Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HERNIA INGUINALIS MEDIALIS
Oleh: Jayanta Permana Hargi, S.Kep (072311101008)

1. Kasus
Hernia Inguinalis Medialis (HIM)

2. Proses terjadinya masalah


a. Pengertian
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia (Jong, 2005). Hernia merupakan penonjolan visus atau organ dari
posisi normal (dari satu ruang ke ruang lain) melalui pintu yang lemah.
Hernia terjadi pada locus minorus resistensi atau daerah dengan resistensi
rendah. Kantong hernia merupakan divertikulum dari peritoneum dan
mempunyai leher dan badan. lsi hernia dapat terdiri atas setiap struktur
yang ditemukarq dan dapat merupakan sepotong kecil omentum sampai
organ padat yang besar. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan
dinding abdomen yang dilewati oleh kantong hemia.
Klasifikasi hernia menurut lokasi:
1) Hernia inguinalis, terjadi apabila kantong dan isi hernia masuk ke
dalam annulus internus dan penonjolan pada trigonum Hasselbach .
2) Hernia femoralis, terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam
kanalis femoralis melalui annulus femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar
pada fossa ovalis di lipat paha.
3) Hemia hiatus terjadi apabila benjolan terjadi pada diafragma.
4) Hemia venhalis merupakan nama semua hernia yang terjadi pada
anterolateral dinding abdomen seperti hernia sikatrikalis/hernia
insisional.
5) Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya ditutup dengan peritoneum dan kulit.
6) Hernia insisional, merupakan hernia yang dapat terjadi akibat
komplikasi dari penyembuhan luka pasca operasi abdomen. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya (Price& Wilson,2006).
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi (Nurarif dan Kusuma,
2013);
1) Hernia bawaan atau hernia patogenosa pada jenis hernia inguinalis
lateralis. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum.
2) Hernia dapatan atau akuista yaitu hernia yang timbul karena berbagai
factor pemicu.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali congenital atau kelemahan
dinding. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2 yaitu hernia inguinalis lateralis
dan hernia inguinalis medialis. Hernia inguinalis lateralis (indirek)
merupakan suatu benjolan yang melewati annulus internus dan kanalis
inguinalis yang terletak di lateral pembuluh darah arteri dan vena
epigastrika inferior dan hernia dapat sampai ke scrotum yang disebut
hemia scrotalis . Benjolan ini dapat keluar masuk tergantung dari tekanan
di dalam abdomen. Hernia inguinalis medialis (direk) adalah hernia yang
kantongnya menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior
canalis inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika inferior. Pada
hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini tidak lebih hanya
penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum. Hernia ini sering
ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak
pernah ditemukan pada wanita. Hernia direk sangat jarang bahkan tidak
pernah mengalami strangulasi atau inkaserata. Faktor predisposisi yang
dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah peninggian tekanan
intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom Hasselbach,
batuk yang kronik, kerja berat dan pada umumnya sering ditemukan pada
perokok berat yang sudah mengalami kelemahan atau gangguan jaringan-
jaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari saraf ilioinguinalis
biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala yang sering
dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar
ke testis dan intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan
pekerjaan yang sangat berat.
b. Etiologi
Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra abdominal
akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan,
mengangkat benda berat atau menangis. Hernia inguinalis dapat terjadi
karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena
usia. Tekanan intra abdominal yang meninggi serta kronik seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia
inguinalis. Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi
mempunyai kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa
(16%). Bertambahnya umur menjadi faktor resiko, dimungkinkan karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Setelah apendektomi menjadi
faktor resiko terjadi hernia inguinalis karena kelemahan otot dinding perut
antara lain terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus
iliofemoralis (Jong, 2004).
c. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui
kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti
hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia,
masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang
maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia
ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi
tali sperma pada lakilaki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang
dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat
kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara
isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi
penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga
terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala
obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan
Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri
atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi
usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih
berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.
d. Tanda dan Gejala
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang
timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan
keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi
berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat
direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa
anulus inguinalis yang melebar. Gejala dan tanda klinis sebagian besar
ditentukan biasanya berupa:
a. benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha;
b. adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual;
c. terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi;
d. bila terjadi hernia inguinalis stratagulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas;
e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
e. Kemungkinan Komplikasi yang Muncul
Komplikasi hernia dapat terjadi mulai dari inkarserata sampai stranggulata
dengan gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis. Komplikasi
operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis,
nervus iliofemoralis, duktus deferens, ataa buli-buli. Nervus ilioinguinalis
harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak maka dapat timbul
nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka. Nyeri pasca herniorhaphy
juga disebut "inguinadynia" yang biasanya disebabkan oleh kerusakan
saraf, jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau jahitan, neuroma,
jaringan parut, misplace mesh, mesh yang mengeras (meshoma), infeksi,
rekurensi hernia, penyempitan cincin inguinal di sekitar korda spermatika,
dan periostitis. Komplikasi dini pasca operasi dapat pula terjadi, seperti
hematoma infeksi luka, bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif.
Komplikasi jangka panjang dapat berupa atrofi testis karena lesi arteri
spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis dan residif.
f. Pemeriksaan Khusus
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya,
beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di
sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: atropi otot, gangguan dalam berjalan riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan
timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan
dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
(Doenges, 2000, hal 320 321).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
(Yudha, 2011) :
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi
untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin
terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien
dengan nyeri kronis pada groin.
2. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
3. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.
3. Pohon Masalah (Pathway, Masalah Keperawatan yang Muncul)
a. Pohon Masalah

Faktor pencetus:
Aktivitas berat, bayi prematur, Hernia
kelemahan dinding abdominal,
tekanan intraabdominal yang tinggi
Hernia inguinalis

Kantung hernia memasuki celah inguinal

Dinding posterior canalis inguinal yang lemah

Benjolan pada canalis


inguinal

Diatas ligamentum inguinal mengecil


bila berbaring

Pembedahan

Insisi bedah Asupan gizi kurang Mual

Peristaltik usus menurun Nafsu makan menurun


Terputusnya Resiko
jaringan saraf perdarahan
Gangguan eliminasi

Nyeri Resiko infeksi Intake makanan


Gangguan rasa nyaman inadekuat

Kurang Ketidakseimbangan
pengetahuan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b. Masalah keperawatan yang muncul
a. Nyeri
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Kurang pengetahuan
d. Resiko perdarahan
e. Resiko infeksi

4. Diagnosa Keperawatan
Preoperasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot akibat penekakan oleh isi
hernia
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, spasme otot
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan informasi
Pascaoperasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
4. Resiko perdarahan
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
5. Rencana Tindakan Keperawatan
Preoperasi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Hasil
1. Nyeri akut berhubungan dengan NOC a. Lakukan pengkajian a. Menentukan skala nyeri pasien
diskontinuitas jaringan akibat tindakan a.Pain level nyeri secara
operasi b.Pain control komprehensif (lokasi,
c.Comfort level karakteristik,
Kriteria Hasil durasi,frekuensi)
a. mampu mengontrol b. Observasi reaksi b. Mengetahui tingkat nyeri pasien
nyeri (tahu penyebab nonverbal dari dari reaksi nonverbal
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan teknik c. Gunakan teknik c. Menjalin hubungan saling
nonfarmakologis dalam komunikasi terapeutik percaya dengan pasien dan
mengurangi nyeri) untuk mengetahui nyeri menggali tingkat nyeri pasien
b. melaporkan bahwa pasien
nyeriberkurang dengan d. Kontrol lingkungan d. Mengurangi faktor penyebab
menggunakan yang dapat nyeri
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri
c. Mampu mengenali seperti suhu ruangan,
nyeri (skala,intensitas, pencahayaan dan
frekuensi dantanda kebisingan
nyeri) e. Lakukan penanganan e. Mengontrol dan menurunkan
d. menyatakan rasa nyeri non farmakologis: nyeri pasien
nyaman setelah nyeri relaksasi nafas dalam
berkurang dan massage
f. Ajarkan keluarga teknik f. Memberikan pengetahuan
relaksasi nafas dalam kepada keluarga
g. Kolaborasikan dengan g. Menurunkan tngkat nyeri pasien
dokter pemberian secara cepat dan tepat
penanganan nyeri
farmakologis analgesic

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan NOC a. Berikan tindakan a. Mengurangi resiko cidera kepada
dengan nyeri dan ketidaknyamanan, a.Joint movement: active pengamanan sesuai pasien
spasme otot b.Mobility level indikasi dengan situasi
c.Self care: ADLs yang spesifik
d.Transfer performance b. Catat respon emosi atau b. Memberikan rasa aman dan
Kriteria Hasil perilaku pada saat nyaman kepada pasien
a.Klien meningkat dalam immobilisasi, berikan
aktifitas fisik aktivitas yang
b.Mengerti tujuan dari disesuaikan dengan
peningkatan mobilitas pasien c. Memberikan bantuan secara total
fisik c. Bantu pasien dalam kepada pasien
c. Mengungkapkan melakukan aktivitas
perasaan dalam ambulasi progresif d. Mengurangi kelelahan pasien
meningkatkan kekuatan d. Ikuti aktivitas atau selama prosedur
dan kemampuan prosedur dengan periode
berpindah istirahat e. Mengurangi kekauan otot dan
e. Berikan atau bantu sendi pasien, melancarkan
pasien untuk melakukan sirkulasi darah
latihan rentang gerak
aktif, pasif

3. Ansietas berhubungan dengan NOC a. Identifikasi tingkat a. Mempermudah dalam


perubahan status kesehatan a.Anxiety self-kontrol kecemasan mengontrol kecemasan
b.Anxiety level b. Gunakan pendekatan b. Memberikan perasaan yang
c.Coping yang menenangkan tenang kepada pasien
c. Jelaskan semua c. Penjelasan tentang prosedur
prosedur dan apa yang merupakan hal yang harus
dirasakan selama dijelaskan
Kriteria Hasil prosedur d. Melancarkan sirkulasi darah dan
a.Klien mampu d. Lakukan back rub menurunkan tingkat nyeri
mengidentifikasi dan e. Kolarorasi pemberian e. Menurunkan nyeri secara cepat
mengungkapkan gejala obat
cemas
b.mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontrol cemas
c.Vital sign dalam batas
normal
d.Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
menunjukkan penurunan
kecemasan

4. Kurang pengetahuan berhubungan NOC a. Jelaskan kembali proses a. Memberikan pengetahuan


dengan kesalahn informasi a.Knowledge: disease penyakit dan prognosis kepada pasien
process b. Diskusikan mengenai b. Menjelaskan prosedur
b.Knowledge: health pengobatan dan juga efek tindakan
behavior sampingnya
Kriteria Hasil c. Diskusikan mengenai c. Membantu memenuhi
a.Pasien dan keluarga kebutuhan diet kebutuhan nutrisi pasien
menyatakan pemahaman d. Anjurkan untuk d. Melakukan evaluasi selama
tentang penyakit, melakukan evaluasi tindakan
kondisi, prognosis dan medis secara teratur.
program pengobatan
b.Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara benar
c.Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kempabi apa yang
dijelaskan
Pascaoperasi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Hasil
1. Nyeri akut berhubungan dengan NOC a. Lakukan pengkajian a. Menentukan skala nyeri pasien
diskontinuitas jaringan akibat tindakan a.Pain level nyeri secara
operasi b.Pain control komprehensif (lokasi,
c.Comfort level karakteristik,
Kriteria Hasil durasi,frekuensi)
a. mampu mengontrol b. Observasi reaksi b. Mengetahui tingkat nyeri pasien
nyeri (tahu penyebab nonverbal dari dari reaksi nonverbal
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan teknik c. Gunakan teknik c. Menjalin hubungan saling
nonfarmakologis dalam komunikasi terapeutik percaya dengan pasien dan
mengurangi nyeri) untuk mengetahui nyeri menggali tingkat nyeri pasien
b. melaporkan bahwa pasien
nyeriberkurang dengan d. Kontrol lingkungan d. Mengurangi faktor penyebab
menggunakan yang dapat nyeri
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri
c. Mampu mengenali seperti suhu ruangan,
nyeri (skala,intensitas, pencahayaan dan
frekuensi dantanda kebisingan
nyeri) e. Lakukan penanganan e. Mengontrol dan menurunkan
d. menyatakan rasa nyeri non farmakologis: nyeri pasien
nyaman setelah nyeri relaksasi nafas dalam
berkurang dan massage
f. Ajarkan keluarga teknik f. Memberikan pengetahuan
relaksasi nafas dalam kepada keluarga
g. Kolaborasikan dengan g. Menurunkan tngkat nyeri pasien
dokter pemberian secara cepat dan tepat
penanganan nyeri
farmakologis analgesik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka NOC a. Bersihkan lingkungan a. Mengurangi resiko infeksi silang
insisi bedah a.Immune status setelah dipakai pasien
b.Knowledge: Infection lain
control b. Pertahankan teknik b. Meminimalkan resiko infeksi
c.Risk control isolasi silang
Kriteria Hasil c. Batasi pengunjung jika c. Memberikan kenyamanan pada
a.Klien bebas dari tanda perlu pasien
dan gejala infeksi d. Instruksikan pada d. Meminimalkan resiko infeksi
b.mendeskripsikan proses pengunjung untuk cuci silang
penularan penyakit, tangan dengan sabun
factor yang saat berkunjung dan
mempengaruhi setelah berkunjung
penularan serta e. Monitor tanda dan e. Mengetahui secara cepat tanda-
penatalaksanaannya gejala infeksi lokal dan tanda infeksi
c.menunjukkan sistemik
kemampuan untuk f. Ajarkan pasien dan f. Memberikan pengetahuan pada
mencegah timbulnya keluarga tentang tanda keluarga tentang infeksi
infeksi dan gejala infeksi
d.Jumlah leukosit dalam g. Kolaborasi dengan g. Meminimalkan
batas normal dokter pemberian perkembangbiakan bakteri dalam
antibiotik tubuh
h. Instruksikan kepada h. Meminimalkan resistensi bakteri
pasien untuk minum terhadap antibiotik
antibiotik sesuai dengan
resep

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC a. Kaji adanya alergi a. Mengurangi resiko keracunan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan a.Nutritional status: food makanan makanan
mual muntah and fluid b. Berikan makanan yang b. Diet yang tepat membantu proses
b. Nutritional status: terpilih sesuai dengan penyembuhan penyakit
nutrient intake hasil konsultasi ahli gizi
c.Weight control c. Berikan informasi c. Mengotimalkan pemenuhan
Kriteria Hasil tentang kebutuhan kebutuhan nutrisi pasien
a.Adanya peningkatan nutrisi
berat badan sesuai d. Monitor BB pasien d. Mengetahui perkembangan berat
tujuan badan pasien
b.Berat badan ideal sesuai e. Kolaborasi dengan ahli e. Meminimalkan resiko kesalahan
dengan tinggi badan gizi untuk menentukan pemberian nutrisi yang berlebih
c.Mampu jumlah kalori dan atau kurang
mengidentifikasi nutrisi
kebutuhan nutrisi
d.Tidak menunjukkan
penurunan berat badan

4. Defisit pengetahuan berhubungan NOC a. Berikan penilaian a. Pengetahuan yang baik


dengan keterbatasan kognitif a.Knowledge: disease tentang tingkat memudahkan penyampaian
process pengetahuan pasien materi pada pasien
b.Knowledge: health tentang proses penyakit
behavior yang spesifik
Kriteria Hasil b. Jelaskan patofisiologi b. Penjelasan yang tepat dapat
a.Pasien dan keluarga dari penyakit dan hal menurunkan kecemasan pasien
menyatakan pemahaman yang berhubungan
tentang penyakit, dengan penyakit
kondisi, prognosis dan melalui cara yang tepat
program pengobatan c. Sediakan bagi keluarga c. Penjelasan pada keluarga
b.Pasien dan keluarga informasi tentang merupakan hal yang sangat
mampu melaksanakan kondisi pasien dengan penting untuk mengurangi
prosedur yang cara yang tepat kecemasan keluarga
dijelaskan secara benar d. Sediakan bagi keluarga d. Memberikan kondisi terbaru
c.Pasien dan keluarga informasi tentang yang sedang dialami pasien
mampu menjelaskan kemajuan pasien
kempabi apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan e. Beri penjelasan e. Memberikan pengetahuan
penanganan pasien penanganan yang tepat
setelah pulang

5. Resiko perdarahan NOC a. Monitor ketat tanda- a. Mengurangi resiko kehilangan


a.Blood lose severity tanda perdarahan darah berlebih
b.Blood coagulation b. Monitor TTV b. Mengetahui kondisi umum
Kriteria Hasil c. Pertahankan bed rest pasien
a.Tidak ada hematuria selama perdarahan aktif c. Pergerakan yang berlebih
b.Tekanan darah dalam d. Monitor status cairan meningkatkan resiko perdarahan
batas normal yang meliputi intake d. Memenuhi kebutuhan cairan
c.Tidak ada distensi dan output yang hilang akibat perdarahan
abdominal e. Kolaborasi dalam e. Meningkatkan volume darah
d.Hemoglobin dan pemberian produk darah yang hilang akibat perdarahan
hematokrit dalam batas (transfusi darah)
normal
Daftar Pustaka

Herdman,T. Heather. 2012. Nanda International Nursing Diagnosis: Definitions


& Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.

Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistic. Jakarta: EGC

Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta : EGC

Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI

Smeltzer & Bare, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai