Makalah Fix
Makalah Fix
PEMBUKAAN
1.1 Latar Belakang
Keruntuhan Kekaisaran Romawi yang telah menguasai dan
mendominasi dalam segala aspek kehidupan (politik, sosial, ekonomi dan
budaya) selam berabad-abad di Eropa menyebabkan Eropa mulai memasuki
Abad Pertengahan atau Abad Kegelapan (dark ages). Pada zaman Abad
Pertengahan yang berlangsung dari Abad ke V sampai Abad ke XV dianggap
sebagai era yang statis, stagnan dalam keseragaman cultural yang tidak
mengalami perkembangan. Pada era ini juga merupakan era yang kurang kritis
dan faktual karena adanya upaya untuk melegitimasi ajaran agama Kristiani.
Pada era ini masyarakat Eropa hidup pada era feodal yang bermatapencaharian
berbasis agraris. Masyarakat Abad Pertengahan lebih menitikberatkan
pemikiran yang abstrak dan menghendaki hal-hal yang berhubungan dengan
ajaran-ajaran Kristiani.1
1 Edy Burhan Arifin, Historiografi Umum, (Yogyakarta: Cipta Media, 2013), hlm. 84
1.3.1.2 Mengetahui dan memahami pemikiran-pemikiran pada masa
Abad Pertengahan.
1.3.2 Manfaat
1.3.2.1 Semoga makalah ini dapat bermanfaat menjadi sumber
referensi tambahan bagi para penulis tentang historiografi abad
pertengahan dengan tokoh dan karya-karyanya.
BAB II
PEMBAHASAN
2 Retno Winarni, Sejarah Barat I: Dari Zaman klasik sampai Abad Pertengahan,
(Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2013), hlm. 53
3 Ibid., hlm. 54
harus di perhatikan. Pertama, Romawi runtuh bukan hanya karena peristiwa yang
terjadi dalam satu tahun saja (476), namun dilatarbelakangi adanya permasalahan
yang terjadi secara terus-menerus yang telah berlangsung ratusan tahun. Kedua,
yang mengalami keruntuhan adalah Romawi Barat saja, sedangkan Romawi
Timur masih bertahan sampai tahun 1453 M. Ketiga, tidak ada penjelasan tunggal
yang memadai untuk keruntuhannya, daya-daya yang berlipat ganda bekerja
secara berbarengan untuk keruntuhan itu.4
Alasan-alasan runtuhnya Romawi sebagai berikut:
1. Peran suku-suku Jermanik
Tekanan yang digunakan oleh bangsa-bangsa jerman di sepanjang perbatasan
yang sangat luas memperburuk masalah-masalah dalam Kekaisaran
Romawi. Serangan kaum barbar meninggalkan wilayah perbatasan dalam
kemiskinan dan kekosongan penduduk. Kekaisaran memaksakan pajak yang
tinggi dan penugasan kerja kepada warga negaranya untuk memperkuat
pasukan bersenjata, menyebabkan kelas menengah dan bawah terbebani dan
menimbulkan kebencian terhadap pemerintahan yang terlalu mengambil
banyak dari mereka.
2. Permasalahan Rohaniah
Kekecewaan rakyat jelata Romawi yang tidak dapat dibendung
membuat mereka apatis dan tidak mengacuhkan terhadap serangan yang
terjadi. Mereka pasrah dan menyerah, meskipun faktanya jumlah mereka
jauh melebihi kelompok barbar. Para aristokrat yang memiliki tanggung
jawab untuk melestarikan kebudayaan Greko-Romawi kosmopolitan
menjadi risau dan apatis, tidak lagi berminat pada kehidupan public. Mereka
mengurung diri di balik tembok perkebunan yang berbenteng dan tidak mau
membantu kekaisaran sedikitpun.
4 Marvin Perry, Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman Pencerahan
(Diterjemahkan oleh: Saut Pasaribu), (Edisi kedua, Bantul: Kreasi Wacana, 2012), Hlm. 158
3. Permasalahan politis dan militer
Administrasi dan Negara seolah telah menjadi musuh bagi rakyat
pada umumnya, khususnya kelas menengah ke bawah. Tuntutan dari
pemerintah yang tidak pernah merasa puas menyebabkan kesetiaan mereka
memudar. Selain itu, kualitas prajurit juga semakin merosot dan legiun-
legiun gagal mempertahankan perbatasan. Kesadaran akan pentingnya wajib
militer sangat minim. Sehingga untuk mengisi tempat-tempat kosong dalam
keprajuritan segera diisi oleh bangsa barbar. Sampai pada akhirnya baik dari
anggota legiun maupun perwira ditempati oleh suku barbar.
4. Permasalahan ekonomis
Penyebab keruntuhan yang lain adalah kemunduran populasi,
kegagalan mencapai terobosan di bidang teknologi, beban pajak yang berat
dan desentralisasi ekonomi yang memicu desentralisasi politik. Populasi
yang pada awalnya sekitar 70 juta selama Pax Romana menjadi 50 juta pada
masa Romawi Akhir.
Pertumbuhan industri, perkebunan berbenteng besar yang dimiliki para
aristokrat kaya juga memainkan peranan penting dalam desentralisasi
ekonomi. Dengan memproduksi secara ekslusif untuk pasar lokal,
perkebunan mendukung kemiskinan di pusat kota dengan mengurangi
ketersediaan jumlah pelanggan untuk membeli barang-barang yang dibuat di
kota. Kehidupan semakin menyedihkan, para pengrajin perkotaan dan petani
kecil mencari perlindungan kepada para tuan tanah. Perkembangan ini
menandakan kemerosotan peradaban kuno dan menandai Zaman
Pertengahan.
Pada abad pertengahan wilayah agama dan dunia terpisah total satu
dengan yang lainnya. Kerangka berpikir yang dominan pada abad
pertengahan dan tekanan kuat para elite gereja yang menganggap dirinya
pengawas tatanan yang menguasai dunia dan telah berakhir pada abad ke-15
dan kemudian disusul dengan zaman Renaisans (Renaisance).
6 Retno Winarni, Sejarah Barat I: Dari Zaman klasik sampai Abad Pertengahan,
(Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2013), hlm. 53
yang bernama Stilico yang merupakan sahabat dekat Theodosius. Ibukota dari
Romawi Timur (Byzantium) adalah Constatinopel dan Romawi Barat adalah
Roma.7
Untuk menganganalisis suatu perkembangan yang begitu monumental
tentang keruntuhan Romawi ada beberapa hal yang harus di perhatikan.
Pertama, Romawi runtuh bukan hanya karena peristiwa yang terjadi dalam
satu tahun saja (476), namun dilatarbelakangi adanya permasalahan yang
terjadi secara terus-menerus yang telah berlangsung ratusan tahun. Kedua,
yang mengalami keruntuhan adalah Romawi Barat saja, sedangkan Romawi
Timur masih bertahan sampai tahun 1453 M. Ketiga, tidak ada penjelasan
tunggal yang memadai untuk keruntuhannya, daya-daya yang berlipat ganda
bekerja secara berbarengan untuk keruntuhan itu.8 Alasan-alasan runtuhnya
Romawi sebagai berikut:
5. Peran suku-suku Jermanik
Tekanan yang digunakan oleh bangsa-bangsa jerman di sepanjang perbatasan
yang sangat luas memperburuk masalah-masalah dalam Kekaisaran
Romawi. Serangan kaum barbar meninggalkan wilayah perbatasan dalam
kemiskinan dan kekosongan penduduk. Kekaisaran memaksakan pajak yang
tinggi dan penugasan kerja kepada warga negaranya untuk memperkuat
pasukan bersenjata, menyebabkan kelas menengah dan bawah terbebani dan
menimbulkan kebencian terhadap pemerintahan yang terlalu mengambil
banyak dari mereka.
6. Permasalahan Rohaniah
Kekecewaan rakyat jelata Romawi yang tidak dapat dibendung
membuat mereka apatis dan tidak mengacuhkan terhadap serangan yang
terjadi. Mereka pasrah dan menyerah, meskipun faktanya jumlah mereka
jauh melebihi kelompok barbar. Para aristokrat yang memiliki tanggung
7 Ibid., hlm. 54
8 Marvin Perry, Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman Pencerahan
(Diterjemahkan oleh: Saut Pasaribu), (Edisi kedua, Bantul: Kreasi Wacana, 2012), Hlm. 158
jawab untuk melestarikan kebudayaan Greko-Romawi kosmopolitan
menjadi risau dan apatis, tidak lagi berminat pada kehidupan public. Mereka
mengurung diri di balik tembok perkebunan yang berbenteng dan tidak mau
membantu kekaisaran sedikitpun.
8. Permasalahan ekonomis
Penyebab keruntuhan yang lain adalah kemunduran populasi,
kegagalan mencapai terobosan di bidang teknologi, beban pajak yang berat
dan desentralisasi ekonomi yang memicu desentralisasi politik. Populasi
yang pada awalnya sekitar 70 juta selama Pax Romana menjadi 50 juta pada
masa Romawi Akhir.
Pertumbuhan industri, perkebunan berbenteng besar yang dimiliki
para aristokrat kaya juga memainkan peranan penting dalam desentralisasi
ekonomi. Dengan memproduksi secara ekslusif untuk pasar local,
perkebunan mendukung kemiskinan di pusat kota dengan mengurangi
ketersediaan jumlah pelanggan untuk membeli barang-barang yang dibuat di
kota. Kehidupan semakin menyedihkan, para pengrajin perkotaan dan petani
kecil mencari perlindungan kepada para tuan tanah. Perkembangan ini
menandakan kemerosotan peradaban kuno dan menandai Zaman
Pertengahan.
2.1 Tokoh Historiografi pada Masa Abad Pertengahan dan Karyanya
2.3.1 Gregory of Tours
Gregory of Tours adalah seorang uskup dan sejarawan Perancis yang
tidak asing lagi namanya bagi para sejarawan. Ketenarannya disebabkan
perannya di Gereja sebagai uskup, sehingga ia dapat bergaul dengan banyak
peziarah yang datang mengunjungi St. Martin. Di samping itu, ia
menghasilkan karya sejarah pada zaman awal Abad Pertengahan. Latar
belakang kehidupannya banyak dipengaruhi oleh dunia gereja, meskipun pada
masa itu telah terjadi perubahan-perubahan besar di bidang sosial, ekomoni,
dan politik. Pada masa itu, kekaisaran merupakan satu-satunya kesatuan
politik yang berarti dan gereja menjadi suatu lembaga sosial yang otonom.
Pada awal abad Pertengahan ini terjadi keruntuhan institusi-institusi kerajaan
Roma pindah ke timur di propinsi sebelah barat tidak Nampak kekuasaan
kekaisaran gereja Roma yang terpisah dari gereja Konstatinopel karena
persoalan pemujaan patung telah menjadi gereja Eropa Barat dan arena
kemurtadan raja-raja Lombardia, uskup Roma mengadakan persekutuan
dengan kerajaan Franka, sehingga Paus telah menjadikan dirinya sebagai
pemimpin duniawi di Italia. Oleh karena itu, sewajarnya apabila Gregory of
Tours menulis History of the Franks yang memfokuskan pada invasi bangsa
Franka.
Gregory of Tours merupakan seorang paus dan sejarawan dapatkah
menulis sejarah secara netral, teliti dan akurat. Dalam makalah ini akan di
ungkap hasil karya pemikirannya.
Riwayat Hidup
Gregory of Tours lahir di Averni (sekarang Clemont Ferrand) Perancis pada
tanggal 30 November 538. Ia memiliki nama asli Georgius florentius, tetapi ia
dipanggil Gregory sepeninggal kakeknya (seorang uskup dari Langers)
beberapa anggota keluarga memegang jabatan dalam gereja, demikian pula ia
mendapat pendidikan tentang keagamaan, sehingga mengantar kehidupannya
menjadi seorang Paus. Ia mempelajari kitab suci (Bible), Sulpicius Saverus
dan beberapa Santo, literature Patristik dan Teologi.dalam usia 25 tahun ia
ditasbihkan menjadi seorang diakon. Pada tahun 573 ketika sepupunya yang
bernama Euphronius yang menjabat Uskup di Tours meninggal, ia diangkat
sebagai uskup untuk menggantikannya.
Munculnya perang, kematian raja atau lahirnya ahli waris, badai yang keras
atau berjangkitnya wabah, semua itu memiliki pengertian yang lebih
manusiawi dan alamiah. Dari kejadian itu, Gregory mencari isyarat dan
petunjuk Tuhan. Menurut Gregory, agama Kristen menjadi satu-satunya
agama yang dapat mendukung konsep Kontinuitas antara masa lampau,
sekarang dan masa yang akan datang. Segala peristiwa yang terjadi
menurutnya adalah takdir tuhan, yang merupakan konsep untuk memahami
suatu kekuatan di belakang semua peristiwa dalam Saeculum dan untuk
memahami segala peristiwa yang terjadi.
Runtuhnya kerajaan Roma mengakibatkan keingintahuan orang-orang tentang
rencana tuhan bagi peristiwa-peristiwa yang dialami manusia. Oleh karena itu,
mereka mempelajari tanda-tanda, ramalan, kronologi dan interpretasi
keajaiban-keajaiban agar menemukan jawaban. Bagi sejarawan, keajaiban
merupakan saksi akan kekuatan tuhan.
4. Karya-karya Augustine
Tahun 386 : De Beata Vita (On the Happy Life), De Ordine (On
Order)
Tahun 387 : De Imortalitate Animae (On te Immortality of the
Soul), Soliloquies (Monologue)
Tahun 389 : De Magistro (Concerning the Teacher), De Vera
Religione (On True Religion)
Tahun 395 : De Libero Arbitrio (On Free Will)
Tahun 401 : Confessiones (Confesions)
Tahun 427 : De Civitate Dei (The City of God)
2.3.3 Eusebius
Pada tahun 314 M, Eusibius ditasbihkan sebagai Uskup Caesarea. Pada tahun
325, dia diperbantukan dalam Dewan Nicaea. Eusebius merupakan tokoh yang
berperanan penting dalam meredam kontroversi teologi yang tajam, yang mengancam
gereja. Pada waktu yang bersamaan Eusebius beraliansi dan menjadi penasehat
pengkristenan Kaisar Constantine. Persahabatan dengan Constantie itu terus dibina
sampai Constantie meninggal tahun 337 M. Eusebius sendiri meninggal tahun 339 M.
Secara umum karya Eusebius berangkat dari suatu keyakinan dan keinginan
kerohanian yang didasarkan atas pengalaman-pengalamannya serta cita-cita
kekristenannya. Dua karya Eusebius yang tebesar dalam sumbangannya kepada
sejarah yang sekaligus mengenai sejarah adalah The Chronicle (303 M) dan The
History of the Church atau sering disebut The Ecclessiastical History (311 M) yang
kemudian ditinjau kembali dan diedit pada tahun 325 M.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa beberapa hal yang terkait dengan sejarawan
Eusebius dengan karya-karyanya adalah sebagai berikut:
OROSIUS
Orosius lahir di Propinsi Iberis, Romawi. Kehidupan awalanya memang tidak
banyak diketahui. Ia memasuki gereja sebagai pemuda setelah menerima apa yang
ditunjukan oleh tulisan-tulisannya sebagai pendidikan yang kuat baik dalam
kebudayaan klasik maupun agama Kristen. Tahun 414, Orosius melarikan diri dari
tanah airnya yang waktu itu diserbu oleh orang-orang Barbar, dan mencari
perlindungan di Afrika. Sekembalinya dari Hippo, Orosius, atas permintaan
Augustinus memulai karya besarnya The Seven Books of History Against the
Pagans (Peter Gay and Gerald J. Cavanaugh, 1972: 318-335). Tulisan itu selesai
tahun 418 dan banyak dipercaya bahwa Orosius meninggal tidak lama setelah
menyelesaikan pekerjaan itu.
Kita harus mengakui bahwa Orosius adalah tokoh penting dalam historiografi
bukan saja karena pendekatannya terhadap sejarah maupun sumbangan-
sumbangannya terhadap pengetahuan sejarah. Memang jika dikaji lebih dalam,
pendekatannya terhadap sejarah kurang, dan tambahannya terhadapa pengetahuan
sejarah sangat kurang, dan tambahannya terhadap pengetahuannya sangat sedikit.
Akan tetapi, sekali lagi seperti halnya Augustinus, ia penting karena kontribusinya
terhadap filsafat sejarah, filsafat Kristen yang meninggalkan konsepsi klasik
sejarah dan mengakarkan diri secara kuat pada teologi Alkitab dan Patristis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Tak Ada Gading yang Tak Retak, peribahasa ini mewakili ketidaksempurnaan
makalah ini, penulis menyadari kekurangan yang ada maka penulis
mengharapkan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Perry, Marvin. Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman Pencerahan
(Diterjemahkan oleh: Saut Pasaribu), Edisi kedua, Bantul: Kreasi Wacana, 2012.
Winarni, Retno. Sejarah Barat I: Dari Zaman klasik sampai Abad Pertengahan, Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 2013.