Anda di halaman 1dari 18

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

UJI MUTAGENISITAS DAN ANTIKANKER EKSTRAK METANOL


DAUN KESUM (Polygonum minus L.) : UPAYA PEMANFAATAN
TANAMAN HERBAL KHAS KALIMANTAN BARAT SEBAGAI
ALTERNATIF PENGOBATAN ANTIKANKER

BIDANG KEGIATAN:
Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian
(PKM-P)

Diusulkan oleh:

Esti Nur Ekasari I11110025 Angkatan 2010


I11110013 Angkatan 2010
I11111017 Angkatan 2011

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Uji Mutagenisitas Ekstrak Metanol Daun Kesum


(Polygonum minus L.) : Penelusuran Potensi Kesum
Sebagai Tanaman Antikanker
2. Bidang Kegiatan ( ) PKM-P ( ) PKM-M
( ) PKM-KC ( ) PKM-K
( ) PKM-T
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama lengkap : Esti Nur Ekasari
b. NIM : I11110025
c. Jurusan : Kedokteran Umum
d. Universitas : Tanjungpura Pontianak
e. Alamat Rumah dan : Jln. Arteri Supadio Komp. Pondok Indah Lestari Blok
No.Telp/HP E 3 no 5 / 085753405923
f. Alamat Email : estinurekasari.25@gmail.com

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 orang


5. Dosen Pembimbing
a. Nama lengkap dan gelar :
b. NIDN :
c. Alamat rumah dan :
No.Tel/HP
6. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp 12.141.000
b. Sumber lain : Rp.-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan

ii
DAFTAR ISI

A. HALAMAN KULIT MUKA.. i


B. HALAMAN PENGESAHAN. ii
C. DAFTAR ISI DAN DAFTAR GAMBAR.. iii
D. LATAR BELAKANG. 1
E. PERUMUSAN MASALAH....... 1
F. TUJUAN..... 1
G. LUARAN YANG DIHARAPKAN........................................................ 1
H. KEGUNAAN ......... 1
I. TINJAUAN PUSTAKA.. 2
I.1. Persembuhan Luka 2
I.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persembuhan Luka.................. 3
I.3. Luka Diabetik ...................................... 3
I.4. Tumbuhan Pegagan (Centella asiatica).... 3
I.5. Tumbuhan Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour)... 4
J. METODE PELAKSANAAN.. 5
J.1. Rancangan Penelitian 5
J.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 6
J.3. Perlakuan dan Pengukuran 6
J.4. Bahan dan Alat Penelitian. 6
J.5. Metode Penelitian............. 9
J.6. Pengumpulan dan Analisis Data... 10
J.7. Alur Kerja............. 10
K. JADWAL KEGIATAN... 11
L. RANCANGAN BIAYA.. 11
M. DAFTAR PUSTAKA.. 12
N. LAMPIRAN 13
N.1. Biodata Tim Pelaksana dan Dosen Pendamping...................... 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pegagan (Centella 4


asiatica)
Gambar 2. Bangun-Bangun (Coleus amboinicus 6
Lour)...
Gambar 3. Skema Penelitian 7
...
Gambar 4. Alur Kerja 11
Penelitian..

iv
D. LATAR BELAKANG MASALAH
Kanker adalah salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia
maupun di Indonesia. Kanker merupakan penyebab utama kedua kematian setelah penyakit
kardiovaskular (WHO, 2008). Setiap tahun dijumpai 1.000.000 kasus baru kanker ganas dengan
mortalitas sebesar 22% (Emir, 2006). World Health Organization (WHO) tahun 2008, mengungkapkan
bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita kanker setiap tahunnya hingga mencapai 6,25 juta orang
dan dua pertiganya berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kematian kanker di
dunia diperkirakan meningkat 45 % dari tahun 2007 hingga tahun 2030 (dari 7,9 juta menjadi 11,5
juta) (WHO, 2008).

Penyakit Diabetes Melitus (DM) dapat menyebabkan komplikasi luka yang diderita sulit
untuk sembuh. Jumlah pasien dengan penyakit diabetes di Indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data tahun 2007 diperkirakan penduduk
Indonesia di atas usia 15 tahun penderita diabetes sudah mencapai sekitar 5,6 persen atau 7 juta
orang dari 200 juta, jumlah ini menempatkan Indonesia di peringkat 4 dunia setelah Cina,
Amerika dan India (WHO, 2009). Berdasarkan Riskesdas (2007) terdapat 2,4 juta penduduk
mengalami kematian akibat diabetes. Diperkirakan penderita diabetes melitus di Indonesia
tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta orang.
Tingginya jumlah penderita DM di Indonesia berhubungan langsung dengan kasus
banyaknya pasian luka diabetik yang meninggal, misalnya berdasarkan rekam medis di Rumah
sakit Adam Malik Medan dari 113 kasus DM baru, terdapat komplikasi luka diabetik ulkus
sebanyak 54 persen (Edison, 2010).
Sejauh ini banyak bentuk penatalakasanaan luka kaki diabetik baik secara konservatif
maupun farmakologis. Pengobatan farmakologis ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri,
antibiotik untuk mengobati adanya infeksi dan beberapa obat perangsang jaringan untuk
membentuk jaringan kulit baru pada ulkus. Namun tidak semua golongan masyarakat dapat
menjangkau obat-obatan perangsang jaringan dengan harga terjangkau. Kondisi inilah yang
menyebabkan prognosis luka diabetik menjadi buruk, dan berujung pada luka gangrene parah
yang harus diamputasi, hal ini tentu mengurangi kualitas hidup dari pasien.
Beberapa tumbuhan yang sejauh ini potensial adalah Pegagan (Centella asiatica), Bangun-
bangun (Plectranthus amboinicus) dan paku-pakuan (Blechnum orientale Linn) (How Yee Lai
& Yau Yan Lim, 2011). Penelitian sebelumnya menunjukkan kandungan pegagan berperan
dalam mempercepat penyembuhan luka dalam berbagai ukuran (Krisanti, 2010). Sedangkan
pada tumbuhan bangun-bangun dapat ditemukan kandungan yang menyerupai substrat
pembentuk jaringan kulit (fibroblas) untuk merangsang perbaikan jaringan kulit hingga
jaringan subkutis dan sebagai antiinflamatik (Santosa, 2011).

E. RUMUSAN MASALAH

v
2

Bagaimana potensi campuran pegagan (Centella asiatica L.) dan daun bangun-bangun
(Plectranthus amboinicus L.) sebagai dressing topical dalam penyembuhan luka mencit
hiperglikemi ?

F. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui potensi campuran pegagan (Centella asiatica L.) dan daun bangun-
bangun (Plectranthus amboinicus L.) sebagai dressing topical dengan berbagai konsentrasi
dalam penyembuhan luka mencit hiperglikemi.

G. LUARAN YANG DIHARAPKAN


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjadi alternatif terapi
penyembuhan luka diabetik dan hasil penelitian ini dapat dimuat dalam artikel ilmiah sehingga
selanjutnya memberikan referensi ilmiah untuk pengembangan penelitian.

H. KEGUNAAN
a. Bagi penulis, menjadi sarana pembelajaran dalam meneliti potensi-potensi tanaman
herbal sebagai alternatif terapi penyembuhan luka diabetik.
b. Bagi profesi kedokteran, menjadi alternatif dalam terapi penyembuhan luka diabetik
yang alami.
c. Bagi masyarakat, menjadi pilihan obat berbahan alami, mudah didapat, terjangkau
secara ekonomi masyarakat.

I. TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Persembuhan luka
Persembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karenaberbagai kegiatan
bioseluler dan biokimia terjadi berkesinambungan. Berdasarkan perubahan morfologik,
terdapat tiga fase persembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi
(Anggraeni, 2008).
Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadiakibat perlukaan
pada jaringan lunak. Setelah terjadi perlukaan yang menyebabkan pembuluh darah pecah, akan
terjadi vasokonstriksi sesaat kemudian dilatasi berkepanjangan (Spector dan Spector 1993).
Selain itu, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan hemostasis berupa keluarnya
platelet. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan beberapa
substansi seperti platelet-derived growth factor yang akan mengaktifkan makrofag dan
fibroblast (Clark dan Singer 1999).
Saat terjadi dilatasi terjadi peningkatan aliran darah namun sirkulasi berjalan lambat.
Pada saat yang sama terjadi perubahan pada dinding venula dan kapiler. Hal tersebut membuat
tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat sehingga mengganggu keseimbangan di
dalamnya yang menyebabkan leukosit dan cairan dapat keluar dari pembuluh darah kemudian
memasuki jaringan (Underwood 1999). Leukosit, terutama neutrofil, akan membersihkan area
luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses
penyembuhan.
Infiltrasi neutrofil hanya berlangsung beberapa hari. Neutrofil akan mati setelah
melakukan fagositosis dan neutrofil yang mati akan difagositosis oleh makrofag. Makrofag
juga akan mengeluarkan growth factor dan sitokin yang yang akan memperkuat sinyal awal
dari degranulasi platelet dan neutrofil (Martin1997).
Fase proliferasi kira-kira di mulai 4 hari setelah terjadi perlukaan dan selesai hingga 3-
4 minggu atau lebih, tergantung pada ukuran luka. Fase ini ditandai dengan adanya
pembentukan angiogenesis, reepitelisasi, dan fibroplasias (Ackermann 2007). Pada awal
pembentukan neovaskuler, pertama-tama nampak sebagai pita yang padat dari sel-sel endotel
3

yang tumbuh ke luar sebagai kuncup dari kapiler yang utuh pada tepi luka. Sel-sel muncul oleh
aktivitas mitosis pada sel-sel pembuluh darah tetua diikuti oleh migrasinya ke arah luka. Pita
endotel yang padat menjadi bersaluran dalam beberapa jam dan dalam lumen yang terbentuk
demikian darah mulai mengalir (Spector dan Spector 1993). Jaringan vaskuler (angiogenesis)
yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respon untuk memberikan oksigen dan
nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya dalam keadaan hipoksik dan turunnya
tekanan oksigen. Pada fase inifibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan
dipengaruhi olehsubstansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (growth factors).
Proses selanjutnya adalah reepitelisasi, dimana fibroblast mengeluarkan keratinocyte
growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Reepitelisasi ini
telah dimulai sejak beberapa jam setelah terjadi perlukaan (Clark dan Singer 1999).
Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi
permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblast, pembentukan lapisan dermis ini akan
disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dandermis.
Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblast akan merubah strukturnya
menjadi miofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi
kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka
minimal (Anggraeni, 2008).
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka.
Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut.
Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan (Anggraeni, 2008).
Setelah terjadi proses perbaikan yang ekstensif, banyak neovaskuler yang lenyap lewat
penyusutan pembuluh-pembuluh darah yang berlebihan, sehingga suplai darah ke luka secara
berangsur-angsur berkurang (Spector dan Spector, 1993). Fibroblast juga sudah mulai
meninggalkan jaringan granulasi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk
memperkuat jaringan parut. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan
dilanjutkan pada fase maturasi. Selain pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan
kolagen olehenzim kolagenase. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut
atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka akan selalu terbuka (Anggraeni, 2008).

I.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persembuhan luka


Seluruh proses peradangan bergantung pada sirkulasi darah ke daerah yang terluka. Jika
suplai darah ke suatu daerah kurang, maka proses peradangan akan berjalan sangat lambat,
infeksi menetap, dan terjadi persembuhan yang buruk (Price dan McCarty 1992). Selain itu,
persembuhan luka dipengaruhi oleh umur, nutrisi yang tidak seimbang, keberadaan benda
asing, radiasi, pengobatan anti inflamasi dan faktor kesehatan individu misalnya
imunosupresan, stress dan diabetes mellitus.
Persembuhan luka pada individu yang berusia tua akan memakan waktu lebih lama jika
dibandingkan dengan individu yang masih muda. Hal ini terkait dengan suplai darah individu
muda yang lebih baik dan adanya kemungkinan penyakit seperti artheroskeloris pada individu
tua (Vegad 1995 dalam Handayani 2006). Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes),
pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh
karena terbentuknya ulkus yang kronis.

I.3. Luka Diabetik


Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih
lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi
4

infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Kaki diabetik adalah kelainan pada
tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus.

I.4. Pegagan (Centella asiatica L.)


Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan, ladang, tepi jalan, pematangan sawah ataupun di ladang agak basah (Besung,
2009). Pegagan tumbuh merayap menutupi tanah, tidak memiliki batang, tinggi tanaman antara
10 50 cm (dapat dilihat pada gambar 1). Pegagan memiliki daun satu helaian yang tersusun
dalam roset akar dan terdiri dari 2 10 helai daun. Daun berwarna hijau dan berbentuk seperti
kipas, buah berbentuk pinggang atau ginjal. Pegagan juga memiliki daun yang permukaan dan
punggungnya licin, tepinya agak melengkung ke atas, bergerigi, dan kadang-kadang berambut,
tulangnya berpusat di pangkal dan tersebar ke ujung serta daunnya memiliki diameter 1-7 cm
(Winarto, 2003).

Gambar 1. Gambar tumbuhan pegagan

I.4.1 Taksonomi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)


Taksonomi dari pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah kingdom: Plantae; ordo:
Umbilales, divisio: Spermatophyta, family: Umbilaferae (Apiaceae); sub devisio:
Angiospermae; Genus: Centella; kelas: Dicotyledone; Spesies: Centella asiatica (L) Urban
(Winarto, 2003).

I.4.2 Kandungan Bahan Aktif Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)


Menurut Winarto (2003) pada pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) mengandung
berbagai bahan aktif meliputi: 1) triterpenoid saponin, 2) triterpenoid genin, 3) minyak
essensial, 4) flavonoid, 5) fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Kandungan bahan aktif yang
terpenting dari beberapa bahan aktif lainnya adalah triterpenoid saponin. Bahan aktif
triterpenoid saponin meliputi: 1) asiatikosida, 2) centellosida, 3) madekossida, 4) dan asam
asiatik.
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) yang banyak digunakan sebagai obat alami
mengandung berbagai bahan aktif, salah satunya adalah triterpenoid saponin. Bahan aktif
triterpenoid saponin itu meliputi asiatikosida, centellosida, madekossida, asam asiatik dan
komponen yang lain adalah minyak volatile, flavonoid, tannin, fitosterol, asam amino dan
karbohidrat. Bahan aktif triterpenoid saponin berfungsi untuk meningkatkan aktivasi makrofag
yang menyebabkan meningkatnya fagositosis dan sekresi interleukin. Sekresi interleukin ini
akan memacu sel untuk menghasilkan antibodi (Besung, 2009).
Bahan aktif asiatikosida dan madekossida mampu memperbaiki kerusakan sel dan
membentuk serat kolagen secara cepat, bahan aktif tersebut juga mampu memperbaiki sel-sel
granulosa pada ovarium. Selain itu bahan aktif asiatikosida diketahui mempercepat
penyembuhan luka dengan jalan meningkatkan kandungan hidroksiplorin dan
mukopolisakarida yang merupakan bahan untuk mensintesis matriks ekstra seluler (Kristanti,
2010).
Triterpenoid saponin pada pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berfungsi untuk
meningkatkan aktivasi makrofag. Bahan triterpenoid saponin mampu memacu produksi
kolagen I, yaitu protein pemacu proses penyembuhan luka (Winarto, 2003).
5

Asiatikosida mampu bekerja dalam detoksifikasi pada hati dan merupakan marker
dalam penentuan standar baku pada pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Madekossida juga
berperan penting karena mampu memperbaiki kerusakan sel dengan sintesis kolagen.
Fibroblast sangat penting dalam pembentukan serat kolagen, kolagen dibina atas protein dan
merupakan 30% seluruh protein tubuh mamalia, oleh karena serat kolagen berperan dalam
penyembuhan luka atau kerusakan jaringan (Winarto, 2003).
Kandungan Asiatikosida pada pegagan yang berfungsi untuk memproduksi kolagen
juga dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada bagian permukaan kulit manusia.
Proses ini terjadi karena aktivitas epidermis lapisan sel malpigi pada kulit tadi meningkat dan
secara topikal dapat menyembuhkan. Selain itu dapat juga meningkatkan serta menguatkan
jaringan kulit yang baru terbentuk, sehingga tidak mudah lagi rusak. Asiatikosida juga
mempunyai daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia colli. Adanya
asiatikosida, riboflavin dan niasin membuat pegagan berfungsi sebagai anti inflamasi
(Moerfiah, 2011).

I.5 Tumbuhan Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour.)


Taksonomi tumbuhan bangun-bangun adalah Kingdom: Plantae; Divisi : Spermatophyta, Sub
divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonnae; Ordo : Solanales; Famili : Labiateae; Genus :
Coleus; Spesies : Coleus amboinicus Lour.

Gambar 2. Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour)

I.5.1Kandungan kimia
Daun Coleus amboinicus mengandung saponin, flavonoida, polifenol dan minyak atsiri
(Depkes RI, 2000). Menurut Mardisiswojo dan Rajakmangunsudarso (1985), pada daun ini
terkandung minyak atsiri (0,043% pada daun segar atau 0,2% pada daun kering). Heyne (1987),
menemukan bahwa dari 120 kg daun segar kurang lebih terdapat 25 ml minyak atsiri yang
mengandung fenol (isopropyl-o-tresol) dan atas dasar itu ia menyatakan sebagai antisepticum
yang bernilai tinggi. Minyak atsiri dari daun bangun-bangun selain berdaya antiseptis ternyata
mempunyai aktivitas tinggi melawan infeksi cacing (Agus, 2009).
Selain minyak atsiri, Duke (2000), melaporkan bahwa dalam daun ini terdapat juga
kandungan vitamin C, B1, B12, betakaroten, niasin, karvarol, kalsium, asam-asam lemak, asam
oksalat, dan serat. Mepham (1987) menyatakan bahwa, daun bangun-bangun juga mengandung
kalium yang berfungsi sebagai pembersih darah, melawan infeksi, mengurangi rasa nyeri dan
menimbulkan rasa tenang sehingga sekresi susu menjadi lancar. Hewan yang mengalami stres
akan membutuhkan tambahan kalium sebanyak 1% untuk mencegah penurunan sekresi air
susu. Defisiensi kalium menyebabkan hilangnya nafsu makan, penurunan bobot badan dan
penurunan produksi air susu (Agus, 2009)
Daun bangun-bangun berpotensi sebagai bahan pangan sumber zat besi, provitamin A
(karoten), dan kalsium. Dalam 100 gram bahan, daun bangun-bangun mengandung kalsium
(279 mg), besi (13,6 mg), dan karoten total (13.288 g) (Mahmud et al., 1995). Nilai ketiga
jenis zat ini lebih besar bila dibandingkan dengan daun katuk (Sauropus androgynus) karena
daun katuk hanya mengandung kalsium (233 mg), besi (3,5 mg), dan karoten total (10.020 g).
(Agus, 2009)
6

J. METODE PELAKSANAAN
J.1. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian makapenelitian ini
dilakukan secara eksperimental, dengan rancangan penelitian yangdigunakan adalah
Randomized Pre-Post Test Control Group Design.
K: Kelompok Kontrol, mencit yang di induksi aloksan dan dilukai, setelah mengalami
keterlambatan penyembuhan, tidak mendapat ekstrak kombinasi pegagan dan
bangunb-bangun maupun povidone iodine
P1: Kelompok Perlakuan 1, mencit yang di induksi aloksan dan dilukai, setelah
mengalami keterlambatan penyembuhan, mendapat ekstrak kombinasi pegagan dan
bangun-bangun sebanyak 5 gram
P2: Kelompok Perlakuan 1, mencit yang di induksi aloksan dan dilukai, setelah
mengalami keterlambatan penyembuhan, mendapat ekstrak kombinasi pegagan dan
bangun-bangun sebanyak 10 gram
B: Kelompok Pembanding, mencit yang di induksi aloksan dan dilukai, setelah
mengalami keterlambatan penyembuhan, mendapat povidone iodine sebasnyak 5
gram
Rancangan penelitian dapat dilihat pada skema sebagai berikut :

Pengkondisian Hiperglikemia Dikeluarkan


Negatif
5 minggu
K
Mencit Positif
7-8 hari Pemeriksaan
P1
Makroskopis dan
Mikroskopis
P2
Random
Alokasi
B

Perlukaan

Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian

J.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama 2 bulan (Februari-Maret).
Perlakuan pada mencit, proses pengambilan jaringan, proses pembuatan sediaan dilakukan di
Laboratorium Mikroskopik Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pengecatan sediaan
dengan pewarnaan Haematoxylin-eosin (HE) dilakukan di FK Untan dan Masson-Trichrome
(MT)di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

J.3. Perlakuan dan Pengukuran


J.3.1. Perlakuan
7

Perlakuan yang diberikan adalah Pemberian Salep Ekstrak pegagan dan bangun-
bangun secara topikal (ke permukaan kulit yang luka) dengan variasi zat aktif pada
dosis 5 gram dan 10 gram.
J.3.2. Pengukuran
a. Makroskopik, Aktivitas re-epitelisasi dihitung dengan cara mengukur lapisan
epitelisasi (lapisan epidermis) perbandingan sebelum dan sesudah pemberian ekstrak
dengan rumus:
% Re-epitelisasi = Panjang luka yang ditutupi epitel X 100%
Panjang Luka Total

b. Mikroskopik,
1. Angiogenesis ditandai dengan adanya neokapilerisasi berupa pembuluh-pembuluh
darah baru
2. jaringan ikat yang ditandai dengan adanya serat-serat kolagen maupun elastin.

J.4. Bahan dan Alat Penelitian


J.4.1. Bahan Coba
Hewan Coba yang digunakan adalah mencit yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Kriteria Inklusi sampel penelitian ini adalah Mencit (Mus musculus) denga berat Badan
20-30 gram, tidak ada abnormalitas anatomis dan metabolic. Sedangkan Kriteria Eksklusi
penelitian adalah mencit tidak terjadi Hiperglikemia dan luka cepat menutup, selama
pengkondisian dan perlakuan mencit tampak sakit (tidak aktif
Jenis hewan coba yang akan digunakan adalah Mencit putih (Mus musculus albinus).
Jumlah hewan coba yang akan dijadikan sampel menurut pada WHO yaitu tiap kelompok
minimal 5 ekor. Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan tiap kelompok 6 ekor
mencit dimana tiap kelompok terdiri dari 5 ekor dan 1 ekor sebagai tambahan, dimana sebelum
diberikan salep kombinasi ekstrak akan diperiksa secara histopatologis untuk memastikan
adanya kegagalan penyembuhan jaringan luka diabetik yang ditandai dengan tidak terjadi
angiogenesis, re-epitelisasi dan pembentukan jaringan ikat.
Randominasi: 28 mencit yang sudah berhasil diperlakukan dikelompokkan secara
random menjadi 4 kelompok yaitu; Kelompok K (6 mencit), Kelompok P1 (6 mencit),
Kelompok P2 (6 mencit), Kelompok B (6 mencit).

J.4.2. Alat dan Bahan


Sampel ekstrak kombinasi pegagan dan bangun-bangun didapat dari koleksi tanaman
obat Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura dan Kebun sekitar kampus.
a. Pembuatan Sediaan Salep Kombinasi
Bahan-bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Bahan-bahan pembuatan salep

Bahan Jumlah (g)


R/Cera Alba 0.95
Setil Alkohol 14.22
Propilen Glikol 9.48
Na Lauril Sulfat 1.90
Air Suling 68.27
Vaselin putih 90.07
Butilhdiroksianol (BHA) 0.01
Metil Praben 0.15
Propil Praben 0.02
8

Ekstrak Kental 5

Povidon iodin yang digunakan pada mencit merupakan hasil konversi dari dosis
manusia dewasa dengan bobot 20 gram. Sedangkan salep kombinasi ekstrak pegagan dan
bangun-bangun yang digunakan adalah konversi salep pada umumnya yang juga dikonversi
dari manusia per 20 gram mencit dengan jumlah yang disesuaikan dengan ukuran luka.

J.4.3 Pelaksanaan Pemeriksaan Histopatologi


a. Bahan Pemeriksaan Histopatologis.
Bahan yang digunakan adalah Formalin buffer 10%, Alkohol 150, 70%, 80%, 90%,
absolut dan xylol, Paraffin cair (histoplast), Albumin dan Poly-L-Lysine, bahan pengecatan
HE, Canada balsam dan Entelan, Pelarut Mordant, Larutan Orange G 0.75%, larutan Ponceau
Xylidine Fuchsin, Phosphotungstic Acid 2,5% dan Anilin Blue.

b. Alat untuk pembuatan sediaan penelitian dengan pewarnaan HE dan MT:


Sedangkan alat yang digunakan meliputi :Digital Tissue Processor Lieica, Tissue,
Blocking Leica, Inkubator suhu, Mikrotom Leica, Auto Stainer Leica XL dan Kaca Obyek
berikut Kaca penutupnya.
c. Alat untuk pengamatan dan dokumentasi sediaan adalah:
Pengamatan dan Dokumentasi dalam Penelitian ini dapat menggunakan: 1 unit Multi
Head Microscope Olympus, Nikon Digital Net Camera DN 100 +SD Card dan 1 Unit Personal
Cumputer

J.5. Metode Penelitian


5.1 Pembuatan Salep Estrak Pegagan dan Bangun-bangun
Pembuatan salep dibuat dengan formulasi berbasis emulsi. Daun bangun-bangun juga
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan pegagan sehingga akan dicampur
bersama.Adapun langkah pembuatan salep basis emulsi adalah sebagai berikut: Setil alkohol,
cera alba, propilen glikol dilelehkan diatas penangas air pada suhu 65C (fase I). Natrium lauril
sulfat dilarutkan dalam air suling, dipanaskan diatas penangas air pada suhu 65C (Fase II).
Fase I dan fase II dicampurkan perlahan-lahan sambil diaduk di atas penangas air selama 10
menit. Campuran dituang dalam mortar sambil diaduk hingga dingin. BHA yang telah
dilarutkan dengan etanoldimasukkan kedalam basis salep digerus homogen.Metil paraben dan
propil paraben yang telah dilarutkan dengan etanol dicampurkan dengan ekstrak.Ekstrak kental
pegagan dicampurkan ke dalam basis sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
homogen.Salep dikemas dalam wadah.

5.2 Perlukaan Pada Mencit


Hewan uji dipuasakan dahulu sebelumnya selama 16-18 jam. Kemudian, disuntikkan
larutan aloksan monohidrat i.p. 160 mg/kg bb pada kelompok K, P1, P2 dan B. Setelah
penyuntikkan, tikus diberi makan dan minum seperti biasa. Kadar glukosa darah hewan uji
diukur sehari sebelum diinduksi aloksan, hari ke-3 dan ke-7 dan minggu ke 5 pengamatan luka.
Parameter keberhasilan penginduksian apabila terjadi kenaikan glukosa darah puasa yang
melebihi 150 mg/dl. Luka dibuat pada hari ke-8 setelah induksi aloksan.
Sebelum dilakukan perlukaan, bulu di sekitar punggung dicukur dan kulit diolesi
dengan alkohol, kemudian mencit diadaptasikan selama 2 hari, baru kemudian dilukai.
Perlukaan dilakukan pada punggung mencit dengan membuat sayatan dengan panjang 1 -1,5
cm dan lebar 0,5 mm menggunakan skalpel yang steril. Sebelum dilakukan penyayatan, mencit
terlebih dahulu dianestesi menggunakan eter.
9

Mencit yang digunakan sebanyak 30 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok.Bahan uji
diberikan 2 kali sehari selama 21 hari dan diamati pada hari ke-1,3,7,14, 21. Pengamatan
dilakukan secara deskriptif terhadap mencit perlakuan den gan membandingkan proses
penyembuhan yang terjadi. Parameter yang diamati antara lain merapatnya kulit, keringnya
luka dan keberadaan keropeng luka, dan dari tinjauan miroskopis seprti luas/diameter dan tanda
radang pada luka.

5.3 Pemberian Salep Kombinasi Pegagan dan Bangun-bangun


Pemberian salep dilakukan dengan cara mengoleskannya di bagian luka pada mencit
perlakuan setiap hari, dari hari ke-1 sampai hari ke 21 setelah perlukaan. Sebagai pembanding
digunakan kontrol negatif yaitu mencit yang diberi salep placebo dan povidone iodine.

5.4 Pelaksanaan dan Pengamatan Histopatologi.


1. Prosedur Pengembilan Jaringan
a) Mencit dimatikan dengan eter, kemudaian diletakkan pada tatakan dan keempat
kakinya difiksasi dengan jarum.
b) Kulit dibagian yang luka diusap dengan alcohol 70% keumdian dibuat sayatan dengan
gunting lurus untuk diangkat.
c) Amati bentuk dan keadaan jaringan, kemudian ambil/potong jaringan yang dapat
diperkirakan dapat menghasilkan sediaan secukupnya.
2. Prosedur Pembuatan Preparat Histopatologi
a) Fiksasi
Jaringan yang diangkat diletakkan di cawan petri kecil yang telah terlebih dahulu dicuci
dengan garam fisiologis dan dimasukkan dalam larutan formalin buffer (larutan
formalin 10% dalam buffer Natrium asetat mencapai pH 7.0). Waktu fiksasi jaringan
18-24 jam. Setelah fiksasi selesai, jaringan dimasukkan dalam larutan aquadest selama
1 jam untuk proses penghilangan larutan fiksasi.
b) Dehidrasi
Potongan jaringan yang dimasukkan dalam alkohol konsentrasi bertingkat.Jaringan
menjadi lebih jernih dan transparan. Jaringan kemudian dimasukkan dalam larutan
alkohol-xylol selama 1 jam dan kemudian xylol selama 5 menit.
c) Impregnasi (Jaringan dimasukkan dalam parafin cair selama 5 menit.
d) Embedding
Jaringan ditanam dalam paraffin padat yang mempunyai titik lebur 56-58 derajat C,
ditunggu sampai paraffin padat. Jaringan dalam paraffin dipotong setebal 4 mikron
dengan mikrotom. Potongan jaringan ditempelkan pada kaca obyek yang sebelumnya
telah diolesi poly-L-Lysine. Jaringan pada kaca obyek dipanaskan dalam Airplate suhu
sampai paraffin mencair.
e) Pewarnaan dengan HE maupun MT
(1) Pewarnaan HE, (Secara berurutan pada kaca obyek dimasukkan ke dalam):
1. Xylol 1 menit 9. Air 7.5 menit
2. Xylol 2 menit 10. Eosin-alcohol-asam asetat (1min)
3. Xylol 2 menit 11. Air 15 detik
4. Alkohol 100% 2 menit 12. Alkohol 80% 15 detik
5. Alkohol 90% 2 menit 13. Alkohol 90% 30 detik
6. Alkohol 70% 2 menit 14. Alkohol 100% 45 detik
7. Air 1 menit 15. Xylol 1 menit
8. Haematoxylin/ 7.5 menit 16. Xylol 1 menit

(2) Pewarnaan MT
10

Sebelum dilakukan pewarnaan, sediaan harus menglami prosesdeparafinasi dan


rehidrasi. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam larutan Mordant selama 30-40
menit lalu dibilas dengan aquades. Selanjutnya sediaan dimasukkan ke dalam larutan
Carrazis Hematoxylin selama 40 menit dan dibilas dengan aquades. Setelah itu,
sediaan dimasukkan ke dalam larutan Orange G 0,75% selama dua menit dan dibilas
dengan asam asetat 1% sebanyak dua kali. Tahap selanjutnya adalah
mencelupkannya ke dalam larutan Ponceau Xylidine Fuchsin selama 15 menit dan
dibilas dengan asam asetat 1% sebanyak dua kali. Lalu sediaan dimasukkan ke dalam
Phosphotungstic Acid 2,5% selama 10 menit dan dibilas dengan asam asetat 1%
sebanyak dua kali. Berikutnya adalahmemasukkan sediaan ke dalam Anilin Blue
selama 15 menit dan dibilas dengan asam asetat 1% sebanyak dua kali.Kemudian
sediaan dicelupkan ke dalam alkohol 95% selama tiga menit.Tahap terakhir adalah
sediaan didehidrasi dan clearing.Sediaan ditutup dengan gelas penutup.

J.6. Pengumpulan dan Analisis Data


Pengumpulan data dilakukan dengan mewarnai dengan HE dan MT untuk
mengamati re-epitelisasi, angiogenesis dan pembentukan jaringan ikat.Setelah data
terkumpul dilakukan cleaning, coding dan tabulasi.Analisa meliputi analisis
deskriptif dan uji hipotesis. Pada analisa deskriptif repeitelisasi, angiogenesis dan
pemebentukan jaringan disajikan dalam bentuk tabel rata-rata, SD, median dan
grafik garis,. Kemudian uji nomalitas data dengan uji Kolmogorov-smirnov dan
homogenitas data dengan uji homogeneity of varience, jika distribusi data normal
dan variasi sama, maka dilanjutkan dengan one way analysis of variance (ANOVA),
Jika distribusi data tidak normal, dilakukan uji kruskal-wallis. Nilai p dianggap
bermakna jika p<0.05.

J.7. Alur Kerja


11

K. JADWAL KEGIATAN
Penelitian dilaksanakan selama 10 minggu dari pertengahan bulan Februari sampai Maret
2012, dengan perincian sebagai berikut :
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV
Persiapan dan Pengumpulan mencit
Pemilihan dan Adaptasi mencit
Pengkondisian (Induksi Aloksan)
Perlukaan Mencit secara bersamaan
Pemberian perlakuan dengan Ekstrak dan
Povidone-Iodine selama 30 hari
Pengontrolan Keadaan Mencit
Pembedahan mencit dan pembuatan
preparat histologi jaringan luka diabetik
Pembacaan preparat histologi jaringan
luka
Pencatatan dan Pelaporan

L. RANCANGAN BIAYA
No. Uraian Harga satuan (Rp) Banyak Jumlah (Rp)
Bahan Habis Pakai
1. Mencit 10.000 30 ekor 300.000
2. Aloksan 106.000 5 gram 530.000
3. Pegagan 1.000 - 1.000
4. Bangun-bangun 1.000 - 1.000
5. Basis Emulsi Salep
- Vaseline putih 35.000 1 kg 35.000
- Na Lauril Sulfat 500 2 gram 1.000
- BHA 3.000 10 mg 30.000
- Metil dan Propil Praben 2.000 50 mg 10.000
-Propilen Glikol 2.000 10 mg 20.000
-Aquadest 175.000 5 liter 875.000
6. Povidone iodine 45.000 1 liter 45.000
7. Alkohol 50%, 70%, 80%, 90% 70.000 4 botol 280.000
8. Xylol 9.000 1 botol 9.000
9. Bahan Pengecatan HE 1.500.000 1 paket 1.500.000
10. Bahan Pengeceatan MT 1.750.000 1 paket 1.750.000
11. Anilin Blue 20.000 1 botol 20.000
12. Canada balsam dan Entelen 250.000 1 buah 250.000
13. Paraffin cair 30.000 1liter 30.000
14. Albumin dan Poly-L-Lysine 74.000 1 buah 74.000
15. Pelarut Mordant 30.000 1 botol 30.000
16. Asam Fosfotungsik 2.5% 20.000 1 botol 20.000
17. Larutan Orange 0.75% 25.000 1 botol 25.000
18. Formalin buffer 10% 12.000 1 botol 12.000
19. Kertas Tissue 5.000 10 roll 50.000
20. Sarung Tangan (Handscoon) 55.000 1 kotak 55.000
21. Masker 15.000 1 kotak 15.000
22. Pakan Tikus 10.000 20 kg 200.000
23 Serbuk Kayu 10.000 5 kg 50.000
12

Total 6.218.000
Alat Penunjang Penelitian
24. Sewa alat penelitian untuk 1.750.000 1 Set 1.750.000
pewarnaan HE dan MT
25. Kaca Objek (isi 50) 45.000 2 kotak 90.000
26 Kaca Penutup (isi 50) 85.000 2 kotak 170.000
27. Kandang Mencit 150.000 5 buah 750.000
28. Minor Set 350.000 3 buah 1.050.000
29. Jarum suntik 3.000 30 buah 90.000
30. Kapas 71.500 2 roll 143.000
31. pH Meter 500.000 1 buah 500.000
32 Glukometer 355.000 1 buah 355.000
33. Bohlam Lampu 10 watt 5.000 5 25.000
Total 4.923.000
Lain-Lain
34 Publikasi 100.000 4 rangkap 400.000
35 Pembuatan Laporan 150.000 4 rangkap 600.000
Total 1.000.000
Grand Total 12.141.000

M. Daftar Pustaka
Agus. 2009. Pengaruh Taraf Pemberian Tepung Daun Bangun-Bangun (Coleus Amboinicus
Lour) Dalam Ransum Induk Babi Menyusui Terhadap Nilai Ekonomi Penampilan Anak
Babi Sapihan. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor
Anggraeni, Dewi Ratih. 2008. Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma Longa
Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus Musculus Albinus). Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Clark, RAF dan AJ. Singer. 1999. Cutaneous wound healing. www.nejm.org. [artikel]
Edison. 2010. Diabetes Mellitus Di Medan (online) (http://www.hariansumutpos.com/v2/wp-
comments-post.php) diakses tanggal 6 Oktober 2012
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes). 2007. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di
Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. (online) (http://www.depkes.
go.id/index.php/berita/press -release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-
indonesia-mencapai-213-juta-orang.html)diaksese tanggal 7 Oktober 2011
How Yee Lai & Yau Yan Lim. 2012. Potential dermal wound healing agent inBlechnum
orientale Linn and Plectrahthus. BMC Journal Complementary and Alternative
Medicine 2011.Vol 11. No.62. diakses 8 Oktober 2012.
Junqueira, L.C, J. Carneiro, dan R.O. Kelley. 1998. Histologi Dasar. Cetakan 1. dr. Jan
Tambayong, penerjemah : dr. Sugiarto Komala dan Alex Santoso, S.Ked, editor. Jakarta
: EGC. Terjemahan dari : Basic Histology. hlm 358- 368.
Kristanti, Ari Nur. 2010. Potensi Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban) Dosis
Tinggi Sebagai Antifertilitas Pada Mencit (Mus Musculus) Betina. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Malang: Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim
Martin, P et al. 1997. Wound Healing, Aiming for Perfect Skin Regeneration.
www.sciencemag.org. Vol 276. [artike]
Prasetyo, Bayu. S. dkk.Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon PisangAmbon dalam
Proses Penyembuhan Luka pada Mencit. Jurnal Veteriner Juni 2010 Vol. 11 No. 2 : 70-
73. 1411 - 8327
13

Priosoeryanto BP, Huminto H, Wientarsih I, Estuningsih S. 2006. Aktivitas Getah Batang


Pohon Pisang dalam Proses Persembuhan Luka dan Efek Kosmetiknyapada Hewan.
Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.
Santosa, Christin Marganingsih dkk. 2011. Efek Air Daun bangun-bangun (Coleus
amboinicus) pada aktivitas inflamasi dan linmfosit tikus putih. Bagian Patologi Klinik
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Wagner FW. The Dysvascular Foot: a System of Diagnosis and Treatment. FootAnkle. 1981;
2: 64-221.
Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi
keempat, Penerbit FK UI, Jakarta 2006.
Winarto, W.R dan Maria Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan. Jakarta: Agromedia
Pustaka
World Health Organization (WHO). 2009. Diabetic Report Count and Card 2010. Time Table
and News of Indonesian Helat Observatory Report vol 4. (online)
(http://apps.who.int/ghodata/) diakses tanggal 05 Oktober 2012

N. LAMPIRAN
N.1 Biodata Ketua
Nama/NIM : Esti Nur Ekasari / I11110025
Program Studi : Pendidikan Dokter / Angkatan 2010
Tempat/Tanggal Lahir : Sintang/25 Februari 1993
Alamat/HP.email :Jln. Arteri Supadio Komp. Pondok Indah Lestari Blok E3 no 5/
085753405923 / estinurekasari.25@gmail.com
Lomba/Prestasi yang pernah diikuti :
1. Finalist OSN Biologi tingkat kota Pontianak
2. Finalist Indonesian Medical Olympiad (IMO) cabang neurologi-psikiatri tahun 2013.

Penulis

Tajul Anshor
I1111

0024

K.2. Biodata Anggota 1


Nama : Ulfa Zara Izzati / I21110054
Program Studi : Farmasi/ Angkatan 2010
Tempat/Tanggal Lahir/No.HP : Singkawang, 07 Juli 1992 / 085750509992
Alamat : Jl. Sepakat 2 Ayani, Pontianak
Email : ulfaizzati@yahoo.co.id
Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :
1. Finalis Lomba Menulis Karya tingkat kota Pontianak (2011) Penulis
2. Olympiade Phythoplasm Pontianak (2010)

Edi Kurnawan
I11110013
K.3 Biodata Anggota 2
14

Nama /NIM : Gama Natakusumawati / I11111017


TempatTanggalLahir : Cianjur, 28 Maret 1994
Alamat : Jalan Silat Baru K4, Pontianak
No.Hp : 085759251288
Email : natakusumagama@gmail.com
Pengalaman organisasi : 1) Staff Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa 2012-2013
2) Anggota Minerva Fakultas Kedokteran Untan
Prestasi dan karya tulis yang pernah buat:
1. Hibiscus rosasinensis sebagai alternatif sabun kain batik (2010)
2. Juara 1 lomba Mading Online se-Jawa Barat (2010)
3. Juara 2 storry telling Banddung Cimahi
Penulis

N.2. Dosen Pembimbing Gama Natakusumawati


Nama / NIDN : I111110017
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat.No.HP :
Posisi :
Mata Kuliah yang diampu :
Latar Belakang Pendidikan :
Penelitian :
List Of Publication(s) :

Anda mungkin juga menyukai