A. Dasar Teori
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan
bentuk respons terhadap kondisi internal dan eksternalnya.
Sesuatu respon dikatakan perilaku bila respons tersebut telah
terpola, yakni memberikan respon tertentu yang sama terhadap
stimulus tertentu. Bentuk perilaku dan tingkat regulasi antar
organisme berbeda. Pada organisme tingkat rendah perilaku
yang ditunjukkan masih sangat sederhana. Mekanisme control
perilakunya masih sangat sederhana. Respon demikian dikenal
sebagai Irritabilitas. Perilaku sederhana ini diturunkan dari
induknya, dengan demikian irritabilitas termasuk perilaku
bawaan (innate behavior = instink).
Pada organisme yang lebih maju, perilaku bawaan juga
masih ada atau dipertahankan. Bagaimana seorang bayi dapat
menyusu untuk yang pertama kali, serta mengenali ibunya.
Bagaimana anak ayam mengenali induk, bagaimana burung dan
laba-laba membuat sarang dengan bentuk dan pola yang
stereotipik. Kontrol perilaku melibatkan unsur syaraf dan hormon,
reseptor yang menerima stimulus serta efektor untuk
menyatakan responnya, sebagai efektor dapat berupa otot
maupun kelenjar.
Banyak sekali aspek dalam mempelajari perilaku hewan
sepanjang sejarah. Etologi (berasal dari bahasa Yunani yang
artinya etos "karakter" dan logia "studi") adalah studi ilmiah
tentang perilaku hewan. Etologi biasanya tertarik pada proses
perilaku dalam suatu kelompok hewan tertentu, atau
mempelajari satu jenis perilaku dalam sejumlah hewan. Perilaku
agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang
menunjukkan perilaku atau penampilan yang khas (display) yang
melibatkan mengancam (threat), perkelahian (fighting),
melarikan diri (escaping) dan diam (freezing) antar individu
dalam populasi atau antar populasi.
Di samping perilaku bawaan dan prilaku agonistik,
organisme yang lebih tinggi mampu mengembangkan perilaku
belajarnya. Perilaku belajar dapat terbentuk karena beberapa hal:
(1) Habituasi adalah latihan dan mendapat stimuli berulang
ulang yang sama, (2) Imprinting yakni belajar terbatas seperti
yang ditunjukkan oleh anak burung yang akan mengikuti benda
bergerak didekatnya, (3) Conditioning yaitu organisme
melakukan akuisisi kemampuan baru oleh karena stimuli baru.
Hewan yang hidup berkoloni juga menunjukkan perilaku sosial
tertentu, seperti serangga, burung, tikus, dan kebanyakan hewan
lainnya mengembangkan sistem komunikasi sesamanya dan
menentukan perilaku populasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku ikan cupang terhadap lingkungan yang
berbeda?
2. Bagaimana respons ikan cupang terhadap beberapa jenis
umpan makanan yang berbeda?
C. Tujuan Praktikum
1. Menjelaskan perilaku ikan cupang terhadap lingkungan
yang berbeda
2. Mengidentifikasi respons ikan cupang terhadap jenis umpan
yang berbeda.
D. Alat dan Bahan
1. Alat tulis,
2. Kamera
3. 2 Ikan cupang
4. 1 ikan hias jenis lain
5. Air Gula
6. Air Garam
7. Air panas
8. Air tawar
9. Air keruh
10. Air detergen
11. Botol aqua
12. Stopwach
E. Cara Kerja
Bentuk Kegiatan:
1. Mendisain pengamatan perilaku, mulai dari menetapkan
pilihan hewan yang akan diamati, manipulasi objek, cara
pengumpulan data dan pengolahannya.
2. Melakukan observasi atau percobaan sesuai hasil
rancangannya
3. Mengamati atau mengumpulkan data, membahas dan
melaporkan hasilnya
Cara Kerja:
1. Diskusikan perilaku hewan yang akan diamati mulai dari
kebiasaan makan, karateristik, keunikan dalam mencari
atau menarik pasangannya dan perilaku lainya, pelajari
lebih mendalam.
2. Buatlah rancangan: alat, bagaimana manipulasi atau
perlakuan terhadap hewan diberikan, bagaimana
pengamatan atau pengukuran dilakukan, berapa lama,
dimana, kapan (waktu) pengamatan dilakukan, dst.
3. Lakukan pengamatan atau percobaan
4. Bahas dan laporkan hasilnya
F. Hasil praktikum
Tempat periode Reaksi terhadap Periode muncul
bernapas lingkungan ke permukaan
dalam satuan dalam satuan
detik detik
Air tawar 20kali/7 Lincah saat diberi -
dengan suhu rangsangan berupa
lingkungan gerakan tangan,
cenderung diam saat
tidak ada
rangsangan.
Air hangat 20kali/1 Sangat lincah Sering ke
dibandingkan dengan permukaan,
keadaan normal saat selalu ke
tidak ada permukaan
rangsangan
Air garam 20kali/10 Lambat bergerak dan -
(10%) cenderung berada di
permukaan
Air gula 20kali/7 - -
(10%)
Air keruh - Lincah saat diberi 1kali/Rata-rata 16
(10%) rangsangan, terus
melakukan
pergerakan
Air deterjen 10kali/15 Stress, mengalami -
(10%) ketegangan
Air dengan - Agresif terhadap -
dua ikan lawan, saling melukai
cupang
Air dengan - Agresif melakukan -
ikan cupang serangan
dan ikan beda
jenis
G. Analisis Dan Pembahasan
a). Analisis data
Gb. a.2.
Gb. a.3.
Pada air gula keadaan ikan seperti dalam keadaan pada air
biasa, ikan cenderung tenang tidak agresif. Ikan pada air keruh
lincah saat diberikan rangsangan dan terus melakukan gerakan.
Gb. a.4. tingkah laku ikan cupang pada air gula.
Gb. a.4
b). Pembahasan
Ikan cupang (betta sp.) adalah ikan air tawar dari daerah
tropis. Banyak ditemukan di perairan asia tenggara, termasuk
Indonesia. Di alam bebas ikan ini hidup berkelompok. Habitatnya
ada di rawa-rawa, danau, dan sungai yang berarus tenang.
Ciri ikan cupang jantan matang gonad adalah munculnya bintik bintik
hitam yang terdapat di sirip punggung jantan, pada tutup insangnya pun sudah ada
garis vertikal warna kemerahan, terlihat sibuk dalam mempersiapkan buih buih
dipermukaan sebagai sarang tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk
melakukan pemijahan yaitu sekitar 6 7 bulan dengan panjang 5 6 cm. induk
harus sehat, tidak cacat dan tidak berpenyakit. Sedangkan pada betina , ciri-ciri
kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina dan Pada sisi tubuhnya
terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu (Huda, 1992).
Ikan cupang betina, ciri-cirinya antara lain siripnya lebih pendek dari ikan
jantan, badannya lebih kecil. Untuk cupang betina yang siap kawin dapat dilihat
dari perutnya yang buncit, dan di bawah perutnya ada gumpalan kecil berwarna
putih.
Ikan cupang memiliki keistimewaan dari ikan hias yang lain
adalah ketahanannya. Sanggup hidup di tempat dengan oksigen
yang minim. Dapat hidup di lingkungan yang sempit atau toples
tanpa menggunakan aerator. Kemampuan ini disebabkan ikan
cupang memiliki rongga labirin seperti pada paru-paru manusia.
Pada pengamatan ini ada tiga aspek parameter yang kami lakukan yaitu, tingkah
laku ikan cupang terhadap lingkungan, tingkah laku makan, dan pembuahan.
b. Perilaku makanan
Secara umum, ikan mempunyai dua pola dalam mencari pakan,
yaitu aktif mencari pakan pada siang hari (diurnal) dan malam hari
(nokturnal). Sementara cupang sendiri termasuk tipe diurnal, yaitu
aktif mencari pakan mulai dari matahari terbit hingga matahari
tenggelam. Di alam, cupang akan memakan pakan yang ditemui
sebanyak-banyaknya.
Ikan cupang termasuk dalam kelompok ikan karnivora, yaitu
memakan binatang hidup. Hal itu, terlihat dari bentuk giginya yang
runcing (bergerigi). Adapun jenis, pakan yang biasa dimakan ikan ini
yaitu larva serangga air, jentik nyamuk, ataupun cacing sutera.
c. Pembuahan
Pada praktikum ini kami memisahkan ikan cupang jantan dan
ikan cupang betina, Ikan cupang jantan dipindahkan ke botol aqua1
sedangkan ikan cupang betina dipindahkan ke botol aqua 2 ini
dinamakan proses tingkah laku penjodohan, dimana ikan cupang
dipisahkan antara dua wadah untuk menjaga keutuhan sirip pada
ikan betina dari serangan ikan cupang jantan,
Ikan cupang jantan terlihat membuat bubble nest (gelembung)
ini bertujuan untuk melakukan proses pemijahan dan untuk
meletakkan telur. Ketika ikan jantan selesai membuat gelembung,
induk betina disatukan dengan indukan jantan dikarenakan
gelembung sudah cukup banyak. Kemudian terlihat cupang jantan
mengejar indukan betina, lalu indukan jantan menggiring atau
mengajak induk betina untuk mendekati gelembung udara tersebut
dan melakukan gerakan eksotis yg diikuti oleh indukan betina,
kemudian gerakan induk jantan terlihat berbeda seperti gerakan
melihat musuh. Indukan jantan terlihat menyerang indukan betina
sehingga membuat induk betina stress yang disebabkan serangan
induk jantan yang melukai sirip caudal dan sisik induk jantan.
Kemudian induk betina kami masukkan lagi kedalam botol air.
Setelah induk betina kami masukkan kedalam air terlihat induk
jantan membenturkan kepalanya ke dinding tempat air.
Pada saat birahi memuncak induk jantan akan melipatkan tubuhnya
pada tubuh induk betina, mereka akan melakukan proses perkawinan
dan badan mereka akan melayang turun. Sebelum mereka mencapai
dasar aqua, induk betina akan mengeluarkan telur-telur yang akan
dibuahi oleh induk jantan. Kemudian telur disambar oleh induk
jantan menggunakan mulutnya dan dinaikkan ke sarang busa yang
telah disiapkan.
Pada pengamatan praktikum ini telur tidak berhasil dibuahi
dikarenakan adanya organisme lain dan dalam pemberian pakan
tidak terkontrol atau berlebihan sehingga membuat kualitas air
menjadi buruk, gelembung udara mulai rusak dan mengakibatkan
tidak terbuahinya telur-telur tersebut. kami juga tidak menggunakan
tanaman air seperti enceng gondok untuk tempat melekatnya
gelembung. Disisi lain terlihat ikan jantan juga memakan telur
tersebut dikarenakan proses pemberian pakan yang tidak teratur, dan
kondisi induk jantan terlihat stres.
H. Diskusi kelompok :
Dalam penelitian ini telah diamati beberapa tingkahlaku ikan cupang
terhadap lingkungan yang berbeda dalam beberapa waktu. Pada hasil pengamatan
yang telah dilakukan terhadap ikan cupang, terdapat berbagai cara ikan cupang
dalam beradaptasi dan melakukan respon terhadap kejadian di lingkungannya.
Pada lingkungan dengan air yang jernih kami mengamati ikan cupang.
Dalam lingkungan tersebut kami letakkan hanya satu ikan cupang , cenderung
dalam keadaan rileks atau diam. Setiap beberapa saat ikan membuat gelembung
yang tidak mudah pecah saat ke permukaan air. Sesekali ikan akan mengelilingi
dan mengamati secara perlahan lingkungan yang kami berikan berupa botol yang
telah kami potong. Pada air hangat iakn lebih banyak bergerak. Kami beranggapan
bahwa ikan tersebut mencari air yang segar untuk memperlambat laju napas dan
menurunkan suhu tubuhnya. Karena pada kondisi ini kami melihat ikan lebih
mudah lelah dengan aktivitas dan kecepatan napasnya yang terus bertambah.
Pada lingkungan dengan air yang telah kami berikan pencemaran.
Beberapa pencemaran air pada lingkungan ikan cupang tidak terlalu berpengaruh
pada tingkat kematian ikan cupang. Seperti pencemaran air yang disebabkan oleh
lumpur yang terlarut sebagian. Kami membandingkan pencemaran tersebut
terhadap lingkungan dengan air yang jernih. Hasilnya adalah ikan tetap lincah
bergerak dan tenang walaupun sesekali lebih sering ke permukan dibandingkan
dengan air jernih. Pada air gula kami tidak melihat pengaruhnya terhadap ikan.
Pada air dengan campuran garam kami mengamati terhadap perilakunya. Hasilnya
adalah ikan sering bergerak dan berpindah arah, bernapas dengan jumlah yang
lebih sedikit dari keadan lingkungan asli. Pada lingkungan dengan air yang
tercampur dengan deterjen. Saat kami mengamati pada waktu yang singkat ikan
mengalami kejutan seperti syok terhadap larutan deterjen. Periode napas ikan
secara perlahan semakin lama. Sehingga ikan kekurangan oksigen dan seperti
pingsan. Setelah ikan dalam larutan deterjen kami letakkan pada air jernih, ikan
masih sanggup bernapas dan bergerak hingga pada akhirnya ikan tersebut mati.
Pada pengamatan ikan cupang terhadap pendatang baru. Kami mengamati
beberapa respon ikan cupang yang terjadi ketika terdapat ikan lain yang memasuki
daerah kekuasaannya. Pada pengamatan tersebut kami menemukan hasil bahwa
ikan cupang cenderung agresif dalam mempertahankan daerahnya. Ikan cupang
akan berusaha mengusir ikan jenis lain dengan cara mengembangkan ekor dan
sirip atas untuk menakuti lawan. Perilaku mengembangkan sirip ini kami temukan
pada saat ikan akan bergerak atau berpindah tempat, saat terdapat musuh dan
ketika bertemu pasangan lawan jenis. Jadi kami mengartikan selain ikan cupang
memiliki sirip yang indah sebagai hiasan aquarium adalah karena siripnya yang
sangat membantu bagi ikan cupang dalam mempertahankan diri dan menarik
perhatian pasangan lawan jenis. Kami mengamati ketika dua ikan cupang jantan
sedang memperebutkan wilayah. Ikan yang kami amati bertarung saling
menggigit dan mengejar. Hal tersebut terus terjadi hingga salah satunya
mengalami patah pada sirip ekor. Ikan yang menang berkelahi akan ditakuti oleh
ikan yang kalah. Pada akhirnya ikan yang kalah terus mencari perlindungan tanpa
membela diri.
Dalam pengamatan ini kami menyimpulkan bahwa ikan cupang termasuk
ke dalam ikan yang tangguh. Ikan cupang cepat beradaptasi, mampu hidup di
lingkungan skala kecil yang airnya keruh dan kurang oksigen. Suhu juga
berpengaruh terhadap gerak dan kecepatan napas ikan. Pada akhir perkelahian
ikan sanggup bertahan hidup dengan keadaan cacat akibat perkelahian yang
mengakibatkan luka pada ekor atau sirip. Dalam hal ini kemungkinan ikan yang
cacat akan sulit mendapatkan indukan betina untuk memijah karena ketertarikan
betina adalah pada sirip dan kegagahan cupang jantan. Juga kemungkinan ikan
jantan yang cacat akan merasa tersisihkan.
DAFTAR PUSTAKA
Perkasa, B.E. 2011. Buudidaya Cupang Hias dan Adu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Susanto, H. & Lingga, P. 1997. Ikan Hias Air Tawar. Jakarta: Penebar
Swadaya.Sugandy, I. 2002. Budidaya Cupang Hias. Jakarta: Argo Media Pustaka.
(online).
Perilaku ikan cupang,(online)(
http://akhunmerantau.blogspot.co.id/2014/03/laporan-
pengamatan-tingkah-laku-ikan.html ) diakses 23-11-2015
Tempat hidup ikan cupang,(online)(
http://abiholmes.blogspot.co.id/2011/11/habitat-dan-perilaku-
cupang.html ) diakses 23-11-2015