Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses kehamilan di dahului oleh proses pembuahan satu sel telur yang bersatu
dengan sel spermatozoa dan hasilnya akan terbentuk zigot. Zigot mulai membelah diri
satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel dan seterusnya. Pada hari ke
empat zigot tersebut menjadi segumpal sel yang sudah siap untuk menempel / nidasi
pada lapisan dalam rongga rahim (endometrium). Kehamilan dimulai sejak terjadinya
proses nidasi ini. Pada hari ketujuh gumpalan tersebut sudah tersusun menjadi lapisan
sel yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi sekelompok sel di bagian dalamnya.
Bagi Ibu yang sedang hamil atau menyusui sebaiknya hati-hati dalam
mengkonsumsi obat-obatan yang mungkin dapat menghilangkan keluhan sakit
seorang tapi, mungkin obat tersebut dapat berbahaya bagi janin maupun bayi yang
dikandung oleh ibu tersebut. Apapun yang dikonsumsi akan mempengaruhi janin dan
bayi termasuk apapun yang dioleskan diluar tubuh. Penggunaan suplemen atau obat-
obatan pada trisemester pertama sangat berbahaya karena pada periode tersebut terjadi
proses pembentukan organ (organosenesis). Zat aktif obat dapat masuk ke peredaran
darah janin dan mempengaruhi proses pembentukan organ tersebut yang akhirnya
akan menyebkan terjadinya kecacatan karena terganggunya proses tersebut.
Penggunaan obat sembarang pun, termasuk obat yang dijual bebas sebaiknya
dihindari oleh ibu menyusui, karena obat yang dikonsumsi ibu diseskresikan
memlalui ASI yang diminum bayi sehingga menyebabkan kadar obar dalam tubuh ibu
sama dengan kadar obat adlam tubuh bayi. Tentunya hal ini akan sangat
membahayakan bagi si bayi.
Penggunaan obat selama kehamilan merupakan suatu masalah khusus. Selama
beberapa dekade diperkirakan bahwa plasenta berfungsi sebagai rintangan (barrier)
yang melindungi janin terhadap efek merugikan dari obat-obat. Tetapi ternyata bahwa
kebanyakan obat dapat secara pasif menembus atau ditranspor secara aktif melalui
plasenta. Periode intra-uterin selama 2 pekan sampai tiga bulan merupakan masa
perkembangan; janin yang sangat peka terhadap efek obat yang dapat mengakibatkan
malformasi, karena pada masa inilah terbentuknya organ-organ utama.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Obat-obatan di dalam Kehamilan yang dapat Mempengaruhi Janin


Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan
pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin
tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi,
metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui
saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan intravena).
Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan obat karena lebih lamanya pengisian
lambung yang dikarenakan peningkatan hormon progesteron. Volume distribusi juga
meningkat selama kehamilan, estrogen dan progesteron mengganggu aktivitas enzim
dalam hati sehingga berpengaruh dalam metabolisme obat. Ekskresi oleh ginjal juga
meningkat selama kehamilan.
Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah seberapa banyak obat melalui
plasenta (jaringan yang melekat pada rahim dan menyediakan nutrisi atau sebagai
penyaring zat-zat berbahaya bagi janin). Obat yang larut dalam lemak lebih mudah
melalui plasenta dibandingkan obat yang larut dalam air. Obat-obat dengan berat
molekul besar lebih sulit melalui plasenta. Jumlah obat yang terikat pada plasma
protein mempengaruhi jumlah obat yang dapat melalui plasenta.
Sesungguhnya semua obat dapat melalui plasenta dalam jumlah tertentu, kecuali
obat-obat dengan ion organik yang besar seperti heparin dan insulin. Transfer plasenta
aktif harus dipertimbangkan. Terapi obat tidak perlu dihentikan selama menyusui
karena jumlah yang larut di dalam ASI tidak terlalu signifikan.
Obat-obatan untuk mengatasi influenza memang banyak dijual di pasaran.
Umumnya, obat ini mengandung atau merupakan kombinasi beberapa macam obat
penghilang gejala seperti antidemam, antinyeri, antihistamin, dan dekongestan
(menghilangkan sumbatan), antibatuk, pengencer dahak, dan sebagainya. Padahal,
mungkin saja ada yang pilek tanpa disertai demam, ada yang hidungnya tersumbat
tapi kepala tidak pusing dan otot-otot tidak nyeri. Belum lagi alasan apakah
kandungannya aman dikonsumsi. Lantaran itu, untuk menghapus seluruh keraguan,
sebaiknya konsultasikan setiap keluhan atau obat bebas yang ingin digunakan kepada
dokter. Yang penting lagi, selain mengonsumsi obat di bawah pengawasan dokter,
untuk mengatasi flu, ibu juga perlu beristirahat dan menyantap makanan bergizi,
jangan lupa buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin C, untuk mempertinggi
daya tahan tubuh. Dengan begitu, ibu tetap dapat melakukan aktivitas dan kehamilan
bisa berjalan baik tentunya.
Pada dasarnya, influenza adalah self limiting disease (SLD) yang akan sembuh
dengan sendirinya, kecuali bila ada komplikasi berat yang menyertainya. Karena
bersifat SLD, usaha untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan beristirahat dan
makan makanan bergizi cukup dapat menghambat infeksi influenza.
Barulah jika setelah lebih dari 5 hari gejala flu masih mengganggu, obat akan
digunakan untuk meredakannya. Pemberian antibiotik dipakai untuk mencegah
infeksi sekunder/penyerta pada penderita flu. namun, antibiotik tidak rutin diberikan
kepada ibu hamil. Itu pun, harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter kandungan.

B. Teratogenesis pada Wanita Hamil


Didefinisikan sebagai disgenesis (pembentukan keliru) dari organ-organ janin
secara ftruktural maupun fungsional (misalnya fungsi otak). Manifestasi yang khas
dari leratogenesis berupa pertumbuhan yang terhambat atau kematian dari janin,
karsitiogenesis dan malformasi struktur organ maupun fungsinya.
Merupakan pedoman emas bahwa semua obat harus dihindarkan selama
kehamilan, terkecuali ada sebab-sebab yang mendesak untuk penggunaannya. Dalam
hal ini harus dipertimbangkan dengan seksama benefitnya bagi ibu terhadap risiko
potensial bagi janin. Lagipula keamanan dari kebanyakan obat belum dapat dipastikan
secara mutlak, karena efeknya mungkin baru tampak setelah beberapa tahun setelah
kelahiran. Oleh karena ini penelitian-penelitian jangka panjang semakin penting,
karena ternyata bahwa efek jangka panjang dari obat-obat teratogen terhadap
perkembangan saraf (neurobehavioral development) dapat lebih parah daripada
kelainan-kelainan strukrural. Dalam hal ini dapat disebut beberapa obat yang
mempengaruhi perkembangan otak seperti karbamazepin, isotretinoin, fenitoin, asam
valproat dan warfarin (Tabel A).

Farmakokinetika pada ibu hamil :


Pada ibu hamil progesteron meningkat, motilin menurun, dan motilitas usus
menurun sehingga akan memperpanjang waktu pengosongan lambung dan
absorbsi obat meningkat.
Aliran darah ke kulit meningkat sehingga asorbsi obat secara topikal meningkat.
Cardiac output meningkat sehingga volume darah enibgkat dan distribusi obat
juga akan meningkat.
Jumlah lemak dalam tubuh meningkat seingga distribusi obat lipid solubel juga
akan meningkat.
Albumin menurun sehingga ikatan obat dengan protein menurun dan kadar obat
bebas meningkat.
Penongkatan cairan tubuh ( 60% diplasenta dan janin, 40% di jaringan ibu)
sehingga terjadi penurunan kadar puncak obat dalam darah (obat terdistribusi
dalam air, obat dengan volume distribusi rendah).
Kadar estrogen dan progesteron meningkat sehingga menginduksi metabolise.
Peningkatan aliran darah ke ginjal sehingga klirens obat meningkat.

C. Aturan Pemakaian Obat pada Ibu Hamil


Sebelum memakai obat, atasi gejala penyakit dengan banyak beristirahat dan
makan makanan bergizi. Terutama pada trisemester pertama kehamilan yang
sangat rentan terhadap efek samping obat-obatan. Kalau pun harus mengonsumsi
obat, dapatkan dengan resep dokter.
Selama hamil, hindari penggunaan obat polifarmasi yaitu gabungan lebih dari
empat macam obat dalam satu racikan.
Cari tahu apakah obat yang akan dikonsumsi aman bagi ibu hamil dan janin lewat
catatan penggunaan produk yang dilampirkan dalam kemasan. Kalau keterangan
itu tidak ditemukan, mintalah keterangan dari apoteker atau konsultasikan kepada
dokter kebidanan dan kandungan.

D. Efek Penggunaan Obat dari Penyakit si Ibu


Dalam penentuan peran obat terhadap janin, jangan pula dilupakan bahwa
penyakit yang diderita si ibu dapat merupakan risiko pada janin. Misalnya ibu
penderita tekanan darah tinggi atau kanker lebih cenderung untuk bayinya menderita
pertumbuhan intra-uterin yang terhambat. Juga ibu hamil yang menderita epilepsi atau
diabetes condong untuk melahirkan bayi dengan malformasi.

Jenis obat-obatan diantaranya adalah :


1. Antibiotik dan antiinfeksi lain
2. Obat-obatan untuk saluran napas bagian atas
3. Obat-obatan untuk gangguan pencernaan
4. Analgesik (anti nyeri)
5. Obat-obat gangguan psikiatri
6. Vitamin dan mineral
7. Obat-obatan Narkotik
8. Anti kejang
9. Obat sakit kepala
10. Obat anti kanker
11. Antikoagulan (pembekuan darah)
12. Obat Anti Hipertensi

E. Cara Pemilihan Obat Saat Kehamilan


Banyak ibu hamil memerlukan pengobatan bagi keluhan-keluhan yang
disebabkan oleh kehamilan, misalnya mual dan muntah. Beberapa prinsip harus
dipatuhi pada pemilihan obat selama kehamilan.
1. Sebaiknya menggunakan obat-obat yang sejak lama sudah digunakan dalam
praktek daripada obat-obat pengganti yang baru (lihat Tabel B), walaupun obat
baru memiliki misalnya lebih sedikit efek samping bagi orang dewasa, tetapi
keamanannya bagi janin kurang jelas.
2. Untuk menurunkan risiko sejauh mungkin bagi janin, sebaiknya digunakan
dosis obat yang paling rendah selama kehamilan. Hal ini sebetulnya
bertentangan karena sebagian wanita hamil justru membutuhkan dosis obat
yang lebih tinggi dari normal, pada saat hamil tua berhubung meningkatnya
berat badan dan lebih cepatnya "clearance" (pemurnian, ekskresi) dari banyak
obat, misalnya litium, digoksin dan fenitoin.
3. Wanita hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan obat bebas (over-the-
counter drugs) tanpa konsultasi dengan dokter, karena banyak faktor, termasuk
taraf kehamilan, dapat mempengaruhi risiko bagi janin. Misalnya suatu obat
NSAID dapat digunakan terhadap nyeri pada trimester pertama dari
kehamilan, tetapi semakin banyak bukti menyatakan bahwa beberapa obat
NSAID merupakan risiko bagi janin pada masa kehamilan tua.
Di Swedia telah disusun klasifikasi penggunaan obat selama kehamilan dan
laktasi atas dasar terutama pengalaman klinis pada manusia. Karena klasifikasi ini
sangat luas dan meliputi banyak sekali obat, maka kami telah meringkaskannya
menjadi tiga daftar, yaitu:

A. Daftar obat yang tidak boleh diberikan pada wanita hamil.


Daftar ini terdiri dari obat-obat yang bersifat teratogen dan telah dibuktikan
dapat membuat cacat janin. Obat-obat yang tercantum dalam daftar ini tidak mutlak
dilarang penggunaannya oleh wanita hamil, tetapi dalam keadaan darurat masih
dapat digunakan dengan mempertimbangkan benefit bagi si ibu dan risiko bagi janin.

B. Daftar obat yang dianggap aman bagi wanita hamil


Dalam daftar ini tertera obat-obat yang dianggap aman bagi wanita hamil,
yang setelah digunakan selama jangka waktu panjang tidak menampilkan efek buruk
pada janin. Obat-obat lainnya yang tidak dimasukkan dalam daftar dapat secara
potensial merugikan janin berdasarkan percobaan hewan atau pula belum terdapat
cukup data mengenai keamanannya.

C. Daftar obat yang aman selama laktasi


Sebagian besar dari obat-obat yang dikonsumsi si ibu dapat dideteksi dalam air
susunya walaupun dalam jumlah kecil. Namun demikian beberapa obat dapat
menimbulkan masalah pada bayi yang diberi ASI. Sebagai contoh adalah misalnya
karbimazol yang dapat mengganggu fungsi tiroid dari bayi. Terkenal adalah
tetrasiklin yang juga mencapai air susu dan dapat mengakibatkan pewarnaan kuning
irreversibel dari gigi yang sedang/akan tumbuh.
Sama seperti pada waktu hamil, ibu-ibu yang menyusui juga harus menghindari
penggunaan obat, terkecuali bila mutlak dibutuhkan. Dalam hal ini risiko bagi si bayi
harus dipertimbangkan terhadap benefits dari pemberian ASI atau untuk sementara
diganti dengan susu kaleng.
Obat yang dapat diminum dengan aman oleh ibu selama menyusui adaiah obat
yang tidak atau hanya sedikit diekskresikan ke dalam air susu ibu. Obat lainnya yang
tidak tercantum dalam daftar merupakan obat yang dapat mencapai air susu ibu dalam
jumlah banyak dan mungkin dapat berefek buruk pada bayi atau belum terdapat
(cukup) data mengenai keamanannya.

ACE-penghambat15 Kandesartan Primidon


ATl-antagonis Kaptopril Propiltiourasil
Amikasin Karbamazepin Ramipril
Aminopterin Karbimazol Retinoida
Androgens Kinidin Siklofosfamida
Antikolinergika Kinin Silazapril
Asam Valproat Kuinapril Siproteron
Azathioprin Linestrenol (>2,5 Sitostatica (semua)
Benazepril Streptomisin
mg)
Danazol Talidomida
Lisinopril
DES (dietilstilbestro!) Testosteron
Litium
Doksisiklin Tetrasiklin/oksi-T.
Losartan
Enalapril Tiourasil
Metimazol
Eprosartan Tiroistatika
Metotreksat
Ethosuksimida Tobramisin
Misoprostol
Etretinat Vaksin(semua,
Nandrolon
Fenitoin kecuali lihat B)
Netilmisin
Fenobarbital Valsartan
NSAIDs
Fluoksimesteron Vigabatrin
Fosinopril Penghambat ACE Warfarin
Gansiklovir Penisilamin
Gentamisin Psikofarmaka
Griseofulvin Psikotropika
Hepatitis A/B
imunoglob.
Hipoglikemika
Irbesartan
Isotretinoin

Daftar A. Obat-obat yang Tidak Boleh diberikan pada wanita hamil.


Acetaminofen Dihydrotachy- Mexiletine
Acetylcysteine Sterol Moclobemide
Alginic acid Dimethindene Miconazol
Amilorida Naloxone
Dipyridamol
Amoxicillin Niclosamide
Dydrogesteron
Ampicillin Nitrofurantoin
Efedrine
Antasida
Erythromycin Noscapine
Azithromycin
Ethambutol Nystatine
Bezafibrate
Fenazone Oxytocin
Bisacodyl
Fenoterol Papaverine
Bromocriptine
Flucloxacillin Paracetamol
Buspiron
Flumazenil Penicillin-G/V
Butylscopolami
Fluoksetin Permethrin
n Fluvoxamine Piperacillin
Calcitriol Folic acid Pizotifen
Cefalosporins Folinic acid Prilocain
Chlorcyclizine Gliserin Promethazine
Chlorhexidine Granisetron Ranitidine
Ciclosporine Guaifenesine Roxithromycin
Cimetidine Heparin Salbutamol
Cinnarizine Heparin LMW Salmeterol
Cisapride Hyaluronic acid Sennoside
Clemastine Hydralazine Sorbitol
Clindamycin Hydro-cortisone Spiramycin
Clofibrate Hydroxyzine Spironolacton
Clotrimazol Ipratropium-Br Sufentanil
Cloxacillin Isoniazide Sumatriptan
Codeine Isoprenaline Sucralfat
Cromoglicate Isosorbide-Nitr Sulfasalazine
Colestipol Labetalol Terbinafine
Cyclandelate Laktulosa Terbutaline
Cyclizine Levothyroxin Terfenadine
Cyproheptadine Liothyronin Theofylline
Desmopressine Lidocaine Iran exam ic acid
Dextromethorfa Lincomycin Trihexyfenidyl
Magnesiumoxide Vaks. influenza
n
Dextropropoxyf Meclizine Vaksin polio
Medroxyprogest. Tetanus toxoid
e
Mepivacaine
Didanosine
Methenamine
Difenhydramine
Methimazol
Digoxin
Methyldopa (I-)
Dihydralazine

Daftar B. Obat-obat yang dianggap aman bagi wanita hamil


Catatan: Walaupun daftar ini memuat obat-obat yang dianggap aman bagi wanita
hamil, namun tetup harus berpegangan pada golden rule bahwa wanita yang
mengandung maupun yang menyusui harus menghindari penggunaan obat,
terkecuali bila ada petunjuk khusus dari dokter yang mera-watnya.

Acetylsalicylic Epinefrine Moclobemide


Aciclovir
acid Ethambutol Morphine
Alginic acid Erythromycin Naproxen
Alimemazine Fenazone Nitrazepam
Alprenolol Flucloxacillin Nitrofurantoine
Amoxicillin Fluocortolon Norethisteron 0,3"
Ampicillin Folinic acid Nortriptyline
Atenolol Fosfomycin Npscapine
Aztreonam Fusidic acid Nystatine
Baclofen Haloperidol Opipramol
Betamethasone Heparin Oxazepam
Betaxolol Hyaluronic acid Oxybuprocaine
Bisacodyl Hydralazine Paracetamol
Bisoproloi Hydrocortisone Penicilline G/V
Bumetanide Hydroxychloroquine Perfenazine
Bupivacaine Hyoscyamine Periciazine
Bromocriptine Ibuprofen Pethidine
Carvediol Imipramin Phenylbutazone
Carbamazepin Ipratropium-Br Phenytoine
Cefalosporins Isoniazide Pindolol
Chlordiazepoxi Ketoconazol Piperacilline
deChloroquine Kinine Piroxicam
Chlorpromazine Kinidine Predniso(lo)ne
Cisapride Labetolol Prilocaine
Chlorhexidine Levocabastine Propafenone
Chlorpromazine Levonorgestrel Propranolol
Clemastine Levothyroxine Propylthiouracil
Clobetasol Levopromazine Pyrimethamine
Clobetasone Lidocaine Retinol (vit A)
Clomipramine Liothyronine Rifampicine
Cloxacillin Loperamide Roxitromycine
Codeine Loratidine Scopolamine
Colestipol Lorazepam Spironolactone
Coiestyramine Lynestrenol (>2,5 Sucralfat
Cotrimoxazol Magnesiumoxide
mg) Sulfamethoxazole
Cromoglicate Medroxyprogestsron Sulfasalazine
Dextropropoxyf e Mesalazine Terbutalin
enDesonide Methadone Tetracyclin/oxy-T
Diclofenac Methenamine Theofyllin
Difenhydramine Methotrexate Thioridazin
Digoxine Metoclopramide Tranexaminic acid
Dihydralazine Metoprolol Triamcinolone
Dimethindene Metronidazol Trimethoprim
Doxycycline Mexiletine Valproic acid
Enalapril Midazolam Verapamil
Daftar C. Obat-obat yang boleh diminum ibu selama menyusui.

F. Obat-obatan yang perlu dihindari selama kehamilan dan menyusui Hindari


Antibiotik
Pemeberian antibiotik umumnya tidak diperbolehkan selama kehamilan dan
menyusui. Jikan manfaat bagi ibu lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan pada
janin, antibiotik diperbolehkan untuk diberikan. Sebelumnya harus dipastikan bahwa
ibu hamil benar-benar memerlukan antibiotik. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter
Anda sebelum mengkonsumsi obat antibiotik dan juga diperhatikan mengenai
keamanan bagi janin itu sendiri.
Suplemen Untuk Ibu Hamil
Konsumsi suplemen juga perlu diperhatikan dan perlu pertimbangan matang.
Konsumsi vitamin dan mineral tambahan yang berlebihan juga tidak bermanfaat dan
berisiko terhadap ibu hamil dan bayi yang akan dilahirkan.
Hindari Aspirin
Aspirin terbukti menimbulkan gangguan proses tumbuh kembang janin. Selain
itu, aspirin memicu komplikasi selama kehamilan. Bahkan, kandungan aspirin masih
ditemukan dalam ASI. Tubuh bayi akan menerima 4-8% dosis aspirin yang
dikonsumsi oleh ibu. Penelitina mengatakan bahwa bayi memilim ASI dari ibu yang
mengkonsumsi aspirin berisiko untuk menderita Reyes Syndrome yang merupakan
suatu penyakit gangguan fungsi otak dan hati. Karenanya, hindari pemakaian aspirin,
terutama selama trimester tiga, kecuali dianjurkan dokter.
Suatu pedoman berdasarkan kategori US FDA mengenai kemanan pemberian
obat pada kehamilan. FDA mengkategori obat menjadi 5 kategori yaitu kategori A, B,
C, D, X
Kategori A : Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya risiko
terhadap janin pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada
trimester berikutnya), dan sangat kecil kemungkinan obat ini membahayakan janin.
Kategori B : Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan
adanya risiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol yang diperoleh pada ibu
hamil. Atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan efek
samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi terkontrol pada
wanita hamil trimester 1 (dan ditemukan bukti adanya risiko pada kehamilan
berikutnya)
Kategori C : Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping
terhadap nanin ( teratogenok atau embriosidal), dan studi terkontrol pada wanita dan
binatang percobaan tidak tersedia atau tidak dapat dilakukan. obat pada kategori in
boleh diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi risiko yang terjadi pada
janin.
Kategori D : Terdapat bukti adanya risiko pada janin( manusia), tetapi manfaat
terapeutik yang diharapkan mungkin melebihi besarnya risiko ( misalnya jika obat
diperlukan untuk mengatasi kondisi mengancam jiwa atau penyakit serius bilamanan
obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif)
Kategori X : Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan adanya
abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya risiko pada janin. dan besarnya
risiko obat ini digunkan pada ibu hamil jelas-jelas melebihi manfaat teraoeutiknya.
Obat yang termasuk kategori ini dikontrindikasikan pada wanita yang sedang atau
kemungkinan hamil.
Obat Bebas
Risiko penggunaan obat bebas sering kali dilupakan oleh ibu hamil dan
menyusui. Padahal kandungan zat aktif di dalamnya juga mengalami absorbsi,
metabolisme, dan ekskresi.
Obat Bebas (OTC) yang Aman
Obat Alergi : Antihistamin seperti Benadryl dan Unisom. Obat. Obat hirup
seperti nasalcrom
Anti mual : Vitamin B6 (maksimum 100mg/hari diminum 1/2 jam sebelum
makan)
Pereda sembelit : Milk of magnesia. Amphogel, Metamucil dan Maalox
Pereda nyeri uluhati (heartburn) : jenis Antasida
Multivitamin : pilih multivitamin dengan rekomendasi disis tidak melebihi
angka kecukupan gizi harian
Pereda nyeri : Acetaminophen atau paracetamol
Obat infeksi jamur : Myestatin/ nystastin
Obat batuk apa saja tanpa tamahan lain
Obat Bebas Yang Kurang Aman
Pereda Nyeri : Aspirin dosis lebih dari 81 mg, Ibuprofen, NSAID
Pereda sembelit : Minyak mineral
Obat Terbatas
Obat jerawat : Vitamin A oral dan Accutane
Obat radang sendi : Arthrotec
Pengencer darah : Warfarin yang dijual dengan merk Coumadin
Obat tekanan darah tinggi : ACE inhibitor
Misoprostol atau cytotec
obat anti kanker

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemakaian obat pada kehamilan merupakan salah satu masalah pengobatan yang
penting untuk diketahui dan dibahas. Hal ini mengingat bahwa dalam pemakaian obat
selama kehamilan, tidak saja dihadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu,
tetapi juga pada janin. Hampir sebagian besar obat dapat melintasi saluran darah/plasenta,
beberapa diantaranya mampu memberikan pengaruh buruk, tetapi ada juga yang tidak
memberi pengaruh apapun. Beberapa jenis obat dapat menembus plasenta dan
mempengaruhi janin dalam uterus, baik melalui efek farmakologik maupun efek
teratogeniknya. Secara umum faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masuknya obat ke
dalam plasenta dan memberikan efek pada janin adalah:
(1) sifat fisikokimiawi dari obat
(2) kecepatan obat untuk melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin
(3) lamanya pemaparan terhadap obat
(4) bagaimana obat didistribusikan ke jaringan-jaringan yang berbeda pada janin
(5) periode perkembangan janin saat obat diberikan dan
(6) efek obat jika diberikan dalam bentuk kombinasi.
Kemampuan obat untuk melintasi plasenta tergantung pada sifat lipolik dan ionisasi
obat. Obat yang mempunyai lipofilik tinggi cenderung untuk segera terdifusi ke dalam
serkulasi janin. Kecepatan dan jumlah obat yang dapat melintasi plasenta juga ditentukan
oleh berat molekul. Obat-obat dengan berat molekul 250-500 dapat secara mudah melintasi
plasenta, tergantung pada sifat lipofiliknya, sedangkan obat dengan berat molekul > 1000
sangat sulit menembus plasenta. Kehamilan merupakan masa rentan terhadap efek samping
obat, khususnya bagi janin. Pada ibu menyusui pun sebagian besar dari obat-obat yang
dikonsumsi si ibu dapat dideteksi dalam air susunya walaupun dalam jumlah kecil. Namun
demikian beberapa obat dapat menimbulkan masalah pada bayi yang diberi ASI. Untuk itu,
pemberian obat pada masa kehamilan dan pada saat menyusui pun memerlukan
pertimbangan yang benar-benar matang.

DAFTAR PUSTAKA

Australian Drug Evaluation Committee (1989) Medicine in Pregnancy. Australian


Goverment Publishing Service,Canberra.
Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology,3rd edition. Lange Medical
Book, California.
Speight TM (1987) Averys Drug Treatment: Principles and Practice of Clinical
Pharmacology and Therapeutics, 3rd edition.ADIS press,Auckland.
Suryawati S et al (1990), Pemakaian Obat pada Kehamilan.Laboratorium
Farmakologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta
Tan Hoan Tjay.Drs & Kirana Rahardja.Drs (2007) Obat-Obat Penting. PT Elex
Komputindo. Gramedia: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai