Kel.4-Makalah RCA
Kel.4-Makalah RCA
Oleh : Kelompok 4
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Root
Cause Analysis (RCA).
1
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah berusaha untuk mencapai
hasil yang maksimal, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman,
dan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan...............................................................................................................
1.4 Manfaat.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Etiologi.............................................................................................................
2.4 Patofisiologi......................................................................................................
2.5 WOC.................................................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................
4.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
4
PEMBAHASAN
5
menggunakan angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin
berat atau makin sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan
Likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan perkalian. Angka
hasil perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi
angkanya, makin tinggi peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat
menjadi empat golongan, yaitu ekstrim (15 25), besar (8 12), sedang (4
6), kecil (1 3).
Penjelasan tentang Consequence dan Likelihood dapat dilihat disini.
Organisasi dapat membuat kebijakan bahwa hanya masalah yang
mempunyai peringkat ekstrim (15 25) saja yang dilakukan prosedur RCA.
Contoh:
Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena
dampak dari tertusuk jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV,
Hepatitis B, C, dll). Likelihood dari insiden ini adalah 5, karena insiden ini
terjadi setiap bulan. Sehingga, peringkat risikonya adalah: 4 X 5 = 20
(ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi kriteria untuk dilakukan prosedur
RCA.
Catatan:
untuk kejadian yang berdampak berat (konsekuensinya 4 atau 5, tetapi
sangat jarang terjadi, peringkat resikonya disamakan dengan ekstrim dan
dilakukan prosedur RCA.
6
posisi netral, bukan orang yang ada sangkut-pautnya langsung dengan
masalah yang akan dibahas. Jika diperlukan, dapat ditunjuk seorang ahli
dari luar organisasi untuk menambah bobot dari tim ini. Jumlah anggota tim
jangan terlalu banyak. Ukuran yang normal adalah antara 5 sampai 8 orang.
Contoh:
Pada kasus tertusuk jarum di atas, anggota tim RCA adalah: manajer
keperawatan, manajer mutu, koordinator pengendalian infeksi, manajer
penunjang medis, koordinator K3.
7
a. Narrative Chronology
b. Time Person Grid
c. Timelines
d. Tabular Timelines
Informasi perihal kapan masing-masing alat tersebut dipakai,
kelebihan, kekurangan, dan contohnya dapat dilihat disini (halaman 5).
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan
narrative chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal
dan prosesnya tidak kompleks.
Contoh:
8
kompleks dan melibatkan banyak pihak / departemen, masalahnya harus
diidentifikasi satu demi satu.
9
Pada kasus tertusuk jarum di atas, akar masalahnya adalah:
a. Belum dilakukan tinjauan keselamatan pada alat (faktor peralatan).
b. Belum ada prosedur yang aman (faktor kebijakan / prosedur).
c. Barrier yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf (faktor
penghalang).
Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita mencoba membuat
pernyataan sebab akibat, untuk menguji apakah akar masalah yang kita
dapatkan berhubungan sebab akibat dengan insiden yang terjadi. Juga untuk
menguji, apakah jika akar masalah tersebut di atasi, insiden dapat dihindari.
10
Ada satu alat yang sangat berguna untuk menyusun penyelesaian
masalah ini. Alat itu disebut analisa penghalang (barrier analysis).
Namun, sebelum masuk ke dalam analisa penghalang, kita perlu
memahami dahulu pengertian penghalang dihubungkan dengan
kemampuannya mencegah terjadinya insiden. Ilustrasi tentang penghalang
dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden adalah
sebagai berikut:
Contoh:
Aktifitas berenang: Memakai pelampung (alat) jauh lebih efektif
dalam mencegah insiden tenggelam dibandingkan berenang dengan
prosedur yang benar (kebijakan / prosedur).
Ilustrasi di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa jika kita
ingin mencari solusi atas suatu masalah, utamakan solusinya adalah berupa
alat / disain. Jika alat tidak ada, barulah cari solusi lain.
Sekarang kita kembali ke analisa penghalang. Dengan berpedoman
pada ilustrasi di atas, maka analisa penghalang untuk kasus tertusuk jarum
tersebut adalah seperti yang dapat anda lihat disini (halaman 23).
11
Berdasarkan analisa penghalang di atas, kita dapat membuat
rekomendasi penyelesaian masalah. Rekomendasi penyelesaian masalah
yang baik harus juga mencantumkan ukuran keberhasilan, penanggung
jawab, dan batas waktu penyelesaian. Tujuan dari itu adalah agar
rekomendasi yang kita berikan dapat diukur keberhasilan pelaksanaannya,
jelas siapa penanggung jawabnya, serta ada batas waktu yang jelas kapan
rekomendasi itu harus terlaksana.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
13