PENDAHULUAN
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba)
disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000 kasus tiap tahunnya. Sedangkan
angka kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada,
akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare
Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat
lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba tersebar hampir ke seluruh dunia
terutama di negara yang sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini
kondisi sosial ekonomi serta kultural yang menunjang. Penyakit ini biasanya
tinggi mencapai 50 persen di Asia, Afrika dan Amerika selatan (6). Sedangkan pada
1
berkembang Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala
buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang
air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar
(tenesmus). (2)
sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang
disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai
dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung darah dan lendir. (4)
II.2 Epidemiologi
dari 500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di
catatan medis, dari 748 kasus yang dirawat karena diare ada 16 kasus yang
3
disebabkan oleh disentri basiler. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di
beberapa rumah sakit di Indonesia dari Juni 1998 sampai dengan Nopember 1999,
host dan reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan
hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang padat
II.3 Etiologi
terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki
< 10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa.
5
jawab terhadap terjadinya penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar
tubuh manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard
a. Disentri basiler
yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai
dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,
makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung
dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang
sigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal
ditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi
biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel
limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang
dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus
bergaung.
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain
ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,
sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan
menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang
khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5
cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil.
b. Disentri Amuba
dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan
menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai
saat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.
Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi
ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang
minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi di
semua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya
adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.(2)
7
II.5 Gejala Klinis
a. Disentri Basiler
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari
sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare
disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja
masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. (6)
yang berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti
timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air dengan
lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,
renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul
rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka
pengobatan. Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat
Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya
lebih berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan
pada kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda
dengan kasus yang menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara
menahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik. (2)
b. Disentri Amuba
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke
dinding usus.
mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapat
timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja
bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid,
ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam ringan
(subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan,
disertai lendir dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan
9
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diare
disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (400C-40,50C)
diselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan
Disentri amoeba
Pemeriksaan tinja
penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari
bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan
langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya
sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan
lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak.
konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan
tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang
mengandung darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang
seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di
dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin.
(2)
gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba.
Akan tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini
akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat
ulkus tidak tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon
dengan barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak
11
Pemeriksaan uji serologi
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati
amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan
(invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri
amoeba dan negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita
Disentri basiler
diperlukan pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti karena basil
Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian
dihasilkan E.coli.
Aglutinasi. Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua,
sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang
dipakai.
Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik yang terlepas dan
Disentri amuba
Disentri basiler
Eschericiae coli
13
Escherichia coli Enteroinvasive (EIEC)
Patogenesisnya seperti Shigelosis yaitu melekat dan
menginvasi epitel usus sehingga menyebabkan kematian sel
dan respon radang cepat (secara klinis dikenal sebagai kolitis).
Serogroup ini menyebabkan lesi seperti disentri basiller,
ulserasi atau perdarahan dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear dengan khas edem mukosa dan submukosa.
Manifestasi klinis berupa demam, toksisitas sistemik, nyeri
kejang abdomen, tenesmus, dan diare cair atau darah.
Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)
II.8 Diagnosis
Disentri basiler
diagnosis dilakukan kultur dari bahan tinja segar atau hapus rektal. Pada
Disentri amuba
dengan penyakit lain. Oleh karena itu, apabila penderita amebiasis yang
II.9 Komplikasi
Disentri amoeba
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri amoeba, baik berat maupun
15
Komplikasi intestinal
Perforasi usus. Hal ini dapat terjadi bila abses menembus lapisan muskular
Ameboma. Peristiwa ini terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi
Komplikasi ekstraintestinal
sering terjadi. Abses dapat timbul dari beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah
infeksi amoeba sebelumnya. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan
dinding usus besar lewat vena porta, jarang lewat pembuluh getah bening.
Mula-mula terjadi hepatitis ameba yang merupakan stadium dini abses hati
kemudian timbul nekrosis fokal kecil-kecil (mikro abses), yang akan bergabung
menjadi satu, membentuk abses tunggal yang besar. Sesuai dengan aliran darah
vena porta, maka abses hati ameba terutama banyak terdapat di lobus kanan.
Abses berisi nanah kental yang steril, tidak berbau, berwarna kecoklatan
(chocolate paste) yang terdiri atas jaringan sel hati yang rusak bercampur darah.
cairan empedu.
Abses pleuropulmonal. Abses ini dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses
hati. Kurang lebih 10-20% abses hati ameba dapat mengakibatkan penyulit ini.
Abses paru juga dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus
besar. Dapat pula terjadi hiliran (fistel) hepatobronkhial sehingga penderita batuk-
Abses otak, limpa dan organ lain. Keadaan ini dapat terjadi akibat embolisasi
ameba langsung dari dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun sangat
jarang terjadi.
Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar
dengan membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau dinding
perut. Dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal
dari anus.
Disentri basiler
Beberapa komplikasi ekstra intestinal disentri basiler terjadi pada pasien yang
berada di negara yang masih berkembang dan seringnya kejadian ini dihubungkan
dengan infeksi S.dysentriae tipe 1 dan S.flexneri pada pasien dengan status gizi
yang diproduksi oleh Shigella. Biasanya HUS ini timbul pada akhir minggu
pertama disentri basiler, yaitu pada saat disentri basiler mulai membaik. Tanda-
17
tanda HUS dapat berupa oliguria, penurunan hematokrit (sampai 10% dalam 24
jam) dan secara progresif timbul anuria dan gagal ginjal atau anemia berat dengan
gagal jantung. Dapat pula terjadi reaksi leukemoid (leukosit lebih dari
Artritis juga dapat terjadi akibat infeksi S.flexneri yang biasanya muncul pada
masa penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar terutama lutut. Hal ini dapat
terjadi pada kasus yang ringan dimana cairan sinovial sendi mengandung leukosit
terjadi iritis atau iridosiklitis. Sedangkan stenosis terjadi bila ulkus sirkular pada
usus menyembuh, bahkan dapat pula terjadi obstruksi usus, walaupun hal ini
jarang terjadi. Neuritis perifer dapat terjadi setelah serangan S.dysentriae yang
juga dapat muncul. Akan tetapi peritonitis karena perforasi jarang terjadi.
Kalaupun terjadi biasanya pada stadium akhir atau setelah serangan berat.
Peritonitis dengan perlekatan yang terbatas mungkin pula terjadi pada beberapa
tempat yang mempunyai angka kematian tinggi. Komplikasi lain yang dapat
II.10 Pengobatan
Disentri basiler
diberikan antibiotika.
rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan
terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan
cairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi
jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau
pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu
Diet
Pengobatan spesifik
19
terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis
tidak efektif.
gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian
hamil.
basiler.
Disentri amuba
selama 5 hari.
Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mg
tiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama
tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram perhari
II.11 Prognosis
pengobatan dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan.
Pada umumnya prognosis amebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa
Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan
pengobatan dini. Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematian
rendah; bentuk dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama meskipun
dalam bentuk yang ringan. Bentuk flexneri mempunyai angka kematian yang
rendah. (2)
II.12 Pencegahan
Disentri amoeba
minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air dipanaskan
21
500C selama 5 menit.
Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang
berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus untuk
Disentri basiler
basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang
bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
KESIMPULAN
Disentri merupaka peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut
dan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah.
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh
Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja kecil-kecil
dan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi lendir.
Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya besar, asam, berdarah dan
tenesmus jarang.
Diagnosis dari disentri dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan lanjutan.
23
DAFTAR PUSTAKA
wiki/Disentri_Amuba.
Syaroni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.
FKUI:Jakarta.
http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk.
Oesman, Nizam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III. Fakultas
med/topic116.htm.
med/topic2112.htm.