BAB II
PENGUJIAN BAHAN
A. Diskripsi.
Seorang ahli teknik yang akan mengubah bahan menjadi produk berguna, maka ia
akan memilih bahan dengan sifat optimum. Demikian pula bila merancang konstruksi
bangunan tentu akan mempertimbangkan sifat yang dimiliki tersebut cocok atau tidak
dengan kondisi bangunan tersebut. Dalam bab ini akan diperkenalkan sifat-sifat umum
material teknik , cara untuk menguji sebagian dari sifat mekanik logam (pengujian
tarik, pengujian tekan, pengujian ketangguhan dan pengujian kekerasan.
B. Pengujian bahan
1. Pendahuluan
Sifat Material Teknik.
Sifat suatu material akan menjadi pertimbangan dasar dalam memilih material
yang akan dijadikan produk/ komponen. Sifat material dapat dikatagorikan sebagai
berikut :
1. Sifat Mekanik.
2. Sifat Fisik
3. Sifat Kimia.
4. Sifat Teknologi
1.1 Sifat Mekanik
Yaitu termasuk semua karakteristik bahan yang menggambarkan kelakuan
sebagai efek aksi gaya luar yang mempengaruhinya, (seperti; gaya mekanik dan
beban). Tiga sifat mekanik yang kerap kali menjadi pertimbangan pada
metallurgy adalah kekuatan (strength) , keuletan (ductility) dan kekerasan
(hardness). Tetapi terkadang pada pemanfaatan bahan diperlukan mengetahui
sifat-sifat mekanik yang lainnya .
Yang termasuk sifat mekanik material antara lain:
- Strength ( kekuatan ).
Yaitu kemampuan material menahan/melawan gaya luar yang
mempengaruhinya sampai luluh ( yielding ) atau rusak, seperti tensile
strength, Compresssive strength, Impact strength, shear-strength, fatique-
strength.
- Hardness
Kemampuan material menahan gaya tusukan ( penetrasi ) atau goresan
permukaan.
- Toughness, ( ketangguhan )
Yaitu sifat material dalam kemampuannya menyerap/ menahan energy
sampaimaterial patah/ pecah akibat beban pukulan (impact load).
- Stiffness ( kekakuan ).
Yaitu kemampuan material menahan /melawan deformasi terhadap
regangan.
- Elasticity
Yaitu sifat material yang mampu kembali kebentuk semula estela terjadi
deformasi akibat gaya luar yang mempengaruhinya. Plasticity ><
Elasticity
- Ductility ( mampu bentuk/ regang ).
Yaitu sifat material yang memungkinkan dapat dibentuk / diregangkan
secara plastis dengan gaya tarikan/ tekan.
- Brittleness ( rapuh ) >< Ductility.
- Creep (mulur)
Kemampuan material menahan deformasi permanent akibat tegangan
konstan yang bekerja cukup lama dibawah kondisi teperatur tinggi.
- Wear (keausan), Kemampuan material terhadap kondisi abrasif .
- Fatigue (kelelahan), Kemampuan material terhadap gaya yang berubah-
rubah dan kontinyu.
Sifat mekanik menguraikan bagaimana respon suatu material terhadap
gaya yang diberikan. Jadi sifat-sifat mekanik menentukan kemudahan proses
pembentukan material sehingga menghasilkan produk yang benar.
Gambar 2.1 : Uji Tarik: (a) Gaya tarik bekerja pada specimen bahan menghasilkan
pemanjangan seperti pada (1), dan (2); (b) specimen bahan uji; dan perlatan uji tarik.
Gambar 2.2 Typical engineering stress strain plot in a tensile test of a metal.
Pada daerah elastis, hubungan tegangan dan regangan adalah linier, disebut
Hookes law;
e E e
E adalah Modulus of elasticity, menunjukkan nilai kekakuan yg dimiliki
bahan.
TS
A0
Keuletan (ductility) adl kemampuan bahan untuk meregang plastis (mulur)
tanpa patah, dinyatakan dg pemanjangan (elongation EL) dan penyempitan
penampang (area reduction AR). Lf dan Af adalah panjang dan luas akhir.
L f L0 A0 A f
EL AR
L0 A0
ln 1 e e 1 e
dimana e: regangan teknis, h: panjang benda uji (mm), h0: panjang awal (mm)
Gambar 2.8 Bentuk V dan U Notch serta Dimensi Test piece Uji Impak (JIS 2202)
a) Kekerasan Goresan.
Merupakan perhatian utama para ahli mineral. Dengan mengukur
kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain, disusun
berdasarkan kemampuan goresan yang satu terhadap yang lain. Kekerasan
goresan diukur sesuai sekala Mohs. Skala ini terdiri dari sepuluh standard
mineral disusun berdasar kemampuannya untuk digores.
Skala Kekerasan Mohs.
Salah satu bentuk pengujian kekerasan adalah berdasarkan pada penilaian
ketahanan bahan terhadap goresan. Pada skala Mohs, sepuluh bahan
dipergunakan untuk menyusun skala tersebut. Bahan-bahan disusun
sedemikian hingga masing-masing bahan akan menggores bahan diatasnya,
tetapi kedudukan susunan tidak berubah.
Felspar akan menggores apatit, tetapi Quartz tidak tergores. Intan akan
menggores seluruh bahan, sedangkan untuk talek tidak satupun yang
tergores olehnya.
Kesepuluh bahan tersebut dipergunakan dalam pengujian. Angka kekerasan
bahan yang sedang diuji adalah satu angka lebih kecil daripada bahan
penggoresnya. Jadi misalkan gelas dapat digores dengan felsfar, teapi tak
tergores oleh apatit, maka gelas memiliki angka kekerasan 5.
Penentuan kekerasan dengan cara ini bersifat kwantitatif atau bersifat
membandingkan. Skala lain untuk menentukan kekerasan dengan cara
penggoresan yang dikenal adalah cara Galner. Prinsip darai cara ini sama
dengan cara Mohs.
b) Kekerasan Lekukan
Adalah mengukur kedalaman atau lebar lekukan pada permukaan
benda uji yang dibuat oleh pnetrator (yang terbuat dari material baja atau
intan) yang diberi beban terbatas. Cara ini merupakan metode yang sangat
berguna untuk mengukur kekerasan relative kandungan-kandungan mikro,
tetapi metoda ini tidak memberikan ketelitian yang besar atau kemampuan
ulang yang tinggi.
Kekerasan Brinell.
Uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak digunakan serta
disusun pembakuannya adalah metoda yang diajukan oleh J.A. Brinnel pada
tahun 1900. Uji kekrasan Brinnel berupa pembentukan lekukan logam
dengan memakai bola baja berdiameter 10 mm dan diberi beban 300 kg atau
disesuaikan dengan material yang akan diuji. Untuk logam lunak, beban
dikurangi hingga 500 kg ini untuk menghindarijejak yang dalam dan untuk
bahan yang sangat keras, digunakan paduan karbida tungsten ( untuk
menghindari terjadinya distorsi indentot/pnetrator ).
Beban yang diterapkan selama waktu tertentu, biasanya 30 detik dan
diameter lekukan diukur dengan mikroskop daya rendah setelah beban
dihilangkan. Hasil tiap pengukuran diameter lekukan ( dilakukan minimal 2
kali )dirata-ratakan, kemudian dimasukan angkanya ke rumus untuk
menentukan angka kekerasan Brinell ( BHN ).
Angka kekerasan Brinell dinyatakan sebagai : Beban ( P ) dibagi luas
permukaan lekukan (A).
P
BHN = (BHN)= Brinell Hardness Number
A
P P
BHN = =
A .D
.( D D 2 d 2
2
Dimana;
P = Beban yang diterapkan (Kg-f ).
D = Diameter indentor ( mm )
d = diameter lekukan ( mm )
Nilai BHN yang lebih tinggi dari 450, tidak dapat diukur dengan indentor
bola baja karena ada kemungkinan terjadi deformasi permanen terhadap
bola baja. Maximum hardness for steel ball = 400 HB, Untuk bahan diatas
500 HB, digunakan bola cemented carbide
Diameter indentor yang tidak cocok untuk uji kekerasan pada bidang yang
sempit seperti: ujung gurdi, ujung pahat dan sebagainya.
Kekerasan Vickers.
Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang
dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besarnya sudut antara permukaan-
permukaan piramid yang saling berhadapan adalah 1360. Sudut ini dipilih,
karena nilai tersebut mendekati sebagian besar nilai perbandingan diinginkan
antara diameter lekukan dan diameter bola penumpu pada uji kekerasan
Brinell.
Angka kekerasan viramida intan (DPH), atau angka kekerasan Vickers
(VHN), didifinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan. VHN
dapat ditentukan dari persamaan:
P
VHN 1,854
d2
Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan pada pekerjaan penelitian, karena
metode ini memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinyu, untuk suatu
bahan tertentu dan digunakan untuk bahan yang lunak yakni VHN-nya 5
hingga logam yang sanagat keras (dengan VHN sampai 1500). Beban yang biasa
digunakan pada uji Vickers berkisar antara 1 hingga 120 Kg, tergantung pada
kekerasan logam yang akan diuji.
Pada benda uji yang tipis dan permukaan yang disepuh, bebannya harus
dipilih sehingga garis diagonal rata-rata (d) secara maksimal hanya boleh
mencapai 2/3 tebal benda.
Jarak antar pusat suatu lekukan dan pinggir benda uji atau dengan pinggir
lekukan yang lain tidak boleh kurang dri 2,5 kali garis diagonal lekukan
rata-rata.
Beban harus dipilih sehingga diagonal lekukan sekurang-kurangnya sama
dengan 0,4 mm.
Permukaan benda uji harus diampelas sampai licin dan harus divaga agar
tidak terjadi perubahan struktur oleh garapan tersebut.
Bidang pikul harus sejajar dengan bidang uji dan garis kerja penumbuk
harus tegak lurus pada bidang uji.
Hasil pengujian harus dinyatakan batal apabila setelah pengujian,
lekukannya tanpak/ terasa pada punggung benda uji.
Metode vickers tidak boleh diterapkan pada material yang tidak homogen,
seperti: besituang kelabu. Dalam hal ini, ujung intan mungkin mengenai grafit
lamelar sehingga diperoleh nilai yang terlalu rendah.
Kekerasan Rockwell.
Uji ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang konstan
sebagai ukuran kekerasan. Mula-mula diterapkan beban yang kecil (sebesar 10
kg) untuk menempatkan benda uji. Hal ini akan memperkecil jumlah preparasi
menentukan kekerasan suatu bahan. Pantulan yang lebih tinggi berarti benda
tersebut lebih keras dari benda yang memantulkan palu yang kurang tinggi. Metode
ini disebut metode Shore dan alatnya dinamakan Shore Skleroskop dan alat ini
termasuk alat yan portable. Angka yang dihasilkan tidak dapat dibandingkan
dengan angka-angka dari ketentuan kekerasan yang lain karena hasilnya terlalu
kasar.
palu
Skala
Tabung gelas
Ketinggian Jatuh
Ketinggian lenting
Material Uji
C. Ringkasan
Sifat material adalah suatu faktor yang sangat penting diketaui oleh seorang ahli
teknik kontruksi dalam memilih material akan dimanfaatkan terutama sifat
mekanik. Sedangkan untuk mengetahui sifat dari material itu sendiri harus
dilakukan pengujian dengan alat uji khusus. Berdasarkan bahan yang di gunakan,
pengujian bahan dapat digolongkankan menjadi 2 yaitu; pengujian dengan
merusak bahan (distructive test) dan pengujian tidak merusak bahan (non-
distructive test). Pengujian merusak bahan , diantaranya: pengujian Tarik,
Kekerasan dan Uji Pukul Takik (impact test). Pengujian tidak merusak bahan,
diantaranya ; Ultrasonic Test, Pengujian Regangan, magnetic particle test, dsb
D. Soal Latihan
Dari data pengujian kekerasan pada tabel diatas tentukan kekerasan masing masin
bahan tersebut.
5. Jelaskan prinsip pengujian impack/ uji pukul takik !
Daftar Pustaka
1. Sriati Djaprie, 1995, Ilmu dan Teknologi Bahan P.T Gelora Aksara Pratama
Erlangga
2. Sriati Djaprie, 1995, Metalurgi mekanik jilid 2 edisi ketiga, P.T Gelora Aksara
Pratama Erlangga