Anda di halaman 1dari 22

22

BAB II
PENGUJIAN BAHAN

1. Capaian Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menerapkan pengujian bahan dalam praktek sehari-hari.
2. Capaian Pembelajaran Khusus:: Setelah mengikuti perkuliahan ini
diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mahasiswa dapat menyebutkan sifat-sifat material teknik dengan benar.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antara sifat-sifat material
teknik.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antara pengujian yang bersifat
merusak (destructive testing) dan pengujian yang bersifat tidak merusak
(non-destructive testing)
4. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsif dasar pengujian untuk
mengetahui kekuatan tarik, kekerasan dan kekuatan impak material
logam.
5. Mahasiswa dapat menerapkan rumus-rumus untu analisa hasil
pengujian bahan (uji tarik, kekerasan dan uji impak)

A. Diskripsi.
Seorang ahli teknik yang akan mengubah bahan menjadi produk berguna, maka ia
akan memilih bahan dengan sifat optimum. Demikian pula bila merancang konstruksi
bangunan tentu akan mempertimbangkan sifat yang dimiliki tersebut cocok atau tidak
dengan kondisi bangunan tersebut. Dalam bab ini akan diperkenalkan sifat-sifat umum
material teknik , cara untuk menguji sebagian dari sifat mekanik logam (pengujian
tarik, pengujian tekan, pengujian ketangguhan dan pengujian kekerasan.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


23

B. Pengujian bahan
1. Pendahuluan
Sifat Material Teknik.
Sifat suatu material akan menjadi pertimbangan dasar dalam memilih material
yang akan dijadikan produk/ komponen. Sifat material dapat dikatagorikan sebagai
berikut :
1. Sifat Mekanik.
2. Sifat Fisik
3. Sifat Kimia.
4. Sifat Teknologi
1.1 Sifat Mekanik
Yaitu termasuk semua karakteristik bahan yang menggambarkan kelakuan
sebagai efek aksi gaya luar yang mempengaruhinya, (seperti; gaya mekanik dan
beban). Tiga sifat mekanik yang kerap kali menjadi pertimbangan pada
metallurgy adalah kekuatan (strength) , keuletan (ductility) dan kekerasan
(hardness). Tetapi terkadang pada pemanfaatan bahan diperlukan mengetahui
sifat-sifat mekanik yang lainnya .
Yang termasuk sifat mekanik material antara lain:
- Strength ( kekuatan ).
Yaitu kemampuan material menahan/melawan gaya luar yang
mempengaruhinya sampai luluh ( yielding ) atau rusak, seperti tensile
strength, Compresssive strength, Impact strength, shear-strength, fatique-
strength.
- Hardness
Kemampuan material menahan gaya tusukan ( penetrasi ) atau goresan
permukaan.
- Toughness, ( ketangguhan )
Yaitu sifat material dalam kemampuannya menyerap/ menahan energy
sampaimaterial patah/ pecah akibat beban pukulan (impact load).
- Stiffness ( kekakuan ).
Yaitu kemampuan material menahan /melawan deformasi terhadap
regangan.
- Elasticity

BUKU AJAR PBT 2, 2014


24

Yaitu sifat material yang mampu kembali kebentuk semula estela terjadi
deformasi akibat gaya luar yang mempengaruhinya. Plasticity ><
Elasticity
- Ductility ( mampu bentuk/ regang ).
Yaitu sifat material yang memungkinkan dapat dibentuk / diregangkan
secara plastis dengan gaya tarikan/ tekan.
- Brittleness ( rapuh ) >< Ductility.
- Creep (mulur)
Kemampuan material menahan deformasi permanent akibat tegangan
konstan yang bekerja cukup lama dibawah kondisi teperatur tinggi.
- Wear (keausan), Kemampuan material terhadap kondisi abrasif .
- Fatigue (kelelahan), Kemampuan material terhadap gaya yang berubah-
rubah dan kontinyu.
Sifat mekanik menguraikan bagaimana respon suatu material terhadap
gaya yang diberikan. Jadi sifat-sifat mekanik menentukan kemudahan proses
pembentukan material sehingga menghasilkan produk yang benar.

1.2 Sifat Fisik.


Yaitu karakter yang menggambarkan dalam pemakaian bahan yang tidak
dipengaruhi secara berarti oleh perubahan struktur (baik akibat gaya luar
maupun pengaruh suhu).
Sifat fisik Material antara lain : Density, Thermal Expansion, Melting
Characteristics, Thermal Properties dan Electrical Properties
1.3 Sifat kimia
Sifat bahan yang menggambarkan kombinasi yang cendrung korosi/ bereaksi
dan larut terhadap unsur atau lingkungannya atau sering disebut dengan ketahanan
korosi material.
Contoh: - daya tahan terhadap korosi.
- Ketahanan terhadap asam, alkali dan bahan kimia lain.

1.4 Sifat teknologi


adalah kemampuan suatu material untuk dapat diproses/ dibentuk menjadi
suatu produk atau kompone. Misalnya, kemampuan untuk dilas, dicor, dikeraskan
dikerjakan dimesin dan lain-lain.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


25

2. Penggolongan Pengujian Bahan


Berdasarkan bahan yang di gunakan, pengujian bahan dapat digolongkankan
menjadi 2 yaitu;
1. Pengujian dengan merusak bahan (distructive test) dan
2. Pengujian tidak merusak bahan (non-distructive test)
Pengujian merusak bahan , diantaranya: pengujian Tarik, Kekerasan dan Uji
Pukul Takik (impact test). Pengujian tidak merusak bahan, diantaranya ;
Ultrasonic Test, Pengujian Regangan, magnetic particle test, dsb.

2.1 Pengujian Tarik (tensile test)


Pengujian Tarik adalah pengujian untuk mengetahui kekuatan tarik material.
Pengujian ini paling umum digunakan untuk mempelajari hubungan tegangan-
regangan (stress-strain), khususnya pada logam.
Prinsif pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan cara menarik kedua ujung
material dalam arah berlawanan dan satu sumbu hingga material putus (gambar
2.1). Selama berlangsung pengujian, sebelum material putus panjangnya
bertambah dan diameternya mengecil. Besar beban dan pertambahan panjang
dicatat selama pengujian.

Gambar 2.1 : Uji Tarik: (a) Gaya tarik bekerja pada specimen bahan menghasilkan
pemanjangan seperti pada (1), dan (2); (b) specimen bahan uji; dan perlatan uji tarik.

Dengan pengujian ini akan diketahui:


Karakteristik Bahan.
Tegangan regangan teknis dlm uji tarik didefinisikan sebagai nilai
relatif terhadap luas dan panjang awal dari benda uji.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


26

Ada dua jenis kurva tegangan-regangan:


o Engineering stress strain, punya arti penting buat designers
o True stress strain, punya arti penting buat manufacturing engineers

Tegangan teknis (engineering stress):


F
e
A0

Dimana: e: tegangan teknis (MPa), F: gaya tarik (N),


A0: luas penampang awal (mm2).
Regangan teknis (engineering strain):
L L0
e
L0

Dimana: e: regangan teknis, L: panjang benda uji (mm),


L0: panjang awal (mm)

Gambar 2.2 Typical engineering stress strain plot in a tensile test of a metal.

Pada daerah elastis, hubungan tegangan dan regangan adalah linier, disebut
Hookes law;
e E e
E adalah Modulus of elasticity, menunjukkan nilai kekakuan yg dimiliki
bahan.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


27

Poissons ratio adalah perbandingan antara regangan memanjang


(longitudinal strain, e) dan regangan mendatar (lateral strain, e)
e'

e
Yield point Y adalah titik perubahan dari area elastis ke plastis, didefinisikan
jika terjadi offset regangan 0.2%. Tegangan pd titik ini disebut Yield
strength atau Yield stress.
Tensile strength (Ultimate Tensile Strength) adalah beban maksimum yg
mampu diterima bahan uji, Fmax
'

TS
A0
Keuletan (ductility) adl kemampuan bahan untuk meregang plastis (mulur)
tanpa patah, dinyatakan dg pemanjangan (elongation EL) dan penyempitan
penampang (area reduction AR). Lf dan Af adalah panjang dan luas akhir.

L f L0 A0 A f
EL AR
L0 A0

Tabel 2.1 Typical Mechanical Properties of Various Materials at Room Temperature

BUKU AJAR PBT 2, 2014


28

True Stress True Strain


Tegangan regangan sebenarnya dalam uji tarik didefinisikan sebagai nilai
relatif terhadap luas dan panjang sebenarnya dari benda uji.

Tegangan teknis (Engineering stress): F


A

Dimana: : tegangan sebenarnya (MPa), F: gaya (N),


A: luas penampang (mm2).
L dL L
ln
L0 L L0
Regangan sebenarnya (true strain):
Dimana: : regangan teknis, L: panjang benda uji (mm),
L0: panjang awal (mm)

Pada daerah elastis, hubungan tegangan dan regangan juga linier;


E
Hubungan antara true strain engineering strain serta true stress
engineering stress adalah:

ln 1 e e 1 e

Strain hardening/work hardening: sifat dimana logam menjadi lebih


kuat/kaku ketika regangan (strain) bertambah. Sifat ini penting dalam
manufaktur khususnya proses pembentukan logam (metal forming).

Hubungan antara true stress strain pada daerah plastis: = K n

K n persamaan ini disebut flow curve,


K: strength coefficient, n: strain hardening coefficient.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


29

Tabel 2.2 Typical Values of K and n at Room Temperature

Pada perencanaan mesin, tegangan tarik yang dibolehkan ditentukan dibawah


batas elastis. Dalam hal ini diberikan faktor keamanan sehingga tegangan tarik yang
dibolehkan berkisar antara 1/3 sampai 1/10 dari kekuatan tarik.

Gambar 2.3 Menunjukkan kurva P Vs L untuk beberapa bahan.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


30

2.2 Uji Tekan (Compression Test)


Uji tekan dilakukan dengan memberi beban yang menekan benda uji berbentuk
silinder melalui dua pelat.

Tegangan teknis (engineering stress):


F
e
A0
dimana: e: tegangan teknis (MPa), F: gaya tarik (N), A0: luas penampang
awal (mm2).
Regangan teknis (engineering strain):
h h0
e
h0

dimana e: regangan teknis, h: panjang benda uji (mm), h0: panjang awal (mm)

Gambar 2.4 Menunjukkan Prinsif Pengujian Tekan Material

Figure 2.5 Typical engineering stress strain for a compression test.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


31

2.3 Pengujian Pukul Takik (Impact Test)


Bila deformasi mempunyai kecepatan regangan yang tinggi maka bahan
umumnya akan mengalami patah getas. Hal dapat terjadi bila bahan dikenai
beban tiba-tiba, atau pukulan. Gejala patah getas bukan saja disebabkan karena
kecepatan regang yang tinggi tetapi juga karena faktor-faktor lain diantaranya
karena konsentrasi tegangan dengan adanya takikan dan karena suhu yang
rendah.
Uji pukul takik adalah untuk mengetahui ketangguhan (toughness), kerapuhan
(brittleness), keliatan (ductility) dan tempertur transisi material.
Percobaan ini dilakukan dengan memberikan pukulan pada batang uji yang
diberi takikan menurut standar yang telah ditentukan. Pukulan dihasilkan dari
suatu ayunan bandul tertentu dan pada kecepatan tertentu pula. Beban yang
diterima bahan ini merupakan beban dinamis.
Percobaan ini ada dua cara yaitu:
1. Cara Charpy di USA.
2. Cara Izod di Inggris

Gambar 2.6 Pecobaan Pukul Takik.

Untuk menghitung energi yang diserap material dapat dihitung dengan


persamaan energi potensial sebagai berikut:
Ep1 = m.g. h1
Ep2 = m.g. h2

BUKU AJAR PBT 2, 2014


32

Harga Energi yang diserap = KETANGGUHAN = E = Ep1 Ep2 (J)


Dimana : Ep1 = Energi sebelum tumbukan ( J )
Ep2 = Energi setelah tumbukan ( J )
m = masa pendulum (kg)
g = grafitasi (m/det.)
h1 = tinggi pendulum sebelum tumbukan thd.acuan (m)
h2 = tinggi pendulum setelah tumbukan (m)
Harga Impack (HI) : merupakan energi yang diserap sampel dibagi dengan
luas penampang.
HI = E/A =m.g[( h1 h2)]/ A (joul/ mm2)
A = luas penampang patahan mm

Percobaan pukul bila dilakukan pada suhu berlainan di bawah dan di


atas suhu kamar, pada umumnya akan menghasilkan grafik seperti pada
gambar 2.7. Semakin tinggi suhu, semakin besar harga impack dan sifat
bahan semakin liat. Lebih rendah suhunya,lebih rendah pula harga impack,
dan bersifat bahan semakin getas.
Gambar 2.7 tersebut menunjukkan adanya transisi sifat dari getas ke
sifat liat. Pada temperatur- temperatur tinggi material berubah sifatnya
menjadi material ulet, dengan kata lain menyerap energi yang culup besar
sebelum patah.

Gambar 2.7 Grafik pengujian Pukul Takik Brittle ductile Transition


dengan suhu yang berbeda (Dibawah dan diatas suhu Kamar)

Sebaliknya pada temperatur rendah material bersifat getas sehingga


menyerap energi yang lebih kecil sebelum patah. Berdasarkan fenomena ini

BUKU AJAR PBT 2, 2014


33

didapat temperatur transisi suatu material yang merupakan batas perubahan


dari sifat ulet menjadi bersifat getas. Tetapi tidak semua material
mempunyai batas yang jelas pada temperatur transisinya, contohnya baja
tahan karat(stainless steel)

Gambar 2.8 Bentuk V dan U Notch serta Dimensi Test piece Uji Impak (JIS 2202)

2. 4 Pengujian Kekerasan (Hardness Test)


Pengujian kekerasan adalah salah satu dari sekian banayak penguian yang
dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa mempunyai
kesulitan mengenai spesifikasinya.
Kekerasan merupakan kemampuan bahan untuk menahan gaya penetrasi atau
gaya goresan (perubahan/ deformasi plastis).
Terdapat tiga jenis umum mengenai ukuran kekerasan, yang tergantung pada
cara melakukan pengujian. Ketiga jenis tersebut adalah :
a) Kekerasan goresan (scratch hardness).
b) Kekerasan lekukan (indentation hardness).
c) Kekrasan pantulan (reboun) atau kekrasan dynamic (dynamic
hardness).

BUKU AJAR PBT 2, 2014


34

a) Kekerasan Goresan.
Merupakan perhatian utama para ahli mineral. Dengan mengukur
kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain, disusun
berdasarkan kemampuan goresan yang satu terhadap yang lain. Kekerasan
goresan diukur sesuai sekala Mohs. Skala ini terdiri dari sepuluh standard
mineral disusun berdasar kemampuannya untuk digores.
Skala Kekerasan Mohs.
Salah satu bentuk pengujian kekerasan adalah berdasarkan pada penilaian
ketahanan bahan terhadap goresan. Pada skala Mohs, sepuluh bahan
dipergunakan untuk menyusun skala tersebut. Bahan-bahan disusun
sedemikian hingga masing-masing bahan akan menggores bahan diatasnya,
tetapi kedudukan susunan tidak berubah.

Tabel 2.3 Susunan bahan dalam skala kekerasan Mohs


MOH SCALE OF HARDNESS MOH SCALE OF HARDNESS
1. Talk (Talc). 6. Felspar (Orthoclase)
2. Gipsum (Gypsum). 7. Quartz
3. Kalspar (Calcite) 8.Topaks (TOPAZ)
4. Fluorspar. 9. Corundum (SAPPHIRE)
5. Apatit. 10. Intan (DIAMOND)

Felspar akan menggores apatit, tetapi Quartz tidak tergores. Intan akan
menggores seluruh bahan, sedangkan untuk talek tidak satupun yang
tergores olehnya.
Kesepuluh bahan tersebut dipergunakan dalam pengujian. Angka kekerasan
bahan yang sedang diuji adalah satu angka lebih kecil daripada bahan
penggoresnya. Jadi misalkan gelas dapat digores dengan felsfar, teapi tak
tergores oleh apatit, maka gelas memiliki angka kekerasan 5.
Penentuan kekerasan dengan cara ini bersifat kwantitatif atau bersifat
membandingkan. Skala lain untuk menentukan kekerasan dengan cara
penggoresan yang dikenal adalah cara Galner. Prinsip darai cara ini sama
dengan cara Mohs.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


35

Tabel 2.4 Daftar Skala Galner


No. Skala Bahan No. Skala Bahan
1. Timbal 7. Besi Tempa
2 Timah putih 8 Besi Cor
3 Timbal keras 9 Besi Lumer
4 Tembaga 10 Baja
5 Tembaga Cor 11 Baja yang dikeraskan
6 Brons 12 Pospor Brons

b) Kekerasan Lekukan
Adalah mengukur kedalaman atau lebar lekukan pada permukaan
benda uji yang dibuat oleh pnetrator (yang terbuat dari material baja atau
intan) yang diberi beban terbatas. Cara ini merupakan metode yang sangat
berguna untuk mengukur kekerasan relative kandungan-kandungan mikro,
tetapi metoda ini tidak memberikan ketelitian yang besar atau kemampuan
ulang yang tinggi.

Kekerasan Brinell.
Uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak digunakan serta
disusun pembakuannya adalah metoda yang diajukan oleh J.A. Brinnel pada
tahun 1900. Uji kekrasan Brinnel berupa pembentukan lekukan logam
dengan memakai bola baja berdiameter 10 mm dan diberi beban 300 kg atau
disesuaikan dengan material yang akan diuji. Untuk logam lunak, beban
dikurangi hingga 500 kg ini untuk menghindarijejak yang dalam dan untuk
bahan yang sangat keras, digunakan paduan karbida tungsten ( untuk
menghindari terjadinya distorsi indentot/pnetrator ).
Beban yang diterapkan selama waktu tertentu, biasanya 30 detik dan
diameter lekukan diukur dengan mikroskop daya rendah setelah beban
dihilangkan. Hasil tiap pengukuran diameter lekukan ( dilakukan minimal 2
kali )dirata-ratakan, kemudian dimasukan angkanya ke rumus untuk
menentukan angka kekerasan Brinell ( BHN ).
Angka kekerasan Brinell dinyatakan sebagai : Beban ( P ) dibagi luas
permukaan lekukan (A).

BUKU AJAR PBT 2, 2014


36

P
BHN = (BHN)= Brinell Hardness Number
A
P P
BHN = =
A .D
.( D D 2 d 2
2
Dimana;
P = Beban yang diterapkan (Kg-f ).
D = Diameter indentor ( mm )
d = diameter lekukan ( mm )

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian Brinell:


1. Dilakukan pada suhu antara 18 28o C
2. Permukaan benda yang akan diuji harus dipersiapkan menjadi rata dan
permukaan mengkilap.
3. Bidang uji dan bidang alas/pikul harus sejajar.
4. Garis kerja penekan harus tegak lurus terhadap bidang uji.
5. Jarak antara lekukan , sekurang-kurangnya harus sama dengan 4.d diukur
dari pusat kepusat. Jarak antara pusat suatu lekukan sampai tepi benda uji
tidak boleh kurang dari 2,5.d.
6. Tebal benda uji harus sekurang kurangnya sama dengan 8.h -10.h (h adalah
kedalamam penetrasi) atau lekukan yang terjadi tidak boleh tampak atau
terasa pada punggung/ balik benda uji.
7. Pengujian harus dibatalkan apabila ternyata lekukan d itu lebih kecil dari 0,2
D atau lebih besar dari 0,6 D.
Maximum hardness for steel ball = 400 HB, Untuk bahan diatas 500
HB, digunakan bola cemented carbide
Dalam uji Brinell diameter lekukan harus diukur secara seksama melalui
dua arah yang berpotongan tegak lurus dengan ketelitian perseratus mm
menggunakan sebuah mikroskop ukur dengan magnification paling tidak 10 X.

Kelemahan Uji Kekerasan dengan Metode Brinell:


Pengujian rumit

BUKU AJAR PBT 2, 2014


37

Nilai BHN yang lebih tinggi dari 450, tidak dapat diukur dengan indentor
bola baja karena ada kemungkinan terjadi deformasi permanen terhadap
bola baja. Maximum hardness for steel ball = 400 HB, Untuk bahan diatas
500 HB, digunakan bola cemented carbide
Diameter indentor yang tidak cocok untuk uji kekerasan pada bidang yang
sempit seperti: ujung gurdi, ujung pahat dan sebagainya.

Keuntungan uji Kekerasan denga Metode Brinell:


Jejaknya yang rlatif besar memberi keuntungan dalam membagikan secara
rata-rata ketidak seragaman total.
Uji Brinell tidak begitu dipengaruhi oleh goresan dan kekasaran permukaan

Kekerasan Vickers.
Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang
dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besarnya sudut antara permukaan-
permukaan piramid yang saling berhadapan adalah 1360. Sudut ini dipilih,
karena nilai tersebut mendekati sebagian besar nilai perbandingan diinginkan
antara diameter lekukan dan diameter bola penumpu pada uji kekerasan
Brinell.
Angka kekerasan viramida intan (DPH), atau angka kekerasan Vickers
(VHN), didifinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan. VHN
dapat ditentukan dari persamaan:
P
VHN 1,854
d2
Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan pada pekerjaan penelitian, karena
metode ini memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinyu, untuk suatu
bahan tertentu dan digunakan untuk bahan yang lunak yakni VHN-nya 5
hingga logam yang sanagat keras (dengan VHN sampai 1500). Beban yang biasa
digunakan pada uji Vickers berkisar antara 1 hingga 120 Kg, tergantung pada
kekerasan logam yang akan diuji.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada uji kekerasan Vickes:


Pengujian dilakukan pada suhu antara 18 280 C.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


38

Pada benda uji yang tipis dan permukaan yang disepuh, bebannya harus
dipilih sehingga garis diagonal rata-rata (d) secara maksimal hanya boleh
mencapai 2/3 tebal benda.
Jarak antar pusat suatu lekukan dan pinggir benda uji atau dengan pinggir
lekukan yang lain tidak boleh kurang dri 2,5 kali garis diagonal lekukan
rata-rata.
Beban harus dipilih sehingga diagonal lekukan sekurang-kurangnya sama
dengan 0,4 mm.
Permukaan benda uji harus diampelas sampai licin dan harus divaga agar
tidak terjadi perubahan struktur oleh garapan tersebut.
Bidang pikul harus sejajar dengan bidang uji dan garis kerja penumbuk
harus tegak lurus pada bidang uji.
Hasil pengujian harus dinyatakan batal apabila setelah pengujian,
lekukannya tanpak/ terasa pada punggung benda uji.

Keuntungan Uji Kekerasan dengan Metoda Vickers.


Kerusakan pada permukaan yang tidak seberapa.
Lekukan selalu berbanding lurus dengan beban, nilai VHN yang diperoleh
tidak tergantung pada besarnya beban.
Tonjolan material yang terjadi disekeliling lekukan sedikit.

Kelemahan Uji Kekerasan dengan Metoda Vickers:


Tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin, karena pengujian ini lamban.
Memerlukan persiapan benda uji yang hati-hati.
Terdapat pengaruh kesalahan manusia pada penentuan panjang diagonal.

Metode vickers tidak boleh diterapkan pada material yang tidak homogen,
seperti: besituang kelabu. Dalam hal ini, ujung intan mungkin mengenai grafit
lamelar sehingga diperoleh nilai yang terlalu rendah.

Kekerasan Rockwell.
Uji ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang konstan
sebagai ukuran kekerasan. Mula-mula diterapkan beban yang kecil (sebesar 10
kg) untuk menempatkan benda uji. Hal ini akan memperkecil jumlah preparasi

BUKU AJAR PBT 2, 2014


39

permukaan yang dibutuhkan dan juga memperkecil kecendrungan untuk terjadi


penumbukan keatas atau penurunan yang disebabkan oleh penumbuk/indentor.
Kemudian diterapkan beban yang besar dan secara otomatis keadaan lekukan
akan terekam pula oleh gage penunjuk yang menyatakan kekerasan.
Penunjuk angka kekerasan terdiri atas 100 bagian, masing masing
bagian menyatakan penembusan sedalam 0,00008 inchi.
Indentor biasanya digunakan berupa kerucut intan dengan sudut 1200
dengan puncak yang hampir bulat dan dinamakan penumbuk Brale atau bola
baja berdiameter 1/16 inci dan 1/18 inci dan lainnya (tabel 2.5).

Tabel 2.5 Acuan untuk Memilih Beban pada pengujian Rockwell.

Kekerasan Rockwell memiliki beberapa skala, diantaranya yaitu:


A: simbol HRA, indentor intan, beban 60 kg, bahan uji: carbides, ceramics.
B: simbol HRB, indentor bola 1/16 inc, beban 100 kg, bahan uji: logam non
besi.
C: simbol HRC, indentor intan, beban 150 kg, bahan uji: logam besi, tool steel.

Hal yang perlu diperhatikan pada pengujian kekerasan Rockwell:


- Permukaan yang akan diuji harus bersih dan kering, halus dan bebas dari oksida.
- Permukaan harus datar dan tegak lurus terhadap indentor.
- Tebal benda uji harus sedemikian hingga tidak terjadi bulge (gembung) pada
permukaan baliknya. Dianjurkan tebal benda uji 10 kali kedalaman lekukan.
- Daerah diantara lekukan-lekukan harus 3 hingga 5 kali diameter.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


40

Keuntungan Uji Kekerasan dengan Metode Rockwell:


- Pengujiannya cepat.
- Bebas dari kesalahan manusia.
- Mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang kecil pada baja yang
diperkeras.
- Ukuran lekukannya kecil, sehingga bagian yang mendapat perlakuan panas yang
lengkap, dapat diuji kekerasannya tanpa menimbulkan kerusakan.

Kelemahan uji Kekerassan dengan Metode Rockwell:


- Karena ukuran lekukannya kecil, pengujian ini tidak cocok untuk menguji materi
yang strukturnya tidak homogen, misalnya: besi tuang.
- Indentornya mudah menggelincir dari bagian yang keras kebagian yang lunak.
Oleh karena itu akan diperoleh nilai kekerasan yang tidak benar.

Uji kekerasan Knoop: (dikembangkan sejak 1939).


Sama dengan Vickers, menggunakan penusuk piramid dari diamond, tetapi
dengan ratio pajang : lebar = 7 : 1. Beban yg diberikan lebih kecil, dan
termasuk micro-hardness test, karena cocok utk menuji bahan kecil dan tipis
yang akan rusak jika beban terlalu besar.
Jika F: beban (kg), D: diagonal terpanjang bekas yang terbentuk (mm) maka
kekerasan Knoop (HK):
14.2 F
HK
D2

Kekerasan Pantulan (kekerasan dengan beban dinamik).


Pada pengujian kekerasan dinamik, biasanya penumbuk dijatuhkan
kepermukaan logam dan kekerasanya dinyatakan sebagai energi tumbuknya.
Skeleroskop Shore, yang merupakan contoh yang paling umum dari suatu alat
penguji kekerasan dinamik, mengukur kekraran yang dinyatakan dengan tinggi
lekukan atau tinggi pantulan.
Penentuan kekerasan dengan beban dinamik antara lain adalah dengan
menjatuhkan bola baja atau palu yang beratnya 2,2 gram dan ujungnya bulat terbuat
dari intan dan dijatukan dai ketingian 250 mm ke atas benda yang akan ditentukan
kekerasannya. Palu tersebut akan memantul ke atas dan ketinggian pantulan ini
BUKU AJAR PBT 2, 2014
41

menentukan kekerasan suatu bahan. Pantulan yang lebih tinggi berarti benda
tersebut lebih keras dari benda yang memantulkan palu yang kurang tinggi. Metode
ini disebut metode Shore dan alatnya dinamakan Shore Skleroskop dan alat ini
termasuk alat yan portable. Angka yang dihasilkan tidak dapat dibandingkan
dengan angka-angka dari ketentuan kekerasan yang lain karena hasilnya terlalu
kasar.

palu

Skala
Tabung gelas

Ketinggian Jatuh
Ketinggian lenting

Material Uji

Gambar 2.9 Shor Scleroscope

BUKU AJAR PBT 2, 2014


42

C. Ringkasan

Sifat material adalah suatu faktor yang sangat penting diketaui oleh seorang ahli
teknik kontruksi dalam memilih material akan dimanfaatkan terutama sifat
mekanik. Sedangkan untuk mengetahui sifat dari material itu sendiri harus
dilakukan pengujian dengan alat uji khusus. Berdasarkan bahan yang di gunakan,
pengujian bahan dapat digolongkankan menjadi 2 yaitu; pengujian dengan
merusak bahan (distructive test) dan pengujian tidak merusak bahan (non-
distructive test). Pengujian merusak bahan , diantaranya: pengujian Tarik,
Kekerasan dan Uji Pukul Takik (impact test). Pengujian tidak merusak bahan,
diantaranya ; Ultrasonic Test, Pengujian Regangan, magnetic particle test, dsb

D. Soal Latihan

1. Jelaskan, mengapa kita harus melakukan pengujian bahan (material testing) ?


2. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan destructive testing dan non-destructive testing ?
3. Pada pengujian tarik material baja dengan data bahan uji , diameter batang uji = 10 mm
dengan panjang ukur 50 mm diperoleh sbb:
Data ini diperoleh dari pengujian kekuatan tarik material
No Beban l No Beban l No Beban l
F(Kgf) (mm) F(Kgf) (mm) F(Kgf) (mm)
1 500 0,3 11 2750 3,35 21 4200 9,3
2 750 1,6 12 2800 3,40 22 4300 10,9
3 1000 1,9 13 2900 3,42 23 4400 12,0
4 1250 2,1 14 3000 3,64 24 4250 12,3
5 1500 2,3 15 3500 4,80 25 3950 12,6
6 1750 2,5 16 3300 5,40 26 3800 12,9
7 2000 2,7 17 3450 5,60 27 3700 13,2
8 2500 2,8 18 3800 6,50 Diameter bagian putus, di
9 2600 3,12 19 4000 6,95 = 4,8 mm
10 2700 3,25 20 4100 7,70

Dari data tabel diatas tentukan:


a. Tegangan Bahan
b. Tegangan Bahan
c. patah
d. yeild
e. Area Reduction

BUKU AJAR PBT 2, 2014


43

4. Data pengujian kekerasan metode Brinell dengan data sbb;

No Material Diameter lekukan


Gaya Diameter Bola baja Waktu/ lama
Uji pada bahan uji
(P Kgf) (mm) penetrasi
(mm)
0,61
1 Kuningan 62,5 2,5 20 detik
0,62
0,91
2 Baja karbon 187,5 2,5 0,92 20 detik

Dari data pengujian kekerasan pada tabel diatas tentukan kekerasan masing masin
bahan tersebut.
5. Jelaskan prinsip pengujian impack/ uji pukul takik !

Daftar Pustaka
1. Sriati Djaprie, 1995, Ilmu dan Teknologi Bahan P.T Gelora Aksara Pratama
Erlangga
2. Sriati Djaprie, 1995, Metalurgi mekanik jilid 2 edisi ketiga, P.T Gelora Aksara
Pratama Erlangga

BUKU AJAR PBT 2, 2014

Anda mungkin juga menyukai