibandingkan
dengan ikan trout yang menetap. Salmon lahir di perairan air
tawar, bermigrasi ke lautan, lalu kembali ke air tawar untuk
bereproduksi. Terdapat suatu kepercayaan bahwa salmon selalu
kembali ke tempat yang sama di mana ia dilahirkan untuk
berkembang biak.
Salmon kembali ke perairan air tawar yang deras untuk
berkembang biak. Metode navigasi yang dilakukannya
kemungkinan dilakukan dengan indra penciuman ikan tersebut.
Setengah dari salmon dewasa akan mati dalam beberapa hari
hingga minggu setelah berkembang biak. Untuk menaruh telur,
salmon betina mengepakkan ekornya untuk menciptakan wilayah
bertekanan rendah untuk mengangkat kerikil agar tersapu arus,
menciptakan celah baginya untuk menaruh telur.
Populasi ikan salmon di alam liar terus menurun dalam dekade
ini Faktor yang memengaruhi diantaranya:
A. . Parasit yang tersebar dari peternakan salmon dengan
jaring terbuka
B. Penangkapan secara berlebihan
C. Proses penghangatan lautan dan sungai dapat menghambat
proses berkembang biak dan meningkatkan penyebaran
parasite
D. Hilangnya habitat yang digunakan untuk berkembang biak,
degradasi arus air, dan hilangnya material untuk proses
berekembang biak ikan salmon ( misal: kerikil untuk
menutupi kumpulan telur salmon ).
E. Pembangunan bendungan dapat menghalangi laju ikan
salmon menuju tempat berkembang biak.

2. Kepiting merah.

Kepiting merah berimigrasi untuk musim kawin dan


berkembang biak.Awal musim hujan ( biasanya bulan
Oktober/November ) memungkinkan kepiting ( kondisi yang
lembab ) untuk menin Waktu migrasi mereka juga terkait dengan fase
bulan. Selama migrasi ini, kepiting merah meninggalkan liang
mereka dan melakukan perjalanan ke pantai untuk kawin dan
bertelur. Perjalanan ini biasanya membutuhkan setidaknya satu
minggu, dengan kepiting jantan biasanya tiba sebelum betina. Setelah
di pantai, kepiting jantan menggali liang, yang mereka harus
pertahankan dari kepiting-kepiting jantan lainnya. Perkawinan terjadi
di atau dekat liang. Segera setelah kawin kepiting jantan kembali ke
hutan sementara betina tetap berada di liang selama dua minggu
untuk bertelur. Pada akhir masa inkubasi, betina meninggalkan liang
dan melepaskan telur mereka ke laut. Hal ini terjadi tepatnya pada
pergantian pasang tinggi selama kuartal terakhir bulan. Kepiting-
kepiting betina kemudian kembali ke hutan sementara larva kepiting
menghabiskan 3-4 minggu di laut sebelum kembali ke darat sebagai
kepiting remaja.gkatkan aktivitas mereka dan merangsang migrasi
tahunan mereka. Puncak migrasi terlihat pada pagi dan sore hari,
ketika cuaca dingin dan lebih teduh. Karena jika kepiting terjebak
dalam panas, maka mereka dapat kehilangan kelembaban tubuh dan
mati.

3. Kura-kura Hijau

Insting keibuan seekor kura-kura hijau memaksanya kembali ke tempat kelahiran


untuk memulai kehidupan dengan keluarganya. Kura-kura hijau yang sedang
hamil dapat berenang ribuan kilometer dari tempat berkembangbiak di Brasil
menuju lautan Atlantik Selatan ke pulau Ascension.

2.5 Hubungan antara migrasi dan fluktuasi


Hubungan antara migrasi dan fluktuasi populasi yaitu migrasi dapat
terjadi akibat fluktuasi populasi itu meningkat sehingga untuk menjaga agar
tidak terjdinya perebutan terhadap ruang dan makannan maka sebagian populasi
akan melakukan migrasi. Fluktuasi populasi merupakan suatu proses naik atau
turunnya populasi factor ini dapat terjadi jika migrasi yang di lakukan oleh
sebagian populasi untuk mencari makan ke tempat lain. Pada saat migrasi yang
di lakukan oleh sebagian populasi maka akan terjadi fluktuasi populasi menjadi
menurun, akan tetapi jika populasi yang melakukan migrasi tadi kembali maka
fluktuasi populasi akan menjadi naik atau meningkat.

2.6 Faktor penyebab terjadinya migrasi

A. Iklim
Gerakan berpindah hewan biasanya terkait dengan perubahan musim.
Banyak hewan bermigrasi ke daerah utara selama bulan-bulan dalam musim
panas. karena pada hari musim panas yang panjang di bagian paling utara dunia
dapat menjamin pemberian pasokan makanan yang baik. Seperti pada
pendekatan ramalan cuaca musim gugur dan dingin, banyak hewan bermigrasi ke
selatan untuk mencari cuaca yang hangat pada musim dingin dan tersedianya
makanan. hewan mempunyai 'pola migrasi yang dapat dihubungkan pada pola
cuaca' pergerakan mereka adalah bergantung pada curah hujan dan ketersediaan
tumbuhan hijau. terdapat migrasi hewan yang dapat berlangsung selama
beberapa tahun hanya untuk penyelesaian siklus berpindah dalam migrasinya.
Factor migrasi yang terjadi karena iklim terjadi salah satunya pada satwa
serangga, terutama spesies capung, kumbang, kupu-kupu dan ngengat. Jarak
migrasi dapat bervariasi, tetapi kebanyakan melibatkan banyak individu.
Terkadang individu yang bermigrasi dalam satu arah tidak kembali dan generasi
selanjutnya mungkin bermigrasi ke arah yang berbeda.Contoh serangga yang
bermigrasi adalah kupu-kupu monark yang bermigrasi dari Kanada selatan ke
Meksiko tengah.
B. Sifat satwa
Migrasi yang terjadi pada satwa yang di sebabkan sifat satwa ini seperti :
bermigrasi intuk mendapatkan pasangan atau untuk kawin dan berkembang
biak .
Salah satunya terjadi pada satwa Tonggeret. Setelah menghabiskan 17 tahun di
dalam tanah, serangga bersuara nyaring, tonggeret akan bermigrasi menuju dunia
luar untuk berkumpul bersama, bernyanyi, dan kawin. Penampilan mereka yang
sinkron, efektif menjauhkan tonggeret dari pemangsa selama lima minggu
kehidupan dewasanya. Jarak migrasi tonggeret beragam, mulai dari beberapa inci
hingga ribuan kilometer.

C. Makanan
Pada umumnya satwa kebanyakan migrasi untuk mendapatkan makaan
sehinga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Di antara yang bermigrasi adalah
jenis burung pemangsa. Mereka kerap dikategorikan sebagai top predator dalam
piramida makanan, sehingga kadang disebut sebagai raptor, burung elang, atau
alap-alap.Wildebeests,Hewan herbivora ini akan melakukan apa saja demi
menemukan padang rumput yang lebih hijau yang merupakan sumber pakan
baginya. Serengeti wildebeest beserta zebra dan rusa mampu berkelana ratusan
kilometer dalam sebuah rombongan untuk menghindari musim kering di
Tanzania dan Kenya demi mendapatkan makanan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Migrasi dalam kehidupan hewan dapat didefinisikan sebagai pergerakan
musiman yang dilakukan secara terus menerus dari satu tempat ke tempat
lain dan kembali ke tempat semula, biasanya dilakukan dalam dua musim
yang meliputi datang dan kembali ke daerah perkembangbiakan.Migrasi
hewan adalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di mana ia
telah tinggal ke daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan
kembali ke habitat asli

2. Tipe-tipe migrasi
Migrasi Harian
Migrasi musiman
Migrasi lokal
Migrasi perbahan bentuk

3. Home range adalah daerah dimana hewan tersebut hidup. Home range
hewan adalah suatu tempat di mana hewanhewan tersebut
menutupi/berkisaran pada tempat tersebut untuk mencari makan,
kawanan, dan lainlainnya. Daerah jelajah ini tidak hanya dihuni oleh
satu spesies saja.

4. Hubungan antara migrasi dan fluktuasi populasi yaitu migrasi dapat


terjadi akibat akibat fluktuasi populasi itu meningkat sehingga untuk
menjaga agar tidak terjdinya perebutan terhadap ruang dan makanan
maka sebagian populasi akan melakukan migrasi.

5. Faktor penyebab terjadinya migrasi


Iklim
Sifat satwa
Makanan

3.3 Saran

Demikian makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam penulisan


makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang
membangun kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga
bermanfaat bagi pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. dkk.2004.Bioogi Jilid III(ed.5).Jakarta:Erlangga

http://dasarburung.wordpress.com/2007/10/10/migrasi-burung-pemangsa/.
Diakses tanggal 13 februari 2017

Sukmantoro, Wishnu. 2007. Migrasi Burung Pemangsa Asia.


Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai