Anda di halaman 1dari 22

2.

3 Trickle Bed Reactor

Reaktor trickle bed adalah reaktor dengan packing katalis dimana fasa cair dan gas mengalir
searah ke bawah yang mengalami interaksi pada katalis padatan. Reaktor ini banyak digunakan pada
industri perminyakan dan aplikasinya dalam bidang proses kimia, petroleum, industri biokimia dan
pengolahan limbah. Kata trickle mendeskripsikan karakteristik operasional reactor ini dimana liquid
mengalir secara bertahap melewati katalis solid dalam bentuk film, anak air ataupun droplet. Biasanya,
partikel padatan katalis di pak secara acak didalam bed dimana fase gas dan liquid mengalir. Dalam
sebagian besar industri reactor trickle bed, partikel katalis yang digunakan biasanya berpori dan
berbentuk bermacam-macam seperti bola, silinder, ektrudat,

trilobe, atau multilobe seperti pada gambar berikut :

Gambar 1. Bentuk partikel katalis yang digunakan

Reaktor trickle bed memberikan performa yang lebih baik dalam pengontakan gas-liquid- solid
dengan memberikan efisiensi yang tinggi dibandingkan oleh reactor lain seperti stirred slurry reactors
yang memberikan keterbatasan pengaplikasian pada system reaksi yang cepat membutuhkan muatan
katalis yang rendah dengan tekanan operasi rendah dan volume sedang seperti bahan kimia khusus dan
kecil, ejector loop reactors digunakan untuk reactor cepat yang menyirkulasikan slurry menggunakan
tekanan tinggi mempunyai keterbatasan dalam mengatasi pemuatan solid, Bubble column slurry
reactors dan packed bubble bed reactors memberikan pengadukan kembali didalam reactor yang bisa
menyebabkan konversi rendah dan memicu terbentuknya produk samping. Konfigurasi reactor trickle
bed diklasifikasikan menjadi tiga tipe :

Reaktor trickle bed konvensional : berisikan partikel katalis berpori secara acak didalam packed
bed.
Reaktor trickle bed semi-struktur : berisikan partikel yang di pak teratur atau katalis yang
dilapiskan pada packing terstruktur.
Reaktor trickle bed-mikro : berisikan beberapa saluran-mikro yang di pak dengan partikel katalis.
Ketiga tipe ini ditampilkan secara skematik dalam gambar di bawah ini :

Gambar 2. Skematik reactor trickle bed

(A) (B)

Gambar 3. (A) reactor trickle bed terstruktur dan (B) Photomicrograph reaktor trickle bed-micro
dengan katalis karbon aktif.

Reaksi yang terjadi dalam reactor trickle bed seringkali bersifat eksotermis dan melepaskan
3 energy dikarenakan reaksi kimia yang terbawa oleh aliran komponen gas dan liquid. Pengontrolan
temperature bed merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam reactor trickle bed baik menggunakan
jaket eksternal ataupun koil internal. Dalam beberapa kasus, aliran gas dan/atau liquid direcycle agar
meningkatkan kecepatan efektif fluida untuk mengontrol temperature dan memanipulasi besarnya
konversi yang diinginkan. Reactor trickle bed terstruktur dapat digunakan pada kekuatan katalis yang
kurang baik dan memberikan pressure drop yang rendah. Pengaturan pelepasan 3 energi tanpa
menyebabkan efek yang tidak diinginkan pada performa alat merupakan hal terpenting dalam desain
reactor trickle bed. Performa reactor trickle bed bergantung pada beberapa hal seperti karakteristik bed
katalitis (konfigurasi packing, porositas, ukuran partikel/ketebalan pelapisan), distribusi aliran yang
tidak merata, pembasahan partikel katalis, panas interfase lokal, laju transfer massa, massa intrapartikel,
perpindahan panas, dan kinetika reaksi. Konfigurasi dan karakteristik bed katalitis mempengaruhi
dinamika fluida didalam reaktor dimana dinamika fluida membuat scale-up dan scale-down reactor
menjadi susah.

Dalam reaktor trickle bed, secara teknis reaktan gas dapat mencapai permukaan katalis dengan
melewati fase liquid ataupun kontak langsung bergantung pada derajat pembasahan. Difusi intrapartikel
dari gas terlarut, adsorpsi pada permukaan katalis dan reaksi kimia terjadi secara simultan di dalam
partikel katalis. Fraksi volume liquid didalam reactor trickle bed biasanya dikarakterisasi sebagai
dynamic liquid holdup dan static liquid holdup, kuantitas perubahan terhadap keduanya digunakan
untuk menentukan residence time distribution didalam reactor trickle bed. Laju alir fase gas dan liquid
menentukan pemberkuan flow regime dimana perbedaan flow regime memberikan perbedaan
pengontakkan dan karakteristik pengadukannya. Saat reaktan gas dan liquid melewati bed katalis, terjadi
proses berskala makro (macro-scale) yakni pada skala bed, meso-scale (terjadi pengelompokan
partikel), dan micro-scale (terjadi pada sisi katalis yang menghubungkan termodinamika, reaksi, dan
step perpindahan) pada waktu dan skala panjang yang berbeda. Skematik dari proses ini dapat dilihat
pada Gambar 4.
Raksi standar dan tahap perpindahan dalam reaktor trickle bed hampir mirip dengan reaktor slurry.
Perbedaan utamanya adalah korelasi yang digunakan untuk memperhitungkan transfer massa. Sebagai
tambahan, jika terdapat lebih dari satu komponen di dalam fasa gas (contoh: liquid memiliki tekanan uap
tinggi atau gas inert masuk), terdapat satu tambahan tahap proses perpindahan di dalam fasa gas. Gambar
di bawah ini menunjukkan berbagai tahapan perpindahan dalam reaktor trickle bed. Dengan mengikuti
analisis untuk reaktor slurry, kita mengembangkan model persamaan laju perpindahan untuk setiap tahap.

1. Perpindahan dari fase bulk gas ke permukaan gas-cairan. Laju perpindahan per massa
katalis.

dimana

Gambar :

(a) Reaktor trickle bed

(b) profil konsentrasi reaktan


2. Kesetimbangan pada permukaan gas-cairan:

CAi = Konsentrasi A dalam permukaan liquid


H = Konstanta Henry

3. Perpindahan dari permukaan ke bulk cairan :


4.

dimana

k1 = koefisien perpindahan massa pada fasa liquid, m/s

CAi = Konsentrasi A dalam cairan pada permukaan, kmol/m3

CAB = Konsentrasi bulk cairan A, kmol/m3

4. Perpindahan dari bulk cairan ke permukaan luar katalis

5. Difusi dan reaksi di dalam pelet. Jika kita mengasumsikan reaksi orde satu dalam gas A tak
terlarut dan dalam cairan B, kita memiliki:
Dengan mengkombinasikan persamaan (R.12.2-2) sampai (R.12.2-6) maka kita memiliki
persamaan seperti berikut ini:

Yaitu,

Dimana kvg merupakan koefisien perpindahan overall untuk gas ke pelet (m3 gas/g katalis . s)

Persamaan mol untuk spesies A yaitu:

Kita anggap perpindahan dan reaksi B, dimana tidak meninggalkan fasa liquid.

6. Perpindahan B dari Bulk cairan ke permukaan padatan katalis:

dimana CB dan CBS adalah konsentrasi B dalam bulk fluida dan permukaan padatan, sebaliknya
7. Difusi dan reaksi B didalam pelet katalis:

mengkombinasikan persamaan (12-33) dan (12-34) maka kita memiliki persamaan:

Persamaan mol untuk spesies B yaitu

Catatan bahwa konsentrasi permukaan A dan B, CAS dan CBS, muncul dalam penyebut koefisien transfer
overall Kvg dan Kvl.

Oleh karena itu, persamaan (R.12-2-7), (R.12.2-9), (R.12.2-12), dan (R.12.2-13) harus diselesaikan secara
simultan. Dalam beberapa kasus penyelesaian secara analitis tersedia, namun dengan hukum laju yang
kompleks, satu penyelesaian menggunakan solusi numeris. Namun, kita harus mempertimbangkan situasi
yang terbatas (limiting situation).

Situasi yang terbatas (Limiting Situation)

Perpindahan Massa dari limiting reaktan gas. Untuk situasi ini kita mengasumsikan 3 penyebut pertama
pada persamaan (R.12.2-7) adalah dominan atau konsentrasi fasa liquid dari spesies B tidak bervariasi
secara signifikan melalui trickle bed. Untuk kondisi ini kvg adalah konstan dan kita dapat
mengintegrasikan keseimbangan mol (mole balance). Untuk perubahan volume diabaikan = 0, sehingga
Transfer massa dan reaksi dari reaktan pembatas. Disini kita mengasumsikan bahwa fase liquid adalah
secara seluruhnya jenuh dengan keluaran gas dari kolom. Sebagai hasilnya, CAS, adalah konstan.
Konsekuensinya, kita dapat mengintegrasikan mole balance yang sudah dikombinasikan dan hukum laju
memberikan kvg kvl.

Mengevaluasi Koefisien Perpindahan

Koefisien transfer massa, kg, kl, dan kc bergantung pada variabel angka, seperti tipe packing, laju
alir, kebasahan partikel, dan geometri kolom, dan sebagai hasilnya korelasi nya sangat bervariasi secara
signifikan dari sistem ke sistem. Konsekuensinya, kita tidak akan memberikan semua korelasi disini
melainkan akan memberikan korelasi untuk sistem tertentu dan mengacu ke pembaca untuk 4 referensi
spesifik dimana korelasi lainnya untuk reaktor trickle bed akan ditemukan. Korelasi tipikal yaitu diberikan
dalam tabel R.12.2-1. Catat bahwa korelasi untuk partikel organik memiliki koefisien transfer yang
cenderung tidak terprediksi.

Korelasi yang mewakili diberikan dalam tabek R.12.2-1 dengan asumsi partikel katalis terbasahi
semua. Koreksi untuk basah yang tak sempurna dikarenakan flow regimes, persamaan pressure-drop, dan
korelasi transfer massa lainnya dapat ditemukan dalam review Shah, Smith, dan Satterfield.

Persamaan desain plug-flow dapat digunakan dengan baik apabila rasio dari panjang reaktor L
untuk partikel dp memenuhi kriteria.(Satterfield, 1975)
Flow Regime

Flow regime didalam reactor trickle bed jika dibagi menurut bilangan Reynold (Rep)

partikelnya dimana = /. Untuk aliran dengan laju alir sangat kecil dan creeping flow
untuk Rep<1 menggunakan single-phase flow, bilangan Reynold diatas 10 hingga 350 menggunakan
inertial flow regime, dan untuk Rep=900 menggunakan transisition flow regime. Aliran transisi antara
regime laminar dan turbulen merupakan fungsi kompleks dari ukuran dan bentuk partikel serta
karakteristik packing bed. Kebanyakan reactor trickle bed beroperasi secara concurrent, beberapa flow
regime diamati pada laju alir liquid dan gas berbeda-beda yang diidentifikasikan menjadi 4 flow regime
yakni trickle flow regime, pulse flow regime, spray flow regime, dan bubbly flow regime. Trickle flow
regime dapat terjadi pada laju alir liquid dan gas rendah dimana aliran membentuk film melewati partikel
katalis. Daerah trckle flow regime meluas dengan meningkatnya ukuran partikel, menurunnya viskositas
liquid dan tegangan permukaan, pressure drop rendah, aliran gas-liquid rendah, aus katalis rendah dan
foaming pada liquid merupakan dari operasi regime ini. Dalam regime ini laju transfer massa dan
transfer panas lebih rendah dibandingkan regime lainnya, namun banyak industri mengunakan regime ini
untuk meningkatkan konversi dan produktivitas dengan mengkombinasikan dengan pulse flow regime.
Pulse flow regime secara signifikan dipengaruhi oleh property liquid (foaming atau non-foaming).
Dalam kasus liquid nonfoaming, zona yang kaya gas liquid sangat tampak dan berbeda. Dalamkasus
foaming, pada liquid terdapat gelembung gas yang besar dan fraksi gas dalam liquid signifikan.
Keuntungan menggunakan pulse flow regime yakni utilisasi efektif dari bed katalis dan tingginya laju
perpindahan panas dan massa, namun regime ini tidak dapat diaplikasikan untuk kolom berdiameter
besar. Spray flow regime digunakan pada laju alir gas yang tinggi dan laju alir liquid yang rendah
sehingga aliran dapat membentuk droplet. Dalam regime ini fase gas memiliki Re yang lebih besar dari
100. Bubbling flow regime digunakan pada laju alir gas rendah dan laju alir liquid tinggi sehingga
membentuk bubble. Keuntungan regime ini adalah terjadi pembasahan secara merata.

Parameter hidrodinamik yang perlu diestimasi adalah pressure drop, liquid holdup,
pembasahan partikel, koefisien transfer massa gas-liquid-solid, dan disperse aksial.

Perpindahan panas didalam reactor trickle bed terdapat dalam beberapa tingkatan yakni

perpindahan panas didalam pellet katalis dimana terdapat reaksi, perpindahan paans dari pellet ke
lingkungan fluida, perpindahan panas dari pellet ke pellet, perpindahan panas dari bed ke dinding
reactor. Kenaikan perpindahan panas dipengaruhi oleh naiknya laju alir gas, pada kenaikan laju alir liquid
tidak memberikan efek yang signifikan.

Teknik Reaksi pada Reaktor Trickle Bed

Hal hal yang mempengaruhi performa proses dengan reactor trickle bed adalah :

Homogenitas bed, distribusi liquid, dan factor geometri.

Cara operasi : aliran gas-liquid secara concurrent atau countercurrent, aliran recycle,
pembasahan partikel katalis, distribusi aliran, pengadukan axial dan radial.
Transfer massa : gas-liquid, fluid-particle.

Kinetika laju reaksi : persamaan laju reaksi, deaktivasi katalis.

Efek non-isotermal : reaksi eksoterm atau endoterm, penguapan solvent reaktan.

Untuk reaksi bimolecular A(g) + v B(l) produk, dimana mekanisme reaksi ini digambarkan dalam

Gambar 5 :

Gambar 5. Konsentrasi profil untuk tiga fase reaksi katalis tiga-fase dibawah kondisi berbeda
laju reaksi dapat dideskripsikan dalam langkah sebagai berikut :

(i) Transfer perpindahan fase gas reaktan A dari fase gas ke bulk liquid.

(ii) Transfer A dan B dari bulk liquid ke permukaan katalis.


(iii) Difusi intrapartikel A dan B dengan pori katalis.

(iv) Adsorpsi A dan B pada sisi katalis dan reaksi permukaan kimia dari A dan B teradsorbsi

untuk menghasilkan produk.

(v) Desorpsi produ, ke fase bulk liquid.

Karakterisasi Reaktor Trickle Bed

Objek utama dalam mendesain reactor trickle bed adalah untuk meningkatkan kontak secara
efektif dari reaktan fase gas dan liquid dengan sisi katalis aktif. Faktor factor yang didesain untuk
operasi pada reaktor trickle bed adalah :

Pressure drop : biaya operasi reactor trickle bed secara langsung dihubungkan dengan
pressure drop sepanjang bed. Untuk mendapatkan pressure drop yang diinginkan, dapat
memanipulasikan struktur bed.

Luas permukaan spesifik : efektif pengontakkan reaktan dengan katalis dan efisiensi
perpindahan panas maupun massa ditentukan oleh luas permukaan spesifik.

Residence Time Distribution (RTD) : untuk mendapatkan RTD yang diinginkan dapat
dilakukan dengan memanipulasikan struktur bed juga dan memaipulasi metode packing.

Pengadukan : pengadukan mempengaruhi efektivitas utilitas dari pak katalis, adanya dead zone
dapat menurunkan efektivitas utilitas dari pak katalis maka struktur bed harus didesain untuk
memperkecil dead zone.

Liquid holdup : tingginya liquid holdup biasanya dimanipulasi untuk mencapai liquid holdup yang
tinggi untuk meningkatkan efisiensi laju perpindahan massa dan laju reaksi.

Perpindahan panas dan perpindahan massa : Perpindahan panas dan perpindahan massa
menjadi penting saat reaksi terjadi pada perpindahan massa yang terbatas atau reaksi yang
sensitive terhadap temperature.
Beberapa factor diatas dapat diperoleh variable yang diinginkan dengan cara memanipulasikan
struktur bed, tipe tipe struktur packing konvensioanal yang digunakan pada reaktor trickle bed yaitu
gauze packing, corrugated sheet packing, mesh-type packing, monoliths atau honeycomb, dan three
layer packing.

Gambar 6. Berberapa tipe struktur bed


Scale up dan Scale down pada reaktor

Scale up dan scale down merupakan langkah penting dalam teknik reactor dari
reactor trickle bed. Metodologi scale up dan scale down dimulai dengan mengevaluasi
parameter kinetic, untuk scale up membutuhkan data eksperimen pada skala yang lebih
kecil (pilot plant), parameter kinetic dan evaluasi termodinamika, model matematis untuk
menghitung perangkat reactor dan parameter hidrodinamika, kemudian dilakukan scale up
pada reactor dengan memperoleh diameter reactor yang besar, meratanya liquid, dan
transfer panas yang kecil. Untuk scale down, setelah mengevaluasi parameter kinetic,
dilakukan perubahan informasi dari skala besar ke skala kecil, memodelkan perangkat
reactor dan hidrodinamika secara matematis, kemudian dilakukan scale down dengan
memperoleh rasio diameter reactor terhadap diameter partikel (D/dp) yang rendah, variasi
porositas tinggi, pembasahan sebagian, dan aliran pada dinding. Variasi parameter dengan
skala berbeda beda dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Variasi parameter dengan skala berbeda beda

Aplikasi reactor tricke bed

Reactor trickle bed mempunyai beberapa keuntungan seperti menyederhanakan


operasi, pemuatan katalis per unit volume tinggi, dan biaya kapital dan biaya operasi yang
rendah. Contoh dari pengaplikasian raktoe trickle bed adalah proses reaksi hidrogenasi,
reaksi hidropr oses, dan reaksi oksidasi. Dalam proses reaksi hidrogenasi, komposisi organic
tak jenuh dikontakkan dengan hydrogen pada permukaan katalis aktif untuk membuat
derajat kejenuhan komposisi organic yang bervariasi. Katalis yang digunakan bisa berbahan
logam maupun non logam seperti Palladium, Platinum, Ruthenium, Rhodium, Nickel,
Cobalt, Molybdenum, Copper, dan kombinasi silica, alumina ataupun karbon aktif. Contoh
reaksi hidrogenasi Achetophenon (ACPH) dengan mekanisme reaksi sebagai berikut :
Dimana laju hidrogenasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut

(1)

Dengan skematik perancangan alat pada Gambar 7(a), diperoleh kecenderungan efek dari
kecepatan liquid pada reaksi hidrogenasi yaitu semakin tinggi kecepatan liquid maka laju
dehidrogenasi akan semakin menurun seperti yang terlihat dalam Gambar 7(b).

(a)
(b)

Gambar 7. (a) skematik alat reactor trickle bed untuk reaksi dehidrogenasi,
(b) efek kecepatan liquid pada laju dehidrogenasi dengan berbagai
temperatur

Reaksi hidroproses biasanya terdapat pada industri petroleum merupakan prosespenting


untuk memproduksi bahan bakar, meingkatkan minyak sintetis dan proses pencairan batu
bara. Proses ini dibutuhkan untuk mengontrol emisi sulfur dan nitrogen untuk meningkatkan
alat pembuangan. Emisi gas dibutuhkan untuk respon kualitas bahan bakar (bilangan oktan,
kelarutan, warna dan sebagainya), contohnya penyulingan bahan bakar hydrogenasi (HYD)
dan hydrodearomatic (HDA) menikuti asumsi :

1. Tekanan reactor seragam (pressure drop tidak signifikan diabndingkan tekanan


operasi).

2. Reaktor trickle bed bereaksi secara isothermal (terbatasnya perpindahan panas).

3. Fase gas terdapat hydrogen dan produk H2S, hukum gas ideal diaplikasikan.

4. Reaktan fase liquid non volatile.

5. Transfer massa gas-liquid terbatas.

6. Partikel katalis terbasahi sempurna

Reaksi yang terjadi :

(a) (b)

Dari gambar 8(b) dapat dilihat juga bahwa pada reactor skala komersial memberikan
konversi yang lebih tinggi daripada reactor skala laboratorium dengan suhu optimal 633 K.

Reaksi oksidasi dengan katalis padatan merupakan aplikasi penting menggunakan reactor
trickle bed, contohnya oksidasi SO2 menjadi SO3 untuk manufaktur asam sulfur dan
penghilang SO2 sebagai polutan, pengolahan limbah untuk menghilangkan polutan organic,
dan oksidasi larutan polutan organic dari limbah industri. Reactor trickle bed memberikan
keuntungan yang signifikan (contohnya kecilnya kehilangan aktivitas katalis dikarenakan
polimerisasi) dibandingkan reactor lainnya untuk proses udara basah.

Contoh Soal Trickle Bed Reactor

Hidrogenasi dari organik tak jenuh yang akan dibawa ke dalam reaktor trickle bed dengan
diameter 0.20 cm partikel katalis yang berbentuk speris.

Reaksi di dalam pelet merupakan reaksi orde satu untuk keduanya yaitu Hidrogen dan
organik. Hidrogen dan nitrogen diumpankan dalam keadaan equmolar pada saat tekanan
totalnya 20 atm dan laju molar total 10 mol/s. Diameter reaktor adalah 1.0 m. Kecepatan
aliran massa superfisial adalah 5.0 kg/m2.s. Gradien tekanan yang sesuai melalui bed adalah
25 kPa/m.

Sebagai pendekatan pertama, asumsikan bahwa konsentrasi organik adalah konstan dan laju
reaksi semu orde satu adalah 3x10-5 m3/kg.catalyst pada temperatur 400 K.

(a) Untuk setiap tahapan perpindahan, perhitungkan fraksi dari total hambatan untuk
perpindahan massa dan reaksi.
(b) Hitunglah berat katalis yang dibutuhkan untuk mencapai 55% konversi dari hidrogen.

Informasi tambahan :
(a) Anggap A = H 2, B = organik tak jenuh, C = organik jenuh

1. Mole balance pada H2 (A) :

2. Hukum Laju. Assumsikan konsentrasi reaktan konstan liquid untuk konversi lemah B:

dengan

3. Stoikiometri. Konsentrasi fase gas isotermal adalah

4. Pressure Drop
5. Menggabungkan Yields

Setelah diintegrasikan, memberikan

6. Evaluasi Parameter :
a. Kelarutan (Solubility)

b. Difusi internal dan reaksi

Untuk nilai yang besar dari Modulus Thiele :

c. Absorpsi Gas
d. Transfer dari permukaan gas-cairan ke bulk cairan

dari korelasi untuk cairan organik,

Telah dicatat bahwa korelasi ini memberikan transfer massa yang terlalu rendah:

e. Hambatan dari bulk cairan ke katalis

f. Hambatan total dan presentase


Hambatan Individual

(b) Hitunglah berat katalis

Substitusi Yields

Volume reaktor yang sesuai untuk berat katalis adalah

Total tinggi reaktor

Tiap 4 tower berdiameter 1-m dengan tinggi 12.2 m yang terhubung secara series akan
mencukupi.
Memeriksa asumsi sebelumnya untuk CB konstan

Oleh karena itu, asumsi kita terhadap konsentrasi organik pada dasarnya konstan adalah tepat.

Anda mungkin juga menyukai