PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan makanan merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang kehidupan manusia. Semakin berkembangnya industri pangan
menyebabkan banyak produksi makanan yang serba praktis, ekonomis, menarik
serta tahan lama misalnya makanan cepat saji mie instan. Bahkan menurut data
World Instant Noodle Association (WINA), penjualan mi instan di Indonesia pada
2010 mencapai 14,4 miliar bungkus dibawah China sebesar 42,3 miliar bungkus. Hal
ini menjadikan. Indonesia sebagai Negara kedua didunia dalam mengkonsumsi mi
terbanyak setelah China. Di dalam pembuatan mi ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam hal ini keselamatan dan kesehatan kerja pada proses
pembuatan mi. Mi adalah produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan
(Rasyad, 2004). Bagi orang Indonesia mi digunakan sebagai makanan pengganti
nasi. Mi umumnya digunakan sebagai sumber energi karena kandungan
karbohidratnya yang relatif tinggi. Bahan baku mi merupakan bahan baku yang
mudah ditemui di Indonesia. Mi terbuat dari tepung terigu yang berbahan dasar
gandum. Bahan pencampur lainnya adalah telur dan air alkali.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah Perancangan Pabrik ini adalah untuk
merancang pabrik mi instant yang memiliki standar yang tinggi. Serta dapat
mengetahui kelayakan perancangan pabrik mi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mi
Pada dasarnya, istilah mi (dalam bahasa inggris disebut noodle, dalam
bahasa jepang disebut ramen sedangkan mi berasal dari negeri Cina dan sudah
mulai diproduksi sejak beberapa abad yang lalu. Sedang di Indonesia mi semakin
populer setelah tahun 70-an (Muaris, 2010). Mi merupakan makanan pokok kedua
untuk orang Indonesia setelah nasi. Bahkan di dunia pun mi sangat dikenal baik.
Dalam perkembangannya mi telah direkayasa dengan menambahkan aneka bahan
kedalam adonan tepung sehingga menghasilkan berbagai jenis mi (Purnawijayanti,
2007).
Mi biasa dikonsumsi sebagai makanan pengganti nasi karena memang
mengenyangkan. Olahan mi pun sudah banyak macamnya, mulai dari soto mi, mi
ayam, dan mi goreng (Wijayanti, 2007). Bahan dasar mi adalah tepung terigu. Mi
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu mi segar adalah mi mentah yang tidak
mengalami proses pemanasan setelah pemotongan; mi basah adalah mi segar yang
telah direbus; mi kering adalah mi yang dijual dalam keadaan kering dengan daya
simpan lebih lama; dan mi instant adalah mi kering yang siap dihidangkan setelah
dimasak dengan air mendidih selama 4 menit (Suyanti, 2008).
Tidak seperti neraca massa yang memiliki variabel produksi, neraca energi
tidak memiliki variabel produksi. Hal ini disebabkan energi tidak dapat diproduksi,
hanya dapat diubah bentuknya. Namun demikian, bila terdapat suatu jenis energi
diabaikan, misalnya bila neraca dibuat dengan hanya memperhitungkan energi kalor
saja, maka persamaan neraca energi akan menjadi :
B. Organisasi Fungsional
Dalam prakteknya, struktur organisasi fungsional ini kadang-kadang
menimbulkan ketidak jelasan dalam pemberian perintah dari atasan kepada
bawahan.Hal ini disebabkan kerena setiap atasan mempunyai wewenang untuk
memberikan perintah kepada setiap bawahan yang ada, sepanjang perintah tersebut
masih ada hubungannya dengan fungsi yang dimiliki atasan.Struktur organisasi
fungsional yang pada mulanya diciptakan oleh F.W Taylor, juga mempunyai kebaikan
maupun kelemahan tersendiri.
D. Organisasi Gabungan
Bentuk organisasi gabungan ini pada dasarnya merupakan bentuk dari
kombinasi struktur organisasi yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga bentuk
sruktur organisasinya dapat berupa gabungan dari bentuk organisasi garis dan staf,
garis dan fungsional, fungsional dan staf atau kombinasi dari ketiga bentuk
organisasi tersebut. Sehingga bentuk struktur organisasi gabungan ini akan
mempunyai kebaikan serta kelemahannya mengikuti kebaikan maupun kelemahan
organisasi yang dibentuknya dalam rangka penggabungan tersebut.
E. Organisasi Matriks
Bentuk struktur organisasi matrik pertama kali muncul pada sebuah
perusahaan industri ruang angkasa, yang mempunyai banyak departemen di mana
masing-masing departemen dipegang oleh para spesialis (tim ahli) guna mencapai
tujuan perusahaan secara khusus. Dewasa ini, struktur organisasi matriks sering
diterapkan pada suatu pekerjaan yang merupakan proyek-proyek besar.Secara
nyata terlihat bahwa untuk menangani suatu proyek yang cukup besar dengan
permasalahannya yang sangat kompleks, diperlukan suatu upaya penyelesaian
yang tepat, baik ditinjau dari segi waktu, tenaga maupun biaya yang
dibutuhkan.Karena dirasakan bahwa bentuk organisasi yang disebutkan sebelumnya
tidak dapat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut, maka
dibentuklah struktur matriks ini, yang pada dasarnya mempunyai tujuan memadukan
berbagai bentuk struktur organisasi yang telah ada serta unsur personalia yang ada
dalam organisasi dengan berbagai spesialisasinya guna menyelesaikan suatu
proyek. Dalam organisasi matriks, seorang bawahan mempunyai dua orang atasan
sehingga mereka dibawah dua jalur wewenang atau dengan kata lain mempunyai
dua rantai perintah, yang satu secara vertikal (bersifat fungsional) sedang lainnya
secara horizontal yang berasal dari perintah pimpinan proyek. Bila kedua jalur
tersebut digabungkan, akan terlihat bentuk sebuah matriks, sehingga disebut
organisasi matriks
F. Organisasi Supervisi
Di Amerika Serikat terdapat bervariasi bentuk organisasi supervisi. Hal ini
disebabkan antara lain kerena terdapat pertumbuhan sekolah-sekolah secara pesat
dengan angka problema yang diadministrir. Pertumbuhan sekolah menambah
jumlah lembaga supervise dengan variasi tugas para supervisor. Kondisi-kondisi
seperti besarnya sekolah, jumlah pelaksana supervisi beserta pendidikan dan
pengalaman orang-orang yang di supervise menyebabkan perbedaan organisasi
supervise.
Tepung Terigu
Pengayakan Scrab
Tepung tapioka,
larutan alkali Pengadukan
Pengepresan
Pembentukan
adonan
Pembentukan
lembaran mie
Uap, Scrab mi
Air Pengukusan basah
Pemotongan
Pencetakan
Uap, Scrab mi
Minyak goreng Penggorengan basah
Etiket, sauce,
minyak bumbu,
Pengemasan
bumbu, bawang
goreng
Mi Instan
3.2 Proses Pembuatan Mi
Proses produksi dalam pembuatan mi instant pada PT. Mi ada beberapa
tahapan proses. Yaitu: proses pengayakan tepung (screw), pencampuran (mixing),
pengepresan adonan menjadi lembaran (rollpressing/ rollsheeting), pembentukan mi
(slitting), pengukusan (steaming), pemotongan dan pelipatan (cuttting and folding),
penggorengan (frying), pendinginan (cooling) dan pengemasan (packing). Secara
detail proses pembuatan mi instant adalah sebagai berikut:
1. Pengayakan
Pada proses pengayakan bahan seperti tepung terigu di ayak menggunakan
ayakan 20 mesh (screw conveyor) sebelum dilakukan proses mixing. Tujuan
pengayakan ini dilakukan adalah untuk memisahkan kotoran seperti kerikil, benang
dan kutu dari tepung agar tidak menkontaminasi/ mencemari produk akhir.
Mekanisme kerjanya yaitu tepung yang masih berada dalam sak/ karung dibuka dan
dituangkan ke mesin pengayak yang telah dihidupkan. Mesin tersebut berjalan
karena adanya conveyor yang digerakkan oleh motor sehingga tepung akan terhisap
ke atas menuju mesin mixer. Proses ini merupakan awal dari keberhasilan proses
selanjutnya. Pengayakan merupakan tahapan proses yang termasuk dalam CCP.
2. Mixing
Proses mixing yaitu proses pencampuran dan pengadukan bahan dasar
berupa tepung terigu. Selain menggunakan tepung terigu, ditambahkan pula tepung
tapioka untuk produksi cup noodle, serta dicampur dengan air alkali sehingga
membentuk suatu adonan. Pada proses ini terjadi dua tahap mixing yaitu mixing
kering dan mixing basah. Proses mixing kering dilakukan untuk mencampur semua
tepung agar dapat homogen dengan kecepatan putaran yang tinggi. Setelah semua
tepung tercampur baru kemudian terjadi proses mixing basah yang mana pada
tahap ini dilakukan penambahan air alkali ke dalam adonan agar mempercepat
proses kekalisan adonan. Komposisi air alkali yang digunakan terdiri dari air, garam
dapur, pewarna makanan kuning dan ingredien lainnya. Air alkali dibuat dalam tangki
pencampur alkali yang terdiri dari dua tangki berukuran besar yang di dalamnya
terdapat alat pengaduk dan dilengkapi dengan saringan sehingga air alkali bersifat
homogen dan bebas dari benda asing. Mixing merupakan tahapan proses yang
termasuk dalam CCP.
3. Rollsheeting dan Slitting
Proses rollsheeting yaitu proses pembentukan adonan menjadi lembaran-
lembaran mi dengan meggunakan mesin press roller sampai tercapai ketebalan
yang standar. Sedangkan proses slitting adalah proses pembentukan lembaran mi
menjadi untaian-untaian mi yang bergelombang.
Pada proses ini, adonan dituang dari mixer dan ditangkap oleh Dough
Feeder. Dough Feeder yaitu wadah berukuran besar yang menampung adonan dari
mesin mixer. Adonan dari mesin mixer harus melewati dan ditampung di dough
feeder sebelum dilakukan proses rollsheeting. Hal tersebut bertujuan untuk
mengatur banyaknya adonan yang masuk pada roller. Adanya roller yang berada di
bawah dan disamping dough feeder dapat menghasilkan lembaran mi yang memiliki
ketebalan yang arahnya menipis dari satu roller ke roller berikutnya.
Proses selanjutnya adalah pembentukan untaian-untaian mi yang
bergelombang (slitting). Alat yang digunakan yaitu slitter. Roller ini yang akan
membentuk lembaran mi menjadi untaian mi, dan ketika lembaran masuk ke roller
maka akan keluar dalam bentuk untaian mi yang bergelombang. Kemudian untaian
mi akan melewati alat pembagi untaian yang disebut dengan devider. Pada proses
Rollsheeting dan Slitting merupakan tahapan proses yang termasuk dalam CP.
4. Steaming
Steaming merupakan proses pengukusan untaian mi yang keluar dari slitter
secara kontinyu dengan menggunakan steamer (uap air panas). Proses ini bertujuan
untuk memasak mi. Pada proses ini terjadi gelatinisasi dan koagulasi gluten
sehingga ikatan menjadi keras dan kuat, mi menjadi kenyal dan mi tidak menyerap
minyak terlalu banyak dan lembut. Steaming merupakan tahapan proses yang
termasuk dalam CCP.
6. Frying
Frying merupakan proses penggorengan dengan pemberian sejumlah panas
pada bahan dengan media minyak goreng. Tujuan proses ini yaitu untuk mengurangi
kadar air bahan. Selain itu, juga terjadi perubahan kenampakan yang lebih menarik,
lebih beraroma, dan lebih enak/ rasa gurih pada produk. Temperatur dan waktu
penggorengan sangat berpengaruh pada hasil akhir produk. Waktu penggorengan
yang terlalu singkat membutuhkan temperatur yang lebih tinggi. Pada Frying
merupakan tahapan proses yang termasuk dalam CCP.
7. Cooling
Proses cooling merupakan proses pendinginan mi setelah keluar dari mesin
fryer sampai pada suhu mi sama dengan suhu ruang yaitu 30-320C. Pada proses ini
terjadi penyerapan minyak yang menempel pada mi sehingga mi menjadi keras dan
kering serta keawetan mi dapat terjaga. Jika mi yang keluar dari mesin cooler
memiliki suhu yang sama dengan suhu ruang dan sudah dapat dilakukan
pengemasan. Dan apabila suhu dari mi masih dalam keadaan panas maka tidak
dapat dilakukan pengemasan, karena dalam kondisi panas akan menyebabkan
kondensasi. Kondensasi ini berupa penguapan air yang kemudian menempel pada
bagian dalam permukaan kemasan. Pada kondisi ini, suhu di luar etiket lebih rendah
sehingga titik-titik uap air yang menempel di dalam permukaan dalam etiket akan
mengembun dan jatuh ke permukaan mi. Akibatnya mi akan mudah ditumbuhi jamur
ataupun mikroorganisme yang dapat merusak mi sehingga daya simpan mi menjadi
lebih pendek atau tidak awet. Cooling merupakan tahapan proses yang termasuk
dalam CCP.
8. Packing
Packing dilakukan untuk melindungi mi dari kemungkinan tercemar atau
rusak. Sehingga dengan adanya kemasan yang menyelimuti mi dapat mencegah
masuknya debu ataupun serangga kecil. Pada proses ini mi, sauce, minyak bumbu,
bumbu, bawang goreng tergantung dari jenis produk dikemas menjadi satu.
Pengemasan dilakukan dua kali yaitu pengemasan primer dan pengemasan
sekunder. Setiap line terdiri dari dua mesin pengemas. Pada proses ini mi akan
disortir dan hanya mi yang sesuai standar atau tidak cacat yang dilakukan
pengemasan.
Mesin pengemas primer (etiket sealing machine) akan mengemas bagian
bawah kemasan, dilipat dan direkatkan dengan cara pemanasan long sealer. Pada
kemasan/ etiket akan tercetak kode produksi dan akan tertutup serta terpotong oleh
end sealer. Sukses tidaknya pengemasan primer tergantung dari suhu long sealer,
end sealer dan upper sealer. Disamping itu, kecepatan dari mesin pengemas juga
berpengaruh dalam pengemasan produk sedangkan pengemasan sekunder
menggunakan karton dimana dalam satu karton berisi 40 pcs/ biji mi instant. Karton
akan direkatkan dengan lakban menggunakan karton sealing machine dan diberi
kode produksi dan untuk kemudian di transfer ke gudang FG. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada proses packing adalah kelengkapan produk dan pengecekan
kode produksi. Kelengkapan produk seperti bumbu, sauce, bawang goreng, cabe
dan lain-lain sangat dibutuhkan karena jika produk yang sudah dikemas dan
kelengkapannya kurang maka sangat merugikan pihak konsumen dari segi rasa.
Kode produksi sangat penting untuk produk makanan. Kode produksi tersebut dapat
memberikan informasi tanggal kadaluarsa produk, identitas pelaksanaan produksi,
dan tanggal produksinya. Proses packing termasuk dalam CCP.
BAB IV
MESIN DAN PERALATAN
Mesin yang digunakan pada proses produksi mi pada PT. Mi adalah sebagai
berikut:
a. Screw
Srew adalah alat yang berfungsi untuk menuang dan mengayak tepung
agar bebas dari kontaminasi fisik berupa kotoran seperti kerikil dan kutu tepung.
Prinsip kerja alat tersebut adalah mndorong bahan seperti tepung, butiran secara
continue dengan conveyor ulir. Kapasitas alat srew ini sebesar 250 kg.
Asumsi
M1 = 0
M2 = 1417500 ton
M3 =
M4 =
M5 = P (1 + i)5
= 4514852 (1+0,82922)5
= 92464116,46 ton/thn
M4 = P (1+i)5 -> i diasumsikan 60%
= 39549 (1+0,60)5
= 508603,4
Kapasitas
M1 + m2 + m3= m4 + m5
M3 = (m4+m5) (m1+m2)
= (508603,4 + 92464116,46) (1417500)
= 91.555.219,40 ton/th
2. Mixer
Air
1.145 kg
Tepung Terigu Terayak Adonan Mi Basah
3.815kg 4.960 kg
Pencampuran
4. Steaming
Adonan Mi Pipih Adonan Mi Matang
4.960 kg Pengukusan 4.464 kg
Uap Air
496 kg
Asumsi Uap Air 10% dari berat adonan
Masuk Berat ( Kg ) Keluar Berat ( Kg )
Adonan Mi Pipih 4.960 Adonan Mi Matang 4.464
Uap Air 496
Total 4.960 Total 4.960
6. Frying
Minyak Goreng
424 kg
Mi Potong Mi Matang
4.241 kg Penggorengan 3.265 kg
Kadar air
1.400 kg
Asumsi Minyak Goreng yang masuk ke dalam mie 10 %
Asumsi Kadar air yang hilang dengan proses penggorengan 30%
Masuk Berat ( Kg ) Keluar Berat ( Kg )
Mi Potong 4.241 Mi Matang 3.265
Minyak Goreng 424 Kadar air 1.400
Total 4.665 Total 4.665
7. Cooling
Minyak Goreng
327 kg
Asumsi Minyak Goreng yang keluar 10%
Masuk Berat ( Kg ) Keluar Berat ( Kg )
Mi Matang 3.265 Mi siap saji 2.938
Minyak Goreng 327
Total 3.265 Total 3.265
Uap 102 C
Masuk:
1. Mi Mentah
F x Cp Gandum x (T2-Tr)
= 4471,56 kg x 1,54 x (333-298)
= 13951,26 Kj/ Kg
Keluar:
1. Mi Matang
F x Cp Gandum x (T2-Tr)
= 4247,98 kg x 1,54 x (375-298)
= 503723,09 Kj/ Kg
2. Uap Air
F x Cp Air x (T2-Tr)
= 223,578 kg x 2,27 x (375-298)
= 39079.,19 Kj/ Kg
Masuk:
1. Mi Cetak
F x Cp Gandum x (T2-Tr)
= 4226,74 kg x 1,54 x (375-298)
= 501206,82 Kj/ Kg
2. Minyak
F x Cp Minyak x (T2-Tr)
= 854,34 kg x 2 x (375-298)
= 131568,36 Kj/ Kg
Keluar:
1. Mi Goreng
F x Cp Gandum x (T2-Tr)
= 4226,74 kg x 1,54 x (383-298)
= 553280,26 Kj/ Kg
2. Uap Air
F x Cp Air x (T2-Tr)
= 854,34 kg x 2,27 x (383-298)
= 164844,90 Kj/ Kg
3. Cooling Conveyor
Keluar
Mi Goreng 110 C Mi Jadi 32 C
Minyak 32 C
Masuk:
1. Mi Goreng
F x Cp Gandum x (T2-Tr)
= 2958,71 kg x 1,54 x (383-298)
= 387295,14 Kj/ Kg
Keluar:
3. Mi Jadi
F x Cp Gandum x (T2-Tr)
= 2811,07 kg x 1,54 x (305-298)
= 30303,33 Kj/ Kg
4. Minyak
F x Cp Air x (T2-Tr)
= 147,63 kg x 2 x (305-298)
= 2066,82 Kj/ Kg
Selisih energi = (30303,33 + 2066,82) - 387295,14 = -354924,99
Asumsi dasar :
T. referensi yang digunakan 250C
Nilai kapasistas kalor masing masing bahan.
1. T.Gandum/Mi mentah/mi cetak/ mi matang/mi goreng/mi jadi = 1,54 kj/kg.K
2. Uap air = 2,27 kj/kg.K
3. Air = 4,19 kj/kg.K
4. Minyak Goreng/minyak sayur = 2,00 kj/kg.K
5. Suhu yang digunakan merupakan suhu pendekatan secara normal dalam
pembuatan terpentin.
6. Pemasakan 1 atm = 760mmHg
BAB VI
UTILITAS
Dalam suatu perusahaan utilitas sangat diperlukan untuk kelangsungan
proses produksi. Ada beberapa utilitas yang digunakan dalam proses produksi mi
instan ini antara lain :
1. Air
Air merupakan salah satu utilitas terpenting dalam memproduksi produk
terpentin. Air digunakan dalam proses pencucian dan sanitasi. Air yang
digunakan berasala dari PDAM dan sumur artesis. Sumur artesis adalah
sumur ang diakibatkan adanya aliran sungai dibawah tanah, sehingga
tekanan air sangat kencang untuk dipancarkan keatas. Sumur ini dibuat
dengan cara penggalia atau pengeboran sumur sedalam kurang lebih 40 m
dari permukaan tanah. Selain menggunakan air sumur artesis, perusahaan
ini juga menggunakan air PDAM untuk menghindari adanya kekurangan air
pada sumur artesis. Air yang digunakan pada proses produksi terpentin
mengacu pada SNI air minum. Penggunaan air yang mengacu pada SNI
bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi pada produk yang mengakibatkan
produk gagal diproduksi, sehingga berakipat pada kerugian perusahaan. Air
berstandar SNI ini juga berfungsi agar kualitas terpentin yang dihasilkan
memiliki kualitas yang baik. SNI kualitas terpentin adalah berbentuk cair,
memiliki bau khas terpentin, bobot jenis pada suhu 25C sebesar 0,848-0,865,
indek bias pada suhu 20C sebesar 1,464-1,478, titik nyala 33C-38C, dan titik
didih awal 150C-160C. SNI air minum dapat dilihat pada Tabel 1.
BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI
Guna mencapai keberhasilan yang diharapkan pada suatu perusahaan,
struktur organisasi merupakan salah satu unsur yang menentukan untuk mencapai
keberhasilan yang diharapkan perusahaan. Struktur organisasi yang baik harus
mampu berfungsi sebagai alat pengatur maupun pengawas usaha pelaksanaan
pencapaian tujuan perusahaan sehingga usaha-usaha yang dilakukan dapat
berjalan secara efisien dan efektif. Struktur organisasi yang disusun dengan baik
dan jelas akan membantu melaksanakan pembagian tugas dan tanggung jawab
yang jelas dan tegas antara suatu bagian dengan bagian lainnya, baik pada tingkat
manajemen atas, menengah, maupun tingkat bawah. Suatu perusahaan harus
memiliki struktur organisasi yang sesuai dengan sifat dan jenis usahanya. Berikut
struktur organisasi perusahaan mi:
2. EDP Supervisor
Electronic Data Processing Supervisor bertugas mengoperasikan
program yang berhubungan dengan elektronik data proses dalam lingkungan
sebuah perusahaan.
3. Sekretaris Branch Manager
Bertindak sebagai tangan kanan pimpinan dalam mengatur aktivitas
perusahaan serta sebagai perantara bagi pimpinan dan pihak-pihak yang
ingin berhubungan dengan pimpinan.
4. Factory Manager
Bertindak selaku kepala departemen manufakturing serta bertugas
merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan
manufaktur.
5. PPIC Supervisor
Bertindak selaku kepala departemen PPIC serta merencanakan jadwal
produksi berdasarkan Corfimed Weekly Order (CWO) yang diterima dan
mengendalikan tingkat kesediaan Raw Material dan Finished Goods
sehingga standar Buffer Stock tetap terjangkau.
6. Warehouse Supervisor
Bertindak selaku kepala departemen warehouse serta bertugas untuk
merencanakan, mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan pergudangan
sehingga tercapai keakurasian jumlah, keutuhan dan keamanan barang.
7. Technical Supervisor
Bertindak selaku kepala departemen teknik dan bertugas
merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan kegiatan di bagian
teknik baik dalam perawatan maupun perbaikan mesin sehingga dapat
menjamin kelancaran operasional mesin produksi beserta sarana
penunjangnya.
8. Production Supervisor
Bertindak selaku kepala departemen produksi serta bertugas
merencanakan, mengkoordinir dan mengendalikan aktifitas produksi sesuai
standar yang telah ditetapkan serta menjaga kelancaran proses produksi
dengan tetap meminimalkan pemborosan RM dan Utility secara efektif dan
efisien.
9. Purchasing Officer
Bertindak selaku kepala departemen PPIC serta melakukan pengadaan
barang-barang yang dibutuhkan oleh masing-masing departemen.
10. Branch Human Resources Manager
Bertindak selaku kepala departemen Human Resources dan bertugas
dalam merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan dan mengendalikan
kegiatan kepersonaliaan yang meliputi hubungan industrial, administrasi,
kepegawaian, jaminan sosial dan pelayanan umum untuk mendukung
pencapaian sasaran perusahaan.
11. Branch Process Development and Quality Control Manager
Bertindak selaku kepala departemen PDQC yang mempunyai tugas
mengendalikan mutu (Incoming Quality Control, Process Quality Control,
Outgoing Quality Control) dan Market Audit.
12. Finance & Accounting Manager
Bertindak selaku kepala departemen accounting yang bertanggung
jawab untuk merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua
kegiatan finance accounting, serta menyajikan laporan keuangan dan analisa
untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan.
13. Area Sales & Promotion Manager
Bertindak selaku kepala departemen manager dan bertugas untuk
merencanakan dan mengkoordinir strategi kegiatan promosi dan penjualan
terhadap semua produk yang dihasilkan.
Sumber Daya Manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan dan bahkan kemajuan perusahaan. Sumber
daya manusia sangat diperlukan untuk kelangsungan kegiatan suatu perusahaan.
Dengan pemilihan dan penempatan tenaga kerja yang tepat, maka kebutuhan akan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan oleh perusahaan dapat terpenuhi.
BAB VIII
PENENTUAN LOKASI DAN TATA LETAK FASILITAS
5. Saluran pembuangan
Saluran pembuangan yang tersedia akan dengan baik akan mendukung
proses pengolahan limbah menjadi ramah lingkungan, sehingga limbah yang
dihasilkan tidak mengganggu lingkungan sekitar.
6. Fasilitas pengangkutan
Pengangkutan (transportasi) merupakan suatu faktor yang penting
diperhatikan, karena kegiatan pengangkutan baik untuk bahan mentah maupun
produk jadi dapat memakan waktu dan biaya yang sangat besar.
7. Peraturan Pemerintah
Dengan diberlakukannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, yang merupakan kebijakan pemerintah tentang kawasan Industri yang
semula diatur dalam Keppres Nomor 41 Tahun 1996.
Selain syarat-syarat yang harus dipenuhi, ada juga beberapa pertimbangan
yang harus dilakukan untuk menentukan pemilihan lokasi, antara lain:
Data UMR Di lokasi
Lokasi perindutrian
Perhitungan Lokasi
lokasi 1 (mojokerto) lokasi 2 (pasuruhan)
Faktor bobot
nilai BxN nilai BxN
bahan baku 0.1 80 8.0 80 8.0
pasar 0.1 85 8.5 80 8.0
transportasi 0.2 90 18.0 80 16.0
lahan perindutrian 0.1 90 9.0 70 7.0
listrik dan air 0.15 80 12.0 80 12.0
tenaga kerja 0.1 75 7.5 75 7.5
UMR 0.1 80 8.0 75 7.5
limbah 0.1 75 7.5 80 8.0
masyarakat 0.005 85 0.4 80 0.4
sewa lahan 0.045 80 3.6 70 3.2
Jumlah 82.5 77.6
BAB IX
ASPEK FINANSIAL
Dalam suatu perhitungan analisis finansial, terdapat beberapa asumsi dasar
yang perlu untuk dilakukan yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya pemeliharaan
mesin dan juga biaya penyusutan mesin. Biaya bahan baku merupakan biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengadakan bahan baku produksi dalam
periode waktu tertentu. Yang termasuk kedalam biaya bahan baku ini adalah biaya
bahan baku utamabiaya bahan baku pembantu dan biaya bahan pengemas. Biaya
bahan baku ini merupakan biaya yang terbesar dalam pembuatan produk jadi.
Sementara itu biaya lain yang termasuk kedalam asumsi dasar adalah biaya
pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan mesin. Biaya pemeliharaan ini
dikeluarkan oleh perusaan untuk perawatan mesin dan peralatan untuk menunjang
kegiatan produksi, sedangkan biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan
karena terjadinya penurunan mesin.
Investasi ialah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lainnya,
dengan pengharapan untuk memperoleh imbalan di masa mendatang. Setiap tingkat
pengembalian yang di harapkan dari sebuah investasi, akan selalu terkait dengan
besarnya tingkat risiko yang menyertainya. Bagi investor, faktor risiko investasi sama
pentingnya dengan faktor tingkat pengembalian yang diharapkan. Pada umumnya
kaidah yang berlaku ialah, semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan,
maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi terhadap investasi tersebut.
Maka perlu dilakukan studi kelayakan terhadap setiap investasi yang akan
dilakukan. Suatu keputusan investasi dapat dikatakan tepat, apabila di kemudian
hari keputusan investasi tersebut dapat menghasilkan pendapatan yang dapat
meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (Blocher, 2007). Beberapa
komponen yang diperlukan dalam penyusunan analisis kelayakan finansial adalah
asumsi dasar perhitungan. Asumsi dasar mencakup umur proyek, modal yang
digunakan, suku bunga pinjam yang berlaku, kapasitas produksi, jumlah hari kerja
produksi, harga yang berlaku, biaya pemeliharaan mesin, dan biaya penyusutan
mesin/peralatan.
BAB X
PENUTUP
Perencanaan suatu bisnis sangat penting dilakukan untuk mengetahui
apakah bisnis yang kita jalankan dapat berjalan sesuai dengan keinginan kita dan
memberikan untung yang besar bagi kita. Salah satunya adalah perencanaan
terhadap usaha mi instan PT. Mi Apa ini. Berbagai macam factor yang harus
diperhatikan dalam perancangan usaha ini. Salah satunya adalah aspek finansial
yang menentukan berjalannya suatu usaha. Dengan lokasi yang strategis yaitu di
Kabupaten Mojokerto dan banyaknya tenaga kerja yang didapat membuat
perusahaan mi instan ini layak untuk dijalankan. Harga jual mi yang sangat
bersahabat membuat perusahaan mi ini akan berjalan dengan baik dan layak
dijalankan.