Struma Toksik
Struma Toksik
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Taala
karena atas Rahmat dan Ridhonya-nya penulis dapat menyelesaikan Referat ini
dengan judul Struma Toksik.
Penulis menyadari bahwa Referat ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan Referat ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
1
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................3
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh
karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa
gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Goiter noduler adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon
tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi
misalnya pubertas atau kehamilan. Dalam kasus ini, peningkatan TH disebabkan
oleh aktivasi hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme sehingga
disertai oleh peningkatan TRH dalam jumlah berlebihan. Apabila individu tetap
mengalami hipertiroid, keadaan ini disebut goiter nodular toksik. Adenoma
hipofisi pada sel-sel penghasik TSH atau penyakit Hipotalamus jarang terjadi.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid
yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian
posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat
mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak
terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila
pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Fisiologi Tiroid
Hampir semua jaringan di tubuh terpengaruh langsung atau tidak langsung
oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
kategori yang saling tumpang-tindih.
a. Efek pada laju metabolisme dan produksi panas
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal ke seluruhan tubuh.
Hormon ini adlah regulator terpenting laju konsumsi O2 dan pengeluaran energi
tubuh pada keadaan istirahat. Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat dengan
efek kolinergik (penghasil panas). Peningkatan aktivitas metabolik menyebabkan
peningkatan produksi panas. Hormon ini tidak saja dapat mempengaruhi
pembentukan dan penguraian karbohidrat, lemak, dan protein tetapi hormon
dalam jumlah sedikit atau banyak dapat menimbulkan efek yang sebaliknya.
Hormon tiroid dalam jumlah adekuat penting untuk sintesis protein yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan normal tubuh namun pada dosis tinggi, misalnya
pada hipersekresi tiroid, hormon tiroid cenderung menyebabkan penguraian
protein.
b. Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan responsivitas sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin), pembawa pesan kimiawi yang digunakan oleh sistem
saraf simpatis dan medula adrenal. Karena pengaruh ini, banyak dari efek yang
diamati ketika skresi hormon tiroid meningkat adalah serupa dengan yang
menyertai pengaktifan sistem saraf simpatis.
c. Efek pada Sistem Kardiovaskular
Melalui efek meningkatkan kepekaan jantung terhadap katekolamin dalam
darah, hormon tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi
sehingga curah jantung meningkat. Selain itu, sebagai respon hormon tiroid,
terjadi vasodilatasi perifer untuk membawa kelebihan panas ke permukaan tubuh
untuk dikeluarkan ke lingkungan.
d. Efek pada pertumbuhan dan sistem saraf
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon pertumbuhan (GH)
tetapi juga meningkatkan produksi IGF-I oleh hati tetapi juga mendorong efek GH
dan IGF-I pada sintesis protein struktural baru dan pada pertumbuhan tulang.
5
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf,
khusunya SSP, suatu efek yang terganggu pada anak dengan defisiensi tiroid sejak
lahir. Hormon tiroid juga esensial untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
6
tiroid, dengan konsekuensinya terjadinya pembesaran kelenjar meskipun
produksi kelenjar tetap kurang.
2. Sekresi TSH yang berlebihan akibat defek hipotalamus atau hipofisis
anterior akan jelas disertai oleh gondok dan sekresi berlebihan T 3 dan T4
karena stimulasi pertumbuhan tiroid yang berlebihan
3. Pada penyakit Grave, terjadi gondok dengan hiperskresi karena Long acting
thyroid stimulator (LATS) mendorong pertumbuhan tiroid sekaligus
meningkatkan sekresi hormon tiroid. Karena tingginya kadar T 3 dan T4
menghambat hipofisis anterior , maka sekresi TSH itu sendiri rendah. Namun
tidak seperti TSH, LATS tidak dipengaruhi oleh inhibisi umpan balik hormon
tiroid sehinggga sekresi dan pertumbuhan tiroid berlanjut tanpa terkendali.
7
2.7 Patofisiologi Struma Toksik
Struma atau gondok dapat terjadi apabila Thyroid stimulating hormone
(TSH) atau Long acting thyroid stimulator (LATS) merangsang secara berlebihan
kelenjar tiroid. Diketahui bahwa gondok dapat menyertai hipotiroidisme atau
hipertiroidisme, tetapi kedaan ini tidak harus ada pada kedua penyakit tersebut.
Pasien Hipertiroid mengalami peningkatan laju metabolik basal.
Meningkatnya produksi panas menyebabkan keringat berlebihan dan intoleransi
panas. Meskipun nafsu makan dan asupan makanan meningkat yang terjadi
sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan metabolik namun berat tubuh
biasanya turun karena tubuh menggunakan bahan bakar jauh lebih cepat. Terjadi
penguraian netto simpanan karbohidrat, lemak, dan protein. Berkurangnya protein
otot menyebabkan tubuh lemah.
Berbagai kelainan kardiovaskular dilaporkan berkaitan dengan
hipertiroidisme, disebabkan baik oleh efek langsung hormon tiroid maupun
interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi
dapat meningkat sedemikian besar sehingga individu mengalami palpitasi jantung
(jantung berdebar-debar). Efek pada SSP ditandai oleh peningkatan berlebihan
kewaspadaan mental hingga ke titik di mana pasien mudah tersinggung, tegang,
cemas, dan sangat emosional. Terjadi pengendapan karbohidrat kompleks penahan
air di belakang bola mata, meskipun mengapa hal ini dapat terjadi masih belum
diketahui. Retensi cairan yang terjadi mendorong bola mata ke depan sehingga
menonjol dari tulang hal ini disebut juga eksoftalmos.
9
kelenjar tiroid difus, mendeteksi keganasan dan lesi untuk dilakukan
FNAB.
3. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
FNAB pada nodul tiroid lebih baik jika dikombinasikan dengan USG..
Hasil FNAB ini digunakan untuk pemeriksaan sitologi.
4. Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg)
serum. Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak
rata-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.
10
dupleks mensisakan jaringan seujung ibu jari, atau lobektomi total termasuk ismus
dan tiroidektomi subtotal lobus lain. Komplikasi masih terjadi di tangan ahli
sekalipun, meskipun mortalitas rendah. Setiap pasien pascaoperasi perlu dipantau
apakah terjadi remisi, hipotiroidisme atau residif.
3. Iodium radioaktif (radio active iodium - RAI)
Untuk menghindari krisis tiroid lebih baik pasien disiapkan dengan OAT
menjadi eutiroid, meskipun pengobatan tidak mempengaruhi hasil akhir
pengobatan RAI. Dosis RAI berbeda-beda, ada yang bertahap untuk membuat
eutiroid tanpa hipotiroidisme, ada yang langsung dengan dosis besar untuk
mencapai hipotiroidisme kemudian ditambah tiroksin sebagai subsitusi.
Kekhawatitan bahwa radiasi menyebakan karsinoma, leukimia, tidak terbukti. Dan
satu-satunya kontra indikasi ialah graviditas. Komplikasi ringan kadang terjadi
tiroiditis sepintas.
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudowo et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (PAPDI), Dalam :
R.Djokomoeljanto, Hipertiroidisme dan Tirotoksikosis Edisi 5 Jilid 2 Cetakan
I November 2009, Jakarta : Interna Publishing.
Elisabeth J Corwin, Buku saku Patofisiologi ed 3, Hipertiroidisme, EGC,
Jakarta 2009
L Sherwood, Kelenjar Tiroid, Fisiologi Manusia dari sel ke siste, EGC, Jakarta
2012.
Dr. dr. Mardi Santoso, dr. Suzanna Ndraha, Minar Sihombing, Laporan
Penelitian Pola Komplikasi Struma Toksik yang Berobat ke IPD RSUD Koja,
13
Dalam DR. Dr. Mardi Santoso, Patofisiologi Hipertiroidisme, Juni 2008,
Jakarta
Stefan Silberg, Florian Lang, Teks & Atlas Berwarna Patofiologi, Dalam: dr.
Titiek Resmisari & dr Liena editor, Patofisiologi dan Gejala Hipertiroidisme
Cetakan I 2007, EGC. Jakarta.
Anu Bhalla Davis, MD, Toxic nodular goiter. Medscape News & Article of
Desease. Update Juli 03, 2013 Available at:
[http://emedicine.medscape.com/article/120497-overview]
JH Boey, Toxic nodular goiter, Dip. Am. Board of Surgery, private practice.
Article, Available at: [download.bioon.com.cn/.../06085531_6744.pdf]
FDA MedWatch Safety Alerts for Human Medical Products. Propylthiouracil
(PTU). US Food and Drug Administration.
Available at :
[http://www.fda.gov/Safety/MedWatch/SafetyInformation/SafetyAlertsforHu
manMedicalProducts/ucm164162.htm] June 3, 2009.
Pierce a.g.& neil r.b.Struma, At Glance Ilmu Bedah ed 3, Erlangga Medical
Book, Jakarta 2007.
14