Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PEMBUKAAN
1.1 Latar Belakang
Keruntuhan Kekaisaran Romawi yang telah menguasai dan
mendominasi dalam segala aspek kehidupan (politik, sosial, ekonomi dan
budaya) selam berabad-abad di Eropa menyebabkan Eropa mulai memasuki
Abad Pertengahan atau Abad Kegelapan (dark ages). Pada zaman Abad
Pertengahan yang berlangsung dari Abad ke V sampai Abad ke XV dianggap
sebagai era yang statis, stagnan dalam keseragaman cultural yang tidak
mengalami perkembangan. Pada era ini juga merupakan era yang kurang kritis
dan faktual karena adanya upaya untuk melegitimasi ajaran agama Kristiani.
Pada era ini masyarakat Eropa hidup pada era feodal yang bermatapencaharian
berbasis agraris. Masyarakat Abad Pertengahan lebih menitikberatkan
pemikiran yang abstrak dan menghendaki hal-hal yang berhubungan dengan
ajaran-ajaran Kristiani.1

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari abad pertengahan?
1.2.2 Bagaimana proses lahirnya abad pertengahan?
1.2.3 Siapa sajakah para tokoh historiografi pada masa Abad Pertengahan dan
apa sajakah karya-karya yang dihasilkan?
1.2.4 Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemikiran para tokoh
historiografi pada masa Abad Pertengahan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1.3.1.1 Mengetahui dan menganalisa kondisi politik pada masa Abad
Pertengahan.

1 Edy Burhan Arifin, Historiografi Umum, (Yogyakarta: Cipta Media, 2013), hlm. 84
1.3.1.2 Mengetahui dan memahami pemikiran-pemikiran pada masa
Abad Pertengahan.
1.3.2 Manfaat
1.3.2.1 Semoga makalah ini dapat bermanfaat menjadi sumber
referensi tambahan bagi para penulis tentang historiografi abad
pertengahan dengan tokoh dan karya-karyanya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Abad Pertengahan


Abad pertengahan bermula dari runtuhnya imperium Romawi, yaitu pada 395
M, sampai jatuhnya Konstatinopel ke tangan Turki pada tahun 1453 M. Setelah
kaisar Yovianus mangkat pada tahun 364 M kekaisaran Romawi sudah dibagi
manjadi dua, yaitu Romawi Barat di bawah kekuasaan Kaisar Valentianus I (364-
375) dan Romawi Timur di bawah kekuasaan wakil Kaisar, Valens (364-378)
yang merupakan adik kandung Kaisar Valentianus I. pata tahun 367 Valentianus I
mengangkat puteranya yang baru berusia Sembilan tahun sebagai Augustus. Pada
tahun 375 M, Valentianus wafat dan digantikan oleh puteranya. Sementara pada
tahun 377 M Romawi Timur berada dalam peperangan melawan orang-orang
Goth yang menuntut balas atas perlakuan petugas perbatasan Romawi yang
sangat buruk terhadap mereka. Pada tahun-tahun berikutnya, peperangan tersebut
berhasil membunuh Valens. 2
Suksesi pemerintahan dari generasi kegenerasi telah berlangsung. Setelah
Theodosius Agung wafat, maka secara resmi kekaisaran romawi dibagi menjadi
dua, yaitu kekaisaran Romawi Barat (395-476 M) di bawah pimpinan Honorius
yang merupakan anak bungsu Theodosius yang masih berusia sepuluh tahun dan
kekeisaran Romawi Timur (395-1453 M) di Bawah kekuasaan Arcadius yang juga
merupakan anak Theodosius. Dalam menjalankan pemerintahan di Romawi Barat
dijalankan oleh jenderal Vandal yang bernama Stilico yang merupakan sahabat
dekat Theodosius. Ibukota dari Romawi Timur (Byzantium) adalah Constatinopel
dan Romawi Barat adalah Roma.3 Untuk menganganalisis suatu perkembangan
yang begitu monumental tentang keruntuhan Romawi ada beberapa hal yang

2 Retno Winarni, Sejarah Barat I: Dari Zaman klasik sampai Abad Pertengahan,
(Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2013), hlm. 53

3 Ibid., hlm. 54
harus di perhatikan. Pertama, Romawi runtuh bukan hanya karena peristiwa yang
terjadi dalam satu tahun saja (476), namun dilatarbelakangi adanya permasalahan
yang terjadi secara terus-menerus yang telah berlangsung ratusan tahun. Kedua,
yang mengalami keruntuhan adalah Romawi Barat saja, sedangkan Romawi
Timur masih bertahan sampai tahun 1453 M. Ketiga, tidak ada penjelasan tunggal
yang memadai untuk keruntuhannya, daya-daya yang berlipat ganda bekerja
secara berbarengan untuk keruntuhan itu.4
Alasan-alasan runtuhnya Romawi sebagai berikut:
1. Peran suku-suku Jermanik
Tekanan yang digunakan oleh bangsa-bangsa jerman di sepanjang perbatasan
yang sangat luas memperburuk masalah-masalah dalam Kekaisaran
Romawi. Serangan kaum barbar meninggalkan wilayah perbatasan dalam
kemiskinan dan kekosongan penduduk. Kekaisaran memaksakan pajak yang
tinggi dan penugasan kerja kepada warga negaranya untuk memperkuat
pasukan bersenjata, menyebabkan kelas menengah dan bawah terbebani dan
menimbulkan kebencian terhadap pemerintahan yang terlalu mengambil
banyak dari mereka.

2. Permasalahan Rohaniah
Kekecewaan rakyat jelata Romawi yang tidak dapat dibendung
membuat mereka apatis dan tidak mengacuhkan terhadap serangan yang
terjadi. Mereka pasrah dan menyerah, meskipun faktanya jumlah mereka
jauh melebihi kelompok barbar. Para aristokrat yang memiliki tanggung
jawab untuk melestarikan kebudayaan Greko-Romawi kosmopolitan
menjadi risau dan apatis, tidak lagi berminat pada kehidupan public. Mereka
mengurung diri di balik tembok perkebunan yang berbenteng dan tidak mau
membantu kekaisaran sedikitpun.

4 Marvin Perry, Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman Pencerahan
(Diterjemahkan oleh: Saut Pasaribu), (Edisi kedua, Bantul: Kreasi Wacana, 2012), Hlm. 158
3. Permasalahan politis dan militer
Administrasi dan Negara seolah telah menjadi musuh bagi rakyat
pada umumnya, khususnya kelas menengah ke bawah. Tuntutan dari
pemerintah yang tidak pernah merasa puas menyebabkan kesetiaan mereka
memudar. Selain itu, kualitas prajurit juga semakin merosot dan legiun-
legiun gagal mempertahankan perbatasan. Kesadaran akan pentingnya wajib
militer sangat minim. Sehingga untuk mengisi tempat-tempat kosong dalam
keprajuritan segera diisi oleh bangsa barbar. Sampai pada akhirnya baik dari
anggota legiun maupun perwira ditempati oleh suku barbar.

4. Permasalahan ekonomis
Penyebab keruntuhan yang lain adalah kemunduran populasi,
kegagalan mencapai terobosan di bidang teknologi, beban pajak yang berat
dan desentralisasi ekonomi yang memicu desentralisasi politik. Populasi
yang pada awalnya sekitar 70 juta selama Pax Romana menjadi 50 juta pada
masa Romawi Akhir.
Pertumbuhan industri, perkebunan berbenteng besar yang dimiliki para
aristokrat kaya juga memainkan peranan penting dalam desentralisasi
ekonomi. Dengan memproduksi secara ekslusif untuk pasar lokal,
perkebunan mendukung kemiskinan di pusat kota dengan mengurangi
ketersediaan jumlah pelanggan untuk membeli barang-barang yang dibuat di
kota. Kehidupan semakin menyedihkan, para pengrajin perkotaan dan petani
kecil mencari perlindungan kepada para tuan tanah. Perkembangan ini
menandakan kemerosotan peradaban kuno dan menandai Zaman
Pertengahan.

Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada


masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan
manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah
berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap lebih sebagai ilmu
sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari ketuhanan. Karakteristik
abad pertengahan Gereja adalah satu-satunya lembaga yang dapat
menyatukan rakyat dan memberikan kebebasan, perlindungan, dan
petolongan.5 selain berwibawa dalam beragama gereja juga mempunyai hak
pemerintahan, suatu hal yang tidak sedikit memberikan sumbangan bagi
bertambahnya kekuasaan.
Pada abad pertengahan, Eropa dilanda Zaman Kelam (Dark Ages). Hal
ini karena masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual. Menurut
Ensiklopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan
bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan
kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi. Gereja serta para pendeta
mengawasi pemikiran masyarakat, termasuk dalam bidang politik. Mereka
berpendapat hanya gereja saja yang layak untuk menentukan kehidupan,
pemikiran, politik, dan ilmu pengetahuan. Akibatnya, kaum cendekiawan
yang terdiri atas ahli-ahli sains ditekan dan dikawal dengan ketat. Pemikiran
mereka ditolak. Siapapun yang mengeluarkan teori yang bertentangan
dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera bahkan dibunuh.

Pada abad pertengahan wilayah agama dan dunia terpisah total satu
dengan yang lainnya. Kerangka berpikir yang dominan pada abad
pertengahan dan tekanan kuat para elite gereja yang menganggap dirinya
pengawas tatanan yang menguasai dunia dan telah berakhir pada abad ke-15
dan kemudian disusul dengan zaman Renaisans (Renaisance).

Zaman ini ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu


pengetahuan. Para ilmuwan tersebut hampir semua adalah para teolog.
Akibatnya, semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancilla
theologia yang artinya abdi agama. Zaman pertengahan juga dinamakan
abad kegelapan (Sardiman, 1996: 76). Hal ini disebabkan perkembangan
ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak zaman Yunani-Romawi menjadi
terhenti.

5 Buku perpus jurusan


Sains dan filsafat pada zaman pertengahan lebih merupakan warisan
dari kebudayaan Yunani yang terdiri atas ulasan-ulasan atau komentar-
komentar terhadap karya-karya Plato dan Aristoteles. Selanjutnya, kemajuan
sains di Barat melibatkan satu proses yang aneh dan paradoksal, yaitu
melibatkan penolakan sains dan filsafat Yunani dan memunculkan sains dan
pandangan alam yang bersifat mekanistik, eksperimental, dan ulititarian.

2.2 Runtuhnya Kekaisaran Romawi dan Awal Abad Pertengahan


Setelah kaisar Yovianus mangkat pada tahun 364 M kekaisaran Romawi
sudah dibagi manjadi dua, yaitu Romawi Barat di bawah kekuasaan Kaisar
Valentianus I (364-375) dan Romawi Timur di bawah kekuasaan wakil Kaisar,
Valens (364-378) yang merupakan adik kandung Kaisar Valentianus I. pata
tahun 367 Valentianus I mengangkat puteranya yang baru berusia Sembilan
tahun sebagai Augustus. Pada tahun 375 M, Valentianus wafat dan digantikan
oleh puteranya. Sementara pada tahun 377 M Romawi Timur berada dalam
peperangan melawan orang-orang Goth yang menuntut balas atas perlakuan
petugas perbatasan Romawi yang sangat buruk terhadap mereka. Pada tahun-
tahun berikutnya, peperangan tersebut berhasil membunuh Valens. 6
Suksesi pemerintahan dari generasi kegenerasi telah berlangsung. Setelah
Theodosius Agung wafat, maka secara resmi kekaisaran romawi dibagi
menjadi dua, yaitu kekaisaran Romawi Barat (395-476 M) di bawah pimpinan
Honorius yang merupakan anak bungsu Theodosius yang masih berusia
sepuluh tahun dan kekeisaran Romawi Timur (395-1453 M) di Bawah
kekuasaan Arcadius yang juga merupakan anak Theodosius. Dalam
menjalankan pemerintahan di Romawi Barat dijalankan oleh jenderal Vandal

6 Retno Winarni, Sejarah Barat I: Dari Zaman klasik sampai Abad Pertengahan,
(Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2013), hlm. 53
yang bernama Stilico yang merupakan sahabat dekat Theodosius. Ibukota dari
Romawi Timur (Byzantium) adalah Constatinopel dan Romawi Barat adalah
Roma.7
Untuk menganganalisis suatu perkembangan yang begitu monumental
tentang keruntuhan Romawi ada beberapa hal yang harus di perhatikan.
Pertama, Romawi runtuh bukan hanya karena peristiwa yang terjadi dalam
satu tahun saja (476), namun dilatarbelakangi adanya permasalahan yang
terjadi secara terus-menerus yang telah berlangsung ratusan tahun. Kedua,
yang mengalami keruntuhan adalah Romawi Barat saja, sedangkan Romawi
Timur masih bertahan sampai tahun 1453 M. Ketiga, tidak ada penjelasan
tunggal yang memadai untuk keruntuhannya, daya-daya yang berlipat ganda
bekerja secara berbarengan untuk keruntuhan itu.8 Alasan-alasan runtuhnya
Romawi sebagai berikut:
5. Peran suku-suku Jermanik
Tekanan yang digunakan oleh bangsa-bangsa jerman di sepanjang perbatasan
yang sangat luas memperburuk masalah-masalah dalam Kekaisaran
Romawi. Serangan kaum barbar meninggalkan wilayah perbatasan dalam
kemiskinan dan kekosongan penduduk. Kekaisaran memaksakan pajak yang
tinggi dan penugasan kerja kepada warga negaranya untuk memperkuat
pasukan bersenjata, menyebabkan kelas menengah dan bawah terbebani dan
menimbulkan kebencian terhadap pemerintahan yang terlalu mengambil
banyak dari mereka.

6. Permasalahan Rohaniah
Kekecewaan rakyat jelata Romawi yang tidak dapat dibendung
membuat mereka apatis dan tidak mengacuhkan terhadap serangan yang
terjadi. Mereka pasrah dan menyerah, meskipun faktanya jumlah mereka
jauh melebihi kelompok barbar. Para aristokrat yang memiliki tanggung

7 Ibid., hlm. 54

8 Marvin Perry, Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman Pencerahan
(Diterjemahkan oleh: Saut Pasaribu), (Edisi kedua, Bantul: Kreasi Wacana, 2012), Hlm. 158
jawab untuk melestarikan kebudayaan Greko-Romawi kosmopolitan
menjadi risau dan apatis, tidak lagi berminat pada kehidupan public. Mereka
mengurung diri di balik tembok perkebunan yang berbenteng dan tidak mau
membantu kekaisaran sedikitpun.

7. Permasalahan politis dan militer


Administrasi dan Negara seolah telah menjadi musuh bagi rakyat
pada umumnya, khususny kelas menengah ke bawah. Tuntutan dari
pemerintah yang tidak pernah merasa puas menyebabkan kesetiaan mereka
memudar. Selain itu, kualitas prajurit juga semakin merosot dan legiun-
legiun gagal mempertahankan perbatasan. Kesadaran akan pentingnya wajib
militer sangat minim. Sehingga untuk mengisi tempat-tempat kosong dalam
keprajuritan segera diisi oleh bangsa barbar. Sampai pada akhirnya baik dari
anggota legiun maupun perwira ditempati oleh suku barbar.

8. Permasalahan ekonomis
Penyebab keruntuhan yang lain adalah kemunduran populasi,
kegagalan mencapai terobosan di bidang teknologi, beban pajak yang berat
dan desentralisasi ekonomi yang memicu desentralisasi politik. Populasi
yang pada awalnya sekitar 70 juta selama Pax Romana menjadi 50 juta pada
masa Romawi Akhir.
Pertumbuhan industri, perkebunan berbenteng besar yang dimiliki
para aristokrat kaya juga memainkan peranan penting dalam desentralisasi
ekonomi. Dengan memproduksi secara ekslusif untuk pasar local,
perkebunan mendukung kemiskinan di pusat kota dengan mengurangi
ketersediaan jumlah pelanggan untuk membeli barang-barang yang dibuat di
kota. Kehidupan semakin menyedihkan, para pengrajin perkotaan dan petani
kecil mencari perlindungan kepada para tuan tanah. Perkembangan ini
menandakan kemerosotan peradaban kuno dan menandai Zaman
Pertengahan.
2.1 Tokoh Historiografi pada Masa Abad Pertengahan dan Karyanya
2.3.1 Gregory of Tours
Gregory of Tours adalah seorang uskup dan sejarawan Perancis yang
tidak asing lagi namanya bagi para sejarawan. Ketenarannya disebabkan
perannya di Gereja sebagai uskup, sehingga ia dapat bergaul dengan banyak
peziarah yang datang mengunjungi St. Martin. Di samping itu, ia
menghasilkan karya sejarah pada zaman awal Abad Pertengahan. Latar
belakang kehidupannya banyak dipengaruhi oleh dunia gereja, meskipun pada
masa itu telah terjadi perubahan-perubahan besar di bidang sosial, ekomoni,
dan politik. Pada masa itu, kekaisaran merupakan satu-satunya kesatuan
politik yang berarti dan gereja menjadi suatu lembaga sosial yang otonom.
Pada awal abad Pertengahan ini terjadi keruntuhan institusi-institusi kerajaan
Roma pindah ke timur di propinsi sebelah barat tidak Nampak kekuasaan
kekaisaran gereja Roma yang terpisah dari gereja Konstatinopel karena
persoalan pemujaan patung telah menjadi gereja Eropa Barat dan arena
kemurtadan raja-raja Lombardia, uskup Roma mengadakan persekutuan
dengan kerajaan Franka, sehingga Paus telah menjadikan dirinya sebagai
pemimpin duniawi di Italia. Oleh karena itu, sewajarnya apabila Gregory of
Tours menulis History of the Franks yang memfokuskan pada invasi bangsa
Franka.
Gregory of Tours merupakan seorang paus dan sejarawan dapatkah
menulis sejarah secara netral, teliti dan akurat. Dalam makalah ini akan di
ungkap hasil karya pemikirannya.

Riwayat Hidup
Gregory of Tours lahir di Averni (sekarang Clemont Ferrand) Perancis pada
tanggal 30 November 538. Ia memiliki nama asli Georgius florentius, tetapi ia
dipanggil Gregory sepeninggal kakeknya (seorang uskup dari Langers)
beberapa anggota keluarga memegang jabatan dalam gereja, demikian pula ia
mendapat pendidikan tentang keagamaan, sehingga mengantar kehidupannya
menjadi seorang Paus. Ia mempelajari kitab suci (Bible), Sulpicius Saverus
dan beberapa Santo, literature Patristik dan Teologi.dalam usia 25 tahun ia
ditasbihkan menjadi seorang diakon. Pada tahun 573 ketika sepupunya yang
bernama Euphronius yang menjabat Uskup di Tours meninggal, ia diangkat
sebagai uskup untuk menggantikannya.
Munculnya perang, kematian raja atau lahirnya ahli waris, badai yang keras
atau berjangkitnya wabah, semua itu memiliki pengertian yang lebih
manusiawi dan alamiah. Dari kejadian itu, Gregory mencari isyarat dan
petunjuk Tuhan. Menurut Gregory, agama Kristen menjadi satu-satunya
agama yang dapat mendukung konsep Kontinuitas antara masa lampau,
sekarang dan masa yang akan datang. Segala peristiwa yang terjadi
menurutnya adalah takdir tuhan, yang merupakan konsep untuk memahami
suatu kekuatan di belakang semua peristiwa dalam Saeculum dan untuk
memahami segala peristiwa yang terjadi.
Runtuhnya kerajaan Roma mengakibatkan keingintahuan orang-orang tentang
rencana tuhan bagi peristiwa-peristiwa yang dialami manusia. Oleh karena itu,
mereka mempelajari tanda-tanda, ramalan, kronologi dan interpretasi
keajaiban-keajaiban agar menemukan jawaban. Bagi sejarawan, keajaiban
merupakan saksi akan kekuatan tuhan.

2.3.2 AUGUSTINE 354-430

Augustine adalah seorang tokoh besar pemikir kristen yang


pertama berhasil menuangkan teori teokratis dalam pemikiran
filsafat yang tercatat dalam sejarah filsafat politik. Hal itu
dimungkinkan karena Augustine berkeyakinan bahwa kendatipun
satu-satunya jalan yang tepat untuk mengenal Tuhan dan kehendak
Nya hanyalah melalui kitab suci, namun filsafat dapat digunakan
sebagai alat yang efektif untuk menjelaskan dan
mengkonfirmasikan kebenaran-kebenaran imani, sehingga iman
kristiani yang sejati tidak tercemarkan oleh iman yang membuta.
Sumbangan pikiran yang cukup menonjol dan menakjubkan
dari Augustine pada filsafat politik adalah analisanya tentang dua
negara, yaitu negara sekuler dan negara Allah, yang dipaparkan
dalam karya tulisnya yan berjudul De Civitate Dei (Negara Allah).
Lewat karyanya itu, pemikiran-pemikiran yang dikembangkan nya
yang mencakup hampir seluruh ajaran-ajaran kuno mempengaruhi
filsafat Eropa abad pertengahan.

1. Riwayat Hidup Augustine

Augustine lahir di Numidia pada 13 Nopember 354, ayahnya


bernama Patricius, seorang tuan tanah kecil dan anggota dewan
kota yang punya kepercayaan pagan, ibunya bernama Monica,
seorang penganut agama Kristen yang saleh dan taat. Ketaatan
ibunya itualah yang tampaknya mempengaruhi Augustine pada
perjalanan hidupnya, meskipun di dalamnya nantinya Augustine
mengalami berkali-kali perubahan pandangan hidup.

Augustine memperoleh pendidikan dasar di Tagaste, tempat


kelahirannya. Dari seorang guru di Tagaste, dia secara khusus
mempelajari bahasa latin dan ilmu hitung. Pengikutnya Augustine
mempelajari juga bahasa Yunani.

Ketika Augustine berusia sekitar sebelas atau dua belas tahun ia


dikirim oleh ayahnya ke Madaura, disitu dia berhasil menyelesaikan
pendidikan dasarnya dan berhasil meraih pengetahuan yang cukup
mengagumkan dalam bidang tata bahasa dan sastra latin.

Meskipun Augustine di rumahnya dibimbing oleh ibunya yang


Kristen taat, karena rasa keingintahuannya yang besar dan kondisi
jauh dari ubunya setelah dewasa, Augustine seolah mengalami
petualangan dalam bidang kepercayaan atau agama. Karena
menganggap dalam Alkitab tidak terdapat pemikiran-pemikiran
filsafati, padahal filsafat merupakan hal yang sangat disenangi,
maka Augustine tidak tertarik sama sekali untuk menjadi Kristen
yang taat.

Karena kekristenan tidak sanggup memikat hatinya, maka


Augustine pun berupaya mencari ajaran lain yang dapat
memuaskan keinginannya. Ia mulai tertarik kepada ajaran
Manicheisme yang dianut oleh Augustine. Sesungguhnya terdiri dari
dua kelas, yaitu: kelas pendengar dan kelas pilihan. Kelas
pendengar adalah para simpatisan dan yang bersedia membantu
segala kebutuhan kelas pilihan. Sedangkan kelas pilihan terdiri dari
mereka yang mempraktekkan pertarakan, yakni yang tidak boleh
kawin, tidak boleh memakan daging, tidak boleh meminum
minuman keras, tidak boleh melakukan hubungan seksual, bahkan
mereka tidak boleh diperbolehkan terlibat dalam usaha mencari
makan. Augustine tidak pernah menjadi anggota kelas pilihan, ia
tidak mau hidup bertarak.

Setelah sekitar sembilan tahun mengikuti ajaran dan mempelajari


ajaran Manicheisme, dia meninggalkan. Selanjutnya untuk
beberapa lama, Augustine menjadi orang yang skeptis. Kemudian
dia berpindah ke Roma. Dari Roma, dia kemudian pindah lagi ke
Milano. Di Milano itulah Augustine berkenalan dengan filsafat Neo
Platonisme, yakni suatu versi filsafat Plato yang dikembangkan oleh
Platinus sejak abad III. Ajaran Neo Platonisme berhasil menjadikan
Augustine lebih dekat dengan agama Kristen, sehingga ia mulai
membaca alkitab, khususnya surat-surat Paulus.
2. Latar Belakang Pemikiran Augustine

Abad Pertengahan merupakan sebutan satu bagian periodisasi


dalam sejarah Eropa yang dibatasi oleh zaman Eropa Klasik dan
Eropa Baru. Abad Klasik ditandai dengan kebesaran dan
kemashuran kebudayaan Yunani dan Romawi, berlangsung sampai
abad 5. Sejak kemunduran kebudayaan itu, peradaban baru
muncul, ditandai dengan pemikiran baru yang berlandaskan pada
agam Kristen, abad-abad itu disebut abad pertengahan, pandangan
yang berlaku adalah theosentrisme Kristen.

Kehidupan Augustine sebenarnya berada dalam masa transisi, dari


zaman kuno ke abad tengah. Karena keberadaanya itu, maka ia
sering disebut sebagai historiograf yng berpijak pada dua zaman,
satu kaki berada di zaman klasik, dan kaki yang satu lagi berada di
zaman abad tengah. Sebutan itu diberiakan bukan tanpa alasan,
emngingat karya-karya Augustine tidak murni bermaterikan warna
abad tengah, tetapi warna klasik pun dicerna dan diungkap pula.

Petualangan Augustine ke beberapa wilayah menjadikannya


memperoleh banyak pengetahuan, seperti agama Kristen, Filsafat,
Sejarah, Politik dan Sastra. Kekayaan pengetahuan itulah yang
menjadikan Augustine sangat produktif dalam menulis dan
menjadikan tulisannya bernilai tinggi.

Dalam hidupnya, Augustine mengalami dua peristiwa besar, yaitu


Dekrit Theodesius tahun 380 dan pembagian Romawi menjadi dua
pada tahun 395. Pada era Honarius, pemerintahan Romawi barat
mengalami kemunduran yang sangat pesat. Sementara itu serbuan
dari suku-suku di Romawi Barat, disamping menghancurkan
berbagai fasilitas pemerintahan dan militer, suku-suku tersebut juga
melakukan serangan dan perampasan, mereka tidak pernah
menjamah gereja. Akibatnya yang beranggapan bahwa Kristen
sebagai penyebab semua kehancuran yang terjadi. Ejekan dan
tuduhan yang bertubi-tubi terhadap gereja tidak segera mendapat
tanggapan yang seimbang dari pihak gereja. Pada saat itulah
Augustine tampil menjawab semua tuduhan itu, sekaligus
melakukan pembelaan terhadap gereja. Tanggpan yang berupa
pembelaan itu ditulisnya pada De Civitas Dei.

3. Pemikiran dan Karya Augustine

Augustine sangat menggemari filsafat sesudah ia membaca


Hortensius karya Cicero dan Protrepticus karya Aristoteles.
Pemikiran-pemikiran filsafatinya sedikit banyaknya juga dipengaruhi
oleh Aristotelisme dan Stoisisme. Pemikiran theologis Augustine
semakin terukir nyata lewat perdebatan-perdebatannya dengan
ajaran-ajaran sesat, seperti: Manicheisme, Donatisme, Pelagianisme
dan lain-lain. Paparan pokok-pokok pikiran Augustine diantaranya
sebagai berikut: mengenai filsafat, Skeptisisme dan iluminasi,
mengenai Allah dan penciptaan dan tentang manusia dan dosa.

4. Karya-karya Augustine

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa Augsutine mempunyai


banyak pengalaman. Dengan penguasaan ilmu sastra, logika, serta
pengamatannya pada lingkungan, dia menulis banyak karya tulis,
diantaranya:

Tahun 386 : De Beata Vita (On the Happy Life), De Ordine (On
Order)
Tahun 387 : De Imortalitate Animae (On te Immortality of the
Soul), Soliloquies (Monologue)
Tahun 389 : De Magistro (Concerning the Teacher), De Vera
Religione (On True Religion)
Tahun 395 : De Libero Arbitrio (On Free Will)
Tahun 401 : Confessiones (Confesions)
Tahun 427 : De Civitate Dei (The City of God)

De Civitate Dei (The City of God)

Karya ini merupakan karya yang paling monomental dan paling


alama dikerjakan, sekitar 5 tahun. Karya ini terdiri dari 22 buku.

Buku I menguraikan jawaban terhadap serangan orang-orang


kafir terhadap kristen bahwa bencana yang dialami oleh
kekaisaran Romawi disebabkan oleh agama kristen.
Buku II dan III menguraikan bahwa bencana yang dialami
Roma bukan yang pertama , bencana juga bisa terjadi pada
moral, selain yang fisik.
Buku IV dalam bukunya Augustine membuktikan bahwa
kejayaan Romawi bukan karena Dewa tetapi berkat
perlindungan dan pemeliharaan Allah YME.
Buku V membicarakan masalah takdir, juga menunjukan
bahwa pengetahuan Tuhan tentang hal yang belum terjadi
tidak bertentangan dengan kehendak manusia.
Buku VI berisi tentang alasan-alasan Augustine untuk
menyanggah keyakinan yang mengira bahwa demi kehidupan
kekal, maka dewa-dewa harus disembah dan diabdi.
Buku VII dalam buku ini Augustine menunjukkan bahwa demi
kehidupan kekal tidak mungkin diperoleh dengan menyembah
dewa-dewa.
Buku VIII dan IX dalam buku ini Augustine berusaha menguji
teologia natural Verro. Selanjutnya menunjukkan bahwa tidak
ada setan baik dan buruk. Menurutya yang baik hanyalah
Kristus sendiri.
Buku X Augustine mengajarkan bahwa ada malaikat-malaikat
yang tugasnya melayani Allah. Di buku ini pula dia
menentang ajaran Phorphyry mengenai prinsip-prinsip
pembersihan jiwa.
Buku XI Augustine memaparkan asal mula, sejarah, dan
tujuan dari dua negara, yakni negara sekuler dan negara
surgawi.
Buku XIII dan XIV digunakan oleh Augustine untuk
mengajarkan bahwa kematian adalah hukuman. Hukuman
terhadap kejahatan dan dosa manusia yang asal mulanya dari
dosa Adam. Dosa inilah yang asal mula kehidupan duniawidan
nafsu-nafsu keji manusia.
Buku XV sampai XXII Augustine kembali membicarakan
negara sekuler dan negara surgawi, menceritakan dari
awalnya sampai akhirnya. Ditunjukkan bahwa akhir dari
negara sekuler adalah hukuman kekal, sedangkan akhir dari
negara surgawi adalahpara warganya akan berlimpah dengan
kebahagiaan dan mereka akan bersulut tubuh dengan tubuh
yang kekalyang tidak dapat binasa.

2.3.3 Eusebius

Eusebius, Bapak Sejarah Kerokhanian/Gereja, dilahirkan pada tahun 260 M,


di kota Caesarea Palestina. Ketika masih muda, sangat menonjol di keluarga
Pamphilus dari Caesarea, seorang guru dan teolog yang telah menghimpun sebuah
perpustakaanbesar sangat berpengaruh dalam pemikiran sejarah Eusebius. Eusebius
menjadi pendeta setalah beberapa tahun mengembara dan dipenjarakan serta diancam
akan dibunuh sebagai martir oleh pengikut Diocletianus pada masa penganiayaan
orang-orang Kristen.

Pada tahun 314 M, Eusibius ditasbihkan sebagai Uskup Caesarea. Pada tahun
325, dia diperbantukan dalam Dewan Nicaea. Eusebius merupakan tokoh yang
berperanan penting dalam meredam kontroversi teologi yang tajam, yang mengancam
gereja. Pada waktu yang bersamaan Eusebius beraliansi dan menjadi penasehat
pengkristenan Kaisar Constantine. Persahabatan dengan Constantie itu terus dibina
sampai Constantie meninggal tahun 337 M. Eusebius sendiri meninggal tahun 339 M.

Ernst Breisach dalam Historiographi, Ancient, Medival Modern, tidak


melepaskan kontinuitas pembahasan historiografinya dari historiografi Kristiani.
Salah satu sejarawan dalam ketegori itu, secara khusus telah dianalisis oleh Peter Gay
dan Gerald J. Cavanaugh, dalam Historian at Worknya, yaitu karya-karya Eusebius
disebut sebagai Bapak Sejarah Gereja Umat Kristiani.

Latar belakang profesi Eusebius adalah sebagai pendeta, sehingga pada


akhirnya hal tersebut sangat mempengaruhi karya-karyanya. Karya-kaya Eusebius
berkisar tentang sejarah keagamaan Kristen dan Sejarah Gereja. Selain itu, karya
Eubesius sangat banyak yakni kurang lebih 46 buah. Karya terbaik Eusebius adalah
The Chronicle (ditulis tahun 303 M) dan The History of Church atau The
Ecclessiastical History (ditulis tahun 313 M).

Eusebius memang seorang penulis tentang sejarah gereja, namun dalam


karyanya terlihat bahwa dia ingin menulis sejarah yang berdasarkan fakta, misalnya
dalam karyanya yang berjudul The Chronicle Eusebius tidak menulis himbauan-
himbauan atau harapan-harapan, tetapi yang disajikan adalah fakta-fakta. sikap
tersebut juga ditampilkannya dalam karyanya yang berjudul The Ecclessiastical
History. Fakta-fakta tentang pengejaran, penyiksaan dan perlakuan tidak adil lainnya
terhadap umat Kristen oleh para Kaisar Romawi telah digambarkannya dengan baik.

-setting Historis: perkembangan dan perburuan Kristen.


Rupanya Eusebius yang lahir pada tahun 260 M ditakdirkan untuk hidup
dalam suasana keprihatinan yang memuncak, yaitu terjadinya gelombang perburuan
dan penyiksaan terhadap orang-orang Kristen oleh para penguasa Romawi sebelum
Kaisar Constantin memeluk Agama Kristen. Peletak dasar Agama Kristen ditandai
dengan adanya ketika salah satu provinsi Romawi yang kecil dan kurang terkenal
yakni Yudea melahirkan Yesus. Sehingga, Agama Kristen menyebar keseluruhan
wilayah Romawi (pada abad I pengaruh tersebut telah meluas ke Asia Kecil dan ke
Eropa).

Zaman pengejaran terhadap pengikut Agama Kristen tersebut berlangsung


tahun 64-313 M, dan mencapai puncaknya sejak medio Abad III pada masa Decius,
Velerianus, Gallienus, Diokletianus. Meskipun demikian, segala kekejaman dan
kebencian terhadap orang-orang Kristen tidak menggoyahkan keimanan mereka,
bahkan justru menambah semangat mereka untuk terus menyebarkan Agama Kristen.

Orang-orang Nasrani melakukan aktivitas agamanya dengan cara berkumpul


di rumah-rumah orang bangsawan dan melakukan ibadat bersama-sama.ada beberapa
orang terkemuka mengusulkan agar ibadat dan khotbah-khotbah diadakan di dalam
ruang kuburan (makam) sanak familinya yang berada di bawah tanah. Hal ini
ditujukan agar kaum Nasrani tetap melakukan aktivitas yang berupa mendirikan
gereja tetap berjalan meskipun harus sembunyi-sembunyi.

Pengahancuran terhadap orang-orang Kristen terus dilakukan, tetapi tidak


berhasil memusnahkan iman Kristiani. Oleh karena itu, pemerintah yang tidak
berhasil memusnahkannya mengambil tindakan berupa keberpihakan pada gereja
untuk mendapatkan dukungannya dalam memperkokoh kesatuan dan keutuhan
negara. Itulah yang ditempuh oleh Kaisar Constantinus Agung. Sehinga, Constantinus
memberikan kebebasan penuh bagi gereja Kristen dan akhirnya dia sendiri masuk
atau memeluk agama Kristen.

Kemapanan dan kekuatan gereja Kristiani semakin lama semakin mantap.


Ketika Kaisar Theodosius memerintah, Agama Kristen dengan resmi dinyatakan atau
diangkat menjadi agama resmi Negara, maka mulai saat itulah masyarakat Barat
memasuki babakan baru dalam sistem kepercayaannya.

Fase keprihatinan gereja Kristiani hingga mencapai fase kemapanan dan


kejayaan Agama Kristen di Romawi hingga meluas keseluruh Eropa.
-Pokok Pikiran Eusebius: Sebuah Analisis.

Secara umum karya Eusebius berangkat dari suatu keyakinan dan keinginan
kerohanian yang didasarkan atas pengalaman-pengalamannya serta cita-cita
kekristenannya. Dua karya Eusebius yang tebesar dalam sumbangannya kepada
sejarah yang sekaligus mengenai sejarah adalah The Chronicle (303 M) dan The
History of the Church atau sering disebut The Ecclessiastical History (311 M) yang
kemudian ditinjau kembali dan diedit pada tahun 325 M.

Eusebius tidak melapaskan karya-karya sejarawan klasik dan Kristiani serta


kronolog-kronolog (Chronographers) tentang kerajaan-kerajaan kuno, kemudian
mengaturnya dalam kolom-kolom, menggabungkan beberapa data dari penulis
tersebut dan mengkatalogisasikan pekerjaannya. Pada dasarnya, Eusebius mengoleksi
berbagai bahan-bahan yang sudah ada, seraya menggunakan berbagai buku yang telah
tersedia seta dokumen yang beberapa diantaranya telah hilang. Disamping itu ia
banyak mendasarkan pada kitab Perjanjian Baru, yang sudah tentu banyak meberi
warna tersendiri terhadap sikap subyektivitasnya. Namun demikian, hal tersebut
bukan merupakan sesuatu yang tidak berbobot bila ia menggunakan metode seperti
itu, karena historiografi Kristen yang berkembang pada awal pertumbuhannya sangat
dipengaruhi oleh berbagai keyakinan tentang nilai-nilai Agama Kristen, bahkan bagi
Eusebius kekritisan dalam penulisan sejarah telah dilakukannya, karena berbagai
sumber sejarah telah digunakannya.

Dalam karyanya, Eusebius telah menggunakan keyakinannya dalam sejarah


dan hikmah yang ia dapatkan yaitu berupa hikmah historis. Hal ini dimaksudkan
bahwa gereja dengan segala percobaannya telah berhasil mengatasai badai, dan
manusia yang saleh tak akan dapat dihancurkan dan terkalahkan karena selalu
mendapat pertolongan Tuhan. Rupanya ide-ide yang diekspresikan oleh Eusebius
dalam pemikiran sejarah Kristiani telah dipengaruhi oleh pemikiran Kristen tentang
campur tangan Tuhan dalam analisis historisnya.
Pada karya sejarah tentang gereja menunjukkan bahwa Eusebius telah
memperhitungkan validitas dan kejayaan terhadap kepercayaan Kristen dan
diterangkan kontinuitas pertumbuhan organisasi gereja dalam konteks keimanan dan
kepercayaan.

Ide-ide penulisan sejarah dikalangan Kristen berpengaruh juga terhadap


Eusebius. Sebenarnya, tradisi penulisan sejarah Kristiani telah menunjukkan
pertentangan sejak zaman Yahudi.

Latar belakang konflik itulah yang mempengaruhi Eusebius dalam menulis


karyanya yang condong dan menempatkan gereja dalam konteks kekaisaran Romawi.
Sehingga, Eusebius merupakan bapak Sejarah Gerejani. Konflik yang dimaksud
diatas adalah konflik Eusebius dengan teman-temannya sesama pendeta yang
disebabkan karena adanya upaya Eusebius untuk mengkombinasikan tujuan sejarah
kristen yang tidak terlepas dari campur tangan Tuhan dengan kebudayaan Romawi-
Yunani yang sangat rasionalis dan humanis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa beberapa hal yang terkait dengan sejarawan
Eusebius dengan karya-karyanya adalah sebagai berikut:

1. Eusebius dalam menulis karya-karyanya khususnya tentang dua karya


sejarahnya yang sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Romawi, baik
yang terjadi sebelum ataupun selama dia hidup Pengalamannya terhadap
perburuan, pembunuhan, dan penyiksaan terhadap orang-orang Kristen serta
pertumbuhan gereja dengan berbagai hambatannya ingin diungkapkan untuk
mendapatkan makna kerohanian.
2. Dalam penulisannya, Eusebius sudah menggunakan metode kritis, meskipun
faktor agama dan keyakinan telah masuk dan sangat menentukan corak
penulisannya. Tujuan keinginannya adalah terciptanya era Kristiani dalam
suatu kejayaan, yang diyakini olehnya sebagai suatu kemenangan Kristiani
sebagai akibat pertolongan Tuhan.
3. Pengaruh filsafat Yunani tidak bisa dilepaskan dalam pemikiran Eusebius
yang ingin menempatkan gereja dalam konteks kekaisaran Romawi yang
abadi. Itulah sebabnya dia sangat mempertahankan pendapat dan prinsip-
prinsipnya. Meskipun harus berkonflik dengan rekan-rekannya terutama yang
menyangkut keyakinan terhadap eksistensi Ketuhanan Yesus Kristus.

OROSIUS
Orosius lahir di Propinsi Iberis, Romawi. Kehidupan awalanya memang tidak
banyak diketahui. Ia memasuki gereja sebagai pemuda setelah menerima apa yang
ditunjukan oleh tulisan-tulisannya sebagai pendidikan yang kuat baik dalam
kebudayaan klasik maupun agama Kristen. Tahun 414, Orosius melarikan diri dari
tanah airnya yang waktu itu diserbu oleh orang-orang Barbar, dan mencari
perlindungan di Afrika. Sekembalinya dari Hippo, Orosius, atas permintaan
Augustinus memulai karya besarnya The Seven Books of History Against the
Pagans (Peter Gay and Gerald J. Cavanaugh, 1972: 318-335). Tulisan itu selesai
tahun 418 dan banyak dipercaya bahwa Orosius meninggal tidak lama setelah
menyelesaikan pekerjaan itu.
Kita harus mengakui bahwa Orosius adalah tokoh penting dalam historiografi
bukan saja karena pendekatannya terhadap sejarah maupun sumbangan-
sumbangannya terhadap pengetahuan sejarah. Memang jika dikaji lebih dalam,
pendekatannya terhadap sejarah kurang, dan tambahannya terhadapa pengetahuan
sejarah sangat kurang, dan tambahannya terhadap pengetahuannya sangat sedikit.
Akan tetapi, sekali lagi seperti halnya Augustinus, ia penting karena kontribusinya
terhadap filsafat sejarah, filsafat Kristen yang meninggalkan konsepsi klasik
sejarah dan mengakarkan diri secara kuat pada teologi Alkitab dan Patristis.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Tak Ada Gading yang Tak Retak, peribahasa ini mewakili ketidaksempurnaan
makalah ini, penulis menyadari kekurangan yang ada maka penulis
mengharapkan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Edy Burhan. Historiografi Umum, Yogyakarta: Cipta Media, 2013.

Perry, Marvin. Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman Pencerahan
(Diterjemahkan oleh: Saut Pasaribu), Edisi kedua, Bantul: Kreasi Wacana, 2012.

Winarni, Retno. Sejarah Barat I: Dari Zaman klasik sampai Abad Pertengahan, Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 2013.

Anda mungkin juga menyukai