Anda di halaman 1dari 6

Jenis tanaman ganja dibedakan menjadi 2, yaitu Cannabis Indica dan Cannabis Sative.

Perbedaan
antara jenis Cannabis Indica dan Cannabis Sativa :1

Jenis SATIVA

Sativas hanya tentang kebalikan dari Indicas. Tanaman ini tumbuh tinggi, tanaman kurus, dengan
daun lebih kurus dan menumbuhkan daun yang lebih ringan dalam warna hijau. Mereka tumbuh
sangat cepat dan dapat mencapai ketinggian 20 kaki dalam sekali musim panen. Mereka awalnya
berasal dari Kolombia, Meksiko, Thailand dan Asia Tenggara.

Setelah musim berbunga telah dimulai, ditunggu dalam 10-16 minggu untuk sepenuhnya matang
dan siap panen. Rasa berkisar dari sederhana untuk manis dan fruity. Sativa THC lebih tinggi
dari CBD, jenis tumbuhan yang melonjak tinggi, lebih energik yang dapat merangsang aktivitas
otak dan dapat menghasilkan halusinasi yang sangat tinggi.

Sativa merupakan tanaman lebih tinggi, memakan waktu lebih lama untuk matang, memiliki
klorofil dan aksesori pigmen kurang (pigmen aksesori melindungi tanaman dari sinar matahari
yang berlebihan). Seperti jenis Sativa memiliki klorofil kurang dari Indica mereka memakan
waktu lebih lama untuk tumbuh, dewasa, dan membutuhkan lebih banyak cahaya.

Sativa biasanya memakan waktu lebih lama untuk berkecambah dan juga masa untuk bunga, dan
tumbuh lebih kurus kemudian melahirkan Indica. Yield biasanya lebih rendah dari Indica, tetapi
sangat ampuh. Thailand Sativa tumbuh lebih tinggi dan memiliki waktu yang lebih lama
berbunga, sehingga mereka lebih cocok untuk luar ruangan.

Indica awalnya berasal dari hash produksi negara di dunia seperti Afghanistan, Maroko, dan
Tibet. Mereka adalah tanaman padat pendek, dengan daun luas dan sering tumbuh hijau
gelap.Setelah mulai berbunga mereka akan jatuh tempo dalam 6 sampai 8 minggu.

Tunas akan tebal dan padat, dengan rasa dan aroma mulai dari sigung tajam untuk manis dan
fruity. Asap dari indica umumnya merupakan tipe tubuh batu (padat dan tebal), ringan dan santai.
lebih tinggi CBD Indica dari THC, jenis dosisnya lebih tinggi. tanaman Indica memiliki akar
yang kuat, dosis tinggi yang santai dan bisa membantu masalah medis yang berbeda.

Jenis Indica.

Indica hasil biasanya lebih tinggi daripada Sativa, dan lebih pendek musim tanam. Yang lebih
baik untuk tumbuh dalam ruangan, karena mereka tidak mendapatkan tinggi.

Indica tanaman pendek, lebat, cepat dewasa, memiliki lebih klorofil dan kurang aksesori pigmen
(pigmen aksesori melindungi tanaman dari sinar matahari yang berlebihan). Seperti Indica
memiliki klorofil lebih dari sativa mereka tumbuh dan matang lebih cepat.

Menggabungkan indicas berbeda, sativas berbeda atau gabungannya menciptakan hibrida. Strain
hibrida yang dihasilkan akan tumbuh, matang dan menghasilkan jenis persilangan yang asapnya
bercampur dalam hubungan dengan indica / sativa. persentase mereka akhirnya mengandung
lebih banyak turunan-turunan baru dalam dunia ganja. bahkan para petani ganja juga
menyilangkan jenis-jenis hibrida untuk menghasilkan jenis yang lebih kuat.

Sehingga dewasa ini banyak sekali dari jenis jenis mereka yang memiliki aroma dan rasa. seperti
rasa buah-buahan segar dan bahkan rasa mint. Dan strain "sensimilla" adalah jenis yang paling
diminati oleh para petani ganja. Karena tidak memiliki biji dan masih mengandung citarasa alami
ganja.

Sedangkan seperti jenis marijuana yang tumbuh di Aceh, itu adalah merupakan hibrida paling
alami didunia yang masih memiliki sifat asli dari kedua jenis yakni sativa dan indica.
SYNTHETIC CANNABINOID

Synthetic cannabinoid, masih banyak orang yang belum tahu asal mula peredaran zat ini dan
mengapa orang menggunakan zat ini. Namanya muncul belakangan ketika di publik ramai
diberitakan bahwa synthetic cannabinoid ini terkandung di dalam tembakau merk Gorilla dan
herbal blend dengan merk Good Shit yang populer sebelumnya. Berikut adalah gambar
tembakau gorilla dan herbal blend good shit:

Gambar 2. Herbal blend merk Good shit Gambar 1. Tembakau merk Gorilla

Pengakuan dari beberapa pemakainya bahwa penggunaan zat ini akan membuat pemakainya
diam sesaat tak bergerak seperti kaku namun kemudian jika berlanjut akan membuat pemakainya
mengalami halusinasi dan tremor atau gemetaran. Efek yang dirasakan tidak lama hanya
beberapa menit saja namun pemakainya seperti sudah lama tidak sadar terhadap sekelilingnya.
Sintetik cannabinoid berbentuk serbuk yang efeknya sama dengan penggunaan ganja karena
menempati reseptor di tubuh sama dengan penggunaan ganja. Serbuk synthetic Cannabinoid ini
umumnya disemprotkan pada sampel herbal atau bahan lain kemudian dikeringkan dan dikemas
menjadi kemasan herbal ataupun rokok.

Sintetik cannabinoid pada mulanya disintesa oleh seorang doktor di bidang kimia organik yang
bernama Jhon W. Huffman yang merupakan seorang ahli riset dari universitas Clemson di
Amerika. Jhon W. Huffman dan ti1mnya pada tahun 1990-an telah berhasil mensintesa sekitar
20-an jenis sintetik cannabinoid. Latar belakang penelitiannya adalah pencarian terhadap obat-
obatan sintetis yang mampu menyembuhkan penyakit multisklerosis, pereda nyeri pada pasien
HIV/AIDS maupun pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Ia dan timnya sama sekali tidak
menduga hasil risetnya ini ternyata sekarang banyak disalahgunakan sebagai narkoba yang
berbahaya bagi pemakainya. Bahkan ia sangat terganggu dengan para pecandunya dan
menganggap mereka bodoh secara sembarangan menggunakan zat tersebut.

Hasil risetnya bersama tim juga telah menginisiasi para ahli farmasi di universitas-universitas
dan industri farmasi untuk melakukan riset sejenis terhadap zat synthetic cannabinoid ini
sehingga banyak bermunculan seri-seri synthetic cannabinoid yang penamaannya bukan hanya
dari nama pembuatnya namun juga berasal dari nama universitas yang melakukan riset, industri
farmasi bahkan dari nama girl band ataupun nama mesin roket untuk mengidentifikasinya.
Sebagai contoh zat synthetic cannabinoid dengan nama JWH-018, JWH-073, JWH-398, JWH-
015, JWH-122, JWH-210, JWH-081, JWH-200, JWH-250, JWH-251 yang merupakan dari
singkatan nama pembuatnya yaitu Jhon W. Huffman. Atau juga HU-210 yang merupakan
singkatan dari Hebrew University. Kemudian AM-906, AM-411, AM-4030, AM-694 yang
merupakan singkatan dari Alexandros Makriyannis. CP-47,CP-497-C8, CP-55, CP-940, CP-55,
CP-244 dari Pfizer , WIN-55,212 dari singkatan Sterling Winthrop, RSC-4 singkatan dari
research chemical supply, AKB-Fluoro 48 dari girl band terkenal di Jepang, XLR-11 dari nama
mesin roket. UNODC sendiri dalam bukunya The Challenge of New Psychoactive Substances
telah mempubilkasikan 60 jenis synthetic cannabinoid dan di Indonesia saat ini sudah beredar 8
jenis syntehtic cannabinoid yaitu JWH-018, XLR-11, 5-fluoro AKB 48, MAM-2201, FUB-144,
AB-Chminaca, AB-Fubinaca dan CB-13.2

Peredaran synthetic cannabinoid di Indonesia umumnya dijual secara ilegal dalam bentuk daun-
daunan/sampel herbal yang dikemas dalam kemasan menarik dengan gambar berwarna-warni.
Kemunculan pertama kemasan herbal yang mengandung sintetik cannabinoid ini adalah kemasan
herbal seperti good shit yang ternyata hasil analisis di laboratorium BNN mengandung zat 5-
fluoro AKB 48 dan MAM-2201. Dua zat ini tergolong dalam synthetic cannabinoid yang
efeknya dalah halusinogen dan stimulan dan sifak adiksinya sangat kuat sehingga dapat
mempercepat adiksi/ketergantungan terhadap zat tersebut.

Daun-daunan dalam kemasan herbal tadi sebenarnya adalah jenis daun-daunan yang tidak
berbahaya namun telah disemprotkan zat sintetik cannabinoid di dalamnya sehingga efeknya
menjadi efek narkoba bila digunakan. Jenis daun-daunan itu menurut UNODC yang sering
digunakan diantaranya adalah Pedicularis densiflora, Nymphacea caerulea, Leonotis leonurus,
Leonurus sibiricus, Carnavalia maritima dan Zornia latifolia.

Synthetic cannabinoid menurut UNODC berbentuk serbuk kristalin yang berwarna putih, abu-
abu bahkan coklat kekuningan. Umumnya larut dalam pelarut organik seperti metanol, etanol,
acetonitril, etil asetat dan aseton sehingga setelah larut akan dengan mudah disemprotkan ke
dalam bahan lain semisal daun-daunan herbal ataupun tembakau. 3

Peredaran synthetic cannabinoid ini dalam kemasan sampel herbal warna-warni yang mencolok
ketika kemunculannya pertama adalah penjualan melalui internet yang dapat diakses bebas oleh
semua kalangan sehingga ketika peredarannya sudah sangat menyebar, produk-produk tersebut
banyak yang diawasi sehingga bandar narkoba mulai mencari cara penjualan lainnya yaitu
dengan menggantinya menggunakan sampel tembakau. Seperti diketahui bahwa masyarakat
Indonesia sangat mengenal tembakau dan dapat digunakan secara bebas. Synthetic cannabinoid
yang disemprotkan pada tembakau tidak menarik perhatian kalangan penegak hukum untuk
menindaknya dan jumlah perokok di Indonesia cukup besar sehingga pasar inilah yang kemudian
dibidik oleh bandar-bandar tersebut. Sehingga kemudian muncullah tembakau merk Gorilla yang
ternyata telah disusupi zat synthetic cannabinoid.

Perkembangan synthetic cannabinoid ini saat ini sudah pada generasi ketujuh, diantaranya
adalah:2

Generasi pertama (seri JWH-018, JWH-019, JWH-073)


Generasi kedua (seri AM-2201, RCS-4, JWH-122)

Generasi ketiga (seri AKB48, STS-135)

Generasi keempat (seri UR-144, 5-Fluoro-UR-144)

Generasi kelima (seri Pb-22, 5-Fluoro-PB-22, BB-22)

Generasi keenam (seri AB-Pinaca, Ab-Fubinaca, ADB-Fubinaca)

Generasi ketujuh (seri THJ-018, FUB-Pb-22, THJ-2201)

Synthetic cannabinoid ini berdasarkan struktur kimia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
diantaranya adalah:3

Classical cannabinoid (secara struktur kimia analog dengan cannabis diantaranya adalah:
AM-411, AM-906, HU-210, O-1184)

Non-classical cannabinoid (yaitu cyclohexylphenols atau 3-arylcyclohexanols


diantaranya adalah: CP-55,244, CP-55,940, CP 47,497 dan C6-9 homologues)

Hybrid cannabinoids (merupakan kombinasi dari classical cannabinoid dan non-classical


cannabinoid diantaranya adalah: AM-4030)

Aminoalkylindols yang dibedakan enjadi beberapa jenis dinatarnya adalah:

Naphthoylindols (JWH-015, JWH-018, JWH-073, JWH-081, JWH-122, JWH-200, JWH-


210, JWH-398)

Phenylacetylindoles (JWH-250, JWH-251)

Benzoylindoles (pravodiline, A-694, RSC-4)

Naphthylmethylindoles (JWH-184)

Cyclopropoylindoles (UR-144, XLR-11)

Adamantoylindoles (AB-001, AM-1248)

Indole carboxamide (APICA, STS-135)

Eicasonoids yaitu endocannabinoid seperti anandamide (AEA) dan analognya seperti


methanandamide (Am-356)
Lain-lain yaitu dyarylpirazoles (rimonabant), naphthoylpyrroles (JWH-307,
naphthylmethylindenes (JWH-176) dan indazoles carboxamide (APINACA)

Pustaka

Huffman JW, Dai D: Design, synthesis and pharmacology of cannabimimetic indoles;


Bioorg Med Chem Lett 4:563;1994.

Huffman JW, Zengin G, Wu M, Lu J, Hynd G, Bushell K, Thompson A, Bushell S, Tartal


C, Hurst D, et al.: Structureactivity relationships for 1-alkyl-3-(1-naphthoyl)indoles and
the cannabinoid CB1 and CB2 receptors: Steric and electronic effects of naphthoyl
substituents: new highly selective CB2 receptor agonists; Bioorg Med Chem 13:89; 2005.

UNODC:Synthetic cannabinoids in herbal


products;http://www.unodc.org/documents/scientifi c/Synthetic_Cannabinoids.pdf
(accessed April 2012)

Anda mungkin juga menyukai