OLEH :
VITO MASAGUS JUNAIDY
2013-060-128
OLEH :
VITO MASAGUS JUNAIDY
2013-060-128
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Tim Penguji
Penguji,
i
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Ketua Sidang,
Penguji
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan tidak ada bagian dari
tulisan ini yang telah dipublikasikan dan merupakan hal intelektual pihak lainnya,
kecuali yang telah dinyatakan dalam referensi. Apabila saya melanggar pernyataan
ini, saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di
lingkungan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
NIM : 2013060128
iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, saya yang
bertanda tangan dibawah ini :
Segala tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah
ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 7 November 2016
Yang menyatakan,
v
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
Jakarta, 7 November 2016
ABSTRAK
Hubungan Pola Asuh Dan Relasi Keluarga Pada Siswa-Siswi Sekolah Menengah
Pertama Dengan Perilaku Bullying Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara
Tujuan : Mengetahui hubungan pola asuh dan relasi keluarga pada siswa-siswi SMP
dengan perilaku bullying Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara.
Metode : Penelitian ini potong lintang pada 1.224 siswa-siswi SMP Kelurahan
Penjaringan Jakarta Utara. Responden mengisi kuesioner demografi, pola asuh, dan
family cohesion and adaptation scale (FACES III). Analisis data secara univariat dan
multivariat.
Kata Kunci :Perilaku bullying, pola asuh, relasi keluarga, siswa-siswi, remaja
vi
FACULTY OF MEDICINE
ATMAJAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA
Jakarta,November 7th 2016
ABSTRACT
Relation between Parenting Style and Family Relationship among Junior High
School Students with Bullying in Penjaringan North Jakarta
Background : Bullying is a health issue around the world which the prevalence and
the impact is increasing. Emotional and behavioral problems as a result of bullying
behavior impact on adolescent development, family, school and community.
Purposes : To know relation between parenting style and family relationship among
junior high school students with bullying in Penjaringan North Jakarta.
Methods : This cross sectional research was done on 1.224 students of junior high
school in Penjaringan North Jakarta. Respondents filled out a questionnaire on
demographic, parenting style, and family cohesicon and adaption scale (FACES III).
Analysis of this data is univariate and multivariate.
KATA PENGANTAR
vii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, penyusunan karya tulis ilmiah (KTI) yang berjudul Hubungan pola
asuh dan relasi keluarga pada siswa-siswi SMP dengan perilaku bullying Kelurahan
Penjaringan Jakarta Utara dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan KTI ini banyak kendala dan
kekurangan namun berkat bimbingan, kerjasama, dan bantuan dari berbagai pihak
dan Tuhan Yang Maha Esa, kendala tersebut dapat teratasi. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Surilena,
Sp.KJ (K) selaku pembimbing utama yang telah dengan sabar, tekun, dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama tiga semester terakhir untuk
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran yang sangat berharga kepada
penulis selama proses pembuatan KTI. Ucapan terimakasih juga ingin penulis
sampaikan kepada dr. Stefanus Lembar Sp.PK selaku penguji, tidak hanya menguji
tetapi beliau memberikan banyak masukan berharga untuk KTI ini.
Selanjutnya tidak lupa penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua penulis yaitu Bapak dr. Junaidy Fredy, Ibu Silvia Rutini, dan adik Jane
Belinda Junaidy yang selalu mendoakan, memberikan dukungan moril, materil dan
saran selama proses pembuatan KTI. Terima kasih juga kepada semua teman penulis
yang telah menjadi tempat dukungan moril, pemberi motivasi dan membantu dalam
proses pembuatan KTI ini.
Penulis menyadari bahwa KTI ini jauh dari sempurna, sehingga penulis ingin
memohon maaf jika masih ada pihak - pihak yang dirugikan maupun yang belum
disebut dalam ucapan terimakasih ini. Apabila terdapat kekurangan maupun
kesalahan dalam KTI ini agar dapat memberikan kritik dan saran seperlunya. Akhir
kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat membantu mahasiswa lain untuk terus
melakukan penelitian dan bermanfaat untuk kita semua. TerimaKasih.
Penulis
DAFTAR ISI
viii
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................................ii
PANITIA SIDANG UJIAN KARYA TULIS ILMIAH.........................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................3
1.4 Manfaat....................................................................................................3
1.4.1. Bagi Keluarga................................................................................3
1.4.2. Bagi Bidang Akademik (sekolah)..................................................3
1.4.3. Bagi Layanan Kesehatan Anak dan Remaja..................................3
1.4.4. Bagi Masyarakat............................................................................4
1.4.5. Bagi Penelitian...............................................................................4
ix
Perilaku Bullying........................................................................15
2.3.4 Assesment Pola Asuh orang tua.................................................16
2.4 Relasi Keluarga....................................................................................16
2.4.1 Relasi Keluarga..........................................................................16
2.4.2 Assesment Relasi Keluarga.........................................................18
2.5 Kerangka Teori.....................................................................................21
x
5.3 Gambaran Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi dengan
Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta
Utara...................................................................................................31
5.4 Hubungan antara Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi
dengan Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan,
Jakarta Utara.......................................................................................32
5.5 Uji Analisis Regresi Logistik Pola Asuh Exposure dan Perilaku
Bullying positif (korban dan korban sekaligus pelaku) pada SMP di
Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.................................................33
BAB VI PEMBAHASAN..........................................................................................34
6.1 Gambaran Karakteristik Demografi Responden ..............................34
6.2 Gambaran Perilaku Bullying berdasarkan karakteristik demografi
pada Siswa-Siswi SMP di Kelurahan Penjaringan..........................34
6.3 Gambaran Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi dengan
Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta
Utara................................................................................................37
6.4 Hubungan antara Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi
dengan Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan,
Jakarta Utara......................................................................................37
6.5 Uji Analisis Regresi Logistik Pola Asuh Exposure dan Perilaku
Bullying positif (korban dan korban sekaligus pelaku) pada SMP di
Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara...............................................38
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................39
7.1 Kesimpulan .......................................................................................39
7.2 Saran...................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................41
LAMPIRAN...............................................................................................................47
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Tabel karakteristik demografi dan peran perilaku bullying pada siswa SMP
Penjaringan, Jakarta Utara ....................................29
Tabel 5.2 Gambaran Perilaku Bullying berdasarkan karakteristik demografi Siswa-
Siswi SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.31
Tabel 5.3 Gambaran Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi dengan
Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta
Utara.32
Tabel 5.4 Hubungan antara Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi dengan
Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara32
Tabel 5.5 Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Pola Asuh Exposure dan Perilaku
Bullying positif (korban dan korban sekaligus pelaku) pada SMP di
Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara....33
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
prevalensinya, khusunya usia 12-15 tahun. Dampak perilaku bullying pada remaja
sangat kompleks dan dapat berlanjut sampai dewasa bahkan lansia. Dampak perilaku
bullying pada korban maupun pelaku antara lain depresi, cemas, gangguan tingkah
laku, penolakan sekolah, penurunan prestasi akademik, bahkan seperti drop out dari
sekolah dan bunuh diri. Oleh karenanya, upaya pencegahan perilaku bullying di
sekolah memerlukan kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua. 8,9,10,11
Berdasarkan kondisi di atas dan belum banyaknya data penelitian mengenai
peranan orang tua terutama pola asuh dan tipe relasi keluarga yang berkaitan dengan
perilaku bullying (korban maupun pelaku) di Indonesia khususnya Jakarta, maka
peneliti berminat melakukan penelitian mengenai bagaimana hubungan antara pola
asuh dan relasi keluarga dengan perilaku bullying siswa-siswi Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Indonesia, khususnya Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.
5. Mengetahui gambaran pola asuh pada siswa-siswi SMP negeri dan swasta
pengamat bullying di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara
6. Mengetahui relasi keluarga pada siswa-siswi SMP negeri dan swasta
pelaku bullying di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara
3
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan data mengenai perilaku
bullying, gambaran pola asuh, dan tipe relasi keluarga pada anak remajanya
dengan perilaku bullying terutama di sekolah. Diharapkan orang tua dapat
menerapkan pola asuh dan relasi keluarga yang sesuai dengan kondisi
perkembangan anak remajanya serta dapat melakukan upaya deteksi dini,
pencegahan, dan penanganan perilaku bullying pada anak remajanya,
terutama di sekolah.
1.4.2 Bagi Bidang Akademik (sekolah)
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan data pada Sekolah
mengenai hubungan antara pola asuh dan tipe relasi keluarga dengan
perilaku bullying siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama di Kelurahan
Penjaringan, Jakarta Utara. Diharapkan sekolah dapat melakukan upaya
deteksi sedini mungkin dan melakukan upaya pencegahan perilaku bullying,
di sekolah dengan mengikutsertakan orang tua siswa.
1.4.3 Bagi Layanan Kesehatan Anak dan Remaja
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan data mengenai
hubungan antara pola asuh dan tipe relasi keluarga dengan perilaku bullying
siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama di Kelurahan Penjaringan, Jakarta
Utara. Penatalaksanaan perilaku bullying pada siswa-siswi SMP adalah
komprehensif dan holistik baik aspek fisik dan mental dengan
mengikutsertakan penatalaksanaan orang tua siswa-siswi.
4
2.1 Remaja
5
6
mata atau telinga jika tidak cukup awas mendeteksinya. Praktek bullying
ini terjadi diam-diam dan sulit terdeteksi, seperti memandang sinis,
memandang penuh ancaman, mendiamkan, mengucilkan, meneror lewat
pesan pendek telepon genggam atau e-mail, memandang yang
merendahkan, memelototi, dan mencibir.18,19
2.2.3 Karakteristik Perilaku Bullying
Umumnya pelaku bullying memiliki fisik besar dan kuat, namun
ada juga yang berbadan kecil namun cenderung memiliki dominasi yang
besar di lingkungan teman-temannya. Pelaku bullying dinilai menjadi
inisiator, agresor dan provokator dalam perilaku bullying. Pelaku
biasanya menganggap dirinya kuat dan punya kedudukan lebih tinggi
sehingga melakukan tindakan bullying pada teman yang dianggap lebih
lemah dan lebih rendah dalam status sosial dibandingkan dirinya. Secara
emosional pelaku bullying memiliki emosi tidak stabil, mudah marah,
impulsif, agresif, moody, pendendam, pencuriga, serta sering berpikiran
negative dan irasional. Pelaku bullying memiliki gangguan dalam
bersosialisasi, tidak dapat menjalin hubungan akrab dengan lingkungan
sekitarnya, anti sosial dan terisolir dari lingkungannya. Karakteristik
pelaku bullying yakni suka mendominasi orang lain, tidak peduli, tidak
memiliki rasa bersalah, tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya,
suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Dampak yang dirasakan pelaku bullying saat dewasa adalah
menjadi lebih agresif dan lebih mudah terlibat dalam kekerasan rumah
tangga, atau kekerasan di tempat kerja, melakukan tindakan illegal di
masyarakat, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.18,19
Korban bullying adalah target pelaku dalam perilaku bullying.
Korban bullying umumnya memiliki fisik yang lemah dan tidak memiliki
kedudukan dalam status sosialnya. Korban bullying biasanya memiliki
sesuatu yang berbeda dari lingkungannya, misalkan perbedaan ras, suku
bangsa, agama, bakat (terlalu bodoh atau terlalu cerdas), fisik (terlalu
kurus, terlalu gemuk, terlalu tinggi, terlalu pendek) atau keadaan
ekonomi (terlalu miskin atau terlalu kaya). Perubahan emosional dan
perilaku korban akibat perilaku bullying terlihat pada kehidupan sehari-
hari, korban menjadi pemurung, pemalu, depresi, cemas, hilangnya
8
a) Keluarga
Anak remaja dari keluarga dengan status ekonomi rendah memiliki
risiko menjadi korban dan atau pelaku bullying. Hubungan orang
tua dengan anak laki-laki terlalu erat dapat meningkatkan risiko
menjadi korban bullying. Sedangkan, orang tua yang bercerai,
otoriter, suka menghukum anak meningkatkan risiko anak remaja
untuk menjadi pelaku bullying. Anak yang mengalami
penganiayaan (abuse) secara fisik dan emosional juga berisiko
tinggi untuk terlibat dalam perilaku bullying. Sedangkan, orang tua
yang responsif, suportif, relasi dan komunikasi dalam keluarga baik
dengan anaknya dapat menurunkan risiko anak remajanya
mengalami perilaku bullying.25
b) Sekolah
Penelitian (2011), menyatakan bahwa bosan yang dirasakan di
sekolah menjadi salah satu faktor terjadinya perilaku bullying.
Selain itu, tidak adanya intervensi dari sekolah mengenai perilaku
bullying (program anti bullying), kepedulian guru yang masih
kurang terhadap perilaku bullying, dan tidak adanya petugas dan
guru sekolah yang mengawasi pada waktu dan tempat dimana
perilaku bullying sering terjadi (istirahat dan di koridor kelas)
meningkatkan risiko terjadinya perilaku bullying.36 Penelitian
(2010), menunjukkan program anti bullying terbukti efektif dalam
menurunkan angka kejadin bullying di sekolah hingga 20-23%.37
c) Masyarakat
Penelitian (2006), yang mengevaluasi program anti bullying yang
dibuat oleh pemerintah, tidak menemukan perubahan signifikan
terhadap frekuensi bullying, akan tetapi terdapat peningkatan yang
signifikan mengenai perspektif siswa-siswi terhadap program anti
bullying sehingga banyak siswa-siswi yang memiliki sikap anti
bullying.38
2.3 Pola Asuh Orang Tua
2.3.1 Pengertian Pola Asuh
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan
anak-anaknya, yang meliputi cara orangtua menerapkan aturan-aturan,
memberikan perhatian, dan membesarkan anak. Pola asuh adalah suatu
11
o Flexibility enmeshed
o Flexibility disengange
o Structurally enmeshed
o Structurally disanged
o Rigidly connected
- Keluarga
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
Demograf:
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Suku
- Urutan anak dalam keluarga
Perilaku Bullying
22
23
METODOLOGI PENELITIAN
Dari jumlah total tersebut akan discreening adanya perilaku bullying yang
telah dilakukan oleh Gracelia (2013-060-109) dalam penelitian yang berjudul
Gambaran Perilaku Bullying pada Siswa-Siswi Sekolah Menengah Pertama di
Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi
SMP di Kelurahan penjaringan dengan Perilaku Bullying yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi dan sampel penelitian diambil secara consecutive sampling.
24
25
Anya T.P (1990) dengan nilai cronbach alpha 0,698 dan diisi oleh orang
tua.
Tipe relasi keluarga diklasifikasikan ke dalam seimbang (balanced),
kisaran tengah (mid-range), dan ekstrem (extreme). Tipe relasi keluarga
seimbang adalah keluarga dengan dimensi kedekatan dan fleksibilitas yang
jatuh pada kategori flexibly separated, flexibly connected, structurally
separated, dan structurally connected. Sedangkan tipe relasi keluarga yang
tergolong mid-range adalah yang berada pada kategori chaotically
separated, chaotically connected, flexibility enmeshed, flexibility
disengange, structurally enmeshed, structurally disanged, rigidly
connected. Sedangkan tipe relasi keluarga kategori tidak seimbang adalah
yang berada pada kategori rigidly disenganged, rigidly enmeshed,
chaotically enmeshed, dan chaotically disenganged.
4.7 Analisis Data
Data dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan SPSS
versi 17. Karakteristik responden, pola asuh dan relasi keluarga dianalisis
dengan univariat, bivariat, multivariat dengan analisis regresi logistik.
27
Hasil
(entry, editing, coding, Penelitian
cleaning, analyzing data)
BAB V
HASIL PENELITIAN
tipe relasi keluarga dengan perilaku bullying siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama
di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.
5.1 Gambaran karakteristik demografi dan peran perilaku bullying pada siswa
SMP Penjaringan, Jakarta Utara
Responden penelitian ini sebanyak 1.224 orang dengan range usia 11-17 tahun,
dan terbanyak dijumpai pada usia 14 tahun (32%), perempuan (54.7%), siswa-siswi
kelas I SMP (33.7%). Anak sulung (45.5%), dan suku Jawa (47.9%). (Tabel 5.1)
Tabel 5.1 Tabel karakteristik demografi dan peran perilaku bullying pada siswa
SMP Penjaringan, Jakarta Utara
Variabel N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 555 45,3
Perempuan 669* 54,7*
Usia
11 7 0,6
12 140 11,4
13 365 29,8
14 392* 32,0*
15 269 22,0
16 40 3,3
29
17 11 0,9
Pendidikan
SMP I 412* 33,7*
SMP II 409 33,4
SMP III 403 32,9
Urutan Anak dalam keluarga
Anak Sulung 557* 45,5*
Anak Tengah 304 24,8
Anak Bungsu 363 29,7
Suku
Jawa 586* 47,9*
Sunda 131 10,7
Betawi 267 21,8
Batak 9 0,7
Tionghoa 115 9,4
Minang 19 1,6
Lain-lain 97 7,9
Peran PerilakuBullying
Korban 206* 46,9*
Pelaku 100 22,8
Korban sekaligus pelaku 133 30,3
Total perilaku bullying 439 35,9
Pengamat 785* 64,1
(16.6%) dijumpai pada siswa-siswi kelas I SMP, (23%) anak sulung, dan berasal dari
suku Jawa (22.3%). (Tabel 5.2)
5.3 Gambaran Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi dengan
Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1193 dari 1224 (97.5%) responden
memiliki pola asuh Exposure (Pola asuh yang tidak diharapkan; pola asuh otoriter,
pola asuh permisif dan pola asuh campuran). Penelitian ini juga menunjukkan tipe
relasi keluarga terbanyak pada responden adalah tipe mid range (66.7%) sedangkan
tipe relasi keluarga yang ekstrem (yang tidak diharapkan) (14.4%). (Tabel 5.3)
Tabel 5.3 Gambaran Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-
Siswi dengan Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan
Penjaringan, Jakarta Utara
Karakteristik N %
Pola Asuh
Non-Exposure 31 2,5
Exposure 1193 97,5*
Relasi Keluarga
Seimbang 234 18,9
(Balanced)
Kisaran Tengah 811 66,7*
(Mid Range)
Ekstrem (Extreme) 179 14,4
* responden terbanyak
32
5.4 Hubungan antara Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi dengan
Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara
Uji analisis bivariat ( uji chi-square) menunjukkan terdapat hubungan signifikan
(p<0.05) antara peran perilaku bullying terlibat sebagai korban dan terlibat sebagai
korban sekaligus pelaku dengan pola asuh orang tua. (Tabel 5.4)
Tabel 5.4 Hubungan antara Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada
Siswa-Siswi dengan Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan
Penjaringan, Jakarta Utara
5.5 Uji Analisis Regresi Logistik Pola Asuh Exposure dan Perilaku Bullying
positif (korban dan korban sekaligus pelaku) pada SMP di Kelurahan
Penjaringan, Jakarta Utara
Uji analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik tidak menunjukkan
hubungan signifikan (p<0.05) antara peran perilaku bullying yang terlibat sebagai
korban dan korban sekaligus dengan tipe pola asuh orang tua. (Tabel 5.5)
Tabel 5.5 Uji Analisis Regresi Logistik Pola Asuh Exposure dan Perilaku
Bullying positif (korban dan korban sekaligus pelaku) pada SMP di Kelurahan
Penjaringan, Jakarta Utara
Variabel OR p CI 95%
Min Maks
Korban 0,963 0,94 0,36 2,574
pelaku
BAB VI
PEMBAHASAN
6.4 Hubungan antara Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi dengan
Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara
Hasil uji analisis bivariat dengan chi-square menunjukkan terdapat hubungan
bermakna antara perilaku bullying (korban dengan p=0,02 dan korban sekaligus
pelaku dengan p=0,04) dengan tipe pola asuh exposure. Penelitian Annisa
menyatakan terdapat hubungan bermakna antara tipe pola asuh orangtua terhadap
perilaku bullying (p=0,002). Rigby menyatakan bahwa pola asuh orang tua memiliki
hubungan terhadap perilaku bullying anaknya di sekolah, kemampuan interaksi anak,
perilaku agresif, dan harga diri anak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara tipe relasi keluarga dengan perilaku bullying
(p=>0,05).57,58
6.5 Uji Analisis Regresi Logistik Pola Asuh Exposure dan Perilaku Bullying
positif (korban dan korban sekaligus pelaku) pada SMP di Kelurahan
Penjaringan, Jakarta Utara
Berdasarkan studi sebelumnya diperoleh, bahwa terdapat hubungan bermakna
antara pola asuh exposure dan perilaku bullying (korban dan korban sekaligus
pelaku). Berdasarkan uji multivariat regresi logistik diperoleh tidak ada hubungan
antara pola asuh exposure dengan perilaku bullying (korban dan korban sekaligus
pelaku) (p=>0.05). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Georgiou
(2008) yang menyatakan pola asuh exposure memiliki resiko 2,3 kali dan penelitian
Ahmed (2014) yang menyatakan pola asuh exposure memiliki resiko 3,4 kali
dibandingkan pola asuh non-exposure. Hal ini kemungkinan disebabkan Karena
karakteristik responden yang berbeda dan 97.5% diasuh dengan pola asuh yang tidak
diharapkan.59,60,61
BAB VII
7.1. Kesimpulan
Perilaku bullying pada siswa-siswi SMP kelurahan Penjaringan Jakarta Utara
adalah (35.9%) diantaranya (46.9%) korban, (30.3%) korban sekaligus
pelaku, (22.8%) pelaku, dan pengamat dalam perilaku bullying adalah
(64.1%).
Terdapat (97.5%) siswa-siswi SMP kelurahan Penjaringan memiliki pola asuh
exposure, sebanyak (66.7%) dengan tiperelasi keluarga mid range, dan
(14.4%) dengan tipe relasi keluarga ekstrem.
Terdapat hubungan yang bermakna antara peran perilaku bullying (korban
p=0.02 dan korban sekaligus pelaku p=0.04) dengan pola asuh exposure.
Hasil analisis multivariat regresi logistik menemukan tidak ada hubungan
antara peran perilaku bullying (korban dan korban sekaligus pelaku) dan pola
asuh exposure (p=>0,05).
7.2. Saran
Fenomena perilaku bullying di seluruh dunia termasuk Indonesia
memiliki dampak yang luas, bukan hanya pada remaja tersebut, namun juga
berdampak pada orang tua dan keluarganya. Pada penelitian ini perilaku
bullying pada siswa-siswi SMP kelurahan Penjaringan Jakarta Utara cukup
tinggi, yaitu sekitar 35.9%. Sedangkan pola asuh exposure sebanyak 97.5% dan
relasi keluarga ekstrem 14.4%.
Siswa dengan perilaku bullying yang disertai pola asuh exposure (pola
asuh tidak diharapkan) dan relasi keluarga ekstrem dapat memberikan dampak
yang kompleks dan jangka panjang bagi perkembangan siswa serta pendidikan
yang dijalaninya. Kondisi tersebut juga berdampak pada keluarga, masyarakat,
dan negara. Oleh sebab itu, diperlukan kerjasama dengan orang tua dan guru
dalam mengawasi tumbuh kembang anaknya sejak kecil sehingga perilaku
bullying (terutama korban dan korban sekaligus pelaku) dapat dihindari.
Meskipun secara statistik tidak terdapat hubungan antara pola asuh dengan
perilaku bullying pelaku dan relasi keluarga dengan perilaku bullying, bukan
berarti faktor resiko tersebut tidak ada.
Oleh karena itu perlu adanya :
1. Upaya skrining adanya perilaku bullying dan masalah perilaku emosi pada
anak-anak sekolah yang dapat dimulai dari pendidikan SD, SMP, SMA
hingga universitas agar dapat segera diintervensi sedini mungkin dan
dampaknya khusus bagi siswa dapat dicegah secara dini.
2. Upaya pencegahan perilaku bullying di sekolah antara lain, membuat
program anti bullying, memasukkan sebagai salah satu topik pembelajaran
tentang perilaku bullying, dampak dan cara pencegahannya, serta
memberikan wadah pada siswa yang menjadi korban untuk melapor.
3. Upaya pencegahan perilaku bullying di keluarga dengan menerapkan
polaasuh non-exposure (pola asuh demokratis) dan relasi keluarga yang
seimbang.
4. Upaya pencegahan perilaku bullying di Negara dengan menggunakan media-
media yang ada untuk mengajari pentingnya menghindari tindakan bullying.
5. Upaya kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua dalam rangka mencegah
terjadinya perilaku bullying.
6. Upaya koreksi perilaku bullying yang sudah ada dengan bantuan ahlinya
(psikiater dan psikolog)
7. Untuk penelitian yang akan datang, disarankan untuk mengambil sampel
melalui penelitian yang sudah ada dengan melakukan penyaringan responden
dengan perilaku bullying terlebih dahulu. Hal ini untuk mengurangi mayoritas
responden pada kategori tertentu yang membuat persebaran karakteristik
tidak merata.
DAFTARPUSTAKA
6. Bakhla, A., Sinha, P., Sharan, R., Binay, Y., Verma, V., &Chaudhury, S. (2013).
Anxiety in school students: Role of parenting and gender. Industrial Psychiatry
Journal, 22(2), 131-137.
8. Nansel TR, Overpeck M, Pilla RS, Ruan WJ. Bullying behaviors among US
youth: Prevalence and association with psychosocial adjustment. JAMA. 2001 Apr
25;285(16):2094-100.
16. Nansel TR, Overpeck M, Pilla RS, Ruan WJ, al e. Bullying behaviors among US
youth: Prevalence and association with psychosocial adjustment. JAMA 2001
Apr 25;285(16):2094-100.
19. UsmanI.PerilakuBullyingDitinjaudariPeranKelompokTemanSebayadanIklimSek
olahPadaSiswa SMA di Kota Gorontalo. UniversitasNegeri Gorontalo. 2010.
Responden,
Jakarta, ............................. 2016
(.................................................)
Kuesioner Demografi
Nama :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat :
Sekolah :
Kelas : 1. Kelas I
2. Kelas II
3. Kelas III
Urutan Anak dalam Keluarga : 1. Sulung
2. Tengah
3. Bungsu
Suku : 1. Jawa
2. Sunda
3. Betawi
4. Batak
5. Tionghua
6. Minang
7. Lainnya
Di halaman berikut ada pertanyaan tentang hubungan orang tua anak dalam bentuk
pengasuhan anak sehari-hari.
Tidak ada penilaian benar atau salah.
Jawablah semua pertanyaan, jangan ada pertanyaan yang dibiarkan kosong.
2. Apakah orang tua anda marah bila anda lalai bantu-bantu di rumah ?
A. Kadang-kadang B. Selalu C. Tidak
3. Apakah orang tua anda marah bila anda dipanggil tidak segera datang ?
A. Kadang-kadang B. Tidak C. Tidak pernah
10. Apakah orang tua anda sering ngobrol dengan anda ini ?
A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak
11. Apakah orang tua perhatian bila anda bicara ?
A. Selalu B. Tidak C. Kadang-kadang
12. Apakah orang tua yang merapikan tas dan buku sekolah anda ?
A. Kadang-kadang B. Selalu C. Tidak pernah
14. Apakah orang tua menekankan agar anda menjadi juara kelas ?
A. Tidak pernah B. Ya C. Kadang-kadang
15. Apakah orang tua menekankan anda untuk dapat ranking di kelas ?
A. Tidak pernah B. Ya C. Kadang-kadang
16. Apakah orang tua mau mengerti bila anda tidak dapat memenuhi harapan
orang tua ?
A. Kadang-kadang B. Tidak C. Selalu
17. Apakah orang tua menekankan pada anda, belajar keras agar berhasil jadi
dokter atau insinyur atau polisi atau ABRI sesuai keinginan orang tua ?
A. Tidak pernah B. Selalu C. Kadang-kadang
18. Apakah orang tua sering membandingkan anda ini dengan kakak atau adik
atau teman anda?
A. Tidak B. Ya C. Kadang-kadang
19. Apakah perlakuan orang tua pada anda berbeda dengan kakak atau adiknya ?
A. Tidak B. Ya C. Sering sekali
22. Apakah orang tua mengatakan pada anda, jangan suka melawan nanti dosa ?
A. Tidak pernah B. Ya C. Sering sekali
23. Apakah orang tua marah bila anda terus memaksa minta dibelikan mainan /
jajan ?
A. Sering kali B. Ya C. Tidak pernah
24. Apakah anda boleh main ke rumah teman ?
A. Kadang-kadang B. Tidak C. Selalu
25. Apakah orang tua menekan, anda tidak boleh pulang terlambat dari sekolah ?
A. Kadang-kadang B. Selalu C. Tidak pernah
B
1. Apakah anda diingatkan oang tua untuk ibadah ?
A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak
3. Apakah anda harus hafal ayat-ayat dalam kitab suci yang telah diajarkan,
walaupun anda belum memahami maknanya ?
A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak
5. Sesuai budaya deaerah anda, apakah pendidikan anak laki-laki dan anak
perempuan sama tinggi ?
A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak
6. Apakah dalam ajaran agama anda anak laki-laki dan perempuan diperlakukan
sama ?
A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak
Vito, Surilena
Telepon : 021-6693168
vitomasagus77@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Background : Bullying is a health issue around the world which the prevalence and
the impact is increasing. Emotional and behavioral problems as a result of bullying
behavior impact on adolescent development, family, school and community.
Purposes : To know relation between parenting style and family relationship among
junior high school students with bullying in Penjaringan North Jakarta.
Methods : This cross sectional research was done on 1.224 students of junior high
school in Penjaringan North Jakarta. Respondents filled out a questionnaire on
demographic, parenting style, and family cohesicon and adaption scale (FACES III).
Analysis of this data is univariate and multivariate.
Results : The prevalence of bullying in junior high school students in Penjaringan is
(35.9%) including (46.9%) involved as victims, (30.3%) as a victim and perpetrator,
(22.8%) as a perpetrator, (64.1%) as an observer. There is (97.5%) of respondents
with exposure parenting sytle and (14.4) extreme family relationship. Analysis using
bivariate; chi-square revealed that exposure parenting style affected bullying
behaviour as victim (p=0.02) and as victim and perpetrator (p=0.04). Analysis using
multivariate; logistic regression revealed that exposure parenting style not affected
positive bullying behaviour (victim and victim and perpetrator).
Conlusions : Analysis using bivariate; chi-square revealed that exposure parenting
style affected bullying behaviour as victim and as victim and perpetrator. Exposure
parenting style (authoritarian, permissive, mixed) had a role in the occurrence of
bullying behaviour among adolescence.
PENDAHULUAN
Remaja merupakan fase transisi dari masa anak menuju dewasa (yaitu sekitar
1,2
umur 13 19 tahun). Erikson menyatakan bahwa remaja berada dalam tahap
kebingungan dan pencarian identitas yang disertai adanya perubahan diri, seperti
perubahan fisik, kematangan usia, perubahan hormonal, membentuk identitas atau
jati dirinya.3Masa remaja adalah masa mengekspolarasi diri lebih dalam untuk
memupuk kepercayaan diri dan merasa lebih nyaman jika berkelompok bersama
peer groupnya. Remaja seringkali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit seperti
tugas sekolah, seksualitas, narkoba, alkohol, dan kehidupan sosial yang dapat
berdampak pada masalah perilaku dan emosi.1,2
Keluarga, terutama orang tua sangat berperan dalam proses perkembangan
anak remajanya. Orang tua dalam mengarahkan dan membimbing anak remajanya
memerlukan relasi keluarga yang seimbang dan pola asuh yang disesuaikan dengan
perilaku anak remajanya. Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh demokrasi dan
relasi keluarga balanced dapat membantu pertumbuhan anak yang optimal.4Pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang ideal bagi remaja, mampu memberikan arahan
dan batasan secara jelas apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan, tanpa terlalu membatasi serta bersikap reaktif saat remaja mengambil
keputusan.
Penelitian pada 588 remaja di USA menunjukkan bahwa remaja dengan pola
asuh demokratis memiliki tingkat cemas lebih rendah dan relasi keluarga balanced
dibandingkan dengan tipe pola asuh lainnya.5,6 Pola asuh otoriter (extreme) dan relasi
keluarga buruk dapat membentuk hubungan orang tua dan anak yang tidak kondusif,
sehingga dapat berdampak timbulnya masalah perilaku dan emosional pada anak
remaja seperti depresi, conduct disorder, masalah teman sebaya, dan gangguan
interaksi sosial yang dapat berpotensi mengarah pada mengarah pada
perilakubullying.6,7
Bullying merupakan perilaku agresif yang bermaksud melukai, yang dilakukan
berulang kali dan sepanjang waktu setiap ada kesempatan, dan muncul pada
komunitas dimana dapat ditemukan ketidakseimbangan antara kekuasaan atau
kekuatan.8,9Perilaku bullying merupakan salah satu manifestasi perilaku kekerasan
yang menjadi masalah besar. Beberapa dekade ini cenderung meningkat
prevalensinya, khusunya usia 12-15 tahun. Dampak perilaku bullying pada remaja
sangat kompleks dan dapat berlanjut sampai dewasa bahkan lansia. Dampak perilaku
bullying pada korban maupun pelaku antara lain depresi, cemas, gangguan tingkah
laku, penolakan sekolah, penurunan prestasi akademik, bahkan seperti drop out dari
sekolah dan bunuh diri.Oleh karenanya, upaya pencegahan perilaku bullying di
sekolah memerlukan kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua.8,9,10,11
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional untuk
mengetahui hubungan pola asuh dan relasi keluarga emosi pada siswa-siswi Sekolah
Menegah Pertama dengan perilaku bullying Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelurahan
Penjaringan Jakarta Utara. Penelitian berlangsung mulai Juni 2015 November
2016. Sampel penelitian ini adalah adalah 1.224 siswa-siswi Sekolah Menengah
Pertama dengan perilaku bullying di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, bulan
Maret 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi penelitian
ini antara lain siswa-siswi sekolah SMP di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara
(SMPN 21, SMP Pluit Raya, SMP Genesareth, SMP Wijaya Kusuma) kelas VII,
VIII, IX, usia 12-16 tahun, laki-laki atau perempuan. Kriteria eksklusi penelitian ini
adalah siswa-siswi yang tidak bersedia menjadi responden penelitian, tidak tinggal
bersama kedua orangtuanya, dan tidak bersedia menandatangani informed consent.
Penelitian ini menggunakan tiga kuesioner yaitu Kuesioner demografi, kuesioner
Pola Asuh dan kuesioner Family Adaptability Cohesion Evaluation Scale III (FACES
III). Data akan diolah dengan Spss versi 17 kemudian dimasukan dalam tabel dan
dijabarkan secara deskriptif dan analitik.
Variabel N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 555 45,3
Perempuan 669* 54,7*
Usia
11 7 0,6
12 140 11,4
13 365 29,8
14 392* 32,0*
15 269 22,0
16 40 3,3
17 11 0,9
Pendidikan
SMP I 412* 33,7*
SMP II 409 33,4
SMP III 403 32,9
Urutan Anak dalam keluarga
Anak Sulung 557* 45,5*
Anak Tengah 304 24,8
Anak Bungsu 363 29,7
Suku
Jawa 586* 47,9*
Sunda 131 10,7
Betawi 267 21,8
Batak 9 0,7
Tionghoa 115 9,4
Minang 19 1,6
Lain-lain 97 7,9
Peran PerilakuBullying
Korban 206* 46,9*
Pelaku 100 22,8
Korban sekaligus pelaku 133 30,3
Total perilaku bullying 439 35,9
Pengamat 785* 64,1
Note : *Presentase terbanyak
Pada tabel 1 didapatkan hasil responden penelitian ini sebanyak 1.224 orang
dengan range usia 11-17 tahun, dan terbanyak dijumpai pada usia 14 tahun
(32%), perempuan (54.7%), siswa-siswi kelas I SMP (33.7%). Anak sulung
(45.5%), dan suku Jawa (47.9%).
N % N % N % N % N %
JenisKelamin
Usia
Pendidikan
Anak Sulung 101 23* 38 8,7* 58 13,2* 197 44,9* 360 45,9*
Suku
* responden terbanyak
Tabel 3 Gambaran Pola Asuh dan Relasi Keluarga pada Siswa-Siswi dengan
Perilaku Bullying pada SMP di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara
Karakteristik N %
Pola Asuh
Non-Exposure 31 2,5
Relasi Keluarga
* responden terbanyak
Non Exposure
Exposure
Seimbang
Kisaran
Tengah
Ekstrem
Tabel 5 Uji Analisis Regresi Logistik Pola Asuh Exposure dan Perilaku Bullying
positif (korban dan korban sekaligus pelaku) pada SMP di Kelurahan Penjaringan,
Jakarta Utara
Variabel OR p CI 95%
Min Maks
PEMBAHASAN
Responden penelitian ini adalah 1.224 siswa-siswi SMP Kelurahan Penjaringan,
didapatkan (35.9%) terlibat secara langsung dalam perilaku bullying, diantaranya
(46.9%) terlibat sebagai korban, (30.3%) sebagai korban sekaligus pelaku, (22.8%)
sebagai pelaku. Sedangkan responden yang terlibat sebagai pengamat dalam perilaku
bullying adalah (64.1%). Dari data tersebut diantaranya (51.2%) laki-laki dan
(48.8%) perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Khairiah (2012) di
Surabaya menunjukkan perilaku bullying sebanyak (36.9%), dintaranya (43,3%)
terlibat sebagai korban, (38,8%) sebagai korban sekaligus pelaku, (24,1%) sebagai
pelaku. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Wen-Chi (2013) pada siswa-
siswi SMP di Taiwan menunjukkan sebanyak (18.6%) remaja dengan perilaku
bullying, diantaranya (28.8%) korban, (18.2%) korban sekaligus pelaku, (43%)
pelaku dan (81.4%) sebagai pengamat. Perbedaan hasil tersebut mungkin disebabkan
oleh karena perbedaan karakteristik, jumlah responden, budaya, dan metode
penelitiannya .12
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1193 dari 1224 (97.5%) responden
memiliki pola asuh Exposure (Pola asuh yang tidak diharapkan; pola asuh otoriter,
pola asuh permisif dan pola asuh campuran) (97.5%). Pola asuh exposure (otoriter,
permisif, dan campuran) memiliki resiko untuk terlibat dalam peran perilaku
bullying. Pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar
patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua
tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri. Pola
asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk
berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Sedangkan pola asuh campuran
merupakan pola asuh campuran dari pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif.
Pola asuh exposure memiliki karakteristik cenderung impulsif, menentang, labil
dan beresiko mengulangi masalah kesehatan mental emosional. Penelitian ini juga
menunjukkan relasi keluarga terbanyak pada responden adalah tipe mid range
(66.7%) dan tipe relasi keluarga yang ekstrem (yang tidak diharapkan) (14.4%).
Penelitian Cross menunjukkan pola asuh non-Exposure (32.8%) dan pola asuh
Exposure (72.1%), sedangkan tipe relasi keluarga pada responden terbanyak mid
range (54.4%) diikuti relasi keluarga seimbang (relasi keluarga yang diharapkan)
(30.2%). 13,14,15
Hasil uji analisis bivariat dengan chi-square menunjukkan terdapat hubungan
bermakna antara perilaku bullying (korban dengan p=0,02 dan korban sekaligus
pelaku dengan p=0,04) dengan tipe pola asuh exposure. Penelitian Annisa
menyatakan terdapat hubungan bermakna antara tipe pola asuh orang tua terhadap
perilaku bullying (p=0,002). Rigby menyatakan bahwa pola asuh orang tua memiliki
hubungan terhadap perilaku bullying anaknya di sekolah, kemampuan interaksi anak,
perilaku agresif, dan harga diri anak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara tipe relasi keluarga dengan perilaku bullying
(p=>0,05).16,17
Berdasarkan uji multivariat regresi logistik diperoleh tidak ada hubungan antara
pola asuh exposure dengan perilaku bullying (korban dan korban sekaligus pelaku)
(p=>0.05). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Georgiou (2008) yang
menyatakan pola asuh exposure memiliki resiko 2,3 kali dan penelitian Ahmed
(2014) yang menyatakan pola asuh exposure memiliki resiko 3,4 kali dibandingkan
pola asuh non-exposure. Hal ini kemungkinan disebabkan Karena karakteristik
responden yang berbeda dan 97.5% diasuh dengan pola asuh yang tidak
diharapkan.18,19,20
KESIMPULAN
Perilaku bullying pada siswa-siswi SMP kelurahan Penjaringan Jakarta
Perilaku bullying pada siswa-siswi SMP kelurahan Penjaringan Jakarta Utara adalah
(35.9%) diantaranya (46.9%) korban, (30.3%) korban sekaligus pelaku, (22.8%)
pelaku, dan pengamat dalam perilaku bullying adalah (64.1%).
Terdapat (97.5%) siswa-siswi SMP kelurahan Penjaringan memiliki pola asuh
exposure, sebanyak (66.7%) dengan tipe relasi keluarga mid range, dan (14.4%)
dengan tipe relasi keluarga ekstrem.Terdapat hubungan yang bermakna antara peran
perilaku bullying (korban p=0.02 dan korban sekaligus pelaku p=0.04) dengan pola
asuh exposure. Hasil analisis multivariat regresi logistik menemukan tidak ada
hubungan antara peran perilaku bullying (korban dan korban sekaligus pelaku) dan
pola asuh exposure (p=>0,05).
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcell AV. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2007. Chapter 12.
2. Goth K, Foelsch P, Schlter-Mller S, Birkhlzer M, Jung, E, Schmeck K.
Assessment of identity development and identity diffusion in adolescence -
theoretical basis and psychometric properties of the self-report questionnaire
AIDA. Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health.Child Adolesc
Psychiatry Ment Health.2012 Jul 19;6(1):27
3. Krishnamurti, J. Erik Erikson's Theory of Development: A Teacher's
Observations. [cited February 26, 2015] Diunduh dari:
journal.kfionline.org/issue-6/erik-eriksons-theory-of-development-a-teachers-
observations
6. Bakhla, A., Sinha, P., Sharan, R., Binay, Y., Verma, V., & Chaudhury, S. (2013).
Anxiety in school students: Role of parenting and gender. Industrial Psychiatry
Journal, 22(2), 131-137.
8. Nansel TR, Overpeck M, Pilla RS, Ruan WJ. Bullying behaviors among US
youth: Prevalence and association with psychosocial adjustment. JAMA. 2001
Apr 25;285(16):2094-100.
12. Wen-Chi, W., Luu, S., & Dih-Ling Luh. (2016). Defending behaviors, bullying
roles, and their associations with mental health in junior high school students: A
population-based study. BMC Public Health, 16
doi:http://dx.doi.org/10.1186/s12889-016-3721-6
13. Rose CA, Espelage DL. Risk and protective factors associated with the bullying
involvement of students with emotional and behavioral disorders. Behav Disord.
2012 May;37(3):13348.
14. Fatimah L. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak di R.A
Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang. [skripsi] Jombang:
Fakultas Ilmu Kebidanan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum. 2012.
15. Sunnu C. Gambaran perilaku Bullying Siswa-Siswi SMP Tarakanita 2,v Jakartta
Utara. [skripsi] Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya 2015.
16. Bryand, SKM, Hui EKP, Law BCM. Bystander position-taking in school
bullying: The role of positive identity, self-efficacy and self-determination. J of
Child Health and Human Development. 2012;5(1):103-110.
17. Annisa. Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Bullying [skripsi]. Depok:
Universitas Indonesia; 2012.
18. Rigby K. Bullying in schools and its relation to parenting and family life. Fam
Matters. 2013;92.
19. Georgiou SN. Parental style and child bullying and victimization experiences at
school. Soc psychol Educ Int J. 2008 Aug; 11(3):213-27.
20. Ahmed E, Braithwaite V. Bullying and Victimixation: Cause for Concernfor
Both Families and Schools. Soc Psychol Educ Int J. 2014 Mar;7(1);35-54.