Anda di halaman 1dari 31

Folks Of Dayak

FOLKS OF DAYAK
BLOG BERCERITA TENTANG ISU-ISU SEPUTAR DAYAK DAN KALIMANTAN

MENJAWAB TUDUHAN SUKU DAYAK ADALAH


PENDATANG DI KALIMANTAN

MENJAWAB TUDUHAN SUKU DAYAK ADALAH PENDATANG DI


KALIMANTAN

Penyalin : SAPRIYUN,S.ST.Pi
Suku Dayak

Tuduhan ini banyak dilontarkan oleh orang-orang yang tidak menghargai


keberadaan Suku Dayak sebagai penghuni asli Pulau Kalimantan. Baru-
baru ini Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Dicky Wainal Usaman,
yang menyebutkan tidak ada putra daerah di Pulau Kalimantan dengan
menyebut semuanya pendatang (silahkan baca berita), bahkan ada juga
salah satu pejabat di Kalimantan Timur yang berujar bahwa penduduk asli
Kalimantan Timur itu adalah suku Kutai dan Bugis, sedangkan Dayak
hanyalah pendatang pada masa Proto Melayu.

Karena sudah merasa jengah dengan tuduhan lancung seperti ini, maka
saya akan mencoba membahasnya.

Satu-satunya teori yang digunakan untuk pembenaran statement mereka


ialah teori tentang Migrasi Proto Melayu atau Melayu Tua dimana terjadi
migrasi dari Yunnan China ke arah nusantara ini, dan terjadi pada rentang
waktu 2500 1500 tahun sebelum masehi (Neil Joseph Ryan (1976). A
History of Malaysia and Singapore. London: Oxford University Press. pp. 4
& 5), kebanyakan teori menyebutkan Dayak adalah merupakan suku
migrasi dari Yunnan dengan melihat beberapa kesamaan fisik &
kebudayaan beberapa sub suku Dayak yang memiliki ciri ras mongoloid.
Oke mari kita coba telaah.

Kebanyak para ahli menggunakan teori proto melayu hanya mendasarkan


penelitian pada beberap sub suku dayak, padahal di Kalimantan ini ada
ratusan sub suku dayak dan tidak semuanya memiliki ciri ras mongoloid.
Setidaknya ada tiga pendekatan untuk menyanggah hal ini:

PENDEKATAN MELALUI MITE

Untuk menjawab ini tentu kita harus melihat dari mite atau cerita tutur
orang Dayak sendiri tentang asal usulnya. Jika kita meneliti tentang mite-
mite yang ada disemua suku Dayak kita akan menemukan 2 jenis cerita
kejadian yang berbeda:

1. Adanya migrasi dari satu daerah asal tertentu sebelum masuk ke


Pulau Kalimantan yaitu migrasi dari negeri Cina

2. Tidak ada kisah migrasi tetapi memang sudah ditempatkan Tuhan di


pulau ini

Aku akan memulai dari kisah migrasi, beberapa yang memiliki kisah
migrasi dari negeri Cina ini ialah seperti Dayak Kenyah, Dayak Lun Dayeh,
Dayak Kadazan dan beberapa yang lain, jika melihat ciri fisiki suku Dayak
ini memang mereka memiliki ciri-ciri ras mongoloid. Perpindahan dari
daerah daratan Asia menuju Nusantara dan Pulau Kalimantan ini konon
disebabkan terdesaknya oleh perang antar suku dan budaya KAYAU atau
potong kepala. Inilah mengapa budaya Kayau atau potong kepala bukan
merupakan budaya asli, ini dapat dilihat dari jenis senjata orang Dayak
sebelum era Mandau berupa Dohong (sejenis belati) dari bentuknya
memang tidak dirancang untuk memenggal tetapi lebih kepada untuk ritual.
Kayau terjadi akibat pembalasan serangan para ASANG atau suku dari
arah utara yang suka meyerang kampung lain untuk menjarah dan
mengumpulkan kepala musuhnya.
Dayak Kenyah
Tetapi tidak semua suku Dayak memilki mite migrasi dan ciri fisik
mongoloid. Salah satunya ialah Dayak Ngaju, kita dapat menggali dari
kepercayaan KAHARINGAN (agama asli orang Dayak) tentang kisah
Genesis manusia Dayak. Bahwa RANYING atau Tuhan menurukan
manusia Dayak memang di Pulau Kalimantan ini. Generasi pertama
manusia sering disebut TETEK TATUM atau manusia yang tinggi besar.
Dari sumber kisah Tetek Tatum ini juga kita memperoleh info bahwa
adanya kedatangan migrasi dari dataran China yang kemudian diterima
dan terjadi asimilasi.

PENDEKATAN BUKTI PRA SEJARAH

Jikaulau orang sering menggunaka pendekatan teori Proto Melayu, maka


seperti pendekatan Mite diatas ada kebenaranya atau Half Truth bahwa
memang ada migrasi dari dataran Asia. Tapi jangan dilupakan adanya juga
Indigenous di Pulau Kalimantan ini sebelum era Proto Melayu. Tapia apa
buktinya ?? Di Kalimantan Timur kita menemukan beberapa Goa yang
memiliki lukisan-lukisan tapak tangan, babi serta rusa terkena anak panah
itu sama dengan yang ditemukan di Australia. Selain motif lukisan yang
sama, ternyata usia dari bahan untuk melukis tersebut juga sama atau
serupa peninggalan kaum Aborigin di Australia sekitar 10.000 tahun silam.
Artinya jauh lebih tua dari pada era migrasi Proto Melayu.

Lukisan Prasejarah di Kalimantan

Ada yang mengatakan ini adalah ras negroid atau Aborigin, maka bisa saja
ras awal yang disebut TETEK TATUM di Pulau Kalimantan ini adalah ras
negroid yang akhirnya terasimilasi dengan pendatang dari dataran Asia.

Selain lukisan di masih ada banyak peninggalan pra sejarah yang masih
merupakan misteri, misal ukiran batu di Lidung. Padahal orang Dayak tidak
dikenal memiliki kebudayaan mengukir di media batu. Dan juga peti mati
batu di Kabupaten Pasir.
Ukiran Batu di Lidung Kalimantan Timur

Lalu muncul pertanyaan kenapa kebanyak di daerah Kalimantan Timur


peninggalan ini? Jika kita kaitkan lagi dengan tutur babad Dayak atau Tetek
Tatum kita akan melihat bahwa generasi awal orang Dayak memang
berada disekitaran Sungai Mahakam, yang kemudian terdesak kearah
selatan akibat serangan para asang kayau kemungkinan adalah
serangan dari suku-suku yang datang dari dataran asia. Makanya zaman
serangan asang kayau ini sering disebut era RATAP TANGIS SEJATI.

PENDEKATAN MENGENAI CARA PENGUBURAN

Jika melihat situs-situ pra sejarah dimana tulang belulang leluhur


dimakamkan di kuburan batu atau di goa-goa. Maka untuk
membandingkannya kita harus melihat dari Suku Dayak yang tidak
dipengaruhi kepercayaan Hindu atau Islam. Mari kita lihat kebiasaan Suku
Dayak Punan.

Dayak Punan menurutku yang masih murni dalam hal keyakinan sebab
orang-orang Punan yang cenderung tinggal di pedalaman hutan. Kita akan
melihat kebiasaan menguburkan leluhurnya di goa-goa masih dilakukan.
Baru-baru ini ditemukan sebuah TABALA atau peti mati berukuran 4 meter
di sebuah Goa di Hulu Sungai Busang Kabupaten Murung Raya,
Kalimantan Tengah.
Foto Penemuan Tabala di Goa Bangirang, Hulu Sungai Busang
Kab. Murung Raya, Prov. Kalimantan Tengah

Adanya kesesuaian antara Mite, penemuan-penemuan pra sejarah dan


budaya penguburan ini membuktikan sebelum era Proto Melayu sudah ada
leluhur Orang Dayak di Pulau ini. Yang masih belum dilakukan ialah;
pendekatan melalui test DNA tulang belulang yang ditemukan di goa-goa
pra sejarah ini dengan genetika orang Dayak masa kini, saya memiliki
keyakinan bahwa ini juga pasti akan memiliki kesesuaian.

Lalu ada lagi tuduhan lain:

TAPI KAN KATA DAYAK ITU PEMBERIAN NAMA OLEH BELANDA

Jawabannya BENAR, jaman dahulu orang dayak karena saking banyaknya


mereka tidak memilik nama khusus untuk menyebutkan kesukuannya
tetapi lebih pada nama aliran sungai atau nama pemimpinnya. Nama
Dayak dahulu hanyalah sebuah hinaan atau ejekan dari bahasa Melayu
yang berarti ras liar. Tetapi kemudian identitas ini melalui suatu pergulatan
social yang panjang diambil oleh suku-suku pribumi Kalimantan menjadi
suatu identitas yang mempersatukan.

Suku-suku lain di Kalimantan seperti Kutai, Banjar, Paser, Tidung,


Sebagian Melayu adalah merupakan keturunan suku yang disebut Dayak
saat ini, sebab identitas mereka sudah terbentuk sebelum adanya nama
Dayak. Tetapi kita bisa mencermati setidaknya dari 2 pendekatan sisi
linguistik dan kepercayaan masyarakat mula-mula karena dua hal ini yang
akan lambat mengalami perubahan ketimbang kebiasaan dan budaya.

Misal Kutai secara linguistic sangat dekat dengan Bahasa Dayak Benuaq,
belum lagi melihat sisi ritual dan mite genesisnya. Demikian juga tentang
suku Banjar bisa dilihat dalam artikel SIAPA ORANG BANJAR??

Jadi sangat menjadi tuduhan lancung jika mengatakan Dayak adalah suku
pendatang. Apalagi ada pejabat KalTim yang mengatakan suku dari
Sulawesi dalam hal ini Orang Bugis yang menjadi suku asli Kalimantan
Timur.

Sejarah kedatangan Suku Bugis ke Kalimantan dimulai ketika di


Kalimantan berdiri kerajaan dan kemudian menjadi kesultanan Kutai dan
Paser. Ada suatu cerita sejarah dimana Sultan Kutai memberikan suatu
wilayah untuk orang-orang Bugis tinggal di Kalimantan Timur. Demikian
juga di daerah Kerajaan Paser ketika terjadinya pernikahan ratu Paser
dengan bangsawan Bugis. Sehingga dari sejarah ini kita dapat tahu bahwa
Suku Bugis adalah suku pendatang dari Sulawesi yang kemudian diterima
dengan baik. Jadi jika ada sekelompok orang yang mengatakan kalau
Suku Dayak lah yang menjadi pendatang maka belajar lagi pada sejarah
dan ingat pepatah ini DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT
DIJUNJUNG
Tetapi mencermati bukti lingustik suku Bugis kita akan menemukan bahwa
adanya kesamaan bahasa dengan suku di Taiwan The Austronesian
ancestors of the Buginese people settled on Sulawesi around 2500
B.C.E. There is historical linguistic evidence of some late Holocene
immigration of Austronesian speakers to South Sulawesi from
Taiwan which means that the Buginese have possible ultimate
ancestry in South China, and that as a result of this immigration,
there was an infusion of an exogenous population from China or
Taiwan (Susan G. Keates, Juliette M. Pasveer, Quaternary Research in
Indonesia. Taylor & Francis, 2004). Jadi kemungkinan asalanya Suku Bugis
juga adalah migrasi Proto Melayu yang mengambil arah ke Sulawesi.

Lalu ada pendekatan untuk pembenaran lagi:

KITA INI KAN SEMUA KETURUNAN ADAM DAN HAWA JADI PASTI
SEMUA PENDATANG

Pendekatakan agama sangat sukar untuk didebatkan, tetapi agama


Semawi meyakini kisah Adam & Hawa tapi jangan lupa agama Non
Semawi memiliki kisah yang berbeda seperti Agama Kaharingan. Saya
salah satu orang yang TIDAK percaya bahwa leluhur manusia HANYA
berasal dari Adam & Hawa. Tetapi kembali itu adalah masalah keyakinan
dan tidak akan bisa kita bahas di forum ini.

Dari penjelasan yang singkat ini jelas lah buat saya bahwa SUKU DAYAK
adalah memang PRIBUMI PULAU KALIMANTAN, sudah teruji melalui
puluhan ribu tahun sejarah. Dan tulisan ini bukan untuk menciptakan suatu
GAP antara suku Dayak dengan Suku Pendatang di Pulau Kalimantan.
Tetapi ini perlu dijelaskan, karena saya yakin Orang Jawa tidak akan suka
jika dikatakan sebagai suku pendatang di Pulau Jawa, atau Orang Bugis
adalah pendatang di Pulau Sulawesi.
Sebab sejarah kelam bangsa Dayak yang selalu dianggap inferior, rendah,
bukan manusia, kafir inilah yang mendorong rasa jengah. Sebab adanya
upaya untuk mengaburkan sejarah dan menghilangkan identitas Orang
Dayak sebagai BUMI PUTERA PULAU KALIMANTAN.

Tabe

Bekasi 15/Januari/2014
Bagikan ini:
Iklan
Twitter

Facebook10K+

Google

Terkait

MENJAWAB - DAYAK BUKIT / MERATUS & BANJAR DARI MELAYU


SUMATERAdalam "Kebudayaan"

KALIMANTAN MERDEKA???dalam "Pemikiran"

ADAKAH DAYAK MELAYU????dalam "Pemikiran"


Kategori : Pemikiran

Navigasi tulisan
MENGKRITISI PROGRAM TRANSMIGRASI
Caraku menerbangkan Mandau

204 THOUGHTS ON MENJAWAB TUDUHAN SUKU DAYAK


ADALAH PENDATANG DI KALIMANTAN
Navigasi komentar
Komentar Sebelumnya
1. :

de2t-kubar dayak sejahtera

Sabtu, 30 Juni 2012


Asal Mula Suku Kutai
Asal Mula
Menurut tradisi lisan dari Suku Kutai, Proses perpindahan penduduk dari
daratan asia yang kini disebut provinsi Yunan Cina selatan berlangsung
antara tahun 3000-1500 Sebelum Masehi. Mereka terdiri dari kelompok
yang mengembara hingga sampai di pulau Kalimantan dengan rute
perjalanan melewati Hainan, Taiwan, Filipina kemudian menyeberangi Laut
Cina Selatan menuju Kalimantan Timur. Pada saat itu perpindahan
penduduk dari pulau satu ke pulau lain tidaklah begitu sulit kerena pada
zaman es permukaan laut sangat turun akibat pembekuan es di kutub
Utara dan Selatan sehingga dengan hanya menggunakan perahu kecil
bercadik yang diberi sayap dari batang bambu mereka dengan mudah
menyeberangi selat karimata dan laut cina selatan menuju Kalimantan
Timur. Para imigran dari daratan Cina ini masuk ke Kalimantan Timur
dalam waktu yang berbeda, kelompok pertama datang sekitar tahun 3000-
1500 Sebelum Masehi termasuk dalam kelompok ras Negrid dan weddid
kelompok ini diperkirakan meninggalkan Kalimantan dan sebagiannya
punah. Kemudian sekitar tahun 500 sebelum masehi berlangsung lagi arus
perpindahan penduduk yang lebih besar dan kelompok inilah yang
diperkirakan menjadi cikal bakal penduduk Kutai. Setelah adanya arus
perpindahan penduduk dari Yunan terjadilah percampuran penduduk
kerena perkawinan.
Penduduk Kutai pada masa itu terbagi menjadi lima puak (lima suku):
Puak Pantun
Puak Punang
Puak Pahu
Puak Sendawar
Puak Melani

Puak Pantun
Puak Pantun adalah suku tertua di Kalimantan Timur, dan merupakan suku
atau Puak yang paling Tua di antara 5 Suku atau Puak Kutai lainya,
mereka adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu
kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Raja
pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada
masa dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah
pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan
diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang
berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi
Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota
Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir
Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya.
Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi
negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa
pemerintahannya. Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai
Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong,
serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam
wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.

Puak Punang
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah
pedalaman. Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak
pantun dan puak sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat
bahasa Suku Kutai Kedang mengalunkan Nada yang bergelombang.
Misalya bahasa Indonesia Tidak, Bahasa Kutai Endik, Bahasa Kutai
Kedang Inde. tegas alas gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan Sri
Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri Daha pada
masa pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah
Kota Bangun, Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan
sekitarnya.

Puak Pahu
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah kedang pahu. Suku ini
tersebar di muara pahu dan sekitarnya.

Puak Sendawar
Puak Sendawar adalah suku yang mendiami wilayah sendawar (Kutai
Barat), suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan
Rajanya yang terkenal dengan nama Aji Tulut Jejangkat. Suku ini mendiami
daerah pedalaman. Mereka berpencar meninggalkan tanah aslinya dan
membentuk kelompok suku masing-masing yang sekarang dikenal sebagai
suku Dayak Tunjung, Bahau, Benuaq, Modang, Penihing, Busang, Bukat,
Ohong dan Bentian.
Suku Tunjung mendiami daerah kecamatan Melak, Barong Tongkok dan
Muara Pahu
Suku Bahau mendiami daerah kecamatan Long Iram dan Long Bagun
Suku Benuaq mendiami daerah kecamatan Jempang, Muara Lawa, Damai
dan Muara Pahu
Suku Modang mendiami daerah kecamatan Muara Ancalong dan Muara
Wahau
Suku Penihing, suku Bukat dan suku Ohong mendiami daerah kecamatan
Long Apari
Suku Busang mendiami daerah kecamatan Long Pahangai
Suku Bentian mendiami daerah kecamatan Bentian Besar dan Muara Lawa
Selain suku-suku tersebut, terdapat pula suku-suku lain yaitu suku Dayak
Kenyah, Punan, Basap, dan Kayan.

Suku Kenyah merupakan pendatang dari Apo Kayan, Kab. Bulungan. Kini
suku ini mendiami wilayah kecamatan Muara Ancalong, Muara Wahau,
Tabang, Long Bagun, Long Pahangai, Long Iram dan Samarinda Ilir.
Suku Punan merupakan suku Dayak yang mendiami hutan belantara di
seluruh Kalimantan Timur mulai dari daerah Bulungan, Berau hingga Kutai.
Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil di gua-gua batu dan pohon-
pohon. Mereka dibina oleh Departemen Sosial melalui Proyek
Pemasyarakatan Suku Terasing.
Suku Basap menurut cerita merupakan keturunan orang-orang Cina yang
kawin dengan suku Punan. Mereka mendiami wilayah kecamatan
Sangkulirang.
Suku Kayan berasal dari Kalimantan Tengah, suku ini sering juga disebut
dengan suku Biaju. Mereka mendiami daerah kecamatan Long Iram.

Puak Melani
Puak Melani adalah suku yang mendiami wilayah pesisir. Mereka
merupakan suku termuda di antara puak-puak Kutai, di dalam suku ini
telah terjadi percampuran antara suku kutai asli dengan suku pendatang
yakni; Banjar, Bugis, Jawa dan Melayu. Sehingga Puak ini memang sudah
merupakan kesatuan etnis. Suku ini mendirikan kerajaan Kutai
Kartanegara. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Suku ini mendiami wilayah pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong.

Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melani


kemudian berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang
mirip namun berbeda dialek. Sedangkan puak sendawar (puak tulur
jejangkat) yang hidup di pedalaman oleh Peneliti Belanda disebut dengan
istilah Orang Dayak.

SUKU DAYAK SANG KAKAK Suku KUTAI


ASAL MULA

Menurut tradisi lisan dari Suku Kutai, Proses perpindahan penduduk dari
daratan asia yang kini disebut provinsi Yunan Cina selatan berlangsung
antara tahun 3000-1500 Sebelum Masehi. Mereka terdiri dari kelompok
yang mengembara hingga sampai di pulau Kalimantan dengan rute
perjalanan melewati Hainan, Taiwan, Filipina kemudian menyeberangi Laut
Cina Selatan menuju Kalimantan Timur. Pada saat itu perpindahan
penduduk dari pulau satu ke pulau lain tidaklah begitu sulit kerena pada
zaman es permukaan laut sangat turun akibat pembekuan es di kutub
Utara dan Selatan sehingga dengan hanya menggunakan perahu kecil
bercadik yang diberi sayap dari batang bambu mereka dengan mudah
menyeberangi selat karimata dan laut cina selatan menuju Kalimantan
Timur. Para imigran dari daratan Cina ini masuk ke Kalimantan Timur
dalam waktu yang berbeda, kelompok pertama datang sekitar tahun 3000-
1500 Sebelum Masehi termasuk dalam kelompok ras Negrid dan weddid
kelompok ini diperkirakan meninggalkan Kalimantan dan sebagiannya
punah. Kemudian sekitar tahun 500 sebelum masehi berlangsung lagi arus
perpindahan penduduk yang lebih besar dan kelompok inilah yang
diperkirakan menjadi cikal bakal penduduk Kutai. Setelah adanya arus
perpindahan penduduk dari Yunan terjadilah percampuran penduduk
kerena perkawinan.
Penduduk Kutai pada masa itu terbagi menjadi lima puak (lima suku):
Puak Pantun
Puak Punang
Puak Pahu
Puak Sendawar
Puak Melani

Puak Pantun
Puak Pantun adalah suku tertua di Kalimantan Timur, dan merupakan suku
atau Puak yang paling Tua di antara 5 Suku atau Puak Kutai lainya,
mereka adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu
kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Raja
pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada
masa dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah
pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan
diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang
berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi
Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota
Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir
Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya.
Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi
negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa
pemerintahannya. Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai
Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong,
serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam
wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.

Puak Punang
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah
pedalaman. Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak
pantun dan puak sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat
bahasa Suku Kutai Kedang mengalunkan Nada yang bergelombang.
Misalya bahasa Indonesia Tidak, Bahasa Kutai Endik, Bahasa Kutai
Kedang Inde. tegas alas gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan Sri
Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri Daha pada
masa pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah
Kota Bangun, Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan
sekitarnya.

Puak Pahu
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah kedang pahu. Suku ini
tersebar di muara pahu dan sekitarnya.
Puak Sendawar
Puak Sendawar adalah suku yang mendiami wilayah sendawar (Kutai
Barat), suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan
Rajanya yang terkenal dengan nama Aji Tulut Jejangkat. Suku ini mendiami
daerah pedalaman. Mereka berpencar meninggalkan tanah aslinya dan
membentuk kelompok suku masing-masing yang sekarang dikenal sebagai
suku Dayak Tunjung, Bahau, Benuaq, Modang, Penihing, Busang, Bukat,
Ohong dan Bentian.
Suku Tunjung mendiami daerah kecamatan Melak, Barong Tongkok dan
Muara Pahu
Suku Bahau mendiami daerah kecamatan Long Iram dan Long Bagun
Suku Benuaq mendiami daerah kecamatan Jempang, Muara Lawa, Damai
dan Muara Pahu
Suku Modang mendiami daerah kecamatan Muara Ancalong dan Muara
Wahau
Suku Penihing, suku Bukat dan suku Ohong mendiami daerah kecamatan
Long Apari
Suku Busang mendiami daerah kecamatan Long Pahangai
Suku Bentian mendiami daerah kecamatan Bentian Besar dan Muara Lawa

Selain suku-suku tersebut, terdapat pula suku-suku lain yaitu suku Dayak
Kenyah, Punan, Basap, dan Kayan.

Suku Kenyah merupakan pendatang dari Apo Kayan, Kab. Bulungan. Kini
suku ini mendiami wilayah kecamatan Muara Ancalong, Muara Wahau,
Tabang, Long Bagun, Long Pahangai, Long Iram dan Samarinda Ilir.
Suku Punan merupakan suku Dayak yang mendiami hutan belantara di
seluruh Kalimantan Timur mulai dari daerah Bulungan, Berau hingga Kutai.
Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil di gua-gua batu dan pohon-
pohon. Mereka dibina oleh Departemen Sosial melalui Proyek
Pemasyarakatan Suku Terasing.
Suku Basap menurut cerita merupakan keturunan orang-orang Cina yang
kawin dengan suku Punan. Mereka mendiami wilayah kecamatan
Sangkulirang.
Suku Kayan berasal dari Kalimantan Tengah, suku ini sering juga disebut
dengan suku Biaju. Mereka mendiami daerah kecamatan Long Iram.

Puak Melani
Puak Melani adalah suku yang mendiami wilayah pesisir. Mereka
merupakan suku termuda di antara puak-puak Kutai, di dalam suku ini
telah terjadi percampuran antara suku kutai asli dengan suku pendatang
yakni; Banjar, Bugis, Jawa dan Melayu. Sehingga Puak ini memang sudah
merupakan kesatuan etnis. Suku ini mendirikan kerajaan Kutai
Kartanegara. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Suku ini mendiami wilayah pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong.

Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melani


kemudian berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang
mirip namun berbeda dialek. Sedangkan puak sendawar (puak tulur
jejangkat) yang hidup di pedalaman oleh Peneliti Belanda disebut dengan
istilah Orang Dayak.

TERPECAHNYA PUAK TANAH KUTAI MELAHIRKAN ORANG DAYAK


DAN ORANG KUTAI

Disinilah awal terbaginya dua golongan atau kelompok suku asli di Tanah
Kutai, yakni Suku Dayak dan Suku Kutai (haloq). Haloq adalah sebutan
bagi Suku Dayak atau suku asli Tanah Kutai yang keluar dari
adat/budaya/kepercayaan nenek moyang ( Adat, budaya, serta
kepercayaan nenek moyang tersebut masih terlihat dari ciri khas Suku
Dayak saat ini). Mereka yang behaloq ( Meninggalkan adat ) lebih
menerima dan mau berbaur dengan pendatang akibatnya masyarakat ini
lebih sering dijumpai di daerah pesisir. Sebutan haloq mulai timbul ketika
suku-suku dari puak-puak kutai di atas mulai banyak meninggalkan
kepercayaan lama salah satunya adalah dengan taat pada ajaran Islam,
karena adat istiadat, budaya, dan kepercayaan dari suku asli Tanah Kutai
tersebut banyak yang bertentangan dalam ajaran Islam. Kemudian karena
puak pantun, punang, dan melani sebagian besar meninggalkan adat atau
kepercayaan lama mereka, maka mereka mulai di sebut orang haloq oleh
puak lain yang masih bertahan dengan kepercayaan lamanya
(kepercayaan nenek moyang). Dan puak yang masih bertahan dengan
adat/kepercayaan lamanya sebagian besar adalah puak sendawar (puak
tulur jejangkat), meskipun sebagian kecil ada juga suku dari puak
sendawar yang meninggalkan adat lama (Behaloq). Sejak itulah orang
haloq dan orang yg bukan haloq terpisah kehidupannya, karena sudah
berbeda adat istiadat.

Lambat laun orang haloq ini menyebut dirinya orang kutai yang berarti
orang yang ada di benua Kutai atau orang dari wilayah Kerajaan Kutai.
Sejak itu lah kutai lambat laun mulai menjadi nama suku, yang mana suku
kutai ini berasal dari puak pantun, punang, pahu dan melani dan sebagian
kecil puak sendawar. Sekarang Suku Kutai sudah banyak bercampur
dengan etnis lain. Terlihat dari budayanya yang merupakan hasil akulturasi
dari beberapa budaya suku lain. Terutama Kutai Kartanegara yang berasal
dari Jawa dan bercampur dengan suku asli tanah kutai ( saat ini disebut
Suku Dayak ) tersebut.

Puak sendawar yang sebagian besar masih bertahan dengan


adat/kepercayaan lama kemudian berpencar membentuk kelompok-
kelompok suku pedalaman dan terasing. Mereka kini menjadi suku
Tunjung, Benuaq, Penihing, Oeheng, Bentian, Bahau, Modang dan lain-
lain. Mereka adalah suku yang disebut Suku Dayak pada masa kini. Dayak
adalah sebutan yang dipopulerkan oleh orang Belanda, dimana mereka
menyebut suku suku asli yang mendiami pedalaman Kalimantan sebagai
Dayaker. Sehingga istilah dayak sendiri sebenarnya bukan berasal dari
leluhur orang Kalimantan itu sendiri. Oleh karena itu masih ada beberapa
dari Suku Dayak enggan disebut Dayak. Mereka lebih memilih disebut
subsukunya, seperti orang Tunjung, orang Benuaq, dan lain lain.

Jadi yang disebut Suku Kutai sekarang ini adalah suku dari puak pantun,
punang, pahu dan melani yang mudah berakulturasi dengan pendatang
dan perlahan meninggalkan adat lamanya. Sedangkan Suku Dayak adalah
dari puak sendawar yang tetap teguh memegang keyakinan leluhur. Jadi
Suku Kutai bukanlah suku melayu muda akan tetapi adalah suku melayu
tua, sama seperti Suku Dayak. Pengelompokkan Suku Kutai kedalam ras
melayu muda hanya berdasarkan Sosio-religius atau kultural, bukan
berdasarkan jenisnya (melayu tua).

Saat ini peneliti membagi suku kutai menjadi 4 sub-etnis:


Suku Kutai Tenggarong. (yang sebenarnya berasal dari puak melani)
Suku Kutai Kota Bangun. (yang sebenarnya berasal dai puak punang)
Suku Kutai Muara Pahu. (yang sebenarnya berasal dari puak pahu)
Suku Kutai Muara Ancalong. (yang sebenarnya berasal dari puak pantun)

Read more at http://ikhwanulfauzi.blogspot.com/2012/07/suku-


kutai.html#MGv56oQ5PGroLriy.99

Suku kutai
http//.WWW.kutai kaka dayak.com
Suku kutai adalah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Timur.
Suku kutai berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku melayu tua
sebagaimana suku-suku dayak di Kalimantan Timur. Diperkirakan suku
kutai masih serumpun dengan suku dayak, khususnya dayak rumpun ot-
danum. Oleh karena itu secara fisik suku kutai mirip dengan suku dayak
rumpun ot-danum. Dan adat-istiadat lama suku kutai banyak kesamaan
dengan adat-istiadat suku dayak rumpun ot-danum (khususnya tunjung-
benuaq) misalnya; erau (upacara adat yang paling meriah), belian (upacara
tarian penyembuhan penyakit), memang, dan mantra-mantra serta ilmu
gaib seperti; parang maya, panah terong, polong, racun gangsa, perakut,
peloros, dan lain-lain. Dimana adat-adat tersebut dimiliki oleh suku kutai
dan suku dayak.

Pada awalnya KUTAI bukanlah nama suku, akan tetapi nama


tempat/wilayah dan nama Kerajaan. Kemudian lambat laun KUTAI menjadi
nama suku. Nama Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di
Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire
(Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari
India selatan yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama
Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa dan letaknya di tepi
Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik
Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman
sekarang.
Dalam berita Campa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau
Bandar Kerajaan Besar.
Jadi sebutan KUTAI awalnya berasal dari berita India adalah Queitaire
artinya Belantara dan Barulah kemudian dalam bahasa melayu di sebut
Kutai (berdasarkan dialek melayu).

Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan


Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah
Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa Kerajaan Kutai Kartanegara.

Dari pemaparan di atas diketahui bahwa KUTAI pada masa itu adalah
nama Kerajaan/kota/wilayah bukan nama suku (etnis). Lalu bagaimanakan
awal kemunculan suku KUTAI ??? jawabannya adalah:

Di Kutai dahulu terbagi menjadi lima puak (lima suku):

1. Puak Pantun
Puak Pantun adalah suku tertua di Kalimantan Timur, dan merupakan suku
atau Puak yang paling Tua diantara 5 Suku atau Puak Kutai lainya, mereka
adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu kerajaan
Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Raja pertamanya
dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada masa dinasti
ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah pimpinan Maharaja
Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang
dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura
wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan
Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun, Kerajaan Pantun
di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti
Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya. Dengan penaklukan
terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi negara dapat stabil
sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa pemerintahannya.
Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara dan
sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara
Bengkal, Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.

2. Puak Punang
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah
pedalaman. Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak
pantun dan puak sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat
bahasa Suku Kutai Kedang mengalunkan Nada yang bergelombang.
Misalya bahasa Indonesia Tidak, Bahasa Kutai Endik, Bahasa Kutai
Kedang Inde. tegas alas gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan Sri
Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri Paha pada
masa pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah
Kota Bangun, Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan
sekitarnya.

3. Puak Pahu
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah kedang pahu. Suku ini
tersebar di muara pahu dan sekitarnya.
4. Puak sendawar (Puak Tulur Djejangkat)
Puak Sendawar adalah suku yang mendiami wilayah sendawar (Kutai
Barat), suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan
Rajanya yang terkenal dengan nama Aji Tulut Jejangkat. Suku ini mendiami
daerah pedalaman.

5. Puak Melani (melanti)


Puak Melani adalah suku yang mendiami wilayah pesisir. Mereka
merupakan suku termuda diantara puak-puak Kutai, di dalam suku ini telah
terjadi percampuran antara suku kutai asli dengan suku pendatang yakni;
Banjar, Bugis, Jawa dan Melayu. Suku ini mendirikan kerajaan Kutai
Kartanegara. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Suku ini mendiami wilayah pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong.

Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melani


kemudian berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang
mirip namun berbeda dialek. Sedangkan puak sendawar (puak tulur
jejangkat) yang hidup di pedalaman berkembang menjadi suku dayak.

Terpecahnya PUAK KUTAI melahirkan/menurunkan suku Dayak dan Kutai

Disinilah awal terbaginya dua golongan atau kelompok suku besar di


Kutai.. yakni dayak dan kutai (haloq). Haloq adalah sebutan bagi suku asli
Kutai yang keluar dari adat/budaya/kepercayaan nenek moyang. Sebutan
haloq mulai timbul ketika suku-suku dari puak-puak kutai di atas mulai
banyak meninggalkan kepercayaan lama (misalnya masuk Islam). Karena
puak pantun, punang, dan melani sebagian besar meninggalkan adat atau
kepercayaan lama mereka maka, mereka mulai di sebut orang haloq oleh
puak lain yang masih bertahan dengan kepercayaan lamanya
(kepercayaan nenek moyang). Dan puak yang masih bertahan dengan
adat/kepercayaan lamanya sebagian besar adalah puak sendawar (puak
tulur jejangkat), meskipun sebagian kecil ada juga suku dari puak
sendawar yang meninggalkan adat lama (Behaloq). Sejak itulah orang
haloq dan orang yg bukan haloq terpisah kehidupannya, karena sudah
berbeda adat istiadat.

Lambat laun orang haloq ini menyebut dirinya orang kutai yang berarti
orang yang ada di benua Kutai atau orang dari wilayah Kerajaan Kutai.
Sejak itu lah kutai lambat laun mulai menjadi nama suku, yang mana suku
kutai ini berasal dari puak pantun, punang, pahu dan melani dan sebagian
kecil puak sendawar.

Puak sendawar yang sebagian besar masih bertahan dengan


adat/kepercayaan lama kemudian berpencar membentuk kelompok-
kelompok suku pedalaman dan terasing. Mereka kini menjadi suku
Tunjung, Benuaq, Penihing, Oeheng, Bentian, Bahau, Modang dan lain-
lain. Mereka adalah suku yang disebut suku Dayak pada masa kini.
Dayak adalah sebutan yang dipopulerkan oleh orang Belanda, dimana
mereka menyebut suku2 asli yang mendiami pedalaman Kalimantan
sebagai Dayaker.
Dayak dalam bahasa beberapa sub suku dayak berarti hulu.
Jadi yang disebut suku Kutai sekarang ini adalah suku dari puak pantun,
punang, pahu dan melani. Sedangkan suku dayak adalah dari puak
sendawar. Jadi suku kutai bukanlah suku melayu muda akan tetapi adalah
suku melayu tua, sama seperti suku dayak. Pengelompokkan suku kutai
kedalam ras melayu muda hanya berdasarkan Sosio-religius atau kultural,
bukan berdasarkan jenisnya (melayu tua).

Saat ini peneliti membagi suku kutai menjadi 4 sub-etnis:


1. Suku Kutai Tenggarong. (yang sebenarnya berasal dari puak melani)
2. Suku Kutai Kota Bangun. (yang sebenarnya berasal dai puak punang)
3. Suku Kutai Muara Pahu. (yang sebenarnya berasal dari puak pahu)
4. Suku Kutai Muara Ancalong. (yang sebenarnya berasal dari puak
pantun)

BAHASA KUTAI
Saat ini bahasa kutai terbagi ke dalam 3 dialek:
1. Kutai Tenggarong (vkt). Contoh: endik, artinya tidak
2. Kutai Kota Bangun (mqg). Contoh: inde / nade, artinya tidak
3. Kutai Muara Ancalong (vkt). Contoh: Hik, artinya tidak
(* sebenarnya ada diaelek bahasa kutai lainnya seperti dealek kutai
pantun, sengatta, guntung dll. Yang belum diteliti oleh peneliti)

Contoh beberapa persamaan bahasa Kutai dengan Dayak:


Nade (Bahasa Kutai Kota Bangun); nadai (Bahasa dayak Iban / Kantu),
artinya tidak.
Celap (bahasa kutai tenggarong, bahasa dayak Iban, bahasa dayak
tunjung); jelap (bahasa dayak benuaq), artinya dingin.
Balu (bahasa kutai tenggarong); balu (bahasa dayak iban); balu (bahasa
dayak benuaq), artinya janda.
Hek (bahasa kutai ), he (bahasa dayak tunjung), artinya tidak.
Manok (bahasa kutai), manok (bahasa dayak) artinya ayam
Alak (bahasa kutai), alaq (bahasa dayak kenyah) artinya ambil
Telek (bahasa kutai kota bangun), telek (bahasa dayak) artinya lihat
Kenohan (bahasa kutai), kenohan (bahasa dayak tunjung dan benuaq)
artinya danau
Langat (bahasa kutai), Langat (bahasa dayak tunjung) artinya panas terik
Merang (bahasa kutai), Perang (bahasa dayak tunjung) artinya panas
Mek (bahasa kutai ), mek (bahasa tunjung) artinya ibu
Ye (bahasa kutai kota bangun), ye (bahasa dayak tunjung) artinya yang
Jabau (bahasa kutai), jabau (bahasa dayak tunjung) artinya singkong

KEKERABATAN ORANG DAYAK TUNJUNG DAN BENUAQ DENGAN


ORANG KUTAI (Wikipedia Suku Benuaq)

Mengenai nama Kutai, ada pendapat bahwa itu memang bukan menunjuk
nama etnis seperti yang menjadi identitas sekarang. Sebaliknya ada yang
berpendapat nama Kutai selain menunjuk pada teritori. Sumpah Palapa
Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada
pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai. Dulu
dalam buku sejarah Kutai ditulis Kutei, padahal istilah Kutei justru
merupakan istilah dalam Bahasa Tunjung Benuaq, entah kapan istilah
tersebut berubah menjadi Kutai. Istilah Kutai erat pula dengan istilah Kutaq
Tunjung Kutaq dalam bahasa Benuaq. Di pedalaman Mahakam terdapat
nama pemukiman (kota kecamatan) bernama Kota Bangun sekarang
didiami etnis Kutai. Menurut catatan Penjajah Belanda dulu daerah ini
diami orang-orang yang memelihara babi, dan mempunyai rumah bertiang
tinggi. Menurut Orang Tunjung Benuaq, istilah Kota Bangun yang benar
adalah Kutaq Bangun. Demikian pula di sekitar Situs Sendawar ada daerah
yang namanya Raraq Kutaq (di Kec. Barong Tongkok, Kota Sendawar
ibukota Kutai Barat). Kutaq dalam bahasa Tunjung atau Benuaq berarti
Tuan Rumah, jadi orang Tunjung Benuaq lebih dahulu/awal menyebut
istilah ini dibandingkan versi lain yang menyebut Kutai berasal dari Bahasa
Cina Kho dan Thai artinya tanah yang luas/besar.

Nama Tenggarong (ibukota Kutai Kartanegara) menurut bahasa Dayak


Orang Benuaq adalah Tengkarukng berasal dari kata tengkaq dan karukng,
tengkaq berarti naik atau menjejakkan kaki ke tempat yang lebih tinggi
(seperti meniti anak tangga), bengkarukng adalah sejenis tanaman akar-
akaran. Menurut Orang Benuaq ketika sekolompok orang Benuaq
(mungkin keturunan Ningkah Olo) menyusuri Sungai Mahakam menuju
pedalaman mereka singgah di suatu tempat dipinggir tepian Mahakam,
dengan menaiki tebing sungai Mahakam melalui akar bengkarukng, itulah
sebabnya disebut Tengkarukng, lama-kelamaan penyebutan tersebut
berubah menjadi Tenggarong sesuai aksen Melayu.

Perhatikan pula nama-nama bangsawan Kutai Martadipura dan Kutai


Kartenagara, menggunakan gelar Aji(id)[1] bandingkan dengan nama Aji
Tullur Jejangkat pendiri Kerajaan Sendawar (Dayak) ayah dari Puncan
Karna leluhur orang Kutai. Sisa kebudayaan Hindu Kaharingan yang sama-
sama masih tersisa sebagai benang merah adalah Belian Kenjong, Belian
Dewa serta Belian Melas/Pelas. Ketiga belian tersebut syair/manteranya
menggunakan bahasa Kutai.

REFERENSI:
-Wikipedia Suku Kutai (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kutai)
-Wikipedia Suku Benuaq (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Benuaq)
-Wikipedia Suku Dayak (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak)
-Buku Sejarah Masuknya Islam di Kaltim (karya: Kang Tarto)
-diskusi dengan A.IANSYAHRECHZA.F gelar Maharaja Srinala Praditha
Wangsawarman sebagai Pemangku Kerajaan Kutai Mulawarman sebagai
pewaris dan pelestari budaya Kerajaan Kutai Martapura sekali gus Kepala
Adat Besar Kec. Muara Kaman.
-dan dari beberapa artikel-artikel dan hasil kajian2 Ilmiah tentang asal-usul
penduduk Kalimantan serta sejarah kutai.

Anda mungkin juga menyukai