Biopertumb Laporan Fix Dita
Biopertumb Laporan Fix Dita
A. Tujuan
1. Mengamati struktur antera
2. Mengamati perkembangan mikrospora
3. Mengamati morfologi serbuk sari
B. Metode
Observasi
Cara Kerja
Memperhatikan jaringan- jaringan penyusun dinding antera = eksotesium, endotesium, lapisan tengah
dan tapetum. Perhatikan jaringan sporogen atau mikrosporosit di dalam ruang sari.
Preparat penampang melintang antera muda Lilium sp / Leucaena glauca pada waktu terjadi
mikroporogenesis.. perhatikan mikrosporosit dan sel-sel hasil pembelahan meiosis mikrosporosit di
dalam kantung sari
Preparat penampang melintang antera dewasa Lilium sp / Leucaena glauca dengan tetrad-tetrad serbuk
sari . Memperhatikan tetrad-tetrad serbuk sari di dalam kantung sari. Bagaimana bentuki dan
susunannya.
Preparat penampang melintang antera dewasa Lilium sp / Leucaena glauca dengan serbuk sari yang
telah masak. Memperhatikan struktur antera yang telah berubah dan mikrospora yang telah masak di
dalam kantung sari.
Menggambar semua bahan yang tersedia dan memberi keterangan secara lengkap
Pembahasan
Untuk morfologi serbuk sari, antara lain terdiri dari dinding serbuk
dimana dinding sari Angiospermae terdiri dari dua lapisan: eksin (lapisan luar)
dan intin (lapisan dalam). Eksin tersusun atas sporopolenin, sedangkan intin
tersusun atas selulosa. Lebih lanjut eksin terbagi atas dua lapisan, yaitu seksin dan
neksin. Seksin merupakan lapisan yang memiliki ornamenetasi, sedangkan neksin
tidak. Struktur dinding serbuk sari, khususnya bagian eksin, merupakan salah satu
karakter yang digunakan dalam identifikasi. Struktur halus eksin dapat dibedakan
menjadi tiga tire, yaitu: tektat, semitektat, dan intektat. Selanjutnya ialah unit
serbuk sari yang dibedakan atas: monad, diad, tetrad, dan polyad. Selain itu ada
pula serbuk sari yang dilepaskan dari tumbuhan dalam bentuk massulau atau
polinia. Serbuk sari tertrad dibedakan ke dalam lima tire, yaitu: tetrahedral,
tetragonal, rhomboid, decussata, dan tetrad silang.
E. Kesimpulan
F. Daftar Pustaka
Aprianty, M.D., dan Kriswiyanti, E., 2008, Studi Variasi Ukuran Serbuk Sari Kembang
Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis L.) Dengan Warna Bunga Berbeda, J. Biologi,
XII (1)
Etikawati, N. dan Setyawan, A.D., 2000, Studi Sitotaksonomi pada Genus Zingiber, J.
Biodiversitas, 1 (1) : 8-13
A. Tujuan
Mengamati serbuk sari yang berkecambah secara in vitro
B. Metode
Observasi
2. Memilih jenis bunga yang akan diamati dan mengambil putik dimana akan
4. Mengambil benang sari dengan tusuk gigi dan menaburkan serbuk sari pada
10. Memilih beberapa serbuk sari untuk dijadikan fokus pengamatan dan catat
pengamatan.
Kelompok Bunga 5 1 1 2 2
0 5 0 5
1 Kuncup (10%)
4 Kuncup (20%)
Pembahasan
Perkecambahan serbuk sari secara in vitro ini digunakan untuk menguji
viabilitas serbuk sari. Prinsip dari perkecambahan in vitro ini adalah
menyamakan kondisi medium dengan kondisi kepala putik, tempat dimana serbuk
sari berkecambah secara alami. Medium yang digunakan harus mendekati kondisi
lingkungan di kepala putik, agar serbuk sari dapat berkecambah dengan baik.
Selain perkecambahan secara in vitro, dikenal juga perkecambahan secara in vivo,
yang mana perkecambahan ini serbuk sari diserbukkan di kepala putik.
Perkecambahan secara in vivo memakan waktu yang cukup lama, sehingga pada
praktikum kali ini menggunakan perkecambahan secara in vitro yang lebih
praktis.
Serbuk sari (pollen grain) merupakan sebuah sel hidup yang berisi sel
kelamin jantan pada bunga (mempunyai protoplasma) yang terbungkus oleh
dinding sel. Dinding serbuk sari mempunyai peranan yang sangat penting untuk
melindungi serbuk sari dalam perjalanannya dari kepala sari menuju putik.
Dinding serbuk sari mempunyai dua lapisan dasar yaitu eksin dan intin. Intin
adalah lapisan bagian dalam yang dibangun dari bahan selulose. Eksin adalah
lapisan dinding bagian luar yang tersusun atas sporopolenin. Sporopolenin ini
tahan terhadap dekomposisi fisik maupun biologis. Pada permukaan eksin ini,
terdapat celah atau pori yang disebut apertura yang mempunyai dinding tipis, dan
digunakan oleh serbuk sari untuk jalan keluarnya buluh serbuk sari, sehingga
sering juga disebut celah perkecambahan. .
Tahapan awal dari percobaan ini yaitu dilakukan fiksasi terhadap pollen
jaringan, dalam hal ini serbuk sari agar tetap pada posisinya dan tidak mengalami
Pemanasan larutan ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi yang terjadi
pada serbuk sari. Sedangkan penambahan H2SO4 berfungsi untuk untuk melisiskan
selulosa pada dinding serbuk sari, sehingga setelah dibuat preparat, morfologi
eksin serbuk sari akan terlihat lebih jelas. Larutan kemudian didinginkan sejenak
Dari pengamatan perkecambahan serbuk sari bunga sepatu saat kondisi bunga
mekar segar pad larutan sukrosa 20 % yaitu kelompok 5 , diketahui buluh serbuk
sari muncul setelah pengamatan pada menit awal yaitu menit ke 5 yaitu terdapat
16 buluh yang keluar. Buluh sari telah muncul pada menit ke 15, hal terjadi
karena bunga yang kami gunakan ialah bunga mekar segar, sehingga serbuk sari
banyak waktu yang digunakan maka semakin banyak pula buluh yang keluar.
Akan tetapi, hingga menit ke 25 bentuk polen pada serbuk sari hanya bulat dan
tidak memanjang. Serbuk sari yang dapat berkecambah dalam waktu 5 menit
dapat dikarenakan serbuk sari sudah benar-benar masak, sehingga dalam medium
yang dibuat hampir sama dengan kondisi medium di kepala putik serbuk sari
dapat segera berkecambah dengan baik. Kemungkinan yang lain yaitu karena
serbuk sari secara alami, yaitu pada suasana yang lembab dan suhu yang hangat
gelas benda) dengan suhu yang terjaga. Bila pengamatannya hanya sebentar maka
Dari pengamatan perkecambahan serbuk sari bunga tapak dara saat kondisi
larutannya yaitu 10% dan 20%, diketahui buluh serbuk sari muncul setelah
dengan bunga mekar segar dan mekar layu, terutama pada bunga kuncup dengan
konsentrasi sukrosa 20% pada 5 menit pertama hanya terdapat satu buluh saja
yang keluar, sehingga disebut dengan monosporik. Hal ini kemungkinan terjadi
karena bunga masih terlalu muda, sehingga serbuk sari belum begitu siap untuk
Pada serbuk sari pada bunga mekar layu, buluh serbuk sari yang
dihasilkan pada larutan sukrosa 10% paling banyak jika dibandingkan dengan
bunga kuncup dan mekar sedang. Sedangkan pada bunga mekar layu konsentrasi
20% buluh serbuk sari lebih sedikit jika dibandingkan dengan bunga mekar
segar, hal ini mungkin dikarenakan serbuk sari terlalu masak atau terlewat
bisa sama sekali walaupun ditaruh dalam medium yang sesuai untuk
perkecambahannya.
Jika dilihat dari konsentrasi sukrosa, buluh serbuk sari yang dihasilkan
lebih banyak pada larutan sukrosa 10% jika dibandingkan dengan 20%.
berkecambah, yaitu sekitar 15 menit, dapat disebabkan karena serbuk sari belum
terlebih dahulu, dan setelah masak maka serbuk sari dapat berkecambah dengan
baik bila kondisi mediumnya sesuai yaitu dalam suasana yang lembab dan pada
suhu hangat serta mempunyai kandungan nutrisi yang baik. Ketika pengamatan
terjaga, dan serbuk sari dapat berkecambah meskipun membutuhkan waktu yang
cukup lama. Lamanya waktu perkecambahan juga dapat dikarenakan pada awal
peletakan serbuk sari pada medium biakan, kondisi medium tersebut masih
belum sesuai dengan kondisi perkecambahan serbuk sari secara alami di kepala
putik, seperti kurang lembab atau suhunya terlalu rendah karena kelembabannya
terlalu tinggi atau bahakan suhunya terlalu panas. Namun lama-kelamaan kondisi
E. Kesimpulan
F. Daftar Pustaka
Galleta, G. J. 1983. Pollen and Seed Management. In: James, N.M. and J. Janick (eds).
Methods in Fruit Breeding. Purdue University Press. West Lafayette. Indiana.
Azwar, R dan Woelan. 1996. Karakteristik bunga dan viabilitas serbuk sari beberapa
klon karet. Bulletin Perkebunan
Wahyudin, D.S. 1999. Daya Simpan Serbuk Sari Salak (Salacca sp) pada Tingkat
Kemasakan yang Berbeda. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
TOPIK 5
A. Tujuan
1. Mengamati struktur perkembangan endosperm
2. Mengamati struktur dan perkembangan embrio
B. Metode
Observasi
Mengamati preparat penampang membujur ovulum Glycine max pada stadium mitosis
endosperm, memperhatikan pada bagian struktur dan tipe endosperm pada Glycine max
(seluler, nuclear atau helobial)
Mengamati perkembangan dari zigot hingga terbentuk embrio dewasa pada preparat
penampang membujur ovulum Glycine max pada berbagai stadium perkembangan embrio
No Gambar Keterangan
1 Biji Kedelai (bagian luar) 1. Hilus (pusar biji)
2. Spermatodermis
(kulit biji)
Pembahasan
Pada proses pertumbuhannya, sel sebelah dalam pada biji akan membentuk
meristem dasar, sistem prokambium, hipokotil dimana pada tahap ini proembrio
berada pada tahap globular. Embrio tahap globular kemudian mengalami
pendataran dibagian apeks, pada tahap ini embrio pada tahap jantung. Kemudian,
pada ke dua sisi embrio tahap jantung akan membelah lebih cepat dibandingkan
bagian tengah sehingga membentuk embrio tahap torpedo. Pemanjangan ini terus
terjadi membentuk embrio tahap kotiledon Suspensor membantu embrio masuk
kedalam endosperm untuk mendapatkan makanan. Embrio tahap kotiledon yang
terus tumbuh akan melengkung didalam ovulum dimana pada bagian ini
suspensor sudah mengecil. Embrio merupakan hasil pembuahan oosphere (ovum)
olleh satu inti jantan generatif. Embrio terdiri dari embryonic axis yang dikelilingi
oleh satu atau lebih kotiledone. Embryonic axis disusun oleh hipokotil dimana
disana menempel kotiledon, radicle, dan plumula. Bagian ini umumnya mudah
untuk dikenali dalam satu embrio dikotil tetapi sulit untuk diidentifikasi dalam
banyak spesies monokotil. Satu kotiledon pada embrio ini diperluas menjadi
haustorial seeperti scutellum. Bagian basal lapisan kotiledon diperpanjang ke
dalam koleoptil dan hipokotil mengalami modifikasi, dalam beberapa spasies
bagiannya ke dalam mesokotil. Koleorhiza merupakan dasar hipokotil yang
menyelimuti endogenous radicle.
Endosperm merupakan hasil fusi antara satu inti jantan generatif dan dua
inti polar untuk membentuk triploidnukleus endosperm. Selama perkembangan
biji, endosperm mengelilingi embrio dan mungkin tetap sebagai satu jaringan
yang relative luas sampai bijicukup berkembang baik. Endosperm berfungsi
sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan (pati, protein, dan karbohidrat).
E. Kesimpulan
Pada perkembangan embrio diawali dengan sel zigot hasil fertilisasi akan
menghasilkan dua sel, satu diantarannya akan berkembang menjadi embrio
lainnya menjadi suspensor. perkembangan suspensor mendorong embrio tumbuh
kedalam endosperm yang menyediakan banyak makanan. perkembangan embrio
melalui beberapa tahap antara lain tahap globular, jantung, dan torpedo.
Endosperm merupakan hasil fusi antara satu inti jantan generatif dan dua
inti polar untuk membentuk triploid nukleus endosperm. Selama perkembangan
biji, endosperm mengelilingi embrio dan mungkin tetap sebagai satu jaringan
yang relative luas sampai bijicukup berkembang baik. Endosperm berfungsi
sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan (pati, protein, dan karbohidrat).
F. Daftar Pustaka
A. Tujuan
1. Membedakan biji albuminous dan eksalbuminous
2. Mengamati perkecambahan tipe epigeal dan hipogeal
3. Mengamati poliembrioni pada biji
B. Metode
Observasi
Cara Kerja
Mengambil biji kacang kacang merah yang telah direndam semalam dalam air. Menggambar
biji dan memberi keterangan secara lengkap
Mengupas kulit biji kacang kacang merah sehingga yang tampak adalah kotiledonnya yang
berjumlah dua keeping dan akar lembaganya. Menggambar dan memberi keterangan secara
lengkap
Memisahkan kedua daun lembaga (kotiledon), menemukan batang lembaga, pucuk lembaga
(plumula) dan akar lembaganya. Menggambar dan memberi keterangan secara lengkap
2 Jagung 3 hari
3 Jagung 7 hari
Pembahasan
Periode pertumbuhan tiap jenis tumbuhan berbeda, namun semua diawali dari
proses yang sama, yaitu perkecambahan. Perkecambahan adalah munculnya
plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan.
Embrio yang terdapat di dalam biji mempunyai beberapa bagian, antara lain
embrio akar (radikula), embrio daun (plumula), embrio pucuk (epikotil) dan
embrio batang (hipokotil).
Dari hasil pengamatan, biji kacang merah pada pengamatan struktur luar
memperlihatkan bagian-bagian kulit biji ( seed coat ), kotiledon dan radikula.
Bagian-bagian yang teramati pada penampang membujur kedelai yaitu seed coat,
kotiledon, radikula dan plumula. Sedangkan pada penampang melintang, bagian-
bagian yang dapat diamati antara lain seed coat, kotiledon dan plumula. Kulit biji
umumnya memiliki fungsi yang sama yakni melindungi organ di dalam biji dari
organisme di luar biji. Kotiledon merupakan jaringan penyimpan cadangan
makanan. Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari
karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Biji kacang merah merupakan biji
dikotil dengan tipe bibit epigeal yang terdapat di dalam polong. Kulit luar (testa)
bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di dalamnya. Biji
terdiri atas lembaga dan keping biji, diliputi oleh kulit ari tipis (tegmen). Biji
berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena
berhimpitan dengan butir biji yang lain selagi di dalam polong. Warna kulit biji
bervariasi yaitu merah jambu, merah, cokelat, merah tua, dan ungu. dilihat dari
cirinya tipe perkecambahan pada kacang merah merupakan epigeal, hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa perkecambahan epigeal merupakan
perkecambahan apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga
atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke
atas tanah. Pada perkecambahan epigeal, hipokotil tumbuh memanjang.
Akibatnya, plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah. Pada
perkecambahan secara epigeal ini, kotiledon yang terkena sinar matahari akan
mengembangkan klorofil dan dapat mengadakan fotosintesis, tetapi sebelum hal
itu terjadi, suplai makanan diambil dari endosperm. Kotiledon hanya berfungsi
sementara sebagai daun tempat fotosintesis, yaitu sebelum daun sesungguhnya
tumbuh.
Biji jagung (Zea mays) Biji jagung diamati dari struktur luarnya memiliki
bagian-bagian kulit biji (seed coat ) dan endosperma. Kulit biji jagung terdiri dari
satu lapis kulit. Struktur biji dapat lebih lengkap diamati dengan memotong biji
secara melintang. Bagian-bagian yang dapat diamati dari penampang biji jagung
melintang yaitu embryo, endosperm, seed coat , radikula dan plumula.
Sedangkan, pada penampang melintang hanya terlihat embryo, endosperm dan
seed coat. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan
mekanis, dan serangan cendawan, bakteri, dan insekta. Endosperm yaitu suatu
jaringan penyimpanan makanan cadangan yang diserap oleh embrio sebelum atau
selama perkecambahan biji dan selalu terdapat di dalam biji yang sangat muda.
Jagumg merupakan salah satu contoh biji monokotil dengan tipe bibit hypogeal.
Perkecambahan hipogeal menurut teori merupakan perkecambahan yang terjadi
karena pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Pada jagung, kotiledon (skutelum)
akan menyerap makanan cadangan pada endosperm. Koleoptil dan koleorhiza
merupakan penutup/pelindung meristem apeks akar dan pucuk. Setelah akar
muncul ke permukaan biji, koleoptil kemudian akan keluar dan akhirnya diikuti
oleh munculnya daun yang sebenarnya tunas (plumula). Selain itu biji jagung
mempunyai aleuron layer yang merupakan selaput tipis berfungsi sebagai
pelindung biji. Menurut teori, secara struktural, biji jagung yang telah matang
terdiri atas empat bagian utama, yaitu perikarp, lembaga, endosperm, dan tip kap.
Perikarp merupakan lapisan pembungkus biji yang berubah cepat selama proses
pembentukan biji. Pada waktu kariopsis masih muda, sel-selnya kecil dan tipis,
tetapi sel-sel itu berkembang seiring dengan bertambahnya umur biji. Pada taraf
tertentu lapisan ini membentuk membran yang dikenal sebagai kulit biji atau
testa/aleuron yang secara morfologi adalah bagian endosperm. Bobot lapisan
aleuron sekitar 3% dari keseluruhan biji (Suarni dan Widyowati, 2008)
E. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, biji kacang merah pada pengamatan struktur luar
memperlihatkan bagian-bagian kulit biji ( seed coat ), kotiledon dan radikula.
Bagian-bagian yang teramati pada penampang membujur kedelai yaitu seed coat,
kotiledon, radikula dan plumula. Sedangkan pada penampang melintang, bagian-
bagian yang dapat diamati antara lain seed coat, kotiledon dan plumula. Selain itu
Biji kacang merah merupakan biji dikotil dengan tipe bibit epigeal serta termasuk
kedalam biji exalbuminous yaitu biji yang non-endosperm yaitu pada biji tidak
dapat dijumpai adanya endosperm.
Biji jagung (Zea mays) jika diamati dari struktur luarnya memiliki bagian-
bagian kulit biji (seed coat ) dan endosperma. Kulit biji jagung terdiri dari satu
lapis kulit. Struktur biji dapat lebih lengkap diamati dengan memotong biji secara
melintang. Bagian-bagian yang dapat diamati dari penampang biji jagung
melintang yaitu embryo, endosperm, seed coat , radikula dan plumula.
Sedangkan, pada penampang melintang hanya terlihat embryo, endosperm dan
seed coat. Selain itu Biji kacang merah merupakan biji monokotil dengan tipe
bibit hipogeal serta termasuk kedalam biji albuminous yaitu pada biji dapat
dijumpai adanya endosperm.
F. Daftar Pustaka
Hakim L dan Anis F 2008. Pengaruh Ukuran Kotiledon Terhadap pertumbuhan Semai
Ulin (Eusideroxylon zwageri T. ET B.). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan.
Ifomi 2012. Patenokarpi, Apogami dan Apomixis. http://agristark.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 5 Januari 2015
Jain M 2000. Reproduction and Development in Angiosprems II. New Delhi: UPKAR
Press
TOPIK 7
PENGENALAN MACAM-MACAM STRUKTUR YANG MEMBANTU
PENYEBARAN BIJI/BUAH
A. Tujuan
Mengenali bagian-bagian buah/biji yang mempunyai peran dalam penyebaran biji.
B. Metode
Observasi
Cara Kerja
Buahnya buah buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam
bentuk maupun ukurannya, warnanya kuning atau merah. Bijinya banyak, pipih,
warnanya kuning kecokelatan.. Bagian-bagian buah tomat antara lain
Mesocarpium, Eksocarpium, Endocarpium, Plasenta, dan Biji. Sedangkan
morfologi dan anatomi biji tomat adalah Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan
diselimuti daging buah. Warna bijinya ada yang putih, putih kekuningan, ada juga
yang kecoklatan. Pada sekitar biji tomat terdapat funikula yang merupakan bagian
yang menghubungkan biji dengan tembuni/papan biji (plasenta) atau tangkai
sebagai tempat menggantungnya bakal biji. Jika biji masak, tali pusat lepas
(funikulus) sehingga pada biji terlihat bekas yang disebut pusat biji (hilus)
Meranti pada umumnya berbunga dan berbuah 4-7 tahun sekali yang disebut
dengan musim berbuah masal. buah Meranti berbentuk bulat telur, berbulu,
bersayap lima yang berbentuk sodet, tiga sayapnya besar dan dua sayapnya
kecil. Sayap tersebut merupakan alat bantu tambahan untuk penyebaran biji
meranti yang berada di tengah. Alat bantu tersebut memiliki morfologi seperti
kelopak dan mahkota pada bunga.
Bagian-bagian buah biduri sama seperti buah lainnya yaitu antara lain
Mesocarpium, Eksocarpium, Endocarpium, Plasenta. Hanya saja terdapat alat
tambahan untuk penyebaran bijinya yaitu bulu (coma), yaitu penonjolan sel-
sel kulit luar biji yang berupa rambut-rambut yang halus, memudahkan biji
ditiup oleh angin.
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada beberapa tumbuhan
terdapat struktur yang membantu penyebaran biji atau buah yang berupa alat
tambahan. Pada tomat dan pepaya antara lain funikula atau tangkai pendukung
biji, pada tumbuhan biduri yaitu bulu (coma), pada tumbuhan meranti adalah
struktur seperti sayap berjumlah lima yang berbentuk sodet, dan pada tanaman
pala berupa salut biji.
F. Daftar Pustaka
Campbell, Neil A et al. 2004. BIOLOGI EDISI KELIMA JILID III. Jakarta:
Erlangga.
Hidayat,Estiti.1995.Anatomi tumbuhan berbiji.ITB:Bandung.