PENDAHULUAN
TINJAUAN INSTANSI
Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) berdiri pada tahun 1969
berdasarkan SK Direktorat Jenderal Perindustrian Dasar No. 48 / Kpts.
DD / Perdas, dengan nama Proyek Pusat Pengembangan Industri
Pengerjaan Logam atau lebih dikenal dengan nama Metal Industries
Development Center (MIDC).
2. Fungsi
Melaksanakan kerjasama dan pengembangan usaha,
monitoring dan evaluasi serta konsultasi dan supervisi.
Melaksanakan penelitian dan pengembangan, perancangan
keteknikan, standarisasi proses dan produk serta teknologi
informasi.
Melaksanakan alih teknologi, pengecoran logam,
pemesinan dan perlakuan panas serta pengelasan dan
pelapisan.
Melaksanakan penilaian dan kesesuaian, kalibrasi,
pengujian dan inspeksi serta sertifikasi produk dan profesi.
Melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi bagi
semua unsur di lingkungan BBLM.
3. Kopetensi BBLM
5. Sarana BBLM
Balai Besar Logam dan Mesin berada pada tanah seluas 24.000
meter2. Bangunan yang terdapat pada tanah tersebut adalah:
6. Fasilitas BBLM
7. Laboratorium Kalibrasi
1. Laboratorium Dimensi
2. Laboratorium Gaya
3. Laboratorium Massa
4. Laboratorium Suhu
5. Laboratorium Listrik
6. Laboratorium berat
PELAKSANAAN PKL
III.1 Deskripsi.
a. Metrologi
Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran
secara luas, yang nmeliputi semua aspek pengukuran praktis
dan teoritis termasuk juga ketidakpastian pengukuran.
(Masiran, 2014)
Metrologi sangat erat hubungannya dengan kegiatan
pengukuran dalam kehidupan sehari-hari, baik dari
pengukuran yang sederhana seperti yang dilakukan untuk
mengukur panjang suatu benda sampai pada pengukuran yang
lebih kompleks seperti pada pengukuran yang diterapkan di
bidang industri. Pengukuran sangat penting dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari karena untuk menyatakan suatu
kebenaran dan kesesuaian benda dengan ukuran sebenarnya
harus dilakukan suatu pengukuran. Ilmu metrologi telah
dikenal dari zaman dahulu, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam
setiap kehidupan pasti memerlukan suatu pengukuran. Secara
umum ada beberapa cakupan dari ilmu metrologi itu sendiri,
cakupan-cakupan tersebut yaitu:
a) Penetapan definisi satuan-satuan ukuran yang
diterima secara internasional; misalnya meter.
b) Pewujudan satuan-satuan ukuran berdasarkan
metode-metode ilmiah; misalnya perwujudan nilai
meter menggunakan sinar laser.
c) Penetapan rantai ketertelusuran dengan menentukan
dan merekam nilai dan akurasi suatu pengukuran dan
menyebarluaskan pengetahuan itu; misalnya
c. Force gauge
Force gauge adalah alat yang digunakan untuk mengkalibrasi
durometer yang di tempatkan pada durometer test stand.
Force gauge adalah sebuah perangkat alat yang ukurannya
kecil dan biasanya digunakan untuk mengukur kekuatan yang
terjadi selama push atau pull tes. Alat ini digunakan dalam
berbagai bidang diantaranya adalah industry, bidang penelitian
dan pengembangan, di laboratorium, di lingkungan uji
kualitas, hingga di kerja-kerja lapangan yang membutuhkan
peralatan force gauge tersebut. Alat force gauge ini ada yang
systemnya manual dan ada pula yang digital. Keduanya tentu
saja memiliki keuntungan dan kekurangan tersendiri.
Disamping itu penggunaannya pun bisa disesuaikan dengan
kebutuhan, ada kalanya dibutuhkan yang manual dan
adakalanya dibutuhkan yang system digital. System digital
lebih simple dan lebih cepat diketahui hasilnya. Force
gauge ada juga yang terbuat dengan model pegas. Hal ini
akan lebih menguntungkan dalam hal akurasi pengukuran
untuk jangka panjang. Di pasaran kita bisa menemukannya.
Jika model dari force gauge tersebut berbentuk pegas, maka
biasanya memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah
pemeliharaan dari nilai puncak yang lebih mudah, model
pegas akan lebih memudahkan pada saat proses pengukuran
berlangsung, pengukuran biasanya akan didapatkan dengan
nilai akurasi yang tinggi yakni dengan pengaturan fungsi dari
d. Durometer
0.79 mm 1.25 mm 78 gf
M 30 cone (0.031 in) (0.049 in) (0.76 N)
2.5 mm
(0.098 in) 4.50 mm 2.54 mm 822 gf
E spherical radius (0.177 in) (0.100 in) (8.06 N)
1.20 mm
(0.047 in) 2.40 mm 2.54 mm 822 gf
O spherical radius (0.094 in) (0.100 in) (8.06 N)
1.20 mm
(0.047 in) 2.40 mm 2.54 mm 113 gf
OO spherical radius (0.094 in) (0.100 in) (1.11 N)
1.20 mm
(0.047 in) 2.40 mm 2.54 mm 4,536 gf
DO spherical radius (0.094 in) (0.100 in) (44.48 N)
10.7 mm
6.35 mm (0.42 in)
(0.250 in) 11.6 mm 2.54 mm 113 gf
OOO spherical radius (0.46 in) (0.100 in) (1.11 N)
10.7 mm
(0.42 in) radius 11.9 mm 5.0 mm 197 gf
OOO-S disk (0.47 in) (0.20 in) (1.93 N)
e. Ketidakpastian
X i X 2
xi n
s( )= (3.2)
i=1
s ( xi )
S( x = n (3.3)
u (x i) = S( x (3.4)
vi
= n 1 (3.5)
s
( p) , dengan derajat kebebasan vp
baku pooled
v i Si
sp i1
= M (3.6)
vi
i1
M
vP
= vi (3.7)
i=1
si
Di mana, adalah simpangan baku
m1
eksperimental dari satu seri pengamatan berulang
vi mi
= 1 (3.8)
sp
xi
u = n (3.9)
bx
y=a+ (3.10)
yi
SSR = (3.11)
s= SSR
v (3.12)
atau
y = f(x) (3.13)
dengan 3 , yaitu u = a / 3
6 , yaitu u = a / 6
dengan 2 , yaitu u = a/ 2 .
(3.14)
Koefisien sensitivitas kadangkadang dapat
ditentukan secara eksperimental, yaitu dengan
memvariasikan besaran input tertentu dan menjaga besaran
input lainnya dalam nilai yang konstan.
2) Ketidakpastian Baku Gabungan
Ketidakpastian baku gabungan dari suatu
Uc
pengukuran, dinotasikan dengan , diambil untuk
n
U c = [ui ]2
i=1
(3.15)
sedangkan jika semua taksiran berkorelasi dengan
koefisien korelasi +1, maka ketidakpastian baku gabungan
dari taksiran keluaran dapat dinyatakan dengan:
keterangan:
R = Realibity 10% (diasumsikan), atau juga sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan.
Jika semua komponen ketidakpastian telah digabungkan,
derajat kebebasan dari ketidakpastian baku gabungan perlu untuk
diestimasi, yaitu derajat kebebasan efektif dari ketidakpastian baku
gabungan yang dapat dihitung dengan rumus Welch Satterthwaite:
4
Uc
Veff = 7 4
Ui (3.19)
i =1 Vi
(3.20)
4) Ketidakpastian Bentangan
Ukuran ketidakpastian perlu untuk memenuhi kemungkinan
yang memadai yang diistilahkan dengan ketidakpastian bentangan,
yang dinyatakan dengan simbol U, dan diperoleh dengan
uc
mengalikan dengan faktor cakupan yang dinyatakan dalam
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) C Rect. -0,002 3,464102 60 -0,00058 13,33 5,923E-05 5,84692E-11
Standar Standart
Uji U95% Koreksi U95%+koreksi
t Teclock
10 9,75 0,29 0,25 0,54 1
20 19,65 0,29 0,35 0,64 1
30 29,31 0,29 0,69 0,98 1
40 38,44 0,29 1,56 1,85 1
50 47,04 0,29 2,96 3,25 1
60 56,69 0,3 3,31 3,61 1
70 65,17 0,29 4,83 5,12 1
80 75,73 0,31 4,27 4,58 1
90 86,95 0,3 3,05 3,35 1
Tabel 3.21 Hasil Perhitungan U95%+Koreksi Sebelum disetting.
Standar Standart
Uji U95% Koreksi U95%+koreksi
t Teclock
10 9,78 0,29 0,22 0,51 1
20 19,82 0,29 0,18 0,47 1
30 29,86 0,29 0,14 0,43 1
40 39,77 0,29 0,23 0,52 1
50 49,68 0,29 0,32 0,61 1
60 59,56 0,29 0,44 0,73 1
70 69,65 0,29 0,35 0,64 1
80 79,66 0,29 0,34 0,63 1
90 89,57 0,29 0,43 0,72 1
Tabel 3.22 Hasil Perhitungan U95%+Koreksi Setelah disetting.
Selain menggunakan tabel perhitungan penulis juga menyertakan
grafik perhitungan agar lebih terlihat jelas titik mana saja yang sering
digunakan serta dapat membandingkan hasil sebelum alat tersebut
disetting serta sesudah disetting. Berikut adalah grafik hasil perhitang :
VARIABLE
11
0.72
0.5 toleransi batas atas
toleransi batas bawah
U(%+KOREKSI&KOREKSI 0 U95%+Koreksi
0 0.5 1
Setelah dise
-0.5
-1 -1
-1.5
VARIABLE
VARIABLE
III.3 Implementasi
a. SOP (Standar Operasional Prosedur) Kalibrasi
III.4 Pembahasan
Telah dilakukan kalibrasi durometer dengan menggunakan
durometer stand calibration pada tanggal 14 Juli 2016 di
laboratorium kalibrasi bagaian torsi Balai Besar Logam dan Mesin
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berdasarkan data yang
didapat maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumus Ketidakpastian
a. Ketidakpastian keterlanan
Urep= c
3
Vrep=n1
b. Ketidakpastian Resolusi
a
Ures= c
3
k
U kor= c
k
Vres=0,5 ( 100R ) 2
d. Ketidakpastian drift standart
k
Udrift=
2 3
Vres=0,5 ( 100R ) 2
e. Ketidakpastian gabungan
f. Derajat kebebasan
4
Uc
Veff = 4 4 4 4
Urep Ures Ukor Udrift
+ + +
Vrep Vres Vkor Vdrift
g. Ketidakpastian bentangan