Produksi Bersih Industri Gula PDF
Produksi Bersih Industri Gula PDF
INDUSTRI GULA
DIKERJAKAN OLEH:
CHAIRANI SEVIANI
ICI SISKA DEWI
DHIA DARIN SILFI
RIRI DWI H. W.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi gula pada industri gula
2. Untuk mengetahui bagaimana teknologi bersih yang dapat diterapkan pada industri
gula
3. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan produksi bersih pada industri gula
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.2 Konsep Penerapan Produksi Bersih
Konsep produksi bersih memiliki 4 prisip dasar, yaitu:
1. Prinsip kehati-hatian, tanggung jawab yang utuh dari produsen agar tidak menimbulkan
dampak yang merugikan sekecil apapun.
2. Prinsip pencegahan, penting untuk memahami siklus hidup produk dari pemilihan bahan
baku hingga terbentuknya limbah.
3. Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan
konsumsi.
4. Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan
dan konsumsi sebagi satu daur yang tidak dapat dipisahkan.
Manfaat ekonomi dari berkurangnya limbah yang harus dikelola merupakan pemikat
yang dapat dihitung secara nyata dalam bentuk biaya pengendalian pencemaran dan biaya
manajemen. Melalui upaya pencegahan pencemaran, penghematan biaya pengelolaan limbah
dapat dicapai. Penghematan dapat dilakukan terhadap sejumlah biaya yang dikelompokkan
sebagai berikut.
1. biaya penanganan dan pengelolaan di dalam pabrik
2. biaya transportasi dan pemusnahan di luar pabrik
3. biaya administrasi dan pencatatan (Djajadiningrat, 1999).
3
Upaya pencegahan pencemaran melalui produksi bersih tidak saja akan membantu
kalangan industri meningkatkan keuntungan dari berkurangnya biaya untuk menangani
limbah, tetapi juga memberikan keuntungan dari segi peningkatan efisiensi produksi.
Produksi bersih dapat membantu mewujudkan industri berwawasan lingkungan.
4
BAB III
PEMBAHASAN
Tebu 100%
STASIUN
Air Kondensat 62-64%
PENGUAPAN
Nira kental 22-26%
STASIUN
MASAKAN
(KRISTALISASI) Air Kondensat 13-16%
Masecuite 40-44%
STASIUN
Sirup 31-35% Tetes 4-5%
SENTRIFUGASI
Gula Produk SHS 6-8%
STASIUN GUDANG
PEMBUNGKUSAN
5
Menurut Moerdokusumo (1993), proses pengolahan tebu untuk menghasilkan gula
Kristal putih terdiri dari unit operasi penggilingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan
sentrifuse.
1. Stasiun Gilingan
Stasiun gilingan bertujuan untuk mengekstrak nira yang terkandung di dalam tebu
semaksimal mungkin sehingga hanya sedikit jumlah gula yang terikut dalam ampas.
Terdapat beberapa tahap penggilingan ampas, pada tahapp akhir penggilingan diberikan
air imbibisi suhu 60oC dengan tujuan untuk melarutkan sisa nira yang masih terdapat
dalam ampas tebu. Ampas yang dihasilkan kemudian dibawa ke stasiun ketel. Effluent
dari stasiun gilingan yaitu nira mentah sebanya 87-94%.
2. Stasiun pemurnian
Stasiun pemurnian atau stasiun purifikasi adalah stasiun yang bertujuan untuk
memisahkan kotoran seperti partikel kasar (pasir dan ampas yang masih terbawa
mikroorganisme dalam nira mentah), partikel koloid seperti non-suspendes sugar dan
partikel terlarut (misalnya desinfektan yang ikut terbawa dari stasiun penggilingan)
dalam nira mentah sebanyak mungkin dengan cara yang efektif. Dalam memproduksi
gula pasir khususnya pada stasiun pemurnian nira, diperlukan adanya bahan pembantu
yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan memperlancar jalannya proses
produksi gula. Bahan pembantu yang digunakan adalah beberapa zat kimia, yaitu:
a. Susu kapur (Ca(OH)2), adalah bahan pembantu yang berfungsi untuk menetralkan
nira, mencegah terbentuknya inverse gula, dan membentuk endapan kotoran dalam
nira.
b. Belerang, adalah bahan pembantu yang digunakan pada unit operasi purifikasi.
Belerang digunakan dalam bentuk sulfit yang bertujuan untuk menetralisir kelebihan
susu kapur dan menyerap atau menghilangkan zat warna pada nira.
Produk samping yang digunakan dari proses ini ialah blotong yang dibawa ke Stasiun
Ketel. Nira encer sebagai effluent dari stasiun pemurnian kemudian diolah ke proses
berikutnya.
3. Stasiun penguapan
Adalah stasiun yang bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang terdapat
pada nira jernih (nira encer) dari stasiun pemurnian sehingga dihasilkan nira kental. Nira
encer dari stasiun pemurnian masih mengandung air sekitar 80-85%. Hasil samping dari
proses penguapan ini adalah air (kondensat) yang dimanfaatkan sebagai air umpan di
stasiun ketel. Dari proses ini dihasilkan nira kental 22-26%.
6
4. Stasiun masakan (kristalisasi)
Adalah stasiun yang bertujuan untuk mengkristalkan nira kental sehingga
didapatkan ukuran kristal gula sesuai dengan yang diinginkan. Secara umum proses
kristalisasi melewati 3 tahapan, yaitu pembuatan gula bibitan, pembesaran Kristal gula,
dan kristalisasi sempurna. Dalam proses ini diperoleh larutan Kristal gula yang disebut
masecuite serta diperoleh hasil samping berupa ir kondensat yang dimanfaatkan sebagai
air umpan di stasiun ketel.
5. Stasiun sentrifugasi
Pada stasiun ini dilakukan proses pemutaran masecuite yang bertujuan
memisahkan Kristal gula dari larutan (sirupnya). Pada proses ini akan diperoleh gul
aproduk SHS dan hasil samping berupa tetes.
6. Stasiun pembungkusan
Proses pembungkusan bertujuan untuk memberikan perlakuan terakhir pada gula
sebelum digudangkan.
7. Stasiun ketel
Di stasiun ketel dilakukan proses pemanasan air kondensat sampai mendidih
(menguap) yang bertujuan menghasilkan uap pada tekanan tertentu. Ketel berfungsi
untuk menguapkan air dengan tekanan tertentu dan dimanfaatkan untuk menghasilkan
listrik tenaga uap. Bahan bakar ketel diambil dari sisa stasiun gilingan yaitu berupa
ampas tebu dan blotong.
8
Kelebihan ampas dari stasiun gilingan akan ditumpuk di bagasse house setinggi
2.5 meter. Ampas dari gudang ini akan digunakan untuk bahan bakar pada awal masa
giling untuk periode berikutnya. Ampas ini juga dipakai untuk menjaga kebersihan
pabrik yaitu untuk mengepel lantai, seperti lantai laboratorium dan sebagainya.
B. Blotong
Blotong merupakan hasil samping dari proses penjernihan yang merupakan
endapan dari sekumpulan kotoran nira, karena blotong adalah bahan organik yang
dapat mengalami perubahan secara alami, maka bau yang ditimbulkannya pun
kurang enak. Blotong merupakan endapan kapur yang mengadsorbsi bahan-bahan
non-gula dalam nira kotor, sehingga blotong banyak mengandung senyawa-
senyawa nira kotor. Secara fisik blotong merupakan gumpalan-gumpalan tipis
berwarna cokelat dan berbau kurang sedap. Blotong terdiri dari kalsium posphat
dari hasil proses defekasi, kalsium sulfit dari hasil sulfitasi, ampas halus dan
sebagainya.
Pemanfaatan blotong digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk organik
(kompos). Blotong yang dimanfaatkan sebagai biokompos menyebabkan
pertumbuhan yang cukup baik pada tanaman batang tebu, karena dapat meningkatkan
rendemen produk dan efisiensi penyerapan unsur hara dari pupuk.
Sejauh ini, kompos ini hanya diperuntukkan sawah milik pabrik dan belum
dipasarkan ke petani bebas karena kapasitas produk (kompos) yang dihasilkan masih
belum mencukupi untuk dipasarkan kepada umum.
C. Abu Ketel
Abu ketel adalah produk samping yang dihasilkan dari ketel atau boiler.
Pabrik menggunakan abu ketel sebagai campuran pupuk kompos. Kompos ini
merupakan pupuk organik yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah
sekaligus decomposer pupuk anorganik, sehingga menjadi bahan atau unsur hara yang
siap digunakan oleh tanaman.
Abu ketel berasal pada saat proses pembakaran yang terjadi pada stasiun
boiler yang bahan bakarnya berasal dari ampas tebu yang berasal dari proses
penggilingan.
9
D. Tetes (Molasses)
Tetes dihasilkan dari stasiun sentrifugasi yaitu hasil sentrifugasi dari gula. Tetes
yang dihasilkan ini ditampung ke tangki penampungan. Dari stasiun sentrifugasi,
molasses dialirkan ke tangki yang terdapat di luar pabrik. Tetes ini dapat dijual ke
perusahaan lain untuk digunakan sebagai tambahan pakan ternak.
10
Penurunan kadar CaO dalam nira jernih sangat diharapkan mengingat penurunan
kadar CaO akan menekan pembentukan kerak pada pipa evaporator. Pembentukan
kerak akan berdampak negatif terhadap efisiensi penggunaan energi, pembiayaan dan
kapasitas produksi. Selain itu, pemakaian CaO yang tinggi selain menimbulkan kerusakan
sakarosa, juga menimbulkan pelarutan kembali bahan kotoran yang telah menggumpal.
Adanya pH yang tinggi juga menyebabkan kerusakan gula pereduksi yang menyebabkan
warna nira keruh kecokelatan. Kerusakan ini akibat terdekomposisinya sakarosa sehingga
gula pereduksi akan terurai menjadi asam. Penguraian ini disebabkan adanya ion OH-
bebas (Indeswari, 1986).
11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. proses pengolahan tebu untuk menghasilkan gula Kristal putih terdiri dari unit operasi
penggilingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan sentrifuse.
- Stasiun Gilingan bertujuan untuk mengekstrak nira yang terkandung di dalam tebu
semaksimal mungkin sehingga hanya sedikit jumlah gula yang terikut dalam ampas..
- Stasiun pemurnian bertujuan untuk memisahkan kotoran seperti partikel kasar
(pasir dan ampas yang masih terbawa mikroorganisme dalam nira mentah), partikel
koloid seperti non-suspendes sugar dan partikel terlarut (misalnya desinfektan yang
ikut terbawa dari stasiun penggilingan) dalam nira mentah sebanyak mungkin dengan
cara yang efektif.
- Stasiun penguapan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang terdapat pada
nira jernih (nira encer) dari stasiun pemurnian sehingga dihasilkan nira kental.
- Stasiun masakan (kristalisasi) bertujuan untuk mengkristalkan nira kental sehingga
didapatkan ukuran kristal gula sesuai dengan yang diinginkan.
- Stasiun sentrifugasi bertujuan memisahkan Kristal gula dari larutan (sirupnya). Pada
proses ini akan diperoleh gul aproduk SHS dan hasil samping berupa tetes.
- Stasiun pembungkusan bertujuan untuk memberikan perlakuan terakhir pada gula
sebelum digudangkan.
- Stasiun ketel, Di stasiun ketel dilakukan proses pemanasan air kondensat sampai
mendidih (menguap) yang bertujuan menghasilkan uap pada tekanan tertentu. Ketel
berfungsi untuk menguapkan air dengan tekanan tertentu dan dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik tenaga uap.
2. Adapun upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam menerapkan produksi bersih,
antara lain:
- Melakukan pengolahan limbah cair, padat, dan gas..
- Melakukan upaya reuse seperti menggunakan kembali air hasil akhir pengelolaa
limbah, pengambilan tebu yang tercecer di emplacement untuk bahan bakar pada
stasiun ketel,.
- Melakukan upaya irecycle seperti menjual ampas tebu dari stasiun gilingan kepada
perusahaan-perusahaan kertas, mengolah abu ketel dan blotong sebagi biokompos,
12
- Melakukan pengurangan pada sumber, seperti merubah bahan input Tripple Super
Phospat (TSP) menjadi asam pospat cair (P2O5) yang lebih ekonomis.
- Modifikasi peralatan yang dilakukan oleh perusahaan dapat memperlancar proses
produksi.
3. Manfaat dari produksi bersih yang dilakukan pada industri gula, antara lain:
- Meminimalisir jumlah limbah yang diolah pada instalasi pengolahan air limbah
- Menghasilkan produk sampingan yang bermanfaat
5.2 SARAN
Sebaiknya pada semua industri diterapkan produksi bersih agar kualitas dan
kebersihan produk serta pengolahan limbah lebih maksimal. Peran serta pemerintah juga
diharapkan dalam mendorong dan mengawasi proses produksi industri untuk mewujudkan
teknologi bersih pada setiap industri.
13
DAFTAR PUSTAKA
14