Anda di halaman 1dari 12

METRONIDAZOLE

1. Deskripsi
1.1 Nama dan Struktur Kimia

Metronidazole ialah 1-(-Hydroxyethyl)-2-methyl-5-nitroimidazole: 1-(-

Ethylol)-2-methyl-5-nitro-3-azapyrole; sinonim: metronidazol hydrochloride; 2-

Methyl-5-nitroimidazole-1-ethanol; C6H9N3O3, Sinonim: C12H12N2O2S.1,2

1.2 Sifat Fisiobiokimia

Dalam perdagangan metronidazol terdapat dalam bentuk basa dan garam

hidroklorida. Sebagai basa berupa serbuk kristal berwarna putih hingga kuning

pucat. Sedikit larut dalam air dan alkohol, dan mempunyai pKa 2,6. Injeksi

metronidazol jernih, tidak berwarna, larutan isotonik dengan pH 4,5 7, dengan

osmolaritas 297-314 mOsm/L dan mengandung natrium fosfat, asam sitrat dan

natrium klorida. Obat lain yang memiliki struktur dan aktivitas mirip dengan

metronidazol dan telah digunakan di banyak negara ialah tinidazol, nimorazol,

ornidazol, dan secondizol.2,3

2. Golongan/Kelas Terapi

Metronidazol digolongkan sebagai amubisid jaringan dan intestinal.4,5

3. Mekanisme Aksi

Setelah berdifusi ke dalam organisme, berinteraksi dengan DNA

menyebabkan hilangnya struktur helix DNA dan kerusakan untaian DNA. Hal ini

lebih jauh menyebabkan hambatan pada sintesis protein dan kematian sel

organisme.6
4. Farmakologi

Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung. Pada biakan E.

histolytica dengan kadar metronidazol 1-2 g/ml, semua parasit musnah dalam 24

jam. Pada biakan Trichomonas vaginalis, kadar metronidazol 2,5 g/ml dapat

menghancurkan 99% parasit dalam waktu 24 jam. Trofozoit Giardia lamblia juga

dipengaruhi langsung pada kadar antara 1-50 g/ml.2,3

Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral.

Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral diperoleh kadar plasma

kira-kira 10 g/ml. umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri yang

sensitif, rata-rata diperlukan kadar tidak lebih dari 8 g/ml. Pada absorbsi topikal,

konsentrasi yang dicapai secara sistemik setelah penggunaan 1 g secara topikal 10

kali lebih kecil dari pada penggunaan dengan 250 mg peroral.2,3

Distribusi : saliva, empedu, cairan mani, air susu, tulang, hati dan abses

hati, paru-paru dan sekresi vagina; menembus plasenta dan sawar darah otak

(blood- brain barrier).6

Ikatan protein : < 20%

Metabolisme : Hepatik (30%-60%)

T eliminasi: neonatus: 25-75 jam; yang lain: 6-8 jam, terjadi

perpanjangan pada kerusakan hepar; gagal ginjal terminal : 21 jam

Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: segera: 1-2 jam

2
Ekskresi : urin (20% hingga 40% dalam bentuk obat yang tidak berubah,

bentuk metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi). Urin mungkin berwarna coklat

kemerahan karena mengandung pigmen tak dikenal yang berasal dari obat.

Ekskresi di feses (6% hingga 15%).3

5. Indikasi

Metronidazol terutama digunakan untuk amubiasis dan giardiasis

intestinal, abses hati amebik, trichomoniasis simptomatik setelah dipastikan oleh

pemeriksaan laboratorium, trichomoniasis asimptomatik disertai endoservisitis,

servisitis, atau erosi servikal; dan infeksi bakteri anaerob.4,7

Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun ekstraintestinal.

Namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian besar metronidazol

mengalami penyerapan di usus halus. Pada abses hati dosis yang digunakan sama

besar dengan dosis yang digunakan untuk disentri amuba. Untuk pembawa

(carrier) amuba, efektivitasnya paling rendah.8,9

Selain untuk amubiasis dan trikomoniasis, metronidazol juga diindikasikan

untuk drakunkuliasis sebagai alternatif niridazol dan untuk giardiasis.

Metronidazol digunakan untuk profilaksis infeksi anaerob pascabedah daerah

abdomen, infeksi pelvik dan pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh B.

fragilis. Untuk maksud ini metronidazol merupakan pilihan utama.2,3

Metronidazol juga dapat digunakan untuk kolitis pseudomembranosa yang

disebabkan Clostridium difficile. Penelitian baru-baru ini memperlihatkan

3
metronidazol bermanfaat bagi beberapa pasien ulkus peptikum yang terinfeksi

Helicobacter pylori.10,11

6. Bentuk Sediaan

Tersedia dalam bentuk tablet 250 dan 500 mg; suspensi 125mg/5 ml, dan

supositoria 500 mg dan 1 g, larutan infuse 0,5% 100 ml.2,4

7. Dosis, Cara dan Lama Pemberian

Untuk amubiasis intestinal dan abses hati, dosis oral yang digunakan untuk

dewasa adalah 3 x 750 mg/hari selama 5-10 hari. Sedangkan untuk anak ialah 30-

50 mg/kgBB/hari terbagi dalam tiga dosis selama 10 hari.8,9

Untuk trikomoniasis pada wanita dianjurkan 3 x 250 mg/hari selama 7-10

hari; bila perlu pengobatan ulang baru boleh diberikan dengan selang waktu

antara 4-6 minggu. Pada terapi ulang diperlukan pemeriksaan jumlah leukosit

sebelum, selama dan sesudah pengobatan. Tablet vaginal yang mengandung 500

mg metronidazol dan 100.000 IU nistatin tersedia untuk vaginitis oleh infeksi

campuran trikomonas dan kandida. Bila penderita tidak hamil 2 g dosis tunggal,

atau terbagi dalam 2 dosis masing-masing 1 g/hari.10,11

Kegagalan pengobatan juga dapat terjadi bila ada reinfeksi dari

pasangannya. Dalam hal demikian, pihak laki-laki harus diobati juga dengan

metronidazol 3 x 250 mg/hari selama 7 hari dalam waktu bersamaan. Untuk

pasien yang toleran dapat diberikan pengobatan sehari saja dengan dosis tunggal 2

4
gram atau 2 x 1 g sehari. Untuk anak prapubertas diberikan 15 mg/kgBB/hari

dalam dosis terbagi tiga selama 7-10 hari.11

Dosis untuk giardiasis adalah 3 x 250 mg/hari selama 5 hari terapi oral

atau 15 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi selama 5 hari. Untuk kasus-kasus yang

refrakter ditambahkan tablet vaginal yang mengandung 500 mg metronidazol.11

Infeksi anaerobik (pengobatan biasanya selama 7 hari dan 10 hari untuk

penggunaan antibiotika pada pengobatan kolitis) peroral dengan dosis awal 800

mg kemudian 400 mg atau 500 mg setiap 8 jam; anak-anak 7,5 mg/kg setiap 8 jam

selama 3 hari; kemudian pemberian dilanjutkan tiap 12 jam, umur hingga 1 tahun

125 mg, 1 5 tahun 250 mg, 5 10 tahun 500 mg, lebih dari 10 tahun dosis

dewasa; selama 3 hari, pemberian secara infus intravena lebih dari 20 menit, 500

mg setiap 8 jam; anak-anak 7,5 mg/kg setiap 8 jam.7

Ulser pada lengan : peroral 400 mg setiap 8 jam selama 7 hari

Bacterial vaginosis : peroral 400500 mg dua kali sehari selama 5 7 hari

atau 2 gram sebagai dosis tunggal.

Inflamasi pelviks : peroral 400 mg dua kali sehari selama 14 hari.

Acute ulcerative gingivitis : peroral 200-250 mg setiap 8 jam selama 3

hari;

Infeksi oral akut : peroral 200 mg setiap 8 jam selama 3 7 hari ; anak-

anak 1-3 tahun 50 mg setiap 8 jam, anak-anak 1-3 tahun 50 mg setiap 8 jam

selama 3 hari; 3 7 tahun 100 mg setiap 12 jam; 7 10 tahun 100 mg setiap 8 jam

selama 3 7 hari. 4

5
Pencegahan infeksi paska operasi abdomen: dewasa: 500 mg secara infus

IV sebelmun operasi, kemudian secara oral 500 mg tiap 8 jam; anak: 7,5

mg/kgBB atau 1,5 ml/kgBB tiap 8 jam.7

8. Nama Dagang4
- Flagyl - Tismazol - Fladex
- Promuba - Elyzol - Mebazid
- Corsagyl - Gravazol - Nidazole
- Fortagyl - Metronidazole fresenius
- Metrolet - Trichodazol - Trogyl
- Metrofusin - Metronidazole (generic)

9. Stabilitas Penyimpanan

Injeksi metronidazol harus disimpan pada 15C hingga 30C dan

dilindungi dari cahaya. Produk dapat disimpan dalam refrigerator namun akan

terbentuk kristal, kristal dapat dilarutkan kembali dengan menghangatkannya pada

suhu kamar. Paparan cahaya dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan

warna produk menjadi gelap. Namun demikian paparan cahaya yang normal pada

ruangan dalam jangka pendek tidak mempengaruhi stabilitas metronidazol.

Paparan sinar matahari langsung harus dihindari. Larutan standar: 500 mg/ 100 ml

NS. Stabilitas campuran parenteral pada suhu kamar (25C): stabilitas pada

produk yang terbungkus : 30 hari.3,6

10. Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap metronidazol, turunan nitroimidazol, atau

komponen yang ada dalam sediaan; pernah atau sedang mengalami diskrasia

6
darah, penyakit susunan saraf pusat organik yang masih aktif, kehamilan

(trimester pertama didapatkan efek karsinogenik pada tikus).4

11. Efek Samping4,6

No. Sistem Efek samping


1. Susunan saraf pusat sakit kepala, pusing, vertigo, inkoordinasi, ataxia,
dan neurologi serangan kejang, kebingungan, emosional,
depresi, kelemahan, insomnia, neuropati perifer,
transient epilepsi-form seizure
2. Dermatologi erupsi eritematik, urtikaria, flushing, pruritus,
angioedema, anafilaksis

3. Hematologi leukopenia (reversible), abnormalitas tes fungsi


hati, hepatitis, jaundice, trombositopenia, anemia
aplastic
4. Saluran kencing disuria, sistitis, dispareunia, poliuria,
inkontinensia, penurunan libido, piuria, warna
kencing gelap, kering vagina dan vulva, panggul
rasa berat
5. Saluran pencernaan mual, anorexia, muntah, diare, keluhan epigastrik,
kejang abdominal, konstipasi, rasa seperti logam,
lidah tebal, glossitis, stomatitis, mulut kering

6. Lain-lain nyeri sendi, penymbatan hidung, demam,


proktitis, pendatran gelombang T pada EKG

12. Interaksi
12.1 Interaksi dengan Obat Lain

Efek Cytochrome P450: menghambat CYP2C8/9 (lemah), 3A4

(moderate). Meningkatkan efek/toksisitas: Etanol dapat menyebabkan reaksi

seperti disulfiram; kejang perut, mual, muntah, sakit kepala, sensasi panas dan

kemerahan pada wajah (flushing). Warfarin dan metronidazol dapat meningkatkan

bleeding time (PT) yang menyebabkan perdarahan. Dosis metronidazol perlu

disesuaikan pada pengggunaan bersama obat fenobarbital, prednisone, rifampisin

7
karena menigkatkan metabolism oksidatif metronidazol. Sedangkan simetidin

dapat menghambat metabolism metronidazol di hati sehingga dapat meningkatkan

kadar metronidazol.12,13

Metronidazol dapat menghambat metabolisme cisaprid, menyebabkan

potensial aritmia; hindari penggunaan secara bersamaan. Metronidazol dapat

meningkatkan efek/toksisitas lithium, benzodiazepin tertentu, calcium channel

blocker, siklosporin, turunan ergot, HMG-Coa reduktase inhibitor tertentu,

mirtazapine, nateglinid, nefazodon, sildenafil (dan PDE-5 inhibitor yang lain),

takrolimus, venlafaxine, dan substrat CYP3A4 yang lain.13

12.2 Interaksi dengan Makanan

Konsentrasi puncak serum antibiotik diturunkan dan terjadi delay

(terlambat), tetapi jumlah total obat yang diabsorbsi tidak dipengaruhi.13

13. Pengaruh
13.1 Pengaruh Terhadap kehamilan

Karena efek mutageniknya, maka dikontraindikasikan pada kehamilan

trimester I, pemakaiannya pada trimester II dan III dan pada ibu yang menyusui

hanya dibatasi pada penderita yang pengobatan paliatif lokalnya belum dapat

mengatasi gejala. Metronidazol dapat melewati plasenta dan memasuki sirkulasi

fetal dengan cepat. Dikontraindikasikan terhadap pengobatan trichomoniasis pada

trimester pertama, kecuali jika pengobatan alternatif tidak adekuat. Untuk

keamanan dan efikasi pada indikasi yang lain, gunakan obat pada ibu hamil hanya

jika keuntungan pada ibu hamil lebih banyak daripada potensial risiko terhadap

janinnya.4,11

8
13.2 Pengaruh Terhadap Ibu Menyusui

Ditemukan dalam air susu, produsen menyarankan untuk menghindari

penggunaan obat dengan dosis tunggal yang besar. Masuk kedalam air susu

ibu/tidak direkomendasikan.3

13.3 Pengaruh Terhadap Anak-anak

Keamanan dan efikasi penggunaan obat pada anak-anak belum diketahui

dengan jelas, kecuali untuk pengobatan amoebiasis. Bayi baru lahir menunjukkan

keterbatasan dalam eliminasi metronidazole. Pada bayi berumur 28 hingga 40

minggu, waktu paro eliminasi 10,9 22,5 jam.3,6

13.4 Pengaruh Terhadap Hasil Laboratorium

Interaksi dengan tes laboratorium: meninggikan SGOT dan enzim lainnya,

dapat mempengaruhi trigliserida, glukosa dan LDH.3,4

14. Peringatan

Karsinogenitas pernah dilaporkan terjadi pada tikus; hindari pemakaian

obat ini bila diperlukan. Leukopenia ringan dapat terjadi; periksa jumlah total dan

hitung deferensiasi dari leukosit, sebelum dan sesudah pengobatan, terutama bila

pengobatan ulang memang diperlukan. Kandidiasis yang tidak diketahui

keluhannya dapat diperhebat, sehingga harus diobati dengan sebaik-baiknya.4

Reaksi disulfiram-like terjadi bila diberikan bersama alkohol, kerusakan

hati dan ensefalopati hepatik; kehamilan; menyusui; dihindari pada porfiria;

monitoring hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinik pada

pengobatan yang melebihi 10 hari. Bila ditemukan ataksia, kejang atau gejala

9
susunan saraf pusat yang lain, maka pemberian obat harus segera dihentikan.

Dosis metronidazol perlu dikurangi pada pasien yang dengan penyakit obstrruksi

hati yang berat, sirosis hati dan gangguan fungsi ginjal yang berat.12

15. Informasi Pasien

Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor,

seperti kondisi pasien, umur dan berat badan. Penggunaan obat ini sesuai dengan

yang telah diresepkan. Jangan menggunakan obat ini untuk trichomoniasis selama

tiga bulan pertama kehamilan. Jangan gunakan obat pada saat lambung kosong

karena obat dapat menyebabkan gangguan pada saluran cerna (GI upset); jika hal

ini terjadi gunakan bersama makanan. Bentuk sediaan lepas lambat harus

digunakan pada saat lambung kosong (1 jam atau 2 jam setelah makan). Produsen

merekomendasikan untuk menghindari penggunaan etanol selama pengobatan

dengan obat ini dan setelah tiga hari terapi selesai. Obat yang tidak digunakan

sampai habis menyebabkan pemusnahan bakteri tidak sempurna dan infeksi dapat

kambuh lagi. Hubungi dokter bila terjadi kejang atau mati rasa pada tangan dan

kaki. Tes laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Jangan menggunakan

obat melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Jika

pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat

beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum

obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan. Jika lebih dari

satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker. Obat ini hanya

digunakan oleh pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.6

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Murray RK, et al. Biokimia Harper Ed.ke-25. Jakarta: EGC, 2003.


2. Setiabudy R. Farmakologi dan Terapi Ed.ke-5. Jakarta: Gaya Baru, 2007.
3. Katzung, BG. Farmakologi Dasar dan Klinik Jilid 1 dan 2. Jakarta: Salemba
Medika, 2001.

11
4. S.L. Purwanto Hardjosaputra, Listyawati P, Tresni K, Loecke Kunardi,
Indriyantoro, Nawanti Indriyani. Data Obat di Indonesia Ed.ke-11. Jakarta:
PT. Muliapurna Jayaterbit, 2008.
5. Dorland, WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland Ed.ke-29. Jakarta: EGC,
2002.
6. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Raharja. Obat-Obat Amebiasis dan Trichomoniasis
dalam Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya
Ed.ke-5. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002.
7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Ed.ke-3. Jakarta: Media
Aesculapius, 2000.
8. Junita A, H Widita, S Soemohardjo Beberapa kasus abses hati Amuba.
JPenyDalam 2006;7(2):121-8.
9. Eppy. Diare Akut. MEDICINUS 2009; 22(3):91-8.
10. Herman MJ. Penyakit hubungan seksual akibat jamur, protozoa dan parasit.
Cermin Dunia Kedokteran 2001;130:12-6.
11. Krisnadi SR. Dampak infeksi genital terhadap persalinan kurang bulan.
Cermin Dunia Kedokteran 2006;151:18-20.
12. Rahmawati F, R Handayani, V Gosal Kajian retrospektif interaksi obat di
Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia
2006; 17(4):177-83.
13. Sacher RA, Richard AMcP. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Ed.ke-11. Jakarta, EGC,2004.

12

Anda mungkin juga menyukai