Anda di halaman 1dari 11

Banjir Bandang Wasior Papua Barat

(Tinjauan Deskriptif Kualitatif)

3 Votes

Permasalahan yang sering kita hadapi ketika tibanya musim hujan adalah banjir, seperti kita
ketahui bahwa banjir merupakan bencana alam yang sangat merugikan baik materiil maupun non
materiil, kerusakan pemukiman, lahan pertanian serta infrastruktur lain dan terganggunya
aktivitas sosial ekonomi.

Banjir bandang terjadi Senin 4 Oktober 2010 pagi akibat hujan lebat yang turun terus-menerus
selama 6 jam di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Delapan kampung terendam
banjir, yakni Kampung Wasior I dan II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung Maniwak,
Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi dan Kampung Wondiboy [sumber : 1].
Sumber : Mypepito

Bencana banjir bandang yang melanda Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat,
diperkirakan mencapai ratusan miliar. Selain merusak bangunan pemerintah, banjir juga
memporakporandakan perumahan penduduk.Hingga Kamis malam, para korban banjir Wasior
mengungsi ke Kabupaten Manokwari dan Nabire. DanaAda sekitar 800 yang sudah diungsikan
ke Nabire menggunakan kapal Nggapulu, sementara 200 lebih lainnya diungsikan ke
Manokwari. [sumber : 2].

Banjir bandang ini diperkirakan karena adanya kerusakan hutan, akibat pemekaran wilayah dan
penebangan pohon di hutan oleh beberapa perusahaan HPH. Hal ini dilihat, pada saat kejadian
banjir bandang yang membawa pohon-pohon, sehingga pohon-pohon yang dibawa banjir
bandang ini yang juga banyak merusakkan rumah-rumah penduduk. Hal ini didukung dengan
hujan yang melanda secara terus-menerus, sehingga hutan resapan air yang sudah mulai menipis,
sangat sulit untuk menahan beban air yang besar akibat hujan terus-menerus [sumber : 3]. Papua
Barat memiliki kerentanan terhadap bencana ekologis. Penyebabnya adalah alih fungsi lahan
secara masif di kawasan itu. Dalam rentang waktu antara 2005 hingga 2009 juga dilaporkan
terjadinya deforestasi nasional mencapai lebih dari satu juta hektar per tahun [sumber : 4].

Fakta di lokasi kejadian di wasior Kabupaten Wondama, tidak dijumpai adanya pembalakan liar
di atas kota wasior tepatnya di pegunungan wondiwoi, karena pegunungan tersebut adalah
kawasan suaka alam, secara topografi juga sulit truk untuk naik ke pegunungan tersebut karena
lerengnya curam. Faktor utamanya adalah curah hujan dengan intensitas tinggi, serta adanya
bendung alami yang terbentuk dari longsor tebing sungai yang membawa material lumpur, batu
dan pohon2x besar menutupi badan sungai, Akibat akumulasi curah hujan sehingga bendung
tersebut tidak kuat menahan dan akhirnya jebol, maka terjadilah banjir banding (sumber : 5)
Lokasi Banjir Bandang Wasior Papua Barat (Puguh D. Raharjo, 2010)

Secara umum banjir bisa dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu banjir drinase/perkotaan (karena
kurang baiknya saluran darinasse), banjir luapan (biasanya daerah tengah hingga hilir DAS),
banjir pasang-surut(akibat adanya intrusi air laut di daerah pesisir, serta banjir banding (yang
seharusnya berada di daerah hulu). Seperti banjir yang terjadi di Wasior Papua Barat ini
merupakan banjir banding. Dalam membicarakan masalah hidrologi tidak lepas dari bahasan
mengenai DAS (Daerah Aliran Sungai), penataan vegetasi di daerah hulu sangat menentukan
besarnya aliran permukaan yang terkumpul pada pada DASdan masuk pada system pengaliran
sungai, sehingga apabila apabila daerah hulu terjadi penataan vegetasi yang tidak baik maka
kecepatan aliran permukaan sangat besar sehingga menimbulkan banjir pada daerah hilir.
Gambar di Bawah ini merupakan model dari banjir bandang akibat keseimangan DAS yang
terganggu.
Banjir Bandang Pada Keseimbangan DAS (Puguh D. Raharjo, 2010)

Semakin rapat tutupan kanopi dan vegetasi semakin besar air hujan yang massuk kedalam tanah
semakin besar pula yaitu melalui troughfall pada batang tumbuhan dan masuk ter-infiltrasi
ataupun ter-permeabilitas ke tanah. Apabila lokasi yang berada pada lokasi yang mempunyai
kemiringan maka air semakin banyak yang tertampung di dalam tanah. Apabila terjadi pada
tanah dengan lapisan yang tipis maka akan menimbulkan dampak lonsor seperti yang pernah
terjadi di Banjarnegara Jawa Tengah, akan tetapi apabila tanah yang terbentuk pada lokasi yang
mempunyai kemiringan secara logika kapasitas air juga semakin banyak dan ketika tanah sudah
menjadi kejenuhan maka energi akan dilepaskan dengan material berupa lumpur atau tanah serta
air. Dalam kasus ini penyebab yang terjadi (sumber : berita) diakibatkan karena adanya
penebangan hutan atau dengan kata lain vegetasi semakin berkurang, hal ini mungkin dapat juga
dibenarkan karena dari video amatir yang terlihat di layer kaca televise memperlihatkan bahwa
banjir tersebut membawa material berupa kayu-kayu selain Lumpur tentunya. Wilayah yang
mempunyai kemiringan dengan vegetasi yang relative rapat serta lokasi yang tidak jauh dengan
outlet/hilir/down stream watershed (dekat laut) semula mempunyai keseimbangan dari air yang
banyak terinfiltrasi masuk ke dalam tanah melalui batang tumbuhan dan kondisi tanah yang
subur karena laju alirannya dapat diperlambat oleh adanya vegetassi-vegatasi, dan ketika
keseimbangannya terganggu (vegetasi berkurang, air permukaan cepat) dan ketika runoff dari
permukaan yang terbuka terhalang oleh vegetasi yang masih relative rapat sebagian akan masuk
dan mempertahannkan sampai kondisi yang maksimum sampai akhirnya melepaskan tenaga
yang berupa air yang berlumpur dengan kecepatan arus yang relative cepat dan inilah
kemungkinan pertama banjir bandang yang terjadi
Proses Denudasional Berupa Kipas Aluvial yang Mencirikan Adanya Luapan Pada Masa Silam
(Puguh D. Raharjo, 2010)

Kemungkinan yang kedua, secara endogen yang terjadi wilayah ini dipengaruhi adanya
tektonisme yang telah terkena tenaga dari luar (eksogen, dari sudut pandang geomorfologi),
wilayah ini merupakan suatu kipas alluvial yang menandakan bahwa adanya aliran sediment dari
daerah hulu ke daerah hilir yang secara otomatis sediment tersebut dibawa oleh tenaga air,
sehingga kemungkinan banjir yang aa pada wilayah ini merupakan banjir bandang yang
mempunyai system periodik. Banjir periodic ini terjadi karena adanya karakteristik dari DAS
yang mempunyai bottle neck dimana air siap untuk meluncur ketika kondisi sudah dalam
keadaan jenuh. Apabila benar merupakan suatu banjir bandang periodik maka kemungkinan
dapat terjadi benjir yang serupa puluhan tahun yang akan datang dan inilah kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi ditinjau dari sudut pandang faktor fisik tidak faktor lingkungan []

***

Copyright

Puguh Dwi Raharjo. 2010. Banjir Bandang Wasior Papua Barat (Tinjauan Deskriptif
Kualitatif)

http://puguhdraharjo.wordpress.com/2010/10/09/banjir-bandang-wasior-papua-barat-tinjauan-
deskriptif-kualitatif/

Referensi
1. Banjir Bandang di Wasior Papua Barat, http://blogpanas.info/banjir-bandang-di-wasior-papua-barat
2. Mypepito. Foto Dan Video Banjir Di Wasior Papua Barat, http://www.mypepito.info/2010/10/foto-dan-video-
banjir-di-wasior-papua.html
3. Nainggolan, Parlin,. 2010, Banjir Bandang Seperti Tsunami Kecil Melanda Wasior Papua Barat,
http://green.kompasiana.com/group/iklim/2010/10/07/banjir-bandang-seperti-tsunami-kecil-melanda-wasior-
papua-barat/
4. Liputan6. 2010, Banjir di Wasior Bukan Sekadar Fenomena Alam,
http://berita.liputan6.com/daerah/201010/300314/Banjir.di.Wasior.Bukan.Sekadar.Fenomena.Alam
5. BPDAS Remu Ransiki. http://bpdasremuransiki.net/

Share:

About this entry


Youre currently reading Banjir Bandang Wasior Papua Barat (Tinjauan Deskriptif Kualitatif),
an entry on Puguh Dwi Raharjo

Telah Diterbitkan:
Oktober 9, 2010 / 12:29 pm
Kategori:
Hydrology
Kaitkata:
GIS, Penginderaan Jauh, geomorfologi, Puguh Dwi Raharjo, Banjir Bandang, Banjir
Wasior Papua Barat, Keseimbangan DAS, GIS Raster, Kerusakan Lingkungan, Fast
Floods, kipas aluvial, tektonisme, banjir periodik

Suka
One blogger likes this post.

15 Komentar
Langsung ke formulir komentar | comment rss [?] | trackback uri [?]

1. ronanusantara 10.9.10 / 12pm

wow mantap ada juga yang langsung melakukan penelitian akan hal ini..

semangat terus dalam penelitiannya,


salam dari ronanusantara

Balas

2. Puguh Dwi Raharjo 10.9.10 / 12pm

Terima Kasih Bu, salam kenal

Balas

3. nasrudinkb 10.12.10 / 6am

Salam Kenal, terima kasih saya ni masih baru cara2 penggunaan Blog, maaf

Balas

1. puguhdraharjo 10.13.10 / 5pm

Salam kenal juga, silahkan Bapak masuk ke dunia blogging

Balas

4. menmyeverything 10.12.10 / 10am

nampaknya bumi mulai tak bersahabat lagi dengan penghuninya. salam kenal

Balas

1. puguhdraharjo 10.13.10 / 5pm

Salam Kenal, Kita harus menjaganya untuk keselamatan semua..Thanks

Balas
5. BPDAS Remu Ransiki 10.13.10 / 6am

Menurut tim pencari fakta yang ke lokasi kejadian di wasior Kabupaten Wondama, tim
tidak menjumpai adanya pembalakan liar di atas kota wasior tepatnya di pegunungan
wondiwoi, karena pegunungan tersebut adalah kawasan suaka alam, secara topografi juga
sulit truk untuk naik ke pegunungan tersebut karena lerengnya curam. Faktor utamanya
adalah curah hujan dengan intensitas tinggi, serta adanya bendung alami yang terbentuk
dari longsor tebing sungai yang membawa material lumpur, batu dan pohon2x besar
menutupi badan sungai, Akibat akumulasi curah hujan sehingga bendung tersebut tidak
kuat menahan dan akhirnya jebol, maka terjadilah banjir bandang

Balas

1. puguhdraharjo 10.13.10 / 5pm

Terima kasih, secara pribadi saya juga berpendapat demikian karena menurut saya
banjir akibat hutan gundul biasanya berakibat di hulu, atau perkotaan padat,
TERIMA KASIH telah menambah beberapa ilmu seemoga bermanfaat buat kami.

Balas

6. fajar 10.26.10 / 8pm

mas puguh, saya menambahkan benar adanya jika dengan konfigurasi lereng dan medan
yang sedemikian akna menyulitkan untuk pembalakan liar. terjadinya banjir bandang
adalah akibat dari proses tersimpannya air di dalam tanah karena saluran air tidak bisa
mengalir karena terhalang oleh longsoran dan tumbangnya pepohonan diwaktu-waktu
sebelumnya. air akan terakumulasi pada tekukan-tekukan lereng, semakin lama akin
semakin penuh dan mencapai tik jenuh, hal ini akan berbahaya jika terjadi hujan dengan
intensitas yang cukup tinggi sehingga menyebabkan aliran langsung (karena tanh sudah
jenuh), dimana aliran langsung tersebut akan membuka sumbat yang saya sebutkan diatas
sehingga massa potensialnya air yang tersimpan menjadi terbebas dan meluncur kebawah
dan menyebabkan banir bandang. hal seperti ini pernah kami dengar dan amati disekitar
danau maninjau, di daerah ini penyumbatan aliran terjadi akibat gempa dimana saluran
air akan terhalang oleh material tanah dan kayu pohon, sehingga terjadi proses
pengendapan air pada tekukan2 lereng. pada saat terjadi gempa kecil beberapa waktu
kemudian terjadilah longsor dengan material bawan lumpur (air+tanah) dam kayu2an dan
menerjang rumah penduduk. teori ini terungkap karena hutan di daerah mainjau masih
cukup bagus, tetapi lapisan tanahnya tipis dengan bedrock vulkanis kedap air yang bisa
menjadi bidang lincir, dengan lereng yang yang sangat curam. kalo hanya faktor aliran
langsung tanpa adanya air yang tersimpan maka banjir bandang tidak akan terjadi..

Balas
1. puguh 10.27.10 / 6am

terima kasih mas fajar, atas tambahan semoga bermanfaat bagi saya khususnya
dan membawa kebaikan untuk lingkungan kedepannya nanti. nuwun

Balas

7. ardi 12.9.10 / 12pm

apakah,mungkin masi ada banjir yg lebih besar lagi di wasior,,,padahal yg menyumbat


sungai uda jebol,,,,,,????

Balas

1. Puguh 12.9.10 / 5pm

Apabila karaktersitik fisik lahan dan fisiografi daerah mempunyai potensi serta
memiliki tipe periode ulang kemungkinan bisa meski dalam waktu yang relatif
lama..ratusan tahun. walaupun sudah ada lahan yang terdegradasi*
(kemungkinan). Thanks

Perencanaan DAS Sebagai Daerah


Pengujian Hidrologi

1 Votes
Basin atau Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu satuan wilayah ekosistem
yang dibatasi oleh topografi punggungan pemisah air (water divide), dan berfungsi sebagai
pengumpul, penyimpan dan penyalur air, sediment, unsur hara dalam system sungai yang
kesemuanya keluar melalui outlet tunggal. Saat ini permasalahan DAS pada bagian hulu berupa
masalah sosial (tingkat pendidikan rendah, kemiskinan, pertumbuhan penduduk, ketersediaan
lapangan kerja, dll) yang berpotensi mengganggu kelestarian lingkungan DAS. Di dalam DAS
terdapat masukan berupa hujan dan terjadi proses penguapan, aliran, infiltrasi, simpan air, erosi,
longsor lahan, pelapukan, pengangkutan dan pengendapan sedimen, aliran energi serta dinamika
penduduk. Keluaran bersifat alami berupa hasil air, hasil sedimen, unsur hara dan kimia yang
terangkut oleh limpasan, sedangkan yang bersifat non alami berupa hasil pembangunan, yaitu :
Pendapatan Asli Daerah, tingkat kesejahteraan masyarakat, serta produktivitas lahan. Keluaran
DAS yang bersifat negatif seperti: banjir, kekeringan, pengendapan sedimen, degradasi lahan,
pencemaran tubuh perairan, dan pencemaran udara.

Dengan perkembangan geoinformasi sajian dalam SIG dapat berupa manipulasi data yang
berupa spasial serta data yang berupa atribut, serta mempunyai kemampuan untuk menyimpan
dan memodelkan suatu 3D permukaan. Berbagai kepentingan yang berkaitan dengan
sumberdaya air dapat dianalisa dan dimodelkan, misalnya seperti saluran air, konsentrasi aliran
air, akumulasi aliran air, arah aliran air permukaan, wilayah pengendapan, zonasi satuan Sub
DAS (Daerah Aliran Sungai), serta daerah dataran banjir yang semuanya memberikan informasi
DAS guna dilakukan pengkajian.

Studi pengujian DAS merupakan penyelidikan keadaan sebenarnya suatu DAS di alam, untuk
kemudian dilakukan modifikasi sehingga karakter hidrologi daerah penelitian tersebut dapat
dipelajari. Dalam penelitian ini melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terkait dan
kepentingannya terhadap obyek yang dikelola tersebut, untuk mencapai suatu keserasian tujuan,
memadukan setiap usaha, pemanfaatan penataan dan pemeliharaan.

Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, antara lain meliputi survei lokasi penempatan
untuk penelitian hidrologi. Berdasarkan peta jaringan sungai, peta topografi, dan peta data
prioritas hidrologi untuk masing-masing lokasi penelitian air. Tiga macam prioritas hidrologi,
yaitu meliputi prioritas jumlah air, sedimen dan kontinuitas. Dari peta prioritas hidrologis dipilih
lokasi-lokasi prioritas yang paling tinggi dan diberikan plot lokasi pada peta jaringan sungai,
lokasi tersebut merupakan titik pelepasan dari DAS yang memiliki batas. Penentuan lokasi-lokasi
kebutuhan air dengan stratifikasi tingkat prioritas hidrologis yang lebih rendah dengan letak
disebelah hilir daerah yang memiliki prioritas.

Kegiatan lapangan yang dilakukan meliputi analisis : Geomorfologi (pengamatan bentang alam,
pengukuran kelerengan) ; Litologi (deskripsi batuan penyusun, susunan batuan penyusunnya) ;
Struktur geologi (pengukuran strike dip dan aspek struktur lainnya ) ; Tanah hasil pelapukan
batuan (berdasarkan suatu asumsi bahwa suatu jenis batuan menghasilkan tanah lapukan yang
seragam) ; Pengukuran debit air sungai ; Pengamatan kualitas air permukaan secara fisik , kimia
dan pengambilan contoh air ntuk uji laboratorium ; Pengukuran infiltrasi ; Pengukuran koefisien
permiabilitas.
Peta pembagian sub DAS di dasarkan atas peta jaringan sungai dan peta topografi. Pemilihan sub
DAS dapat diperoleh berdasarkan peta tingkat perkembangan desa, kekritisan komoditi, bahaya
erosi/lahan rusak, prioritas jumlah air, prioritas sedimen, prioritas kontinuitas dan pembagian sub
DAS, yang kemudian peta-peta tersebut di overlaykan dan dipilih calon sub DAS pengujian yang
mempunyai stratifikasi prioritas kekritisan hidrologis yang tinggi. Persyaratan yang diperlukan
dalam experimental basin meliputi terdapatnya tempat yang memenuhi syarat bagi stasiun
pengamat arus sungai, mudah dicapai, dan topografi yang stabil.

DAS Welaran (Puguh D. Raharjo, 2009)

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu alat yang efisien dalam pengumpulan data
dasar, pengolahan dan analisa, dan penyajian data yang berupa spasial, serta penilaian tentang
sumber daya air dengan tujuan teknologi keruangan yang tepat, cepat dan terintegrasi. SIG dalam
menyajikan dan memanipulasi data dapat berupa manipulasi data yang berupa spasial serta data
yang berupa atribut. SIG mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan memodelkan suatu 3D
permukaan sebagai DEM, DTM atau TIN. Berbagai kepentingan yang berkaitan dengan sumber
daya air dapat dianalisa dan dimodelkan seperti misalnya, saluran air, konsentrasi aliran air,
akumulasi aliran air, arah aliran air permukaan, wilayah pengendapan, zonasi satuan Sub DAS,
serta daerah dataran banjir. Peralatan uji geologi ; Palu geologi, loupe, kompas dan bahan kimia ;
Peralatan pengukuran kualitas air: pH meter, EC meter, Temp, TDS ; Peralatan uji akifer: bor
tangan, roll meter ; Peralatan uji peresapan air kedalam tanah ; doble ring infiltometer ; Peralatan
uji debit air: current meter, stop-watch ; Alat tulis, kamera ; serta seperangkat alat komputer
lengkap dengan program pemetaan merupakan sarana yang harus dipenuhi dalam mencari
eksperimental basin. Data primer yang digunakan meliputi pengambilan data sifat fisik dan
kimia tanah, kimia air, jenis batuan, jenis penggunaan lahan, pengukuran sedimentasi dan erosi,
data curah hujan, sedangkan data sekunder yang digunakan berupa data hidrologi, peta geologi,
peta tanah, peta erodibilitas tanah, dan peta RBI.

Anda mungkin juga menyukai