Anda di halaman 1dari 3

KLAUSTROFOBIA

(Fobia terhadap Ruang Tertutup)

Pernahkah Anda merasa ketakutan saat berada dalam ruangan yang


tertutup? Atau pernakah Anda melihat seseorang yang merasa ketakutan ketika
berada dalam lift? Ketahuilah ketakutan tersebut dapat mengarah pada suatu
keadaan psikis yang disebut phobia atau fobia. Fobia merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami masalah psikis akibat dari suatu kejadian yang telah
terjadi pada dirinya dan membuat ia merasa ketakutan dan khawatir. Fobia sendiri
dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis fobia terhadap ruang tertutup dikenal
dengan istilah Claustrophobia atau Klaustrofobia.

Klaustrofobia merupakan salah satu jenis fobia yang banyak dialami oleh
masyarakat di dunia. Sekitar 37% populasi di dunia mengalami gangguan psikis ini.
Berdasarkan Health Research Funding, wanita dinilai lebih rentan menderita
klaustrofobia dibandingkan pria. Orang dengan kecerdasan diatas rata-rata lebih
mudah menderita klaustrofobia dibandingkan mereka dengan kecerdasan rata-rata.
Dan 50% anak-anak yang mengalami gejala kecemasan dimasa kecil akan lebih
rentan terhadap penyakit tersebut.

Istilah Claustrophobia atau klaustrofobia pertama kali diperkenalkan oleh


Supratiknya. Claustrophobia sendiri berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
Claustrum yang berarti tempat atau ruangan tertutup dan Phobos yang berarti
takut. Secara umum, klaustrophobia adalah sebuah kondisi psikis yang ditandai
dengan kecemasan ( Anxiety disorder ) atau ketakutan akan tempat atau ruangan
tertutup.

Biasanya klaustrofobia disebabkan oleh faktor traumatis si korban yang


menumbuhkan suatu pemikiran bahwa ruangan tertutup adalah suatu ancaman.
Trauma tersebut tumbuh dari pengalaman buruk dari ruangan tertutup semasa kecil.
Misalnya, pengalaman si korban yang dihukum oleh orangtua berupa hukuman
dikurung di toilet atau kamar. Contoh lainnya misalnya, orangtuanya pengalaman
korban yang terjebak didalam lift yang tidak berfungsi.

Selain faktor traumatis, klaustrofobia dapat juga disebabkan oleh faktor


keturunan. Jika seseorang menderita klaustrofobia, kemungkinan besar anaknya
juga menderita klaustrofobia. Dalam hal ini, bukan berarti klaustrofobia terpaut
dalam gen orangtuanya. Melainkan dari pikiran korban yang terbawa kepada
anaknya.

Seseorang yang menderita klaustrofobia biasanya akan mengalami gejala


berupa serangan panik ( Panic Attack ). Hal ini dapat berupa: keringat, badan
gemetar, merasakan panas dingin, mual, sakit kepala atau pusing, telinga
berdengung jika berada didalam ruangan tertutup. Jika sudah semakin parah,
penderita klaustrofobia akan mengalami perubahan denyut jantung yang menjadi
cepat yang dapat mengakibatkan sesak napas hingga pingsan. Suasana hati si
korban berubah drastis.

Kebanyakan orang tidak menghiraukan klaustrofobia. Mereka hanya


membiasakan diri untuk menghindari ruang tertutup. Namun, akan lebih baik jika
berobat ke dokter dan spesialis dengan keahlian terapi perilaku seperti psikolog.
Ada beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah
dengan melakukan Terapi perilaku kognitif. Selain itu, kita juga dapat
menggunakan teknik relaksasi atau metode pengobatan lain seperti hipnoterapi.
Ada juga pengobatan dengan pemberian obat-obatan.

Klaustrofobia merupakan keadaan psikis yang harus kita waspadai.


Meskipun hanya berupa serangan panik, klaustrofobia juga dapat menganggu
kehidupan si korban. Selain itu, klaustrofobia juga akan menganggu kehidupan
sosial korban. Untuk itu, perlu adanya dukungan dari keluarga dan masyarakat agar
orang yang menderita klaustrofobia dapat mengatasi fobia tersebut disamping
banyaknya pengobatan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai