Anda di halaman 1dari 7

No.

17/12/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015

SURAT EDARAN

Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor


9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar Hitam Nasional
Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor


8/29/PBI/2006 tanggal 20 Desember 2006 tentang Daftar Hitam Nasional
Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4669) dan penerapan penyempurnaan penyelenggaraan
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, perlu dilakukan perubahan atas
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007
perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/Bilyet Giro Kosong sebagai
berikut:

1. Ketentuan butir II.A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

A. Alasan Penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro


Bank Tertarik wajib menolak Cek dan/atau Bilyet Giro jika Cek
dan/atau Bilyet Giro memenuhi salah satu atau lebih alasan
penolakan sebagai berikut:
1. Saldo Rekening Giro atau Rekening Khusus tidak cukup.
2. Rekening Giro atau Rekening Khusus telah ditutup.
3. Unsur Cek sebagaimana diatur dalam Pasal 178 KUHD atau
syarat formal Bilyet Giro sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bilyet Giro tidak
dipenuhi, yaitu tidak terdapat penyebutan tempat dan tanggal
Penarikan.
4. Unsur Cek sebagaimana diatur dalam Pasal 178 KUHD tidak
dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan Penarik. Tanda
tangan dalam hal ini antara lain dengan tanda tangan basah.

5. Syarat
2

5. Syarat formal Bilyet Giro sebagaimana diatur dalam


ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bilyet
Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama dan nomor
Rekening Giro Pemegang.
6. Syarat formal Bilyet Giro sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai Bilyet Giro tidak
dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama Bank penerima.
7. Syarat formal Bilyet Giro sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai Bilyet Giro tidak
dipenuhi, yaitu tidak terdapat jumlah Dana yang dipindahkan
baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-
lengkapnya.
8. Syarat formal Bilyet Giro sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai Bilyet Giro tidak
dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan, nama jelas
dan/atau dilengkapi dengan cap/stempel sesuai dengan
persyaratan pembukaan rekening.
9. Bilyet Giro diunjukkan sebelum Tanggal Efektif, atau Tanggal
Efektif dicantumkan tidak dalam Tenggang Waktu
Pengunjukan.
10. Cek dan/atau Bilyet Giro dibatalkan oleh Penarik setelah
berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan berdasarkan surat
pembatalan dari Penarik.
11. Cek dan/atau Bilyet Giro sudah daluwarsa.
Cek dan/atau Bilyet Giro telah daluwarsa apabila telah
melampaui waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak berakhirnya
Tenggang Waktu Pengunjukan.
12. Perubahan teks/perintah yang telah tertulis pada Bilyet Giro
tidak ditandatangani oleh Penarik.
Yang dimaksud dengan perubahan teks/perintah ini adalah
pencoretan dan penggantian teks/perintah yang tertulis pada
Bilyet Giro dengan teks/perintah yang baru.

Untuk
3

Untuk Cek mengacu pada ketentuan dalam Pasal 228 KUHD,


yaitu bahwa dalam hal ada perubahan pada naskah surat
Cek, mereka yang menaruh tanda tangannya sesudah adanya
perubahan, terikat pada naskah baru, yakni naskah sesudah
ada perubahan. Tetapi bagi orang-orang yang tanda
tangannya sudah ada sebelum adanya perubahan, terikat
pada naskah lama. Jika tidak terdapat tanda tangan atas
perubahan baru tersebut maka Bank memproses pembayaran
sesuai dengan naskah lamanya.
13. Tanda tangan Penarik tidak cocok dengan spesimen yang
berlaku.
14. Bank Penagih bukan merupakan Bank penerima yang disebut
dalam Cek silang khusus atau Bilyet Giro sebagai Bank
penerima Dana.
Misalnya pada Bilyet Giro atau Cek silang khusus ditulis
nama Bank penerima Dana (Bank A) kemudian Bilyet Giro
atau Cek silang khusus tersebut ditagihkan oleh Bank lain
(Bank B) kepada Bank Tertarik (Bank C) maka Bank C wajib
menolak.
15. Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh
Penarik karena hilang (harus dilampiri dengan surat
keterangan dari kepolisian).
Dalam memproses penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro yang
diblokir pembayarannya oleh Penarik karena hilang, Bank
Tertarik harus mendasarkan pada surat permintaan
pemblokiran Cek dan/atau Bilyet Giro dari Penarik yang
dilampiri dengan asli surat keterangan kehilangan dari
kepolisian.
16. Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh
instansi yang berwenang karena diduga terkait dengan tindak
pidana yang dilakukan oleh Penarik (harus dilampiri dengan
surat pemblokiran dari instansi yang berwenang).

Dalam
4

Dalam memproses penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro yang


diblokir pembayarannya oleh instansi yang berwenang karena
Penarik diduga terkait dengan tindak pidana, Bank Tertarik
harus mendasarkan pada asli surat pemblokiran Cek
dan/atau Bilyet Giro dari instansi yang berwenang.

17. Rekening Giro diblokir oleh instansi yang berwenang (harus


dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang
berwenang).
Dalam memproses penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro yang
Rekening Gironya diblokir oleh instansi yang berwenang
antara lain karena Penarik diduga terkait dengan tindak
pidana, Bank Tertarik harus mendasarkan pada surat
pemblokiran Rekening Giro dari instansi yang berwenang.

18. Perintah dalam data elektonik Cek dan/atau Bilyet Giro tidak
sesuai dengan perintah dalam Cek dan/atau Bilyet Giro.

19. Penerimaan data elektonik Cek dan/atau Bilyet Giro tidak


disertai dengan penerimaan fisik Cek dan/atau Bilyet Giro.

20. Cek dan/atau Bilyet Giro diduga palsu/dimanipulasi.


Cek dan/atau Bilyet Giro diduga palsu atau dimanipulasi jika
Cek dan/atau Bilyet Giro tersebut secara fisik dan dalam
teks/perintahnya diduga palsu atau secara fisik asli namun
berisi perintah palsu atau berisi perintah yang dimanipulasi.

21. Cek atau Bilyet Giro yang diterima oleh Bank Tertarik bukan
ditujukan untuk Bank Tertarik.
Bank Tertarik yang melakukan penolakan dengan alasan ini
dapat menggunakan frasa Cek atau Bilyet Giro bukan untuk
kami.

22. Tidak ada Endosemen pada Cek atas nama yang dialihkan
pada pihak lain.
Alasan ini berlaku khusus untuk Penunjukan Cek atas nama
yang dialihkan pada pihak lain dan Cek dimaksud
diunjukkan secara langsung kepada Bank Tertarik (over the
counter).

2. Ketentuan
5

2. Ketentuan butir II.B.6.b diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


b. Surat Keterangan Penolakan (SKP)
Dalam hal Bank melakukan penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro
baik melalui Kliring maupun diunjukkan langsung kepada Bank
Tertarik (over the counter), Bank wajib membuat SKP dan
menyampaikan kepada Pemegang dengan tata cara sebagai
berikut:
1) Untuk penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro melalui Kliring
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Tata cara penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro melalui
Kliring dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan
transfer dana dan kliring berjadwal oleh Bank Indonesia.
b) Bank Penagih wajib membuat SKP secara lengkap dan
benar berdasarkan incoming DKE Warkat Debet pada
Kliring Pengembalian sesuai contoh format sebagaimana
pada Lampiran 2.a.
c) SKP sebagaimana dimaksud pada huruf b) dibuat dalam
rangkap 2 (dua), masing-masing ditujukan:
(1) lembar ke-1 untuk Pemegang; dan
(2) lembar ke-2 untuk Bank Penagih.
2) Untuk penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro yang diunjukkan
langsung kepada Bank Tertarik (over the counter) dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
a) Bank Tertarik wajib menyampaikan data Penolakan Cek
dan/atau Bilyet Giro Kosong yang diunjukkan langsung
kepada Bank Indonesia sesuai dengan jadwal periode
penyampaian.
b) Bank Tertarik wajib membuat SKP secara lengkap dan
benar terhadap penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro
sesuai contoh format sebagaimana pada Lampiran 2.b.
c) SKP sebagaimana dimaksud pada huruf b) dibuat dalam
rangkap 2 (dua), masing-masing ditujukan:
(1) lembar ke-1 untuk Pemegang; dan

(2) lembar
6

(2) lembar ke-2 untuk Bank Tertarik sebagai arsip.


3. Ketentuan butir III.4.d.2) diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
2) Pendaftaran KPDHN sebagaimana dimaksud pada angka 1),
disampaikan secara tertulis kepada:
Bank Indonesia
Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
c.q. Divisi Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring
Gedung D Lantai 3
Jl. M. H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
4. Ketentuan butir III.4.e diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
e. Divisi Penyelenggara Kliring memberikan tanggapan secara
tertulis atas pendaftaran KPDHN yang dilakukan oleh Bank
antara lain memuat informasi untuk melakukan pengambilan
user id dan password, paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
dokumen diterima secara lengkap.
5. Ketentuan butir IX.9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
9. Permohonan pembatalan terhadap penolakan Cek dan/atau Bilyet
Giro kosong sebagaimana dimaksud pada angka 2 diajukan
kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dengan alamat:
Bank Indonesia
Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
c.q. Divisi Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring
Gedung D Lantai 3
Jl. M. H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
6. Ketentuan butir XII.2.b diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
b. Melaporkan secara tertulis kepada Kantor Pusat Bank Indonesia
c.q. Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran c.q. Divisi
Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring disertai dengan alasan
yang mendasari penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro tersebut.

7. Dalam hal terdapat perubahan satuan kerja dan alamat surat


menyurat, Bank Indonesia akan memberitahukan melalui surat
dan/atau media lainnya.

Surat
7

Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal


5 Juni 2015.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat


Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Demikian agar Saudara maklum.

BANK INDONESIA,

BRAMUDIJA HADINOTO
KEPALA DEPARTEMEN PENYELENGGARAAN
SISTEM PEMBAYARAN

Anda mungkin juga menyukai