Dasar Dasar Sistem Penelolaan Sampah PDF
Dasar Dasar Sistem Penelolaan Sampah PDF
1. Pendahuluan
1
Gambar 1. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah
2
Pengangkutan sampah dari sumber sampah (kawasan perumahan, perkantoran,
komersial, industri, dan lain-lain) ke TPA merupakan cara konvensional yang sampai
saat ini masih mendominasi pola penanganan sampah di Indonesia. Namun sesuai
dengan Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Persampahan, paradigma pola
pengelolaan sampah tidak lagi mengandalkan pola kumpul-angkut-buang, namun
beralih ke pola pengurangan dan pemanfaatan sampah sejak dari sumbernya, sehingga
volume sampah yang dibuang ke TPA sudah sangat berkurang.
Prasarana pengangkutan sampah dapat berupa gerobak/sepeda/motor sampah
atau truk terbuka. Adanya perubahan paradigma penanganan sampah tersebut, maka
diperlukan perubahan pola pengangkutan sampah baik untuk sampah tercampur
maupun sampah terpilah.
Kondisi operasional TPA yang sebagian besar dilakukan secara open dumping
pada umumnya karena keterbatasan sumber daya manusia dan dana. Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa mulai tahun 2013 tidak diperkenankan lagi
operasi TPA secara open dumping. Untuk itu proses perencanaan memegang peranan
penting dalam pelaksanaan pengelolaan persampahan. Keterlibatan dalam pengelolaan
persampahan tidak hanya oleh pemangku kepentingan tetapi termasuk masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi sampah
baik timbulan (berat atau volume) serta komposisinya.
2. Pengertian Sampah
3
3. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut paut
dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi,
pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan
faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-
faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat.
Menurut UU no 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
4
- Komposisi sampah dengan kandungan organik tinggi (60-80%) merupakan
potensi sumber bahan baku kompos yang dapat melibatkan peran serta
masyarakat.
- Daur ulang oleh sektor informal perlu diupayakan menjadi bagian dari sistem
pengelolaan sampah perkotaan.
- Tempat Pemrosesan Akhir merupakan tahap terakhir penanganan sampah.
Pemanfaatan TPA sebaiknya untuk jangka panjang (minimal 10 tahun).
- Insinerator merupakan pilihan teknologi terakhir untuk pengolahan sampah kota,
mengingat karakteristik sampah di Indonesia yang masih mengandung organik
yang cukup tinggi, biaya investasi dan operasi serta pemeliharaan yang mahal.
Pengelolan persampahan dapat terdiri dari 5 aspek seperti dalam Gambar 2 dibawah
ini.
A S P E K T E K N IS
O P E R A S IO N A L
ASPEK ASPEK
HUKUM DAN P E R A N S E R TA
P E R AT U R A N M A S YA R A K AT
5
Penimbulan
Penanganan:
pemisahan,
penyimpanan dan
prosesing di tempat
Pengumpulan
Pemrosesan Akhir
6
Gambar 4. Pola Operasional Penanganan Sampah
7
Gambar 5. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
3.2.1.1. Penimbulan
A. Sumber Sampah
8
a. Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
c. Sampah spesifik sebagaimana dimaksud meliputi:
sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
sampah yang timbul akibat bencana;
bongkaran bangunan;
sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
sampah yang timbul secara tidak periodik.
9
Daerah Perumahan (rumah tangga)
Sumber sampah didaerah perumahan dibagi atas :
- Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income)
- Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income)
- Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah/daerah kumuh (Low income/slum
area)
Daerah Komersial
Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan, hiburan dan lain-
lain. Yang termasuk kategori komersial adalah pasar pertokoan hotel restauran bioskop
salon kecantikan industri dan lain-lain.
Fasilitas Umum
Fasilitas umum merupakan sarana/prasarana perkotaan yang dipergunakan untuk
kepentingan umum. Yang termasuk dalam kategori fasilitas umum ini adalah
perkantoran, sekolah, rumah sakit, apotik, gedung olah raga, museum, taman, jalan,
saluran/sungai dan lain-lain.
Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan untuk
kepentingan sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini meliputi panti-panti sosial
(rumah jompo, panti asuhan) dan tempat-tempat ibadah (mesjid, gereja pura, dan
lain-lain).
Sumber Lain
Dari klasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat dikembangkan lagi jenis
sumber-sumber sampah yang lain sesuai dengan kondisi kotanya atau peruntukan tata
guna lahannya. Sebagai contoh sampah yang berasal dari tempat pemotongan hewan
atau limbah pertanian ataupun buangan dari instalasi pengolahan air limbah (sludge),
dengan catatan bahwa sampah atau limbah tersebut adalah bersifat padat dan bukan
kategori sampah B3.
B. Timbulan Sampah
Ukuran timbulan sampah dapat didasarkan kepada berat dan volume.
- Berdasarkan berat, satuan berat ton, kg
- Berdasarkan volume, satuan volume liter, m3
10
Industri l waste/product.day
Pertanian l waste/ton of raw product
Jalan l/panjang jalan
Metoda Pengukuran
1. Load-Count Analysis
Didasarkan atas jumlah kendaraan pengangkutan yang masuk dilokasi Transfer
Station atau Recycling Center atau TPA, bisa berdasarkan jumlah, volume dan
berat.
2. WeightVolume Analysis, pengukuran langsung pada kendaraan pengangkut, bisa
berdasarkan berat, atau volume.
2. Metoda Geometric
Metoda yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada suatu
daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara eksponensial.
Persamaan matematis yang digunakan adalah :
Pn = Po ( 1+ r )dn
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
11
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = Kurun waktu proyeksi
Penentukan metoda yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu kita
mencari nilai korelasi (r) untuk tiap-tiap metoda. Pada metoda yang mempunyai
nilai korelasi paling mendekati nilai 1, itulah yang akan dipakai. Rumus nilai
korelasi (r) adalah sebagai berikut :
n(XY) (Y)(X)
r
2 2 2 2
{n(Y ) (Y) }{n(X ) (X)
12
K =S/N (2)
dimana:
K = Jumlah contoh (KK)
N = Jumlah jiwa per keluarga = 5
13
Penentuan densitas sampah ini berdasarkan SNI M-36-1991-03 dilakukan
dengan cara menimbang sampah yang disampling dalam 1/5 - 1 m3 volume
sampah. Sebuah kotak disiapkan dengan ukuran 20 x 20 cm dan kedalaman
100 cm. Sampah dimasukkan dalam wadah dan dilakukan penimbangan berat
serta dilakukan pengetrokkan sebanyak 3 kali kemudian dihitung volume
sampah. Berdasarkan hasil ini diketahui berapa besar densitas sampah kg/m3.
Densitas ini sangat tergantung sampel sampah yang diukur, apakah sampah
lepas dari sumber sampah, sampah di gerobak yang mungkin telah mengalami
sedikit pemadatan ataupun sampah di truck compactor yang memang telah
dilakukan pemadatan terhadap sampah.
14
B.2. Metoda Pengukuran Jumlah Timbulan Sampah
outflow
gas pembakaran dan debu
Penyimpanan bahan-bahan
inflow (bahan baku, produk dan outflow
(bahan) sampah) outflow
(produk)
outflow
(sampah dan air limbah)
Cara Menganalisis:
Pertama : tentukan batas system (system boundary)
kedua : identifikasi seluruh kegiatan di dalam system yang akan menghasilkan
sampah
15
ketiga : identifikasi jumlah timbulan sampah dari masing-masing aktifitas
tersebut
keempat : dengan hubungan matematik, tentukan timbulan sampah,
pengumpulan dan tersimpan
Formula :
Metoda lain yang dapat sering digunakan untuk menentukan laju timbulan sampah
adalah berdasarkan proyeksi penduduk dan penetapan kriteria besar timbulan sampah.
Sebagai pedoman, dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, Departemen PU
menetapkan kriteria besar timbulan sampah berdasarkan sumber sampah dan
karakteristik kota, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
16
8 Jalan kolektor per meter/hari 0,10 0,15 0,010 0,050
sekunder
9 Jalan lokal per meter/hari 0,05 0,1 0,005 0,025
10 Pasar per meter2/hari 0,20 0,60 0,1 0,3
Sumber : Standar Spesifikasi Timbulan sampah untuk kota kecil & sedang di
Indonesia, Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993.
Jawab :
tentukan jumlah sampah yang dihasilkan tiap rumah/minggu
- Truk kompaktor : 9 x 20 m3 = 180 m3
- Dump truk : 7 x 8 m3 = 56 m3
- Pick up : 10 x 2 m3 = 20 m3
- Total sampah : 256 m3/minggu
- Volume sampah yang dihasilkan setiap rumah : 256 m3/1200 rumah
- = 0,2133 m3/rumah/minggu
2. Mass Balance
Tentukan berat sampah yang dibuang ke TPA dan berat sampah yang
dapat dimanfaatkan dari sampah kota dengan berat 1000 ton/hari, dengan
17
karakteristik 60% sampah organik, 10% sampah kertas, 10% plastik, 5%
kaleng, 5% tekstil, logam 5% dan lain-lain 5%. Pemanfaatan sampah
organik hanya 50% sebagai kompos sedangkan sisanya adalah residu yang
akan dibuang ke TPA. Kertas dan plastik hanya dapat dimanfaatkan masing-
masing 8%, sedangkan kaleng dan logam dapat dimanfaatkan semuanya.
Tekstil hanya dapat dimanfaatkan 5%. Selain sampah domestik, ada
sampah industri yang juga dibuang ke TPA sebesar 0,8 ton/hari dan 70%
dari sampah tersebut dapat dimanfaatkan.
Jawab :
100 kertas 80 20
100 plastik 80 20
50 kaleng 50
50 tekstil 50
50 logam 50
50 lain-lain 50
Sub total 610 390
0,8 ton (industri) 0,56 0,24
1000,8 610,56 390,24
Jawab :
18
Laju = (35.000 kg/minggu)/(1200 x 5)(7 hari/minggu) = 0,83
kg/orang/hari
C. Komposisi Sampah
19
pecahan bata kayu
Pembangunan
8. pecahan beton kertas
gedung
pecahan genting plastik
Selain itu, komposisi sampah akan berbeda untuk setiap kota atau negara,
tergantung kondisi ekonomi suatu kota atau negara yang bersangkutan. Pada
umumnya makin tinggi tingkat perekonomian suatu kota atau Negara, komposisi
organik akan makin menurun dan komposisi non organik (kertas, plastik) akan
meningkat. Tabel 4 memperlihatkan perbandingan komposisi sampah beberapa negara
tersebut, sedangkan Tabel 5 merupakan komposisi sampah yang dihasilkan di
Kecamatan Sukmajaya Depok.
20
Tabel 5. Contoh Komposisi Sampah di Kecamatan Sukmajaya Depok
Solid Waste Mekarjaya Sub- Abadijaya Sub- Kalibaru Sub-
Content district district district
(% Weight) (% Weight) (% Weight)
Organic 75.98% 51.23% 68.11%
>50mm 31.79% 24.82%
10-50mm 37.87% 33.80%
<10mm 6.32% 9.49%
Inorganic 24.02% 48.77% 31.89%
Plastic 13.43% 15.32% 17.06%
Paper 6.66% 17.22% 8.64%
Textile 1.41% 6.66% 1.50%
Glass 1.58% 3.69% 2.51%
Metal 0.77% 5.89% 1.86%
Rubber 0.16% 0.00% 0.20%
Dirt/silt 0.00% 0.00% 0.00%
Hazardous Waste 0.00% 0.00% 0.13%
Total 100.00% 100.00% 100.00%
Sumber : Peneliti PSTL-DTS-FTUI, 2007
21
1. Pengambilan contoh sampah langsung di rumah tangga
Sampah langsung diambil dari beberapa lokasi sampling di rumah tangga.
Sebanyak 100 kg sampah kemudian dipisahkan berdasarkan jenis sampah
seperti plastik, sampah organik , karet dll. Masing - masing komponen
ditimbang beratnya dan komposisi sampah ditentukan berdasarkan rumus
berikut :
Beratkompo nensampah
x100 % (%) Persentase komposisi sampah
100 kg
D. Karakteristik Sampah
22
3. Ukuran partikel dan distribusi partikel
4. Field Capacity, didefinisikan sebagai jumlah total air yang dapat ditahan
oleh sampah secara gravitasi
5. Permeabilitas sampah, sangat penting untuk mengetahui pergerakan cairan
dan gas dalam landfill.
BF = 0.83 0.028 LC
dimana : BF = Biodegradable Fraction (fraksi bahan organik yang
mudah terurai)
LC = Lignin Content (kandungan lignin)
23
Tabel 6. Bio degradability
Komponen % VS LC (%VS) BF
Sampah makanan 7-15 0.4 0.82
Kertas
Koran 94.0 21.9 0.22
Kertas tulis 96.0 0.4 0.82
Karton 94.0 12.9 0.72
Sampah kebun 50-90 4.1 0.72
Ket : VS = Volatile Solid; LC = Lignin Content; BF = Biodegradable Fraction
Produksi bau pada proses penguraian sampah oleh mikoorganisme. Bau timbul
akibat pembentukan asam-asam organik rantai pendek, merkaptan, dan H2S.
24
Beracun, yaitu Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang
serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
Beberapa contoh sampah B3 di rumah tangga yaitu pengelantang (produk
pembersih); shampo (anti ketombe); penghilang cat kuku; kosmetika; obat-obatan;
cairan anti beku (produk otomotif); bensin, minyak tanah; cat; baterei; lampu
neon, khlorin kolam renang; biosida anti insek; herbisida, pupuk dan lain-lain;
Bersifat korosif, yaitu limbah yang menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit dan
limbah yang mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam
atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa. Contoh sampah jenis ini di
rumah tangga adalah yang mengandung asam sulfat, asam klorida dan lain-lain.
Menyebabkan infeksius, yaitu limbah yang mengandung mikroorganisme patogen
yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan
dapat menimbulkan penyakit. Contohnya obat-obatan kedaluarsa, pembungkus
atau kemasan produk farmasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh US EPA pada tahun 2001,
komposisi sampah B3 di rumah tangga adalah sebagai berikut (Gambar 7). Sampah
terbesar adalah dari aktivitas pemeliharaan dan pembersihan di rumah tangga seperti
pelarut, thinner dan lem. Sampah lain adalah baterai, sampah ini dihasilkan dalam
jumlah cukup besar di rumah tangga karena penggunaanya juga cukup banyak dalam
aktivitas sehari-hari.
4%
Household maintenance
3% (paint, thiner, etc)
3% Batteries
Pool chemical
12% Pharmaceuticals
19%
Other
25
Sampai saat ini belum ada pengelolaan sampah khusus B3 dari rumah tangga
ini. Upaya sosialisasi ke masyarakat harus dilakukan agar masyarakat mau
memisahkan sampah B3 di rumah tangga dan meletakkan pada tempat wadah sampah
yang berbeda. Begitupula dengan sarana pengumpul dan pengangkut sampah harus
memisahkan sampah B3 ini dari sampah non-B3. Pengolahan dilakukan secara khusus
dibawah lembaga tertentu.
Peraturan Pemerintah No. 85/1999 jo PP No.18 1999 mengenai Pengelolaan
Limbah B3 mewajibkan pengelolaan limbah B3 mulai dari penghasil sampai dengan
pengolah limbah B3. Penghasil dalam hal ini sumber sampah mempunyai kewajiban
sebagai berikut :
1. Wajib mengolah limbah B3.
2. Wajib menyimpan limbah B3 sebelum dikirim ke Pengolah dengan waktu
penyimpanan paling lama 90 hari.
3. Menyediakan tempat penyimpanan limbah B3 sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan Bapedal.
4. Melakukan analisa limbah B3 dan mempunyai catatan jenis dan jumlah limbah B3
yang dihasilkan.
5. Melakukan pelaporan mengenai pengelolaan limbah B3 sekurang-kurangnya setiap
6 bulan sekali kepada Bapedal.
6. Memberikan label pada kemasan limbah B3.
7. Mengisi dokumen limbah B3 sebelum diangkut ke Pengumpul/Pengolah.
8. Membantu pengawas/Bapedal dalam melaksanakan pengawasan.
9. Harus mempunyai sistem tanggap darurat dan melaksanakannya bila terjadi
keadaan darurat.
Namun kewajiban ini lebih banyak diarahkan pada pengolahan sampah B3 dari
industri. Melihat fenomena sampah B3 juga dihasilkan di rumah tangga, maka perlu
dilakukan upaya pengelolaan sampah B3 ini. Cara sederhana yang dapat dilakukan
adalah pemisahan sampah B3 ini mulai dari sumber sampah sampai ditangani oleh
lembaga tertentu. Sebelum ada penanganan sampah B3 rumah tangga secara khusus,
maka perlu dilakukan penampungan sementara (temporary storage) sampah b3 rumah
tangga di lokasi khusus (TPA) secara aman sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku.
26
- Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekali
sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari.
3.2.1.3. Pengumpulan
- Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung dengan
alat angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki
kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan
gerobak (untuk daerah teratur) dan secara komunal oleh mayarakat sendiri
(untuk daerah tidak teratur).
- Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol,
pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain.
Pengangkutan
- Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah
pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah
pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika
dengan memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh
pengguna jasa.
- Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey time
motion study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien.
- Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan
membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat.
- Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkan
kemampuan pemeliharaan.
27
3.2.1.5. Pemisahan, Prosesing dan Transformasi
- Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang
harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasarana
dan sarana persampahan.
- Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,
pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin),
pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatana gas
metan TPA (landfill gas), dapat masuk dalam CDM (clean developmant
mechanism) karena secara significan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca
yang berpengaruh pada iklim global.
- Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan), skala kota
dan skala regional.
- Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan,
dana, SDM dan kemudahan operasional.
28
- Penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan bekas
TPA.
- Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan meskipun TPA telah
ditutup terutama untuk gas dan efluen leachate, karena proses dekomposisi
sampah menjadi gas dan leahate masih terus terjadi sampai 25 tahun setelah
penutupan TPA.
- Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat dan
membutuhkan tenaga terdidik yang memadai.
- Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai lahan untuk
berbagai keperluan seperti taman, lapangan olahraga, dan lain-lain.
29
- Untuk pengelolaan sampah lintas kabupaten/kota, dapat dibentuk lembaga
pengelola di tingkat provinsi, sedangkan untuk pengelolaan sampah lintas provinsi,
dapat dibentuk lembaga pengelola di tingkat nasional.
30
3.2.4. Aspek Peraturan
Berbagai Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah sampai dengan
Standar Nasional Indonesia sudah dikeluarkan termasuk Undang-Undang No. 18 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan Sampah, dengan demikian diharapkan pengelolaan sampah
dapat dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan
manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta
dapat mengubah perilaku masyarakat; secara efektif dan efisien.
Beberapa kondisi yang ada yang berkaitan dengan aspek hukum dan peraturan
adalah:
- Beberapa daerah belum memiliki Perda terkait Institusi, Retribusi dan Ketentuan
Penanganan Persampahan;
- Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai Perda bidang persampahan;
- Belum adanya penerapan sanksi atas pelanggaran dalam bidang persampahan.
31
Peran serta masyarakat yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah :
- Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah melalui antara
lain kampanye, sosialisasi dan edukasi bidang persampahan;
- Mensosialisasikan dan menyebarluaskan NSPK (Norma, Standar, Prosedur, Kriteria)
persampahan yang ada;
- Perlu dibentuk forum komunikasi sebagai media antara masyarakat dan pemerintah
daerah.
b. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak
sedap yang memberikan efek buruk bagi kawasan disekitarnya terutama
permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali
terjadi sehingga menyebabkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup berpotensi menimbulkan masalah bau di
sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air leachate dari bak
kendaraan.
32
Pada TPA terjadi pelepasan zat (partikel dan gas) ke udara dari hasil pengolahan
atau pemrosesan sampah yang tidak sempurna, diantaranya berupa : partikulat,
SOx, NOx, hidrokarbon, HCI, dioksin, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di
TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai
gas seperti CO, C02, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan
mencemari udara serta mendorong terjadinya emisi gas rumah kaca (Green House
Gases) yang mengakibatkan pemanasan global (global warming), disamping efek
yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya seperti ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut).
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan
berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi
pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi
syarat teknis.
Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul
akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik.
Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik
secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam
tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang
dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.
c. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan
leachate terutama pada saat turun hujan. Aliran leachate ke saluran atau tanah
sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran.
Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang
cukup besar pula sehingga potensi leachate yang dihasilkan di instalasi juga cukup
potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Leachate
yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa
rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang
terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga
dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada
elevasi yang lebih rendah.
Pencemaran leachate juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum
memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar
leachate yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima
terutama air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen
terlarut sehingga mematikan biota yang ada.
d. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong
atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan
setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan
33
mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi
maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau
larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi
menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
e. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan
yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini
dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah
lainnya.
Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat
mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan
menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari
kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan
penutup yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup
angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam
area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi
estetika lingkungan sekitarnya.
Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik
merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui. Lokasi TPA
umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang
baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang
dioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi
masyarakat yang melintasi/tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.
34
g. Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat/truck timbul dari mesin-mesin, bunyi
rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu daerah-
daerah sensitif di sekitarnya. Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu
lintas kendaraan truk sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama
bila digunakan mesin pencacah sampah atau shredder).
Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan pengangkut
sampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang ada.
h. Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan
tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya, karenanya tidak jarang
menimbulkan sikap menentang/oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan.
Sikap oposisi ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan
pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untuk
mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk
menghindarinya.
35