Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang.


Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran.
Pengukuran terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal. Hal ini
membuktikan bahwa seluruh fase kehidupan manusia tak pernah lepas dari
metrologi. Oleh karena itu, manusia perlu memahami konsep pengukuran
yang sebenarnya, tidak hanya sekedar tahu. Namun, dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Metrologi atau ilmu pengukuran sangat
identik dengan istilah kalibrasi. Namun, tidak semua orang tahu
pengertian, tujuan, manfaat dan arti penting dari kalibrasi.
Menurut ISO 17025, semua alat ukur yang berpengaruh signifikan
terhadap hasil pengukuran maka perlu dikalibrasi. Hal ini menunjukan
bahwa kalibrasi sangatlah penting dilakukan untuk alat ukur, agar alat
tersebut mampu tertelusur ke standar nasional maupun internasional.
Untuk itulah, perusahaan yang menerapkan sistem managemen yang
menerapkan ISO 17025, maka alat-alat yang digunakan perlu untuk
dikalibrasi, karena setiap waktu tertentu akan di audit oleh pihak
managemen.

I.2 Maksud dan Tujuan.


Tujuan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah
untuk :
1. Untuk memberikan wawasan yang luas bagi mahasiswa dalam
memasuki dunia kerja.
2. Mengalibrasi Durometer dengan standar force guage berdasarkan
standar acuan (ASTM D 2240 1997)
3. Menghitung nilai koreksi + ketidakpastian hasil kalibrasi
durometer.
4. Membandingkan hasil kalibrasi durometer yang belum disetting
dan sudah disetting.

Metrologi dan Insrumentasi Page 1


5. Menganalisis grafik hubungan antara varian dengan nilai
ketidakpastian bentangan+koreksi.
I.3 Batasan Masalah.
Penelitian ini dilakukan dalam batasan masalah :
1. Durometer yang digunakan memiliki resolusi 1 skala
2. Force guage yang digunakan memiliki resolusi 0,01 kgf
3. Pengambilan data dilakukan lima kali setiap satu pengukuran.
4. Kalibrasi dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM D
2240 2005.
5. Menghitung nilai Ketidakpastian bentangan pada setiap
pengukuan dan menganalisa dari setiap pengukuran.

Metrologi dan Insrumentasi Page 2


BAB II

TINJAUAN INSTANSI

II.1 Sejarah BBLM.

Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) berdiri pada tahun 1969
berdasarkan SK Direktorat Jenderal Perindustrian Dasar No. 48 / Kpts.
DD / Perdas, dengan nama Proyek Pusat Pengembangan Industri
Pengerjaan Logam atau lebih dikenal dengan nama Metal Industries
Development Center (MIDC).

Pada tanggal 9 Maret 1979 berdasarkan Surat Keputusan Menteri


Perindustrian No. 45 / M / SK / 1979, proyek MIDC berubah status
menjadi Balai Besar Logam dan Mesin, dan berada di bawah
lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI)
Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Ketika terjadi
penggabungan antara Departemen Perindustrian dan Perdagangan
tahun 2002, BBLM berada di bawah Direktorat Jenderal Industri dan
Dagang Kecil Menengah (IDKM), lalu pada tahun 2005 BBLM
kembali lagi berada di bawah BPPI sesuai dengan pemisahan kembali
Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan.

Saat ini BBLM berada di bawah naungan Badan Penelitian dan


Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 58/M-
IND/PER/6/2015 tanggal 12 Juni 2015.

Sejak pendiriannya, BBLM telah bekerjasama dengan Pemerintah


Kerajaan Belgia (1969 1987), UNIDO (19751978), Pemerintah
Republik Federal Jerman (1976), NIRIN (1995 2000) dan Japan
International Cooperation Agency JICA (1999 2004). Saat ini
kerja sama yang sedang dilaksanakan yaitu dengan Korea Institute of

Metrologi dan Insrumentasi Page 3


Materials Science (KIMS) dalam bidang penelitian dan
pengembangan material engineering.

II.2 Visi BBLM

BBLM menjadi lembaga litbang terkemuka di bidang design proses


dan produk engineering.

II.3 Misi BBLM

1. Melakukan litbang terapan desain produk, material, proses dan


kepastian mutu dibidang logam dan mesin.
2. Memberikan pelayanan teknis : konsultasi & supervisi, penilaian
kesesuaian, pengembangan kompetensi SDM, sertifikasi produk,
sertifikasi personil dan sistem manajemen mutu bagi industri
logam dan mesin.
3. Penyebarluasan dan membantu penerapan teknologi di bidang
logam dan mesin kepada masyarakat industri

II.4 Nilai Nilai BBLM.

Tekun, jujur, berintegritas dan pelayanan prima

II.5 Motto BBLM.

Hasil litbang dan pelayanan berkualitas

II.6 Tugas dan Fungsi BBLM

Metrologi dan Insrumentasi Page 4


1. Tugas Pokok

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor


44/MIND/PER/6/2006 tanggal 29 juni 2006, Balai Besar Logam
dan Mesin mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan
pengembangan industri logam dan pemesinan, penelitian terapan
serta layanan pengujian, jasa keteknikan dan peningkatan SDM,
sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan
Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI).

2. Fungsi
Melaksanakan kerjasama dan pengembangan usaha,
monitoring dan evaluasi serta konsultasi dan supervisi.
Melaksanakan penelitian dan pengembangan, perancangan
keteknikan, standarisasi proses dan produk serta teknologi
informasi.
Melaksanakan alih teknologi, pengecoran logam,
pemesinan dan perlakuan panas serta pengelasan dan
pelapisan.
Melaksanakan penilaian dan kesesuaian, kalibrasi,
pengujian dan inspeksi serta sertifikasi produk dan profesi.
Melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi bagi
semua unsur di lingkungan BBLM.

3. Kopetensi BBLM

1. Engineering design (mesin listrik & peralatan, peralatan pabrik &


mesin perkakas, alat angkut dan industri telematika)
2. Pengembangan mesin pembangkit listrik : turbin air, uap dan gas
kapasitas > 3 mw.
3. Pengembangan engine kendaraan bermotor roda empat.
4. Pengembangan PLC, untuk mesin dan perakitan pabrik.
5. Pengembangan mesin dan peralatan pabrik

Metrologi dan Insrumentasi Page 5


6. Pembuatan bejana tekan kapasitas 5 ton/jam dengan tekanan 12
bar.

4. Struktur organisai BBLM

Gambar 2.1 Struktur Organisasi

5. Sarana BBLM

Balai Besar Logam dan Mesin berada pada tanah seluas 24.000
meter2. Bangunan yang terdapat pada tanah tersebut adalah:

Metrologi dan Insrumentasi Page 6


1. Gedung kantor utama 4 tingkat
2. Bangunan bagian Permesinan
3. Bangunan bagian Pengecoran Lgam
4. Bangunan bagian Las dan Kostruksi
5. Bangunan bagian PK (Penilaian dan Kesesuaian)
6. Bangunan bagian Pengujian
7. Kantin
8. Asrama diklat
9. Wisma

6. Fasilitas BBLM

Fasilitas yang berada di lingkungan BBLM terdiri dari berbagai


macam laboratorium untuk menunjang dalam melakukan tugas
pokok dan fungsi:
1. Laboratorium Pengecoran
2. Laboratorium Permesinan
3. Laboratorium Las dan Konstruksi
4. Laboratorium Pengujian
5. Laboratorium Kalibrasi

7. Laboratorium Kalibrasi

Laboratorium Kalibrasi BBLM telah memperoleh


akreditasi dari KAN - BSN untuk memverifikasi alat ukur, yang
dapat diimplementasikan di laboratorium atau industri.

Laboratorium Kalibrasi terdiri dari enam (6) Laboratorium, yaitu:

1. Laboratorium Dimensi
2. Laboratorium Gaya
3. Laboratorium Massa
4. Laboratorium Suhu
5. Laboratorium Listrik
6. Laboratorium berat

Metrologi dan Insrumentasi Page 7


8. Laboratorium pengujian

Laboratorium Pengujian melakukan persiapan bahan,


pengujian bahan dan inspeksi, untuk produk dan mesin, dan telah
memperoleh akreditasi dari KAN.

Daftar Laboratorium Pengujian yang dimiliki BBLM adalah:

1. Laboratorium Pengujian Teknik


2. Laboratorium Pengujian Logam Kimia
3. Laboratorium NDT (Non Destructive Testing)
4. Laboratorium Pengujian Komponen Transportasi
5. Laboratorium Pengujian Produk dan Logam
6. Laboratorium Pengujian Meter Air
7. Laboratorium Pengujian Produk Konversi Energi

Metrologi dan Insrumentasi Page 8


BAB III

PELAKSANAAN PKL

III.1 Deskripsi.
a. Metrologi
Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran
secara luas, yang nmeliputi semua aspek pengukuran praktis
dan teoritis termasuk juga ketidakpastian pengukuran.
(Masiran, 2014)
Metrologi sangat erat hubungannya dengan kegiatan
pengukuran dalam kehidupan sehari-hari, baik dari
pengukuran yang sederhana seperti yang dilakukan untuk
mengukur panjang suatu benda sampai pada pengukuran yang
lebih kompleks seperti pada pengukuran yang diterapkan di
bidang industri. Pengukuran sangat penting dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari karena untuk menyatakan suatu
kebenaran dan kesesuaian benda dengan ukuran sebenarnya
harus dilakukan suatu pengukuran. Ilmu metrologi telah
dikenal dari zaman dahulu, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam
setiap kehidupan pasti memerlukan suatu pengukuran. Secara
umum ada beberapa cakupan dari ilmu metrologi itu sendiri,
cakupan-cakupan tersebut yaitu:
a) Penetapan definisi satuan-satuan ukuran yang
diterima secara internasional; misalnya meter.
b) Pewujudan satuan-satuan ukuran berdasarkan
metode-metode ilmiah; misalnya perwujudan nilai
meter menggunakan sinar laser.
c) Penetapan rantai ketertelusuran dengan menentukan
dan merekam nilai dan akurasi suatu pengukuran dan
menyebarluaskan pengetahuan itu; misalnya

Metrologi dan Insrumentasi Page 9


hubungan (perbandingan) antara nilai ukur sebuah
mikrometer ulir di bengkel dan standar panjang di
laboratorium standar panjang.
Perkembangan zaman seperti sekarang ini memicu para
peneliti untuk selalu mengembangkan ilmu metrologi ke
dalam bahasan yang lebih kompleks. Metrologi harus terus
dikembangkan agar dapat mengimbangi suatu perkembangan
zaman mengenai persoalan-persoalan yang ada dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan kategori-kategori
bahasan dalam metrologi. Adapun pembagian kategori-
kategori dalam metrologi berdasarkan tingkat kerumitan dan
akurasi yang berbeda-beda adalah sebagai berikut:
a) Metrologi Ilmiah (Scientific metrology):
berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan
standar-standar pengukuran dan pemeliharaannya
(tingkat tertinggi);
b) Metrologi Industri (Industrial metrology): bertujuan
untuk memastikan bahwa sistem pengukuran dan
alat-alat ukur di industri berfungsi dengan akurasi
yang memadai, baik dalam proses persiapan,
produksi maupun pengujiannya;
c) Metrologi Legal (Legal metrology): berkaitan
dengan pengukuran yang berdampak pada transaksi
ekonomi, kesehatan, dan keselamatan.
b. Kalibrasi
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur
dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang
mampu telusur (traceable) kestandar nasional maupun
internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan
bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Tujuan Kalibrasi :
a. Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil
pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke

Metrologi dan Insrumentasi Page 10


standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer
nasional dan / internasional), melalui rangkaian
perbandingan yang tak terputus.
b. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai
konvensional penunjukan suatu instrument ukur.
c. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan
standar Nasional maupun Internasional.

c. Force gauge
Force gauge adalah alat yang digunakan untuk mengkalibrasi
durometer yang di tempatkan pada durometer test stand.
Force gauge adalah sebuah perangkat alat yang ukurannya
kecil dan biasanya digunakan untuk mengukur kekuatan yang
terjadi selama push atau pull tes. Alat ini digunakan dalam
berbagai bidang diantaranya adalah industry, bidang penelitian
dan pengembangan, di laboratorium, di lingkungan uji
kualitas, hingga di kerja-kerja lapangan yang membutuhkan
peralatan force gauge tersebut. Alat force gauge ini ada yang
systemnya manual dan ada pula yang digital. Keduanya tentu
saja memiliki keuntungan dan kekurangan tersendiri.
Disamping itu penggunaannya pun bisa disesuaikan dengan
kebutuhan, ada kalanya dibutuhkan yang manual dan
adakalanya dibutuhkan yang system digital. System digital
lebih simple dan lebih cepat diketahui hasilnya. Force
gauge ada juga yang terbuat dengan model pegas. Hal ini
akan lebih menguntungkan dalam hal akurasi pengukuran
untuk jangka panjang. Di pasaran kita bisa menemukannya.
Jika model dari force gauge tersebut berbentuk pegas, maka
biasanya memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah
pemeliharaan dari nilai puncak yang lebih mudah, model
pegas akan lebih memudahkan pada saat proses pengukuran
berlangsung, pengukuran biasanya akan didapatkan dengan
nilai akurasi yang tinggi yakni dengan pengaturan fungsi dari

Metrologi dan Insrumentasi Page 11


titik nol dan juga indicator. Jika bahan dari force gauge
tersebut terbuat dari alumunium maka akan lebih bagus dan
lebih awet usianya, biasanya akan lebih kuat dan memiliki
daya tahan tinggi terhadap tekanan dan benturan. Penggunaan
pegas dalam system force gauge juga akan memberikan
pengaruh yang baik pada nilai akurasi yang dihasilkan.
Akurasi yang diperoleh bisa berlangsung lebih lama dengan
penggunaan system pegas tersebut. Beberapa alat force gauge
juga menunjukan system yang mudah dibaca dan ada pula
yang sedikit rumit. Untuk pengukuran yang baik pastikan
Anda memilih perangkat force gauge yang mudah dibaca dan
terbuat dari bahan pegas.

d. Durometer

Durometer adalah salah satu dari beberapa alat ukur


kekerasan bahan. Kekerasan mungkin didefinisikan sebagai
resistansi material untuk indentasi permanen. Skala durometer
yang telah didefinisikan oleh Albert Ferdinand Shore, yang
dikembangkan oleh sebuah perangkat untuk mengukur
kekerasan bahan di tahun 1920-an. Istilah durometer sering
digunakan untuk merujuk kepada pengukuran serta alat itu
sendiri. Durometer biasanya digunakan sebagai ukuran kekerasan
dalam polimer, elastomers, dan rubbers.

Ada beberapa skala durometer, digunakan untuk bahan


dengan sifat yang berbeda . Dua skala yang paling umum
menggunakan sistem pengukuran adalah ASTM D2240 tipe A dan
tipe D. Skala A adalah untuk plastik lembut , sedangkan skala D
adalah untuk yang lebih keras . Namun, ASTM D2240 00 standar
pengujian untuk total 12 sisi , tergantung pada tujuan penggunaan ;
tipe A , B , C , D , DO , E , M , O , OO , OOO , OOO S , dan R.
Setiap skala menghasilkan nilai antara 0 dan 100 , dengan nilai

Metrologi dan Insrumentasi Page 12


yang lebih tinggi menunjukkan bahwa material tersebut lebih keras.
Durometer , seperti banyak uji kekerasan lain , mengukur
kedalaman lekukan dalam materi yang diciptakan oleh sebuah
kekuatan yang diberikan pada kaki Presser standar . Kedalaman ini
tergantung pada kekerasan material, sifat viskoelastik nya , bentuk
kaki Presser , dan waktu pengujian . ASTM D2240 durometer
memungkinkan untuk pengukuran kekerasan awal , atau kekerasan
lekukan setelah periode waktu tertentu . Tes dasar memerlukan
menerapkan gaya secara konsisten , tanpa kejutan , dan mengukur
kekerasan ( kedalaman lekukan ) . Jika kekerasan waktunya
diinginkan , gaya diterapkan untuk waktu yang diperlukan dan
kemudian membaca . Materi yang diuji harus minimal 6,4 mm
( 0,25 inci) tebal.

Durometer Indenting foot Applied Resulting


mass force [N]
[kg]

Type A Hardened steel rod 1.1 mm 0.822 8.064


1.4 mm diameter, with a
truncated 35 cone, 0.79 mm
diameter

Type D Hardened steel rod 1.1 mm 4.55 44.64


1.4 mm diameter, with a 30
conical point, 0.1 mm radius tip

3.1 Table Test setup for type A & D

ASTM D2240 standar mengakui dua belas skala durometer yang


berbeda menggunakan kombinasi dari kekuatan pegas tertentu dan
konfigurasi indentor. Skala ini benar disebut sebagai jenis durometer;
yaitu, jenis durometer dirancang khusus untuk menentukan skala
tertentu, dan skala tidak ada secara terpisah dari durometer tersebut.

Metrologi dan Insrumentasi Page 13


Tabel di bawah ini memberikan rincian untuk masing-masing jenis,
dengan pengecualian Type R.

Durometer Configurati Diamet Extensi Spring


Type on er on force
35
truncated cone 1.40 mm 2.54 mm 822 gf
A (frustum) (0.055 in) (0.100 in) (8.06 N)

35 truncated 1.40 mm 2.54 mm 4,536 gf


C cone (frustum) (0.055 in) (0.100 in) (44.48 N)

1.40 mm 2.54 mm 4,536 gf


D 30 cone (0.055 in) (0.100 in) (44.48 N)

1.40 mm 2.54 mm 822 gf


B 30 cone (0.055 in) (0.100 in) (8.06 N)

0.79 mm 1.25 mm 78 gf
M 30 cone (0.031 in) (0.049 in) (0.76 N)

2.5 mm
(0.098 in) 4.50 mm 2.54 mm 822 gf
E spherical radius (0.177 in) (0.100 in) (8.06 N)

1.20 mm
(0.047 in) 2.40 mm 2.54 mm 822 gf
O spherical radius (0.094 in) (0.100 in) (8.06 N)

1.20 mm
(0.047 in) 2.40 mm 2.54 mm 113 gf
OO spherical radius (0.094 in) (0.100 in) (1.11 N)

1.20 mm
(0.047 in) 2.40 mm 2.54 mm 4,536 gf
DO spherical radius (0.094 in) (0.100 in) (44.48 N)

10.7 mm
6.35 mm (0.42 in)
(0.250 in) 11.6 mm 2.54 mm 113 gf
OOO spherical radius (0.46 in) (0.100 in) (1.11 N)

10.7 mm
(0.42 in) radius 11.9 mm 5.0 mm 197 gf
OOO-S disk (0.47 in) (0.20 in) (1.93 N)

3.2 Tabel jenis jenis durometer

e. Ketidakpastian

Metrologi dan Insrumentasi Page 14


Ketidakpastian pengukuran adalah parameter hasil
pengukuran yang memberikan karakter sebaran nilai-nilai yang
secara layak dapat diberikan pada besaran ukur. (KAN, 2006).
Ada beberapa komponen ketidakpatian yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan metode yang digunakan untuk
menafsirkan nilai numeriknya, yaitu:
a. Ketidakpastian tipe A: yang dievaluasi dengan
analisis statistik dari serangkaian pengamatan.
b. Ketidakpastian tipe B: yang dievaluasi dengan cara
selain analisis statistik dari serangkaian pengamatan.
Klasifikasi mengenai komponen ketidakpastian ke dalam
tipe A dan tipe B tidak selalu memiliki hubungan langsung
dengan klasifikasi komponen ketidakpastian sebagai
ketidakpastian acak dan sistematik. Untuk menghindari kesalahan
pemahaman istilah kesalahan acak dan kesalahan sistematik yang
tidak digunakan, suatu istilah yang dapat digunakan dalam
komponen ketidakpastian adalah:
a. komponen ketidakpastian yang didapat dari
pengaruh acak,
b. komponen ketidakpastian yang didapat dari
pengaruh sistematik.

acak adalah suatu pengaruh yang memberikan


penambahan kemungkinan kesalahan acak dalam proses
pengukuran yang dilakukan sedangkan pengaruh sistematik
adalah pengaruh yang memberikan kemungkinan kesalahan
sistematik dalam pengukuran yang dilakukan. Dalam melakukan
suatu pengukuran, untuk mengatasi ketidakpastian yang
disebabkan pengaruh sistematik maka dapat dilakukan evaluasi
ketidakpastian tipe A sedangkan untuk kasus lain maka dapat
dievaluasi dengan ketidakpastian tipe B termasuk untuk pengaruh
yang disebabkan oleh pengaruh acak.

Metrologi dan Insrumentasi Page 15


a. Evaluasi Ketidakpastian Tipe A
Dalam evaluasi ketidakpastian tipe A biasa digunakan
bila pengukuran diulangi beberapa kali, maka nilai ratarata
dan simpangan bakunya dapat dihitung. Simpangan baku
menggambarkan sebaran nilai yang dapat digunakan untuk
mewakili seluruh populasi nilai terukur. Sebagian besar kasus
yang sering muncul adalah mengenai taksiran nilai yang
diharapkan terhadap nilai besaran yang bervariasi secara acak
yang diperoleh dari pengukuran berulang sebanyak n kali
yang saling bebas dalam kondisi pengukuran yang sama
maka dapat dilakukan perhitungan rata-rata dari data tersebut
sesuai dengan banyaknya data dengan formula berikut:
n
1
x = x
n 1 i (3.1)

Simpangan baku adalah suatu taksiran dari


sebaran populasi data dimana nilai n tersebut
diambil, untuk menghitungnya dapat dihitung
dengan formula:

X i X 2


xi n
s( )= (3.2)
i=1

setelah melakukan satu kali n pengamatan berulang,


kemudian dilakukan pengamatan kedua dari n pengamatan
berulang maka nilai ratarata dapat dihitung lagi.
Kemungkinan akan terjadi sedikit perbedaan antara rata
rata dari n pengamatan kedua dari ratarata pertama.
Taksiran sebaran dari ratarata populasi dapat dihitung dari

Metrologi dan Insrumentasi Page 16


simpangan baku ratarata dari eksperimental dengan
formula berikut:

s ( xi )
S( x = n (3.3)

Ketidakpastian baku tipe A, u (x i) dari suatu

besaran yang ditentukan dari n pengamatan berulang yang


saling bebas yaitu:

u (x i) = S( x (3.4)

Pada beberapa kasus biasanya dibutuhkan suatu


formula untuk mengetahui jumlah derajat kebebasan v,
untuk satu n pengukuran diperoleh nilai ratarata tersebut,
derajat kebebesan n dari pengamatan berulang dapat
dihitung dengan:

vi
= n 1 (3.5)

Untuk pengukuran yang telah dikarakterisasi


dengan baik dibawah pengendalian statistik, simpangan

s
( p) , dengan derajat kebebasan vp
baku pooled

berdasarkan M seri pengamatan terhadap variabel yang


sama dapat tersedia. Simpangan baku pooled dapat
ditentukan dengan:

Metrologi dan Insrumentasi Page 17



M

v i Si
sp i1
= M (3.6)
vi
i1

M
vP
= vi (3.7)
i=1

si
Di mana, adalah simpangan baku

m1
eksperimental dari satu seri pengamatan berulang

yang saling bebas, dan mempunyai derajat kebebasan:

vi mi
= 1 (3.8)

Jika hasil pengukuran x terhadap variabel yang

sama ditentukan dari n pengamatan yang saling bebas,


ketidakpastian baku tipe A, yaitu u dapat diestimasi dari:

sp
xi
u = n (3.9)

Terdapat banyak metode untuk menentukan


ketidakpastian baku tipe A, perhitungan ketidakpastian baku
tipe A paling umum digunakan pada bidang ESDM (Energi
dan Sumber Daya Mineral), evaluasi tipe A berikutnya yang
paling umum adalah ketidakpastian baku dari penarikan
kurva (fitted curves). Sebagai contoh, bila diinginkan untuk
menarik garis lurus terhadap beberapa data, dan mempunyai
garis lurus:

bx
y=a+ (3.10)

Metrologi dan Insrumentasi Page 18


Perbedaan antara titik data aktual dan nilai terkait
yang dihitung dari persamaan tersebut disebut dengan
residual, dalam proses penarikan kurva, diharapkan untuk
memperoleh nilai a dan b sehingga jumlah dari kuadrat
residual (SSR) tersebut minimum:

yi

SSR = (3.11)

Sebaran dari titik data disekitar kurva dapat


digambarkan dengan taksiran simpangan baku, yang sering
disebut sebagai standard error dari nilai y yang dihitung dari
persamaan kurva, yaitu:

s= SSR
v (3.12)

Bila v adalah jumlah derajat kebebesan yang dapat


dihitung dengan:

v = banyak titik databanyaknya koefisien yang ditentukan

atau

v = banyaknya titik data2; untuk garis lurus

Sebagaimana ratarata dari pengukuran berulang ,


untuk kurva tersebut, ketidakpastian baku terkait diperoleh
dari simpangan baku pada persamaan 3.4. Proses penarikan
kurva tidak terbatas pada penarikan garis lurus, secara umum
kurva yang mewakili serangkaian data pengukuran dapat
dinyatakan sebagai berikut:

y = f(x) (3.13)

Metrologi dan Insrumentasi Page 19


Meskipun perhitungan koefisien kurva dan evaluasi
ketidakpastiannya tampak sulit, banyak perangkat lunak
komersial yang mempunyai fungsi built in untuk proses
perhitungan penarikan kurva (regresi).
b. Evaluasi Ketidakpastian Tipe B
Pada evaluasi ketidakpastian tipe B yang diperoleh
dengan cara selain analisis statistik dari serangkaian
pengamatan akan tetapi biasanya didasarkan pada justifikasi
ilmiah menggunakan semua informasi yang relevan, yaitu
meliputi:
1) Data pengukuran sebelumnya;
2) Pengalaman dengan atau pengetahuan umum tentang
tingkah laku dan sifat instrument dan bahan yang
relevan;
3) Spesifikasi pabrik;
4) Data yang diberikan dalam sertifikat atau laporan
lainnya;
5) Ketidakpastian yang diberikan untuk data acuan yang
diambil dari data book.

Contoh dari evaluasi ketidakpastian tipe B adalah pada


penggunaan ketidakpastian yang dilaporkan dalam sertifikat
standar. Untuk memperoleh ketidakpastian baku dan
ketidakpastian bentangan maka dibagi dengan faktor cakupan
yang diberikan pada sertifikat tersebut. Tanpa adanya nilai
faktor cakupan maka faktor cakupan ditetapkan sama dengan 2
dan juga dapat digunakan jika ketidakpastian bentangan
mempunyai tingkat kepercayaan 95 %.
Dalam kasus lain, di mana ketidakpastian diberikan
dalam batas tertentu a, distribusi kemungkinan dapat di
estimasi dari informasi yang tersedia yang kemungkinan dapat
berbentuk distribusi berikut :

Metrologi dan Insrumentasi Page 20


1) Distribusi Kemungkinan Rectangular
Distribusi ini digunakan bila batas nilai dapat
ditentukan namun nilai besaran ukur tampak berada di
semua tempat dalam rentang tersebut. Ketidakpastian
baku dapat diperoleh dengan membagi semi-range a

dengan 3 , yaitu u = a / 3

Gambar 3.1 Distribusi Kemungkinan Rectangular


2) Distribusi Kemungkinan Triangular
Distribusi ini digunakan bila terdapat bukti bahwa
nilai yang paling mungkin adalah nilai yang dekat dengan
nilai ratarata, lebih dekat dengan batas rentang,
kemungkinannya berkurang menuju nol. Ketidakpastian
baku diperoleh dengan membagi semi-range a dengan

6 , yaitu u = a / 6

Gambar 3.2 Distribusi Kemungkinan Triangular


3) Distribusi Kemungkinan Bentuk U

Metrologi dan Insrumentasi Page 21


Distribusi ini terjadi di beberapa bidang metrologi.
Sebagai contoh adalah distribusi kemungkinan untuk
ketidakpastian yang timbul dari refleksi konektor frekuensi
radio. Hal ini juga dapat diterapkan untuk variasi
temperatur udara bila kendali temperatur menghasilkan
sebaran yang selalu dekat dengan batas ketidakpastian.
Ketidakpastian diperoleh dengan membagi semi-range a

dengan 2 , yaitu u = a/ 2 .

Gambar 3.3 Distribusi Kemungkinan Bentuk U


4) Distribusi Gaussian atau Normal
Distribusi ini dapat digunakan bila diasumsikan
untuk ketidakpastian yang menyatakan tingkat kepercayaan
tertentu, 95% atau 99%. Ketidakpastian baku diperoleh
dengan membagi ketidakpastian tersebut dengan faktor
cakupan yang tepat berdasarkan tabel distribusit, yaitu u =
U/k, di mana U adalah ketidakpastian bentangan untuk
tingkat kepercayaan tertentu dan k adalah faktor cakupan
dari tabel distribusi-t.

Metrologi dan Insrumentasi Page 22


Gambar 3.4 Distribusi Gaussian atau Normal

Untuk evaluasi ketidakpastian baku tipe B, distribusi


rectangular adalah model dasar yang cukup beralasan bila tidak
terdapat informasi lainnya. Namun, jika diketahui bahwa nilai
besaran yang diukur dekat dengan rentang pusat ketidakpastian,
maka distribusi triangular adalah model distribusi yang paling
baik.
Ketidakpastian baku tipe B diperoleh dari suatu proses
penafsiran distribusi kemungkinan. Secara sederhana
diasumsikan bahwa distribusi kemungkinan dari nilai tersebut
telah diketahui dengan pasti. Dalam sebagian besar kasus dapat
diasumsikan bahwa derajat kebebasan dari ketidakpastian baku
tersebut adalah tak terhingga. Hal ini merupakan asumsi yang
beralasan dalam praktik secara umum bahwa kemungkinan dari
besaran yang diamati berada diluar batas ketidakpastian adalah
sangat kecil.
Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui dalam
memperhitugkan suatu ketidakpastian suatu pengukuran, yaitu
sebagai berikut:
1) Koefisien Sensitivitas
Koefisien sensitivitas merupakan salah satu aspek
dalam evaluasi ketidakpastian pengukuran. Koefisien
sensitivitas mengkonversikan semua komponen
ketidakpastian ke dalam satuan yang sama dengan besaran
ukur. Hal ini merupakan kondisi yang harus dipenuhi untuk

Metrologi dan Insrumentasi Page 23


menggabungkan ketidakpastian baku yang mempunyai
satuan berbeda. Evaluasi koefisien sensitivitas dapat
dilakukan berdasarkan turunan parsial dari fungsi yang
mewakili model matematis pengukuran, yaitu:
Ci f / x i
=

(3.14)
Koefisien sensitivitas kadangkadang dapat
ditentukan secara eksperimental, yaitu dengan
memvariasikan besaran input tertentu dan menjaga besaran
input lainnya dalam nilai yang konstan.
2) Ketidakpastian Baku Gabungan
Ketidakpastian baku gabungan dari suatu

Uc
pengukuran, dinotasikan dengan , diambil untuk

mewakili taksiran simpangan baku dari hasil pengukuran


yang diperoleh dengan menggabungkan ketidakpastian baku
dari setiap taksiran masukan berdasarkan pendekatan deret
taylor orde satu dari model pengukuran. Metode
penggabungan ketidakpastian baku ini sering disebut
dengan hukum propagasi ketidakpastian.
Untuk besaran yang tidak berkorelasi ketidakpastian
baku gabungan dari taksiran dapat dinyatakan dengan
formula berikut:


n
U c = [ui ]2
i=1

(3.15)
sedangkan jika semua taksiran berkorelasi dengan
koefisien korelasi +1, maka ketidakpastian baku gabungan
dari taksiran keluaran dapat dinyatakan dengan:

Metrologi dan Insrumentasi Page 24


c

[ i .u i]2
U c = n
(3.16)

i=1

Korelasi dapat dapat terjadi jika pengukuran yang


sama digunakan lebih dari sekali dalam proses pengukuran
yang sama, namun pengaruhnya terhadap ketidakpastian
baku gabungan bernilai positif sehingga dapat menambah
ketidakpastian atau untuk nilai negatif dapat menyebabkan
pengurangan ketidakpastian. Jika terdapat korelasi positif
namun koefisirnnya tidak dapat dihitung maka dapat
diasumsikan bahwa nilai koefisien korelasi sama dengan
+1.
3) Derajat Kebebasan Efektif
Perlunya perhitungan derajat kebebasan efektif
terkait dengan komponen ketidakpastian adalah untuk
memperoleh pemilihan nilai faktor pengali yang tepat untuk
distribusi t-student dan juga memberikan indikasi
kehandalan penaksiran ketidakpastian. Derajat kebebasan
yang tinggi mewakili jumlah pengukuran yang besar,
sebaran yang sempit, dan keyakinan yang tinggi pada nilai
tersebut, sebaliknya, derajat kebebasan yang rendah terkait
dengan sebaran yang lebar dan keyakinan yang rendah
terhadap nilai tersebut.
Setiap komponen ketidakpastian mempunyai derajat
kebebasan yang tepat (v). Untuk nilai rata-rata dari n
pengukuran, derajat kebebasannya adalah:
v=n1 (3.17)
atau

Metrologi dan Insrumentasi Page 25


2
1 100
v= ( )
2 R (3.18)

keterangan:
R = Realibity 10% (diasumsikan), atau juga sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan.
Jika semua komponen ketidakpastian telah digabungkan,
derajat kebebasan dari ketidakpastian baku gabungan perlu untuk
diestimasi, yaitu derajat kebebasan efektif dari ketidakpastian baku
gabungan yang dapat dihitung dengan rumus Welch Satterthwaite:
4
Uc
Veff = 7 4
Ui (3.19)
i =1 Vi

Berdasarkan derajat kebebasan yang diperoleh, faktor


cakupan untuk tingkat kepercayaan yang diinginkan dapat dilihat
pada tabel t-student atau dihitungan dengan formula berikut:

2,37356 2,818745 2,546662 1,761829 0,245458 1,00


k =1,95996+ + + + + +
v v
2
v
3
v
4
v
5
v

(3.20)

4) Ketidakpastian Bentangan
Ukuran ketidakpastian perlu untuk memenuhi kemungkinan
yang memadai yang diistilahkan dengan ketidakpastian bentangan,
yang dinyatakan dengan simbol U, dan diperoleh dengan

uc
mengalikan dengan faktor cakupan yang dinyatakan dalam

simbol k. Praktik internasional yang bisa diterapkan adalah


memberikan tingkat kepercayaan sekitar 95%.
U 95 =k .u c (3.21)

Metrologi dan Insrumentasi Page 26


Untuk tingkat kepercayaan tertentu, nilai faktor cakupan
bervariasi terhadap nilai derajat kebebasan efektif. Dalam banyak
kasus nilai k sama dengan 2 dapat digunakan bila derajat
kebebasan cukup besar atau sama dengan 60. Jika nilai derajat
kebebasan relatif kecil, maka nilai k dapat diperoleh dari tabel t-
student.
III.2 Penyelesaian Tugas dan Masalah
1. Hasil data Kalibrasi durometer sebelum di setting.
Satuan Distribusi Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
No. Komponen
Ketidakpastian 2,80652E-
C 0,002 2 0,0011547 13,33 0,000236919
1 Repeatability Rect. 1,732051 08
Ketidakpastian 8,68056E-
C 0,25 50 0,1443376 1 0,020833333
2 Readability (Resolusi) Rect. 1,732051 06
Ketidakpastian Sertifikasi 8,41956E-
C 0,004 60 0,002 13,33 0,000710756
3 Standard Normal 2 09
Ketidakpastian Drift 5,84692E-
C 0,002 60 0,0005774 13,33 5,92296E-05
4 Standar Rect. 3,464102 11
8,7171E-
Jumlah 0,021840237
06
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147784428

Derajat Kebebasan, Vreff 54,71957685

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004293929

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,296203431

Tabel 3.3 Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 10


Pembag
Satuan Distribusi Ui i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
No. Komponen i
0,00 0,00053306
C 2 0,0017321 13,33 1,4208E-07
1 Ketidakpastian Repeatability Rect. 3 1,73205 7
Ketidakpastian Readability 0,02083333
C 0,25 50 0,1443376 1 8,68056E-06
2 (Resolusi) Rect. 1,73205 3
Ketidakpastian Sertifikasi 0,00 0,00071075
C 60 0,002 13,33 8,41956E-09
3 Standard Normal 4 2 6
0,00
C 60 0,0005774 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
4 Ketidakpastian Drift Standar Rect. 2 3,4641
0,02213638
Jumlah 8,83111E-06
5
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,148783014

Derajat Kebebasan, Vreff 55,48785497

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,003666804

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,298111586

Tabel 3.4 Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 20

Metrologi dan Insrumentasi Page 27


Distribus
Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
No. Komponen i
0,00 13,3
C 2 0,0011547 0,000236919 2,80652E-08
1 Ketidakpastian Repeatability Rect. 2 1,7320508 3
Ketidakpastian Readability 5
C 0,25 0,1443376 1 0,020833333 8,68056E-06
2 (Resolusi) Rect. 1,7320508 0
0,00 6 13,3
C 0,002 0,000710756 8,41956E-09
3 Ketidakpastian Sertifikasi Standard Normal 4 2 0 3
0,00 6 13,3
C 0,0005774 5,92296E-05 5,84692E-11
4 Ketidakpastian Drift Standar Rect. 2 3,4641016 0 3
0,02184023
Jumlah 8,7171E-06
7
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147784428

Derajat Kebebasan, Vreff 54,71957685

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004293929

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,296203431

Tabel 3.5 Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 30


No. Komponen Satuan Distribusi Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
Ketidakpastian
C 0,002 2 0,0011547 13,33 0,00023692 2,80652E-08
1 Repeatability Rect. 1,7320508
Ketidakpastian Readability
C 0,25 50 0,14433757 1 0,02083333 8,68056E-06
2 (Resolusi) Rect. 1,7320508
Ketidakpastian Sertifikasi
C 0,004 60 0,002 13,33 0,00071076 8,41956E-09
3 Standard Normal 2
Ketidakpastian Drift
C 0,002 60 0,00057735 13,33 5,923E-05 5,84692E-11
4 Standar Rect. 3,4641016
Jumlah 0,02184024 8,7171E-06

Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147784428

Derajat Kebebasan, Vreff 54,71957685

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004293929

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,296203431

Tabel 3.6 Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 40


No Distribus
Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen i
0,00043178
C 0,0027 2 0,0015588 13,33 9,32187E-08
1 Ketidakpastian Repeatability Rect. 1,73205081 4
Ketidakpastian Readability 0,02083333
C 0,25 50 0,1443376 1 8,68056E-06
2 (Resolusi) Rect. 1,73205081 3
Ketidakpastian Sertifikasi 0,00071075
C 0,004 60 0,002 13,33 8,41956E-09
3 Standard Normal 2 6
4 Ketidakpastian Drift Standar C Rect. 0,002 3,46410162 60 0,0005774 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
Jumlah 0,022035103 8,78225E-06
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,148442253
Derajat Kebebasan, Vreff 55,2871552
Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,003828912
Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,297452879

Tabel 3.7 Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 50


No Distribus
Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen i
0,00094
C 0,004 2 0,002309401 13,33 4,4904E-07
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 1,73205 8

Metrologi dan Insrumentasi Page 28


Ketidakpastian Readability (Resolusi), 5 0,02083
C 0,25 0,144337567 1 8,6806E-06
2 u(ta2) Rect. 1,73205 0 3
6
C 0,004 0,002 13,33 0,000711 8,4196E-09
3 Ketidakpastian Sertifikasi Standard, u(tsl) Normal 2 0
6
C 0,002 0,00057735 13,33 5,92E-05 5,8469E-11
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) Rect. 3,4641 0
0,02255
Jumlah 9,1381E-06
1
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,150169879

Derajat Kebebasan, Vreff 55,65145573

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,003535545

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,300870691

Tabel 3.8 Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 60


No Distribus
Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen i
1,73205 0,0012701 0,0002866
C 0,002 2 13,33 4,109E-08
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 1 7 7
Ketidakpastian Readability 1,73205 0,1443375 0,0208333
C 0,25 50 1 8,6806E-06
2 (Resolusi), u(ta2) Rect. 1 7 3
Ketidakpastian Sertifikasi Standard, 0,0007107
C 0,004 60 0,002 13,33 8,4196E-09
3 u(tsl) Normal 2 6
3,46410 0,0005773
C 0,002 60 13,33 5,923E-05 5,8469E-11
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) Rect. 2 5
0,0218899
Jumlah 8,7301E-06
9
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147952661
Derajat Kebebasan, Vreff 54,88715519
Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,00415561
Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,296520156

Tabel 3.9 Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 70


No Distribus
Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen i
0,00 0,00192437
C 2 0,0032909 13,33 1,8516E-06
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 6 1,732051 1
Ketidakpastian Readability (Resolusi), 5 0,02083333
C 0,25 0,1443376 1 8,68056E-06
2 u(ta2) Rect. 1,732051 0 3
Ketidakpastian Sertifikasi Standard, 0,00 6 0,00071075
C 0,002 13,33 8,41956E-09
3 u(tsl) Normal 4 2 0 6
0,00 6
C 0,0005774 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) Rect. 2 3,464102 0
0,02352768
Jumlah 1,05406E-05
9
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,153387383
Derajat Kebebasan, Vreff 52,51601672
Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,006196744
Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,307725269

Tabel 3.10 Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 80


No Distribus
Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen i
1,73205
C 0,004 2 0,0023094 13,33 0,000947674 4,49043E-07
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 1
Ketidakpastian Readability (Resolusi), 1,73205 0,1443375
C 0,25 50 1 0,020833333 8,68056E-06
2 u(ta2) Rect. 1 7
Ketidakpastian Sertifikasi Standard,
C 0,004 60 0,002 13,33 0,000710756 8,41956E-09
3 u(tsl) Normal 2
3,46410 0,0005773
C 0,002 60 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) Rect. 2 5
Jumlah 0,022550993 9,13808E-06

Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,150169879

Derajat Kebebasan, Vreff 55,65145573

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,003535545

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,300870691

Metrologi dan Insrumentasi Page 29


Tabel 3.11Hasil Kalibrasi Durometer sebelum Disetting pada titik 90

a. Hasil data Kalibrasi durometer sebelum di setting.


No Distribus
Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen i
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) C Rect. 0,001 1,732051 2 0,000632 13,33 7,10756E-05 2,52587E-09
Ketidakpastian Readability 0,02083333
C 0,25 50 0,144338 1 8,68056E-06
2 (Resolusi), u(ta2) Rect. 1,732051 3
Ketidakpastian Sertifikasi Standard, 0,00071075
C 0,004 60 0,002 13,33 8,41956E-09
3 u(tsl) Normal 2 6
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) C Rect. 0,002 3,464102 60 0,000577 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
0,02167439
Jumlah 8,69156E-06
4
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147222261
Derajat Kebebasan, Vreff 54,05006586
Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004855293
Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,295159329

Tabel 3.12Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 10


No Distribus
Komponen Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. i
0,00018953
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) C Rect. 0,002 1,732051 2 0,0010328 13,33 1,79617E-08
5
Ketidakpastian Readability 5 0,02083333
2 C Rect. 0,25 1,732051 0,1443376 1 8,68056E-06
(Resolusi), u(ta2) 0 3
Ketidakpastian Sertifikasi Standard, 6 0,00071075
3 C Normal 0,004 2 0,002 13,33 8,41956E-09
u(tsl) 0 6
6
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) C Rect. 0,002 3,464102 0,0005774 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
0
0,02179285
Jumlah 8,707E-06
3
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147624027

Derajat Kebebasan, Vreff 54,54562018

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004438432

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,295903274

Tabel 3.13Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 20


Satuan Distribusi Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
No. Komponen
C 0,0004 2 0,0002582 13,33 1,18459E-05 7,0163E-11
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 1,732051
Ketidakpastian Readability
C 0,25 50 0,14433757 1 0,020833333 8,68056E-06
2 (Resolusi), u(ta2) Rect. 1,732051
Ketidakpastian Sertifikasi
C 0,004 60 0,002 13,33 0,000710756 8,41956E-09
3 Standard, u(tsl) Normal 2
Ketidakpastian Drift Standar, -
C -0,002 60 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
4 u(Drift) Rect. 3,464102 0,00057735
Jumlah 0,021615164 8,6891E-06

Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147020966

Derajat Kebebasan, Vreff 53,77025637

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,005094138

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,294790877

Tabel 3.14Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 30

Metrologi dan Insrumentasi Page 30


No
Satuan Distribusi Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen
1,73205 2,52587E-
C 0,001 2 0,000632 13,33 7,1076E-05
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 1 09
Ketidakpastian Readability (Resolusi), 1,73205 0,0208333 8,68056E-
C 0,25 50 0,144338 1
2 u(ta2) Rect. 1 3 06
Ketidakpastian Sertifikasi Standard, 0,0007107 8,41956E-
C 0,004 60 0,002 13,33
3 u(tsl) Normal 2 6 09
3,46410 - 5,84692E-
C -0,002 60 13,33 5,923E-05
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) Rect. 2 0,000577 11
8,69156E-
Jumlah 0,02167439
06
Ketidakpastian Gabungan, Uc
0,147222261
Derajat Kebebasan, Vreff 54,05006586

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004855293

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,295159329

Tabel 3.15Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 40


No
Satuan Distribusi Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) C Rect. 0,001 1,732051 2 0,0007528 13,33 0,00010069 5,06928E-09
Ketidakpastian Readability
C 0,25 50 0,1443376 1 0,020833333 8,68056E-06
2 (Resolusi), u(ta2) Rect. 1,732051
Ketidakpastian Sertifikasi Standard,
C 0,004 60 0,002 13,33 0,000710756 8,41956E-09
3 u(tsl) Normal 2
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) C Rect. -0,002 3,464102 60 -0,000577 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
Jumlah 0,021704009 8,6941E-06
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147322805
Derajat Kebebasan, Vreff 54,18201416
Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004743537
Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,295344442

Tabel 3.16Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 50


No
Satuan Distribusi Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen
0,00 13,3
C 2 0,001581 0,00044422 9,86667E-08
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 3 1,732051 3
Ketidakpastian Readability (Resolusi), 5
C 0,25 0,144338 1 0,02083333 8,68056E-06
2 u(ta2) Rect. 1,732051 0
Ketidakpastian Sertifikasi Standard, 0,00 6 13,3
C 0,002 0,00071076 8,41956E-09
3 u(tsl) Normal 4 2 0 3
-
6 - 13,3
C 0,00 5,923E-05 5,84692E-11
0 0,000577 3
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) Rect. 2 3,464102
Jumlah 0,02204754 8,7877E-06

Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,148484143

Derajat Kebebasan, Vreff 55,31527478

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,003806127

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,297533436

Tabel 3.17Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 60


No
Satuan Distribusi Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen
0,000 0,00031
C 2 13,33 1,7769E-05 1,57867E-10
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 5 1,732051 6
Ketidakpastian Readability (Resolusi), 0,14433
C 0,25 50 1 0,02083333 8,68056E-06
2 u(ta2) Rect. 1,732051 8
Ketidakpastian Sertifikasi Standard,
C 0,004 60 0,002 13,33 0,00071076 8,41956E-09
3 u(tsl) Normal 2

4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) C Rect. -0,002 3,464102 60 -0,00058 13,33 5,923E-05 5,84692E-11

Jumlah 0,02162109 8,68919E-06

Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147041108

Metrologi dan Insrumentasi Page 31


Derajat Kebebasan, Vreff 53,79918552

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,005069327

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,294827616

Tabel 3.18Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 70

Satuan Distribusi Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i


No. Komponen
C 0,0013 2 0,0007528 13,33 0,00010069 5,06928E-09
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 1,732051
Ketidakpastian Readability
C 0,25 50 0,1443376 1 0,020833333 8,68056E-06
2 (Resolusi), u(ta2) Rect. 1,732051
Ketidakpastian Sertifikasi Standard,
C 0,004 60 0,002 13,33 0,000710756 8,41956E-09
3 u(tsl) Normal 2
C -0,002 60 -0,000577 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) Rect. 3,464102
Jumlah 0,021704009 8,6941E-06

Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147322805

Derajat Kebebasan, Vreff 54,18201416

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004743537

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,295344442

Tabel 3.19Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 80


No Distribus
Satuan Ui Pembagi i Ui Ci (Ciui)2 (ciui)4/i
. Komponen i
1,73205 0,00063
C 0,001 2 13,33 7,10756E-05 2,52587E-09
1 Ketidakpastian Repeatability, u(ta1) Rect. 1 2
Ketidakpastian Readability (Resolusi), 1,73205 0,14433 0,02083333
C 0,25 50 1 8,68056E-06
2 u(ta2) Rect. 1 8 3
Ketidakpastian Sertifikasi Standard, 0,00071075
C 0,004 60 0,002 13,33 8,41956E-09
3 u(tsl) Normal 2 6
- 3,46410
C 60 -0,00058 13,33 5,92296E-05 5,84692E-11
4 Ketidakpastian Drift Standar, u(Drift) Rect. 0,002 2
0,02167439
Jumlah 8,69156E-06
4
Ketidakpastian Gabungan, Uc 0,147222261

Derajat Kebebasan, Vreff 54,05006586

Faktor Cakupan, k=student's for Veffand CL 95% 2,004855293

Ketidakpastian Bentangan, U=k*Uc 0,295159329

Tabel 3.20Hasil Kalibrasi Durometer setelah Disetting pada titik 90


Dari hasil tabel perhitungan di atas, penulis dapat mengetahui hasil
ketidakpastian dari data yang diperoleh dari kalibrasi alat ukur durometer.
Untuk mengetahui baik atau tidaknya alat, serta mengetahui titik mana saja
yang sering digunakan dalam pengukuran saat alat tersebut berada
diperuhasahan, penulis menggunakan metode dimana hasil perhitungan
dan pengukuran dapat dikatakan baik apabila nilai ketidakpastian
bentangan (95%) jika ditambahkan dengan koreksi harus lebih kecil
daripada nilai toleransi. Nilai toleransi durometer yang digunakan penulis

Metrologi dan Insrumentasi Page 32


adalah sebesar 1 yang berpacu pada teclock durometer. Berikut adalah
tabel hasil perhitungan U95%+Koreksi :

Standar Standart
Uji U95% Koreksi U95%+koreksi
t Teclock
10 9,75 0,29 0,25 0,54 1
20 19,65 0,29 0,35 0,64 1
30 29,31 0,29 0,69 0,98 1
40 38,44 0,29 1,56 1,85 1
50 47,04 0,29 2,96 3,25 1
60 56,69 0,3 3,31 3,61 1
70 65,17 0,29 4,83 5,12 1
80 75,73 0,31 4,27 4,58 1
90 86,95 0,3 3,05 3,35 1
Tabel 3.21 Hasil Perhitungan U95%+Koreksi Sebelum disetting.
Standar Standart
Uji U95% Koreksi U95%+koreksi
t Teclock
10 9,78 0,29 0,22 0,51 1
20 19,82 0,29 0,18 0,47 1
30 29,86 0,29 0,14 0,43 1
40 39,77 0,29 0,23 0,52 1
50 49,68 0,29 0,32 0,61 1
60 59,56 0,29 0,44 0,73 1
70 69,65 0,29 0,35 0,64 1
80 79,66 0,29 0,34 0,63 1
90 89,57 0,29 0,43 0,72 1
Tabel 3.22 Hasil Perhitungan U95%+Koreksi Setelah disetting.
Selain menggunakan tabel perhitungan penulis juga menyertakan
grafik perhitungan agar lebih terlihat jelas titik mana saja yang sering
digunakan serta dapat membandingkan hasil sebelum alat tersebut
disetting serta sesudah disetting. Berikut adalah grafik hasil perhitang :

Metrologi dan Insrumentasi Page 33


GRAFIK HUBUNGAN U95% DENGAN TOLERANSI SEBELUM DI SET
6
5
4
3.35 toleransi batas atas
3
toleransi batas bawah
U95%+KOREKSI&KOREKSI 2
U95%+KOREKSI
1 1
0
0 0.5 1
-1 -1
-2

VARIABLE

Grafik 3.1 GRAFIK HUBUNGAN U95% DENGAN TOLERANSI


SEBELUM DISET

GRAFIK HUBUNGAN U95% DENGAN TOLERANSI SETELAH DI SETTING ULANG


1.5

11
0.72
0.5 toleransi batas atas
toleransi batas bawah
U(%+KOREKSI&KOREKSI 0 U95%+Koreksi
0 0.5 1
Setelah dise
-0.5

-1 -1

-1.5

VARIABLE

Grafik 3.2 GRAFIK HUBUNGAN U95% DENGAN TOLERANSI


SETELAH DISET

Metrologi dan Insrumentasi Page 34


PERBANDINGAN GRAFIK SEBELUM DAN SESUDAH DISET
12
10 toleransi
8 U95%+KOREKSI
6 SETELAH DISET
U95%+KOREKSI&TOLERANSI U95%+KOREKSI
4
SEBELUM DISET
2
toleransi batas bawah
0
10
0 20

VARIABLE

Grafik 3.3 PERBANDINGAN GRAFIK SEBELUM DAN


SESUDAH DISET

III.3 Implementasi
a. SOP (Standar Operasional Prosedur) Kalibrasi

Gambar 3.1 Flow Chart SOP Kalibrasi

b. SOP Pelaksanaan Kalibrasi

Metrologi dan Insrumentasi Page 35


Gambar 3.2 Flow Chart Pelaksanaan Kalibrasi
c. Pelaksanaan Kalibrasi
2) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
a) Durometer

Foto 3.1 Durometer teclock

b) Force gauge dan durometer stand

Metrologi dan Insrumentasi Page 36


Foto 3.2 force gauge dan durometer stand
3) Membersihkan alat dengan menggunakan washbensin agar
alat bersih dari kotoran
4) Meletakan durometer pada bagian stand durometer dengan
posisi terbalik.
5) Mengatur penunjukan nol pada durometer
6) Melakukan pengukuran naik pada titik titik tertentu yang
sudah ditetapkan dengan interval jarak 10, dimulai dari
titik 10 sampai titik 90.
7) Melakuka pengukuran berulang sebanyak 5 kali
pengukuran pada setiap titik dan mencatat hasil
pengukuran pada cerapan klibrasi
8) Jika telah selesai pengambilan data, alat ukur dan alat yang
dijadikan standart dibersihkan lagi dengan menggunak
wahsbensin
9) Menyimpan alat ukur dan standart pada tempat yang aman
10) Pengolahan data perhitungan ketidakpastian sesui dengan
IK-16-UG-07

III.4 Pembahasan
Telah dilakukan kalibrasi durometer dengan menggunakan
durometer stand calibration pada tanggal 14 Juli 2016 di
laboratorium kalibrasi bagaian torsi Balai Besar Logam dan Mesin

Metrologi dan Insrumentasi Page 37


(BBLM). Kalibrasi durometer bertujuan agar mengetahui nilai
koreksi serta nilai ketidakpastian dari alat tersebut untuk
mengetahui kelayakan suatua alat serta dapan membandingkan
hasil kesalahan sebelum disetting serta setelah disetting ulang.
Untuk mengetahui hal itu penulis telah melakukan pengukuran
serta perhitungan penyimpangan dari suatu pengukuran yang
dilakukan.
Durometer merupakan instrumen yang menggunakan
prinsip yang digunakan untuk mengukur kekerasan didasarkan
pada mengukur kekuatan perlawanan dari penetrasi jarum ke
dalam bahan uji di bawah beban pegas diketahui.
Kalibrasi adalah suatu kegiatan pengukuran dengan
membandingkan hasil pengukuran dari alat ukur yang dikalibrasi
dengan standarnya. Dalam penyusunan laporan praktik kerja
lapangan ini penulis melakukan kalibrasi pada alat ukur durometer
menggunakan durometer stand calibration berdasarkan standar
acuan ASTM D2240:2005.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan U95%+koreksi tidak
boleh lebih besar dari toleransi yang ditetapkan yaitu 1.
Berdasarkan hasil perhitungan ketidakpastian yang mengacu pada
standart di atas serta hasil koreksi yang didapat, maka diperoleh
data ketidakpastian bentangan + koreksi yang pada titik 10, 20, 30,
40, 50, 60, 70, 80 sebelum disetting ulang sebesar, 0,54, 0,64,
0,98, 1,85, 3,25, 3,61, 5,12, 4,58, 3,35. Berdasarkan hasil yang
tertera pada tabel dan grafik maka dapat diketahui hasil
perhitungan dari durometer sebelum disetting ulang sangat jelek
dan melebihi batas toleransi yang diperboleh yang terdapat pada
titik 40, 50, 60,70, 80, serta dapat dibaca bahwa titik yang sering
digunakan dalam pengukuran adalah dititik 70. Dari analisa di atas
maka dilakukanlah setting ulang agar alat tersebut dapat
digunakan kembali dengan tikat kesalahan yang sangat kecil,
berdasarkan perhitungan maka data yang dihasilkan pada titik 10,

Metrologi dan Insrumentasi Page 38


20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 setelah disetting adalah 0,51, 0,47,
0,43, 0,52, 0,61, 0,73, 0,64, 0,63, 0,72, hasil data dan grafik
perhitungan dari alat yang sudah disetting ulang, maka dapat
dianalisa bahwa alat tersebut tidak melebihi batas toleransi yang
dicantumkan pada teclock durometer sehingga alat tersebut dapat
digunakan kembali dan dapan dicetakkan sertifikat kalibrasi.
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi dalam
pengukuran salah satunya adalah kurang stabilnya penulis saat
dilakukan pengukuran karena metode yang digunkan adalah
metode tekanan yang mana harus ditekannya force gauge agar
menimbulkan gaya.
Pada saat melakukan pengukuran pasti ada suatu hambatan
yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Dalam pengukuran
durumoter menggunakan metode tekanan sehingga harus berhati-
hati dalam melakukan perubahan skala. Jika terdapat nilai yang
jauh dari nilai sebenarnya maka dilakukan pengukuran kembali
untuk mengetahui tingkat sensitivitas dari alat tersebut.
Pembacaan nilai ukur pada durometer dikategorikan lebih rumit
sehingga perlu dilakukan dengan tingkat ketelitian dan keseriusan
yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil ukur yang tidak jauh dari
nilai sebenarnya maka harus dilakukan dengan prosedur yang telah
ditetapkan dan juga dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berdasarkan data yang
didapat maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Metrologi dan Insrumentasi Page 39


1. Prosedur kalibrasi pada durometer harus berdasarkan
standar acuan yang telah ditetapkan seperti pada
standar acuan ASTM D2240:2005.
2. Hasil Pengukuran U95%+koreksi pada titik 10, 20, 30, 40,
50, 60, 70, 80 sebelum disetting ulang sebesar, 0,54, 0,64, 0,98,
1,85, 3,25, 3,61, 5,12, 4,58, 3,35. Sedeangka pada titik 10, 20, 30,
40, 50, 60, 70, 80, 90 setelah disetting adalah 0,51, 0,47, 0,43,
0,52, 0,61, 0,73, 0,64, 0,63, 0,72.
3. Dari hasil grafik perbandingan dapat diketahui bahwa titik yang
sering digunkan dalam pengukuran adalah titik 40, 50, 60, 70, 80,
90, karena melebihi batas toleransi.
4. Dari grafik perhitungan dapat disimpulkan bahwa nilai durometer
sebelum disetting sangatlah jelek karena melebihi batas
maksimum toleransi dan harus disetting ulang. Dan grafik setelah
disetting ulang dapan disimpulkan bahwa alat tersebut sudah layak
dipergunakan lagi dan dimunculkan sertifikat.
IV.2 Saran.

Berdasarkan pengalaman penulis ketika melakukan praktik


kerja lapangan di Balai Besar Logam dan Mesin, ada beberapa
saran yang perlu penulis sampaikan agar bisa diterapkan menjadi
lebih baik lagi. Saran yang penulis sampaikan adalah Adanya mata
kuliah praktik kerja lapangan merupakan suatu kegiatan yang
bermanfaat bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk
mengaplikasikan ilmu yang didapat ketika kuliah dan juga untuk
mengenal lebih jauh mengenai lingkup kerja berdasarkan program
studi yang ditekuni dengan harapan adanya bimbingan dari pihak
dosen serta pembekalan yang dapat menjadikan mahasiswa
semangat untuk melakukan praktik kerja lapangan. Kurangnya
suatu pembekalan dan monitoring pelaksanaan praktik kerja
lapangan dari pihak program studi kepada mahasiswa mengenai
lingkup kerja sehingga mahasiswa kurang terarah untuk
melaksanakan praktik kerja lapangan. Sebaiknya, sebelum

Metrologi dan Insrumentasi Page 40


dilakukan praktik kerja lapangan dilakukan terlebih dahulu
pembekalan yang dapat memberikan gambaran mahasiswa
terhadap lingkup kerja serta dilakukan monitoring ketika
pelaksanaan praktik kerja lapangan agar mahasiswa lebih terarah
dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Metrologi dan Insrumentasi Page 41


Anonim. 2013. Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran.
Jakarta: Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Anonim. 2016. Balai Besar Logam dan Mesin Bandung. http://www.bblm.go.id/


diakses pada tanggal 14 Juli 2016 pukul 15.32 WIB.

Masiran. 2014. Bahan Ajar Pengantar Metrologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada.

Anonim 2014. Durometer alat pengukur kekerasan. https://digital-meter-


indonesia.com/durometer-alat-pengukur-kekerasan/

diakses pada tanggal 06 mei 2017 pukul 19.30

Anonim 2017. Pengertian Kalibrasi. http://www.ginumerik.com/artikel/12-


pengertian-kalibrasi

diakses pada tanggal 06 mei 2017 pukul 20.00

Metrologi dan Insrumentasi Page 42


LAMPIRAN

1. Rumus Ketidakpastian

a. Ketidakpastian keterlanan


Urep= c
3

Vrep=n1

b. Ketidakpastian Resolusi

a
Ures= c
3

Metrologi dan Insrumentasi Page 43



Vres=0,5 ( 100R ) 2
c. Ketidakpastian koreksi standar

k
U kor= c
k


Vres=0,5 ( 100R ) 2
d. Ketidakpastian drift standart

k
Udrift=
2 3


Vres=0,5 ( 100R ) 2
e. Ketidakpastian gabungan

Uc= Urep 2+Ures 2 +Ukor 2+Udrift 2

f. Derajat kebebasan

4
Uc
Veff = 4 4 4 4
Urep Ures Ukor Udrift
+ + +
Vrep Vres Vkor Vdrift

g. Ketidakpastian bentangan

Metrologi dan Insrumentasi Page 44


U 95 =k . Uc

Metrologi dan Insrumentasi Page 45


Foto 5.1 Foto sertikat kalibrasi standart

Metrologi dan Insrumentasi Page 46


Metrologi dan Insrumentasi Page 47
Foto 5.2 Foto sertifakat kalibrasi standart

Metrologi dan Insrumentasi Page 48


Foto 5.3 Foto sertifikat kalibrasi standart

Metrologi dan Insrumentasi Page 49


Foto 5.4 Foto IK-16-UG-07

Metrologi dan Insrumentasi Page 50


Metrologi dan Insrumentasi Page 51
Foto 5.5 Foto IK-16-UG-07

Metrologi dan Insrumentasi Page 52


Foto 5.6 Foto IK-16-UG-07

Metrologi dan Insrumentasi Page 53

Anda mungkin juga menyukai