Anda di halaman 1dari 21

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN NILAI HEMATOLOGI MENCIT JANTAN TERHADAP


PEMBERIAN ALUMINIUM KLORIDA DAN PROPOLIS

OLEH

REVANI INDAH PUTRI

E10019015

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN NILAI HEMATOLOGI MENCIT JANTAN TERHADAP


PEMBERIAN ALUMINIUM KLORIDA DAN PROPOLIS

OLEH
REVANI INDAH PUTRI
E10019015

Menyetujui :

Pembimbing Utama

Drh. Pudji Rahayu, M.P.


NIP. 196008021986022001

Pembimbing Pendamping
Mengetahui :
Ketua Jurusan/Program Studi

Dr. Bayu Rosadi, S.Pt., M.Si. Dr. Bayu Rosadi, S.Pt., M.Si.
NIP. 197212101999031003 NIP. 197212101999031003

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik,
hidayah, inayah, serta nikmat yang tak mampu untuk dihitung jumlahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal usulan penelitian yang berjudul “Gambaran
Nilai Hematologi Mencit Jantan Terhadap Pemberian Aluminium Klorida Dan
Propolis”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Drh. Pudji Rahayu, M.P. selaku
dosen pembimbing utama dan dosen Dr. Ir. Bayu Rosadi, M.Si. selaku dosen
pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
usulan penelitian ini sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu.

Jambi, Juni 2022

Revani Indah Putri

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3 Hepotesis............................................................................................ 3
1.4 Tujuan ................................................................................................ 3
1.5 Manfaat............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1 Mencit.................................................................................................. 4
2.2 Aluminium Klorida.............................................................................. 4
2.3 Propolis dan Kandungannya................................................................ 5
2.4 Kegunaan Propolis............................................................................... 6
2.5 Hematologi.......................................................................................... 6
2.5.1. Darah dan Kandungannya............................................................. 6
2.5.2. Hematologi Darah......................................................................... 7
BAB III MATERI DAN METODA................................................................. 9
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 9
3.3 Metode................................................................................................. 9
3.3.1. Penggunaan Propolis..................................................................... 9
3.3.2. Ekstrak Propolis............................................................................ 9
3.3.3. Pemeliharaan Mencit, Pemberian Aluminium Klorida Dan Propolis 10
3.3.4. Pemberian Ekstrak Propolis.......................................................... 11
3.3.5. Teknik Pengambilan Darah........................................................... 11
3.3.6. Teknik Pembedahan...................................................................... 11
3.3.7. Pengukuran Hematologi................................................................ 12

ii
3.3.8. Analisis Data................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aluminium (Al) merupakan logan yang banyak digunakan di dunia.
Aluminium adalah elemen yang memiliki jumlah sekitar 8% dari permukaan kerak
bumi. Oleh karena itu aluminium dapat digolongkan dalam logam yang berlimpah di
dalam kerak bumi setelah silikon dan oksigen (Djaprie, 1995). Aluminium sangat
bermanfaat untuk manusia, tetapi aluminium juga dapat berbahaya bagi tubuh
manusia. Aluminium memiliki sifat biokmulatif pada jaringan tubuh seperti otak,
tulang, dan ginjal (Kahtani et al., 2014).
Sumber paparan aluminium pada manusia sangat beragam. Tubuh manusia
dapat terpapar oleh aluminium melalui makanan, air, udara, kosmetik, obat-obatan,
dan lain-lain (Vignal et al., 2016). Aluminium masuk ke tubuh melalui makanan
sebesar 1-20 mg dalam sehari (Exley, 2013). Kandungan aluminium terdapat dalam
makanan dapat meningkat dengan penggunaan pelaratan masak dari aluminium dan
aluminium foil. Cemaran aluminium dalam air minum dapat berpotensi
meningkatkan tekanan darah didalam tubuh. Obat-obatan yang mengandung
aluminium yaitu antasida, bufer aspirin, obat diare, dan vaksin (Crisponi et al., 2012).
Efek pencemaran aluminium terhadap kesehatan dapat timbul determatitis. Selain
mempunyai efek susunan syaraf, pencemaran aluminium jangka panjang dapat
mengakibatkan efek kesehatan yang serius seperti system syaraf pusat, darah,
kehilangan memori, tremor dan depresi.
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang paling banyak digunakan
sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40–80%.
Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium, khususnya digunakan dalam
penelitian biologi. Mencit mempunyai banyak keunggulan sebagai hewan coba, di
antaranya siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi
sifat-sifatnya tinggi, dan mudah dalam penanganannya (Suckow et al., 2001). Mencit
memiliki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan (khususnya digunakan dalam

1
penelitian biologi), yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran
banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudahkan dalam penanganannya (Fransius,
2008).
Darah merupakan komponen yang sangat penting karena berfungsi untuk
mengedarkan substansi yang masuk ke dalam tubuh maupun yang dihasilkan tubuh
dari proses-proses metabolisme. Hematologi adalah ilmu yang mempelajari cara
penilaian darah. Nilai hematologi (profil darah) berguna untuk menilai kondisi
kesehatan dan sebagai acuan nilai awal (baseline) atau kontrol dalam suatu penelitian.
Adanya gangguan metabolisme, penyakit, kerusakan struktur dan/atau fungsi organ,
pengaruh agen/obat, dan stres dapat diketahui dari perubahan profil darah (Iheidioha
et al., 2012).
Propolis merupakan suatu zat ekstrak dari resin yang dihasilkan dari getah,
tunas, daun dan eksudat pohon yang dikumpulkan oleh lebah pekerja untuk mencari
resin dari daun yang baru tumbuh dan batang pohon tertentu yang kemudian
dicampur dengan lilin lebah, madu, serta enzim yang ada di dalam sarangnya.
Propolis sifat pekat, bergetah, propolis biasanya memiliki warna coklat tua atau hijau
tua tergantung dari sumbernya dan rasanya yang pahit. Propolis telah banyak
digunakan dimana getah yang telah dihilangkan juga dapat digunakan sebagai
kosmetik, minuman, dan juga makanan untuk kesehatan (Castaldo et al., 2002).
Propolis terdiri dari resin (50%), lilin (30%), minyak essensial (10%), pollen
(5%), dan komponen organik (5%). Propolis mengandung beberapa komponen kimia
antara lain polifenol (flavonoid, asam fenolat dan esternya) terpenoid, streroid dan
asam amino, serta mineral-mineralnya. Flavonoid merupakan kandungan yang
terpenting dari propolis yang berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri, antivirus,
antijamur dan anestesi lokal untuk menjaga daya tahan tubuh. (Hassan dkk, 2013).
Menurut Krell (2005), menyatakan bahwa komposisi yang membuat propolis
memiliki kelebihan dibandingkan dengan imunomodulator yaitu flavonoid sebagai
bahan utamanya.
Salah satu cara dapat digunakan untuk menangkal racun yang ditimbulkan
dampak buruk yang ditimbulkan oleh aluminium terhadap hematologi adalah

2
menggunakan antioksidan. Penggunaan antioksidan untuk memperbaiki efek
toksisitas dari aluminium dianggap lebih aman karena tidak memiliki efek samping.
Sumber antioksidan yang telah banyak digunakan adalah propolis. Senyawa organik
yang penting dalam propolis diantaranya fenolik, ester, flavonoid, betasteroid, aldehid
aromatik dan alkohol (Huang et al., 2014). Senyawa polifenol terutama flavonoid
dalam propolis dapat memberikan efek sebagai antioksidan (Dai & Mumper, 2010).
Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Nilai
Hematologi Mencit Jantan Terhadap Pemberian Aluminium Klorida Dan
Propolis” untuk menentukan meneliti lebih lanjut efek aluminium klorida dan
propolis terhadap gambaran hematologi menggunakan media mencit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan pendahuluan yang telah diuraikan diatas, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengaruh pemberian propolis terhadap nilai hematologi mencit jantan
2. Pengaruh pemberian propolis terhadap hematologi yang terkontaminasi
aluminium klorida.
1.3 Hipotesis
Beberapa asumsi telah dibuat dalam hipotesis gambaran nilai hematologi
mencit terhadap pemberian aluminium klorida dan propolis. Penurunan tingkat
kualitas hematologi darah yang terkontaminasi aluminium. Penggunaan propolis
dapat meningkatkan kualitas hematologi darah. penggunaan propolis dapat
memperbaiki kualitas hematologi darah yang terkontaminasi aluminium.
1.4 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pencemaran aluminium
klorida dan propolis terhadap gambaran hematologi mencit jantan sebagai hewan
percobaan.
1.5 Manfaat

3
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pencemaran
aluminium klorida dan propolis terhadap gambaran hematologi mencit jantan. Oleh
karena itu dilakukannya penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mencit
Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan khusus
diternakkan untuk keperluan penelitian biologi. Hewan laboratorium tersebut
digunakan sebagai model untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia. Beberapa jenis hewan dari ukurannya terkecil dan sederhana ke ukuran
yang besar dan lebih komplek digunakan untuk keperluan penelitian. Salah satunya
adalah mencit. Klasifikasi dari mencit (Mus musculus L.) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus L.
(Soesilo, 1995).
Morfologi mencit yang kecil tampak praktis, sehingga dalam ruangan yang relatif
kecil dapat dipelihara atau digunakan untuk penelitian dalam jumlah banyak. Di
samping itu konsumsi makanannya relatif tidak banyak dibandingkan hewan lain.
Dari segi reproduksi, berkembangbiak dalam waktu relatif singkat, sehingga
keturunannya dapat diperoleh dalam waktu singkat pula. Maka penggunaannya
sebagai hewan percobaan dapat memberikan beberapa keuntungan misalnya dalam
hal tempat, waktu, tenaga dan biaya.

4
2.2. Aluminium Klorida
Aluminium (Al) merupakan logam yang sangat melimpah di alam dan
termasuk dalam tiga logam terbanyak di kerak bumi (8%) setelah oksigen (47%) dan
silikon (28%). Aluminium tidak ditemukan dalam bentuk bebas, tetapi kombinasi
dengan unsur lain sepeti hidroksida, silikat, sulfat, dan fosfat (Kumar dan Gill, 2009).
Aluminium berwarna putih keperakan, kuat, ringan, lentur, mudah dibentuk, tidak
mudah terbakar, konduksi panas, dan non magnetik (Gandara, 2013). Sumber alami
dan penyebaran aluminium berasal dari erosi tanah, pelapukan batuan, dan aktivitas
gunung berapi. Aluminium juga berasal dari pertambangan dan proses industri yang
melepaskan aluminium ke udara (Dolara, 2014). Aluminium merupakan logam kedua
yang paling banyak dimanfaatkan setelah besi. Aluminium dalam bentuk logam
digunakan untuk alat transportasi, bahan kontruksi bangunan, peralatan masak, dan
bahan pengemas. Aluminium dalam bentuk senyawa digunakan untuk industri seperti
pada produksi kaca, keramik, pembuatan kertas, dan pengolahan air (Gandara, 2013).
Aluminium juga digunakan dalam zat aktif dan pewarna makanan, obat-obatan, serta
kosmetik.

2.3. Propolis dan Kadungannya


Propolis adalah produk yang dihasilkan oleh lemah yang mengandung resin
dan lilin yang dikumpulkan lebah dari sumber tanaman. Propolis dikumpulkan lebah
dari pucuk daun-daun muda kemudian dicampurkan dengan air liur yang digunakan
untuk menambal dan mensterilkan sarangnya. Propolis memiliki kandungan senyawa
alami yang dikoleksi oleh lebah yang berasal dari kuncup dan eksudat tananam dari
pepohonan. Propolis telah banyak digunakan sebagai obat alternatif alami pada saat
ini. Komponen yang terkandung di dalam propolis merupakan senyawa bioaktif yang
dapat memberikan efek positif pada tubuh.
Senyawa bioaktif propolis yaitu flavonoid dan fenoliknya. Senyawa bioaktif
tersebut adalah antioksidan dapat digunakan untuk melawan radikan bebas.
Kandungan yang terdapat pada senyawa flavonoid dan fenolik dalam propolis
tergantung dari letak geografis dari lebah tersebut (Chan et al., 2013). Kandungan

5
lebah untuk mencari makan dapat mempengaruhi kualitas yang terdapat pada
propolis. Kandungan dari propolis sangat beragam dikarenakan lebah yang
mengambil resin terdapat dipohon sekitar wilayah penggembalaan.
Menurut Sabir (2005) mengatakan bahwa komposisi pada propolis sangat
beragam dan erat hubungannya dengan umur dan jenis tumbuhan pada umumnya
propolis merupakan campuran dari resin dan getah 39%, polifenol 1,2-17%,
polisakarida 2-3%, lilin atau wax 19-35%, dan bahan lainya 8-12%. Flavonoid,
fenolik dan antioksidan merupakan senyawa terkandung didalam propolis yang
memiliki manfaat sebagai antioksidan.

2.4. Kegunaan Propolis


Secara empiris, propolis diyakini sebagai salah satu bahan alam yang relatif
aman dan memiliki banyak manfaat. Manfaat propolis sangat bergantung pada
kandungan kimia yang ada di dalamnya. Secara umum, propolis memiliki beberapa
kandungan yang terdiri dari asam amino, terpenoid dan polifenol (asam fenolik, ester
dan flavonoid).
Flavonoid merupakan salah satu kandungan penting dalam propolis yang
memiliki efek sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antialergi, antivirus dan
antibakteri. Flavonoid sebagai antibakteri tergantung pada struktur cincin
aromatiknya. Secara umum, mekanisme kerjanya terbagi menjadi 3 yaitu
menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan
menghambat metabolisme energi. Propolis diketahui mempunyai kandungan
flavonoid yang tinggi (Bankova 2008; Kumazawa 2007). Kandungan antioksidan
lainnya yang juga ditemui dalam propolis adalah vitamin A, C, E, dan mineral Zn
(Bankova 2008).

2.5. Hematologi

2.2.1. Darah dan Kandungannya


Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,

6
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Darah membawa
oksigen dan nutrisi bagi seluruh sel dalam tubuh serta menyangkut produk-produk
hasil metabolisme sel. Darah berada di dalam suatu pembuluh darah arteri maupun
vena, dan merupakan sebagaian dari sistem organ tubuh manusia yang berperan
penting bagi kelangsungan hidup. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian
(Riswanto, 2013). Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan
darah) dan 45% adalah komponen sel-sel darah. Komponen sel-sel darah yang paling
banyak adalah sel darah merah atau eritrosit yaitu sejumlah 41%
Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertiga belas berat
tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel darah manusia terdiri dari sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit) dan trombosit (keping darah) (World
Health Organization, 2003 ). Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan
langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur,
yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Plasma darah
merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah
mengandung plasma darah hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air.

2.2.2 Hematologi Darah

Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk


mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian
padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian
cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin
dapat menentukan kualitas kesehatan. Beberapa data pemeriksaan laboratorium
dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi
organ, menentukan resiko suatu penyakit, memantau progresivitas penyakit,
memantau kemajuan hasil pengobatan, dan sebagainya.

Pemeriksaan hematologi terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin,


hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Nilai hematologi atau profil darah berguna

7
untuk menilai kondisi kesehatan dan sebagai acuan nilai awal (baseline) atau kontrol
dalam suatu penelitian. Adanya gangguan metabolisme, penyakit, kerusakan struktur
atau fungsi organ, pengaruh agen/obat, dan stres dapat diketahui dari perubahan profil
darah (Iheidioha et al., 2012). Terjadinya perubahan pada darah dapat
mengindikasikan bahwa adanya kelainan atau penyakit (Anwar, 2015).

8
BAB III
METERI DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian akan dilakukan selama .... hari pada bulan Juli 2022. Bertempat di
kandang peternakan dan Gedung Percobaan C Fakultas Peternakan Universitas
Jambi.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah masker wajah, spuit with
needle 1 mL, gelas reaksi, cawan petri , jarum, mikrohematokrit, steroform,
mikroskop, tabung Erlenmeyer, tabung reaksi, corong kaca, kaca objek, kertas saring,
rotary evaporator, pipet tetes, termometer ruangan, kandang plastik mencit, tempat
minum mencit, gunting bedah, pinset anatomi, surgical blade, sarung tangan, kater.

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah 48 ekor mencit, larutan
NaCl 0,9% fisiologis, etda, kloroform, kassa, alcohol 70%, air, propolis kasar, cairan
Tween 80 atau polysorbate 80, pellet mencit, cairan 5 IU PMSG (Foligon, Intervet,
Netherland) dan 5 IU hCG (Chorulon, Intervet, Netherland).

3.3. Metode

3.3.1. Penggunaan Propolis

Propolis kasar yang diperoleh dan disimpan pada suhu -5o C sampai
digunakan. Sampel propolis diekstraksi menurut penelitian terdahulu. Sampel
dilarutkan dalam pelarut (air, 75% etanol) dan diperlakukan dalam ultrasound bath
selama 4 jam, ekstrak difilter dan diuapkan untuk mendapatkan ekstrak propolis
kering. Ekstrak dilarutkan kembali dalam 1% Tween 80 untuk pemberian propolis
secara oral.

9
3.3.2. Ekstrak Propolis

Propolis kasar disiapkan dalam wadah. Propolis dibersihkan dari material


yang tidak diperlukan dan potong bagian propolis menjadi material yang lebih kecil.
Lalu propolis dimasukkan pada tabung Erlenmeyer sebanyak 50 gram dengan
penambahan larutan (etanol sebanyak 75% + air) sebanyak 500 ml. larutan dan
propolis pada tabung Erlenmeyer digoncang perlahan untuk proses pencampuran
bahan, selanjutnya direndam dan diendapkan selama 4 jam. Hasil rendaman tersebut
difilter menggunakan kertas saring dan corong kaca untuk memisahkan endapan
larutan propolis dengan lilinnya.
Hasil dari saringan endapan propolis tersebut dilakukan proses penguapan,
dapat mengunakan alat rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak propolis yang
bebas kontaminasi bahan pencemar. Ekstrak propolis dimasukkan kedalam botol
ekstrak propolis menggunakan pipet tetes.

3.3.3. Pemeliharaan Mencit, Pemberian Aluminium Klorida Dan Propolis

Empat puluh delapan ekor mencit betina strain Balb/c berumur rata-rata 42
hari digunakan dalam penelitian ini. Mencit dipelihara secara individual dalam
kandang plastik, dalam ruang dengan berpengatur suhu yang dipertahankan pada suhu
24oC, dan siklus gelap/terang masing-masing 12 jam. Kelembaban dipertahankan
minimum pada 50%, pakan diberikan berupa pellet dan diberi minum air keran
adlibitum.

Percobaan dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap. Setelah masa


adaptasi selama satu minggu, mencit dibagi secara acak ke dalam 4 perlakuan yaitu:

P0 : diberikan NaCl fisiologis

P1: diberikan aluminium klorida (4,2 mg/kg bobot badan) dalam pelarut NaCl
fisiologis

P2: diberikan propolis (6 mg/kg bobot badan) dalam pelarut NaCl fisiologis

10
P3: diberikan aluminium klorida (4,2 mg/kg bobot badan) dan propolis (6 mg/kg
bobot badan) dalam pelarut NaCl fisiologis.

Masing-masing perlakuan terdiri dari 12 ekor mencit, sehingga digunakan


sebanyak 48 ekor mencit. Perlakuan diberikan dengan metode pencekokan
menggunakan sonde selama 30 hari. Bobot badan ditimbang setiap hari.

3.3.4. Pemberian Ekstrak Propolis

Pada pemberian propolis terhadap mencit. Pastikan mencit dalam keadaan


sehat dan hidup dalam kandang. Usahan tetap tenang dalam penanganan mencit, agar
tidak terluka akibat gigitan mencit. Untuk menangkap mencit sebaiknya mulai pada
bagian ekor kemudian menuju bagian kepala.

Pemberian ekstak larutan propolis ditambahkan dengan 1% Tween 80


(polysorbate 80) yang diinjeksikan secara oral melalui mulut. Selanjutnya mencit
yang telah diinjeksikan ekstrak propolis dimasukkan kembali ke kandang dan di
biarkan selama 48 jam. Agar larutan dapat bekerja secara maksimal.

3.3.5. Teknik Pengambilan Darah

Ada beberapa teknik pengambilan darah yang bisa dilakukan mencit agar
tetap hidup. Teknik ini dapat dilakukan pada sinus retro orbital. Pada teknik ini
mencit dapat dilakukan anestesi umum atau anastesi lokal. Sinus retro ortibal terletak
dibelakang mata. Pengambilan darah harus dilakukan secara hati-hati dan tidak boleh
menggores kornea. Mikrohematokrit dipersiapkan, mikrohematokrit dipatahkan
menjadi dua bagian, mencit dipegang dengan benar. Mikrohematokrit digoreskan
pada medial canthus mata dibawah bola mata ke arah foramen opricus.
Mikrohematokrit diputar sampai melukasi plexus. Darah yang ditampung ke tabung
darah yang diberikan antikoagulan digoyangkan membentuk angka delapan.

3.3.6. Teknik Pembedahn

Langkah awal adalah persiapan hewan mencit betina, cara memegang mencit
yaitu di mulai dari bagian ekor, lalu ke bagian kepala. Untuk membedakan antara

11
mencit jantan dan betina dapat dilihat pada bagian alat kelamin. Pada mencit jantan
ditandai dengan adanya testis yang dibungkus stratum berbentur bulat, di atas anus.
Pada mencit betina ditandai dengan adanya lubang vagina di atas anus. Pada anastesi
mencit dilakukan untuk memberikan efek tenang dan tidak bergerak pada proses
pembedahan organ dalam mencit. Anastasi menggunakan kloroform yang dituang ke
dalam wadah topless beralaskan kassa dengan rataan air ± 1 cm lalu ditutup kembali.
Mencit didiamkan sampai lemas tidak bergerak.

3.3.7. Pengukuran Hematologi

HCl 0,5 N dimasukkan kedalam tabung pengencer haemometer,darah di hisap


dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 0,2 ml. darah yang melekat dihapus
pada sebelah luar ujung pipet. Mencatat waktu dan darah dialirkan dari pipet kedalam
dasar tabung pengenceran yang berisi HCl . pipet diangkat sedikit, kemudian asam
HCl yang jernih dihisap kedalam pipet 3 kali untuk membersihkan darah yang masih
tersisa di dalam pipet. Isi tabung dicampurkan supaya darah dan asam bersenyawa,
warna campuran menjadi coklat tua. Air ditambahkan menggunakan pipet tetes,
diaduk dengan batang standar 5 menit setelah saat darah dan HCl dicampurkan dalam
alat sahli (3 menit dalam alat sahli Erka). Dalam alat mempersamakan warna dan
tabung diputar sehingga garis bagi tidak terlihat. kadar hemoglobin dibaca dengan
gram/100 ml darah (g%).

Penghitungan kadar hematokrit yaitu dengan memasukan darah dalam kapiler


hematokrit hingga ¾ dari kapiler. Bagian bawah kapiler ditutup dengan paraffin,
sebelum dimasukan dalam alat sentrifuse. Proses sentrifugasi dilakukan dengan posisi
kapiler tertutup paraffin menghadap keatas. dan dilakukan selama 30 menit dengan
kecepatan 4.000 rpm. Pembacaan kadar hematokrit dengan memperhatikan tinggi
kolom eritrosit, tebal lapisan putih diatas eritrosit, dan warna kuning dari lapisan
plasma. Kadar hematokrit dinyatakan dalam persentase. Jumlah eritrosit dihitung
menggunakan hemositometer (bilik hitung Improved Double Neubauer).

12
Darah EDTA dihisap dengan pipet eritrosit sampai angka 0,5. Langkah kedua
pipet eritrosit dicampur dengan larutan Hayem dengan cara dihisap sampai batas
angka 101. Darah dan larutan hayem dikocok supaya homogen. Larutan pada pipet
diteteskan ke dalam hemositometer. dan dibaca pada mikroskop dengan perbesaran
10x Jumlah leukosit dilakukan dengan cara memipet darah EDTA hingga batas 0,5
ml. Langkah kedua, menghisap larutan asam asetat 1% hingga batas 11.0. Darah dan
larutan asam asetat 1% dikocok supaya homogen. Larutan pada pipet digunakan
untuk menghitung leukosit menggunakan hemositometer. Cara penghitungan jumlah
eritrosit yaitu pada lima bidang di tengah dengan luas masing-masing bidang 0,2 x
0,2 mm2, sedangkan jumlah leukosit dihitung pada empat bidang disamping bidang
penghitungan jumlah eritrosit. Bidang penghitungan jumlah leukosit dengan luas
masing-masing bidang 1 x 1 mm2.

3.3.8. Analisis Data

Data yang dianalisis memakai sidik ragam. Jika perlakuan berpengaruh nyata
terhadap perubahan yang diamati saat dilakukan uji lanjut Duncan. Semua
perhitungan statistik menggunakan perangkat lunak SPSS ver 14.0.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Amstead, B.H., Djaprie, S. (Alih Bahasa), 1995, Teknologi Mekanik, Edisi ke-7, Jilid
I, PT. Erlangga, Jakarta.
Anwar, N. 2015, Pengaruh Status Istirahat Terhadap Profil Darah Sapi Bali Sebelum
Pemotongan Di RPH Antang Makassar, Universitas Hasanudin, Makassar.
Bankova V, Trusheva B, & Popova M. 2008. New developments in propolis chemical
diversity studies (since 2000). Scientific evidence of the use of propolis in
ethnomedicine, 2008, 1-13.
Castaldo S, Capasso F. 2002. Propolis, an old remedy used in modern medicine.
Fitoterapia 73 Suppl. 1; Sl-S6.
Chan, G. C.-F., Cheung, K.-W., & Sze, D. M.-Y. (2013). The immunomodulatory &
anticancer properties of propolis. Clinical Reviews in Allergy &
Immunology, 44(3), 262–273. https://doi.org/10.1007/s12016-012-8322-2
Dai, J., & Mumper, R. J. (2010). Plant phenolics: Extraction, analysis and their
antioxidant and anticancer properties. Molecules, 15(10), 7313–7352.
Dolara, P. 2014. Occurrence, exposure, effect, recommended intake and possible
dietary use of selected trace compounds (aluminium, bismuth, cobath, gold,
lithium, nickel, silver). International Journal of Food Sciences and Nutrition.
65(8): 911-924.
Exley, C. 2013. Human exposure to aluminium. Environmental Science Processes &
Implacts. 15(10):1807-1816.
Gandara, M. J. F. 2013. Aluminium: the metal of choice. Materials and Technology.
47(3): 261-1665.
Huang, S., Zhang, C. P., Wang, K., Li, G. Q., & Hu, F. L. (2014). Recent advances in
the chemical composition of propolis. Molecules, 19(12), 19610–19632.
Ihedioha JI, Ugwuja JI, Noel-Uneke OA, Udeani IJ, Daniel-Igwe G. 2012. Reference
values for the haematology profile of conventional grade outbred albino mice
(Mus musculus) in Nsukka, Estern Nigeria. Animal Research International.
9(2):1601-1612.

15
Kahtani, M. A. A., A. M. Abdel-Moneim, dan W. M. El-Sayed. 2014. The influence
of taurine pretreament on aluminium chloride induced nephrotoxicity in swiss
albino mice. Histology and Hispathology. 29: 45- 55.
Krell, R. 2005. Value Added Products From Beekeeping: Bee glue. United Nations
Rome: FAO Agricultural Services.
Kumar, V., A. K. Abbas, dan J. C. Aster. 2013. Robbins Basic Pathology. Ninth
Edition. Philadepia: Elsevier. Hal. 11-17.
Kumazawa S, Hamasaka T, & Nakayama T. 2007. Antioxidant activity of propolis of
various geographic origin. Food Chemistry, 84, 329-339.
Mangaratua, Parlindungan Silitonga Fransius. Penampilan Reproduksi Mencit
(Musmusculus) yang Diberi Daun Torbangun (Coleus amboinicuslour) dan
Taraf sop Daun Torbangun Kering. Bogor: Program Studi Teknologi Produksi
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, 2008. (06 Juni 2013).
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia dan
Kanal Media.
Sabir, A. (2005). Respons inflamasi pada pulpa gigi tikus setelah aplikasi ekstrak
etanol propolis (EEP). Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 38(2), 77–83.
https://doi.org/10.20473/j.djmkg.v38.i2.p77-83
Soesilo. 1995. Hewan Vetebrata. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Suckow, M.A., Danneman, P. & Brayton, C. 2001. The Laboratory Mouse. Florida:
CRC Press.
Vignal, C., P. Desreumaux, dan M. Body-Malapel. 2016. Gut: an underestimated
target organ for aluminium. Morphologie. 1-10.
World Health Organization. 2003. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai