Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN AIR

PRAKTIKUM I

DIFUSI DAN OSMOSIS

OLEH :

NAMA : ACI SUSIANTI

STAMBUK : I1A1 15 095

JURUSAN : MSP (A)

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMBIMBING : LA SURIADI S.

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Fisiologi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi

mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan, dan sel-sel organisme.

Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang

mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Organisme hewan air memiliki

beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat.

Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat

atau gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui

membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana

(simple difusion),d ifusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein

transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi

(fasiliated difusion).

Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat

pelarut, dari larutan yang konsentrasi tinggi menuju larutan yang

konsentrasi rendah melalui membran selektif permeabel.

Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga

tubuh sejati (hewan selomata), namun cacing annelida merupakan hewan

yang struktur tubuhnya paling sederhana. Cacing annelida pada umumnya

tubuhnya dibagi satu deretan memanjang ruas-ruas yang juga disebut

memater atau somit yang kelihatannya dari luar karna adanya cekungan

yang mengelilingi tubuh, dan kelihatan dari dalam karena adanya sekat yang

dinamakan septa atau sekat.


Berdasarkan hal tersebut, maka sangat perlu dilakukan praktikum

difusi dan osmosi agar bisa mengetahui efek kosentrasi larutan terhadap

kecepatan difusi, menunjukan arah gerakan air pada peristiwa difusi

osmosis, terutama pada cacing laut.

B. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengamati proses secara fisik

proses difusi dan osmosis dan pengaruhnya terhadap organisme percobaan.

Adapun manfaat dari praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu

mengetahui proses difusi dan osmosis.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Klasifikasi

Klasifikasi Cacing laut (Nereis sp.) menurut Pamungkas (2011)

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Pilum : Annelida

Class : Polychaeta

Ordor : Nercidea

Family : Nercidae

Genus : Nereis

Species : Nereis sp.


Gambar 1. Morfologi Cacing Laut (Nereis sp.)

(Sumber : Dok. Pribadi, 2017)

B. Morfologi dan Anatomi

Kelas Polychaeta, khususnya cacing laut (Nereis sp.) hidup di dalam

sedimen tubuhnya terdiri segmen-segmen dan setiap segmennya terdapat

sepasang parapodia. Parapodia berfungsi sebagai alat gerak pada cacing

laut, juga berfungsi sebagai alat pernapasan bantuan (Pamungkas, 2011).

Struktur tubuh Polychaeta terdiri atas kepala, faring menonjol,

berahang, dikelilingi peristomium, dan beratap prostomium. Peristium

terdiri atas empat buah mata, dua tantakel pendek, dua palpus, dan empat

tantakel panjang. Setiap segmen kecuali segmen terakhir, memiliki

parapedia yang dilengkapi banyak setae. Setae inilah yang digunakan untuk

menggali pasir dan di celah bebatuan. Contohnya, Nereis sp. yang

merupakan cacing pendiam dengan sistem digesti yang dimulai dari faring,

esofagus, yang bermuara dalam dua kantong kelenjar dan menuju usus yang

berkontraksi secara teratur. Terdapat sistem respirasi di dalam kulitnya dan


telah memiliki pembuluh darah yang mengandung pigmen darah merah

(hemoglobin). Pengeluaran sisa zat makanan dilakukan tiap segmen oleh

sepasang nefridium kecuali segmen terakhir. Sistem indra penerima saraf

supraesogageal terdiri atas palpus dan tantakel. Selain itu, juga telah

terdapat empat buah mata sederhana yang masing-masing terdiri atas

kornea, lensa, dan retina. Homeostatis adalah kecenderungan dari organisme

hidup untuk mengontrol dan mengatur luktuasi lingkungan internalnya

(Jekti, 2008).

C. Habitat dan Penyebaran

Cacing laut (Nereis sp.) hanya di temukan diperairan asin (marine

waters) dan tidak ditemukan pada perairan payau, tawar maupun terrestrial.

Pada habitatnya cacing ini sering ditemukan menempel di bebatuan pada

substrat perairan yang cenderung mengandung lumpur bercampur dengan

pasir. Spesies ini biasanya berada di daerah interdal (pasang-surut) kearah

laut lepas dan banyak ditemukan di perairan (Triana, 2010).

Cacing polychaeta terutama hidup di laut, meskipun beberapa jenis

nereid mempunyai toleransi terhadap salinitas rendah dan beradaptasi untuk

hidup di air tawar dan estuari. Beberapa terdapat di air tawar sampai 60 km

dari laut. Terdiri dari sekitar 8.000 spesies. Umumnya berukuran panjang 5-

10 cm dengan diameter 2-10 mm (Pamungkas, 2011).

D. Fisiologi dan Reproduksi


Secara relatif, annelida mempunyai kemampuan yang besar untuk

melakukan regenerasi. Tentakel, palp atau bagian tubuh yang kecil lainnya,

apabila putus atau rusak akan segera tumbuh yang baru. Beberapa jenis

cacing bahkan dapat melakukan autotomi, namun pada lintah tidak dapat

melakukan regenerasi bahkan reproduksi secara aseksual tidak dapat

dilakukan (George & Hademos. 2009).

Reproduksi seksual umumnya dioecious, adapula yang hermaprodit.

Pada dasarnya hampir semua ruas menghasilkan gamet. Reproduksi seksual

melibatkan dua ekor cacing, pada waktu perkawinan terjadi pertukaran

sperma, yang disimpan dalam spermatheca. Beberapa hari setelah

perkawinan, clitellum menghasilkan lendir yang menyelubungi ruas-ruas

anterior dan clitellum, kemudian menghasilkan dinding kokon. Telur

dikeluarkan setelah dibuahi dan diletakkan di tanah (Hademos, 2009).

E. Makanan dan Kebiasaan Makan

Makanan dari cacing laut (Nereis sp.), yaitu meliputi hewan-hewan

invertebrata, alga dan detritus. Cacing laut memegang mangsa dengan

sepasang taring yang tajam dimana taringnya tersebut dapat menjulur

keluar. Selanjutnya sebagian pencernaan dan absorbsi terjadi pada organ

pencernaan yang sangat banyak percabangannya dan tersebar pada seluruh

bagian dalam tubuh, dimana hasil pencernaan diedarkan lewat intraseluler

(menjadi sari-sari makanan) keseluruh jaringan tubuh dengan cara transport

aktif dan difusi secara pasif (Jekti, 2008).


Cacing Laut (Nereis sp.) bersifat omnivora dengan ruang lingkup

pakan yang luas terdiri dari jaringan tanaman, menggunakan gigi yang

tajam untuk menangkap hewan hidup atau memotong alga (Pamungkas,

2011).

F. Nilai Ekonomis
Nereis sp. merupakan komoditi ekspor perikanan non ikan yang bernilai

ekonomis penting, dengan Negara tujuan : Jepang, Hongkong, dan. Selain itu

telah dikembangkan dalam produk kesehatan (berupa kapsul) yang berfungsi

sebagai anti infeksi parasit (Jekti, 2008).

G. Difusi dan Osmosis


Difusi adalah peristiwa di mana terjadi transfer materi melalui materi lain.

Transfer materi ini berlangsung karena atom atau partikel selalu bergerak oleh

agitasi thermal. Walaupun sesungguhnya gerak tersebut merupakan gerak acak

tanpa arah tertentu, namun secara keseluruhan ada arah neto dimana entropi akan

meningkat. Difusi merupakan proses irreversible. Pada fasa gas dan cair, peristiwa

difusi mudah terjadi pada fase padat difusi juga terjadi walaupun memerlukan

waktu lebih lama. Difusi dapat terjadi karena gerakan acak kontinu yang menjadi

ciri khas semua molekul yang tidak terikat dalam suatu zat padat. Tiap molekul

bergerak secara lurus sampai ia bertabrakan dengan molekul lainnya. Pada setiap

tabrakan molekul terpental dan melaju ke arah lain. Inilah yang menyebabkan

gerakan acak dari molekul tersebut. Kecepatan difusi zat melalui membran sel

tidak hanya tergantung pada gradien konsentrasi, tetapi juga pada besar, muatan,

dan daya larut dalam lipid dari partikel-partikel tersebut (Yusnaini, 2013).
Osmosis adalah pergerakan air dari membrane semi permeable. Osmosis
terjadi ketika dua larutan mempunyai perbedaan konsentrasi total larutan dan

osmolaliti. Larutan yang diketahui osmolalitinya meerupakan isotonic. Osmosis

tidak terjadi pada larutan isotonic, tetapi ketika osmolalit pada larutan yang

berbeda, salah satu diantaranya harus mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi

(hypertonic), sementara yang lainnya disebut hypotonic. Air mengalir melalui

membran dari larutan hypotonic ke larutan hypertonic. Hewan yang mampu

memelihara keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar

merupakan osmoconfermer, mereka adalah isotonic, sedangkan keadaan

lingkungan sekitarnya adalah encer. Hewan yang tidak isotonic dengan keadaan

lingkungan sekitar disebut osmoregulator (Yusnaini, 2013).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 08 Apri 2017, pada

Pukul 07.00 - 10.00. Bertempat di Laboratorium Oseanografi, GIS dan

Remote Sensing, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu

Oleo, Kendari

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum difusi dan osmosis

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum difusi dan osmosis
beserta kegunaannya.

No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan


1. Alat

Toples Buah Tempat media dan hewan yang di


Botol kecil transparan amati
Hand Refraktometer Buah
Pengaduk Tempat media untuk mrnyimpan tinta.
Stop watch Unit
Timbangan digital Mengukur salinitas.
Alat tulis menulis Buah
Mengaduk sampel.
Bahan Unit
- Air laut Menghitung lama pengamatan
- Air tawar Unit
- Tinta warna biru Menimbang sampel.
- Tissu Buah
- Garam Mencatat hasil pengamatan
- Cacing laut (Nereis sp.)

2.
Media yang digunakan.
Lt
Media yang digunakan.
Lt
Media yang diamati.
Cc
Membersihkan alat dan tempat
Gulug
Menngkatkan salinitas
Kg
Organisme yang diamati
Ekor

C. Prosedur Kerja

a. Pengamatan Secara Fisika

- Menyiapkan medium air tawar (0 ppt) dan air laut dengan salinitas yang

ekstrim (40 ppt), memasukkan dalam wadah/toples/akuarium yang berbeda.


- Memasukkan air tawar yang telah diberi warna kedalam du botol kecil, isi
botol sampai penuh kemudian dilap dengan tissu kering.
- Menimbang berat masing-masing botol kecil yang telah berisi air tersebut

sampel dengan timbangan digital, sebagai berat awal (W0).


- Memasukkan satu otol kecil kedalamsetiap wadah/media yang berbeda

salinitasnya. Menghitung waktu yang dibutuhkan sampai warna air dalam

botol sampel sama dengan warna airmedia, dengan stop wach.


- Mengamati arah pergerakan air dari dalam botol kecil.
- Mengangkat botol sampel setelah warna airnya sama dengan air media,

timbang botol sampel bersama isinya, sebagai Wakhir


- Menghitung selisih berat botol sampel

b. Pengamatan Secara Biologi

- Menyiapkan medium air tawar (0 ppt) dan air laut dengan salinitas yang

ekstrim (40 ppt), memasukkan dalam toples yang berbeda.


- Mengambil bahan cacing sebanyak 2 ekor, lalu dicuci dan di lap dengan tisssu.
- Menimbang berat cacing tersebut sampel dengan menggunakan timbangan

digital, sebagai berat awal (W0).


- Memasukkan 1 ekor cacing pada setiap wadah yang berbeda salinitasnya.
- Mengangkat sampel dan ditimbang setiap 10 menit sampai 3 kali

penimbangan (15 menit), sebagai berat 1, berat ke 2, dan berat ke 3 (W1, W2,

W3).
- Menghitung selisih berat setiap sampel dan setiap waktu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan dalam praktikum Proses Difusi dan

Osmosis dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Hasil pemgamatan secara fisik botok yang berisi tinta warna biru
No. Medium Botol Wo W W Waktu Difusi/
akhir
(Menit) Osmosis

1. Air Air Laut 69,210 70,593 1,383 09:15.62 Difusi


Tawar 3 8 5

2. Air Laut Air 70,766 70,585 0,180 12:50.38 Osmosis


Tawar 1 8 3

Tabel 3. Hasil pengamatan secara biologi (Nereis sp.) pada salinitas yang
berbeda

No Medium Jeis Wo W1 W2 W3 W Kondis


. Organisme i

1. Air Neries sp. 2,560 3,511 3,793 4,181 1,209 Mati


Tawar 8 1 5 7

2. Air Laut Nereis sp. 1,087 0,885 0,796 0,784 -0,303 lemah
6 6 6 6

B. Pembahasan

Pada pengamatan secara fisik pertama menimbang boto,l berat

timbangan botol pertama dan botol ke dua tidak sama berat. Setelah kedua

botol tersebut diamati arah pergerakan airnya dan ditimbang kembali maka

diperoleh berat botol yang berisi air laut yaitu 70,5938 gram dan untuk berat

botol yang berisi air tawar yaitu 70,5858 gram, artinya botol yang berisi air

laut lebih berat dibanding botol yang berisi air tawar, hal ini disebabkan

karena massa jenis air laut lebih besar dari pada massa jenis air tawar. Pada
medium air tawar yang diisi dengan botol air laut lebih cepat mengeluarkan

tinta dimana terjadi proses difusi. sedangkan botol yang berisi air tawar

yang dimasukkan dalam medium air laut akan terjadi proses osmosis

dimana tinta dalam botol lebih lambat dikeluarkan bahkan tidak terjadi

perubahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusnaini (2013), bahwa proses

difusi merupakan gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih

tinggi ke tempat potensial yang lebih rendah sampai terjadi keseimbangan

dinamis. Sedangkan osmosis adalah pergerkan air melalui membrane

selektif permeable.

Pada pengamatan secara biologi dengan menggunakan cacing laut.

Cacing laut yang disimpan pada medium air tawar diperoleh hasil Wo

2,5608 gram W1 3,5111 gram dengan keadaan cacing tersebut

pergerakannya melambat, W2 3,7935 gram dengan keadaan cacing mulai

lemah serta ukuran tubuhnya membesar, W3 4,1817 gram, dengan keadaan

cacing tidak bergerak lagi atau mati serta warna kulitnya pucat dan beratnya

bertambah. dengan selisih berat W 1,209 gram. Cacing yang disimpan

dalam media air tawar lebih cenderung diam hal tersebut sebagai upaya

adaptasi memelihara keseimbangan antara cairan tubuh dengan

lingkunganya atau osmoconformer. Sedangkan Cacing laut yang disimpan

pada medium air laut diperoleh hasil Wo 1,0876, gram W1 0.8856 gram,

dengan keadaan cacing banyak bergerak atau aktif W2 0,7966 gram, dengan

keadaan cacing sama dengan percobaan pertama banyak bergerak, W3

0,7846 gram, dengan keadaan cacing melemah serta warna kulitnya

kemerah-merahan. dengan selisih berat W -0,303 gram. Pada cacing laut


tersebut dari hasil pengamatan lebih cenderung aktif hal ini dikarena cacing

laut mampu memelihara cairan tubuh dengan keadaan lingkungannya atau

homeostatis. Hal tersebut sesuai dengan peryataan Jekti, (2008) bahwa

Homeostatis adalah kecenderungan dari organisme hidup untuk mengontrol

dan mengatur luktuasi lingkungan internalnya

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simplan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat di simpulkan bahwa

pengamatan sacara fisik massa jenis air laut lebih tinggi dari pada massa jenis air

tawar. Pada medium air laut yang diisi dengan botol air tawar lebih cepat

meluarkan tinta dimana terjadi proses osmosi, sedangkan pada medium air tawar

yang diisi dengan botol air laut lebih lambat mengeluarkan tinta dimana terjadi

proses difusi. Sedangkan pada pengamatan biologi dapat disimpulkan bahwa

cacing laut yang di masukan pada medium air tawar akan bertamah beratnya,

dibandinkan dengan cacing laut yang di masukan pada mediu air laut berat

badannya makin kecil.

B. Saran

Adapun saran saya dalam praktikum ini yaitu sebelum meninggalkan

lab praktikan terlebih dahulu membersihkan lab.


DAFTAR PUSTAKA

Colgan.D,J., Hutchings.P.A. dan Beacham.E. 2008. Multi-Gene Analyses of the


Phylogenetic Relationships among the Mollusca, Annelida, and
Arthropoda. 1Evolutionary Biology Unit, The Australian Museum, 6
College St. Sydney, NSW 2010, Australia. Zoological Studies Vol. 47(3):
338-351.

George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Erlangga.


Jakarta. x + 386 hlm.

Jekti, D. S. D,. Agus A. P & Zainul M. 2008. Nyale Cacing Laut Sebagai Bahan
Antibakteri. jurnal ilmu dasar, vol. 9 no. : 120-126

Pamungkas, J. 2011. Cacing Laut dengan Keindahannya. UPT Loka Konervasi


Biota Laut. Lipi Ambon. Oseana Vol.36 (2) : 21 29.

Triana dan Okik H,. 2010. Penurunan Kandungan Kromium (Cr) Sludge Pt.Sier
Secara Vermikomposting. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 5 No. 2

Wildscreen. (2010), Peacockss Worm (Nereis sp.). Biologi Laut. Djambatan :


Jakarta Penerbit.

Anda mungkin juga menyukai