Anda di halaman 1dari 39

Registrasi

SANITARIAN
Strategi HAKLI menyambut Permenkes
nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan

Oleh
Subardan Rochmat

PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA
JAKARTA, 2011
Katalog dalam terbitan. Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia
351 Subardan Rochmat, HAKLI
Ind Sertifikasi Sanitarian: Strategi HAKLI menyambut Permenkes
r nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.--Jakarta, HAKLI, 2011
1. Judul I. Health man power
II. Sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan
III. NGO Planning

ii
Sambutan Ketua MTKI

Perkenankan saya pada kesempatan ini mengucapkan syukur kepada


Tuhan Yang Maha Esa dan menyampaikan ucapan selamat dan sukses
kepada organisasi profesi Sanitarian (HAKLI) yang sedang merapatkan
barisan untuk mengembangkan kualitas anggota.

Penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Sdr Subardan


Rochmad, MSi, Dipl.EST (anggota MTKI dari OP Sanitarian) yang berhasil
menyusun buku Registrasi Sanitarian. Buku yang berisi butir-butir strategi
OP HAKLI dalam menata langkah registrasi anggota ini, sejalan dengan
tugas utama MTKI dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah yang
ditetapkan melalui Permenkes nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan. Buku ini merupakan bentuk sinergi yang
sangat bagus antara MTKI dengan OP Sanitarian (HAKLI).

Sinergi semacam ini harus terus-menerus digalang dan dibina antara


Pemerintah dengan OP dan antara OP dengan MTKI, untuk melancarkan
upaya penjaminan kualitas tenaga kesehatan. Sehingga pada saat
berlakunya free flow of goods, services and investment for Asean 2020
nanti Sanitarian benar-benar siap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rakhmat dan hidayah
serta memberikan peunjuk dan kekuatan bagi kita sekalian dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan di Indonesia.

Jakarta, 29 April 2010


MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
Ketua
DR. FAIQ BAHFEN, SH, MH, Apt

iii
Sambutan Ketua Umum HAKLI

Assalamualaikum Wr. Wb

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,


Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin Nya, kita semua masih diberi
kesehatan dan keselamatan.

HAKLI sebagai organisasi profesi memiliki kewajiban dan tanggung jawab


untuk selalu melakukan pembinaan dan pembelajaran bagi seluruh
anggotanya agar tetap menjaga profesiolismenya. Melalui buku ini saya
sangat berharap kepada seluruh Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, dan
Pengurus Cabang serta anggota HAKLI untuk mempelajari buku ini dan
mulai melakukan berbagai perubahan-perubahan dalam cara berpikir
serta mengimplementasikannya.

Kepada penulis buku ini Sdr. Subardan Rochmat, M.Si, Dipl.EST saya
ucapkan terima kasih, semoga pengabdian Sdr di MTKI dan pengabdian di
HAKLI membawa manfaat bagi kita semoga.

Selamat belajar dan berjuang teman-teman HAKLI, marilah kita songsong


masa depan kita dengan penuh keyakinan karena semata atas ridho Allah
SWT.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Ketua Umum
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN
Dr. H. Wisnu Hidayat, M.Kes

iv
Kata Pengantar

Alhamdulillah ...............

Terdorong oleh kepedulian yang mendalam terhadap situasi yang dihadapi


saat ini, penulis bermaksud menyumbangkan sebuah pemikiran melalui
buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi Pengurus Pusat HAKLI Periode
2011-2015 dan jajaran Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dalam
membantu anggota melakukan kegiatan sertifikasi, registrasi dan lisensi.

Sesuai dengan judulnya Registrasi Sanitarian, buku ini berisi analisis


permasalahan yang dihadapi HAKLI dan mengangkat isu-isu penting terkait
dengan kebijakan Pemerintah melakukan registrasi tenaga kesehatan
dalam menyongsong pasar bebas ASEAN 2020. Pada saat tersebut arus
barang, modal dan jasa termasuk jasa pelayanan Sanitarian bebas keluar-
masuk diantara Negara anggota Asean. Kemudian penulis mengidentifikasi
dan menyusun langkah-langkah strategis yang bisa digunakan oleh
Pengurus HAKLI sebagai solusi dalam menyusun dan melaksanakan
program Kerja.

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada semua fihak


atas perhatian, bantuan dan masukan serta kontribusinya dalam
penyusunan buku Registrasi Sanitarian. Semoga ALLAH swt melimpahkan
taufiq, hidayah, ridho dan innayahNYA kepada kita semua dalam
melakukan langkah-langkah registrasi sanitarian (anggota HAKLI).

Tak ada gading yang tak retak, penulis sangat sadar bahwa tulisan ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan.

Pondok Labu, April 2011


Penulis
v
Daftar Isi

Sambutan Ketua MTKI iii


Sambutan Ketua Umum HAKLI iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Daftar Gambar vii
Daftar Istilah viii
Bab 1. PENDAHULUAN 1
Bab 2. ANALISIS SITUASI 4
2.1. Sertifikasi kompetensi Sanitarian 4
2.2. Registrasi Sanitarian 7
2.3. Surat ijin kerja Sanitarian 9
2.4. Kepengurusan HAKLI 10
Bab 3. ISUE STRATEGIS REGISTRASI SANITARIAN 15
3.1. Lemahnya Komitmen pengurus dan anggota 15
3.2. Rapuhnya simpul jejaring organisasi 16
3.3. Masih dijumpai kualitas dan kuantitas sanitarian
yang belum memadai 16
3.4. Tersendatnya pembangunan lingkungan sehat 17
Bab 4. TUJUAN STRATEGIS DAN LANGKAH KEGIATAN 19
4.1. Tujuan Strategis 19
4.2. Langkah kegiatan 20
Bab 5. PENUTUP 24
Daftar Kepustakaan
Lampiran

vi
Daftar Gambar

Gb. 2.1 Peran PP HAKLI 11


Gb. 2.2 Peran Pengda HAKLI 12
Gb. 2.3 Peran Pengcab HAKLI 13

vii
Daftar Istilah

AD : Anggaran Dasar
AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
ART : Anggaran Rumah Tangga
ASEAN : Association of South East Asian Nations
BPPSDM Kes : Badan Pengembangan & Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan
CLTS : Community Lead Total Sanitation
CPD : Continuing Professional Development
Ditjen Dikti : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
DKPM : Departemen Kewirausahaan dan Pemberdayaan
Masyarakat
DPKHH : Departemen Pengembangan Kemitraan, Hukum, Humas
DPPO : Departemen Pengembangan Profesi dan Organisasi
HAKLI : Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Juknis : Petunjuk Teknis
Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kepmunas : Keputusan Musyawarah Nasional
LPUKM : Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi & Metode
MKEPKL : Majelis Kehormatan Etika Profesi Kesehatan Lingkungan
MKKL : Majelis Kolegium Kesehatan Lingkungan
MoU : Memorandum of Understanding
MPPK : Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
MRA : Mutual Recognition Arrangement
MTKI : Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
MTKP : Majelis tenaga Kesehatan Provinsi
Mukernas : Musyawarah Kerja Nasional
Munas : Musyawarah Nasional
viii
NEHA : National Environmental Health Association
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
OP : Organisasi Profesi
Pengcab : Pengurus Cabang
Pengda : Pengurus Daerah
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
PP HAKLI : Pengurus Pusat HAKLI
PP : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Rakernas : Rapat Kerja Nasional
RS : Registered Sanitarian
SAMIJAGA : Sarana Air Minum & Jamban Keluarga
SANIMAS : Sanitasi Masyarakat
SEARO : South East Asia Regional Office
SK` : Sertifikat Kompetensi
SOP : Standard Operating Procedure
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STR : Surat Tanda Registrasi
UU : Undang Undang Republik Indonesia
WHO : World Health Organization

ix
1
PENDAHULUAN

Era globalisasi sudah semakin dekat dimana semua negara


akan mengacu kepada perjanjian perjanjian multilateral. Indonesia
akan masuk ke dalam pasar bebas ASEAN, APEC dan Dunia.
Semua produk barang, modal dan jasa dari negara manapun dapat
dengan bebas masuk ke Indonesia begitupun sebaliknya.
Kesempatan mengisi peluang kerja di dunia semakin besar,
persaingan berdasarkan profesionalisme melalui kualitas kerja yang
dapat dipertanggung jawabkan serta persaingan harga yang
kompetitif. Situasi ini memungkinkan terjadinya keterpurukan produk
barang dan jasa dalam negeri yang berkualitas rendah kalah dalam
persaingan global termasuk juga dengan persaingan dibidang jasa
kesehatan lingkungan/Sanitarian.

Jumlah tenaga kesehatan lingkungan saat ini diperkirakan


lebih dari 20 ribu orang yang melakukan pengabdian diseluruh
wilayah NKRI. Sayangnya sampai sekarang HAKLI belum pernah
melakukan registrasi secara tuntas, sehingga jumlahnya yang pasti
belum diperoleh. Variasi keahlian antara yang satu dengan yang
lainnya cukup besar. Menyadari hal ini, harus dilakukan upaya agar
tenaga kesehatan lingkungan/ sanitarian berkualitas dan dapat
bersaing dengan tenaga kesehatan lingkungan luar negeri. Upaya
ini bisa dilakukan melalui proses penyadaran akan pentingnya
kualitas dalam bekerja (jasa) secara profesional.

Kebijakan Pemerintah melalui UU No. 18 Tahun 2002 tentang


Sistem Nasional Penelitian dan Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pasal 12 ayat (2) berbunyi Untuk
menjamin tanggung jawab dan akuntabilitas profesionalisme,

1
organisasi profesi wajib menentukan standar, persyaratan, dan
sertifikasi keahlian, serta kode etik profesi. Pada Pasal 25 ayat (2)
berbunyi Masyarakat ilmu pengetahuan dan teknologi bertanggung
jawab untuk berperan serta mengembangkan profesionalisme dan
etika profesi melalui organisasi profesi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Selanjutnya pada ayat (3) berbunyi Setiap
organisasi profesi wajib membentuk dewan kehormatan kode etik
sesuai dengan ketentuan Pasal 12 ayat (2).

Senada dengan UU nomor 18 tahun 2002, kebijakan


Pemerintah yang tertuang dalam UU no.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Pasal 23, ayat (1) berbunyi Tenaga Kesehatan
berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Kemudian ayat (2) berbunyi Kewenangan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Selanjutnya
pada ayat (3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah
Pasal 24, ayat (1) berbunyi Tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional.

Kebijakan dalam UU 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


Pasal 13, ayat (2) berbunyi Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja
di Rumah Sakit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya ayat (3) berbunyi
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah
Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.

Kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam PP 32 thn 1996


tentang Tenaga Kesehatan Pasal 4 Nakes hanya dapat melakukan

2
upaya kesehatan setelah memiliki izin dari menteri kesehatan. Pasal
21 Setiap Nakes dalam melakukan tugasnya wajib memenuhi
standar profesi. Pada Pasal 24 Perlindungan hukum diberikan
kepada Nakes yg melakukan tugasnya sesuai standar profesi.

Menyambut baik pelaksanaan kebijakan-kebijakan Pemerintah


yang mengatur peran organisasi Profesi tersebut, khususnya
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/MENKES/PER/I/2010
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan dan Permenkes Nomor
317/MENKES/PER/III/2010 tentang Pendayagunaan Tenaga
Kesehatan Warga Negara Asing di Indonesia, maka HAKLI sebagai
organisasi profesi sanitarian/ ahli kesehatan lingkungan merasa
perlu mengatur pokok-pokok strategi organisasi agar dalam
pelaksanaan kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan
keprofesian Sanitarian dapat efektif dan efisien.

Dalam rangka mensukseskan program Pemerintah dalam


registrasi Tenaga Kesehatan maka HAKLI bermaksud memberikan
bantuan seoptimal mungkin kepada sanitarian (anggota HAKLI)
dalam berperan sesuai profesinya terkait dengan kebijakan
Pemerintah dalam sertifikasi kompetensi, registrasi sanitarian dan
perijinan kerja yang diperlukan.

Maksud tersebut dapat dicapai oleh komitmen dan kesiapan


Pengurus HAKLI di berbagai level management (PP, Pengda
Provinsi dan Pengcab Kabupaten/Kota). Apa yang seyogyanya
dilakukan Pengurus dalam memberikan pelayanan cepat dan tepat
(saat dibutuhkan) kepada anggota HAKLI (sanitarian) yang
melakukan registrasi untuk memperoleh surat ijin kerja keprofesian
sanitarian merupakan tujuan dari penulisan buku ini.

3
2
ANALISIS SITUASI

Untuk bisa memperoleh SIK Sanitarian harus resmi terdaftar


atau memiliki STR, untuk memperoleh STR sanitarian harus
kompeten atau memiliki Sertifikat Kompetensi. Nantinya tatanan
kebijakan ini akan diberlakukan di Negeri kita ini. Pemberlakuan
tatanan kebijakan ini berpengaruh langsung pada perubahan yang
cukup mendasar pada profesionalisme sanitarian. Secara umum
gambaran pengaruh tatanan kebijakan pada organisasi profesi
HAKLI sebagai berikut:

2.1. Sertifikasi Kompetensi Sanitarian

Sertifikasi adalah proses pemberian Sertifikat Kompetensi


kepada Sanitarian yang memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Standar Kompetensi Sanitarian. Standar Kompetensi
Sanitarian merupakan bagian dari Standar Profesi Sanitarian.
Menurut UU no.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 24 ayat
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.
Sebagai referensi antara lain Kepmenkes 373/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Sanitarian. Sebelumnya Naskah Standar
Profesi Sanitarian yang disusun HAKLI bulan Oktober 2005 telah
disyahkan melalui keputusan nomor 03/Munas/V/2005.

Permenkes 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi tenaga


Kesehatan, mendefinisikan Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda
pengakuan terhadap kompetensi seorang tenaga kesehatan untuk

4
dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh
Indonesia setelah lulus uji kompetensi yang dikeluarkan oleh MTKP.
Sampai saat ini masih sangat sedikit Sertifikat Kompetensi yang
diberikan terhadap lebih dari 20.000 Sanitarian yang tempat
bekerjanya tersebar di seluruh wilayah nusantara. Hal ini terjadi
karena baru beberapa provinsi yang menyelenggarakan Uji
Kompetensi dan menggunakan bahan uji local..

Permenkes 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi tenaga


Kesehatan, juga mendefinisikan Uji Kompetensi adalah suatu
proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap
tenaga kesehatan sesuai standar profesi. MTKP menetapkan jadual
penyelenggaraan Uji Kompetensi, tim penguji kompetensi sanitarian
(asesor) dan tempat pelaksanaan uji kompetensi sanitarian di
wilayah kerjanya.
Bahan uji berstandar nasional harus disusun sesuai dengan SOP,
mulai dari penyusunan blue print sampai dengan validasi soal atau
penyempurnaan setelah uji coba. Referensi internasional sangat
disarankan untuk digunakan, agar proses globalisasi dapat
membawa sanitarian (tenaga kesehatan lingkungan) Indonesia go
international. Menjadi tuan rumah yang disegani di Indonesia dan
menjadi tamu yang dihormati keprofesionalannya di Negara lain.

Banyak metode menulis soal ujian, namun agar soal yang


disusun memenuhi standar kualitas nasional yang ditetapkan.
Mengacu pada best practis Konsorsium Kedokteran Indonesia (KKI)
dalam perjalanannya menetapkan metode absolut (modifikasi
Angoff) yang dipilih dari lesson learn LPUKM. Karenanya penyusun
soal harus menggunakan metode yang direkomendasikan LPUKM.
Untuk keperluan tersebut HAKLI harus menyiapkan anggotanya
untuk dilatih oleh LPUKM menjadi item developer (penyusun soal),
sekurang-kurangnya memiliki 10 orang penyusun soal. Selanjutnya
HAKLI juga harus memiliki item reviewer (penilai soal). HAKLI harus
mengirimkan anggotanya untuk ikut pelatihan penilai soal sekurang-
5
kurangnya 5 orang. Penilai soal bertanggung jawab untuk
melakukan validasi soal, sebelum soal digunakan atau disimpan di
Bank Soal.

Untuk melakukan Uji Kompetensi diperlukan Penguji (asesor)


yaitu sekelompok orang yang telah mengikuti pelatihan penguji dan
teruji kompetensinya serta telah memiliki sertifikat dari MTKI. MTKP
menunjuk asesor sanitarian yang memiliki Sertifikat MTKI untuk
melakukan Uji Kompetensi terhadap asesi sanitarian di wilayahnya.
Pada saat ini Asesor Sanitarian masih sangat terbatas jumlahnya
baru 54 orang, dan penyebarannya belum meliputi seluruh provinsi
di Indonesia (baru di 5 provinsi). Kebutuhan asesor Sanitarian untuk
setiap provinsi memerlukan 5 asesor sanitarian, maka sekurang-
kurangnya diperlukan 165 orang. Jadi masih diperlukan sebanyak
140 anggota HAKLI untuk dilatih menjadi asesor sanitarian
bersertifikat MTKI.

Tempat Uji Kompetensi adalah wadah / sarana yang


digunakan untuk pelaksanaan uji kompetensi baik disarana
pendidikan maupun sarana pelayanan yang telah terakreditasi atau
tempat lain yang ditunjuk oleh MTKI. Jurusan Kesehatan
Lingkungan (JKL) Poltekkes merupakan pilihan terbaik sebagai
tempat penyelenggaraan uji kompetensi apalagi kalau pendekatan
yang digunakan exit examination. Permasalahannya Provinsi yang
Poltekkesnya memiliki JKL baru 18 provinsi, bagaimana yang belum
ada JKL?
Sebanyak 15 provinsi belum memiliki JKL. Di provinsi-provinsi
tersebut Pengda HAKLI harus memberikan informasi sebagai
masukan kepada MTKP berkaitan dengan persyaratan yang bisa
dipertanggung jawabkan mengenai tempat uji kompetensi asesi
sanitarian. Permasalahan menjadi lebih rumit apabila di daerah
tersebut belum memiliki Pengda HAKLI dan juga belum ada
Pengcab HAKLI?

6
Pemilihan metode uji juga menjadi penting terkait dengan
perbedaan tahun kelulusan asesesi sanitarian. Untuk asesi yang
baru (beberapa tahun) meninggalkan bangku kuliah metode uji tulis
merupakan pilihan paling tepat. Akan tetapi bagi asesi yang sudah
agak lama meninggalkan bangku kuliah metode uji tulis mungkin
kurang diminati, dan metode portofolio (pemeriksaan rekam jejak
kegiatan/ dokumen) merupakan pilihan yang sesuai.
Portofolio memerlukan rumusan yang cermat tentang criteria
penilaian, persyaratan asesi dan proses pelaksanaan yang tidak
memberatkan anggota namun tidak menimbulkan dampak negative
atau dampak negatifnya mudah dieliminasi. Metode portofolio
memerlukan sejumlah staf administrasi yang dilatih trampil
melekukan pemeriksaan dokumen. Banyak factor yang menjadi
pertimbangan pada tahap awal penyelenggaraan (masa berlakunya
aturan peralihan) sertifikasi kompetensi profesi sanitarian.

2.2. Registrasi Sanitarian

Registrasi adalah pencatatan resmi (oleh MTKI) terhadap


tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan
telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara
hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya.
STR didefinisikan sebagai bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah
memiliki sertifikat kompetensi (Permenkes 161/Menkes/Per/I/2010
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan). Dalam nomenklatur
internasional Sanitarian yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi
disebut Registered Sanitarian (RS).
Seorang Sanitarian Indonesia apabila telah memiliki Sertifikat
Kompetensi dari MTKP, bisa mengajukan permohonan kepada
MTKI untuk memperoleh STR. dengan melengkapi persyaratan
administrasi yang diperlukan lainnya. Untuk Sanitarian dari luar
Indonesia, disamping persyaratan diatas ybs juga harus telah lulus
7
masa adaptasi dan memiliki rekomendasi dari HAKLI (Permenkes
Nomor 317/MENKES/PER/III/2010 tentang Pendayagunaan Tenaga
Kesehatan Warga Negara Asing di Indonesia).

Nomor registrasi bersifat nasional dan diberikan kepada


seorang sanitarian yang memenuhi syarat oleh MTKI melalui MTKP.
Mencegah kemungkinan terjadinya kesimpang-siuran, seyogyanya
system penomoran register keanggotaan HAKLI disesuaikan atau
compatible dengan system penomoran yang digunakan oleh MTKI.
Nomor Register melekat pada setiap individu sanitarian, dimanapun
sanitarian berdomisili ataupun bekerja. Mekanisme ini melibatkan
sepenuhnya PP HAKLI, Pengda HAKLI dan Pengcab HAKLI.
Permasalahannya adalah bagaimana dengan provinsi yang belum
memiliki Pengda HAKLI dan Kabupaten/ Kota yang belum memiliki
Pengcab HAKLI? Atau bagaimana dengan Kepengurusan yang
lesu darah / mati suri?

Standar Profesi Sanitarian, Standar Kompetensi Sanitarian


dan instrument (soal) Uji Kompetensi bisa dirancang mengacu pada
standar internasional atau standar Negara maju. Apabila ini
dilakukan maka sanitarian yang lulus dan memiliki STR, akan diakui
secara internasional Registered Sanitarian (RS). Orientasi standar
internasional perlu dilakukan menyongsong era globalisasi
mendatang.
Kemitraan dan jejaring internasional dengan organisasi/ asosiasi
profesi sanitasi/kesehatan lingkungan negara lain menjadi penting
digalang dan diaktifkan. Bentuk-bentuk komunikasi regional
(ASEAN) maupun internasional menjadi penting untuk dilakukan,
misalnya melalui international conference on environmental health/
sanitarian. Hubungan yang intent dengan lembaga internasional
yang bergerak dibidang sanitasi (WHO, SEARO, NEHA) bisa sangat
berperan dalam percepatan pertumbuhan HAKLI. Tampilnya HAKLI
secara regional dan internasional akan membawa para sanitarian
profesional (Registered Sanitarian) Indonesia meningkat
8
performance-nya dalam era globalisasi. HAKLI harus
memperjuangkan pengakuan internasional sehingga RS Indonesia
setara dengan RS Negara lain.

2.3. Surat Ijin Kerja Sanitarian

Lisensi Sanitarian adalah proses pemberian surat ijin kerja


(SIK) kepada Sanitarian. SIK Sanitarian adalah kendali yang dimiliki
Pemerintah untuk menjamin mutu Sanitarian dalam memberikan
jasa kepada yang membutuhkannya. Menurut PP 32 thn 1996
tentang Tenaga Kesehatan Pasal 4 Tenaga kesehatan hanya dapat
melakukan upaya kesehatan setelah memiliki izin dari Menteri
Kesehatan Permenkes 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan, mengatur tentang bagaimana memperoleh
STR. Sampai saat ini ketetapan khusus yang mengatur SIK
Sanitarian belum ada.

Untuk itu HAKLI perlu mengambil inisiatif (membuat


rancangan) dan mengusulkan kepada Pemerintah adanya peraturan
yang mesyaratkan kepemilikan SIK Sanitarian bagi tenaga
kesehatan yang mengerjakan pekerjaan sanitasi. Persyaratan ini
harus diatur dalam peraturan perundangan yang mengikat setiap
warganegara dan memiliki konsekuensi hokum. Peraturan ini bisa
berupa Surat Keputusan Menteri, atau Peraturan Menteri,
tergantung tingkat kepentingannya.
Dalam peraturan (rancangan) tersebut bisa diatur apa persyaratan
memperoleh SIK, bagaimana prosedur memperoleh SIK dan apa
konsekuensi hokum atas pelanggarannya. Misalnya dipersyaratkan
seorang Sanitarian harus memiliki STR, memiliki Rekomendasi
Organisasi Profesi (HAKLI) dan melengkapi persyaratan
administrasi untuk dapat memperoleh SIK Sanitarian. Konsekuensi
hukumnya adalah bagi yang tidak memenuhi persyaratan tidak
memiliki SIK artinya tidak berwenang mengerjakan pekerjaan

9
Sanitarian. Pelanggaran bisa dikenakan hukuman kurungan atau
denda sejumlah uang.

Rekomendasi HAKLI merupakan pernyataan/ jaminan bahwa


HAKLI bertanggung jawab atas Sanitarian tersebut agar benar-
benar mematuhi dan menjaga kehormatan etik profesi sanitarian.
Dalam posisi ini HAKLI berperan sebagai moral judgement
karenanya HAKLI harus memberikan pembinaan terus menerus
kepada anggotanya/ sanitarian dimanapun dia berada.
Rekomendasi ini diberikan kepada setiap Sanitarian lima tahun
sekali. Siklus ini bisa diselaraskan dengan upaya pembinaan
anggota secara terus menerus dan berkala, termasuk kewajiban
anggota membayar uang iuran bulanan.

2.4. Kepengurusan HAKLI

Situai sebagaimana telah diuraikan terkait kebijakan


Pemerintah dalam registrasi tenaga kesehatan termasuk sanitarian,
nampak peran nyata dari organisasi profesi HAKLI yang mewadahi
profesi Sanitarian/ ahli kesehatan lingkungan. AD dan ART HAKLI
menyebutkan HAKLI memiliki jajaran kepengurusan dari PP HAKLI,
Pengda HAKLI Provinsi dan Pengcab HAKLI Kabupaten/Kota yang
tersebar di seluruh wilayah NKRI. AD ART menjelaskan peran
Pengurus HAKLI terbagi secara proporsional pada setiap tingkat
kepengurusan.
Analisis terdahulu menunjukkan fakta bahwa HAKLI bukan terdepan
dijajaran OP. Oleh karena itu secara umum dapat ditarik benang
merah bahwa Pengurus HAKLI harus memiliki visi kejuangan, future
oriented, mengejar ketertinggalan bahkan mendahului. Terkait
dengan sertifikasi, registrasi dan lisensi sanitarian diperlukan peran
yang berbeda antara masing-masing kepengurusan HAKLI dari
Pengcab, Pengda sampai PP, namun demikian haruslah saling
komplementer.
10
Terkait dengan proses pelaksanaan kebijakan Pemerintah
dalam sertifikasi, registrasi dan lisensi kepada sanitarian
(Permenkes 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Sertifikasi Tenaga
Kesehatan dan Kepmenkes nomor 1134/MENKES/SK/VIII/2010
tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing di
Indonesia), peran PP HAKLI dapat digambarkan melalui diagram alir
gb. 2.1 berikut

Gb. 2.1 Peran PP HAKLI

Nampak bahwa hubungan langsung PP HAKLI dengan Badan


PPSDM berkaitan dengan pengusulan anggota HAKLI untuk duduk
dalam MTKI. PP HAKLI menempatkan wakil tetapnya di MTKI.
Dilain fihak gb.2.1 juga menunjukkan hubungan kemitraan yang
sangat dekat antara PP HAKLI dengan MTKI dalam bentuk
kelompok kerja atau tim ad-hoc.
Tim ad hoc akan banyak diperlukan dan sering dibentuk oleh MTKI
yang sepenuhnya harus bersinergi dengan PP HAKLI, terutama
berkaitan dengan substansi keprofesian.
11
Soliditas kepengurusan di lingkungan PP HAKLI dan kesiapan
sangat dibutuhkan untuk bisa berperan sebagaimana diagram alir
gb.2.1. Fungsi-fungsi organisasi harus bisa mengimbangi tuntutan
anggota, tuntutan mitra organisasi dan tuntutan stakeholder. Setiap
fungsi yang ada dalam organisasi harus bisa berjalan dengan
mantap dan serasi menuju visi, misi dan tujuan yang telah
diamanatkan oleh Ketetapan Munas HAKLI.

Ditingkat provinsi peran Pengda HAKLI terkait dengan


sertifikasi, registrasi dan lisensi dapat dilihat melalui diagram alir gb.
2.2 berikut:

Gb. 2.2 Peran Pengda HAKLI

Nampak bahwa hubungan Pengda HAKLI dengan mitranya


Dinas Kesehatan Provinsi berkaitan dengan pengusulan anggota
HAKLI untuk duduk dalam MTKP. Pengda HAKLI menempatkan
wakil tetapnya di MTKP. Dilain fihak gb. 2.2 juga menunjukkan
12
hubungan Pengda HAKLI yang sangat dekat dengan MTKP. Banyak
kegiatan yang harus dilakukan oleh Pengda untuk kepentingan
anggota HAKLI, yang berkaitan dengan keberadan MTKP, msalnya
diklat keprofesian.

Peran penting ini tidaklah merisaukan PP HAKLI bila semua


Pengda HAKLI berjalan dinamis. Permasalahan menjadi besar dan
serius apabila daerah provinsi, Pengda HAKLI nya tidak siap
(dengan bermacam alasan). Apalagi bila di daerah provinsi belum
terbentuk Pengda HAKLI?

Ditingkat Pemerintah Otonom Kabupaten/Kota yang telah


menerapkan desentralisasi Peran Pengcab HAKLI dalam sertifikasi,
registrasi dan lisensi sanitarian, dapat dilihat melalui diagram alir gb.
2.3 berikut:

Gb. 2.3 Peran Pengcab HAKLI

13
Hubungan Pengcab HAKLI dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota nampak dengan jelas berkaitan dengan pemberian
surat ijin kerja kepada seorang sanitarian. Pengcab HAKLI harus
memberikan rekomendasi bahwa sanitarian tersebut adalah
anggota HAKLI, dan direkomendasikan untuk bekerja di wilayah
Kabupaten/Kota.

Sebagaimana permasalahan di tingkat provinsi, peran penting


ini tidaklah merisaukan bila semua Pengcab HAKLI berjalan
dinamis. Permasalahan menjadi besar dan serius bila di Kabupaten
atau Kota Pengcab HAKLI nya tidak siap (dengan berbagai macam
alasan)? Apalagi bila di kabupaten atau kota yang berdekatan juga
belum terbentuk Pengcab HAKLI?

14
3
Isue Strategis registrasi
SANITARIAN

Dilingkungan organisasi profesi sanitarian/ ahli Kesehatan


Lingkungan HAKLI, sertifikasi, registrasi dan lisensi merupakan
sesuatu hal yang baru. Padahal globalisasi praktek tenaga
kesehatan dalam implementasi MRA ditingkat Asean dimulai 2015,
dan berlakunya free flow of goods, services and investment for
Asean 2020. Keadaan ini menimbulkan respon dari internal maupun
eksternal organisasi HAKLI yang sangat berbeda satu sama lain.
Berdasarkan analisis situasi, permasalahan, hambatan dan
tantangan yang dihadapi HAKLI selama ini, dapat diidentifikasi 4
(empat) isue strategis sebagai berikut:

3.1. Lemahnya komitmen Pengurus dan Anggota.

Dalam upaya, registrasi anggota dibutuhkan komitmen yang


kuat antar semua fihak baik pengurus, anggota maupun mitra
HAKLI. Komitmen kuat harus terjadi pada seluruh tahapan proses,
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. Komitmen
kuat mendasari keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang
memerlukan sinergi antar berbagai fihak terkait. Komitmen kuat ini
yang belum terbangun di lingkungan HAKLI. Lemahnya komitmen
ini bisa dilihat pada:

a. Pemahaman yang berbeda antar pengurus dan anggota


tentang sertifikasi, registrasi dan lisensi bagi Sanitarian.
15
b. Belum dirasakan citra dan manfaat pelayanan sanitasi/
kesehatan lingkungan bagi masyarakat.
c. Belum nampak adanya kesamaan langkah untuk
melaksanakan sertifikasi, registrasi dan lisensi dengan
sebaik-baiknya.

3.2. Rapuhnya simpul jejaring organisasi.

Persebaran anggota HAKLI di seluruh wilayah NKRI,


membutuhkan penanganan pelaksanaan registrasi registrasi
anggota yang mantap. Keberhasilan program juga dipengaruhi oleh
kesiapan organisasi profesi HAKLI, di berbagai wilayah dan level
management, baik PP, Pengda Provinnsi dan Pengcab Kabupaten/
Kota. Kesenjangan antar hierarchi kepengurusan bisa dilihat pada
keadaan HAKLI sebagai berikut:

a. Masih ada daerah provinsi dan kabupaten/kota yang belum


memiliki Pengda HAKLI Provinsi dan Pengcab HAKLI
Kabupaten/ Kota, meskipun jumlah sanitarian di wilayah
tersebut cukup banyak.
b. Belum terealisasikannya amanat AD ART, terkait dengan
dengan pembagian kewenangan (sentralisasi/ desentralisasi)
antara PP, Pengda dan Pengcab.
c. Belum tersusunnya mekanisme dan tatahubungan kerja
untuk pembinaan Pengda HAKLI dan Pengcab HAKLI yang
applicable.

3.3. Masih dijumpai kualitas dan kuantitas Sanitarian yang


belum memadai

16
Ketersediaan Sanitarian professional dalam berbagai tingkat
pendidikan (diploma, strata, profesi, spesiaplis, pasca sarjana)
masih belum memadai. Unsur penting yang diperlukan dalam
memberikan jaminan kualitas professional sanitarian juga belum
berjalan dengan baik. Keadaan ini nampak dalam hal-hal berikut:

a. Kebijakan pemerintah (Kemenkes, Kemdiknas) tentang


penyelenggaraan pendidikan Sanitasi/ Kesehatan
lingkungan baik diploma, strata, profesi, spesialis, pasca
sarjana belum bisa mengakomodir kebutuhan anggota
HAKLI.
b. Ketersediaan dukungan akademik di Ditjen Dikti, Kemdiknas,
belum memberikan peluang kepada berkembangnya IPTEK
Sanitasi/ kesehatan lingkungan, ini menyebabkan jenjang
pendidikan in line bagi sanitarian untuk mengembangkan
profesionalismenya.
c. Belum adanya pemikiran kemungkinan pemanfaatan
pendekatan alternative melalui pendidikan terbuka (Open
and Distance Education), dan juga bentuk pembelajaran
jarak jauh (Distance Learning) sebagai alternative produksi
dan peningkatan Sanitarian Profesional.

3.4. Tersendatnya program pembangunan Lingkungan Sehat

Paradigma sehat belum sepenuhnya diacu oleh para


pengambil keputusan di berbagai tingkat manajemen. Dalam
pelaksanaan registrasi anggota Hakli juga tidak terlepas dari
keberhasilan pembangunan sanitasi/ kesehatan lingkungan yang
dilakukan oleh user (pengguna jasa Sanitarian). Pelaksanaan
program kegiatan kesehatan lingkungan/ sanitasi yang dilakukan
oleh tenaga NON-SANITARIAN menjadi penyebab utama ketidak
berhasilan program.

17
Global warming merupakan salah satu permasalahan yang sangat
penting bagi kesehatan lingkungan/ sanitasi, karena itu seharusnya
HAKLI merasa berkewajiban untuk berperan serta. Program
kebersihan lingkungan, program SAMIJAGA, program penyehatan
lingkungan, program kali bersih, program langit biru, program STBM/
CLTS, program SANIMAS, program AMPL merupakan program-
program strategis dimana seharusnya HAKLI secara organisatoris
tidak boleh ketinggalan. Keadaan ini nampak pada adanya hal-hal
sebagai berikut:

a. Belum adanya kesamaan pemahaman paradigm sehat dari


stakeholder terkait dengan sanitarian
b. Orientasi kebijakan program masih belum mengedepankan
program-program preventive & promotive.
c. Belum optimalnya pemberdayaan Sanitarian/Ahli Kesehatan
Lingkungan sesuai dengan profesi yang dimiliki.
d. Masih lemahnya sinergi dibidang kesehatan lingkungan/
sanitasi antar user.
e. Minimnya sumberdaya untuk sanitasi/ kesehatan lingkungan.

18
4
TUJUAN StrategiS dan langkah
kegiatan

Guna mencapai keberhasilan optimal dalam proses registrasi


profesi sanitarian (anggota HAKLI), sejalan dengan pelaksanaan
kebijakan Pemerintah sesuai ketentuan Permenkes nomor
161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan,
dan setelah melakukan analisis situasi dan menetapkan isu strategis
organisasi, maka HAKLI menetapkan tujuan strategis yang
digunakan sebagai acuan segenap Pengurus HAKLI.

4.1. Tujuan Strategis

Memadukan hasil analisis dengan butir-butir sidang kelompok


RAKERNAS HAKLI di Ciloto 11-12 April 2011 dan berbagai
masukan RAKER PP HAKLI di Cilandak 2 Mei 2011, maka HAKLI
menetapkan 4 (empat) tujuan strategis, yaitu:

a. Upaya membangun Komitmen Pengurus dan Anggota.


b. Upaya memantapkan dan memperluas simpul Jejaring
Organisasi
c. Upaya menjamin keikutsertaan HAKLI dalam system
registrasi tenaga kesehatan Pemerintah.
d. Upaya professional menggalang pembiayaan organisasi.

19
4.2. Langkah-langkah kegiatan

Setiap tujuan strategis dijabarkan kedalam langkah kegiatan


yang wajib dilakukan oleh Pengurus HAKLI (Pusat, Daerah maupun
Cabang) secara proporsional sesuai dengan peran, fungsi dan
kewenangan masing-masing berdasarkan AD ART HAKLI.
Selanjutnya keempat tujuan strategis dijabarkan kedalam 17 (tujuh
belas) langkah kegiatan. Tujuan strategis a 5, yaitu langkah
kegiatan 1-5; tujuan strategis b 5, yaitu langkah kegiatan 6-10;
tujuan strategis c 5, yaitu langkah kegiatan 11-15; dan tujuan
strategis d 2 yaitu langkah kegiatan 16 dan 17.

Tujuan Strategis a: Upaya membangun Komitmen Pengurus


dan Anggota.

Sasaran tujuan strategis ini adalah memastikan adanya


komitmen perlunya registrasi Sanitarian dari seluruh jajaran
pengurus HAKLI baik PP (Lampiran 1), Pengda maupun Pengcab
dan anggota HAKLI yang tersebar di seluruh wilayah nusantara.
Tidaklah mudah menggalang komitmen pada organisasi besar yang
anggotanya tersebar di seluruh wilayah NKRI seperti HAKLI. Namun
hal ini mutlak diperlukan sehingga komitmen tidak hanya sebatas
pernyataan tanggang jawab sebagai pengurus saja, akan tetapi
bertanggung jawab sampai dengan komit melaksanakan registrasi
sanitarian.

Langkah kegiatan:

1. Menyusun dan mensosialisasikan langkah Strategi Registrasi


Sanitarian.

20
2. Menyusun dan mensosialisasikan berbagai Juknis yang
diperlukan
3. Menyelenggarakan Mukernas untuk mengambil keputusan
penting.
4. Menyelenggarakan pertemuan berkala terkait dengan
pelaksanaan registrasi Sanitarian.
5. Memanfaatkan jaringan internet dan situs Web, untuk sharing
informasi dan diskusi.

Tujuan Strategis b: Upaya memantapkan dan memperluas


simpul Jejaring Organisasi.

Sasaran tujuan strategis ini adalah memastikan kesiapan


jajaran kepengurusan HAKLI dalam memberikan pelayanan kepada
anggota HAKLI yang memerlukan Sertifikat Kompetensi, STR dan
SIK. Sinergi yang terbentuk antar Pengurus, antara Pengurus
dengan user, antara Pengurus dengan Produser dan antara
pengurus dengan anggota akan mejadikan HAKLI sebagai
organisasi profesi yang mantap.
Kesiapan Pengurus HAKLI dapat menjamin pemenuhan hak
anggota dimanapun domisili dan tempat pengabdiannya. Jejaring
kemitraan dengan asosiasi sanitarian di negara lain juga dengan
stakeholder bisa diwujudkan dalam bentuk pembuatan nota
kesefahaman MoU ataupun pembuatan MRA.

Langkah kegiatan

6. Membentuk Pengda HAKLI di Provinsi yang belum memiliki


Pengda HAKLI.
7. Membentuk Pengcab HAKLI di kabupaten/Kota yang belum
memiliki Pengcab HAKLI.

21
8. Melakukan revitalisasi Pengda dan Pengcab yang mati suri
dan pembinaan seluruh jajaran Pengda dan Pengcab HAKLI di
seluruh Wilayah NKRI.
9. Memantapkan jejaring kemitraan dengan stakeholder di
berbagai tingkat management.
10. Membangun jejaring regional ASEAN dan international dalam
keprofesian Sanitarian/Kesehatan Lingkungan.

Tujuan Strategis c: Upaya menjamin keikutsertaan HAKLI


dalam system registrasi tenaga kesehatan
Pemerintah.

Sasaran tujuan strategis ini adalah memastikan kesiapan


HAKLI dalam mengambil peran sebagai salah satu sub-sistem
penting dalam system registrasi tenaga kesehatan Pemerintah
(Permenkes Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan dan Permenkes Nomor 317/MENKES/PER/III/
2010 tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara
Asing di Indonesia). HAKLI berperan aktif dalam penerapan
kebijakan pengembangan kualitas anggota (Sanitarian/ Ahli
Kesehatan Lingkungan) dengan cara continuing quality
improvement for sanitarian ataupun CPD.
Menggunakan strategi CPD para anggota HAKLI termasuk
pengurus akan terus-menerus meningkatkan profesionalitasnya,
termasuk didalamnya berupaya terus-menerus menyempurnakan
blue print, instrument uji kompetensi dan batas kelulusan. Sehingga
akan semakin mempersempit/menghilangkan kesenjangan antara
RS Indonesia (STR Sanitarian) dengan RS di Negara maju.
Bandingkan dengan uji kompetensi di Texas dan New York (lihat
Lampiran 2: Uji Kompetensi di Texas & Lampiran 3: Uji Kompetensi
di New York).

Langkah kegiatan:
22
11. Menugaskan anggota HAKLI sebagai wakil tetap di MTKI dan
MTKP, asesor (penguji kompetensi), item developers (penyusun
soal), item reviewers (validator soal) maupun sebagai panel
experts.
12. Menggunakan STR sebagai persyaratan utama keanggotaan
HAKLI, karenanya portofolio merupakan metode alternative
dalam pemberian RS.
13. Membentuk Majelis Kollegium Sanitarian/ Kesehatan
Lingkungan
14. Mendorong terbentuknya asosiasi institusi pendidikan yang
meluluskan tenaga sanitarian/ kesehatan lingkungan.
15. Mendorong terbentuknya asosiasi institusi pengguna tenaga
professional sanitarian/ kesehatan lingkungan.

Tujuan Strategis d: Upaya professional menggalang


pembiayaan organisasi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap bentuk kegiatan


memerlukan sumberdaya baik tenaga, sarana maupun biaya.
Kebutuhan akan sumberdaya bervariasi, tidak mudah diukur dan
sangat relative. Strategi penyediaan sumberdaya seyogyanya lebih
mengedepankan prinsip membantu anggota HAKLI (sanitarian)
dibandingkan dengan kepentingan-kepentingan lainnya. Aktif ambil
bagian dalam pelaksanaan program-program nasional dan program-
program internasional bisa merupakan sumberdana (donor) yang
sangat potensial.

Langkah kegiatan:

16. Menggali sumberdana dari Donor


17. Mengaktifkan iuran anggota.

23
18.

5
PENUTUP

Keberhasilan registrasi sanitarian bukanlah semata-mata


bergantung pada Pemerintah (Kemenkes) dan Pemerintah Daerah
(Dinas Kesehatan), tetapi juga peran aktif, inovatif dan kesungguhan
organisasi profesi HAKLI khususnya Pengurus.

Pemilihan strategi sertifikasi, registrasi dan lisensi sanitarian,


perlu didukung dengan sosialisasi kepada seluruh pengurus HAKLI
dan advokasi kepada stakeholder (para pemangku kepentingan).
Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama atau kemitraan dan
sinergi antara berbagai fihak terkait menjadi penting sebagai
indicator keberhasilan HAKLI.

Meskipun keberhasilan registrasi Sanitarian tergantung


banyak fihak terkait termasuk anggota HAKLI, namun sebagai
organisasi profesi tempat bernaung para professional Sanitarian
seharusnyalah HAKLI merasa paling bertanggung jawab.

24
Daftar Kepustakaan:
1. Kepmunas HAKLI, nomor 05/Munas/V/2005 tentang Anggaran
Dasar Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia.
2. Kepmunas HAKLI, nomor 06/Munas/V/2005 tentang Anggaran
Rumah Tangga Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia.
3. Kepmenkes nomor 373/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Sanitarian
4. Kepmunas HAKLI nomor 03/Munas/V/2005 tentang Standar
Profesi Sanitarian/ Ahli Kesehatan Lingkungan
5. Permenkes nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
6. Permenkes nomor 317/MENKES/PER/III/2010 tentang
Keanggotaan, Organisasi dan Tata Kerja Majelis Tenaga
Kesehatan Indonesia
7. Kepmenkes nomor 1134/MENKES/SK/VIII/2010 tentang
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing di
Indonesia
8. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
9. Undang-undang nomor 18 tahun 2002 tentang System Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
10. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

25
Lampiran 1

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA


HAKLI
Sekretariat: Gd. Jur. Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
Jln. Hang Jebat III/F3 KelGunung Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Telp.:021 7231826 Fax:021 7222387 e-
mail:keslingindonesia@yahoo.com

Daftar Susunan Pengurus Pusat HAKLI Periode 2011 2015

Dewan Pertimbangan
Ketua : Drs. Sulistiono, SKM, M.Sc
Sekretaris : Sugiharto, M.Sc
Anggota:
1. Ahmad Djohari, SKM, MM
2. Mudjiharto, SKM, MM
3. Dede Anwar Musadat, SKM, M.Kes.
4. Raizeki, SKM
5. DR. Margani, Dipl. SE. M.Sc
6. Imran Muchtar, MBA
7. Drs. Zulkarnain Kasim, SKM, MBA

Ketua Umum : DR. Wisnu Hidayat, M.Kes


- Ketua I : Subardan Rochmat, M.Si, Dipl. EST
- Ketua II : Hari Purwanto, SKM, M.Kes

Sekretaris Jenderal: Kusrini Wulandari SKM.,MKes


- Wakil SekJend : Syamsul Ariffin, SKM, M. Epid

Bendahara: Siti Kusumawati SKM.,MIS


- Wakil Bendahara : Ir Catur Puspawati MKM

Departemen Pengembangan Profesi dan Organisasi [ DPPO ]


- Ketua : Soedjono Soenhaji SKM., Dipl Est
26
- Sekretaris: Tugiyo SKM.,MKes
- Anggota :
1. Indariwati SKM.,MM
2. Moch Ichsan Sujarno, SKM, M.Epid
3. Eko Budi Santoso, SKM, M.Kes
4. Wakhyono Budianto, SKM, M.Si

Departemen Pengembangan Kemitraan, Hukum, Humas [ DPKHH ]


- Ketua : Drs Mukhlis Adenan MSc
- Sekretaris: Sidin Haryanto, SKM, M.Kes
- Anggota :
1. Dirman Siswoyo, SKM, MM
2. Nurbaety Yuliana SKM.,MKes
3. DR. Bambang Setiaji SKM.,MKes
4. Zaenal Nambira, SKM, M.Kes

Departemen Kewirausahaan dan Pemberdayaan Masyarakat [ DKPM ]


- Ketua : Bambang Lukisworo, SKM
- Sekretaris: Sugito, SKM, MM
- Anggota :
1. Sujono, SKM, M.SPH
2. Abie Wiwoho MSc
3. Ir Sofyan
4. Sri Eko Ananingsih SKM
5. Deshy Prihatiwi Mutiara

Majelis Kolegium Kesehatan Lingkungan [ MKKL ]


- Ketua : DR. Hening Darpito, SKM, Dipl.SE
- Sekretaris: Nuniq Suwarni, SKM, WQM
- Anggota :
1. Kuat Prabowo,SKM, M.Kes
2. Murtjahyo, SKM, M.Kes
3. DR. Ida Bagus Indra Goutama, SKM, M.Si
4. DR. Alih Germas, SKM, MARS
Majelis Kehormatan Etika Profesi Kesehatan Lingkungan [ MKEPKL ]
- Ketua : DR. Riris Nainggolan, SKM, M.Kes

27
- Sekretaris: Purwani, SKM, M.Kes, MQIH
- Anggota :
1. DR. Hadi Siswanto, MPH
2. DR. Bambang Hartono., SKM,MPH
3. Chaerudin Hasyim .,SKM,MSi
4. Fitri Handayani, SKM, MSc.PH
5. Nurul Qomariah, SKM, M.Psi
Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian [ MPPK ]
- Ketua : Soemini AR MSc
- Sekretaris: Lisa Triyanti SKM.,MKes
- Anggota :
1. Budi Pramono, SKM, M.Kes
2. Beben Syaeful Bachri SKM.,MKM
3. Ir Mohamad Nasir, M.Kes
4. Heru Wicaksono, SKM, M.Kes
5. Sri Ani, SKM, MKM
6. Sukowidodo, SKM, MPH

Jakarta 26 April 2011


Ketua Umum
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia

[ DR Wisnu Hidayat MKes ]

28
Lampiran 2

Komposisi soal Uji Kompetensi di Negara Bagian Texas, USA

Jumlah soal uji kompetensi 100 soal dengan waktu uji tulis 2 jam.

29
Lampiran 3

Komposisi soal Uji Kompetensi di Negara Bagian New York, USA

the Professional Examination Service (PES)


Environmental Health Proficiency Examination
New York
(jumlah 250 soal, lama ujian kompetensi 4 jam
dengan waktu istirahat 45).
Domains of Examination Knowledge/Skill Areas
1. Food Protection 14%
2. Water and Waste Water 21%
3. Air Quality 5%
4. Vector and Pest Control 7%
5. Hazardous Materials Management 7%
6. Waste Management 7%
7. Radiation 4.5%
8. Recreation 3%
9. Housing and Institutions 3%
10. Occupational Health and Safety 5%
11. General Environmental Health and Scientific 16%
Concepts
12. Program Planning and Legal Aspects 7.5%

30

Anda mungkin juga menyukai