1 - Asidimetri
1 - Asidimetri
ASIDIMETRI
Disusun Oleh:
2015
LAPORAN RESMI
ASIDIMETRI
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan
natrium boraks
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar Na2CO3 dan NaOH dalam
campuran
B. Dasar Teori
Erlenmeyer 250 ml
D. Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan HCL dengan boraks
E. Hasil Pengamatan
1. Standarisasi larutan HCL dengan boraks
F. Perhitungan
1. Standarisasi larutan HCL dengan boraks
Rumus Normalitas:
Berat Na2 B 4 O7 .10 H 2 O
N HCL =
191 volume titer (mL)
a. Percobaan 1
Normalitas HCL
Massa B4 O7 .10 H 2 O
N HCL=
B E B 4 O 7 .10 H 2 O volume titer (mL)
0,2
N HCL=
191 0,013
N HCL=0,0 81 N
b. Percobaan 2
Normalitas HCL
Massa B4 O 7 .10 H 2 O
N HCL=
B E B 4 O 7 .10 H 2 O volu me titer (mL)
0,2
N HCL=
191 0,0105
N HCL =0,099 N
N ratarata=0,091 N
2. Menentukan kadar Na2CO3 dan NaOH dalam campuran
a. Percobaan 1
1. Kadar (%b/v) NaOH
50 ( ab ) N HCL BENaOH
NaOH= 103 100%
10 12,5
50 ( 1,514,6 ) 0,091 40 3
NaOH= 10 100%
10 12,5
13,1 0,091 40 3
NaOH= 5 10 100%
12,5
47,68
NaOH= 5 103 100%
12,5
50 ( 2 b ) N HCL BE N a CO
Na 2 CO 3= 2 3
103 100%
10 12,5
50 ( 2 1,5 ) 0,09153 3
Na2 CO 3= 10 100%
10 12,5
3 0,091 53
Na 2 CO 3= 5 103 100%
12,5
9,46 3
Na2 CO 3= 5 10 100%
12,5
b. Percobaan 2
1. Kadar (%b/v) NaOH
50 ( ab ) N HCL BENaOH
NaOH= 103 100%
10 12,5
50 ( 18,12,6 ) 0,091 40
NaOH= 103 100%
10 12,5
15,5 0,091 40 3
NaOH= 5 10 100%
12,5
56,42
NaOH= 5 103 100%
12,5
50 ( 2 b ) N HCL BE N a CO
Na 2 CO 3= 2 3
103 100%
10 12,5
50 ( 2 2,6 ) 0,091 53
Na 2 CO 3= 103 100%
10 12,5
5,2 0,091 53
Na 2 CO 3= 5 103 100%
12,5
25,08
Na 2 CO 3= 5 103 100%
12,5
NaOH 1+ NaOH 2
NaOH ratarata=
2
1,905 +2,25
NaOH ratarata=
2
NaOH ratarata=2,07
Na 2 CO 3 ratarata=0,69
G. Pembahasan
Pada praktikum analisis senyawa kimia yang berjudul Asidimetri
yang dilakukan pada Rabu, 28 November 2015 di Laboratorium Kimia
Analisis, FMIPA UNY, bertujuan untuk melakukan standarisasi larutan
HCL 0,1 N dengan natrium boraks dan menentukan kadar Na2CO3 dan
NaOH dalam campuran. Pada percobaan ini, praktikan tidak membuat
larutan HCL 0,1 N karena telah disiapkan oleh laboran.
Adapun alat yang kami gunakan dalam percobaan kali ini ialah
pipet volume 10 mL, buret, labu ukur 100 mL dan 250 mL, kaca arloji,
bekerglass 250 mL, aerometer dan erlemeyer 20 mL, sedangkan bahan
yang kami gunakan antara lain larutan HCL pekat, Kristal natrium
boraks, larutan campuran Na2CO3 dan NaOH, indicator pp dan MO.
Percobaan kali ini terdiri dari 2 kegiatan, kegiatan pertama yaitu
standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan natrium boraks (Na 2B4O7.10H2O).
Langkah pertama yang kami lakukan yaitu menimbang 200 mg kristal
boraks murni, kemudian memasukkan Kristal boraks ke dalam
Erlenmeyer dan menambahkan 50 mL akuades dan 2 tetes indicator MO
sehingga berwarna kuning. Larutan HCL yang akan diteteskan
dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) melalui corong
terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar pertumpahan larutan baku dapat
lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapt diketahui dari
tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Selanjutnya menitrasi larutan
dengan HCL hingga titik ekuivalen atau sampai larutan berwarna jingga
dan mencatat volume HCL yang ditambahkan. Percobaan yang kami
lakukan sebanyak 2 kali, hal ini dilakukan agar kami mendapat nilai rata-
rata yang lebih tepat dan akurat. Hasil percobaan yang kami peroleh
yaitu pada percobaan pertama dengan massa Kristal boraks 200 mg
diperoleh volume HCL yang ditambahkan sebanyak 13 mL, sedangkan
pada percobaan yang kedua dengan massa Kristal boraks 200 mg
diperoleh volume HCL yang ditambahkan sebanyak 10,5 mL. Langkah
selanjutnya menghitung normalitas larutan HCL menggunakan
persamaan:
Berat Na2 B 4 O7 .10 H 2 O
N HCL=
191 volume titer (mL)
BE = ( Mr Na2B4O7.10H2O) = 191
Pada titrasi ini indicator yang digunakan adalah metil orange (MO) yang
memiliki rentang pH 3,1-4,4 yang ditandai dengan adanya perubahan
warna dari kuning menjadi jingga.
Dengan menggunakan rumus normalitas HCL di atas, hasil yang
kami peroleh pada perobaan pertama dengan massa natrium boraks
200 mg diperoleh volume HCL yang ditambahkan sebanyak 13 mL maka
normalitas larutan HCL sebesar 0,081 N, kemudian pada perobaan
kedua dengan massa natrium boraks 200 mg diperoleh volume HCL
yang ditambahkan sebanyak 10,5 mL maka normalitas larutan HCL
sebesar 0,099 N. Sehingga diperoleh normalitas larutan HCL rata-rata
adalah 0,091 N.
Pada kegiatan yang kedua yaitu menentukan kadar Na2CO3 dan
NaOH dalam campuran. Pada titrasi ini, titrasi karbonat dengan asam
pada tahap pertama merupakan konversi dari ion karbonat menjadi ion
bikarbonat. Pada penambahan asam yang selanjutnya adalah
mengkonversikan perubahan ion bikarbonat menjadi karbondioksida dan
air. Titik akhir titrasi diidentifikasikan menggunakan dua indicator yaitu
indicator pp dan indicator MO. Dalam menentukan kadar Na2CO3 dan
NaOH dalam campuran ini, reaksi yang terjadi adalah
Reaksi 1:
NaoH + HCL NaCl + H2O
(aq) (aq) (aq) (l)
50 ( ab ) N HCL BENaOH
NaOH= 103 100%
10 12,5
50 ( 2 b ) N HCL BE N a CO
Na2 CO 3= 2 3
103 100%
10 12,5
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka dapat
disimpulkan bahwa normalitas larutan HCL dari standarisasi larutan HCL
dengan natrium boraks adalah 0,097 N dan kadar NaOH dalam
campuran adalah 1,01 %, sedangkan kadar Na2CO3 dalam campuran
adalah 0,69 %.
I. Jawaban pertanyaan
1. Volume titrasi (b) tidak mungkin lebih besar dibandingkan dengan
volume titrasi (a) karena pada titrasi (a) terjadi dua titik ekuivalen
yaitu pada saat reaksi terhadap NaOH dan reaksi terhadap Na2CO3
dengan HCL, sedangkan pada titrasi (b) hanya terjadi reaksi antara
Na2CO3 dengan HCL.
100
2. Faktor 10 merupakan factor satuan untuk pengenceran yang
J. Daftar Pustaka
campuran dititrasi