Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MATAKULIAH

INSTRUMENTASI
INSTRUMEN MEKANIK

OLEH
Kelompok 2 (KELVIN) :

1. JEIHAN ADIB ALPEREZ


2. DINA PURWANTI
3. SRI DONA AGUSTIN
4. SUCI AULIA RISTI

Dosen Pembimbing: M. RAHMAD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PMIPA FKIP
UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah dengan judul Alat alat ukur mekanik dalam fisika ini tepat
pada waktunya. Shalawat beriringan salam penulis doakan kepada Allah SWT agar
senantiasa tercurahkan buat tambatan hati pautan cinta kasih yakninya Nabi Muhammad
SAW.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini secara umumnya dan kepada Dosen
Pembimbing mata kuliah Instrumentasi secara khususnya Bapak Drs. M. Rahmad, M.Si
serta Ibu Ernidawati, S.Pd. M.Sc.

Penulis menyadari dalam peyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan


karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 30 April 2017

Tim Penulis

2|MATA KULIAH INSTRUMENTASI (FISIKA 4B)


DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG .....................................................................4
1.2 RUMUSAN KAJIAN ......................................................................4
1.3 TUJUAN KAJIAN ..........................................................................4
1.4 MANFAAT ......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ALAT UKUR MEKANIK...................................5
2.2 MACAM-MACAM ALAT UKUR MEKANIK............................5
2.2.1 NERACA ANALITIK......................................................5
2.2.2 BUSUR BILAH................................................................9
2.2.3 DIAL INDIKATOR..........................................................11
2.2.4 PENGUKUR TEKANAN KOMPRESI.......................... 13
2.2.5 PLASTIGAGE...................................................................17
2.2.6 KUNCI MOMEN..............................................................18
2.2.7 STRAIGHT EDGE............................................................19
2.2.8 SILINDER GAUGE..........................................................20
2.2.9 DIAL CALIPER................................................................22
2.2.10 BORE GAUGE..................................................................24
2.2.11 JANGKA BENGKOK.......................................................27
2.2.12 FEELER GAUGE..............................................................28
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................31

3|MATA KULIAH INSTRUMENTASI (FISIKA 4B)


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala
alam. Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan demikian, fisika adalah ilmu
pengetahuan yang berdasarkan pada pengukuran. Kebenaran tertinggi dalam fisika
adalah hasil pengamaaatan (eksperimen). Hal ini berarti jika ada teori yang
ramalannya tidak sesuai dengan hasil pengamatan, maka teori tersebut ditolak
bagaimana pun bagusnya teori tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pengamatan
dalam fisika itu sangat penting. Itulah sebabnya pengetahuan tentang cara
pengukuran merupakan kebutuhan yang penting.
Kita harus mempelajari cara pengukuran besaran fisika dan bagaimana
menggunakan alat ukur dengan benar. Kesalahan dalam penggunaan alat ukur
mengakibatkan data yang diperoleh tidak dapat dipertanggungjawabkan karena
mengandung kesalahan. Hal yang lebih fatal lagi adalah kesalahan penggunaan alat
ukur dapat merusak alat ukur iu sendiri, bahkan dapat mencelakakan penggunanya.

1.2 Rumusan Kajian


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan,
yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan alat ukur mekanik?


2. Apa saja jenis alat ukur mekanik?
3. Bagaiamana cara menggunakan dan memelihara alat ukur mekanik dengan baik?

1.3 Tujuan Kajian


1. Untuk mengetahui pengertian alat ukur mekanik
2. Untuk mengetahui jenis-jenis alat ukur mekanik
3. Untuk menegetahui cara penggunaan dan pemeliharaan alat ukur mekanik

1.4 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang alat ukur mekanik selain yang telah
dipelajari.
2. Sebagai referensi untuk mengurangi kesalahan dalam menggunakan alat ukur
mekanik.

4|MATA KULIAH INSTRUMENTASI (FISIKA 4B)


BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alat Ukur Mekanik

Alat ukur mekanik adalah instrumen atau sebuah alat ukur yang
digunakan untuk membantu pengukuran dimensi, panjang, lebar, luas dan
masa. Jenis alat ukur mekanik sendiri ada banyak sekali dimana setiap jenisnya
memiliki bentuk, ukuran dan fungsi yang berbeda antara satu dengan lainnya.
oleh sebab itu dalam pemilihan alat ukur harus dilakukan lebih selektif agar bisa
menemukan jenis alat ukur yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Alat
ukur mekanik sangat banyak sekali macamnya, namun tidak semua alat
diketahui oleh banyak orang.

2.2 Macam-macam Alat Ukur Mekanik

2.2.1 NERACA ANALITIK

Neraca analitik digital adalah neraca yang digunakan untuk menimbang zat yang
butuh ketelitian tinggi dan dalam skala kecil/mikro (biasanya hingga 4 desimal 0,0001
gram) misal = meinmbang zat yang digunakan untuk larutan standar primer. Neraca
teknis = neraca yang digunakan untuk menimbang pereaksi dan dalam skala besar ( 2
desimal)

Neraca Ohaus dua lengan terdiri dari 7


beberapa komponen, di antaranya: 1 2
1. Lengan depan
2. Lengan belakang
3. System magnetic 6 5
4. Penggeser anak timbangan
5. Venier
6. Kait 3
7. Skala
8. Lekuk 9
9. Wadah
10. Alas 4
10

Neraca Analitik Digital


Neraca analitik digital merupakan
salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi, neraca ini mampu menimbang
zat atau benda sampai batas 0,0001 g. Beberapa hal yang perlu diperhatikan bekerja
dengan neraca ini adalah:

5|MATA KULIAH INSTRUMENTASI (FISIKA 4B)


Neraca analitik digital adalah neraca yang sangat peka, karena itu bekerja
dengan neraca ini harus secara halus dan hati-hati.
Sebelum mulai menimbang persiapkan semua alat bantu yang dibutuhkan dalam
penimbangan
Langkah kerja penimbangan yang meliputi:
1. Persiapan pendahuluan alat-alat penimbangan, siapkan alat dan zat yang
akan ditimbang, sendok, kaca arloji dan kertas isap.
2. pemeriksaan pendahuluan terhadap neraca meliputi: periksa kebersihan
neraca (terutama piring-piring neraca), kedataran dan kesetimbangan neraca.
3. penimbangan, dapat dilakukan setelah diperoleh keadaan setimbang pada
neraca dan timbangan pada posisi nol, demikian pula setelah penimbangan
selesai posisi timbangan dikembalikan seperti semula
a) Kalibrasi
Pengontrolan Neraca Digital Timbangan/Neraca dikontrol dengan
menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang atau dengan dua
anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Timbangan/Neraca
digital, harus menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur. Jika
menggunakan timbangan yang sangat sensitif, hanya dapat bekerja pada
batas temperatur yang ditetapkan. Timbangan harus terhindar dari
gerakan (angin) sebelum menimbang angka nol harus dicek dan jika
perlu lakukan koreksi. Penyimpangan berat dicatat pada lembar/kartu
kontrol, dimana pada lembar tersebut tercantum pula berapa kali
timbangan harus dicek. Jika timbangan tidak dapat digunakan sama
sekali maka timbangan harus diperbaiki oleh suatu agen (supplier).
b) Penanganan Neraca
Kedudukan timbangan harus diatur dengan sekrup dan harus
tepat horizontal dengan Spirit level (waterpass) sewaktu-waktu
timbangan bergerak, oleh karena itu, harus dicek lagi. Jika menggunakan
timbangan elektronik, harus menunggu 30 menit untuk mengatur
temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat sensitif, anda
hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan.
Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum
menimbang angka nol harus dicek dan jika perlu lakukan koreksi.
Setiap orang yang menggunakan timbangan harus merawatnya, sehingga
timbangan tetap bersih dan terawat dengan baik. Jika tidak, sipemakai
harus melaporkan kepada manajer lab. timbangan harus dikunci jika
anda meninggalkan ruang kerja.
c) Kebersihan Neraca
Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan,
bagian dan menimbang harus dibersihkan dengan menggunakan sikat,
kain halus atau kertas (tissue) dan membersihkan timbangan secara
keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian piringan (pan)

6|MATA KULIAH INSTRUMENTASI (FISIKA 4B)


timbangan dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan
dengan menggunakan pembersih seperti deterjen yang lunak, campurkan
air dan etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan
setelah dipanaskan, cek kembali dengan menggunakan anak timbangan.

Prosedure Pengoperasian Neraca Digital


Berikut adalah prosedur yang harus diharus diketahui dan harus dilakukan dalam
mengoprasikan neraca digital sebelum hingga setelah penimbangan:
1. Keadaan neraca harus siap pakai.
2. Neraca harus bersih (terutama piring-piring neraca).
3. Anak timbangan dalam keadaan lengkap.
4. Persiapan pendahuluan terhadap alat bantu penimbangan.
5. Pemeriksaan kedataran neraca dan kesetimbangan neraca.
6. Pekerjaan penimbangan dan perhitungan hasil penimbangan.
7. Melaporkan hasil penimbangan.
8. Mengembalikan neraca pada keadaan semula
d) Proses Pengukuran
Secara umum proses menimbangan dengan neraca elektronik/digital
adalah:
1. Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.
2. Pastikan timbangan menunjukkan angka nol( jika
tidak perlu di koreksi).
3. Letakakan benda yang massanya akan diukur pada
piringan tempat benda.
4. Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala
satuan timbangan tersebut.
5. Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu
menunggu 30 menit, karena hanya dapat bekerja pada
batas temperatur yang ditetapkan.

Langkah kerja penimbangan dengan neraca analitik meliputi:


1. Persiapan alat bantu penimbangan Untuk menimbang zat padat diperlukan:
Kaca arloji yang kering dan bersih, digunakan untuk menampung kelebihan zat
yang ditimbang, karena kelebihan zat tidak boleh dikembalikan ke botol zat.
Sendok (biasanya sendok plastik)
Kertas isap untuk memegang tempat menimbang pada saat
memasukan/mengeluarkan alat timbang (dan zat) ke atau dari dalam neraca
Botol timbang sebagai tempat penimbangan
Zat yang akan ditimbang dan setelah penimbangan selesai, botol zat harus
dikembalikan ke tempatnya

7|MATA KULIAH INSTRUMENTASI (FISIKA 4B)


2. Pemeriksaan pendahuluan terhadap neraca adalah:
Pemeriksaan kebersihan neraca terutama piring-piring neraca dapat
dibersihkan menggunakan sapu-sapu yang tersedia dalam neraca
Pemeriksaan kedataran neraca dilakukan dengan cara melihat water pass,
dengan mengatur sekrup pada kaki neraca sehingga gelembung air di water pass
tepat berada di tengah
Pemeriksaan kesetimbangan neraca yang dilakukan dengan membiarkan
dahulu pointer bergoyang ke kiri dan ke kanan beberapa kali. Jika goyangan
maksimum ke kiri dan ke kanan kira-kira sama jauh maka neraca dalam keadaan
setimbang.
Cara menggunakan neraca analitis
o Nolkan terlebih dulu neraca tersebut
o Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
o Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
o Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut.

8|MATA KULIAH INSTRUMENTASI (FISIKA 4B)


2.2.2 BUSUR BILAH
Pengertian Busur Bilah (Bevel Protractor)
Busur bilah ini digunakan untuk pengukuran sudut antara dua permukaan benda
ukur dengan kecermatan lebih kecil dari pada satu derajat, dapat digunakan busur bilah.
Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja.
Gambar 3.4 menunjukkan sebuah busur bilah.

Gambar 3.4 menunjukkan sebuah busur bilah.

Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian


bagian dari busur bilah adalah piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah
utama, badan/landasan, kunci nonius dan kunci bilah. Skala utama mempunyai tingkat
kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini
mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk menyetel skala
nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama dengan piringan skala
utama.
Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini
dapat digunakan untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi.
Untuk hal-hal tertentu biasanya dilengkapi pula dengan bilah pembantu. Bilah utama
dan bilah pembantu bisa digeser-geserkan
posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip pengukuran yang betul.

Bagian bagian utama pada busur bilah adalah sebagai beriukut :

Badan atau piringan dasar


Berupa lingkarang penuh dengan
diameter sekitar 55 mm. Permukaan bawah
piringan dasar ini rata, sehingga busur bilah
dapat diletakan pada meja rata dengan baik
tak bergoyang. Pada tepi permukaan atas
terdapat skala dengan pembagian dalam
derajat dan diberi nomor dari 00 900 00
900 (skala kiri dan kanan),

9|MATA KULIAH INSTRUMENTASI (FISIKA 4B)


Pelat dasar
Menyatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar dan tebal pelat dasar
sekitar 90 x 15 x 7 mm. Sisi kerja pelat dasar dibuat rata dan lurus, dengan
toleransi kerataan 0.01 mm untuk sepanjang sisi kerja.

Piringan indeks
Mempunyai titik pusat putaran berimpit dengan pusat piringan dasar.
Pada piringan ini tercantum garis indeks dan skala nonius sudut (skala
nonius kiri dan kanan), biasanya dengan kecermatan sampai 5 menit.
Kadang dilengkapi dengan pemutar halus atau cermat.

Bilah utama
Dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang terletak pada piringan
indeks. Panjang, lebar dan tebal dari bilah utama, sekitar 150/300 x 13 x 2
mm, dan kedua ujungnya dibuat menyudut masing masing sebesar 450 dan
600. Kedua tepi dibuat lurus dengan toleransi kerataan sebesar 0.02 sampai
0.03 mm untuk seluruh panjangnya

Cara Membaca Skala Ukur Busur Bilah


Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda denganprinsip pembacaan
mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius dalam
menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan
arah pembacaan skala utama. Jadi, harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala
nol dari nonius terhadap garis skala utama. Sebagai contoh lihat Gambar 3.4. di bawah
ini. Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut sebesar 50 55 (lima puluh derajat
lima puluh lima menit).
Garis nol skala nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya
antara garis ke 50 dan 51. Ini berarti penunjukkan skalautama sekitar 50 derajat lebih.
Kelebihan ini dapat kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris
dengan salah satu garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari
skala nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah
kiri garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50
derajat ditambah 55 menit = 56 derajat 55 menit (50 55).

10 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.3 DIAL INDIKATOR

Indikator digunakan untuk mengukur kebengkokan, run out, kekocakan, end


play, back lash, kerataan, dengan tingkat ketelitian anatara 0,01 mm hingga 0,001 mm
(tergantung tipe dial indikator).
Prinsip kerja jam ukur secara mekanis, dimana gerak linier sensor diubah
menjadi gerak rotasi oleh jarum penunjuk pada piringan dengan perantaraan
batangbergigi dan susunan roda gigi. Pegas koil berfungsi sebagai penekan batang
bergigi hingga sensor selalu menekan ke bawah. Sedangkan pegas spiral berfungsi
sebagai penekan sistem transmisi roda gigi sehingga permukaan gigi yang berpasangan
selalu menekan pada sisi yang sama untuk kedua arah putaran (untuk menghindari
backlash) yang mungkin terjadi karena profil gigi yang tidak sempurna atau sudah aus.
Jam ukur juga dilengkapi dengan jewel untuk mengurangi gesekan pada dudukan poros
roda gigi. Ketelitian dan kecermatan jam ukur berbeda beda ada yang kecermatannya
0,01 ; 0,02 ; 0,005 dan kapasitas ukurnya juga berbeda beda , misalnya : 20, 10, 5, 2, 1
mm . Untuk jam ukur dengan kapasitas besar, terdapat jam kecil dalam piringan yang
besar dimana satu putaran jarum besar sama dengan tanda satu angka jam kecil. Pada
piringan terdapat skala yang dilengkapi dengan tanda batas atas dan tanda batas
bawah.Piringan skala dapat diputar untuk kalibrasi posisi nol.
Dalam penggunaannya, dial indikator tidak dapat berdiri sendiri, sehingga memerlukan
batang penyangga dan blok magnet.

Fungsi dari masing masing bagian


Jarum panjang ini akan langsung bergerak apabila bagian bidang sentuh tertekan
oleh benda kerja. Adapun nilai pergerakan dari jarumpanjang tersebut
tergantung dari beberapa nilai dari skala dial gauge tersebut.Misal : dial gauge

11 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
skala 0,01 mm, apabila jarum panjang menunjuk angka 10 berarti 0,01 x 10 =
0,1 mm.
Skala untuk jarum panjang ini dapat berputar kekiri atau kekanan, yang artinya
posisi angka nol tidak selalu berada diatas tergantung pada posisi mana yang kita
kehendaki pada saat proses pengukuran benda kerja.
Jarum pendekjarum pendek akan bergerak satu step/ruas, apabila jarum panjang
bergerak dari angka nol sampai dengan angka nol lagi (satu putaran).misal : nilai
pergerakan satu ruas dari jarum pendek adalah 0,01 mm x 100 = 1 mm (apabila
nilai skala 0,01 mm)
Jadi, jika jaru pendek berputar sampai satu putaran berarti 1 x 10 = 10 mm.
Batas toleransiBatas toleransi pada alat ini ada dua dan dapat digeser kekiri dan
kekanan sesuai dengan yang kita kehendaki untuk melihat batas pergerakan
jarum panjang kekiri atau kekanan, pada saat proses pengukuran benda kerja.
Bidang sentuh dengan benda kerjaBagian ini akan bergerak naik atau turun
apabila bersentuhan dengan permukaan benda kerja saat benda kerja bergerak
terhadap bidang sentuh tersebut.

Prosedur Penggunaan Dial Indikator:


1. Posisi spindle dial indikator harus
tegak
lurus dengan permukaan yang
diukur.
2. Garis imajinasi dari mata si
pengukur ke
jarum penunjuk harus tegak lurus
pada
permukaan dial indikator pada saat
sedang membaca hasil pengukuran.
3. Dial indikator harus dipasang dengan teliti pada batang penyangganya, artinya
dial indikator tidak boleh goyang.
4. Putarlah outer ring dan stel pada posisi nol. Gerakkan spindle ke atas dan ke
bawah, kemudian periksalah bahwa jarum penunjuk kembali ke posisi nol
setelah spindle dibebaskan.
5. Usahakan dial indikator tidak sampai terjatuh, karena terdapat mekanisme
pengubah yang presisi.
6. Jangan memberi oli atau grease diantara spindle dan tangkainya, karena akan
menghambat gerakan spindle.
7. Melakukan teknik pengukuran

12 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.4 PENGUKUR TEKANAN
KOMPRESI

Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan kompresi pada silinder engine, yang
ditentukan oleh kondisi piston, ring piston, dan katup. Untuk memperoleh kondisi kerja
yang optimal, diamana daya mesin dapat semaksimal mungkin, tetapi tidak merusak
(mempercepat) kerusakan komponen komponen mesin maka tekanan kompresi didalam
silinder mesin harus sesuai dengan ketentuan khusus yang sudah diberikan oleh pabrik
pembuat mesin tersebut.
Untuk mengetahui tekanan kompresi tersebut digunakan alat yang disebut
compression gauge/ compression tester. Alat ini dipasangkan pada lubang busi (untuk
motor bensin) dan dapat juga pada lubang injector atau lubang pemanas mula
pada motor diesel.
Jadi Compression tester adalah salah satu alat ukur pneumatic yang berfungsi
untuk mengukur tekanan kompresi didalam silinder mesin. Alat tersebut biasanya
mempunyai satuan Kg/Cm2 atau atmosphere (atm).

Bagian bagian Compression Tester

13 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
1. Kepala busi
2. Pressure gauge,berfungsi untuk menunjukkan tekanan
3. Valve, berfungsi untuk membuang kompresi apabila tidak lagi diperlukan

Cara Menggunakan Compression Tester


1. Supaya aman, lepas kabel busi dari busi yang tertanam pada mesin. Tujuannya
supaya kendaraan tidak nyala saat terjadi tes kompresi.
2. Lepas busi. Dalam tes ini setiap silinder harus ditest satu per satu, begitu pun
dengan busi yang dilepas. Setiap silinder pasti memiliki tekanan yang berbeda-
beda, namun bila perbedaannya terlalu besar, maka akan timbul masalah.
3. Pasang alat test kompresi pada mesin.
4. Coba starter, dan perhatikan angka yang diraih pada pressure gauge. Catat dan
lakukan untuk tiap-tiap ruang silindernya. Angka yang tertera pada gauge harus
konsisten utk tiap silinder. Apabila tekanan turun maka dapat dipastikan terjadi
kebocoran pada ruang silinder. Selisih yang ditolerir untuk tiap silindernya ada
di angka 25 lb/inc2 maka dianggap normal.
5. Untuk mendiagnosa penyebab kebocoran, dapat dilakukan dengan menuangkan
oli secukupnya (-/+10 ml) pada ruang silinder via lubang busi. Kemudian pasang
alat test dan starter mesin. Jika tekanan tetap rendah, maka dipastikan kebocoran
terdapat pada seal klep. Jika tekanan tertahan, maka masalahnya ada pada ring
piston.

14 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.5 PLASTIGAGE

Plastigage adalah alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur celah oli (oil
clearance) antara journal crankshaft, pin dan bearing. Bentuknya seperti benang, dibuat
dari plastic yang ketebalannya merata, dan dan di bungkus dalam amplop.

Plastigage mempunyai ukuran yang bermacam- macam


1. Warna hijau mempunyai range : 0,25-0,075 mm
2. Warna biru memepunyai range : 0,102-0,229 mm
3. Warna merah mempunyai range : 0,051-0,152 mm

Metoda Pengukuran

1. Bersihkan tangan, crank shaft pin dan bantalan


2. Ambil plastigage dari dalam am-plopnya sesuai lebar bantalan
3. Letakkan plastigage dari dalam pembungkus pada crank shaft pin seperti pada
gambar.
4. Pasang bearing cap dan kencangkan murmurnya sesuai moment spesifikasi.
Jangan me-mutar crank shaft!

15 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
5. Lepas bearing cap dan ukurlah lebar plastigage dengan meng-gunakan skala
yang terdapat pada amplopnya. Bila lebar tidak merata, ukurlah pada tempat
yang paling lebar

16 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.6 KUNCI MOMEN

Kunci momen (torque wrench) digunakan untuk mengukur gaya puntir pada baut
dan mur, agar mencapai kekencangan tertentu.

Pada kunci momen bagian ujungnya bisa dipasang kunci soket sesuai dengan ukuran
mur atau baut yang akan dikencangkan. Sedangkan pada ujung yang lain (dekat dengan
handle kunci momen) terdapat jarum penunjuk dan angka-angka yang menunjukkan
nilai kekencangan dari mur atau baut yang dikencangkan. Jarum akan bergerak sesuai
dengan kekencangan yang diberikan

Gambar. Bagian-Bagian Kunci Momen

Jenis-Jenis Kunci Momen


a. Model Deflecting Beam (batang jarum)

Kunci momen model deflecting beam, menunjukkan besar ukuran momen


kekencangan oleh sebuah batang penunjuk. Batang penunjuk akan bergerak dan
menunjuk pada skala tertentu seiring dengan besarnya momen pengencangan
yang dilakukan.

17 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
b. Model Dial Indicator

c. Model Setting Micrometer

Pada model ini, momen kekencangan yang diinginkan dapat diatur dengan
cara menyetel ukuran kekencangan (setting micrometer) pada tangkai kunci
momen.
Prinsip kerja :
Kunci momen digunakan hanya pada pengerjaan akhir dari pengencangan
baut atau mur. Jadi pada saat awal pengencangan kita menggunakan kunci biasa
(kunci ring, kunci soket maupun kunci pas), setelah dirasa agak kencang baru
dikencangkan akhir menggunakan kunci momen dan kencangkan sesuai dengan
nilai kekencangan dari mur atau baut tersebut
Cara menggunakan kunci momen adalah kepala kunci momen ditahan agar
kunci shock tetap pada posisi yang benar, yakni sejajar dengan lengan. Lalu sambil
menarik gagang kunci momen searah jarum jam. Socket dapat dipasangkan pada
kunci momen untuk disesuiakan dengan berbagai macam ukuran baut.
Setiap kunci momen memiliki momen maksimum (maximum torque), yang
merupakan batas tertinggi kekencangan yang dapat diukur oleh kunci momen. Agar
penggunaannya sesuai dengan fungsinya dan supaya alat ini tetap awet, gunakan
kunci momen dengan ukuran kekencangan di bawah batas maksimum momen
kekencangannya. Untuk ukuran kekencangan baut atau mur yang lebih besar, maka
dapat menggunakan kunci momen lain dengan momen maksimum lebih besar.

18 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.7 STRAIGHT EDGE

Straight edge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kerataan atau
kebengkokan permukaan dari suatu komponen. Bentuk straight edge tampak seperti
mistar baja, tetapi tidak terdapat skala ukuran pada permukaannya serta lebih tebal.
Dalam bidang otomotif, straight edge digunakan misalnya untuk mengukur kerataan
permukaan blok silinder dan kepala silinder sepeda motor atau mobil. Untuk
mengetahui kerataan dan keausan dari plat penekan, masukkan feeler gauge ukuran
tertentu di antara permukaan plat dan straight edge.

Ketidakrataan diketahui dan membandingkanp permukaan yang akan diukur


dengan menempelkan straightedge diatas permukaan tersebut untuk mengetahui
ketidakrataan atau penyimpangannya.
Terdapat dua tipe straightedge ditinjau dari bahan pembuatnya:
Tipe yang pertama terbuat dari baja berkualitas baik yang dikeraskan dan
dipanaskan dengan ketebalan : 1/8 inchi (3,175 mm) dan panjang sekitar 1.8 m.
Tipe yang kedua ini lebih erat sehingga kemungkinan melengkung sangat kecil.

Cara Penggunaannya
Pengujian kerataan dilakukan dengan menempelkan straightedge pada
permukaan benda yang akan diukur , kemudian digerak-gerakkan ke berbagai arah dan
dilihat penyimpangan atau ketidakrataan. Kadang kita menggunakan bantuan Feeler
Gauge untuk mengetahui besarnya penyimpangan tersebut . Straightedge juga
digunakan untuk pemasangan komponen-komponen kendaraan yang memerlukan
kerataan yang tinggi (presisi) . Straightedge tidak boleh digunakan untuk tujuan selain
disebutkan yang diatas , Misalnya : untuk memukul , mengungkit , atau mengganjal
suatu benda yang lain.

19 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.8 SILINDER GAUGE

Fungsi: Mengukur garis tengah bagian


dalam dari sebuah benda kerja, seperti :
Cylinder, lubang dudukan poros dan lain-lain.
Ketelitian alat ukur ini adalah 0,01 mm.
Bagian-bagian :
1. Dial gauge
Untuk mengetahui hasil pembacaan
pengukuran
2. Grip
Bagian untuk memegang atau
mengingkat dial
3. Dial gauge securing position
Untuk mengatur posisi dial gauge
4. Replacement rod/ anvil
Alat untuk menambah panjang
bidang sentuh pada silinder yang
akan menyentuh bidang ukur pada silinder
5. Replacement washer
Alat untuk menambah kepanjangan rod
6. Measuring point
Titik point pengukuran

Kalibrasi
a. Set out side micrometer sesuai dengan setandar
b. Fungsikan lock clam
c. Masukkan rod pengukur ke dalam out side micrometer
d. Set jarum panjang pada angka nol

Cara menentukan replacement rod dan replacement washer


Untuk menentukan berapa replacement rod dan replacement washer yang akan
digunakan maka kita ukur terlebih dahulu diameter dalam silinder dengan menggunakan
vernier caliper/jangka sorong. Dari hasil pengukuran tersebut kita bisa menentukan
replacement rod dan replacement washer yang digunakan. Yang perlu diperhatikan dari
hasil pengukuran adalah bila angka di belakang koma adalah lebih kecil dari 0,5 mm
maka pembulatannya ke bawah. Namun jika angka di belakang koma lebih besar dari
0,5 mm maka pembulatannya ke atas.
Cara pemilihan replacement rod dan washer :
ukur diameter silinder dengan vernier caliper.

20 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
Lihat angka dibelakang koma, apakah lebih besar atau lebih kecil dari 0,5
mm
- Contoh Bila hasil pengukuran : 52,30 mm, pilih sbagai berikut :
Replacement rod : 50 mm.
Replacement washer : 2 mm.
Bila hasil pengukuran : 52,70 mm, pilih sebagai berikut .
Replacement rod : 50 mm.
Replacement washer : 3 mm.

Cara melakukan pengukuran seperti tampak


pada gambar :
1. Ukur diameter silinder dengan vernier
caliper. Pilih replacement rod dan
washer yang sesuai, dan pasangkan pada
silinder gauge. Bila hasil pengukuran
diameter adalah 91,00 mm, gunakan
replacement rod 90 mm dan replacement washer 1 mm.
2. Set mikrometer pada 91 mm (seperti hasil ukur diatas), masukan replacement
rod dan measuring point kedalam mikrometer dan dial gauge diset ke 0
3. Masukan cylinder gauge pada posisi diagonal kedalam silinder, geraka cylinder
gauge sampai diperoleh hasil pembacaan terkecil. Bila hasil pembacaan adalah
0,08 mm sebelum 0, berarti diameter silinder adalah 0,08 mm lebih besar dari
91 mm. Karena itu diameter silinder adalah 90,08 mm (91,00 + 0,08)

21 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.9 DIAL CALIPER

Kaliper digunakan untuk pengukuran kasar, baik


untuk permukaan luar maupun dalam. Alat tidak
mengukur secara langsung namun harus dicocokkan
dengan penggaris atau alat ukur lainnya. Kaliper yang
digunakan di bengkel adala jenis kaliper pegas terdiri
dari dua kaki dengan pegas yang dilengkapi mur dan
baut untuk mengencangkannya. Pembagi terdiri dari
dari dua kaki yang lurus dengan ujung yang tajam dan
keras. Alat ini dipakai untuk mentransfer dimensi,
membuat lingkaran dan menggambar bagan. Ada dua tipe caliper gauge yaitu inside
caliper dan outside caliper. Yang umum dopakai di otomotif adala inside caliper.
Dial calliper atau jangka kaki dengan pembacaan indikator, digunakan untuk
mengukur lebar lubang atau celah, ketelitian alat ukur ini mencapai 0,025 mm.
Kemampuan jarak ukurnya bervariasi sesuai dengan nomor yang dikeluarkan pabrik,
antara lain :
No. 1 untuk jarak ukur antara 6~18 mm
No. 2 untuk jarak ukur antara 10~22 mm
No. 3 untuk jarak ukur antara 20~32 mm
No. 4 untuk jarak ukur antara 30~42 mm
No. 5 untuk jarak ukur antara 40~52 mm
No. 6 untuk jarak ukur antara 50~62 mm
No. 7 untuk jarak ukur antara 60~72 mm
No. 8 untuk jarak ukur antara 70~82 mm
No. 9 untuk jarak ukur antara 80~92 mm
No. 10 untuk jarak ukur antara 90~102 mm

Untuk jarak ukur yang lebih panjang maka digunakan dial calliper yang
mempunyai batang geser seperti pada gambar berikut.

Dial calliper yang mempunyai batang geser ini mempunyai jarak ukur antara 55
sampai
dengan 600 mm dengan ketelitian 0,01 mm.

22 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
Metoda pengukuran :
1. Ukur diameter dalam dengan vernier caliper. Misal hasil pengukuran
8,40 mm, selanjutnya set mikrometer ke angka mendekati hasil ukur
vernier caliper dan kelipatan dari 0,5 mm yaitu 5,50 mm.
2. Tempatkan kaki-kaki caliper diantara anvil dan spindle mikrometer.
Gerakan caliper sampai mendapatkan angka terkecil. Kemudian set dial
gauge ke 0.
3. Tekan tombol caliper gauge dan masukan lug pada diameter dalam benda
yang akan diukur dan bebaskan tombol. Gerakan caliper sampai didapat
pembacaan terkecil. Jika pembacaan menunjukan 0,08 mm, berarti
diameter dalam adalah 8,42 mm (8,50 0,08).

23 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.10 BORE GAUGE

1. Pengertian
Bore gauge atau juga dikenal dengan Cylinder Gauge ialah alat ukur
yang dipakai guna mengukur diameter silinder. di bagian atas terdapat dial gauge
dan di bagian bawahnya terdapat measuring point yang bisa bergerak bebas. Dial
gauge yang terletak di bagian atas bisa dilepas caranya yaitu longgarkan securing
position dial gaugenya. Sedangkan ujung batang pengukur (measuring point) akan
bergerak bila ditekan dan jarum pada dial gauge antara 0-2 mm akan bergerak dari
harga standarnya. Di sisi lain terdapat replacement rod yang panjangnya beragam
tergantung pada kebutuhan, yang dilengkapi dengan replacement securing thread
merupakan semacam mur pengikat yang berfungsi untuk mengunci supaya
replacement rod dan washernya tidak lepas ketika bore gauge digunakan.

2. Kegunaan/Fungsi
Berguna untuk mengukur garis tengah bagian dalam dari sebuah benda kerja,
seperti : Cylinder, lubang dudukan poros dan lain-lain.

3. Cara Menggunakan/Mengukur :
Cara Menggunakan Bore Gauge :
Ukur diameter silinder dengan memakai jangka sorong untuk mengetahui
diameter secara kasar guna memilih rod end yang tepat untuk dipasangkan pada
bore gauge (atau lihat ukuran standarnya pada maintenance standard), misal
diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran
tersebut misal 76 mm, setelah itu pasang replacement rod pada bore gauge.

24 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar dan usahakan jarum dial
gauge tidak bergerak, misal diperolah hasil pengukuran 76,20.
Masukan replacement rod kedalam lubang (cylinder), goyangkan tangkai bore
gauge ke kanan dan ke kiri hingga di peroleh penyimpangan terbesar (posisi
tegak lurus).
Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukan dial gauge, misal diperoleh 0,13
mm.
Besarnya diameter cylinder yaitu selisih antara hasil pengukuran panjang
replecement rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore gauge. Jadi
diameter cylinder = 76,20 -0,13 = 76,07 mm.

Cara menentukan ke ovalan silinder :


Mula mula tentukan sumbu X dan sumbu Y dari silinder.
Lalu bagi silinder menjadi 3 bagian yaitu bagian atas (TOP), bagian tengah
(CENTER), dan bagian bawah (DEEP).
setelah itu ukur sumbu X dan Y dari masing-masing bagian.
Misalnya diperoleh hasil pengukuran bagian atas (TOP) cylinder sumbu X =
80.75 mm dan sumbu Y = 80.73 mm, maka keovalannya cylinder bagian atas
adalah 80.75 80.73 mm = 0.02 mm.
Lanjutkan pengukuran pada bagian tengah (CENTER) dan bagian Bawah
(DEEP).

Cara menentukan ketirusan cylinder :

Ketirusan merupakan selisih ukuran antara cylinder bagian atas dengan cylinder
bagian bawah atau sebaliknya.
Untuk menentukan ketirusan cylinder, dapat diambil dari keovalan masing-
masing bagian pada TOP, CENTER dan DEEP silinder.
Misalnya, keovalan cylinder bagian atas adalah 0.02 mm dan bagian bawah
cylinder adalah 0.01 mm, maka ketirusannya adalah 0.02 0.01 mm = 0.01 mm.

4. Tingkat Ketelitian
Tingkat ketelitian Bore Gauge adalah 0,01 mm.

5. Bagian-bagian
Dial Indikator.
Replacement Rod.
Replacement Washer.
Measuring Point.
Batang Silinder Bore Gauge.

25 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
6. Cara Kalibrasi
Caranya yaitu :
mula mula kendorkan pengunci outer ring pada dial indicator
kemudian masukkan dial indicator ke dalam rahang mikrometer dengan
replacement rod terlebih dahulu
setelah itu setel angka nol pada dial gauge tepat pada jarum panjang dengan
memutar outer ring
terakhir kunci kembali pengunci outer ring. Cylinder bore gauge siap dipakai.

26 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.11 JANGKA BENGKOK

Merupakan alat mekanik yang digunakan untuk mengukur ketebalan atau


diameter suatu benda kerja yang terbuat dari baja pilihan.

Macam-macam jangka bengkok terdiri atas:


1. Jangka bengkok dengan engsel
2. Jangka bengkok dengan pegas dan baut penyetel
3. Jangka bengkok dilengkapi dengan skala ukuran angka
Cara menggunakan jangka bengkok
Setel kedudukan kedua kaki jangka rapat pada suatu bidang.
Geser jangka sepanjang bidang yang akan diperiksa kesejajarannya.
Bila ada longgar atau tekanan merapat pada kaki, berarti bidang belum sejajar

27 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
2.2.12 FEELER GAUGE

1. Pengertian
Feeler Gauge atau dalam bahasa indonesia biasa disebut Kaliper Celah
merupakan alat ukur yang sering dipakai untuk memeriksa jarak-jarak yang kecil
atau ukuran celah-celah diantara dua permukaan. Karena daerah antara kedua
permukaan ini sangat sempit sehingga diperlukan alat ukur tidak berskala yang bisa
dipakai untuk menentukan ukuran tersebut. Alat ini dipakai secara luas dalam
bidang pemesinan, fitting dan otomotif. Contoh penggunaannya yaitu untuk
memeriksa kelonggaran katup pada mesin atau menyetel pisau mesin frais.

2. Kegunaan/Fungsi
Feeler gauge berguna untuk mengukur celah antara 2 permukaan yang rata.

3. Cara Menggunakan/Mengukur
Pengukuran celah dilakukan dengan memasukkan salah satu kaliper yang sesuai
dengan celah yang di ukur. Jangan memaksakan kaliper yang tidak sesuai atau
terlalu sesak karena dapat menyebabkan kaliper bengkok dan kemungkinan akan
terjadi perubahan bentuk yang tetap. Apabila kaliper terlalu tebal dapat dipilih
kaliper lain dengan ukuran di bawahnya. Ketelitian pengukuran dapat didapatkan
dengan menggabungkan beberapa kaliper. Apabila sebuah kaliper dapat masuk
dengan longgar, coba tambahkan dengan kaliper dengan ukuran terkecil. Kaliper-
kaliper tersebut dapat ditambahkan sehingga didapatkan ukuran yang pas. Ukuran
celah adalah jumlah dari ukuran kaliper yang dapat masuk dengan pas tersebut.
Tingkat Ketelitian Feeler Gauge yaitu 0,01 mm.

28 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
4. Bagian-bagian
Tiap set terdiri dari 10 buah kaliper atau lebih, dijepit pada penjepit baja dengan
pena yang gunanya untuk gantungan ketika kaliper itu digunakan. Sebuah Kaliper
celah yang berisi 10 kaliper masing masing kalipernya mempunyai ukuran yang
tertera pada tiap-tiap kaliper, dimulai dari ukuran 0,05; 0,10; 0,15; 0,20; 0,30; 0,40;
0,50; 0,60; 0,70; dan 0,80 milimeter. Ada pula kaliper celah ukurannya dalam
satuan inchi.

5. Cara Merawat
Bersihkan Feeler Gauge dengan kain yang bersih sebelum dan sesudah
pemakaian. Setiap bagian-bagian feeler gauge harus dilumasi secukupnya dengan
oli yang berkualitas tinggi agar tidak mudah terkorosi/ berkarat.

29 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Selain instrumen-instrumen mekanik yang telah dipelajari di mata kuliah


instrument, ternyata masih banyak lagi alat-alat ukur atau instrumen lainnya
yang tidak dipraktikkan atau dipelajari. Dengan makalah ini maka dapat
dketahui apa-apa saja instrumen mekanik yang belum dipelajari tersebut
diantaranya neraca analitik, jangka bengkok, busur bilah, dial calipter, feeler
gauge, plastigage dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut memiliki fungsi, cara
penggunaan dan cara kalibrasi serta cara perawatan yang berbeda-beda.
Sehingga kita harus mengetahui secara pasti alat apa yang harus kita gunakan
jika kita ingin mengukur sesuatu (sesuai yang diukur). Jangan sampai alat ukur
yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang ingin diukur.

30 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )
DAFTAR PUSTAKA

http://alatukur.web.id/alat-ukur-mekanik/

http://arifkristanta.wordpress.com/belajar-online/pengukuran/

http://belajarsainsfisika.blogspot.com/2011/01/sop-jangka-sorong.html

http://belajarsainsfisika.blogspot.com/2011/01/sop-mikrometer-sekrup.html

http://belajar-refrigerasi.blogspot.com/

http://komunitaspatia.blogspot.com/2011/10/macam-alat-ukur-mekanik.html

http://blogrenaldi.blogdetik.com/spesifikasi-dan-cara-penggunaan-alat-ukur-fisika/

http://blog.uad.ac.id/nandadamayanti/2011/12/17/neraca-ohauss/

http://calongurufisika.blogspot.com/2012/08/macam-dan-spesifikasi-instrumen.html

http://data-smaku.blogspot.com/2012/11/mari-belajar-pengukuran.html

http://dhiweeluvphysics.blogspot.com/2011/05/stopwatch.html

http://jihan-fisika-unesa.blogspot.com/2012/05/neraca-ohauss.html

http://sugondopratikto.blogspot.com/2013/06/jurnal-alat-alat-ukur.html

http://www.scribd.com/doc/91843737/Alat-Ukur-Penggunaan-Dan-Prinsip-Kerja

31 | M A T A K U L I A H I N S T R U M E N T A S I ( F I S I K A 4 B )

Anda mungkin juga menyukai