Anda di halaman 1dari 6

Unsur Kebahasaan dalam Teks Eksposisi

Materi Bahasa Indonesia dikembangkan dengan berbasis Teks. Satuan bahasa yang mengandung
makna, pikiran, dan gagasan lengkap adalah teks. Teks tidak selalu berwujud bahasa tulis,
sebagaimana lazim dipahami, misalnya teks Pancasila yang sering dibacakan pada saat upacara.
Teks dapat berwujud, baik teks tulisan maupun teks lisan. Teks itu sendiri memiliki dua unsur
utama yang harus dimiliki. Pertama, konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada
register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide)
yang hendak disampaikan (field).

Sasaran atau kepada siapa pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor), dalam format
bahasa yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas (mode). Terkait dengan format
bahasa tersebut, teks dapat berupa deskripsi, prosedural, naratif, cerita petualangan, anekdot, dan
lain-lain. Unsur kedua. adalah konteks situasi, yang di dalamnya ada konteks sosial dan konteks
budaya masyarakat, tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi.

Unsur kebahasaan merupakan bagian-bagian yang membangun sebuah teks eksposisi. Unsur
kebahasaan yang ada pada teks eksposisi antara lain pronomina, konjungsi dan kata leksikal.
Perhatikan contoh teks eksposisi berikut ini.

Struktur Kalimat
Pernyataan pendapat (tesis) Bangsa-bangsa Asia Tenggara segera berintegrasi.
Organisasi Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) telah merancang bentuk komunitas sosial
budaya. Komunitas ASEAN mulai berlaku pada tahun
2015. Warga komunitas, termasuk kita semua sebagai
rakyat Indonesia, akan dituntut plurilingual untuk
memiliki kompetensi berbahasa negara lain.
Argumentasi Komunitas sosial budaya ASEAN dibentuk dengan
semangat persatuan dalam keanekaragaman. Pada
kenyataannya semangat komunitas ASEAN sama
dengan masyarakat Uni Eropa (Europeans United in
Diversity). Di Uni Eropa untuk memasuki pintu
gerbang budaya setiap negara, semua orang tentu telah
mengenal kebijakan Europass Language Passport yang
dikeluarkan oleh The Council of Europe dengan
dokumen teknis Common European Framework of
Reference (CEFR) for Languages. Kebijakan bahasa
itu mendorong warga masyarakat Uni Eropa menjadi
plurilingual sehingga semua bahasa Eropa dapat duduk
pada posisi yang sama, misalnya di parlemen Uni
Eropa.
Lebih lanjut, keanekaragaman bahasa Eropa dikelola
dalam satu model kompetensi berbahasa Eropa. Model
CEFR itu ditetapkan berisi enam peringkat kompetensi,
yaitu A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Europass Language
Passport sudah menetapkan C2 sebagai peringkat
tertinggi dan A1 terendah. Menurut pengalaman
seorang warga Uni Eropa, sebagai contoh penerapan
kebijakan ini, siapa pun yang berasal dari luar Jerman
(bukan warga negara Jerman) ketika hendak menikah
dengan pasangannya di negara iniwajib memiliki
paspor bahasa Jerman dengan lulus uji bahasa Jerman
sekurang-kurangnya peringkat kompetensi A1.

Jika skemapaspor bahasaseperti yang berlaku di Uni


Eropa itu diadopsi oleh bangsa-bangsa Asia Tenggara
dalam kerangka komunitas ASEAN, yakinlah kebijakan
bahasa ini akan multiguna. Selain berguna untuk
penghormatan atas adanya perbedaan bahasa
kebangsaan negara anggota ASEAN, sebagaimana
disebutkan dalam Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya
ASEAN, kebijakan ini juga memberikan kegunaan
praktis bagi rakyat ASEAN untuk saling berkomunikasi
sesuai dengan latar bahasa dan budaya setiap warga
ASEAN.
Penegasan ulang pendapat Sebagai organisasi yang berbasis kerakyatan (people-
centered organization), ASEAN tentu tidak boleh
bermain pukul rata agar semua rakyat ASEAN saling
berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Apabila
komunitas ASEAN dibentuk tanpa kebijakan
plurilingualisme, agaknya rakyat Indonesia pun akan
sulit bernasib mujur. Jika penghuni kawasan ASEAN
dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percaya bahwa
posisi bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita
sendiri. Pada saat itu bangsa Indonesia bukanlah
pemenang, melainkan pecundang! (Diadaptasi dari
artikel pendapat yang ditulis oleh Maryanto, pemerhati
politik bahasa, Koran Tempo, 13 Desember 2010)

Kaidah/ciri bahasa yang digunakan dalam teks eksposisi antara lain sebagai berikut :

Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa
nomina. Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina persona dan
pronomina nonpersona.
1. Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya seperti ia, dia, anda,
kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya seperti kita, kami, kalian,
mereka, hadirin, para.
2. Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk contohnya seperti ini,
itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti apa, mana, siapa.

Pronomina adalah kata ganti orang yang dapat digunakan terutama pada saat pernyataan pendapat
pribadi (klaim) diungkapkan. Teks eksposisi tersebut dapat dikatakan sebagai teks ilmiah. Dalam
teks tersebut terkandung pronomina atau kata ganti saya dan kita. Pronomina kita atau saya
ditemukan hanya pada paragraf 1 dan 5. Inilah kalimat dari teks yang terdapat pronomina itu.
1. Warga komunitas, termasuk kita semua sebagai rakyat Indonesia akan dituntut plurilingual untuk
memiliki kompetensi berbahasa negara lain. (paragraf 1)
2. Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percaya bahwa posisi
bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita sendiri. (paragraf 5)

Paragraf 1 merupakan tahap pernyataan pendapat, tempat gagasan pribadi disampaikan, dan pada
paragraf 5 yang merupakan tahap penegasan ulang pendapat, gagasan itu dinyatakan kembali. Jadi,
pronomina atau kata ganti kita, kami, atau saya dapat digunakan, terutama pada saat pernyataan
pendapat pribadi (klaim) diungkapkan. Hal itu sejalan dengan fungsi sosial teks eksposisi itu sendiri,
yaitu teks yang digunakan untuk mengusulkan pendapat pribadi mengenai sesuatu.

2. Kata Leksikal (Nomina, Verba, Adjektiva, Adverbia)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 805) Leksikal adalah berkaitan dengan kata;
berkaitan dengan leksem; berkaitan dengan kosa kata. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna
Leksikal adalah makna yang berkaitan dengan kata, leksem, ataupun kosakata.

Nomina (kata benda)


Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat
berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar
maupun nomina turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan
contohnya perbuatan, pembelian, kekuatan, dll.

Verba (kata kerja)


Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan sifat.
Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari bentuknya dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi, reduplikasi,
komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.
2. Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena proses
morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang,
memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggungjawabkan, dll.
Adjektiva (kata sifat)
Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan
binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif, positif,
jernih, dingin, jelek, dan lain-lain.

Adverbia (kata keterangan)


Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat, waktu,
suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat, ketika, mula-mula,
dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain.

Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) yang terdapat dalam teks eksposisi di atas,
misalnya:
kata percaya (verba), mempercayai (verba), kepercayaan (nomina)
kata yakin (adjektif), menyakini (verba), keyakinan (nomina)
kata optimistis (adjektif)
kata potensial (adjektif), berpotensi (verba)
Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) tertentu dimanfaatkan pada teks eksposisi.
Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percayabahwa posisi
bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita sendiri. (paragraf 5)
Kata percaya tergolong ke dalam verba yang menyatakan persepsi. Kata yang sejenis adalah yakin,
optimistis, potensial, dan sebagainya. Kata tersebut dapat dinyatakan sebagai verba atau nomina
sehingga akan berubah menjadi mempercayai/kepercayaan, meyakini/keyakinan, mempunyai
optimisme/optimisme, dan berpotensi/potensi.

Kata-kata itu digunakan untuk mempengaruhi atau mengubah persepsi pembaca agar mengikuti
atau menerima pendapat penulis teks. Hal itu sejalan dengan tujuan penulis bahwa pembaca akan
memiliki keyakinan yang sama dengan penulis, yang akhirnya usulan penulis dapat diterima. Dalam
konteks teks Integrasi ASEAN dalam Plurilingualisme, penulis mengajukan usulan tentang
pembuatan kebijakan bahasa agar bahasa Indonesia dijadikan bahasa ASEAN dan agar bahasa lain
di Negara ASEAN dikuasai oleh sesama warga ASEAN.

Konjungsi
Kata penghubung (konjungsi). Contohnya pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut. Untuk
memperkuat argumentasi, kata hubung atau konjungsi dapat dimanfaatkan. Dalam konteks
pengajuan pendapat tentang kebijakan bahasa ASEAN itu, penulis menghubungkan argumentasi
dengan kata hubung pada kenyataannya, kemudian, dan lebih lanjut. Idealnya, argumentasi tidak
disajikan secara acak. Kata hubung seperti itu dapat digunakan untuk menata argumentasi dengan
cara mengurutkan dari yang paling kuat menuju ke yang paling lemah atau sebaliknya.

Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu jenis
konjungsi dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam suatu
kalimat yang saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula
mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta keharmonisan
makna maupun struktur.

Konjungsi temporal seperti mula-mula, kemudian, lalu, setelah itu, akhirnya dapat digunakan
bersamaan untuk menata argumentasi dengan cara mengurutkan dari yang penting menuju ke yang
kurang penting atau sebaliknya. Konjungsi sebab-akibat dapat digunakan untuk menyuguhkan
informasi asal-muasal suatu peristiwa atau kejadian dan efek yang ditimbulkan dari kejadian
tersebut. Konjungsi penegasan seperti pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut, bahkan
digunakan untuk mengurutkan informasi dari yang kuat menuju yang lemah atau sebaliknya.
Berikut ini adalah jenis konjungsi yang dapat ditemukan pada teks eksposisi :

1. Konjungsi waktu : sesudah, setelah, sebelum, lalu, kemudian, setelah itu


2. Konjungsi gabungan : dan, serta, dengan
3. Konjungsi pembatasan : kecuali, selain, asal
4. Konjungsi tujuan : agar, supaya, untuk
5. Konjungsi persyaratan : kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana, apabila
6. Konjungsi perincian : yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni
7. Konjungsi sebab akibat : karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya
8. Konjungsi pertentangan : tetapi, akan tetapi, namun, melainkan, sedangkan
9. Konjungsi pilihan : atau
10. Konjungsi penegasan/penguatan : bahkan, apalagi, hanya, lagi pula, itu pun
11. Konjungsi penjelasan : bahwa
12. Konjungsi perbandingan : bagai, seperti, ibarat, serupa
13. Konjungsi penyimpulan :oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian

Betulkah eksposisi itu merupakan argumentasi satu sisi? Pada teks itu penulis mengambil sisi setuju.
Ia setuju akan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN. Penulis lain dapat berposisi
tidak setuju. Pada teks itu penulis mengambil sisi setuju, ia setuju akan dijadikannya bahasa
Indonesia sebagai bahasa Asean.
Ciri Kebahasaan Teks Eksposisi
Ciri Kebahasaan teks eksposisi:
1. Bersifat nonfiksi/ilmiah: teks eksposisi memaparkan informasi atau pengetahuan seri
ng kali dilengkapi dengan pendapat para ahli, contoh, dan fakta-fakta.
2. Bersifat informatif/menjelaskan /memaparkan: teks eksposisi bertujuan memberikan
informasi atau penjelasan dengan cara mengembangkan gagasan dengan harapan pem
baca benar-benar mengetahui informasi atau penjelasan yang disampaikan itu.
3. Berdasarkan fakta: teks eksposisi menggunakan fakta-
fakta untuk membuat rumusan dan kaidah yang dikemukakan itu lebih konkret.
4. Tidak memengaruhi: teks eksposisi tidak berusaha untuk memengaruhi pendapat ora
ng lain, tetapi berusaha menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapa
t memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang setelah membaca uraiannya.
5. Sering menggunakan kata pronomina (kita atau saya).
6. Menggunakan istilah.
7. Menggunakan bahasa baku.
8. Akhir teks berupa penegasan: bagian akhir dari teks eksposisi berupa penguatan kem
bali atau penegasan terhadap pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-
fakta.Cirinya berupa kesimpulan bahwa apa yang diuraikan itu penting.

Contoh :
Salah satu cara menyejahterakan kehidupan masyarakat desa adalah dengan menggerak
kan agrobisnis yang berbasis bahan baku apa yang tersedia di kawasan tersebut. Basis b
ahan baku tersedia ini sangat penting agar proses terakhir jatuhnya tidak mahal. Misal
nya, agroindustri kelapa. Di negeri kita ini , kelapa merupakan produk yang ada di setia
p daerah pedesaan, baik di padalaman maupun di pesisir. Seluruh penduduk negara kit
a mengonsumsi kelapa. Budidaya buah kelapa dengan segala hasil olahannya dapat dija
dikan sandaran hidup masyarakat pedesaan. Dengan demikian, kelapa memberi manfa
at ekonomi yang penting bagi kesejahteraan penduduk di pedesaan.

Berdasarkan uraian di atas terbukti bahwa teks eksposisi memang faktual, memberi pen
getahuan bagi pembaca, menggunakan pronomina (kata ganti kita), terdapat pengguna
an istilah agrobisnis, dan menggunakan bahasa baku. Di samping itu, ada penutup yan
g berupa penegasan pentingnya budidaya kelapa di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai