Bencana Lansia 1
Bencana Lansia 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui dampak psikososial bencana pada anak dan remaja
b. Untuk mengetahui dampak psikososial bencana pada wanita
c. Untuk mengetahui dampak psikososial bencana pada lansia
d. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengatasi dampak psikososial pada anak, remaja,
wanita, dan lansia
BAB II
PEMBAHASAN
Dukacita Eksrim
Biasanya, setelah kematian orang yang dicintai. Seringkali respon pertama adalah
penyangkalan. Kemudian, mati rasa dan kadang kemarahan.
3. Tahap Rekonstruksi.
Satu tahun atau lebih setelah bencana, fokus bergeser lagi. Pola kehidupan yang stabil
mungkin telah muncul. Selama fase ini, walaupun banyak korban mungkin telah sembuh,
namun beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan dengan tepat menunjukkan gejala
kepribadian yang serius dan dapat bersifat permanen. Pada tahap ini risiko bunuh diri dapat
meningkat, kelelahan kronis, ketidakmampuan untuk bekerja, kehilangan minat dalam
kegiatan sehari-hari, dan kesulitan berpikir dengan logis. Mereka menjadi pendendam dan
mudah menyerang orang lain termasuk orang-orang yang ia sayangi. Gangguan ini pada
akhirnya merusak hubungan korban dengan keluarga dan komunitasnya.
Fase Rekonstruksi
Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi pekerja kemanusiaan
dan penyintas bencana.
Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi konselor jika
mereka membutuhkannya.
Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang pendampingan psikososial
agar mereka mampu mandiri.
Remaja
1. Mengajaknya Sholat dan Zikir untuk relaksasi
2. Melakukan aktifitas sosial
3. Melakukan aktifitas olahraga
4. Melakukan aktifitas kesenian seperti menari, menyanyi, main musik, drama, melukis, dan
lain-lain
5. Menulis
6. Menonton film
Orang Dewasa
1. Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama
2. Temani mereka
3. Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri
4. Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia menceritakan perasaannya tentang bencana
yang menimpa
5. Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan yang cukup
6. Ajak korban melakukan aktifitas yang positif
7. Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
8. Ajak bercanda dengan menggunakan humor ringan
9. Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar
10. Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah
11. Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan harapan
Wanita
Dalam memulihkan diri sendiri :
1. Mengungkap masalah yang dirasakan kepada orang yang dipercayai
2. Merawat dan menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun psikis
3. Melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan dari pikiranpikiran akan
kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara berkelompok
4. Belajar Ketrampilan Baru
5. Mencoba iklas dan mendekatkan diri kepada-Nya
Membantu keluarganya dalam memulihkan kondisi pasca bencana
1. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai bencana (gempa, banjir, tsunami, longsor
dll) kepada anak dan keluarga
2. Saling mendukung dan memperhatikan sesama anggota keluarga, serta memberikan
perhatian lebih kepada anggota keluarga yang masih memiliki masalah akibat bencana dan
peristiwa sulit
3. Memberikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan baik di sekolah maupun di
luar sekolah
4. Apabila dia berperan sebagai orang tua tunggal, maka dia bekerja untuk mencari nafkah bagi
keluarga sesuai dengan kemampuan/ketrampilan yang dimiliki.
Memulihkan sesama perempuan dalam komunitas:
1. Saling memberikan perhatian kepada sesama perempuan korban bencana yang tinggal di
sekitarnya.
2. Saling bercerita dan berbagi perasaan antar sesama perempuan di komunitas
3. Saling memberi informasi kepada sesama perempuan baik dalam hal mengembangkan usaha
(industri kecil) bersama-sama dan dapat berupa informasi lainnya.
4. Mengajak rekan perempuan dalam komunitas agar lebih percaya diri, dan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kelompok
5. Bersama-sama ikut memberikan pendapat dalam rapat atau pertemuan penyelesaian masalah
karena suara perempuan juga penting.
Lansia
1. Berikan keyakinan yang positif
2. Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala
3. Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada lokasi penampungan
4. Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun lingkungan sosial lainnya
5. Dampingi untuk menapatkan pengobatan dan bantuan keuangan
BAB III
PENUTUP
Selain dampak fisik, bencana juga berdampak pada psikososial. Munculnya gejala gangguan
psikologis dapat bervariasi, tergantung banyak factor. Jika tidak diatasi dan diselesaikan
dengan tepat dan cepat, reaksi tersebut dapat menjadi gangguan psikologis yang serius.
Bencana tidak hanya berdampak pada pribadi tapi juga pada komunitas. Paska
bencana dapat saja tercipta masyarakat yang mudah meminta (padahal sebelumnya adalah
pekerja yang tangguh), masyarakat yang saling curiga (padahal sebelumnya saling peduli),
masyarakat yang mudah melakukan kekerasan (padahal sebelumnya cinta damai).
Kelompok yang beresiko terkena gangguan psikosial adalah anak-anak, remaja,
wanita dan lansia. Untuk anak- anak bencana bisa sangat menakutkan, fisik mereka yang
tidak sekuat orang dewasa membuat mereka lebih rentan tehadap ancaman bencana. Pada
remaja, kejadian traumatis akan menyebabkan berkurangnya ketertarikan dalam
aktifitas sosial dan sekolah, anak menjadi pemberontak, gangguan makan, gangguan
tidur, kurang konsentrasi, dan mengalami PTSD dan dalam resiko yang besar terkena
penyalahgunaan alkohol ataupun prostitusi. Kondisi psikososial didaerah bencana
khususnya bagi kaum perempuan mengakibatkan berbagai goncangan psikologis seperti
hilangnya rasa percaya diri, muncul kekhawatir bahkan memunculkan gejala phobia yaitu
perasaan takut yang berlebihan. Sedanglan para lansia telah mengalami penurunan
kemampuan fisik dan mental. Kemampuan adaptasi yang dimiliki juga sudah sangat jauh
berkurang, sehingga sangat rentan terhadap perubahan.
Untuk mengatasi masalah diatas, dilakukan berbagai inervensi. Salah satu pendekatan
yang dilakukan dalam menangani korban-korban bencana khususnya permasalahan
psikologis dalam lingkungan masyarakat adalah metode intervensi psikososial. Intervensi
psikologis merupakan kegiatan untuk mencari jawaban tentang kebutuhan psikologis dan
sosial secara kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Adeney, Farsijana. (2007). Perempuan dan Bencana. Yogyakara : Selendang Ungu Press
Kharismawan, Kuriake. Panduan Program Psikososial Paska Bencana. Diakses tanggal 30 April 2012
dari http://www.sintak.unika.ac.id/
Lubis, Misran. (2010). Perlindungan Anak Dalam Situasi Bencana. Diakses tanggal 30 April 2012 dari
http://www.ccde.or.id
Martam, Irma S. (2010). Pemulihan Psikososial Berbasis Komunitas. Diakses tanggal 30 April 2012
dari http://www.pulih.or.id