Tujuan Eksplorasi
Tujuan Eksplorasi
TAHAPAN EKSPLORASI
Tahapan eksplorasi dilakukan melalui
Survey Tinjau
Yaitu kegiatan eksplorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional, pemotretan udara,
citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk mengidentifikasi daerah-
daerah anomial yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut.
Prospeksi Umum
Tahapan ini dimaksudkan untuk mempersempit daerah sebaran endapan mineral yang
potensional. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pemetaan geologi dan pengambilan
contoh awal, misalnya puritan dan pemboran yang terbatas, studi geokimia dan
geofisika untuk mengidentifikasi suatu sumber daya mineral tereka yang perkiraan dan
kualitasnya dihitung berdasarkan hasil analisis kegiatan diatas.
Setelah melakukan tahap eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan melakukan tahap eksplorasi
detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak
yang lebih dekat, yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk
mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan volume cadangan,
penyebaran kadar/kualitas, secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat
tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan
yang kecil (<20%), sehingga perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan
resiko dapat dihindari.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan investasi tambang. Dengan melakukan
analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran. Maka
dapat diketahui cadangan bahan galian itu dapat ditambang dengan menghasilkan
keuntungan atau tidak.
Tahapan ini merupakan tahap terakhir sebelum dilakukan penambangan suatu daerah.
Tahap ini berupa evaluasi keseluruhan dari kegiatan produksi. Selain itu tahap ini juga
merancang kegiatan penunjang selama pertambangan seperti pembuatan jala,
pembuatan kantor dan mess pekerja, pembuatan pelabuhan dan pabrik metalurgi.
Tahapan Eksplorasi
Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Untuk memilih metoda eksplorasi batubara yang harus dilakukan, sangat ditentukan
oleh beberapa faktor antara lain:
Kondisi umum keadaan endapan batubara tersebut
Hasil penelitian geologi dan geofisik yang telah ada sebelum kegiatan eksplorasi
dimulai
Bentuk informasi/data yang diharapkan dari setiap tahapan eksplorasi
Eksplorasi tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara
positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian
eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri
dari :
Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan
tujuan mencari prospek,
Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan
Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang
1. Survey Tinjau
Survey tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan
untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan batubara yang
prospek untuk diselidiki lebih lanjut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
meliputi studi geologi regional, interpretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan
lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan kegiatan survey tinjau, perlu dilakukan:
Studi Literatur, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap
data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan
lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah
pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional
dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih
daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan
tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya
dapat dilihat di lapangan.
Survey dan Pemetaan, jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi
sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi
lainnya sudah dapat dimulai (peta skala 1 : 200.000 sampai 1 : 50.000). Tetapi jika
belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah
tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena
survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari
(singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-
singkapan yang penting
2. Prospeksi
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan
batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
sebaran dan potensi endapan batubara yang akan menjadi target eksplorasi
selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini bertujuan untuk mempelajari stratigrafi
regional atau litologi, khususnya di daerah yang mempunyai indikasi adanya
endapan batubara. Jarak antar titik bor berkisar dari 1000 sampai 3000 meter. Pada
tahap ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 sampai 1:25.000.
3. Eksplorasi Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan
batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan,
bentuk, korelasi lapisan, sebaran, struktur geologi dan sedimen, kuantitas dan
kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500 1000 meter, skala peta yang
digunakan mulai dari 1: 25.000 sampai 1:10.000. Sesuai dengan Keputusan Direktur
Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa
Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum perlu dilampiri
dengan beberapa peta:
Peta lokasi/situasi
Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji,
pengambilan contoh batubara (skala 1:10.000)
Penampang lubang bor Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model
penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll.
dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan
harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang
baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
4. Eksplorasi Rinci
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail
(White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang
lebih dekat (jarak antar titik bor 200 meter), yaitu dengan memperbanyak sumur uji
atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran
dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara
mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan
terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%). Sebelum
dilakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal,
geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta yang digunakan adalah 1:2.000 sampai
1:500. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,
kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta
data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran
struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang,
lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk
merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang
maupun prioritas bantu lainnya. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral
Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa
Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi perlu dilampiri dengan
ebberapa peta:
Peta lokasi/situasi
Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan batubara, sumur uji, parit uji,
pemboran, dan pengambilan contoh batubara (skala 1:2.000 sampai 1:10.000)
Peta geologi daerah (skala 1:500 sampai 1:2.000)
Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan kandungan
sulphur (skala 1:500 sampai 1:2.000)
Penampang geologi
Penampang bor
Dari uraian tentang tahapan kegiatan eksplorasi diatas, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan penyelidikan lapangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang sifat
fisik-mekanik batuan, struktur geologi dan kondisi air tanah sampai dengan
kedalaman rencana penambangan. Secara spesifik harus dibuat laporan struktur
geologi meliputi litologi, geometri dan kemiringan dari formasi lapisan batubara,
geometri dan komposisi struktur major seperti patahan, serta domain dan orientasi
dari bidang-bidang diskontinuitas. Demikian juga dengan data geoteknik terutama
sifat fisik dan mekanik dari over burden, interburden, lapisan batubara dan batuan
alas. Gambaran tentang data level air tanah, permeabelitas dan aliran air tanah
artesis yang diperoleh pada waktu kegiatan pengeboran dan pemasangan
piezometer perlu juga dibuat dalam laporan tertulis.