ABSTRAK
Latar Belakang WHO (World Health Organization) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu
289.000 jiwa. Asia Tenggara 16.000 jiwa, Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kematian ibu
bersikar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Barat AKI sebanyak 747 kasus dari total 3.979 kasus.
AKI di Kota Bogor mencapai 71 jiwa. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan atau inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten) yang dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Tujuan didapatkan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RS. Islam Kota Bogor Tahun 2016. Metode Penelitian ini
merupkan studi analitik menggunakan pendekatan case control. Sumber data berasal dari data
sekunder.Pengambilan sampel yaitu dengan cara (jumlah kelompok kasus sebanyak 36 orang dan kelompok
kontrol 36 orang) dengan perbandingan sampel kasus dan control 1 : 1 sehingga jumlah sampel seluruhnya
adalah 72 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2017.Uji statistik menggunakan uji chi-square dan
odds ratio (OR). Hasil Penelitian didapatkan ibu yang mengalami ketuban pecah dini dengan presentasi janin
normal sebanyak (62,5%), paritas ibu multipara sebanyak (58,3%), Tidak Gemelli sebanyak (83,3%), usia
kehamilan aterm sebanyak (66,7%), Dari hasil uji chi-square didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan
antara presentasi janin (p-value = 0,003, OR = 5,179), paritas (p-value = 0,000, OR = 7,330), kehamilan
ganda (p-value = 0,004, OR = 15,400), usia kehamilan (p-value = 0,000, OR = 15,400), Simpulan dari empat
variabel semuanya memiliki hubungan dengan variabel independen yaitu presentasi janin, paritas, kehamilan
ganda dan usia kehamilan dengan kejadian ketuban pecah dini. Dan nilai OR (Odds ratio) terbesar yaitu
pada ibu bersalin dengan kehamilan ganda dan ibu bersalin dengan usia kehamilan preterm mempunyai nilai
OR yang sama yaitu 15,400. Saran Diharapkan petugas kesehatan di Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan
pelayanan dengan mengikuti pelatihan- pelatihan dalam upaya meningkatkan pelayanan obstetrik dan
nasional emergensi koprehensip dan sebagai bahan informasi kepada pemerintah dan instansi terkait dalam
menentukan prioritas perencanaan dan arah kebijakan dalam penanganan ketuban pecah dini pada ibu
bersalin.
ABSTRACT
Background WHO 2014 Mortality Rate (AKI) in the world that is 289,000 inhabitants. Southeast Asia
16,000, Indonesia Demographic Health Survey mortality rate of 359 mortgages per 100,000 live births. In
West Java AKI counted 747 cases out of a total of 3,979 cases. AKI in Bogor City reached 71 people. Early
Rupture of membranes is a premature rupture of membranes or inpards, at <4 cm (latent phase) opening
that can occur late in pregnancy or long before delivery. Objectives obtained Factors Associated with the
incidence of premature rupture of membranes in maternity at the hospital. Islam City of Bogor in 2016. This
research method is an analytical study using case control approach. Source of data comes from secondary
data. Sampling is by way (number of case group counted 36 people and control group 36 people) with case
sample and control ratio 1: 1 so that the total sample is 72 people. The study was conducted in June 2017.
The test statistic used chi-square test and odds ratio (OR). The results of the study showed that mothers who
had membrane rupture early with normal fetal presentation as much as (62,5%), partial multiparous mother
(58,3%), No Gemelli as much (52,8%), age of pregnancy aterm (66,7 (P-value = 0.000, OR = 7,330),
pregnancy double (p-value = 0.002, OR = 5,200), gestational age (p-value = 0,000, OR = 15,400). The
conclusions of the four variables are all related to the independent variables of fetal presentation, parity,
multiple pregnancy and gestational age with premature rupture of membranes. And the largest value of OR
(Odds ratio) that is maternal mother with multiple pregnancy and maternal mother with preterm pregnancy
have the same OR value 15,400. Suggestion It is expected that health workers can further improve services
by participating in trainings in an effort to improve obstetric and national service of koprehensip emergency
and as information material to government and related institution in determining planning priority and
policy direction in handling of premature rupture
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa didapatkan nilai p = 0,000 dimana nilai =
laporan menyebutkan faktor-faktor yang 0,05 maka h0 ditolak yang berarti terdapat
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor- perbedaan kejadian KPD pada ibu bersalin
faktor yang lebih berperan sulit di ketahui. primipara dan multipara. Kesimpulan ada
Kemungkinan yang menjadi faktor perbedaan kejadian KPD pada ibu bersalin
predisposisi adalah infeksi. Infeksi yang terjadi primipara dan multipara, oleh karena itu ibu
secara langsung pada selaput ketuban maupun hamil harus memeriksakan kehamilan secara
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan efektif untuk mencegah komplikasi yang
terjadinya KPD (Norma, 2013). Faktor yang menyertai kehamilan dan persalinannya.
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu Ketuban Pecah Dini berpengaruh terhadap ibu
riwayat kelahiran prematur, merokok, dan dan janin. Komplikasi KPD pada Ibu antara
perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor lain adalah infeksi dalam persalinan, infeksi
resiko dari KPD antara lain inkompetensi pada massa nifas, partus lama, perdarahan
serviks (leher rahim), Polihidramnion (Cairan postpartum, meningkatakan tindakan operasi
ketuban berlebih), riwayat KPD sebelumnya, obstetrik (seksio sesarea), morbiditas dan
kelainan atau kerusakan selaput ketuban, mortalitas maternal. Komplikasi KPD pada
kehamilan kembar, trauma dan infeksi pada janin antara lain prematuritas, penurunan tali
kehamilan seperti bakterial vaginosis (Norma, pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder, sindrom
2013). defornitas janin dan morbiditas dan mortalitas
Ketuban Pecah Dini merupakan perinatal (Fadlun, 2011). Pada wanita yang
komplikasi yang berhubungan dengan telah mengalami KPD sebelumnya beresiko 2-
kehamilan kurang bulan dan mempunyai 4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
kontribusi yang besar pada angka kematian Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini
perinatal pada bayi yang kurang bulan. secara singkat ialah akibat adanya penurunan
Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari kandungan kolagen dalam membrane sehingga
34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
menghilangkan kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini preterm terutama pada
prematuritas dan RDS (Respiration Dystress pasien resiko tinggi (Nugroho, 2010).
Syndrome) (Nugroho, 2012). Menurut Winkjosastro (2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Siti penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung
Aisyah dan Aini Oktarina menunjukkan pada umur kehamilan dan tanda infeksi
hampir seluruh ibu bersalin multipara (80%) intrauterine. Pada umumnya lebih baik untuk
mengalami KPD. Uji statistik yang digunakan membawa semua pasien dengan ketuban pecah
dalam penelitian ini adalah chi- square, dan dini ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
usia gestasinya >37 minggu dalam 24 jam dari ketuban pecah dini di Puskesmas Lerep
pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko dengan p-value 0,015 < (0,05). Menurut
infeksi intrauterin. penelitian Maria dkk (2014) kejadian ketuban
Menurut Huda (2013) dalam pecah dini sebagian terjadi pada kehamilan
penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang 37- 42 minggu (aterm) sebanyak 44 responden
berhubungan dengan kejadian ketuban pecah (46,8%), dan usia kehamilan < 37 minggu dan
dini di RS PKU Muhammadiyah Surakarta , > 42 minggu (preterm dan postterm) sebanyak
distribusi responden menurut faktor sungsang 45 responden (47,9%) tidak mengalami KPD,
menunjukkan Sebanyak 14 responden yang Berdasarkan perhitungan uji statistik dengan
mengalami sungsang (11,2%) sedangkan yang tingkat kemaknaan 95% didapatkan X2 hitung
tidak mengalami sungsang sebanyak 111 = 7,509dan derajat estimasi =0,05 diperoleh
(88,8%) dari total keseluruhan 125 responden p-value = 0,000. Karena X2 hitung = 7,509
yang mengatakan bahwa ada hubungan letak lebih besar dari X2 tabel (3,481) dengan df =1
susang dengan kejadian ketuban pecah dini. dan p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05; maka
Menurut Huda (2013) distribusi responden H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara
menurut faktor gemelli menunjukkan bahwa usia kehamilan dengan kejadian ketuban
sebanyak 4 responden (3,2%) sedangkan yang pecah dini.
tidak mengalami gemelli sebanyak 121 Berdasarkan survey pendahuluan di RS.
(96,8%) dari total keseluruhan 125 responden. Islam Kota Bogor pada tanggal 09 juni 2017
Dari 4 reponden tersebut mencakup didapatkan hasil bahwa kejadian ketuban
keseluruhan kelahiran, yang menunjukan pecah dini pada tahun 2015 didapatkan 28
semua gemmeli mengalami KPD, yang orang (8,54%) dari jumlah ibu bersalin
mengatakan bahwa ada hubungan antara sebanyak 328 orang di wilayah RS. Islam Kota
gemeli dengan kejadian ketuban pecah dini. Bogor tahun 2015, dan terjadi peningkatan
Menurut Chaeriza (2016) Dalam penelitian angka kejadian ketuban pecah dini menjadi 36
diketahui bahwa dari 75 ibu bersalin dapat orang (8,91%) dari jumlah 404 ibu bersalin di
diketahui bahwa ibu primipara yang wilayah RS. Islam Kota Bogor , tahun 2016.
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 8 Berdasarkan latar belakang tersebut dan
orang (29,6%), sedangkan ibu multipara yang tingginya jumlah wanita yang menderita
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 24 Ketuban Pecah Dini penulis tertarik untuk
orang (64,9%), dan ibu grandemultipara yang meneliti lebih jauh tentang Faktor- Faktor
mengalami ketuban pecah din sebanyak 7 yang berhubungan dengan kejadian Ketuban
orang (63,6%) menunjukan Ada hubungan Pecah Dini terutama menganalisisnya ada
antara paritas ibu bersalin dengan kejadian hubungan antar presentasi, paritas, kehamilan
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
ganda dan usia kehamilan dengan kejadian 2014).Populasi adalah keseluruhan objek
Ketuban Pecah Dini di RS. Islam Kota Bogor penelitian atau objek yang diteliti
pada tahun 2016. (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan menurut
Arikunto Sedangkan menurut (Arikunto,2010)
METODE PENELITIAN populasi adalah keseluruhan dari subjek
A. Desain Penelitian penelitian.
Metode penelitian ini menggunakan Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu
desain/rancangan penelitian yang bersifat bersalin di RS Islam Kota Bogor yang
analitik untuk menjelaskan suatu keadaaan berjumlah 404 orang pada tahun 2016.
atau situasi atau fenomena kesehatan itu dapat 2. Sampel
terjadi (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini Sampel adalah sebagian atau wakil
menggunakan pendekatan case control adalah populasi yang diteliti (Arikunto, 2010).
suatu penelitian jenis analitik observasional Sampel adalah bagian dari jumlah dan
yang dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
antara kelompok kasus dan kelompok control tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel adalah
berdasarkan status paparan (Notoatmodjo, sebagian populasi yang diambil sebagai contoh
2010). Data yang diambil merupakan data dari keseluruhan objek yang diteliti yang
sekunder di Rumah Sakit Islam Kota Bogor dianggap mewakili seluruh populasi.
Tahun 2016 selama satu tahun. Penentuan besar sampel yaitu seberapa banyak
B. Waktu dan Tempat Penelitian jumlah anggota sampel yang dipilih dari
Lokasi populasi. Jumlah sampel pada penelitian ini
Tempat Penelitian adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami
Tempat yang dipilih untuk penelitian ketuban pecah dini sebanyak 36 orang sebagai
adalah Rumah Sakit Islam Kota Bogor. kasus dan ibu yang tidak mengalami ketuban
Waktu Penelitian pecah dini 36 orang sebagai kontrol dengan
Waktu penelitian selama bulan Februari perbandingan sampel kasus dan kontrol 1:1
sampai dengan bulan Juli 2017 sehingga jumlah sampel seluruhnya berjumlah
C. Populasi dan Sampel 72 orang di RS Islam Kota Bogor tahun 2016.
1. Populasi D. Prosedur Pengumpulan Data
Populasi adalah wilayah generalisasi yang Instrumen penelitian merupakan alat yang
terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai digunakan dalam pengumpulan data
kualitas dan karakteristik tertentu yang (Notoatmodjo, 2012). Data yang diambil
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan adalah data sekunder dengan mengambil data
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
pada rekam medis di Rumah Sakit Islam Kota 0,05, apabila nilai p > maka hasil statistik
Bogor Tahun 2016. tidak bermakna, dan apabila p maka
E. Rencana Analisis Data perhitungan statistik bermakna (Notoatmodjo,
1. Analisis Univariat 2012).
Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dari tiap variabel (Notoatmodjo,
Keterangan :
2014). Analisis univariat dimaksudkan untuk
X : Nilai chi squere
mengetahui distribusi dan presentasi dari
E : Frekuensi harapan
setiap variabel penelitian ini meliputi faktor-
O : Frekuensi observasi
faktor yang berhubungan dengan kejadian
Tujuan dari uji chi squere atau kai
Ketuban Pecah Dini di Rumah Sskit Islam
kuadrat adalah perbedaan proporsi antara
Bogor tahun 2016. Analisis data yang
beberapa kelompok data. Prinsipnya adalah
dilakukan dihitung dengan rumus sebagai
membandingkan frekuensi yang terjadi
berikut (Anwar, 2011) :
(observasi) dengan frekuensi harapan
(ekspektasi). Bila nilai ekspektasi sama, maka
dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna
(signifikan), sebaiknya bila nilai frekuensi
Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat 2. Bila p value > (0,05) Ho gagal ditolak,
hubungan antara masing- masing indevenden berarti tidak mendukung adanya perbedaan
dan variabel dependen. Untuk membuktikan atau tidak ada hubungan bermakna.
variabel, serta menjawab hipotesis. Maka Odds ratio yaitu untuk membandingkan
untuk analisa data yang digunakan uji statistic Odds pada kelompok ter-ekspose dengan Odds
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
orang, diperoleh ibu bersalin dengan usia presentasi janin normal sebanyak 29 orang
kehamilan preterm sebanyak 24 orang (80,6%).
(33,3%), dan diperoleh ibu bersalin dengan Berdasarkan uji statistik Chi square
usia kehamilan aterm sebanyak 48 orang Test didapatkan p-value = 0,003 (p-value <
(66,7%). 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada
B. Analisis Bivariat hubungan yang signifikan antara presentasi
1. Hubungan antara Presentasi Janin dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu
dengan Ketuban Pecah Dini bersalin di Rumah Sakit Islam Kota Bogor
Tabel 5.5 Tahun 2016, dari analisis didapat nilai OR
Hubungan antara Presentasi Janin dengan
Ketuban Pecah Dini sebesar 5,179 artinya ibu bersalin yang
Di Rumah Sakit Islam Kota Bogor tahun 2016 memiliki presentasi tidak normal memiliki
peluang terjadinya ketuban pecah dini 5,179
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu
bersalin yang memiliki presentasi normal.
2. Hubungan antara Paritas dengan
Ketuban Pecah Dini
Tabel 5.6
Hubungan antara Paritas denganKetuban
Pecah Dini
Di Rumah Sakit Islam Kota Bogor tahun 2016
Berdasarkan hubungan antara presentasi
janin dengan kejadian ketuban pecah dini
diperoleh hasil dari 36 dalam kelompok kasus
(ketuban pecah dini ) dan 36 dalam kelompok
kontrol (tidak ketuban pecah dini) yaitu
terdapat ibu bersalin yang mengalami ketuban
pecah dini dengan presentasi janin tidak
normal sebanyak 20 orang (55,6 %), dan ibu
Berdasarkan hubungan antara paritas
bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah
dengan kejadian ketuban pecah dini diperoleh
dini dengan presentasi janin tidak normal
hasil dari 36 dalam kelompok kasus (ketuban
sebanyak 7 orang (19,4%) , sedangkan pada
pecah dini ) dan 36 dalam kelompok kontrol
ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah
(tidak ketuban pecah dini) yaitu terdapat ibu
dini dengan presentasi janin normal sebanyak
bersalin yang mengalami ketuban pecah dini
16 orang (44,4 %), dan ibu bersalin yang tidak
dengan paritas multipara sebanyak 29 orang
mengalami ketuban pecah dini dengan
(80,6%), dan ibu bersalin yang tidak
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
mengalami ketuban pecah dini dengan paritas Berdasarkan hubungan antara kehamilan
multiipara sebanyak 13 orang (36,1%) , ganda dengan kejadian ketuban pecah dini
sedangkan pada ibu bersalin yang mengalami diperoleh hasil dari 36 dalam kelompok kasus
ketuban pecah dini dengan paritas primipara (ketuban pecah dini ) diperoleh hasil dari 36
sebanyak 7 orang (19,4%), dan ibu bersalin dalam kelompok kasus (ketuban pecah dini )
yang tidak mengalami ketuban pecah dini dan 36 dalam kelompok kontrol (tidak ketuban
dengan paritas primipara sebanyak 23 orang pecah dini) yaitu terdapat ibu bersalin yang
(63,9%). mengalami ketuban pecah dini dengan
Berdasarkan uji statistik Chi square Test kehamilan ganda sebanyak 11 orang (30,6%),
didapatkan p-value = 0,000 (p-value < 0,05), dan ibu bersalin yang tidak mengalami
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan ketuban pecah dini dengan kehamilan ganda
yang signifikan antara paritas dengan kejadian sebanyak 1orang (2,8%) , sedangkan pada ibu
ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah bersalin yang mengalami ketuban pecah dini
Sakit Islam Kota Bogor Tahun 2016, dari dengan kehamilan tunggal sebanyak 25 orang
analisis didapat nilai OR sebesar 7,330 artinya (69,4%), dan ibu bersalin yang tidak
ibu bersalin dengan paritas multipara memiliki mengalami ketuban pecah dini dengan
peluang terjadinya ketuban pecah dini 7,330 kehamilan tunggal sebanyak 35 orang
kali lebih besar dibandingkan ibu bersalin (97,2%).
dengan paritas primipara. Berdasarkan uji statistik Chi square Test
3. Hubungan antara Kehamilan Ganda didapatkan p-value = 0,004 (p-value < 0,05),
dengan Ketuban Pecah Dini maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Tabel 5.7 yang signifikan antara kehamilan ganda
Hubungan antara kehamilan Ganda dengan
dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu
Ketuban Pecah Dini
Di Rumah Sakit Islam Kota Bogor tahun bersalin di Rumah Sakit Islam Kota Bogor
2016
Tahun 2016, dari analisis didapat nilai OR
sebesar 15,400 artinya ibu bersalin dengan
kehamilan ganda memiliki peluang terjadinya
ketuban pecah dini 15,400 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu dengan kehamilan
tunggal.
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
4. Hubungan antara Usia Kehamilan 2016, dari analisis didapat nilai OR sebesar
dengan Ketuban Pecah Dini 15,400 artinya ibu bersalin dengan usia
Tabel 5.8 kehamilan preterm memiliki peluang untuk
Hubungan antara Usia Kehamilan dengan
terjadinya ketuban pecah dini 15,400 kali lebih
Ketuban Pecah Dini
Di Rumah Sakit Islam Kota Bogor tahun besar dibandingkan dengan ibu bersalin
2016
dengan usia kehamilan aterm.
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kejadian Ketuban Pecah Dini
Berdasarkan Rekam Medik ibu bersalin
Berdasarkan hubungan antara usia
yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak
kehamilan dengan kejadian ketuban pecah dini
36 orang (8,91 %) dari 404 ibu bersalin pada
pada ibu bersalin diperoleh hasil dari 36 dalam
Tahun 2016. Hal ini dikarenakan pada tempat
kelompok kasus (ketuban pecah dini ) dan 36
penelitian yaitu di Rumah Sakit Islam Kota
dalam kelompok kontrol (tidak ketuban pecah
Bogor kejadian ketuban pecah dini pada ibu
dini) yaitu terdapat ibu bersalin yang
bersalin banyak terjadi disebabkan ibu terlalu
mengalami ketuban pecah dini dengan usia
banyak aktivitas dan kurangnya pendidikan
kehamilan preterm sebanyak 21 orang
serta perngetahuan ibu tentang pentingnya
(58,3%), dan ibu bersalin yang tidak
pemeriksaan kehamilan sejak dini. Sehingga
mengalami ketuban pecah dini dengan usia
ibu banyak yang tidak memeriksakan
kehamilan preterm sebanyak 3 orang (8,3%),
kehamilanya sejak dini dan secara rutin di
sedangkan pada ibu bersalin yang mengalami
tenaga kesehatan.
ketuban pecah dini dengan usia kehamilan
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
aterm sebanyak 15 orang (41,7%), dan ibu
Presentasi Janin
bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah
Hasil analisis univariat ibu bersalin yang
dini dengan usia kehamilan aterm sebanyak 33
mengalami ketuban pecah dini dengan
orang (91,7%).
presentasi normal terdapat 62,5%, didapatkan
Berdasarkan uji statistik Chi square Test
ibu bersalin dengan presentasi janin normal
didapatkan p-value = 0,000 (p-value < 0,05),
terbanyak dikarenakan pengetahuan ibu yang
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
cukup baik tentang seberapa pentingnya
yang signifikan antara usia kehamilan dengan
melakukan pemeriksaan kehamilan yang rutin
kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin
dan mengetahui tanda bahaya kehamilan,
di Rumah Sakit Islam Kota Bogor Tahun
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
persalinan dan nifas. Dan juga dimungkinkan pemeriksaan kehamilan yang rutin dan
karena pada janin dengan presentasi normal mengetahui tanda bahaya kehamilan,
tidak ada indikasi malpresentasi seperti persalinan dan nifas sehingga ibu melahirkan
presentasi bokong, presentasi muka, presentasi dengan kehamilan tunggal. Dan pada ibu yang
kaki dan presentasi dahi. Tetapi jika pada janin mengalami kehamilan tunggal tidak
dengan presentasi tidak normal (bokong, kaki, memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi
muka, dahi) dapat memungkinkan ketegangan janin maupun ibu terhadap ketuban pecah dini,
rahim meningkat, sehingga membuat selaput sedangkan pada ibu dengan kehamilan ganda
ketuban pecah sebelum waktunya. dapat memungkinkan ketegangan rahim
3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan meningkat, sehingga membuat selaput ketuban
Paritas pecah sebelum waktunya.
Hasil analisis univariat ibu bersalin yang 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
mengalami ketuban pecah dini dengan paritas Kehamilan
multipara terdapat 58,3%, didapatkan ibu Hasil analisis univariat ibu bersalin
bersalin dengan paritas multipara terbanyak dengan usia kehamilan aterm terdapat 66,7%,
dikarenakan pengetahuan ibu yang kurang didapatkan ibu bersalin dengan usia kehamilan
baik tentang pentingnya melakukan aterm terbanyak dikarenakan pengetahuan ibu
pemeriksaan kehamilan yang rutin dan yang baik tentang tanda bahaya kehamilan,
mengetahui tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta Antenatal Care
persalinan dan nifas sehingga ibu banyak yang (ANC) yang baik sehingga ibu melahirkan
melahirkan di usia yang terlalu tua ataupun dengan usia kehamilan aterm dan sesuai
terlalu muda. Dan pada ibu dengan paritas dengan usia kehamilannya. Dan juga tidak
multipara lebih besar kemungkinan terjadinya adanya indikasi yang mengarah kepada
infeksi karena proses pembukaan serviks lebih kehamilan dengan usia kehamilan kurang dari
cepat dari multipara, sehingga dapat terjadi 37 minggu, dimana pada ibu dengan usia
pecahnya ketuban lebih dini. kehamilan preterm (<37 minggu) janin relatif
4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan kecil dan mudah menekan kebawah segmen
Kehamilan Ganda uterus sehingga terjadi ketuban pecah dini.
Hasil analisis univariat ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini yang
mengalami kehamilan tunggal terdapat 83,3%,
didapatkan ibu bersalin dengan kehamilan
tunggal terbanyak dikarenakan pengetahuan
ibu yang baik tentang pentingnya melakukan B. Analisis Bivariat
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
sehingga terjadi ketuban pecah dini. Oleh aterm (p-value = 0,000, OR= 15,400), dengan
sebab itu ibu hamil dianjurkan untuk kejadian ketuban pecah dini.
melakukan kunjungan ANC (Antenatal Care) Sedangkan dari hasil penelitian ini
secara rutin di fasilitas-fasilitas kesehatan agar peluang resiko untuk kejadian ketuban pecah
petugas kesehatan dapat menilai tanda bahaya dini yaitu ada pada ibu bersalin dengan
pada ibu hamil,bersalin dan nifas secara dini kehamilan ganda dan usia kehamilan preterm,
agar dapat di cegah sedini mungkin faktor dimana pada ibu bersalin dengan kehamilan
resikonya seperti ketuban pecah dini pada ibu ganda dan usia kehamilan preterm memiliki
bersalin dengan usia kehamilan preterm. nilai OR = 15,400.
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
8. Fauziyah, Y. (2012). Obstetri Patologi. 18. Mansjoer Arif dkk, (2009). Kapita
Yogyakarta : Nuha Medika Selekta Kedokteran. Media
9. Hidayat. (2011). Metodelogi Penelitian Aesculaplus, Jakarta.
kebidanan dan Taknik Analisis Data. 19. Maria. (2014). Ketuban Pecah Dini
Jakarta : Salemba Medika. Berhubungan Erat Dengan Persalinan
10. Huda. (2013). Faktor- faktor yang Preterm dan Infeksi Intrapartum. Jakarta
mempengaruhi ketuban pecah dini di : CDK.
RS PKU Muhammadiyah Surakarta. S1 20. Mochtar, R.(2011). Sinopsis Obstetri.
Keperawatan FIK UMS. Jurnal (2013). Jakarta : EGC
11. Komarudin. (2010). Metodelogi 21. Mufdilah dkk. (2009). Asuhan Patologi
penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
12. Manuaba, IBG, (2008). Kapita Selekta 22. Norma dkk. (2013). Asuhan Kebidanan
Penatalaksanaan Rutin obstetri, Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika
Ginekologi, dan KB. EGC, Jakarta 23. Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi
13. ____________, (2010). Ilmu Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Kebidanan penyakit Kandungan dan Cipta.
Keluarga Berencana untuk Pendidikan 24. ____________ , (2012). Metodelogi
Bidan. EGC, Jakarta. Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
14. ____________, (2007). Ilmu Kebidanan Cipta.
penyakit Kandungan dan Keluarga 25. ____________ , (2014). Metodelogi
Berencanauntuk Pendidikan Bidan. Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
EGC, Jakarta. Cipta.
15. ____________, (2008). Ilmu Kebidanan 26. Nugroho, T. (2010). Obstetri. Jakarta :
penyakit Kandungan dan Keluarga Nuha Medika
Berencana untuk Pendidikan Bidan. 27. _________, (2010). Patologi
EGC, Jakarta. Kebidanan. Jakarta : Nuha Medika
16. ____________, (2008). Penuntun 28. Prawirohardjo S. (2008).Buku Acuan
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Ginekologi . EGC, Jakarta. dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
17. Manuaba IBK, dkk . (2008). Gawat 29. __________, (2010). Pelayanan
Darurat Obstetri Ginekologi Sosial Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC. Pustaka. Jakarta
30. __________, (2011). Ilmu Kebidanan.
Jakarta : YBP SP.
Universitas Nasional
Dian Rosdiana
Jurnal Kebidanan, Agustus 2017 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Universitas Nasional
Dian Rosdiana