Anda di halaman 1dari 19

Revisi UU ITE membatasi kebebasan berekspresi?

Kirim
Hak atas foto AFP Image caption Kementerian Komunikasi dan Informasi mengatakan revisi UU
ITE ditujukan untuk melindungi pengguna internet

Revisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU ITE, yang akan mulai
berlaku pada Senin (28/11), tampaknya masih mengundang kontroversi terutama pasal
pencemaran nama baik.

Juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informasi, Noor Iza, menegaskan bahwa revisi UU
ITE bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlakuan yang adil bagi para pengguna
internet.

Salah satu revisi adalah mengatur pasal pencemaran nama baik menjadi delik aduan, yang berarti
hanya bisa diproses secara hukum jika dilaporkan oleh korban atau sesorang yang merasa
menjadi sasaran.

"Misalnya ada seseorang mau mengadukan bisa saja. Kan seseorang bebas mengadukan tinggal
nanti apakah dalam penyidikan memang mention atau status tersebut memang betul mengarah ke
orang tadi nanti dibuktikan di dalam pengadilan.

" KUHP kan jelas. Pencemaran nama baik harus jelas kepada siapa, nanti bukti-bukti akan
dibuktikan di pengadilan," tambah Noor Iza.

Hukuman diringankan
Perubahan lain adalah ancaman hukuman pencemaran nama baik diturunkan dari maksimal
enam tahun menjadi empat tahun sehingga tersangka pelaku pencemaran nama baik tidak akan
ditahan.

Alasannya, dalam KUHP disebutkan bahwa penahanan perlu dilakukan jika ancaman penjara di
atas lima tahun.

UU ITE yang mulai diberlakukan pada 2008 telah mengundang banyak kecaman karena
dianggap membatasi publik untuk memberikan kritik. Salah satu yang menjadi korban adalah
Prita Mulyasari, yang mengkritik salah satu rumah sakit swasta melalui email pribadi yang
kemudian tersebar di dunia maya.

Prita kemudian ditahan walau Pengadilan Tangerang akhirnya membebaskannya dari


pencemaran nama baik.

Hak atas foto Getty Images Image caption Keputusan pengadilan untuk 'right to be forgotten'
berarti mesin pencari tidak akan memberikan akses terhadap konten-konten tertentu.

Dengan revisi ini, maka tidak akan ada lagi penahanan terhadap tersangka pencemaran nama
baik namun Donny Budi Utoyo -dari kelompok pengawas informasi, komputer dan teknologi
(ICT Watch)- tetap ada risiko pengguna internet dikenakan pasal pencemaran nama baik akibat
urusan sepele.

Donny juga menilai pasal pencemaran nama baik sebaiknya dihapuskan karena dianggap dapat
membatasi kebebasan berekspresi.

1
"Ada atau tidak adanya pasal 27 bukan menjadi jaminan kalau orang tidak akan menjadi lebih
benar di internet atau tidak menjadi jaminan kalau orang tidak akan membalas dendam dengan
menggunakan pasal tersebut dengan melaporkan orang lain", kata Donny.

Supriyadi Widodo Eddyono -ahli hukum ITE dari Institut Reformasi Pengadilan Kriminal
(ICJR)- juga sepakat agar pasal mengenai pencemaran nama baik lebih baik dihapuskan.

"Ancaman pidana yang tinggi untuk syarat suatu penahanan tidak begitu signifikan dalam
memutus rantai kebebasan berekspresi. Selama pasal itu ada, akan menjadi cara untuk
menargetkan orang-orang tertentu yang dianggap melanggar UU ITE", kata Supriyadi.

"Usul kami adalah menghapus pasal ini dan segera menggunakan pasal 310 -311 KUHP yang
masih relevan tentang penghinaan secara lisan maupun tulisan."

Blokir pemerintah
Lewat revisi ini, pemerintah juga diberikan kewenangan untuk memutus akses informasi
elektronik yang dianggap melanggar hukum.

Namun Donny berpendapat ketentuan tersebyt sebenarnya sudah lama diatur dalam Peraturan
Menteri Kominfo walau belum ada undang-undang sebagai payung hukum yang menegaskan
pemerintah wajib memblokir konten negatif.

"Pasal baru itu intinya mengatakan bahwa pemerintah memiliki kewenangan untuk melakukan
pemfilteran atau pemblokiran konten yang dianggap melanggar Undang-Undang", kata Donny.

"Apa yang diblokir? Itu diacu lagi pada UU lain. Misalnya kalau diblokir terkait terorisme berarti
masuknya diatur ke UU Terorisme dan yang boleh minta pemblokiran misalnya BNPT. Yang
terkait dengan obat-obatan terlarang, diatur lewat UU kesehatan, ada BPOM yang minta
pemblokiran."

Selain perubahan pencemaran nama baik, revisi juga menambahkan ketentuan mengenai right to
be forgotten atau hak untuk dilupakan dengan menghapus konten informasi elektronik yang tidak
benar, berdasarkan keputusan pengadilan.

Noor Iza berkata penghapusan konten dilakukan untuk semua data di internet setelah dibuktikan
di pengadilan karena bertujuan untuk membersihkan nama baik seseorang.

"Agar konten-konten itu tidak dapat diakses, dikeluarkan dari sistem yang terbuka atau konten-
konten itu dihapus. Tidak dapat di-search juga, jadi search engine harus menghilangkan dan juga
server-server harus menutup konten-konten itu agar tidak dapat diakses", terang Noor.

Indonesia adalah negara pertama di Asia yang menerapkan ketentuan right to be forgotten,
namun sudah banyak diterapkan di negara-negara lain khususnya di belahan barat.

4 Hal yang Perlu Kamu Tahu dari Revisi Terbaru UU ITE

Pada tanggal 27 Oktober 2016 yang lalu, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah
menyepakati revisi terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE). Revisi tersebut pun langsung berlaku tiga puluh hari setelah
kesepakatan tersebut, yaitu pada tanggal 28 November 2016 kemarin.

Menurut Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel A. Pangerapan, revisi UU ITE ini telah
mendapat banyak masukan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, dan para

2
praktisi. Dengan perubahan tersebut, pemerintah berharap UU ITE ini tidak lagi digunakan untuk
melakukan kriminalisasi terhadap masyarakat yang tidak bersalah.

Berikut ini adalah empat hal yang berubah dari UU ITE setelah mengalami revisi di tahun 2016
ini.

Penurunan hukuman dan tidak ada penahanan

Dalam revisi UU ITE kali ini, pemerintah menurunkan ancaman hukuman untuk para terdakwa.
Untuk kasus pencemaran nama baik, hukuman penjara diturunkan dari enam tahun menjadi
empat tahun, dan hukuman denda pun diturunkan dari Rp1 miliar menjadi Rp750 juta.

Adapun untuk kasus ancaman kekerasan di dunia maya, pemerintah menurunkan ancaman
hukuman penjara yang semula 12 tahun menjadi hanya empat tahun. Selain itu hukuman denda
pun turun dari Rp2 miliar menjadi Rp750 juta.

Berkat perubahan ini, kasus pencemaran nama baik dan ancaman kekerasan di internet kini
masuk ke dalam kategori tindak pidana ringan dengan ancaman penjara kurang dari lima tahun
menurut pasal 21 KUHAP. Ini artinya, sang tersangka tidak boleh ditahan selama proses
penyidikan.

Hak untuk dilupakan


Semua berita yang ada di internet, baik itu fakta maupun berita bohong, tidak akan hilang kecuali
apabila berita tersebut dihapus oleh penyedia layanan yang terkait. Oleh karena itu, pada Pasal
26 UU ITE kini menambahkan aturan tentang hak untuk dilupakan (right to be forgotten).

Dengan aturan baru ini, seorang yang telah menyelesaikan sebuah masalah di masa lalu atau
tidak terbukti bersalah oleh pengadilan, berhak untuk mengajukan penghapusan terkait informasi
salah yang telah beredar di internet.

Henri Subiakto, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika,
menyatakan kalau pemerintah saat ini tengah menyiapkan aturan tambahan tentang hak untuk
dilupakan ini dalam sebuah peraturan pemerintah.

Penghapusan informasi yang melanggar undang-undang


Lewat Pasal 40 UU ITE, pemerintah telah menambah ayat baru yang menyatakan kalau
pemerintah berhak menghapus dokumen elektronik yang menyebarkan informasi pornografi,
SARA, terorisme, hingga pencemaran nama baik.

Seorang perempuan asal Makassar baru-baru ini sempat ditahan karena sebuah status
Facebook lo!

Apabila ada perdebatan mengenai suatu konten yang dipublikasikan melalui media apakah
melanggar undang-undang atau tidak, pemerintah akan mengikuti mekanisme di Dewan Pers
untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Jika situs yang menyediakan informasi tak baik tersebut tidak berbadan hukum, pemerintah pun
punya kewenangan untuk memblokir situs tersebut.

3
Penyadapan harus dengan izin kepolisian atau kejaksaan
Revisi UU ITE kali ini juga memasukkan putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan kalau
dokumen elektronik hasil penyadapan merupakan alat bukti yang sah, asalkan dilakukan atas
permintaan kepolisian atau kejaksaan. Hal ini kini tercantum dalam Pasal 5 UU ITE.

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

7 poin uu ite
Jakarta - Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang belum
lama ini direvisi, berlaku mulai hari ini. Apa saja poin perubahan dibanding aturan
sebelumnya?

Revisi tersebut resmi berlaku usai melewati 30 hari sejak disahkan menjadi UU pada
27 Oktober 2016. Dan mulai berlaku Senin (28/11/2016).

"Menurut teman-teman bagian hukum di kami, itu berlaku per hari ini karena sudah
melewati 30 hari setelah disepakati pemeirntah dan DPR," kata Plt Kepala Biro
Humas Kemenkominfo Noor Iza saat dihubungi, Senin (28/11/2016).

Ada beberapa perubahan di UU ITE yang baru yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menghindari multitafsir terhadap ketentuan larangan mendistribusikan,


mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik pada ketentuan Pasal 27
ayat (3), dilakukan 3 (tiga) perubahan sebagai berikut:

a. Menambahkan penjelasan atas istilah "mendistribusikan, mentransmisikan


dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik".
b. Menegaskan bahwa ketentuan tersebut adalah delik aduan bukan delik umum.
c. Menegaskan bahwa unsur pidana pada ketentuan tersebut mengacu pada
ketentuan pencemaran nama baik dan fitnah yang diatur dalam KUHP.

2. Menurunkan ancaman pidana pada 2 (dua) ketentuan sebagai berikut:

a. Ancaman pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik diturunkan dari


pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun menjadi paling lama 4 (tahun) dan/atau
denda dari paling banyak Rp 1 miliar menjadi paling banyak Rp 750 juta.
b. Ancaman pidana pengiriman informasi elektronik berisi ancaman kekerasan atau
menakut-nakuti dari pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun menjadi
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda dari paling banyak Rp 2 miliar menjadi
paling banyak Rp 750 juta.

3. Melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi terhadap 2 (dua) ketentuan sebagai


berikut:

a. Mengubah ketentuan Pasal 31 ayat (4) yang semula mengamanatkan


pengaturan tata cara intersepsi atau penyadapan dalam Peraturan Pemerintah
menjadi dalam Undang-Undang.
b. Menambahkan penjelasan pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)
mengenai keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagai
alat bukti hukum yang sah.

4
4. Melakukan sinkronisasi ketentuan hukum acara pada Pasal 43 ayat (5) dan ayat
(6) dengan ketentuan hukum acara pada KUHAP, sebagai berikut:

a. Penggeledahan dan/atau penyitaan yang semula harus mendapatkan izin Ketua


Pengadilan Negeri setempat, disesuaikan kembali dengan ketentuan KUHAP.
b. Penangkapan penahanan yang semula harus meminta penetapan Ketua
Pengadilan Negeri setempat dalam waktu 1x24 jam, disesuaikan kembali dengan
ketentuan KUHAP.

5. Memperkuat peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam UU ITE pada
ketentuan Pasal 43 ayat (5):

a. Kewenangan membatasi atau memutuskan akses terkait dengan tindak pidana


teknologi informasi;
b. Kewenangan meminta informasi dari Penyelenggara Sistem Elektronik terkait
tindak pidana teknologi informasi.

6. Menambahkan ketentuan mengenai "right to be forgotten" atau "hak untuk


dilupakan" pada ketentuan Pasal 26, sebagai berikut:

a. Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menghapus Informasi Elektronik


yang tidak relevan yang berada di bawah kendalinya atas permintaan orang yang
bersangkutan berdasarkan penetapan pengadilan.
b. Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menyediakan mekanisme
penghapusan Informasi Elektronik yang sudah tidak relevan.

7. Memperkuat peran Pemerintah dalam memberikan perlindungan dari segala jenis


gangguan akibat penyalahgunaan informasi dan transaksi elektronik dengan
menyisipkan kewenangan tambahan pada ketentuan Pasal 40:

a. Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan Informasi Elektronik


yang memiliki muatan yang dilarang;

b. Pemerintah berwenang melakukan pemutusan akses dan/atau memerintahkan


kepada Penyelenggara Sistem Elektronik untuk melakukan pemutusan akses
terhadap Informasi Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar hukum.

U ITE yang Baru Mulai Berlaku Hari Ini


Senin, 28 November 2016 | 08:04 WIB

Ist Ilustrasi Undang-undang Informasi & Transaksi Elektronik (ITE).

JAKARTA, KOMPAS.com - Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)


yang baru direvisi, akan berlaku mulai hari ini, Senin (28/11/2016).

"Berdasar UU no 12 tahun 2011 Pasal 73, suatu RUU disahkan melalui tanda tangan Presiden
paling lambat 30 hari setelah disetujui DPR dan Presiden," kata Ketua Tim Panitia Kerja (Panja)
RUU ITE Henry Subiakto melalui pesan singkat, Senin (28/11/2016).

"Kalau belum ditandatangani Presiden dalam waktu paling lama 30 hari terhitung saat disetujui
bersama, maka RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan," lanjut Henry.

Ada empat perubahan dalam UU ITE yang baru.

5
Pertama, adanya penambahan pasal hak untuk dilupakan, yakni pasal 26.

Pasal itu menjelaskan seseorang boleh mengajukan penghapusan berita terkait dirinya pada masa
lalu yang sudah selesai, namun diangkat kembali.

Salah satunya seorang tersangka yang terbukti tidak bersalah di pengadilan, maka dia berhak
mengajukan ke pengadilan agar pemberitaan tersangka dirinya agar dihapus.

Kedua, yakni durasi hukuman penjara terkait pencemaran nama baik, penghinaan dan sebagainya
dikurangi menjadi di bawah lima tahun.

Dengan demikian, berdasarkan Pasal 21 KUHAP, tersangka selama masa penyidikan tak boleh
ditahan karena hanya disangka melakukan tindak pidana ringan yang ancaman hukumannya
penjara di bawah lima tahun.

Ketiga, tafsir atas Pasal 5 terkait dokumen elektronik sebagai bukti hukum yang sah di
pengadilan.

UU ITE yang baru mengikuti putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan dokumen
elektronik yang diperoleh melalui penyadapan (intersepsi) tanpa seizin pengadilan tidak sah
sebagai bukti.

Terakhir, yakni penambahan ayat baru dalam Pasal 40.

Pada ayat tersebut, pemerintah berhak menghapus dokumen elektronik yang terbukti
menyebarkan informasi yang melanggar undang-undang. Informasi yang dimaksud terkait
pornografi, SARA, terorisme, pencemaran nama baik, dan lainnya.

Jika situs yang menyediakan informasi melanggar undang-undang merupakan perusahaan media,
maka akan mengikuti mekanisme di Dewan Pers.

Namun, bila situs yang menyediakan informasi tersebut tak berbadan hukum dan tak terdaftar
sebagai perusahaan media (nonpers), pemerintah bisa langsung memblokirnya.

"Persetujuan DPR dengan Pemerintah untuk RUU ITE sudah dilakukan pada 27 Oktober, 30
harinya berarti hari ini harus sudah dinomori di Sekretariat Negara," kata Henry lagi.

Kritis Lewat Tulisan Buat Pemerintah Panik lalu Lahirlah UU ITE?

JAKARTA (voa-islam.com)- UU yang ingin dilahirkan harus melalui uji terlebih dahulu.
Lantas selanjutnya mesti ada sampel, apakah UU ini patut dimunculkan dan atau diterapkan.
Jangan sampai UU yang ada tidak demikian dan terkesan mengkungkung gerak masyarakat
dalam memberikan perhatian kepada pemerintah.

"UU ITE ini dipakai untuk menangkap orang dan bisa saja orang yang ditangkap ini tidak tahu
ada UU tersebut. Seharusnya lembaga penegak hukum mensosialisasikan UU ITE ini," kata
Karim, pegiat hukum LBH dan aktivis HMI Malang, Rabu (21/12/2016), di Gedung Juang 45,
Jakarta.

Pemerintah dinilai tidak melakukan sosialisasi. Dan ia melihat hal itu mesti ada yang dijelaskan
mengapa pemerintah tidak melakukan ke masyarakat/publik. "Ada apa sebenarnya? Jangan
jadikan UU untuk menindas. Ini harus butuh kepastian dan keadilan di dalam penciptaan UU
tersebut.

6
Dan, apakah UU ITE ini bermanfaat untuk masyarakat? Saya malah yakin bahwa masyarakat
sebagian besar tidak paham dengan adanya UU ITE ini. Bisa jadi UU ini diciptakan hanya sehari
semalam saja atas pembuatan naskahnya," tambahnya.

Menurutnya, justru UU ini dijadikan pelindung untuk aparat kepolisian atas mayarakat yang
kritis. "Polisi seakan dijadikan tameng dengan hadirnya UU ITE ini. Jika di-judical review, UU
ini bertentangan dengan Pasal 28. Saya menghimbau polisi sosialisasi UU ini.

Jangan-jangan jika tidak dilakukan sosialisasi, suadara-sauara kita yang tidak tahu dituduh
makar. Dibungkam," pintanya tutup. (Robi/voa-islam.com)

Hati-hati Bermedsos, Revisi UU ITE Resmi Berlaku 28 November 2016

Jakarta (SI Online) - Perkembangan isu yang dahsyat melalui media sosial menuntut
penggunanya untuk semakin hati-hati. Jika tidak, pengguna medsos terancam mudah terjerat
hukuman.

Hal ini karena revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) secara efektif akan diberlakukan pada Senin, 28 November 2016. Undang-
Undang tersebut tepat diberlakukan setelah 30 hari rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) yang mengesahkan Undang-Undang tersebut pada 27 Oktober 2016 lalu.

Jadi kalau sebuah Revisi Undang-Undang sudah disetujui di paripurna pada tanggal
tertentu, maka maksimal 30 hari setelah tanggal itu, otomatis menjadi Undang-
Undang, ujar Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan
Informasi (Kemenkominfo) Noor Izza, Ahad (27/11/2016) seperti dikutip Tempo.co.

Menurut Izza, salah satu poin terpenting dalam revisi itu adalah tentang
kewenangan pemerintah yang memiliki kuasa untuk memblokir atau
memerintahkan penyelenggara sistem elektronik untuk memutus akses terhadap
informasi elektronik yang melanggar hukum, termasuk akun media sosial yang
menyebarkan konten negatif.

Dengan perkembangan teknologi berlangsung begitu cepat, banyak orang yang


memiliki akses untuk menuangkan aspirasinya pada produk teknologi. Karena itu
dengan adanya pemberlakuan Undang-Undang ini Kemenkominfo berharap agar
setiap orang yang mendapatkan akses perlu untuk bersikap dewasa ketika sedang
berinternet. Termasuk ketika ia berucap dalam tulisan di internet. Karena bisa saja
apa yang dia unggah di media sosial bisa memberi dampak luar biasa, dan bila
menyentuh ranah privasi orang lain, bisa menimbulkan permasalahan.

Sehingga siapapun yang di internet, apabila menerima atau mengirim informasi


perlu cek dan ricek, perlu waspada. Kalau ingin meneruskan pesan ke orang lain,
jangan sampai terjadi kesalahan atau melanggar ketentuan yang dilarang dalam UU
ITE informasi, kata Izza.

Dalam UU ITE, salah satu poin penting terdapat pada pasal 27 tentang
pengurangan hukuman untuk kasus pencemaran nama baik, dengan ancaman
pidana maksimal empat tahun penjara. Pengurangan hukuman juga berlaku pada
pasal 29 tentang pengancaman dengan kekerasan, yang semula berlaku hukuman
11 tahun, kini hanya empat tahun penjara. Dengan adanya aturan ini, tersangka
baru bisa ditahan setelah adanya keputusan hukum tetap atau inchracht.

7
Untuk menyosialisasikan UU ITE, Kemenkominfo bersama stakeholder terkait
termasuk asosiasi terus mengingatkan masyarakat mengenai dampak pelanggaran
Undang-Undang ini. Termasuk bekerjasama dengan aparat penegak hukum, karena
UU ITE erat kaitannya dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Kami adakan dialog dengan beberaoa stakeholder, lalu ada informasi tentang UU
ITE yang kami viralkan, seperti pada 17 Agustus, pada Hari Pemuda, Hari Pahlawan,
itu agar netizen dalam mengirim foto bisa menjaga informasi, kata Izza.

red: abu faza

Sosialisasi UU ITE dan Masalah-masalah yang Terkait dengan Dakwah

Di Media Internet

Oleh SUKPANDIAR bin Mohammad Idris *)

Pendahuluan

Bismillaah,

Segala puji hanya milik Allah Taala,Dzat yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan kepada
kita semua.Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhahammad
Shallallahu alayhi wa sallam, keluarga, dan seluruh sahabatnya, Aamiin.

Sebelum masuk ke pembahasan , lebih dahulu penulis menjelaskan secara singkat tentang arti
kata dari judul makalah ini, agar tak jauh menyimpang.

Sosialisasi di artikan:

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, edisi Maret 2013, Hal.1331) salah satu artinya
adalah:

Upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami,dihayati oleh masyarakat;


pemasyarakatan.

Yang di maksud dengan Undang-Undang (UU) ialah Peraturan atau ketetapan yang di bentuk
oleh alat perlengkapan negara yang di beri kekuasaan membentuk undang-undang yakni
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 dan
diuandangkan sebagaimana mestinya. (Prof.Kusumadi Pudjosewojo, 1986: hal:19).

UU ITE adalah UU RI nomor 11Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
ITE).

diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. (Pasal 1
angka 1 UU ITE)

Sedangkan Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
Komputer, jaringan Komputer, dan /atau media elektronik lainnya. (Pasal 1 angka 2 UU ITE)

Dengan merujuk pada pasal di atas UU ITE cakupannya sangat luas yakni segala sesuatu
Informasi Elektronik baik itu tulisan, gambar, peta, suara, atau lainnya yang memiliki arti dan
dapat dipahami tidak hanya terbatas pada ISTILAH atau MEDIA ELEKTRONIK yang di pakai.
BBM (Black Bery Messenger), Whatsapp,Widget, bahkan SMS pun termasuk dalam pengertian
pada UU ITE. Komputer, Hand Phone,iPad atau media elektronik lainnya.

8
Apakah Masalah Itu?

Dalam KBBI, Op.Cit.Hal.883 , masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan);
soal;persoalan.

Sedangkan dakwah adalah: dalam KBBI , Ibid: 288 salah satu artinya adalah: Penyiaran Agama
dan Pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk , mempelajari, dan
mengamalkan ajaran agama.

Sedangkan Media adalah (KBBI, Ibid: 892) : salah satu artinya adalah alat ( sarana) komunikasi
seperti koran, majalah, radio, televisi , film, poster, dan spanduk.

Internet diartikan : Jaringan Komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer


yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit .(KBBI, Ibid.: 543)

Internet (kependekan dari interconnection-networking) adalah seluruh jaringan komputer yang


saling terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control Protocol/Internet
Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication
protocol) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. (Sumber Wikipedia Indonesia,
tanggal 21 Desember 2013).

Di Dalam UU ITE kata internet hanya 1 kali termuat , yakni pada penjelasannya, istilah-istilah
tersebut lahir (maksudnya adalah istilah cyber law /hukum siber, hukum dunia maya/ virtual
world law, hukum teknologi informasi / law of information technology, atau hukum mayantara-
SI) mengingat kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi
baik dalam lingkup lokal maupun global (internet) dengan memanfaatkan teknologi informasi
berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat di lihat secara virtual.

Dengan demikian dapat di tarik suatu kesimpulan, UU ITE cakupannya lebih luas daripada
sekadar hukum internet belaka. Dengan kata lain hukum internet adalah bagian daripada UU
ITE.

Setiap Orang dianggap Mengetahui UU

Menurut Prof. H.A.S. Natabaya (Mantan Hakim Konstitusi , salah satu Dosen SI sewaktu di FH
Unsri )dalam buku Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia, paradigma dan doktrin
berpikir yang melandaskan teori fiktie lazim dalam negara yang menganut sistem civil law
(Indonesia termasuk yang menganutnya sebagai peninggalan Belanda). Teori ini diberi
pembenaran pula oleh prinsip yang juga diakui universal, yaitu persamaan di hadapan hukum
(equality before the law). Alasan lain adalah undang-undang dibuat oleh rakyat (melalui wakil-
wakilnya di parlemen dan pemerintah), sehingga sudah sewajarnya bila rakyat dianggap telah
mengetahui hukum/undang-undang.

Teori fiktie memang bersifat fiktie (fiksi) atau khayalan saja, demikian yang disampaikan Jimly
Asshiddiqie dalam buku Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Hal ini dikarenakan teori
tersebut tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya. Menurut Jimly, untuk lingkungan negara-
negara maju dan kecil seperti Belanda dengan tingkat kesejahteraan dan pengetahuan
masyarakatnya yang merata, tentu tidak ada persoalan dengan teori fiktie itu. Dalam masyarakat
homogen seperti itu informasi hukum yang tersedia dalam masyarakat bersifat simetris. Akan
tetapi di negara yang demikian besar wilayahnya dan banyak pula jumlah penduduknya, serta
miskin dan terbelakang kondisi kesejahteraan dan pendidikannya (seperti Indonesia), sudah tentu
sistem informasi hukum yang tersedia dalam masyarakat tidak bersifat simetris. Dengan kata
lain, adagium tersebut tidaklah adil bagi kebanyakan warga negara Indonesia yang kurang
mendapat informasi.

9
J.C.T Simorangkir dalam buku Hukum dan Konstitusi Indonesia menarasikan rasa kurang adil
tersebut dengan sangat baik. Kalau seorang anggota DPR yang bersama Pemerintah membentuk
undang-undang, lalu ia sendiri melanggar undang-undang itu sehingga dihukum, maka rasa-
rasanya penghukuman itu tidaklah terlalu mengganggu rasa keadilan. Akan tetapi bila ada
seorang petani yang bertempat tinggal jauh di pelosok tanah air, tidak punya radio, tidak
menonton televisi, tidak berlangganan koran, sebab masih buta huruf, lalu tanpa disadarinya ia
melanggar undang-undang yang tidak pernah ia dengar/baca/tahu kemudian ia dituntut dan
dihukum, maka kondisi ini terasa tidak adil.

Walau begitu, menurut Simorangkir, adagium yang menyatakan setiap orang dianggap tahu
hukum /tahu UU AH, harus tetap dipertahankan. Jika adagium itu tidak ada, maka kita akan
menghadapi suatu situasi hukum yang justru tidak dikehendaki. Sebagai ilustrasi, kita bayangkan
bila ada seorang tersangka yang mengaku di depan hakim bahwa dirinya tidak mengetahui
hukum dan dirinya kemudian dibebaskan, maka setiap tersangka manapun bisa menggunakan
alasan tersebut.

Karenanya dibutuhkan kompensasi terhadap rasa tidak adil akibat penerapan teori fiktie. Salah
satunya menurut Simorangkir adalah sistem hukuman maksimal dalam hukum pidana kita.
Sistem tersebut memberikan keleluasaan pada hakim untuk menjatuhkan hukuman yang
maksimal atau memberikan hukuman yang paling ringan sampai pada pembebasan. Sehingga
seseorang yang dengan sadar serta tahu, bila melanggar suatu peraturan dapatlah dihukum lebih
berat daripada seseorang yang melanggarnya tanpa mengetahui serta menyadari apa yang
dilanggarnya.

Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah pembudayaan, pemasyarakatan, dan pendidikan
hukum (law socialization and law education). Sebagai contoh, tidak cukuplah para administrator
hukum memasyarakatkan hukum/peraturan perundang-undangan dengan hanya
menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, atau Berita Daerah secara formal (publication of law). Seharusnya
semua pihak merasa terikat akan tanggung jawab yang lebih luas untuk menyebarluaskan dan
memasyarakatkan aturan-aturan ke seluruh lapisan masyarakat (promulgation of law).

Mengikuti perkembangan Zaman, saat ini perlu diterapkan pengelolaan informasi hukum (law
information management) berbasis teknologi informasi. Salah satunya adalah dengan
menggunakan website (laman), sehingga setiap orang, kapanpun, di manapun, dapat menemukan
berbagai informasi hukum dengan segera dan murah. Sehingga setiap orang benar-benar tahu
hukum.

Yurisdiksi UU ITE

Pasal 2 UU ITE: Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan
hukum sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, baik yang berada di wilayah hukum
Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah
hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan
Indonesia.

Undang-Undang ini memiliki jangkauan yurisdiksi tidak semata-mata untuk perbuatan hukum
yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga negara Indonesia, tetapi juga berlaku
untuk perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah hukum (yurisdiksi) Indonesia baik oleh
warga negara Indonesia maupun warga negara asing atau badan hukum Indonesia maupun badan
hukum asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia, mengingat pemanfaatan Teknologi
Informasi untuk Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik dapat bersifat lintas teritorial atau
universal. Yang dimaksud dengan "merugikan kepentingan Indonesia" adalah meliputi tetapi
tidak terbatas pada menigikan kepentingan ekonomi nasional, perlindungan data strategis, harkat
dan martabat bangsa, pertahanan dan keamanan negara, kedaulatan negara, warga negara, serta
badan hukum Indonesia(Penjelasan UU ITE).

10
Subyek Hukum

Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing, maupun
badan hukum. (Pasal 1 angka 21 UU ITE). Badan Hukum termasuk para admin grup. Fan Page,
Blog atau web yang di kelola oleh lebih dari 1 orang

Masalah Pasal yang Berkaitan dengan Dakwah

Pada dasarnya UU ITE memberikan kebebasan untuk berdakwah, hal ini dapat di lihat dari
konsiderans huruf b (dasar pertimbangan di buatnya UU ITE), salah satunya adalah:

b. bahwa globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari

masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan

mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional

sehingga pembangunan Teknologi Informasi dapat dilakukan secara optimal,

merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan

kehidupan bangsa;

(termasuk cerdas dalam beragama-SI). Namun demikian ada masalah yang harus di perhatikan
dalam masalah dakwah ini , khususnya terkait dalam UU ITE. Terutama pasal larangan.

Pasal Masalah Pencemaran Nama Baik

Pasal 27 ayat (3) UU ITE

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik

Pasal 45 ayat (1) UU ITE

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Di Dalam UU ITE tidak jelas apakah yang di maksud dengan pencemaran nama baik itu/. Dalam
praktik di peradilan , Hakim merujuk pada Kitab Undang-Undangb Hukum Pidana (KUHP)
seperti kasus Abu Fahd Negara Tauhid. Di Dalam KUHP di sebutkan>

Pasal 310 ayat (1) KUHP

Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan
sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.

Menurut R. Soesilo, supaya dapat dihukum menurut pasal 310 KUHP ini, maka penghinaan itu
harus dilakukan dengan cara menuduh seseorang telah melakukan perbuatan tertentu dengan
maksud agar tuduhan itu tersiar (diketahui oleh orang banyak. Orang banyak jumlahnya mininal
2 sudah mencukupi-SI). Perbuatan yang dituduhkan itu tidak perlu suatu perbuatan yang boleh

11
dihukum seperti mencuri, menggelapkan, berzina dan sebagainya, cukup dengan perbuatan biasa,
sudah tentu suatu perbuatan yang memalukan.

Perbuatan yang memalukan seperti,: berbuat syirik, bidah dan lainnya.

Para pakar hukum belum sependapat tentang arti dan definisi kehormatan dan nama baik,
tetapi sependapat bahwa kehormatan dan nama baik menjadi hak seseorang. (Leden
Marpaung,2010;7).

Kata nama baik dimaksudkan sebagai kehormatan yang diberikan oleh masyarakat umum kepada
seseorang baik karena perbuatan atau kedudukannya. Jadi, nama baik tersebut dimaksudkan
terhadap orang tertentu saja, misalnya: Presiden, Gubernur, Kiyai, pendeta dan lain-lain.( Ibid:
12).

Masalah Pasal Rasa Kebencian/Permusuhan

Pasal 28 ayat (2)

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Pasal 45 ayat (2)

Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal ini sama dengan bunyi pasal 154 KUHP. Beda besar pidana dendanya saja. Pasal ini tak
saya bahas karena >putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 6/PUU-V/2007
yang menyatakan Pasal 154 dan Pasal 155 dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)
dinyatakan tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan Pasal
28 D Perubahan II UUD RI Tahun 1945.

Pelajaran dari Kasus Abu Fahd Negara Tauhid

Ada banyak pelajaran yang dapat diambil dalam kasus Abu Fahd Negara Tauhid (Abu Fahd)
perkara no.292/Pid.Sus/2012/PN.Cbn, antara lain , Majelis hakim dalam amar putusannya
menyatakan:

1. Bahwa meski video dan foto-foto Habib Alwi Assegaf (HAA)telah tersebar dikalangan
komunitas HAA sendiri tetapi tidak ada komentar/penambahan kata-kata sindiran yang
merugikan HAA, seperti yang dilakukan oleh Abu Fahd-AH.

2. Sebagaimana bukti surat yang diajukan oleh penasihat hukum (Sukpandiar,S.H. dan
Gilroy Arinoviandi,S.H) berupa copy buku Dr.Muhammad bin Abdurrahman Al-Khumais
berjudul Kemusyrikan menurut Madzhab Imam Syafii, hal 72 dinyatakan bahwa Kita
Wajib menyampaikan ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Nabi yang menjelaskan
tentang kufur dan syirik kepada orang yang melakukan perbuatan syirik dan kufur.
Selanjutnya dalam duplik terdakwa bahwa Imam Ahmad dalam manjmu al fatwa 28/231-
232 mengatakan... membantah pelaku bidah maka hal ini untuk kaum muslimin, dan ini
lebih utama. Maka jika terdakwa yakin apa yang dilakukan oleh HAA itu merupakan
perbuatan syirik, SEHARUSNYA TERDAKWA MENGINGATKAN HAA SECARA
LANGSUNG,DENGAN MENEMUINYA SECARA BAIK-BAIK, DAN MENGAJAK
BICARA SERTA BERTUKAR PIKIRAN/BERBANTAHAN ATAU BERDEBAT
MASALAH AGAMA SEACARA LANGSUNG APA YANG DILAKUKAN OLEH HAA
bertentangan dengan ajaran Agama (Islam-SI), bukan di Upload melalu facebook yang

12
merupakan ruang umum yang bisa di akses oleh orang lain yang memiliki akun facebook
langsung tau tidak langsung dengan terdakwa. (Hal.30 dari Amar Putusan Majelis
Hakim-AH-Kursif dari penulis-SI)

ADAB MENASIHATI

Amar putusan di atas telah SI bicarakan via telpon denga al-Ustaz Dr.Muhammad Arifin bin
Baderi beliau tertawa , wah kaidah ahlussunnah itu. Dan dalam makalah ini penulis ingin
mengingatkan kembali ( meski dari makalah Ustaz Arifin bin Baderi mungkin ada kesamaan)
tentang hal in

Adab Mulia Menasehati Saudara Kita

Category: Akhlaq dan Nasehat Created on 19 November 2007

MediaMuslim.Info.Nasehat menasehati menuju kebenaran harus digalakkan, bagi yang


dinasehati seharusnya ia berterima kasih kepada orang yang telah menunjukkan kekurangan dan
kesalahannya, hanya saja hal ini jarang terjadi, pada umumnya manusia tidak suka disalahkan
apalagi kalau teguran itu disampaikan kepadanya dengan cara yang tidak baik.

Seorang pemberi nasehat haruslah mengetahui metode yang baik agar nasehatnya dapat diterima
oleh orang lain. Diantara metode nasehat yang baik adalah memberi nasehat kepada orang lain
secara rahasia tanpa diketahui oleh orang lain. Dalam kesempatan ini akan kami nukilkan
penjelasan para ulama tentang adab yang satu ini.

Imam Ibnu Hibban (wafat tahun 534 H) berkata, Nasehat itu merupakan kewajiban manusia
semuanya, sebagaimana telah kami sebutkan sebelum ini, tetapi dalam teknik penyampaiannya
haruslah dengan cara rahasia, tidak boleh tidak, karena barangsiapa yang menasehati saudaranya
dihadapan orang lain maka berarti dia telah mencelanya, dan barangsiapa yang menasehatinya
secara rahasia maka dia telah memperbaikinya. Sesungguhnya menyampaikan dengan penuh
perhatian kepada saudaranya sesama muslim adalah kritik yang membangun, lebih besar
kemungkinannya untuk diterima dibandingkan menyampaikan dengan maksud mencelanya.

Kemudian Imam Ibnu Hibban menyebutkan dengan sanadnya sampai kepada Sufyan, ia berkata,
Saya berkata kepada Mis''ar, ''Apakah engkau suka apabila ada orang lain memberitahumu
tentang kekurangan-kekuranganmu?'' Maka ia berkata, ''Apabila yang datang adalah orang yang
memberitahukan kekurangan-kekuranganku dengan cara menjelek-jelekkanku maka saya tidak
senang, tapi apabila yang datang kepadaku adalah seorang pemberi nasehat maka saya senang''.

Kemudian Imam Ibnu Hibban berkata bahwa Muhammad bin Said al Qazzaz telah
memberitahukan kepada kami, Muhammad bin Mansur telah menceritakan kepada kami, Ali
ibnul Madini telah menceritakan kepadaku, dari Sufyan ia berkata, Talhah datang menemui
Abdul Jabbar bin Wail, dan di situ banyak terdapat orang, maka ia berbicara dengan Abdul
Jabbar menyampaikan sesuatu dengan rahasia, kemudian setelah itu beliau pergi. Maka Abdul
Jabbar bin Wail berkata, ''Apakah kalian tahu apa yang ia katakan tadi kepadaku?'' Ia berkata,
''Saya melihatmu ketika engkau sendang shalat kemarin sempat melirik ke arah lain''.

Imam Ibnu Hibban berkata, Nasehat apabila dilaksanakan seperti apa yang telah kami sebutkan
akan melanggengkan kasih sayang, dan menyebabkan terealisasinya ukhuwah.

Imam Ibnu Hazm (wafat tahun 456H) berkata, Maka wajib atas seseorang untuk selalu memberi
nasehat, baik yang diberi nasehat itu suka ataupun benci, tersinggung atau tidak tersinggung.
Apabila engkau memberi nasehat maka nasehatilah secara rahasia, jangan dihadapan orang lain,
dan cukup dengan memberi isyarat tanpa terus terang secara langsung, kecuali apabila orang
yang dinasehati tidak memahami isyaratmu maka harus secara terus terang. Janganlah engkau
menasehati orang lain dengan syarat nasehatmu harus diterima. Apabila engkau melampaui adab-
adab tadi maka engkau yang dzalim bukan pemberi nasehat, dan gila ketaatan serta gila

13
kekuasaan bukan pemberi amanat dan pelaksana hak ukuwah. Ini (-yakni memberi nasehat
dengan syarat harus diterima-) bukanlah termasuk hukum akal dan hukum persahabatan
melainkan hukum rimba, bagaikan seorang penguasa dengan rakyatnya dan tuan dengan hamba
sahayanya.

Imam Ibnu Rajab (wafat tahun 795H) berkata, Al Fudhail (wafat tahun 187H) berkata, ''Seorang
mukmin menutup (aib saudaranya) dan menasehatinya sedangkan seorang fajir (pelaku maksiat)
membocorkan (aib saudaranya) dan memburuk-burukkannya''.

Apa yang disebutkan oleh al Fudhail ini merupakan ciri antara nasehat dan memburuk-
burukkan, yaitu bahwa nasehat itu dengan cara rahasia sedangkan menjelek-jelekkan itu ditandai
dengan penyiaran. Sebagaimana dikatakan, ''Barangsiapa mengingatkan saudaranya ditengah-
tengah orang banyak maka ia telah menjelek-jelekkannya.

Dan orang-orang salaf membenci amar ma''ruf nahi mungkar secara terang-terangan, mereka
suka kalau dilakukan secara rahasia antara yang menasehati dengan yang dinasehati, ini
merupakan ciri nasehat yang murni dan ikhlash, karena si penasehat tidak mempunyai tujuan
untuk menyebarkan aib-aib orang yang dinasehatinya, ia hanya mempunyai tujuan
menghilangkan kesalahan yang dilakukannya.

Sedangkan menyebarluaskan dan menampakkan aib-aib orang lain maka hal tersebut yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta''ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang
yang ingin agar (berita) perbuatan yang keji itu tersiar dikalangan orang-orang yang beriman,
bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Alleh mengetahui sedangkan kalian
tidak mengetahui." (An Nur : 19).

Dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan menutup aib seorang muslim tidak
terhitung banyaknya.

imam Syafi''i (wafat tahun 204H) berkata dalam syairnya:

Hendaklah engkau sengaja mendatangiku untuk memberi nasehat ketika aku sendirian

Hindarilah memberi nasehat kepadaku ditengah khalayak ramai

Karena sesungguhnya memberi nasehat dihadapan banyak orang sama saja dengan memburuk-
burukkan, saya tidak suka mendengarnya

Jika engkau menyalahi saya dan tidak mengikuti ucapanku maka janganlah engkau kaget apabila
nasehatmu tidak ditaati.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata, Perlu diketahui bahwa nasehat itu adalah
pembicaraan yang dilakukan secara rahasia antaramu dengannya, karena apabila engkau
menasehatinya secara rahasia dengan empat mata maka sangat membekas pada dirinya, dan dia
tahu bahwa engkau pemberi nasehat, tetapi apabila engkau bicarakan dia dihadapan orang
banyak maka besar kemungkinan bangkit kesombongannya yang menyebabkan ia berbuat dosa
dengan tidak menerima nasehat, dan mungkin pula ia menyangka bahwa engkau hanya ingin
balas dendam dan mendeskreditkannya serta untuk menjatuhkan kedudukannya di mata manusia
(Baca Mencemarkan Nama Baiknya di Depan Umum/Orang banyak-SI), sehingga ia tidak
menerima isi nasehat tersebut, tetapi apabila dilakukan secara rahasia antara kamu dan dia
berdua maka nasehatmu itu amat berarti bagi dia, dan dia akan menerimanya darimu.

Kapan dibolehkan memberi nasehat dihadapan orang lain?

Walaupun demikian ada beberapa perkecualian yang membolehkan atau mengharuskan


seseorang untuk menasehati orang lain di depan banyak orang.

14
Salah seorang Imam Masjid di kota Khobar Saudi Arabia dalam salah satu khutbah Jum''ahnya
mengatakan, Umat Islam, mereka itu memiliki kehormatan dan harga diri, oleh karena tiu
haruslah kita menjaga hak-hak dan kehormatan mereka, haruslah kita memelihara perasaan
mereka, tetapi kadang-kadang sesuatu nasehat yang akan engkau sampaikan kepada orang lain
apabila engkau tunda, maka akan terlambat, maka harus sekarang juga engkau menasehatinya
sebelum terlambat. Contohnya sebagaimana terdapat dalam Shahih Muslim. Dari Jabir
bahwasanya ia berkata, ''Sulaik al Ghathafani datang (ke masjid) hari Jum''ah dan Rasulullah
shallallahu ''alaihi wasallam sedang duduk di atas mimbar, maka Sulaik langsung duduk tanpa
shalat terlebih dahulu, maka Rasulullah shallallahu ''alaihi wasallam bertanya kepadanya,
''Apakah engaku telah melaksanakan sholat dua rakaat?'' Ia berkata, ''Belum'' Maka beliau
shallallahu ''alaihi wasallam memerintahkan kepadanya, ''Bangunlah dan shalatlah dua rakaat''.''

Ini bukannya sedang memburuk-burukkan atau menyiarkan kesalahan orang tersebut, karena saat
itu adalah waktu yang tepat untuk menasehatinya, apabila dibiarkan maka akan terlewatkan,
karena Rasulullah shallallahu ''alaihi wasallam memerintahkan setiap muslim yang masuk ke
dalam masjid agar shalat dua rakaat terlebih dahulu sebelum ia duduk, perintah tersebut
mengharuskan untuk dilaksanakan padaa saat itu juga tidak bisa ditunda sampai selesai shalat
Jum''ah.

Akan tetapi apabila memungkinkan bagimu untuk menunda nasehat sampai selesainya majelis
lalu engkau menasiehati sesreorang dihadapan orang lain di majelis tersebut maka hal ini tidak
benar.

Sangat disayangkan sekali ketika kita mendengar tentang orang-orang yang termasuk memiliki
kesungguhan dalam mencari dan menerima kebenaran, akan tetapi mereka berpecah belah,
masing-masing di antara mereka memiliki nama dan sifat tertentu. Fenomena seperti ini
sesungghnya tidak benar, dan sesungguhnya dien Allah itu satu dan ummat Islam adalah ummat
yang satu, Allah berfirman: "Sesunggunya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama
yang satu dan Aku adalah Rab kalian maka bertakwalah kepada-Ku." (Al Mu-minun: 52)

Dan Allah Ta''ala berfirman kepada nabi-Nya shallallahu ''alaihi wasallam:

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi
beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya
urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada
mereka apa yang telah mereka perbuat. (Al An''am : 159)

Dan Allah Ta''ala berfirman, "Dia telah mensyaratkan bagi kalian tentang dien yang telah
diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah dien dan janganlah kalian berpecah
belah tentangnya." (Asy Syura: 13).

Apabila hal ini merupakan bimbingan Allah kepada kita maka seharusnya kita praktekkan
bimbingan ini, kita berkumpul untuk mengadakan suatu pembahasan, saling berdiskusi dalam
rangka ishlah (perbaikan) bukan untuk mendeskreditkan atau membalas dendam, karena
sesungguhnya siapa saja yang membantah orang lain atau adu argumentasi dengan maksud
mempertahankan pendapatnya atau untuk menghinakan pendapat orang lain dan bermaksud
untuk mencela bukan untuk ishlah maka hasilnya tidak di ridhai oleh Allah dan rasul-Nya, pada
umumnya demikian.

15
Kewajiban kita adalah untuk menjadi umat yang satu, kita tidak mengatakan bahwa setiap
manusia tidak memiliki kesalahan, bahkan manusia itu memiliki kesalahan disamping memiliki
kebenaran. Hanya saja pembicaraan kita sekarang ini mengenai cara memperbaiki kesalahan,
maka bukan cara yang benar untuk memperbaiki kesalahan apabila kita menyebutkannya
dibelakang orang tersebut sambil menjelek-jelekkannya, akan tetapi cara yang benar untuk
memperbaikinya adalah berkumpul dengannya dan mendiskusikannnya, apabila terbukti setelah
itu bahwa orang tersebut tetap mempertahankan kebatilannya maka saat itu kita memiliki alasan
bahkan wajib atas kita untuk menjelaskan kesalahannya, dan memperingatkan manusia dari
kesalahan orang tersebut, dengan demikian urusan-urusan menjadi baik.

Sedangkan perpecahan dan bergolong-golongan maka sesungguhnya yang demikian tidak


disukai oleh siapapun, kecuali oleh musuh-musuh Islam dan musuh kaum muslimin.(Sumber
Assunnah Qatar, tahun 2014)

TIPS AMAN BERDAKWAH

1. Harus sesuai adab yang syari, detailnya silakan pelajari makalah Ustaz Arifin
Baderi

2. Tidak menyebut nama dengan jelas, misal si H..n, yang bisa di tafsirkan Husin,
Hasan dll.

3. Tidak menyebut alamat dengan jelas, misal Bojong K..., yang bisa ditafsirkan
sebagai Bojong Kenyot , Bojong Koneng dan lainnya

4. Boleh menshare suatu tulisan, gambar, suara atau sejenisnya , akan tetapi jangan
berkomentar yang sifatnya memvonis seperti si fulan telah berbuat syirik, bidah
atau perkataan semisalnya. Jika ingin berkomentar: jika di lihat tulisan, gambar ,
video ini, buatlah kalimat; Habib A di DUGA KUAT, DiSINYALIR, atau kata yang
semisal. Atau bisa dengan kalimat menurut ulama Imam Syafei perbuatan Fulan
termasuk Syirik.

BUKANLAH MENYEBAR /MenShare PERTAMA KALI SESEORANG DAPAT


TERJERAT UU ITE,AKAN TETAPI WALAUPUN IA YANG MENYEBAR ORANG
KEDUA>KETIGA ATAU YANG KE....JIKA KOMENTARNYA MENGANDUNG UNSUR
PIDANA YANG DIMAKSUD DALAM UU ITE, MAKA IA BERPOTENSI TERJERAT.

"Kita ingin menyadarkan bahwa medsos penting. Karena kita tidak mungkin hidup tanpa media
sosial. Kita ingin, dengan adanya diskusi ini, membedah bahwa medsos jadi fenomena yang
mengemuka di Indonesia,"

cholilnafis.tv, Jakarta-Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama


Indonesia (MUI) Pusat, dan Forum Jurnalis Muslim (Forjim) mengelar pertemuan untuk
membahas plus-minus Pengaruh Media Sosial dalam Dakwah Islam.

Pada era digital saat ini, silaturahim tidak hanya dijalin melalui komunikasi tatap muka.
Sebagian besar masyarakat telah memanfaatkan ragam varian media sosial untuk saling
berinteraksi satu sama lain.

Kendati demikian, tak jarang pula media sosial digunakan seseorang untuk mengumbar
kebencian atau kemarahan terhadap individu atau kelompok tertentu. Hal tersebut biasa
dilakukan dengan menulis dan mengunggah pernyataan bernada hinaan, cacian, umpatan, dan
lainnya. Efeknya, silaturahim menjadi rusak dan tercerai. (republika.do.id)

16
Saya melihat sekarang itu media sosial menjadi alternatif atau kekuatan baru untuk memberi
informasi pada masyarakat. Media-media yang sifatnya mendominasi media mainstream itu
tidak lagi menjadi fokus orang untuk mendapatkan informasi, kata Ketua Komisi Dakwah dan
Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. M. Cholil Nafis di Aula
Gedung MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2016).

Menurutnya, kondisi media sosial ada yang membuat pengunaanya semakin cerdas.
Ada juga yang membuat pengunaanya bisa menjadi malapetaka, seperti orang yang sudah
banyak berurusan dengan polisi bahkan sampai orang menjadi bermusuhan.

Ini kan fenomena baru, nah kita ingin menyadarkan bahwa media sosial itu menjadi fenomena
yang mengemuka di Indonesia. Nah kita berharap kita lebih cerdas dan taat pada sopan santun
sehingga bisa menjaga kepada kebaikan, tukasnya.

Kyai Cholil berharap, para jurnalis Forjim dapat menyajikan tulisan yang lebih cerdas dan
inspiratif serta sejuk bagi semua kalangan masyarakat.

Kita butuh berjamaah. Bukan saja berjamaah dalam shalat. Tapi juga dalam dakwah. Tak
terkecuali dalam berpolitik, ekonomi. Bahkan jurnalis muslim pun perlu berjamaah sehingga
berita yang disampaikan bukan hanya fakta, tapi juga membawa maslahah (Kebaikan), ujarnya.

Seperti diketahui, kehadiran medsos akhir- akhir ini memang mandatangkan mudarat dan
mamfaatnya.

Meski perkembangan teknologi memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi


secara virtual, Kiai Cholil menegaskan hukum dan etika silaturahim itu tetap berlaku. Menurut
dia, para pengguna media sosial harus tetap menjaga kata-kata yang ditulis. Jangan sampai
memuat pernyataan yang menyakiti orang lain.

Oleh sebab itu, dia mengimbau agar umat lebih bijak dalam memanfaatkan sarana media sosial.
"Jadikan media sosial ini sebagai sarana untuk bersilaturahim. Karena itu, kata-kata di grup
Whatsapp, Facebook, Twitter, dan lainnya, benar-benar dijaga agar pertemanan dan silaturahim
kita tidak diputus," ujarnya.

Sumber gambar: harianamanah.id

Kyai Cholil mengatakan diskusi ini digelar untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat
agar lebih bertanggung jawab dalam menggunakan medsos. Ia ingin penggunaan medsos
membawa kebaikan.

"Pertama, kita lakukan lewat sosialisasi ini. Maka tanamkan pada masyarakat apa yang jadi
tanggung jawab dari hal yang kita sebarkan di medsos. Oleh karena itu, teman-teman yang
gunakan medsos harus bisa menggunakan untuk sesuatu yang membawa kebaikan," ujar Kyai
Cholil.

KH. Cholil Nafis menambahkan, medsos menjadi perwakilan setiap pemilik akun di dunia maya.
Maka dengan menyebarkan informasi yang positif juga akan membangun citra diri yang positif.
Namun, penggunaan medsos yang tidak tepat malah akan menjadi malapetaka.

"Berkenaan dengan teman-teman yang jadi baik karena dia membagikan yang baik di medsos.
Artinya, kita sudah melihat buktinya di lapangan. Orang jadi baik dan orang yang citranya dapat
simpati dari orang banyak, ketika dia bisa menyampaikan kebaikan," kata Kyai Cholil.

"Tapi medsos akan jadi malapetaka kalau tidak dapat menggunakan dengan baik. Ada yang
berakibat buruk bahkan ada yang berurusan hukum. Dia dijadikan tersangka bahkan dipenjara
gara-gara medsos. Kita lihat dari yang terbawa kasus hukum. Teman-teman yang jadi tersangka
gara-gara UU ITE," tuturnya.

17
Kyai Cholil menambahkan, tujuan diskusi ini juga agar masyarakat lebih sadar. Sehingga
penggunaan medsos tidak malah membuat kondisi sosial politik menjadi memanas.

"Oleh karena itu, edukasi kita melalui dakwah, ini yang ingin kita sampaikan melalui acara ini.
Ayolah aware. Sekarang saja kondisi jadi agak hangat, seperti kata presiden.

Dia menjelaskan, wajib hukumnya bagi seorang Muslim untuk menjalin dan menjaga
silaturahim. Menjaga silaturahim bisa membuat rezeki seseorang bertambah dan panjang umur.
Rasulullah SAW juga menyarankan agar umat dapat menjalin dan menjaga silaturahim. "Intinya
jangan sampai memutus silaturahim satu sama lain," tutupnya.

UU ITE Telah Disalahgunakan Oleh Jenderal TITO Untuk Membungkam


Pemikiran Kritis Terhadap Penguasa Dan Pemodal (TAIPAN)

Oleh: Salamuddin Daeng (UBK)

Dalam dokumen resmi Pemerintah AS yang berjudul Doing Business in Indonesia:


2014 yang merupakan panduan binsis dari perusahaan perusahaan AS (Country
Commercial Guide for U.S. Companies, yang dipublikasikan oleh U.S. & FOREIGN
COMMERCIAL SERVICE AND U.S. DEPARTMENT OF STATE, 2014, dipaparkan bahwa
UU ITE Indonesia telah disalahgunakan untuk membatasi kemerdekaan berbicara,
membungkam pemikiran kritis.

Law No. 11/2008 on electronic information and transactions which was intended to
promote open and fair electronic commerce has been abused to limit free speech
and created investor uncertainty by failing to define key terms, demikian
disebutkan dalam dokumen tersebut.

Yang artinya: Undang-Undang Nomor 11/2008 tentang informasi elektronik dan


transaksi yang dimaksudkan untuk mempromosikan terbuka dan adil perdagangan
elektronik telah disalahgunakan untuk membatasi kemerdekaan berbicara dan
menciptakan ketidakpastian investor karena gagal untuk mendefinisikan istilah
kunci.

Bagi para investor AS, UU ini seharusnya bertujuan untuk membuka peluang
investasi, peluang bisnis atau dalam rangka ekonomi inklusif, bukan bertujuan
untuk dinamisasi politik apalagi membelenggu demokrasi dan hak azasi.

Hal yang sama juga menjadi pandangan sebagian besar rakyat Indonesia. Tidak
pernah terpikirkan oleh bangsa Indonesia sebelumnya bahwa UU ITE akan menjadi
alat untuk membelenggu kemerdekaan berpendapat, menjadi alat kriminalsiasi
aktivis, menekan oposisi yang kritis dan melindungi penguasa dan pemodal dari
berbagai kritikan.

Semangat lahirnya UU ITE adalah dalam rangka keterbukaan informasi,


memfasilitasi dunia bisnis, dan membuka peluang keterlibatan masyarakat dalam
dalam berbagai kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan transaksi elektronik

Itulah mengapa UU ini tidak bernama UU Pelanggaran ITE, atau UU makar.


Mengenai segala bentuk kejahatan atau perbuatan pidana yang berhubungan
dengan transaksi elektronik sesungguhnya dan seharusnya di ataur dalam Kitab UU
Hukum Pidana (KUHAP).
Atau pemerintah dapat membuat UU darurat dalam rangka mengatasi makar atau
tindakan lainnya yang mebahayakan keselamatan bangsa negara dan rakyat.
Itupun UU semacam ini tidak boleh digunakan secara semberono oleh penguasa
dalam membungkam lawan lawan politiknya.

18
Karena kebebasan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat sesungguhnya
telah diatur dalam UUD 1945 yang merupakan konstitusi dasar negara Republik
Indonesia (RI). Jadi hak dasar rakyat ini dijamin oleh UUD dan tidak boleh dilanggar
oleh pemerintah. Jika pemerintah melakukannya, maka perintah telah melanggar
konstitusi dan pemerintah dapat dijatuhkan oleh parlemen.

Oleh karena itu, Pemerintah Jokowi agar berhenti menggunakan UU No 11 Tahun


2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) untuk membelenggu
kemerdekaan berpendapat dan menimbulkan keresahan di tengah tengah
masyarakat.

Karena jika pemerintahan Jokowi terus melanjutkan praktek semacam ini, maka
akan berpotensi menjadi alat adu domba antara aparat penegak hukum versus
rakyat sebagai pemegang kedaualatan tertinggi di Negara Republik Indonesia.

AWAS, NANTI MEDIA ON-LINE YANG KRTIS KEPADA PENGUASA DAN TAIPAN
DIPERLAKUKAN SEPERTI TERORIS, DICIDUK DI PAGI HARI TANPA SURAT PANGGILAN
SEPERTI SEORANG TERORIS.

Sumber : repelita Online

19

Anda mungkin juga menyukai