Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOLOGI LAUT

ASPEK BIOLOGIS DAN EKOLOGIS LAUT,


EKOSISTEM LAUT, DAN SUMBER DAYA HAYATI LAUT

DOSEN PENGAJAR :
Bony Irawan., S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. Eka Putri Aprilla 140384205022


2. Yessica Afrida A. 140384205026
3. Juliah 140385205041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016

KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Karunia serta
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Biologi Laut. Selain itu, penyusunan makalah ini
juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para mahasiswa mengenai aspek biologis dan
ekologis laut, ekosistem laut dan sumber daya hayati laut.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Bony Irawan, S.Pd., M.Pd selaku
dosen pengajar mata kuliah Biologi Laut, atas bimbingan dan materi yang telah diberikan
kepada Kami dalam kegiatan pekuliahan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
semua itu karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Tanjungpinang, 09 Oktober 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................ 4

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Apek Biologis dan Aspek Ekologis Laut................................................................... 5


2.2 Ekosistem Laut........................................................................................................... 9
2.3 Sumber Daya Hayati Laut.......................................................................................... 11

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan
menutupi lebih dari 80 % belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61% belahan bumi
utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumi. Indonesia sebagai Negara kepulauan
terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi
yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya.
Bentuk dasar laut yang majemuk serta lingkungan air di atasnya memberi
kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik
secara mendatar maupun secara vertikal. Lingkungan laut selalu berubah-ubah atau dinamis.
Kadang-kadang perubahan lingkungan ini lambat, seperti datangnya zaman es yang memakan
waktu ribuan tahun. Kadang-kadang cepat seperti datangnya hujan badai yang menumpahkan
air tawar dan mengalirkan endapan lumpur dari darat ke laut. Cepat atau lambatnya perubahan
itu sama-sama mempunyai pengaruh, yakni kedua sifat perubahan tersebut akan mengubah
intensitas faktor-faktor lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun makalah bertemakan ekosistem laut
untuk menambah pemahaman mengenai aspek biologis dan ekologis laut, ekosistem laut, serta
sumber daya hayati yang ada di dalam laut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan aspek biologis dan aspek ekologis laut ?
2. Bagaimana kehidupan di dalam ekosistem laut ?
3. Bagaimana sumber daya hayati di laut ?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penulisan ini ialah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keberadaan aspek biologis dan aspek ekologis laut.


2. Untuk mengetahui kehidupan di dalam ekosistem laut.
3. Untuk mengetahui sumber daya hayati laut.

BAB II
PEMBAHASAN

4
2.1 Aspek Biologis dan Ekologis Laut
2.1.1 Aspek Biologis Laut
Aspek biologis laut merupakan aspek yang meninjau segala sesuatu mengenai
makhluk hidup beserta kehidupannya di dalam laut. Laut merupakan habitat bagi berbagai
bentuk kehidupan hewan dan tumbuhan. Hewan dan tumbuhan laut dapat ditemui di setiap
tempat yang terkena sinar matahari, baik di permukaan, perairan dangkal, maupun di
sepanjang pantai. Hewan laut dapat hidup dan mendiami setiap tempat di laut dari permukan
hingga bagian paling dalam. Hal itu berbeda dengan tumbuhan laut yang tidak dapat hidup di
tempat yang tidak mendapat sinar matahari. Hewan dan tumbuhan yang hidup di laut dapat
dibedakan atas plankton, nekton dan bentos.
a. Plankton
Plankton terdiri dari organisme organisme berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya
sangat banyak. Oleh karena ukurannya yang sangat kecil, plankton ini tidak kuat menahan
gerakan air laut yang besar. Hewan yang termasuk plankton disebut Zooplankton,
sedangkan tumbuhan yang termasuk plankton disebut Fitoplankton.
- Zooplankton
Zooplankton adalah suatu kelompok yang terdiri dari berbagai jenis hewan yang sangat
kecil dan melayang layang di permukaan atau dekat permukaan laut. Zooplankton yang
melayang di permukaan laut, ada yang karena berenang ada pula yang memiliki badan
menggelembung. Contoh Zooplankton ialah Jellyfish (ubur ubur) dan Crustacea.
- Fitoplankton
Fitoplankton adalah tumbuhan air yang berukuran sangat kecil. Fitoplankton memiliki
peran sama dengan tumbuh tumbuhan di ekosistem daratan, yaitu sebagai produsen
utama zat zat organik. Fitoplankton hanya terdapat di lapisan permukaan laut karena
ada sinar matahari sebagai sumber energinya. Contoh Fitoplankton ini adalah alga
merah, alga biru, dinophysis, navicula dan lain lain. Selain menjadi makanan utama
ikan, tumpukan bangkai plankton di laut dangkal juga merupakan bahan dasar bagi
terbentuknya mineral laut, seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses
panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.

b. Nekton
Nekton adalah hewan hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke berbagai arah, misalnya
ikan, reptil laut, mamalia laut, cumi cumi dll. Nekton merupakan kelompok hewan laut
yang dapat berenang bebas di laut, tetapi tidak dapat hidup di semua tempat. Hal itu
disebabkan adanya perbedaan temperatur, kepadatan air, dan salinitas air laut. Nekton
merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama untuk perbaikan

5
gizi dan peningkatan taraf kesejahteraan. Sama halnya dengan plankton, tumpukan bangkai
nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya minyak laut seperti gas dan minyak bumi
setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
c. Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut, baik menempel pada pasir maupun
lumpur. Hewan yang termasuk dalam kelompok bentos hanya bisa dijumpai di daerah dasar
laut yang masih terkena sinar matahari. Beberapa contoh bentos misalnya bulu babi,
bintang laut, terumbu karang, keong, siput, kerang dan sebagainya.
Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Batu batu karang yang biasa kita lihat di
pantai merupakan sisa rumah atau kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak, maka
rumah rumah binatang karang ini akan membentuk gosong karang. Selain gosong karang
juga ada atol yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit. Batu batu karang
yang dihasilkan oleh bentos dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, rekreasi, bahan
bangunan dan banyak lagi kegunaan lainnya. Adapun zat kimia yang terkandung dalam
bentos bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan obat dan kosmetik.

2.1.2 Aspek Ekologis Laut


Aspek ekologis laut yaitu aspek yang meninjau hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dalam ekosistem air laut. Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai,
estuari, terumbu karang, dan padang lamun.
a. Laut
Habitat air laut (oceanic) ditandai oleh salinitas yang tinggi dengan ion Cl- mencapai 55%
terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25C. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air
yang dingin di bagian bawah disebut daerah termocline.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke
tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga
memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat
dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
b. Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang
hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Sebagai daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat hempasan gelombang
dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah
gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.

6
Tumbahan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol membentuk
unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena
habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan
yang paling dominan. Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, contohnya
yaitu hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya
akar dan dasarnya terdiri atas lumpur.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan
burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.
Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora
dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
c. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari
oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara
bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus
harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai
tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan
tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air. Estuaria adalah suatu
perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut,
sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau
Drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.
Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai, kisaran
pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria didominasi subtrat Lumpur
yang berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel
yang mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan
bahan organik. Bahan organic ini menjadi cadangan makanan utama organisme estuaria.
d. Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum
Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua
Subkelas yaitu Hexacorallia (Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan
secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi (Ambalika, 2012).
Terumbu Karang adalah bentukan dari kumpulan hewan dan tumbuhan yang saling
bekerjasama membangun sebuah komunitas bersama. Dan jika kita perhatikan secara
7
seksama, terumbu merupakan kumpulan dari hewan - hewan kecil yang bernama polip.
Polip inilah yang tumbuh bersama - sama dengan tumbuhan kecil lainnya yang disebut
Zooxnathellae (baca : zo-zan-the-Iee). Terumbu Karang hidup di perairan laut yang tidak
dalam, dengan suhu perairan antara 220 C hingga 270 C dengan kandungan zat kapur tinggi.
Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis.
Ekosistem ini memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi. Demikian pula dengan
keanekaragaman biota yang ada di dalamnya. Di tengah samudra yang miskin bisa terdapat
pulau karang yang produktif hingga kadang-kadang terumbu karang ini diandaikan seperti
oase di tengah gurun pasir yang gersang. Komponen biota yang terpenting dari terumbu
karang ialah hewan kerangka batu, hewan yang tergolong Scleractina yang kerangkanya
terbuat dari bahan kapur (Nontji, 1987).
e. Padang lamun
Lamun atau "rumput laut" adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk
hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Semua lamun adalah anggota bangsa
Alismatales yang berasal dari salah satu dari empat suku berikut: Posidoniaceae,
Zosteraceae, Hydrocharitaceae, dan Cymodoceaceae Lamun adalah tumbuhan tingkat
tinggi (Angiospermae) yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di air laut.
Dalam bahasa Inggris disebut seagrass . Istilah seagrass hendaknya jangan dikelirukan
dengan seaweed yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai rumput laut
yang sebenarnya merupakan tumbuhan tingkat rendah dan dikenal juga sebagai alga laut.
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup
terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizome, daun, dan akar. Rhizome
merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar,serta berbuku-buku. Pada
buku-buku tersebut tumbuh pula akar. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan
tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut (Nontji,1987). Beralih ke
tumbuh-tumbuhan laut yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu spermathophyta, lamun yang
benar-benar rumput laut. Yakni rumput yang tumbuh di laut,sebagai komoditi sudah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat, baik secara tradisional maupun modern
(Romimohtarto,2009).

2.2 Ekosistem Laut


2.2.1 Definisi Ekosistem Laut
Ekosistem laut sebagai salah satu ekosistem di dunia, merupakan suatu dunia sendiri,
di mana di dalamnya terdapat proses dan komponen-kompenen kehidupan yang serupa dengan
proses yang terjadi pada ekosistem daratan. Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3
permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya yang sangat besar, ekosistem laut

8
menjadi perhatian banyak orang. Ekosistem laut disebut juga ekosistem bahari yang
merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam,
ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion
CI mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan
terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan
kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

2.2.2 Ciri ciri Ekosistem Laut


Ciri-ciri lingkungan ekosistem air laut adalah sebagai berikut.

a. Salinitas tinggi terutama di daerah tropis, sedangkan di daerah dingin cukup rendah.
b. Ekosistem laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
c. Arus laut yang selalu berputar timbul karena perbedaan iklim, perbedaan temperatur,
dan perputaran bumi.
d. Habitat di laut saling berhubungan atau berkaitan satu sama lain
e. Variasi temperatur atau suhu tinggi
f. Penetrasi dari cahaya matahari tinggi

2.2.3 Komunitas di dalam Ekosistem Laut


Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Produsen, terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya


b. Konsumen, terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di
dalam ekosistem laut.
c. Zooplankton, terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah.

2.2.4 Manfaat Ekosistem Laut Bagi Kehidupan Manusia

a. Laut sebagai sumber makanan


Dikatakan laut sebagai sumber makanan, karena makanan yang biasa kita makan
berasal dari laut, seperti ikan, rumput laut, garam, dsb. Ikan banyak dijumpai di daerah
pertemuan arus panas dan dingin seperti yang terdapat di Jepang dan Selat Malaka.
b. Untuk mengontrol iklim dunia

9
Tanpa peranan laut, maka hampir keseluruhan planet Bumi ini akan menjadi terlalu
dingin bagi manusia untuk hidup, karena laut memiliki peranan penting dalam
mengontrol iklim dunia dengan memindahkan panas dari daerah ekuator menuju
daerah kutub. Hampir 60% penduduk hidup atau tinggal di daerah sekitar pantai. Bumi
ditutupi oleh air yaitu sekitar 70% dikelilingi oleh air.
c. Laut sebagai tempat rekreasi dan hiburan
Selain digunakan untuk iklim dunia dan sumber makanan, laut juga dapat dijadikan
salah satu pilihan untuk dijadikan tempat berwisata/rekreasi.
d. Tempat Budidaya Ikan, Kerang, Mutiara, Rumput Laut, dsb.
Laut juga berperan di dalam mata pencaharian manusia, laut dijadikan tempat budidaya
untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama bagi yang tinggal di pantai atau laut.
e. Laut sebagai tempat barang tambang
Di laut dangkal sekitar Asia Tenggara telah terbukti banyak ditemukan barang tambang
serta minyak bumi. Saat ini kita tinggal menikmati hasil dari pengendapan makhluk
laut yang telah mati jutaan tahun yang lalu yang dikenal dengan nama minyak bumi.
f. Sebagai Objek Riset Penelitian
Laut sering digunakan sebagai tempat dan alat bantu untuk penelitian yang terkait
tentang morfologi dasar laut, gerakan air laut, salinitas air laut, proses-proses yang
terjadi di dalam laut, bagaimana kehidupan di dalam laut serta manfaat laut bagi
manusia, terutama penduduk sekitar.
g. Laut sebagai Sumber Air Minum
Jika kita berfikir sesaat, pasti yang terlintas di benak kita bagaimana mungkin air
laut dapat diminum, sementara rasanya asin. Memang benar,air laut tidak bisa
diminum secara langsung. Air laut dapat diminum jika telah melalui sebuah proses
yang disebut dengan DESALINASI.
h. Laut sebagai Jalur Transportasi
Sebelum ada jalan darat dan udara, maka lautlah yang berperan penting dalam proses
transportasi. Laut merupakan jalur transportasi yang baik dan mudah sebab tidak perlu
membuat jalan seperti jalur transportasi darat.

2.3 Sumber Daya Hayati Laut


2.3.1 Definisi Sumber Daya Hayati Laut
Sumber daya hayati laut adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang luas
yang mencakup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme mikroskopis hingga
paus pembunuh, dan habitat laut) mulai dari perairan dalam hingga ke daerah pasang surut di

10
pantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas. Berbagai orang memanfaatkan dan
berinteraksi dengan lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayan komersial, pemanen kerang,
ilmuwan, dll. Dan digunakan untuk berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian, industri, dan
kegitan lain yang bersifat komersial.

2.3.2 Macam Macam Sumber Daya Hayati Laut


Secara umum, sumber daya hayati laut terdiri atas sumberdaya dapat pulih
(renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa
lingkungan kelautan (environmental services).
a. Sumber daya dapat pulih
Indonesia dianugerahi dengan laut yang begitu luas, sehingga sumberdaya ikan di
dalamnya juga beraneka ragam. Potensi lestari ikan laut sebesar 6,2 juta ton, terdiri ikan
pelagis besar (975,05 ribu ton), ikan pelagis kegil (3.235,50 ribu ton), ikan demersal (1.786,35
ribu ton), ikan karang konsumsi (63,99 ribu ton), udang peneid (74,00 ribu ton), lobster (4,80
ribu ton), dan cumi-cumi (28,25 ribu ton). Potensi sumberdaya perikanan ini tersebar dalam
sembilan wilayah pengelolaan. Masing-masing (1) Selat Malaka, (2) Laut Cina Selatan, (3)
Laut Jawa, (4) Selat Makasar dan Laut Flores, (5) Laut Banda, (6) Laut Seram sampai Teluk
Tomini, (7) Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, (8) Laut Arafura dan (9) Samudera Hindia
(Aziz, dkk, 1998). Apabila potensi perikanan laut ini dikelola secara serius diperkirakan akan
memberikan sumbangan devisa sebesar US$ 10 milyar per tahun mulai tahun 2003.
Sampai pada tahun 1998, produksi perikanan laut Indonesia baru mencapai 3.616.140
ton, atau sekitar 58,5 persen dari total potensi lestari sumberdaya perikanan laut yang kita
miliki. Dengan demikian masih terdapat 41 persen potensi yang tidak termanfaatkan atau
sekitar 2,6 juta ton per tahun. Peluang pengembangan industri perikanan baik dalam skala
kecil (perairan nusantara) maupun skala besar (ZEEI dan samudera) dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang, marlin, tongkol, tenggiri dan cucut dapat
ditangkap di perairan nusantara dan samudera terutama di perairan Laut Banda, Laut
Seram sampai Teluk Tomini, Laut Arafura dan Samudera Hindia yang memiliki peluang
pengembangan secara lestari sekitar 321.766 ton per tahun.
2) Ikan pelagis kecil seperti ikan layang, selar, tembang, lemuru, dan kembung dapat
ditangkap di perairan nusantara antara lain di perairan Laut Cina Selatan, Selat Makasar
dan Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan
Samudera Pasifik, Laut Arafura dan Samudera Hindia. Peluang pengembangan perikanan
ikan pelagis kecil secara lestari masih sekitar 1.715 ribu ton per tahun.

11
3) Ikan karang konsumsi seperti kerapu, kakap, lancam, beronang dan ekor kuning
berpeluang dikembangkan di sekitar perairan Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Banda,
dan Laut Seram sampai Teluk Tomini dengan potensi lestari sekitar 31.355 ton per tahun.
4) Kelompok lobster seperti udang karang dan barong berpeluang dikembangkan di perairan
Laut Cina Selatan, Laut Banda, dan Laut Seram sampai Teluk Tomini, dengan potensi
sekitar 2.400 ton per tahun.
Kawasan pesisir dan laut Indonesia yang beriklim tropis, banyak ditumbuhi hutan
mangrove, terumbu karang, padang lamun (seagrass), dan rumput laut (seaweed). Dengan
kondisi pantai yang landai, kawasan pesisir Indonesia memiliki potensi budidaya pantai
(tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar di seluruh wilayah tanah air dan baru dimanfaatkan
untuk budidaya (ikan bandeng dan udang windu) sekitar 356.308 ha (Ditjen Perikanan 1998).
Jika kita dapat mengusahakan tambak seluas 500.000 ha dengan target produksi 4 ton per ha
per tahun, maka dapat diproduksi udang sebesar 2 juta ton per tahun. Dengan harga ekspor
yang berlaku saat ini (US$ 10 per kilogram) maka didapatkan devisa sebesar 20 milyar dolar
per tahun. Kondisi perairan yang teduh dan jernih karena terlindung dari pulau-pulau dan teluk
juga memiliki potensi pengembangan budidaya laut untuk berbagai jenis ikan (kerapu, kakap,
beronang, dan lain-lain), kerang-kerang dan rumput laut, yaitu masing-masing 3,1 juta ha,
971.000 ha, dan 26.700 ha. Sementara itu, potensi produksi budidaya ikan dan kerang serta
rumput laut adalah 46.000 ton per tahun dan 482.400 ton per tahun. Dari keseluruhan potensi
produk budidaya laut tersebut, sampai saat ini hanya sekitar 35 persen yang sudah
direalisasikan. Potensi sumberdaya hayati (perikanan) laut lainnya yang dapat dikembangkan
adalah ekstrasi senyawa-senyawa bioaktif (natural products), seperti squalence, omega-3,
phycocolloids, biopolymers, dan sebagainya dari microalgae (fitoplankton), macroalgae
(rumput laut), mikroorganisme, dan invertebrata untuk keperluan industri makanan sehat
(healthy food), farmasi, kosmetik, dan industri berbasis bioteknologi lainnya. Padahal bila
dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki potensi keanekaragaman hayati laut
yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, pada tahun 1994 sudah meraup devisa dari
industri bioteknologi kelautan sebesar 40 milyar dolar (Bank Dunia dan Cida,1995).
b. Sumber daya tidak dapat pulih
Sumberdaya alam lainnya yang terkadung dalam laut kita adalah terdapatnya
berbagai jenis bahan mineral, minyak bumi dan gas. Menurut Deputi Bidang Pengembangan
Kekayaan Alam, BPPT dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia,
sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan
telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah.
Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 milyar barel setara minyak,

12
namun baru 16,7 milyar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 milyar barel di antaranya sudah
dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5 milyar barel berupa kekayaan yang belum
terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 milyar barel
terkandung di lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 milyar barel terdapat
di laut dalam.
Energi non konvensional adalah sumber daya kelautan non hayati tetapi dapat
diperbaharui juga memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan pesisir dan lautan
Indonesia. Keberadaan potensi ini di masa yang akan datang semakin signifikan manakala
energi yang bersumber dari BBM (bahan bakar minyak) semakin menepis. Jenis energi ini
yang berpeluang dikembangkan adalah ocean thermal energy conversion (OTEC), energi
kinetik dari gelombang, pasang surut dan arus, konversi energi dari perbedaan salinitas.
Perairan Indonesia merupakan suatu wilayah perairan yang sangat ideal untuk
mengembangkan sumber energi OTEC. Hal ini dimungkinkan karena salah satu syarat OTEC
adalah adanya perbedaan suhu air (permukaan dengan lapisan dalam) minimal 20 C dan
intensitas gelombang laut sangat kecil dibanding dengan wilayah perairan tropika lainnya.
Dari berbagai sumber pengamatan oseanografis, telah berhasil dipetakan bagian perairan
Indonesia yang potensial sebagai tempat pengembangan OTEC. Hal ini terlihat dari banyak
laut, teluk serta selat yang cukup dalam di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi
pengembangan OTEC. Salah satu pilot plant OTEC akan dikembangkan di pantai utara Pulau
Bali. Sumber energi non konvensional dari laut lainnya, antara lain energi yang berasal dari
perbedaan pasang surut, dan energi yang berasal dari gelombang. Kedua macam energi
tersebut juga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Kajian terhadap
sumber energi ini seperti yang dilakukan oleh BPPT bekerjasama dengan Norwegia di Pantai
Baron, Yogyakarta. Hasil dari kegiatan ini merupakan masukan yang penting dan pengalaman
yang berguna dalam upaya Indonesia mempersiapkan sumberdaya manusia dalam
memanfaatkan energi non konvensional. Sementara itu, potensi pengembangan sumber energi
pasang surut di Indonesia paling tidak terdapat di dua lokasi, yaitu Bagan Siapi-Api dan
Merauke, karena di kedua lokasi ini kisaran pasang surutnya mencapai 6 meter.
c. Jasa jasa lingkungan kelautan
Dewasa ini pariwisata berbasis kelautan (wisata bahari) telah menjadi salah satu
produk pariwisata yang menarik dunia internasional. Pembangunan kepariwisataan bahari
pada hakekatnya adalah upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik
wisata bahari yang terdapat di seluruh pesisir dan lautan Indonesia, yang terwujud dalam
bentuk kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang
dan berbagai jenis ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis.

13
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada tahun 1997
mencapai 5.185.243., meningkat sebanyak 150.771 (2,99%) terhadap tahun 1996 yaitu
sebanyak 5.034.472 wisman. Pada tahun 1998 sebanyak 4.606.416 atau mengalami penurunan
sebesar 11,16% terhadap tahun 1997. Sedangkan perolehan devisa dari wisman yang
berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998 diperkirakan mencapai US$ 4.332,09 juta atau turun
18,6% dibanding tahun 1997 yang mencapai US$ 5.321,46 juta (Kamaluddin, 1999).
Untuk mewujudkan pemasukan devisa dari sektor pariwisata ini diperlukan strategi
tepat dan langkah-langkah yang kreatif. Hal ini dilakukan melalui penganekaragaman produk
wisata seperti ekowisata bahari dan sarana pariwisata. Produk wisata antara lain dimaksudkan
menjadikan Indonesia sebagai daerah wisata bahari dunia, khususnya sebagai base/detinasi
kapal pesiar (cruise ship) dan sea plane. Daya tarik wisata ini perlu dukungan sarana
pariwisata seperti penginapan, sarana makan minum, dan tempat belanja.
Pengembangan ekowisata bahari dengan melibatkan masyarakat di sekitar lokasi
wisata telah mulai dikembangkan di bidang akomodasi yaitu pondok-pondok wisata beserta
kelompok masyarakat yang berada di sekitar hotel besar yang akan menyediakan berbagai
produk untuk dimanfaatkan. Keterlibatan masyarakat juga perlu dikembangkan dalam bidang
sarana transportsi rakyat terutama perahu-perahu tradiosinal. Agar keterlibatan masyarakat ini
optimal, maka seyogyanya dilakukan pembinaan dan peningkatan kualitasnya, baik melalui
penyuluhan maupun pelatihan.
Potensi jasa lingkungan kelautan lainnya yang masih memerlukan sentuhan
pendayagunaan secara profesional agar potensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal adalah
jasa transportasi laut (perhubungan laut). Betapa tidak, sebagai negara bahari ternyata pangsa
pasar angkutan laut baik antar pulau maupun antar negara masih dikuasai oleh armada niaga
berbendera asing. Menurut catatan Dewan Kelautan Nasional, kemampuan daya angkut
armada niaga nasional untuk muatan dalam negeri baru mencapai 54,5 %, sedangkan untuk
ekspor baru mencapai 4 persen, sisanya dikuasai oleh armada niaga asing.

2.3.3 Ancaman Terhadap Sumber Daya Hayati Laut


Ekosistem laut yang terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang akhir-akhir ini mengalami ancaman kerusakan yang sebagian besar akibat ulah
manusia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir
bagi berbagai kebutuhan seperti pemukiman, perikanan, dan pelabuhan, menyebabkan
besarnya tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumber daya pesisir semakin meningkat.
Terdapat 3 ancaman utama terhadap sumber daya laut, yaitu:

a. Sedimentasi dan pencemaran.

14
Sedimentasi adalah proses penumpukan zat hara atau proses pelumpuran. Pencemaran
adalah kondisi dimana suatu perairan atau tempat mendapatkan masukan zat yang
berbahaya atau tidak dapat ditolerir oleh lingkungan tersebut dalam jumlah yang berlebih.
Sedimentasi dan pencemaran bisa terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk dan
adanya kebutuhan akan lahan menyebabkan manusia mulai membuka lahan bahkan di
daerah hulu dan hilir sungai. Penebangan pohon-pohon di sepanjang aliran sungai
membuat lumpur dan kotoran tidak dapat tersaring baik. Pembukaan lahan untuk
pertanian menyebabkan banyaknya zat hara atau limbah pertanian yang terbawa aliran
sungai. Selain lumpur dan zat hara berlebih yang mengandung nitrogen dan fosfor
(eutrofikasi), banyak juga sampah organik dan anorganik dari kegiatan rumah tangga yang
dibuang ke laut dan jumlah sulit dikontrol.
Sumber pencemaran lainnya adalah kegiatan pertambangan. Pertambangan emas yang
menggunakan air raksa dalam proses pengikatan bijih emas dapat menyebabkan
pencemaran air raksa di perairan. Air raksa merupakan sumber pencemaran yang
berbahaya, karena kandungannya terakumulasi dalam tubuh hewan yang mengkonsumsi
atau memanfaatkan perairan yang tercemar air raksa. Limbah hasil tambang berupa
lumpur, tanah, batuan yang mengandung sianida juga mengandung timah, nikel,
kadmium, dan khrom. Jika limbah-limbah ini dibuang ke laut dalam jumlah besar,
akanlah sangat berbahaya bagi ekosistem pesisir dan lautan
b. Degradasi Habitat
Degradasi adalah proses penurunan kualitas. Jadi degradasi habitat adalah proses
penurunan kualitas habitat/tempat tinggal mahluk hidup tertentu. Erosi pantai merupakan
kondisi dimana suatu habitat telah terdegradasi. Erosi pantai dapat dilihat dari penurunan
garis pantai. Erosi pantai terjadi karena proses alami dan tidak alami. Proses alami terjadi
karena adanya arus, angin, hujan, gelombang. Proses tidak alami terjadi karena kegiatan
manusia untuk membuka lahan hutan mangrove, dan penambangan terumbu karang untuk
kepentingan kontruksi jalan dan bangunan. Kegiatan tersebut bisa menyebabkan
degradasi habitat karena fungsi hutan mangrove dan terumbu karang sebagai pelindung
pantai dari hantaman gelombang dan badai telah rusak.
Degradasi terumbu karang terjadi karena kebutuhan manusia untuk mengeksploitasi
sumber pangan yaitu ikan-ikan karang, sumber bahan bangunan, produk perdagangan
yaitu ikan-ikan hias, anemon, dan soft coral, dan sebagai obyek wisata. Sumber protein
hewani dapat diperoleh dari ikan. Kebutuhan ini mendorong manusia untuk mendapatkan
ikan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, yaitu dengan menggunakan alat tangkap

15
tidak ramah lingkungan (bom, potas, sianida). Masuknya zat kimia yang mengendap di
permukaan terumbu karang bisa mengakibatkan pemutihan terumbu karang.
c. Degradasi sumberdaya dan keanekaragaman hayati
Degradasi sumberdaya alam seperti penebangan hutan mangrove, rusaknya terumbu
karang, mengakibatkan hewan-hewan yang hidup di daerah tersebut berkurang jenisnya
dan lama kelamaan punah. Hilangnya jenis-jenis hewan atau tumbuhan dalam rantai
makanan bisa menyebabkan adanya gangguan pada ekosistem.
Kegiatan reklamasi pantai yang sering dilakukan di wilayah pesisir diperkirakan dapat
merubah struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat menurunkan
keanekaragaman hayati perairan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lingkungan laut merupakan salah satu sumber daya alam yang besar di bumi yang
mengandung berbagai hal-hal yang besar dimana dapat dimanfaatkan manusia untuk
dikumpulkan, dipanen, dan ditambang. Hal ini meliputi makanan yang bersumber dari laut,
berbagai mineral, dan produk minyak bumi dari berbagai sumber. Ditinjau dari aspek biologis,
laut dibedakan menjadi plankton yg merupakan semua biota yang hidup melayang di dalam air
yang pergerakkannya ditentukan oleh lingkungannya. Kemudian nekton adalah semua biota
yang dapat berenang bebas dan mengatur sendiri arah pergerakkannya dan bentos merupakan
semua biota yang hidup didasar perairan baik membenamkan diri, menempel maupun
merayap. Sedangkan ditinjau dari aspek ekologis, laut terbagi menjadi beberapa ekosistem,
diantaranya ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem estuari, ekosistem terumbu karang
serta ekosistem padang lamun dimana di dalam ekosistem tersebut terdapat interaksi interaksi
antara biota laut dengan lingkungannya.
Dalam ekosistem laut, biota laut dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Biota laut akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya biota laut juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Selain itu,
laut dengan berbagai kondisi fisik, kimia dan topografi menjadikan biota laut yang hidup
didalamnya semakin beragam dan sumber daya hayati tetap terjaga.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fajriana, aizah. Makalah Sumber Daya Laut. https://www.scribd.com/doc /


93487945/Makalah-Sumber-Daya Laut (09 Oktober 2016)

Guruku. Jenis Hewan dan Tumbuhan yang Hidup di Laut. http://blog.lesprivatindonesia.com/


jenis-hewan-dan-tumbuhan-yang-hidup-di-laut/ (09 Oktober 2016)

Pratama, kemal. Ekosisten Laut. https://www.scribd.com/doc/249403558/Ekosistem-Laut (09


Oktober 2016)

Sahabudin, eri. Ekologi Laut Tropis. http://erisahabudin.blogspot.co.id/2012/10/1024x768-


normal-0-false-false-false-in_14.html (09 Oktober 2016)

18

Anda mungkin juga menyukai