Anda di halaman 1dari 5

Teori Tentang Kesadaran

Hasil penelitian teoretik tentang kesadaran lingkungan hidup dari Neolaka (2008 :

18), menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu, dalam

hal ini terhadap lingkungan hidup, dan dapat terlihat pada perilaku dan tindakan masing-

masing individu.

Menurut Joseph Murphy (1988) dalam Amos Neolaka (2008 : 18) kesadaran ialah

siuman atau sadar akan tingkah lakunya, yaitu pikiran sadar yang mengatur akal dan dapat

menentukan pilihan terhadap yang diingini misalnya baik-buruk, indah-jelek dan sebagainya

Sigmund Freud yang dikutip Monowito ( 1985), menyatakan bahwa keadaan manusia

dalam sadar itu dapat dinamakan kesadaran, atau dapat dibalik bahwa kesadaran ialah

keadaan manusia dalam sadar/siuman. Dan manusia dalam sadar itu dapat menginsyafi

kesadarannya. Untuk menginsyafi kesadarannya maka : pertama, ia menyadari diri sendiri,

dan kedua, ia menyadari dunia luar. Selanjutnya ia menyadari ruang dan waktu. la

menginsyafi di manakah ia berada dan di waktu yang manakah ia berada di situ? Kecakapan

menyadari ruang dan waktu menyebabkan seseorang berorientasi ke dunia luar, meninjau

keadaan di sekitarnya. Adapun manusia dalam sadar itu dapat mempergunakan alat jiwanya

apabila ia waras, normal, serta jiwanya tidak dipusatkan pada suatu hal yang meliputi seluruh

perhatiannya, demikianlah manusia dalam sadar.

Buletin Para Navigator (1988) dalam Neolaka (2008 : 19) menyatakan bahwa

kesadaran adalah modal utama bagi setiap orang yang ingin maju. Secara garis besar sadar itu

dapat diukur dari beberapa aspek, antara lain: kemampuan membuka mata dan menafsirkan

apa yang dilihat, kemampuan aktivitas, dan kemampuan berbicara. Jika Seseorang mampu

melakukan ketiga aspek di atas secara terintegrasi maka dialah yang disebut dengan sadar.
Dari segi lain kesadaran adalah adanya hak dan kemampuan kita untuk menolak melakukan

keinginan orang lain atau sesuatu yang diketahui buruk/tidak bermanfaat bagi dirinya.

Dari teori-teori di atas dapat diberikan pengertian seperti berikut ini. Pertama,

kesadaran ialah pengetahuan. Sadar sama dengan tahu. Pengetahuan tentang hal yang nyata,

konkret, dimaksudkan adalah pengetahuan yang mendalam (menggugah jiwa), tahu sungguh-

sungguh, dan tidak salah. Tidak asal mengetahui/tahu, sebab banyak orang tahu pentingnya

lingkungan hidup tetapi belum tentu sadar karena tindakan/perilaku merusak

lingkungan/tidak mendukung terciptanya kelestarian lingkungan hidup. Kedua, kesadaran

adalah bagian dari sikap atau perilaku. Pengertian kesadaran yang ada sebagian dari sikap

menjadi benar jika sikap/perilaku yang ditunjukkannya terus bertambah dan menjadi sifat

hidupnya.

Kesadaran memang mahal, namun manfaat dan maslahatnya perlu dihitung. Disini

program pendidikan dapat mnjadi jembatan pelaksanaan aktivitas lingkungan. Secara umum

hal itu perlu dipahami dan menjadi program baik bagi pemerintah maupun pelaksana dalam

bidang pendidikan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN LINGKUNGAN

A. Faktor Ketidaktahuan

Ke-tidak-tahu-an adalah berlawanan dengan ke-tahu-an. Keduanya memiliki satu kata

dasar yang sama yaitu tahu. Tahu bermain piano, tahu bermain gitar, tahu bermain orgen.

Pengetahuan bermain piano, gitar, dan orgen adalah merupakan seni. Artinya kata tahu,

bila diberi awalan peng dan akhiran an menjadi pengetahuan. Dalam filsafat, seni,

agama, dan ilmu adalah pengetahuan. Menurut Suriasumantri (1987) dalam Amos Neolaka

(2008 : 41) pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, rasa ingin tahu
merupakan sarana untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin. Pada pengkajian

teori kesadaran Husserl menyatakan bahwa kesadaran adalah pengetahuan/pikiran sadar.

Poedjawijatna juga menyatakan bahwa sadar dan tahu itu sama (sadar = tahu). Jadi apabila

kita berbicara tenang ketidaktahuan maka hal itu juga berarti membicarakan ketidaksadaran.

Ketidaktahuan kepada lingkungan menyebabkan ketidaksadaran pada lingkungan

hidup. Hal ini dapat memberi penjelasan pula bahwa ketidaktahuan pada lingkungan hidup

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran lingkungan.

B. Faktor Kemiskinan

Kemiskipan berasal dari kata miskin yang diberi awalan ke dan akhiran an.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017), pengertian kata miskin adalah tidak

berharta, serba kekurangan. Sedangkan pengertian kemiskinan adalah perihal miskin,

kemelaratan, kepapaan. Kemiskinan adalah keadaan ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimum.

Menurut Ismail Arianto, dkk. (1988), dalam buku: Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa: kemiskinan merupakan salah satu masalah yang paling

berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial. Masalah sosial adalah suatu keadaan yang

terjelma di mana masyarakat merasakan adanya ancaman yang menyangkut banyak orang.

Masalah sosial yang bersumber dari kemiskinan atau kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan

pokok, sering tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dengan faktor lain.

C. Faktor Kemanusiaan
Kemanusiaan berasal dari kata dasar manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2017), manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk

lain), sebagai lawan dari binatang yang tidak berakal. Bila ditambah awalan ke dan akhiran

an menjadi kata kemanusiaan, artinya sifat-sifat manusia atau secara manusia.

Soedjiran Reksosoedarmo (1985) dan kawan-kawan dalam bukunya Pengantar

Ekologi, menyatakan bahwa: manusia adalah sejenis makhluk hidup, karena itu manusia juga

berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, ia juga

mengusahakan sumber daya alam lingkungannya untuk mempertahankan keturunannya, dan

sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia bersama dengan lingkungan

hidupnya merupakan suatu ekosistem. Di dalam kesatuan ekosistem, kedudukan manusia

adalah sebagai bagian dari unsur-unsur lain yang tidak mungkin terpisahkan. Karena itu

seperti dengan organisme lain, kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada kelestarian

ekosistemnya. Untuk menjaga terjaminnya kelestarian ekosistem, faktor manusia adalah

sangat dominan. Manusia harus dapat menjaga keserasian hubungan timbal-balik antara

manusia dengan lingkungannya, sehingga keseimbangan ekosistem tidak terganggu.

D. Faktor Gaya Hidup

Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan teknologi informasi serta

komunikasi yang sangat cepat, sudah tentu berpengaruh pula terhadap gaya hidup manusia.

Perubahan gaya hidup ini adalah sesuatu yang wajar apabila Iptek yang diserapnya

memberikan perubahan ke arah yang positif dan diterima oleh lingkungan di mana

individu/manusia itu berada. Namun, hendaknya sebagai manusia yang selalu dipengaruhi

oleh Iptek dan teknologi informasi serta komunikasi perlu memiliki kebijakan dan kearifan

dalam menghadapi kecanggihan Iptek dan teknologi informasi itu.


Gaya hidup yang dapat memperparah rusaknya lingkungan hidup yaitu: (1) Gaya

hidup yang menekankan pada kenikmatan, foya-foya, berpesta pora (hedoisme); (2) Gaya

hidup yang mementingkan materi (materialisme); (3) Gaya hidup yang konsumtif

(konsumerisme) (4) Gaya hidup sekuler atau yang mengutamakan keduniaan (sekularisme);

(5) Gaya hidup yang mementingkan diri sendiri (individualisme);

Anda mungkin juga menyukai