Yaitu dengan menerapkan Konsep agroekoteknologi, usahatani ramah lingkungan, dan teknologi
revolusi hijau lestari (Sumarno dan Suyamto, 1998; Sumarno, et al., 2000; Sumarno, 2007),
yang berisi komponen teknologi modern yang digabungkan dengan upaya dan tindakan
pelestarian mutu sumber daya dan lingkungan, antara lain berupa:
(1) pengembalian limbah panen dan penambahan pupuk organik ke dalam tanah sawah,
(2) rotasi tanaman menyertakan tanaman kacang-kacangan dan atau tanaman yang memerlukan
pengolahan tanah seperti : tebu, tembakau, ubijalar, sayuran, melon;
(3)penyehatan lingkungan dan sanitasi tanaman inang serangga hama dan pathogen penyakit,
(4) penanaman varietas unggul adaptif lokalita spesifik yang saling berbeda
antar blok persawahan, guna meningkatkan keragaman varietas,
(5) pola tanam multi komoditas pada satu wilayah hamparan sawah, menggunakan pola tanam
surjan, penanaman palawija pada pematang, penanaman sayuran pada 10-20% luasan areal
secara tersebar dan terpancar, sehingga membentuk pola tanam komoditas mozaik,
(6) pemupukan anorganik untuk penyediaan hara secara optimal bagi tanaman,
(7) pengelolaan keseimbangan ekologi biota dan pengendalian hama-penyakit terpadu,
(8) mencegah pencemaran limbah kimiawi maupun fisik, berasal dari luar ekologi lahan,
(9) penyiapan lahan secara optimal bagi pertumbuhan tanaman,
(10) penanaman pada musim tanam yang tepat secara serempak pada satu hamparan,
(11) pemeliharaan sumber pengairan dan prasarana irigasi, supaya air tersedia
berkecukupan bagi kebutuhan tanaman,
(12) pemanenan dan penyimpanan air hujan
untuk pengairan pada musim kemarau.
Dari dua belas tindakan tersebut sangat komplementer dan serasi (compatible) dengan sarana-
prasarana serta peralatan mesin modern, sehingga dari usahatani akan diperoleh produktivitas
tinggi dan sekaligus konservasi sumber daya dan lingkungan. Adopsi terhadap komponen
teknologi ekologis-konservasif tersebut semestinya dapat dilakukan dengan jalan peningkatan
kesadaran dan pemahaman petani melalui penyuluhan dan pelatihan. Aspek pemeliharaan mutu
lahan dan lingkungan, seharusnya menjadi bagian dari program penyuluhan pertanian.
(Sumarno dan Kartasasmita, 2011).
Bisa.
(1) kesadaran akan pentingnya menjaga mutu lahan untuk penggunaan jangka
panjang masih lemah atau belum ada,
(4) harga pupuk disubsidi pemerintah menjadikan sangat murah sehingga petani
menggunakan pupuk secara liberal melebihi dosis optimum,
(5) karena pemilikan lahan sempit, petani berupaya memperoleh hasil panen yang
lebih banyak dari lahan yang dimiliki,
(7) petani memang belum tahu akibat negatif dari praktik penggunaan input sangat
tinggi untuk memaksimalisasi produktivitas lahannya.