Anda di halaman 1dari 4

BAB V

HASIL EVALUASI

5.1 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah


Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi timbulnya masalah, maka
dilakukan suatu metode pemilihan atau prioritas masalah. Metode pemecahan
masalah yang digunakan adalah USG, yaitu:
1. Urgency: menilai ketersediaan waktu untuk pemecahan masalah yang ada.
2. Seriousness : melihat pengaruh bahwa masalah tersebut akan menyebabkan hal
yang serious / fatal.
3. Growth : aspek kemungkinan meluasnya /berkembangnya masalah / atau
kemungkinan timbulnya masalah

Tabel 9.Metode USG

Masalah Pencapaian U S G Total

Angka penemuan kasus 32,6% penemuan kasus 3 4 3 36


baru dengan tuberkulosis baru dengan TB Paru
paru BTA (+) setelah BTA (+)
dilakukan pemeriksaan
dahak
Cakupan notifikasi kasus TB 40 kasus 3 3 2 18
per 100.000 penduduk

*Skala 1-5

Dari tabel USG di atas, didapatkan skala prioritas masalah yaitu untuk Angka
penemuan kasus baru dengan tuberkulosis paru BTA (+) setelah dilakukan
pemeriksaan dahak dengan nilai USG 36 poin.

Setelah mengetahui faktor atau masalah dominan, langkah berikutnya adalah


mencari akar masalah dalam hal ini kami mencari akar masalah dengan
menggunakan diagram fishbone.
METHODE MATERIAL
MONEY

Penyuluhan TB Pengajaran Kurang poster dan


Dana khusus leaflet di tempat
kepada pasien
untuk umum untuk
Pendataan cara
penyuluhan TB sosialisasi
pasien dengan mengambil
susp. TB sampel dahak Angka penemuan kasus
baru dengan tuberkulosis
baru BTA (+) 32,6% dari
Penyuluh, dokter, bidan, target 54%

Paradigma dan perawat yang


masyarakat, TB berkompeten Akses ke pelayanan
adalah penyakit kesehatan
Toma
yang memalukan

MACHINE

MAN

Gambar 8. Diagram Fishbone

Dari diagram fishbone di atas, terdapat beberapa masalah utama antara lain adalah :
1. Faktor internal
a. Pendataan pasien dengan suspek TB. Di puskesmas Tanjung sari
pendataan telah dilakukan namun kurang maksimal dikarenakan
beberapa kendala: SDM kurang sehingga kurang terjangkaunya
para penderita TB.
b. Kurangnya pengajaran kepada pasien TB, cara mengambil sampel
dahak. Pasien hanya diberitahu untuk mengeluarkan dahak
kemudian ditaruh di pot, tanpa diberitahu tatacara mengeluarkan
dahak.
c. Kurangnya material berupa leaflet dan poster yang berisikan
promosi kesehatan mengenai TB, cara pengambilan sampel dahak.
Di puskesmas Tanjung sari leaflet tentang TB sudah disediakan di
puskesmas, namun pembagian leaflet pada masyarakat umum
belum terlaksana.
d. Kurangnya SDM yang berkompeten dan bertanggungjawab di
bidangnya (P2TB).
2. Faktor Eksternal
a. Akses pelayanan kesehatan yang sulit, karena akses menuju ke
daerah yang lebih dalam sulit dilakukan.
b. Terdapat paradigma yang salah di masyarakat di wilayah kerja
puskesmas tanjung sari bahwa penyakit TB merupakan penyakit
yang memalukan dan tidak dapat disembuhkan.

Dengan menggunakan model teknik kriteria matriks pemilihan prioritas dapat


dipilih masalah yang paling dominan.

Tabel 10. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah


I T R JUM
No. Daftar Masalah IxTxR
P S RI DU SB PB PC
1. Method
Pendataan pasien dengan susp. Tb 4 3 3 3 3 2 3 3 3 189

Pengajaran cara pengambilan sampel 2 2 3 2 3 2 2 3 3 144


dahak

Penyuluhan TB 3 3 2 3 2 3 2 3 2 108
2. Machine
Akses menuju puskesmas yang sulit 2 2 2 3 3 2 3 3 2 102

Toma 3 3 2 2 2 2 2 2 2 64
3. Man
Penyuluh, dokter, bidan, dan perawat 4 4 3 3 3 2 3 3 3 198
yang berkompeten

Paradigma yang salah tentang penyakit 3 3 2 2 3 3 2 3 2 108


TB
4 Material
Kurang poster dan leaflet di tempat- 2 2 3 2 2 3 2 2 2 64
tempat umum untuk sosialisasi TB

Keterangan: P = Prevalence
S = Severity
PB = Public concern
RI = Rate of increase
DU = Degree of unmeet need
SB = Social benefit
PC =Political climate
T = Technical feasiability
R = Resources availability

Setelah dilakukan pemilihan prioritas masalah, didapatkan masalah yang


berpengaruh besar pada tidak tercapainya penemuan kasus baru tuberkulosis
paru BTA (+) yakni faktor internal,masih kurangnya jumlah SDM (penyuluh,
dokter, bidan, perawat yang berkompeten dibidangnya) dan faktor eksternal,
paradigma yang salah mengenai penyakit TB. Jumlah SDM yang cukup dan
berkompeten dalam bidang P2 TB akan memudahkan menemukan kasus baru
TB paru dengan BTA (+) setelah dilakukan pemeriksaan dahak yang belum
mencapai target. Hal ini terjadi karena petugas pelaksana yang masih kurang,
sedangkan cakupan wilayah luas sehingga dibutuhkan petugas pelaksana
yang lebih dari 1 orang sehingga pendataan dapat terlaksana dengan
maksimal dan dapat tercapainya target kasus baru TB paru dengan BTA (+)
setelah dilakukan pemeriksaan dahak. Jumlah petugas pelaksana yang cukup
dan berkompeten diharapkan dapat melakukan promosi kesehatan
(penyuluhan TB), pengajaran ke masyarakat untuk mengajarkan pengambilan
sampel dahak yang benar, pencegahan serta merubah paradigma pasien
bahwa penyakit TB dapat disembuhkan dan bukan merupakan penyakit yang
memalukan, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku
tepat mengenai TB. Akibatnya, penjaringan masyarakat yang memiliki gejala
klinis TB paru dapat disarankan pemeriksaan dahak sebagai suspek TB paru
dan bila pemeriksaan sputum BTA (+) maka diagnosis TB paru dapat
ditegakkan serta angka penemuan kasus baru (Case Detection Rate) TB paru
dapat meningkat.

Anda mungkin juga menyukai