Anda di halaman 1dari 204

Republic

Republik
of Indonesia
Indonesia

Rencana
Rencana Aksi
Aksi
Nasional
Nasional
Adaptasi
Adaptasi
Perubahan
PerubahanIklim
Iklim
(RAN-API)
(RAN-API)

Kementerian
Kementerian Perencanaan
Perencanaan Pembangunan
Pembangunan Nasional/
Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
2014 2014
Republik Indonesia

Rencana Aksi Nasional


Adaptasi Perubahan Iklim
(RAN-API)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

2014
ii RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)
Kata
Pengantar

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional /


Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, merupakan salah satu negara yang paling rentan
terhadap dampak negatif perubahan iklim. Secara umum, model perubahan iklim global memprediksi
semua wilayah Indonesia akan mengalami kenaikan temperatur termasuk temperatur permukaan laut yang
meningkatkan dan mengubah pola serta intensitas curah hujan yang akan meningkatkan risiko banjir dan
kekeringan pada musim kemarau. Hal ini memberikan dampak antara lain kekeringan berkepanjangan,
banjir, bertambahnya frekuensi peristiwa iklim ekstrim yang mempengaruhi kesehatan dan mata pencaharian
masyarakat serta biodiversitas dan kestabilan ekonomi yang pada akhirnya dapat meningkatkan ancaman
terhadap keberhasilan pencapaian pembangunan sosial ekonomi Indonesia.

Upaya dan strategi adaptasi, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun untuk jangka panjang dirasakan
perlu untuk melindungi masyarakat termiskin dan menghindari kerugian ekonomi yang lebih besar di
kemudian hari akibat perubahan iklim. Di Indonesia dampak ekonomi perubahan iklim diperkirakan sangat
besar walaupun masih sulit diperhitungkan secara pasti. Pembangunan nasional dengan agenda adaptasi
terhadap dampak perubahan iklim memiliki tujuan akhir agar tercipta sistem pembangunan yang adaptif
atau tahan terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
upaya adaptasi perubahan iklim, termasuk penyusunan dokumen kebijakan nasional untuk mengatasi
dampak perubahan iklim, seperti Indonesia Adaptation Strategy (Bappenas, 2011), Rencana Aksi Nasional
Adaptasi Perubahan Iklim Indonesia (DNPI, 2011), Indonesia Climate Change Sectoral Road Map (Bappenas,
2010), Rencana Aksi Nasional Menghadapi Perubahan Iklim (Kementerian Lingkungan Hidup, 2007) dan
rencana adaptasi sektoral oleh Kementerian/Lembaga. Dokumen Strategi Pengarusutamaan Adaptasi dalam
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas, 2012) juga telah disusun.

Namun demikian, masih banyak kegiatan adaptasi sektor-sektor yang dapat, perlu, dan harus disinergikan
pelaksanaannya dengan sektor lain, serta diintegrasikan ke dalam perencanaan dan penganggaran
pembangunan (RPJMN dan RKP) agar sasaran adaptasi dapat dicapai dan ketahanan terhadap dampak
perubahan iklim dapat ditingkatkan. Untuk itu, dalam mewujudkan harmonisasi dan operasionalisasi
berbagai dokumen kebijakan tersebut, maka diperlukan satu rencana aksi nasional adaptasi perubahan
iklim (RAN-API), yang bersifat lintas bidang untuk jangka pendek, menengah, dan juga memberikan arahan
adaptasi untuk jangka panjang.

Akhir kata, Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
dokumen ini dan berharap dokumen ini dapat bermanfaat bagi para pelaku di tingkat nasional dan lokal.

Jakarta, Februari 2014


Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, SE, MA

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) iii


Kata
Pengantar

Menteri Negara Lingkungan Hidup

Sebagai wilayah yang berada diantara benua Asia dan Australia serta lautan Hindia dan Pasific, Indonesia
mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Data hasil kajian yang
dilakukan menunjukkan kecenderungan kenaikan temperatur permukaan mencapai sekitar 1.0C selama
abad 20. Salah satu dampak perubahan iklim lain berupa perubahan pola presipitasi yang bervariasi dan
cukup ekstrim mempunyai pengaruh signifikan dan meluas ke berbagai sektor pembangunan seperti
ketahanan pangan, kesehatan, infrastruktur dan pemukiman, energi, ekosistem, kehutanan, perkotaan, dan
pesisir.

Potensi risiko iklim pada sektor-sektor tersebut semakin tinggi dari waktu ke waktu, dan hal tersebut dapat
digambarkan dari hasil Kajian Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) yang telah dilakukan di beberapa
kota dan provinsi oleh berbagai lembaga. Hasil kajian risiko yang ada dalam dokumen ICCSR (Bappenas 2010)
dan the Second National Communication/SNC (KLH 2010) menunjukkan distribusi wilayah dengan tingkat risiko
iklim dari rendah sampai sangat tinggi pada beberapa bidang. Dalam dokumen tersebut juga dinyatakan
bahwa Pulau Jawa, Bali dan Sumatera merupakan wilayah dengan tingkat risiko iklim yang tinggi dan
sangat tinggi, dikarenakan oleh faktor non-iklim seperti demografi, geografi dan infrastruktur. Peningkatan
kapasitas adaptasi menjadi sangat penting untuk diperhatikan, karena dengan kapasitas adaptasi yang kuat
dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Disamping itu, pengarusutamaan isu adaptasi perubahan iklim
kedalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah harus dilakukan supaya terwujud program dan
kegiatan pembangunan yang tahan dan adaptif terhadap dampak perubahan iklim.

Sinergi, koordinasi, dan komunikasi semua pihak menjadi penting dalam mewujudkan upaya adaptasi yang
baik dan terintegrasi antar sektor dan antar wilayah. Dengan adanya RAN API, proses sinergi, komunikasi dan
koordinasi diharapkan dapat berjalan dengan baik karena adanya arahan dalam proses pengarusutamaan
dan penyusunan rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang. Pemerintah daerah perlu
menindaklanjuti arahan nasional dalam adaptasi perubahan iklim dengan menyusun strategi adaptasi
perubahan iklim daerah. Strategi tersebut disusun berdasarkan rekomendasi hasil kajian kerentanan/
risiko dan adaptasi perubahan iklim di daerah dan mengintegrasikannya kedalam penyusunan rencana
pembangunan di daerah. Dengan adanya strategi adaptasi perubahan iklim di tiap provinsi dan kabupaten/
kota, maka diharapkan dampak perubahan iklim dapat diminimalisasi, serta mempunyai arahan dan strategi
daerah untuk meningkatkan ketahanan dan menurunkan tingkat kerentanan wilayah, meningkatkan tatanan
kehidupan dan kesejahteraan melalui program pembangunan yang tanggap terhadap dampak perubahan
iklim.

iv RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Pengembangan sistem komunikasi, informasi, dan edukasi publik yang baik dapat mendukung implementasi
pembangunan yang adaptif karena dapat meningkatkan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat
melalui berbagai inisiatif lokal yang telah berkembang di lingkungan sosial kemasyarakatan. Proses adaptasi
yang baik adalah suatu proses penyesuaian yang dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi setempat
dan menggali potensi dan inisiatif lokal. Program Kampung Iklim (ProKlim) dan berbagai upaya peningkatan
inisiatif lokal lain merupakan contoh-contoh yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung
pengurangan dampak perubahan iklim dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi dampak
perubahan iklim.

Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas partisipasi dan kerjasama berbagai pihak dalam penyusunan
dokumen RAN API. Semoga dokumen ini dapat menjadi kontribusi nasional dalam penanggulangan dampak
perubahan iklim melalui arahan kebijakan dan strategi adaptasi perubahan iklim. Dengan demikian sasaran
RAN API yaitu peningkatan ketahanan ekonomi, ketahanan sistem kehidupan, ketahanan ekosistem,
ketahanan wilayah khusus, dan sistem pendukung yang lain dapat terwujud.

Jakarta, Februari 2014


Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) v


Kata
Pengantar

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Peristiwa fenomena cuaca dan iklim ekstrim semakin terasa meningkat dalam hal frekuensi dan intensitasnya.
Berdasarkan pengalaman BMKG kenaikan suhu udara di wilayah Indonesia yang telah terjadi dalam kurun
wakti 100 tahun terakhir ini berkisar 0,76C serta senantiasa disertai kejadian-kejadian ekstrim yang menjadi
pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), sebanyak 87% bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2013 adalah bencana hidrometeorolgi,
seperti banjir, longsor, kekeringan, dan lain-lain. Bukti-bukti tersebut sesuai dengan hasil kajian global dari
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Hasil kajian BMKG terhadapa konsentrasi gas rumah
kaca (GRK) pada Hari Raya Nyepi di pulau Bali menunjukkan secara nyata bahwa aktifitas manusia menjadi
penyebab utama peningkatan konsentrasi GRK sebagai sumber utama pemanasan global yang memicu
terjadinya perubahan iklim. Peningkatan kapasitas dalam menekan kenaikan konsentrasi GRK dan dampak
perubahan iklim harus menjadi prioritas utaman dalam rencana pembangunan berbagai sektor ke depan.
Dampak perubahan ikim ini akan menjadi tantangan dalam pembangunan nasional kedepan akan tergerus
oleh dampak perubahan iklim. Salah satu contoh nyata adalah bagaimana pola pembangunan infrastruktur
merespon secara adaptif terhadap perubahan pola hujan yang menjadi lebih ekstrim.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT dengan tersusunnya Rencana Aksi Nasional Adaptasi
Perubahan Iklim (RAN-API). Dokumen ini adalah langkah awal dalam pembangunan bangsa ke depan dimana
langkah lebih besar menanti ketika bersama kita akan melakukan implementasi RAN-API di semua sektor.
BMKG akan selalu menempatkan diri di sektor hulu untuk implementasi ini dengan memberikan informasi-
informasi terkait bukti, proses dan basis ilmiah perubahan iklim yang diharapkan menjadi rekomendasi untuk
mendukung para sektor dalam dalam berbagai upaya adaptasi. Informasi yang disediakan BMKG seyogyanya
dapat menjelaskan proses historis, perubahan yang kini terjadi dan proyeksi mendatang dari perubahan
iklim di wilayah Indonesia secara local.

Aksi adaptasi perubahan iklim bersifat solutif terhadap akibat perubahan iklim dan diperlukan sebagai
respon saat ini terhadap keragaman paparan eksposu dampak perubahan iklim yang diterima masyarakat.
Respons adaptif terhadap dampak perubahan iklim dapat dilakukan dengan memanfaatkan informasi
BMKG pada sektor yang sensitif tehadap perubahan iklim. Secara tematik informasi BMKG berguna untuk
peningkatan kapasitas adaptasi, pengurangan dampak, pengurangan kerentanan dan peningkatan daya
tahan masyarakat. Sedangkan aksi perubahan iklim bersifat variatif dalam ruang dan waktu sehingga terus
dibutuhkan informasi yang dinamis untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Dalan hal ini BMKG
akan terus berupaya untuk meningkatkan keragaman dan cakupan informasi perubahan iklim hingga dapat
menjangkau lebih banyak sektor dan skala kewilayahan yang lebih luas dan lebih detail. Selain itu BMKG juga
akan terus berupaya untuk menjawab tantangan kebutuhan akan common but differentiated responsibility
dimana semua pihak menerima dampak perubahan iklim dengan porsi adaptasi yang berbeda beda.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya untuk seluruh pihak terkait yang
memungkinkan tersusunnya dokumen ini. Semoga ini menjadi langkah awal kita damalam menyelematkan
sekitar 250 juta rakyat Indonesia dar dampak perubahan iklim. Banyak hal yang kita tidak bisa hindari tetapi
akan lebih bik apabila kita lebih siap menghadapinya

Jakarta, Februari 2014


Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng

vi RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Kata
Pengantar

Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim /


Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim

Assalammualaikum wr.wb.,

Tidak dapat dipungkiri lagi, perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan dan ancaman terbesar bagi
kehidupan saat ini. Pembangunan yang telah direncanakan dan dijalankan di berbagai tingkatan dan sektor
pun tidak terlepas dari tantangan dan ancaman ini. Di satu sisi, kita pahami bahwa pembangunan yang
dilakukan dapat meningkatkan tantangan dan ancaman dalam bentuk semakin cepat dan meningkatnya
perubahan iklim yang terjadi, sementara di sisi lain justru sebaliknya, proses pembangunan beserta
hasilnyalah yang akan mendapatkan ancaman dalam bentuk dampak perubahan iklim yang semakin parah.

Atas nama Dewan Nasional Perubahan Iklim, Saya menyambut gembira diterbitkannya dokumen Rencana Aksi
Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) yang telah dihasilkan melalui proses konsultasi dan koordinasi
antar pemangku kepentingan. Diterbitkannya dokumen RAN-API ini akan menjadi basis serta memberikan
arah dalam mengatasi dampak perubahan iklim secara antisipatif dan lebih terencana sebagai bagian dari
proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pendekatan ini pada akhirnya akan memberikan
manfaat yang lebih besar dengan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan pendekatan yang selama
ini lebih banyak dilakukan yang bersifat reaktif, yang dilaksanakan setelah dampak terjadi.

Penerbitan dokumen RAN-API ini juga akan memberikan kontribusi bagi peran Indonesia dalam proses
internasional yang selama ini dijalani di bawah United Nations Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC). Dokumen ini memberikan gambaran kesiapan Indonesia dalam melaksanakan upaya adaptasi
dan juga akan menjadi sumber informasi mengenai dukungan yang diperlukan oleh Indonesia dalam
melaksanakannya.

Perubahan iklim beserta dampaknya memiliki dinamika yang sangat tinggi. Hal yang sama juga terjadi
dalam upaya adaptasi dampak. Karenanya, RAN-API tidak dapat menjadi dokumen yang statis melainkan
harus mampu mengikuti dinamika yang ada. RAN-API hendaknya selalu menjadi living document yang
mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi dengan tidak meninggalkan kekhususan secara sektor
dan bidang kegiatan, lokasi, kondisi sosial, ekomoni serta budaya masyarakat.

Akhir kata, apreasiasi Saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam proses
penyusunan dan penerbitan dokumen ini. Kiranya koordinasi dan kontribusi yang baik ini pun dapat terus
terjadi dalam upaya menjaga kekinian RAN-API sebagai living document, serta yang tidak kalah pentingnya
juga dalam pelaksanaan aksi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim di Indonesia.

Wassalammualaikum wr.wb

Jakarta, Februari 2014


Prof. Dr. Rachmat Witoelar

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) vii


Tim
Penyusun

Publikasi Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) ini dapat terlaksana melalui komitmen
yang tinggi dan kerjasama yang baik antara semua pihak yang terlihat. Kementerian PPN/ Bappenas
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota Tim Penyusun dan seluruh pihak
yang terlibat atas kerja keras dan kontribusinya sehingga Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim ini
dapat tersusun dengan baik.

Penghargaan dan ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada:

TIM PENGARAH
Dr. Ir. Rr. Endah Murniningtyas, M.Sc, Ir. Arief Yuwono, M.A., Ir. Imam Santoso Ernawi MCM.MSc,
Dr. Widada Sulistya, DEA

TIM PENYUSUN
Ir. Wahyuningsih Darajati, MSc (BAPPENAS); Ir. Emma Rahmawati, M.Sc (KLH); Dr. Edvin Aldrian (BMKG);
Ir. Ari Muhammad (DNPI); Dr. Hadiat, MA (BAPPENAS); Ir. Montty Girianna, M.Sc., MCP, Ph.D (BAPPENAS);
Ir. Nono Rusono, PG.DIP.Agr. Sci.Msi (BAPPENAS); Ir. Basah Hernowo, MA (BAPPENAS);
Dr. Ir. Sri Yanti JS.MPM (BAPPENAS); Dr. Ir. Mesdin Kornelis Simarmata, MSc (BAPPENAS);
Ir. R. Aryawan Soetiarso Poetro, MSi (BAPPENAS); Ir. M. Donny Azdan, MS, MA, Ph.D (BAPPENAS);
Ir. Deddy Koespramoedyo, MSc (BAPPENAS); Ir. Nugroho Tri Utomo, MRP (BAPPENAS);
Ir. Bambang Prihartono, MSCE (BAPPENAS); Ir. Hayu Parasati, MPS (BAPPENAS);
Tri Dewi Virgiyanti, ST, MEM (BAPPENAS); Drs. Budi Suhardi, DEA (BMKG); Henda Sri Mulyanto (KLH);
Rachmi Yuliantri (DNPI); Togu Pardede, ST, MIDS (BAPPENAS); Setyawati, ST, M.NatResEcon
(BAPPENAS); Ir. J Rizal Primana, MSc (BAPPENAS); Dr. Drg. Theresia Ronny Andayani, MPH (BAPPENAS);
Ir. Juari, ME (BAPPENAS); Ir. Nita Kartika, M.Ec (BAPPENAS); Mia Amalia, ST, MSi, Ph.D (BAPPENAS);
Roby Fadillah, S.Pi, MEP (BAPPENAS); Khairul Rizal, ST, MPP (BAPPENAS); Yogi Harsudiono, SE (BAPPENAS);
Ade Candradijaya, STP, M.Si, MSc (BAPPENAS); Ewin Sofian Winata, ST (BAPPENAS);
Syifaa Tresnaningrum, ST (BAPPENAS); Liana Nur Fajar Utami, ST (BAPPENAS); Rudi Pakpahan (BAPPENAS);
Nurul W (BAPPENAS)

KEMENTERIAN/LEMBAGA TERKAIT PENYUSUNAN RAN-API


Kementerian Pertanian; Kementerian Kehutanan; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
Kementerian Perindustrian; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Pekerjaan Umum;
Kementerian Kesehatan; Kementerian Perumahan Rakyat; Kementerian Riset dan Teknologi; Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; Badan Pertanahan Nasional; Badan Informasi Geospasial;
Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Badan Koordinasi Keluarga Berencana; Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi; Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

viii RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


TENAGA AHLI PENYUSUN
Prof. Dr. Rizaldi Boer; Ir. Djoko Santoso Abi Suroso, M.PSt, Ph.D; Wilmar Salim, ST., M.Reg.Dev.,
Ph.D.; Ir. Wahyu Mulyana, MA.; Prof. Dr. Ridad Agoes, MD., MPH; Dr. Saut Sagala; Dr. Tri Wahyu Hadi;
Hamzah Latief, Ph.D (Eng.)., Ph.D; Hadi Kardhana, ST., MT., Ph.D; M.Suhardjono Fitriyanto, M.Sc;
Prof. Dr. Irsal Las; Dr. Damayanti Buchori; Dr. Akhmad Faqih; Dr. Ario Damar;
Dr. Dodik Ridho Nurrochmat; Dr. Tania June; Dr. Siti Amanah; Dr. Yuli Suhartono;
Dr. Muhammad Ardiansyah

EDITOR
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

LEMBAGA NON-PEMERINTAH
Mercy Corps; Plan Indonesia; UN-Habitat; UN-Women; WWF;
Center for International Forestry Research (CIFOR); Ikatan Ahli Perencana (IAP); COMMIT

TIM INVENTARISASI DATA RAN-API


Dr. Arzyana Sunkar; Sigit Santosa, S.Si, M.App.Sc; Nova Anika, S.TP, M.Si;
Ramanditya Wimbardana, ST

TIM PENDUKUNG
Fatimah Kamila, ST; Anna Amalia, ST; Irfan Darliazi Yananto, SE; Eko Wibisono, ST; Andria Anria;
Adi Rakhman, Amin Budiarjo, ST,M.Sc; Riga Anggarendra,SSi;Nadia Amelia Ridwan, SSi.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mitra pembangunan Japan International Cooperation Agency
(JICA), Asian Development Bank (ADB), dan Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) yang
telah membantu penyusunan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim.

Semoga Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim ini dapat menjadi panduan yang baik dalam
melaksanakan upaya adaptasi baik di tingkat nasional dan daerah, sebagai upaya mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang adaptif perubahan iklim.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) ix


x RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)
Ringkasan
Eksekutif

LATAR BELAKANG

Telah banyak bukti-bukti ilmiah menunjukkan perubahan iklim sudah terjadi dan dirasakan oleh seluruh
masyarakat dunia. Penyusunan program aksi adaptasi perubahan iklim bertujuan untuk menjamin atau
mengamankan pencapaian sasaran utama pembangunan serta meningkatkan ketahanan (resillience)
masyarakat, baik secara fisik, maupun ekonomi, sosial dan lingkungan terhadap dampak perubahan iklim.

Pembangunan nasional dengan agenda adaptasi terhadap dampak perubahan iklim memiliki tujuan
akhir agar tercipta sistem pembangunan yang adaptif atau tahan terhadap perubahan iklim yang terjadi
saat ini. Pembangunan berkelanjutan yang mengakomodasi kegiatan adaptasi perubahan iklim diharap
dapat mengurangi kerentanan saat ini sehingga tidak mengorbankan kapasitas generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini diperlukan karena perubahan iklim akan mempengaruhi dan
berdampak pada semua aspek dari pembangunan setiap sektor.

Diharapkan dengan disusunnya Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) ini upaya-upaya
adaptasi dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan terintegrasi serta memberikan dampak yang lebih
besar dalam mendukung capaian tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan adaptif atau tahan
terhadap perubahan iklim.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penyusunan RAN-API ini adalah menghasilkan sebuah rencana aksi nasional untuk beradaptasi
terhadap dampak perubahan iklim, yang terkoordinasi secara terpadu dengan semua pemangku kepentingan
yang terlibat, baik dari pemerintah, organisasi kemasyarakatan, masyarakat, swasta, dll.

Tujuan utama dari adaptasi perubahan iklim dalam RAN-API adalah terselenggaranya sistem pembangunan
yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan (resiliensi) tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Tujuan
utama tersebut akan dicapai dengan membangun ketahanan ekonomi, ketahanan tatanan kehidupan, baik
secara fisik, maupun ekonomi dan sosial, dan menjaga ketahanan ekosistem serta ketahanan wilayah khusus
seperti pulau-pulau kecil untuk mendukung sistem kehidupan masyarakat yang tahan terhadap dampak
perubahan iklim.

RAN-API DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RAN-API merupakan bagian dari kerangka pembangunan nasional Indonesia. Dari sisi perencanaan
pembangunan nasional, RAN-API merupakan rencana tematik lintas bidang yang lebih spesifik dalam
mempersiapkan rencana pembangunan yang memiliki daya tahan terhadap perubahan iklim (climate proof/
resilient development) di tingkat nasional. RAN-API diharapkan dapat memberikan arahan pada Rencana Kerja
Pemerintah maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di masa depan, agar lebih
tanggap terhadap dampak perubahan iklim. RAN-API tidak menjadi dokumen terpisah yang memiliki kekuatan
legal formal tersendiri, namun menjadi masukan utama dan bagian integral dari dokumen perencanaan
pembangunan nasional dan perencanaan Kementerian/Lembaga (K/L). RAN-API juga merupakan acuan bagi

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xi


pemerintah daerah dalam menyusun Strategi/Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim sebagai arahan
dalam menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan yang tahan perubahan iklim.

Untuk pelaksanaan adaptasi perubahan iklim di daerah perlu disusun Rencana Aksi Daerah Adaptasi
Perubahan Iklim (RAD-API) di tingkat Provinsi yang penyusunannya merupakan tanggung jawab daerah
masing-masing dengan koordinasi dari Kementerian Dalam Negeri. RAD-API disusun dengan melibatkan
dinas teknis terkait dan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah berdasarkan kemampuan APBD dan
masyarakat.

ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Dengan memperhatikan pengertian adaptasi perubahan iklim serta tujuannya, adaptasi dapat dikatakan
sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan (resiliensi) suatu sistem terhadap dampak perubahan iklim.
Sehingga adaptasi perubahan iklim di Indonesia diarahkan sebagai:

1. Upaya penyesuaian dalam bentuk strategi, kebijakan, pengelolaan/manajemen, teknologi dan sikap agar
dampak (negatif) perubahan iklim dapat dikurangi seminimal mungkin, dan bahkan jika memungkinkan
dapat memanfaatkan dan memaksimalkan dampak positifnya.
2. Upaya mengurangi dampak (akibat) yang disebabkan oleh perubahan iklim, baik langsung maupun tidak
langsung, baik kontinu maupun diskontinu dan permanen serta dampak menurut tingkatnya.

Dengan memperhatikan sektor-sektor dan aspek pembangunan yang terkena dampak perubahan iklim dapat
dikatakan bahwa untuk memastikan pencapaian sasaran pembangunan nasional dengan adanya dampak
perubahan iklim diperlukan ketahanan di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Selain itu, mengingat
bahwa negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang rentan terhadap perubahan iklim diperlukan
pula ketahanan di wilayah khusus seperti pulau-pulau kecil, pesisir dan perkotaan. Untuk itu, dalam kaitan
ini, Sasaran Strategis RAN-API diarahkan untuk: (i) membangun ketahanan ekonomi, (ii) membangun
tatanan kehidupan (sosial) yang tangguh terhadap dampak perubahan iklim (ketahanan sistem kehidupan),
(iii) menjaga keberlanjutan layanan jasa lingkungan ekosistem (ketahanan ekosistem) dan (iv) penguatan
ketahanan wilayah khusus di perkotaan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk mendukung penguatan-
penguatan di berbagai bidang tersebut, dibutuhkan sistem pendukung penguatan ketahanan nasional
menuju sistem pembangunan yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim.

STRATEGI DAN RENCANA AKSI ADAPTASI PER BIDANG

Sasaran pembangunan setiap sektor tidak mungkin dapat dicapai dengan optimal tanpa didukung oleh sektor
lain. Oleh karena itu, penetapan langkah aksi adaptasi setiap sektor dalam rangka membangun ketahanan
ekonomi, tatanan kehidupan, ekosistem dan wilayah khusus terhadap dampak perubahan iklim perlu melihat
keterkaitan program antar sektor. Hal ini dapat dijadikan sebagai landasan dalam membangun sinergitas
dan mengisi gap kegiatan aksi adaptasi yang perlu dikembangkan agar sasaran RAN-API dapat dicapai.

MEKANISME PELAKSANAAN

MEKANISME KOORDINASI
Penyusunan dokumen RAN-API diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antar kementerian/lembaga
terkait dan juga pelibatan pemangku kepentingan lainnya baik swasta, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga kerjasama internasional, universitas dan lembaga penelitian. Dalam rangka memudahkan
koordinasi dalam penanganan perubahan iklim baik mitigasi maupun adaptasi dan untuk meningkatkan

xii RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


efisiensi dan efektivitas pencapaian perencanaan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,
Menteri PPN/Kepala Bappenas telah mengeluarkan SK Menteri PPN/Kepala Bappenas No Kep.38/M.PPN/
HK/03/2012 tentang pembentukan Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim, yang terdiri dari 6 (enam)
kelompok kerja, diantaranya Kelompok Kerja Adaptasi.

Pemerintah Daerah memiliki peran penting dalam pelaksanaan adaptasi sesuai dengan kondisi wilayah
dan tingkat kerentanan yang dimilikinya. Pada dasarnya dampak langsung perubahan iklim terjadi pada
skala lokal sehingga tindakan adaptasi dilakukan pada tingkatan dan kondisi lokal setempat. Untuk
menghasilkan upaya adaptasi yang efektif diperlukan upaya menyeluruh pada berbagai tingkatan
pemerintah, dipandu dan didukung dengan adanya strategi dan kebijakan adaptasi di tingkat pusat.
Penyusunan dan pelaksanaan RAN-API dan RAD-API perlu memperhatikan pembagian kewenangan dan
urusan pemerintahan pada bidang yang terkait dengan adaptasi perubahan iklim.

MEKANISME PENDANAAN ADAPTASI


Sampai saat ini belum ada kebijakan pendanaan adaptasi perubahan iklim yang secara khusus
dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan rencana aksi adaptasi di Indonesia.

Di dalam perencanaan jangka menengah, isu perubahan iklim telah mendapatkan prioritas pendanaan
melalui mekanisme APBN. Selain itu, kebijakan pendanaan perubahan iklim tidak hanya berasal dari
sumber pendanaan domestik, namun dikembangkan dari berbagai sumber pendanaan lain termasuk
kerjasama internasional dan sektor swasta. Berbagai program adaptasi perubahan iklim selama ini banyak
didukung oleh pendanaan yang berasal dari kerjasama internasional, baik dalam bentuk peningkatan
kapasitas maupun pembiayaan proyek percontohan.

Pendanaan dalam negeri yang menjadi prioritas utama dalam pendanaan RAN-API bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan RPJMN 2010-2014 dan RKP tahun
berjalan. Sumber pendanaan dalam negeri lainnya, seperti APBD, hutang pemerintah, investasi swasta
(perbankan dan non-perbankan), dan corporate social responsibility (CSR).

Sumber dana dari internasional lainnya secara luas dapat dipakai baik oleh pemerintah maupun oleh
pihak swasta. Pemakaian sumber ini sangat bergantung kepada mekanisme pengusulan yang berlaku
pada masing-masing institusi penyedia dana.

MEKANISME MONITORING, EVALUASI, KAJI ULANG DAN PELAPORAN


Proses pemantauan dan evaluasi RAN-API diperlukan untuk memastikan pencapaian target dan sasaran
penurunan emisi yang telah ditetapkan. Proses pemantauan pelaksanaan kegiatan RAN-API dilakukan
oleh Kementerian/Lembaga terkait dan secara berkala dilaporkan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Mekanisme Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan akan diatur kemudian sesuai dengan peraturan yang
berlaku.Upaya monitoring dan evaluasi yang dilakukan harus sejalan dengan sistem monitoring dan
evaluasi yang telah dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan.

Kementerian PPN/Bappenas akan melakukan proses evaluasi dan kaji ulang RAN-API yang terintegrasi
secara berkala sesuai dengan kebutuhan nasional dan perkembangan global terkini.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xiii


Daftar
Isi

iii Kata Pengantar


viii Tim Penyusun
xi Ringkasan Eksekutif
xiv Daftar Isi
xvi Daftar Gambar
xvii Daftar Tabel
xviii Daftar Singkatan
xxi Glossary

1 Bab 1. Pendahuluan
2 1.1 Latar Belakang
3 1.2 Maksud dan Tujuan
3 1.3 Kerangka Hukum
4 1.4 Kedudukan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)
6 1.5 Pendekatan dan Kerangka Kerja

7 Bab 2. Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia


8 2.1 Iklim Indonesia
8 2.1.1 Pola Tahunan Curah Hujan dan Temperatur Permukaan
9 2.1.2 Keragaman Iklim (Climate Variability)
11 2.1.3 Iklim Maritim dan Variasi Tinggi Muka Air Laut
12 2.2 Analisis Perubahan Iklim di Indonesia Berdasarkan Data Pengamatan
12 2.2.1 Tren Perubahan Temperatur Permukaan
13 2.2.2 Tren Perubahan Curah Hujan
15 2.2.3 Tren Kenaikan Suhu permukaan laut (SPL)
16 2.2.4 Tren Kenaikan Tinggi Muka Laut (TML)
17 2.2.5 Tren Kejadian Cuaca dan Iklim Ekstrem
17 2.3 Proyeksi Perubahan Iklim Berdasarkan Model-Model AR4-IPCC
17 2.3.1 Proyeksi Kenaikan Temperatur Permukaan
18 2.3.2 Proyeksi Perubahan Curah Hujan
19 2.3.3 Proyeksi Kenaikan Suhu permukaan laut dan Tinggi Muka Laut
21 2.3.4 Proyeksi Kejadian Cuaca dan Iklim Ekstrem
21 2.4 Potensi Dampak Perubahan Iklim
29 2.5 Wilayah Rentan Terhadap Perubahan Iklim

31 Bab 3. Arah Kebijakan dan Sasaran Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim
32 3.1 Arah Kebijakan RAN-API
34 3.2 Sasaran RAN-API

xiv RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


39 Bab 4. Strategi dan Rencana Aksi Adaptasi Per Bidang

40 4.1 Bidang Ketahanan Ekonomi


40 4.1.1 Rencana Aksi Sub Bidang Ketahanan Pangan
42 4.1.2 Rencana Aksi Sub Bidang Kemandirian Energi
42 4.2 Bidang Ketahanan Sistem Kehidupan
42 4.2.1 Rencana Aksi Sub Bidang Kesehatan
43 4.2.2 Rencana Aksi Sub Bidang Permukiman
44 4.2.3 Rencana Aksi Sub Bidang Infrastruktur
45 4.3 Bidang Ketahanan Ekosistem
48 4.4 Bidang Ketahanan Wilayah Khusus
48 4.4.1 Rencana Aksi Sub Bidang Perkotaan
49 4.4.2 Rencana Aksi Sub Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
50 4.5 Bidang Sistem Pendukung

55 Bab 5. Mekanisme Pelaksanaan

56 5.1 Mekanisme Koordinasi


58 5.2 Mekanisme Pendanaan Adaptasi
58 5.2.1 Sumber Pendanaan Domestik
59 5.2.2 Sumber Pendanaan Internasional
61 5.3 Mekanisme Monitoring, Evaluasi, Kaji Ulang dan Pelaporan
61 5.3.1 Monitoring Evaluasi dan Pelaporan
61 5.3.2 Mekanisme Kaji Ulang RAN-API

63 Bab 6. Pemilihan Lokasi Percontohan Kegiatan RAN-API

72 Lampiran 1
Matrik Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)

158 Lampiran 2
Ringkasan Dampak Perubahan Iklim

167 Lampiran 3
Area Prioritas dan Pertimbangan Mengintegrasikan Aspek Gender dalam Program
Aksi Adaptasi Perubahan Iklim

173 Referensi

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xv


Daftar Gambar
5 Gambar 1.1 Bagan Kedudukan Rencana Aksi Nasional dalam Kerangka Pembangunan Nasional2
Maksud dan Tujuan

8 Gambar 2.1 Peta tipe hujan di Indonesia yang digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG; Makmur, 2012)

9 Gambar 2.2 Citra satelit pada kanal Visible yang memperlihatkan evolusi aktivitas konvektif
diurnal dengan berbagai skala. Masing-masing kolom kiri, tengah, dan kanan,
menunjukkan waktu pengamatan pagi, siang, dan sore hari, sedangkan setiap baris
memperlihatkan tanggal yang berbeda

12 Gambar 2.3 Hasil analisis serupa dengan dengan Gambar 2.3 tetapi untuk Tinggi Muka Laut (TML)
dengan (a) DMI dan (b) indeks NINO 3.4

12 Gambar 2.4 Tren temperatur rata-rata tahunan untuk wilayah daratan di Indonesia (6LU -
1108LS dan 95BT - 14145BT) berdasarkan data dari CRU TS3.1

13 Gambar 2.5 Tren Perubahan Curah Hujan Musiman pada Bulan (a) DJF dan (b) JJA di Wilayah
Indonesia (KLH, 2010)

13 Gambar 2.6 Perubahan Nilai Curah Hujan Rerata 30-tahun Untuk Setiap Bulan (a) pada Beberapa
Kurun Waktu dan (b) Grafik Moving Average-nya Untuk Bulan-Bulan Basah DJF
(Bappenas, 2010c)

14 Gambar 2.7 Contoh hasil analisis tren curah hujan bulan Januari dari data GPCC: (a) nilai rata-
rata baseline 19611990 dan (b) selisih nilai rata-rata periode 19802010 (data sampai
2007) dengan baseline (Bappenas, 2010c)

15 Gambar 2.8 Time-series anomali SPL relatif terhadap rata-rata SPL pada 19012000 dan
trennya, secara global (biru), di daerah tropis (hijau), dan perairaran Indonesia
(merah) yang dihitung berdasarkan data NOAA hasil rekonstruksi untuk periode
18542010

15 Gambar 2.9 Tren linier kenaikan SPL selama 30 tahun dari tahun 1982 sampai 2011 yang dihitung
dari data hasil rekonstruksi NOAA dengan resolusi 0.5 lat/lon12

16 Gambar 2.10 Variasi anomali TML rata-rata di perairan Indonesia tahun 18602010, yang dihitung
dari data SODA (garis penuh hijau), ROMS-SODA (garis putus-putus merah), dan
altimeter (garis putus-putus biru). Selain itu juga diperlihatkan garis tren linier yang
dihitung untuk tiap-tiap data tersebut

16 Gambar 2.11 Pola spasial SLR di perairan Indonesia yang ditunjukkan oleh: (a) tren kenaikan TML
pada periode 19932011, dan (b) selisih rata-rata TML periode 20052011 relatif
terhadap rata-rata TML periode 19932005

17 Gambar 2.12 (a) Kurva cumulative distribution function (CDF) dengan nilai ambang untuk peluang
curah hujan harian 1% tertinggi berdasarkan data satelit TRMM selama periode
19982008. (b) Sebaran nilai perubahan peluang curah hujan harian ekstrem pada
data TRMM periode 2003-2008 relatif terhadap nilai peluang pada periode 19982002

18 Gambar 2.13 Proyeksi temperatur permukaan untuk rata-rata wilayah Malang, Jawa Timur
berdasarkan keluaran model AR4-IPCC setelah melalui proses downscaling dan
perata-rataan ensemble. Diperlihatkan pula data historis sejak tahun 1951 sampai
dengan 2010 dan hasil simulasi model GCM untuk abad ke-20 serta proyeksi untuk
tiga skenario SRES B1, A1B, dan A2. Data time series bulanan telah dihaluskan terlebih
dahulu agar memperlihatkan tren jangka panjang (KLH, 2012a)

xvi RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


20 Gambar 2.14 Estimasi Laju Kenaikan TML di Indonesia Berdasarkan Model dengan Penambahan
Dynamic Ice Melting (Bappenas, 2010b)

24 Gambar 2.15 Risiko penurunan ketersediaan air (kiri-atas), banjir (kanan-atas), kekeringan (kiri-
bawah), dan tanah longsor (kanan-bawah) berdasarkan skenario SRA2 pada periode
2020-2025 (Bappenas, 2010)

25 Gambar 2.16 Risiko penggenangan air laut di pesisir akibat bahaya kenaikan muka air laut,
variabilitas iklim La-Nina, dan gelombang badai yang disertai dengan kejadian air
pasang tertinggi perigee (Bappenas, 2010)

26 Gambar 2.17 Risiko Dampak Perubahan Iklim terhadap Kejadian Penyakit Malaria, Demam
Berdarah Dengue, dan Diare (Bappenas, 2010)

26 Gambar 2.18 Perkiraan perubahan produksi padi per kabupaten di Pulau Jawa pada tahun 2025
dibandingkan dengan produksi saat ini (2010) akibat kenaikan temperatur dan
konsentrasi CO2 untuk skenario SRESB1 dan SRESA2 pada berbagai skenario
perubahan luas lahan sawah dan indeks penanaman padi (Bappenas, 2010)

27 Gambar 2.19 Klasifikasi Region Berdasarkan Pola Densitas Hot-Spot Kebakaran Hutan (KLH, 2010)

29 Gambar 2.20 Klasifikasi Wilayah berdasarkan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim (SIDA, 2009)

34 Gambar 3.1 Tujuan dan Sasaran Strategis RAN-API

56 Gambar 5.1 Struktur Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim

70 Gambar 6.1 Daerah Percontohan Kegiatan RAN-API

Daftar tabel
10 Tabel 2.1 Tren Perubahan Temperatur Permukaan dari Beberapa Kajian Iklim Indonesia

14 Tabel 2.2 Proyeksi perubahan curah hujan rata-rata di wilayah Indonesia untuk periode 2010
2020 (relatif terhadap 19802000) berdasarkan analisis tren polinomial data observasi
(Bappenas, 2010a)

19 Tabel 2.3 Ringkasan kajian terkait proyeksi curah hujan di Indonesia

20 Tabel 2.4 Proyeksi Kenaikan Rata-Rata TML Tanpa Penambahan Dynamic Ice Melting di Perairan
Indonesia (Bappenas, 2010b)

22 Tabel 2.5 Ringkasan Dampak Perubahan Iklim pada Bidang-Bidang Terkait

28 Tabel 2.6 Tingkat Risiko Perubahan Iklim Berdasarkan Wilayah di Indonesia (modifikasi dari
dokumen ICCSR Bappenas, 2010 dengan masukan dari dokumen SNC KLH, 2010)

30 Tabel 2.7 Lima puluh Wilayah Terentan terhadap Perubahan Iklim Indonesia (Sida, 2009)

51 Tabel 4.1 Alur Pemikiran RAN-API

65 Tabel 6.1 Daerah Percontohan Kegiatan RAN-API

66 Tabel 6.2 Ringkasan Penilaian VA untuk Lokasi Kegiatan Percontohan RAN-API


(hasil preliminary)

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xvii


Daftar Singkatan

ADB Bank Pembangunan Asia


APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
AR4-IPCC Laporan Evaluasi Keempat dari Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim
ASEAN Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
ASPL Anomali Suhu Permukaan Laut
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BATAN Badan Tenaga Nuklir Nasional
BBN Bahan Bakar Nabati
BIG Badan Informasi Geospasial
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BMI Benua Maritim Indonesia
BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CDF Fungsi Distribusi Kumulatif
CH Curah Hujan
CH4 Metana
CIFOR Pusat Penelitian Hutan Internasional
CMAP Rencana Mitigasi dan Adaptasi Iklim
CO2 Karbondioksida
COP Konferensi Multipihak
CRU Unit Penelitian Iklim
CRV Desa Pesisir Tangguh
CSO Organisasi Masyarakat Sipil
CSR Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
DAS Daerah Aliran Sungai
DBD Demam Berdarah Dengue
DJF Desember Januari - Februari
DME Desa Mandiri Energi
DMI Dipole Mode Index
DMP Desa Mandiri Pangan
DNPI Dewan Nasional Perubahan Iklim
ENSO El Nino-Southern Oscillation
GCM Model Iklim Global
GEF Fasilitas Lingkungan Global
GHGs Gas Rumah Kaca
GIZ Badan Kerja Sama Internasional Jerman
GPCC Pusat Presipitasi Klimatologi Global
HKm Hutan Kemasyarakatan
HPH Hak Pengusahaan Hutan
HTI Hutan Tanaman Industri
HTR Hutan Tanaman Rakyat
IAP Ikatan Ahli Perencanaan
ICCSR Peta Jalan Perubahan Iklim Sektoral Indonesia

xviii RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


ICCTF Dana Perwalian Perubahan Iklim Indonesia
IOD Indian Ocean Dipole
IPCC Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim
IPO Interdecadal Pacific Oscillation
ISV Variasi Intra-musim
JAS Juli Agustus - Desember
JICA Badan Kerja Sama Internasional Jepang
JIDES Jaringan Irigasi Desa
JITUT Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani
JJA Juni Juli - Agustus
K/L Kementerian/Lembaga
Kemenhut Kementerian Kehutanan
Kemenkes Kementerian Kesehatan
Kemenpera Kementerian Perumahan Rakyat
Kementan Kementrian Pertanian
Kemen ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kemen PPN Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
Kemen PU Kementerian Pekerjaan Umum
KKP Kementerian Kelautan dan Perikanan
KLH Kementerian Lingkungan Hidup
KLHS Kajian Lingkungan Hidup Strategis
KPH Kesatuan Pengelola Hutan
KRPL Kawasan Rumah Pangan Lestari
LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Litbang Penelitian dan Pengembangan
LPND Lembaga Penelitian Non Departemen
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NGOs Organisasi-Organisasi Non Pemerintah
NIE Entitas Pelaksana Nasional
NOAA Badan Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat
NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
N2O Nitrogen dioksida
OPT Organisme Pengganggu Tanaman
O3 Ozon
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PDB Produk Domestik Bruto
PDO Pacific Interdecadal Oscillation
Pemda Pemerintah Daerah
PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
PHLN Pinjaman/Hibah Luar Negeri
PKA Penurunan Ketersediaan Air
PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLTPB Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Pokja Kelompok Kerja
PP Peraturan Pemerintah

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xix


PPK Pulau-Pulau Kecil
PPP Kemitraaan Publik Swasta
PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu
PUG Pengarusutamaan Gender
RAD Rencana Aksi Daerah
RAD-API Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim
RAN Rencana Aksi Nasional
RAN-API Rencana Aksi Nasional - Adaptasi Perubahan Iklim
RAN-GRK Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
RAN-MAPI Rencana Aksi Nasional - Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim
RDTR Rencana Detail Tata Ruang
REDD
Reducing Emission from Deforestation and Degradation
Renja Rencana Kerja
Renja K/L Recana Kerja Kementerian/Lembaga
Renja SKPD Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Renstra Rencana Strategis
Renstra K/L Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
RKP Rencana Kerja Pemerintah
RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah
ROMS-SODA Regional Ocean Modelling System - Simple Ocean Data Assimilation
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RPPLH Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
RTH Ruang Terbuka Hijau
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
RTRWP Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
SDM Sumber Daya Manusia
SIARANG Sistem Informasi Kebakaran Hutan Berbasis Keruangan
SJII Sistem Jaringan Informasi Iklim
SK Surat Keputusan
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SLR Kenaikan Permukaan Laut
SNC Dokumen Komunikasi Nasional Kedua
SON September - Oktober - November
SPL Suhu Permukaan Laut
SRA Agenda Penelitian Strategis
SRES Laporan Khusus tentang Berbagai Skenario Emisi
SRI Sistem Intensifikasi Padi
SUT Sistem Usaha Tani
TML Tinggi Muka Laut
TRMM Misi Pengukuran Curah Hujan Tropis
TTO Osilasi 10-12 tahun
UNDP Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa
UNFCCC Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim
UU Undang-Undang
VIM Variasi Intra-musim
WMO Organisasi Meteorologi Dunia
WWF Dana Margasatwa Dunia

xx RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Glossary

Adaptasi Penyesuaian dalam sistem alam atau sistem buatan manusia untuk menjawab
rangsangan atau pengaruh iklim, baik yang bersifat aktual ataupun perkiraan,
dengan tujuan mengontrol bahaya yang ditimbulkan atau memberikan
kesempatan yang menguntungkan. Adaptasi dapat juga didefinisikan sebagai
usaha alam atau manusia menyesuaikan diri untuk mengurangi dampak
perubahan iklim yang sudah atau mungkin terjadi.

Altimeter Alat untuk mengukur ketinggian atau tinggi suatu tempat dari permukaan bumi
berdasarkan tekanan udara (biasa digunakan di dalam pesawat terbang).

Antropogenik Sesuatu yang diakibatkan aktivitas manusia.

Bencana Hidro-meteorologi Bencana yang terjadi akibat faktor cuaca dan iklim, baik berasal dari atmosfer
(seperti curah hujan dan suhu udara) dan dari laut (seperti hempasan
gelombang/ombak, kenaikan level muka air laut).

Climate Proof Pembangunan atau pengembangan sistem kehidupan manusia yang sudah
memperhitungkan perubahan factor-faktor iklim sehingga sistem tersebut
dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan pada berbagai skenario
kondisi iklim.

Climate Smart Agriculture UUpaya-upaya yang dilakukan dalam sektor pertanian untuk mengurangi
dampak perubahan Iklim, dengan cara beradaptasi terhadap perubahan iklim
melalui berbagai cara,metode, dan alat, pengetahuan, dan teknologi.

Cuaca Keadaan udara/atmosfer (faktor temperatur, cahaya matahari, kelembaban,


kecepatan angin, dan sebagainya) pada satu tempat tertentu dengan jangka
waktu yang terbatas.

Dampak Perubahan Iklim Akibat yang ditimbulkan dari proses perubahan iklim terhadap alam dan
manusia, seperti terjadinya banjir rob di pesisir akibat kenaikan permukaan
air laut.

Dipole Mode Index (DMI) Indeks yang dihitung berdasarkan perbedaan (selisih) antara anomali suhu
permukaan laut (ASPL) di Samudra Hindia Barat (sekitar lepas pantai timur
Afrika) dan Samudra Hindia Timur (sekitar lepas pantai barat daya Pulau
Sumatera).

Diurnal Siklus yang berlangsung secara harian (dalam waktu satu hari).

Ekosistem Sistem yang terdiri dari organisme makhluk hidup yang saling berinteraksi
dengan lingkungan fisik di sekitar mereka.

Ekstrapolasi Perluasan atau estimasi data di luar data yang tersedia, tetapi tetap mengikuti
pola kecenderungan data yang tersedia tersebut.

Ekstrapolasi polinomial adalah tipe ekstrapolasi yang mempergunakan asumsi


bahwa pola kecenderungan data mengikuti bentuk fungsi matematika polinom

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xxi


El Nino Peristiwa meningkatnya suhu permukaan air laut mulai dari bagian timur
tengah hingga timur Samudra Pasifik (sekitar pantai daerah Amerika Latin),
yang kemudian diikuti dengan mendinginnya suhu permukaan air laut di
perairan Indonesia dan sekitarnya sehingga menimbulkan penurunan curah
hujan (potensi terjadi kekeringan).

El-Nino ini merupakan salah satu fase dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO)
yaitu kombinasi antara variasi suhu permukaan air laut di sebelah timur
Samudra Pasifik dengan variasi tekanan udara permukaan di sebelah barat
samudra tersebut.

Emisi Zat yang dilepaskan ke atmosfer yang bersifat sebagai pencemar udara.

Food Mixed Policy Kebijakan untuk meragamkan pangan atau disebut pula kebijakan diversifikasi
pangan.

Gas Rumah Kaca Gas-gas di atmosfer, baik alami maupun buatan manusia, yang menyerap dan
(Greenhouse gases/GHGs) melepas radiasi infra merah (panas). Gas rumah kaca utama adalah uap air
(H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), oksida nitrat (N2O) dan ozon (O3).

Geostrofik Aliran atmosfer atau arus laut yang digerakkan oleh perbedaan tekanan secara
ruang spasial dan dipengaruhi arahnya oleh gaya Coriolis.

Heat Island Kondisi udara/atmosfer di suatu daerah (umumnya adalah perkotaan)


dimana suhu permukaannya lebih hangat dibandingkan dengan kondisi di
sekelilingnya, sehingga jika digambarkan di peta suhu maka akan membentuk
formasi pulau panas..

Iklim Secara umum iklim didefinisikan sebagai kondisi rata-rata suhu, curah hujan,
tekanan udara, dan angin dalam jangka waktu yang panjang, antara 30 dan
100 tahun (inter-centennial). Pada intinya iklim adalah pola cuaca yang terjadi
selama bertahun-tahun.

Indian Ocean Dipole Osilasi tak-teratur dari suhu permukaan air laut di Samudra Hindia bagian
Barat (sekitar lepas pantai timur Afrika) dan bagian Timur (sekitar lepas pantai
barat daya Pulau Sumatera).
Indeks IOD dihitung berdasarkan perbedaan (selisih) antara anomali suhu
permukaan laut di kedua bagian Samudra Hindia tersebut. Fase (indeks) positif
terjadi jika suhu itu terjadi lebih tinggi di bagian barat yang disertai dengan
pendinginan permukaan air laut di bagian timur, sehingga menurunkan curah
hujan di sebagian daerah Indonesia dan Australia (potensi terjadi kekeringan).

Integrated Forest Upaya pengelolaan kebakaran hutan yang terintegrasi merupakan suatu
Fire Management kerangkan kerja yang melibatkan adanya integraasi antara ekologi, sosio-
ekonomi dan teknologi yang berkaitan dengan upaya pengelolaan kebakaran

Kawasan Pengelolaan Hutan Suatu kawasan hutan tertentu yang di dalamnya terdapat kegiatan yang meliputi
tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan
hutan dan konservasi alam

Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman mahluk hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan ekologi
(biological diversity/biodiversity) yang merupakan tempat tinggal mahluk hidup tersebut. Keanekaragaman
hayati mencakup keanekaragaman genetik, spesies dan ekosistem.

xxii RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Kejadian Iklim Ekstrem Kejadian iklim anomali (tidak seperti kondisi rata-rata iklim) pada suatu wilayah
(Extreme Climate Event) dalam kurun waktu tertentu, dimana biasanya hanya memiliki peluang yang
kecil untuk terjadi. Kejadian ini mencakup gelombang panas, badai, peristiwa
El-Nino, La Nina, dan lain sebagainya.

Kekeringan Kekeringan meteorologis timbul saat curah hujan jauh di bawah kondisi
normal untuk jangka waktu yang lama.
Di samping itu, kekeringan hidrologis dapat dipengaruhi juga oleh kondisi
penyerapan air hujan pada permukaan tanah

Kenaikan Permukaan Laut Pertambahan ketinggian permukaan air laut secara kontinu relatif terhadap
(Sea Level Rise) suatu level yang tetap atau rata-rata jangka panjang tahunan.

Kerentanan (Vulnerability) Suatu derajat dimana sebuah sistem sensitif terhadap, atau tidak dapat
menghadapi, pengaruh buruk perubahan iklim, seperti variabilitas iklim dan
iklim ekstrem. Kerentanan merupakan fungsi dari sifat, skala/derajat, dan
tingkat variasi iklim yang menunjukan sensitivitas dan kemampuan adaptasi
suatu sistem.

Ketahanan (Resilience) Besaran perubahan yang membuat suatu sistem tetap dapat berjalan tanpa
merubah kondisi. Ketahanan juga dapat diartikan sebagai kemampuan
sistem sosial dan ekologi untuk menyerap gangguan, sementara sistem tetap
mempertahankan struktur dan fungsinya.

Ketahanan Ekonomi Perubahan iklim memberikan dampak terhadap stabilitas ekonomi dan upaya
pencapaian tujuan pembangunan bidang ekonomi. Ketahanan ekonomi
adalah kemampuan sistem ekonomi untuk mempertahankan fungsinya dan
memulihkan secara cepat pada saat terjadinya gangguan. Bidang ketahanan
ekonomi RAN-API memberikan penekanan pada aspek ketahanan pangan dan
kemandirian energi.

Ketahanan Ekosistem Terjaganya ekosistem hutan dan ekosistem esensial dari dampak perubahan
iklim sehingga keberadaan keanekaragaman hayati serta layanan jasa
ekosistem dapat lestari. Keanekaragaman hayati, sebagai komponen inti
dalam ekosistem, menjadi penyedia jasa lingkungan yang memegang kunci
keberlanjutan ekosistem. Jasa lingkungan yang berperan adalah jasa penyedia
(provisioning), pengatur (regulating), budaya (cultural) dan penunjang
(supporting).

Ketahanan Sistem Kehidupan Perubahan iklim memberikan dampak terhadap sistem kehidupan masyarakat
dan upaya pencapaian tujuan pembangunan bidang kesejahteraan masyarakat
(livelihood). Ketahanan sistem kehidupan adalah kemampuan masyarakat
untuk mempertahankan kehidupannya dan memulihkan secara cepat pada
saat terjadinya gangguan.

Ketahanan Sistem Pendukung Kemampuan aspek-aspek pendukung untuk bertahan dan pulih saat terjadi
gangguan. Pelaksanaan adaptasi perubahan iklim didukung berbagai aspek
dengan penekanan pada peningkatan kapasitas, pengembangan informasi
iklim yang handal, penelitian dan pengembangan, serta perencanaan dan
penganggaran.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xxiii


Ketahanan Wilayah Khusus Perubahan iklim memberikan dampak yang berbeda pada tiap wilayah sesuai
dengan paparan, tingkat kerentanan dan karakteristik wilayah masing-masing.
Ketahanan wilayah khusus merujuk pada kemampuan beberapa wilayah yang
menghadapi ancaman perubahan yang khusus untuk bertahan dan pulih pada
saat terjadinya gangguan. Perubahan khusus dalam hal ini berkaitan dengan
wilayah yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi, misalnya wilayah yang
didiami masyarakat marjinal, sehingga memerlukan perhatian yang lebih
besar secara seksama. Terkait dengan perubahan iklim, bidang ketahanan
wilayah khusus ditekankan pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta
perkotaan.

Komunikasi Nasional Dokumen yang disusun dan dikirimkan sesuai dengan Konvensi dan Protokol
(National Communication) Kyoto dengan tujuan agar pihak lain menerima informasi tentang aktivitas
penanganan perubahan iklim di suatu negara.

Konferensi Multipihak Badan tertinggi pada Konvensi. Saat ini bertemu sekali setahun untuk meninjau
(Conference of the Parties/COP) kemajuan Konvensi. Kata konferensi di sini tidak digunakan dalam artian
pertemuan tetapi lebih mengarah kepada arti kata asosiasi.

Konveksi Salah satu proses pembentukan awan akibat naiknya udara lembap dari
lapisan bawah hingga mencapai lapisan yang cukup tinggi di atmosfer. Hujan
sangat lebat dapat terjadi dari awan konveksi ini

La Nina Kondisi iklim ekstrem sebaliknya dari El-Nino, yaitu peristiwa menurunnya suhu
permukaan air laut mulai dari bagian tengah hingga timur Samudra Pasifik
(sekitar pantai daerah Amerika Latin), yang kemudian diikuti dengan terjadinya
kolam air hangat (warm pool) akibat meningkatnya suhu permukaan air
laut di perairan Indonesia dan sekitarnya, sehingga dapat menimbulkan
penambahan curah hujan (potensi terjadinya banjir).

Lat/lon Posisi geografis suatu lokasi di permukaan bumi yang ditandai dengan
koordinat lintang (latitude atau lat) dan koordinat bujur (longitude atau lon).
Posisi ini dapat ditentukan dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning
System).

Lembaga Swadaya Organisasi yang bukan merupakan bagian dari struktur pemerintah. Kelompok
Masyarakat ini termasuk kelompok lingkungan, lembaga penelitian, kelompok bisnis, dan
(Non-governmental asosiasi pemerintah desa dan lokal. Banyak LSM menghadiri perbincangan
Organizations/NGOs) tentang iklim sebagai pengamat. Agar dapat menghadiri pertemuan Konvensi
Perubahan Iklim, LSM haruslah nirlaba (non-profit).

Mitigasi Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi gas rumah kaca di atmosfer.
Contohnya, pembangkitan listrik dengan emisi gas rumah kaca yang lebih
sedikit, atau pengurangan kebutuhan listrik.

Model Iklim Persamaan yang dapat menjelaskan perubahan dinamika sistem iklim
pada atmosfer, aspek fisika, kimia dan biologi yang saling berinteraksi
mempengaruhi.

Monsun Iklim yang ditandai oleh pergantian arah angin dan musim hujan atau kemarau
selang lebih kurang enam bulan, mengikuti posisi matahari pada bulan Juni
dan Desember, terdapat di daerah tropis dan subtropis yang diapit oleh benua
dan samudra.
Monsun musim dingin adalah monsun yang berasal dari benua dan bertiup di
musim dingin; sedangkan monsun musim panas adalah monsun yang berasal
dari samudra dan bertiup dalam musim panas.

xxiv RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Non-Annex I Parties Merujuk ke negara-negara yang telah meratifikasi atau menyetujui Konvensi
PBB tentang Perubahan Iklim namun tidak termasuk ke dalam daftar negara
Annex I konvensi tersebut.

Panel Antar-Pemerintah Suatu panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia. Panel
untuk Perubahan Iklim ini bertugas untuk mengkaji atau meneliti semua aspek masalah perubahan
(Intergovernmental Panel iklim.
on Climate Change/IPCC)

Pemanasan Global Kenaikan suhu permukaan bumi secara rata-rata di seluruh dunia.
(Global Warming) Pemanasan global ini diyakini oleh para ilmuwan seluruh dunia yang tergabung
di dalam IPCC diakibatkan oleh faktor antropogenik (diakibatkan oleh manusia)
dan menyebabkan timbulnya perubahan iklim pada hampir seluruh dunia.

Pembangunan Pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan


Berkelanjutan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
(Sustainable Development)

Pengembangan Kapasitas Dalam konteks perubahan iklim, pengembangan kapasitas adalah proses
mengembangkan keterampilan dan sumberdaya manusia serta lembaga agar
mereka mampu berpartisipasi dalam semua aspek adaptasi, mitigasi, dan
penelitian yang terkait dengan perubahan iklim.

Perubahan Iklim Perubahan signifikan pada iklim yang berlangsung selama minimal 30 tahun
atau lebih lama.

Proyeksi Iklim Proyeksi tanggapan (perubahan) sistem iklim terhadap pemanasan global
(global warming) yang diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca dan polutan lain,
dimana proses proyeksinya dibuat berdasarkan perhitungan dari Model Iklim
Global (Global Climate Model -GCM).

Proyeksi Sea Level Rise Proyeksi tanggapan (perubahan) kondisi fisik air laut terhadap pemanasan
global, yaitu berupa kenaikan muka air laut (sea-level rise).
Mengingat proses proyeksinya menggunakan model-model dinamika maka
ketelitian
perhitungan perlu dicantumkan, misalnya 22.5 1.5 cm yang menunjukkan
bahwa kenaikan muka air laut sebesar 22,5 cm dengan galat (kesalahan)
perhitungan sekitar 1,5 cm

Sistem Silvikultur Sistem budidaya hutan atau teknik bercocok tanam hutan yang dimulai
dari pemilihan bibit, pembuatan tanaman, sampai pada pemanenan atau
penebangannya (SK Menteri Kehutanan No.309/Kpts-II/1999). Sistem
silvikultur merupakan serangkaian kegiatan terencana mengenai pengelolaan
hutan yang meliputi penebangan, peremajaan dan pemeliharaan tegakan
hutan guna menjamin kelestarian produksi kayu dan hasil hutan lainnya

Pembangkit Listrik Pembangkit listrik tenaga air yang menghasilkan keluaran daya listrik tidak
Tenaga Air Skala Piko lebih dari 5 kW. Pembangkit ini memiliki beberapa keunggulan, seperti : biaya
pembuatannya relatif murah, bahan pembuatannya mudah ditemukan di
pasaran, ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil,
pembangunannya dapat dipadukan dengan pembangunan jaringan irigasi, dan
perkembangan teknologinya relatif masih sedikit, sehingga cocok digunakan
dalam jangka waktu yang lama

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xxv


Pembangkit Listrik Pembangkit listrik tenaga air yang menghasilkan keluaran daya listrik dengan
Tenaga Air Skala Mikro kisaran 5 - 100 kW.

Skenario Emisi Cara memperkirakan bagaimana emisi gas rumah kaca (dan polutan lain)
akibat aktivitwas manusia akan berubah di masa depan. Perkiraan ini dibuat
berdasarkan beberapa asumsi perubahan penduduk bumi, di mana mereka
tinggal, pertumbuhan ekonomi, jumlah energi yang digunakan, bagaimana
energi tersebut dihasilkan, dan lain-lain.

Spesies Invasif Spesies hewan maupun tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sangat
pesat di satu kawasan, sehingga mengganggu pertumbuhan/perkembangan
spesies lainnya

Transfer Teknologi Rangkaian proses yang meliputi aliran pengetahuan, pengalaman dan
peralatan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di antara berbagai
pemangku kepentingan.

United Nations Framework Perjanjian yang ditandatangani oleh lebih dari 150 negara pada tahun 1992.
Convention on Climate Tujuan perjanjian ini adalah untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca
Change (UNFCC) di atmosfer agar berada pada tingkat yang dapat mencegah bahaya akibat
intervensi manusia terhadap sistem iklim.

Variabilitas Iklim Variasi pada kondisi rata-rata iklim antar-tahunan, bahkan antar-dekade.
Kejadian ekstrem seperti El Nino, La Nina, atau Indian Ocean Dipole dapat
menyebabkan variabilitas iklim.

Visible Canal Bagian kanal sensor satelit inderaja yang merupakan kisaran spektrum yang
dapat dilihat oleh indera manusia

Wilayah Khusus Dalam kerangka RAN-API, wilayah khusus merupakan daerah yang
penanganannya perlu diprioritaskan akibat paling terkena dampak dan rentan
terhadap perubahan iklim, yaitu kawasan pesisir dan wilayah perkotaan.

xxvi RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


bab 1
PENDAHULUAN
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Telah banyak bukti-bukti ilmiah menunjukkan perubahan iklim sudah terjadi dan dirasakan oleh seluruh
masyarakat dunia. Berbagai upaya dan strategi baik jangka pendek, menengah maupun antisipasi jangka
panjang mulai dilakukan di banyak Negara. Hal ini dirasakan perlu, karena penundaan pelaksanaan upaya
adaptasi diperkirakan akan meningkatkan kerugian ekonomi yang lebih besar di kemudian hari. Di Indonesia
dampak ekonomi perubahan iklim diperkirakan sangat besar walaupun masih sulit diperhitungkan secara
pasti. Namun demikian beberapa kajian menunjukkan bahwa kerugian ekonomi akibat perubahan iklim baik
langsung maupun tidak langsung di Indonesia tahun 2100 dapat mencapai 2,5%, yaitu empat kali kerugian
PDB rata-rata global akibat perubahan iklim (World Bank, 2010). Bahkan, apabila peluang terjadinya bencana
akibat perubahan iklim turut diperhitungkan maka kerugian ekonomi dapat mencapai 7% dari PDB (World
Bank, 2010; ADB, 2010). Untuk melindungi masyarakat termiskin dan munculnya biaya ekonomi yang tidak
diinginkan, kegiatan adaptasi perlu segera dilakukan melalui disusunnya suatu rencana aksi adaptasi berskala
nasional. Penyusunan program aksi adaptasi perubahan iklim bertujuan untuk menjamin atau mengamankan
pencapaian sasaran utama pembangunan serta meningkatkan ketahanan (resillience) masyarakat, baik secara
fisik, maupun ekonomi dan sosial terhadap dampak perubahan iklim.

Pada saat ini, sebagian Kementerian/Lembaga telah menyusun Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim.
Namun demikian masih banyak kegiatan aksi adaptasi di sektor-sektor tersebut yang dapat, perlu, dan
harus disinergikan pelaksanaannya dengan sektor lain, agar sasaran adaptasi dapat dicapai dan ketahanan
terhadap dampak perubahan iklim dapat ditingkatkan. Sehingga sasaran pembangunan di masing-masing
sektor tetap dapat tercapai. Oleh karena itu, pengarusutamaan (mainstreaming) isu adaptasi perubahan iklim
dalam pembangunan nasional dan daerah merupakan sebuah keniscayaan. Isu ini harus menjadi bagian
yang integral dan tidak terpisahkan dalam penyusunan rencana pembangunan nasional maupun sektoral,
yang diturunkan dalam program-program rencana aksi adaptasi yang terpadu dan berkesinambungan.
Pembangunan nasional dengan agenda adaptasi terhadap dampak perubahan iklim memiliki tujuan
akhir agar tercipta sistem pembangunan yang adaptif atau tahan terhadap perubahan iklim yang terjadi
saat ini. Pembangunan berkelanjutan yang mengakomodasi kegiatan adaptasi perubahan iklim diharap
dapat mengurangi kerentanan saat ini sehingga tidak mengorbankan kapasitas generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini diperlukan karena perubahan iklim akan mempengaruhi dan
berdampak pada semua aspek dari pembangunan setiap sektor dalam jangka pendek dan panjang.

Pembangunan setiap sektor berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan secara
adil dan merata. Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) sebagai bagian integral dari
pembangunan disusun dengan mengintegrasikan aspek gender. Hal ini mengingat perubahan iklim
memiliki pengaruh spesifik dan berbeda terhadap perempuan dan laki-laki. Di dalam kertas kerja kebijakan
pengarusutamaan gender dalam adaptasi perubahan iklim di Indonesia (Bappenas 2012) dikemukakan
bahwa aksi adaptasi perubahan iklim harus memperhatikan kebutuhan, aspirasi, potensi, dan pengalaman
laki-laki dan perempuan di berbagai bidang. Untuk itu, RAN-API disusun dengan memperhatikan pengaruh
perubahan iklim terhadap gender.

Rencana aksi adaptasi setiap sektor utamanya yang bersifat jangka menengah dan panjang serta fundamental
sangat memerlukan dukungan kajian ilmiah, baik kajian dari dampak yang bersifat langsung, baik pada tingkat
bidang atau sektor maupun yang bersifat tidak langsung pada tingkat yang lebih tinggi (wilayah dan nasional).
Misalnya kajian dampak perubahan iklim terhadap kondisi sosial dan pertumbuhan ekonomi nasional.

2 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Demikian juga kajian tentang implikasi dari adanya perubahan kebijakan dalam merespon masalah perubahan
iklim, terhadap kemampuan sektor untuk memenuhi target dalam menyumbang laju pertumbuhan ekonomi
nasional. Diharapkan dengan disusunnya RAN-API ini upaya-upaya adaptasi termasuk kajian ilmiah adaptasi
yang diperlukan dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan terintegrasi serta memberikan dampak yang
lebih besar dalam mendukung capaian tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan adaptif atau
tahan terhadap perubahan iklim.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan RAN-API ini adalah menghasilkan sebuah rencana aksi nasional untuk beradaptasi
terhadap dampak perubahan iklim, yang terkoordinasi secara terpadu dengan semua pemangku kepentingan
yang terlibat, baik dari pemerintah, organisasi kemasyarakatan, masyarakat, swasta, dll.

Tujuan utama dari adaptasi perubahan iklim dalam RAN-API adalah terselenggaranya sistem pembangunan
yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan (resiliensi) tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Tujuan
utama tersebut akan dicapai dengan membangun ketahanan ekonomi, ketahanan tatanan kehidupan, baik
secara fisik, maupun ekonomi dan sosial, dan menjaga ketahanan ekosistem serta ketahanan wilayah khusus
untuk mendukung sistem kehidupan. Adapun tujuan khusus penyusunan dokumen RAN-API ialah untuk:

Memberikan arahan untuk pengarusutamaan isu adaptasi perubahan iklim dalam proses perencanaan
pembangunan nasional.
Menyediakan arahan bagi aksi adaptasi perubahan iklim sektor, serta aksi adaptasi perubahan iklim
terintegrasi (lintas sektor) di dalam perencanaan jangka pendek (2013-2014), jangka menengah (2015-
2019), dan jangka panjang (2020-2025).
Menyediakan arahan bagi langkah aksi adaptasi prioritas jangka pendek untuk diusulkan, agar mendapatkan
perhatian khusus dan dukungan pendanaan internasional.
Sebagai arahan bagi sektor dan daerah dalam mengembangkan langkah aksi adaptasi yang sinergis dan
upaya membangun sistem komunikasi serta koordinasi yang lebih efektif.

RAN-API diharapkan dapat memberikan manfaat dalam:

Mendorong terbangunnya sinergitas pelaksanaan program antar-sektor dan antar-daerah untuk


meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Mendorong terbentuknya sistem koordinasi yang lebih baik antar-sektor dan antara pemerintah pusat
dengan daerah dalam mengembangkan kebijakan dan rencana aksi adaptasi perubahan iklim.

1.3 Kerangka Hukum

Penyusunan RAN-API dilakukan dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,
sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on
Climate Change;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka
Kerja Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Perubahan Iklim;
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4700);

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 3


6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
9. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
10. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
11. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739);
12. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4664);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4828);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagiaan Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4747);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5103);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);

1.4 Kedudukan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)

RAN-API merupakan bagian dari kerangka perencanaan pembangunan nasional Indonesia. Penjabaran
kedudukan RAN-API ditunjukkan dalam Gambar 1.1. Dari sisi perencanaan pembangunan nasional, RAN-API
merupakan rencana yang lebih spesifik bersifat lintas sektor dalam mempersiapkan rencana pembangunan
yang memiliki daya tahan terhadap perubahan iklim (climate proof/resilient development) di tingkat nasional,
dimana RAN-API sendiri diharapkan dapat memberikan arahan pada Rencana Kerja Pemerintah maupun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di masa depan, agar lebih tanggap terhadap
dampak perubahan iklim. RAN-API tidak menjadi dokumen terpisah yang memiliki kekuatan legal formal
tersendiri, namun menjadi masukan utama dan bagian integral dari dokumen perencanaan pembangunan

4 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


nasional dan perencanaan Kementerian/Lembaga (K/L). RAN-API juga merupakan acuan bagi pemerintah
daerah dalam menyusun Rencana Aksi/Strategi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim sebagai arahan dalam
menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang tahan perubahan iklim.

Untuk memastikan keterlibatan dan kepemilikan RAN-API oleh Kementerian dan Lembaga terkait dari
Pemerintah Indonesia, penyusunan RAN-API telah dilakukan melalui pendekatan partisipatif yang
melibatkan berbagai Kementerian/Lembaga yang difasilitasi oleh empat Kementerian/Lembaga utama, yaitu
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan
Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) didukung oleh Tim Tenaga Ahli. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan
prioritas yang difokuskan dalam RAN-API merupakan bentuk penguatan rencana strategis dari masing-
masing Kementerian dan Lembagadalam melakukanadaptasi terhadap perubahan iklim. Kementerian PPN/
Bappenas, KLH, BMKG dan DNPI serta Tim Tenaga Ahli bertindak terutama sebagai fasilitator dari proses
analitik dan kebijakan pembangunan. Selain itu, terdapat keterlibatan Community Service Organization (CSO)
dan Development Partners di dalam proses penyusunannya.

Secara nasional, RAN-API akan berada di bawah Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim, khususnya
Kelompok Kerja Adaptasi, yang dibentukan berdasarkan SK Menteri PPN/Kepala Bappenas No Kep.38/M.
PPN/HK/03/2012 tentang pembentukan Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim. Kelompok Kerja ini
bertanggungjawab dalam sinkronisasi rencana maupun implementasi program maupun kegiatan terkait
dengan adaptasi perubahan iklim sehingga mempunyai fokus dan lokus yang lebih terarah.

Gambar 1.1 Bagan Kedudukan Rencana Aksi Nasional dalam Kerangka Pembangunan Nasional

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 5


Untuk pelaksanaan adaptasi perubahan iklim di daerah perlu disusun strategi adaptasi daerah di tingkat
Provinsi yang penyusunannya merupakan tanggung jawab daerah masing-masing dengan koordinasi dari
Kementerian Dalam Negeri. Strategi Adaptasi Daerah disusun dengan melibatkan dinas teknis terkait dan
sesuai dengan prioritas pembangunan daerah berdasarkan kemampuan APBD dan masyarakat. Adapun
pengaturan kewenangan pemerintahaan pada level daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota mengacu
pada UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 38 Tahun 2007. Penyusunan program dan rencana aksi adaptasi
dalam beberapa bidang/sektor perlu diselaraskan dengan pengaturan kewenangan sebagaimana diatur
dalam PP No. 38 Tahun 2007.

1.5 Pendekatan dan Kerangka Kerja

RAN-API disusun dengan mengacu kepada dokumen-dokumen dan rencana kerja yang telah ada. Penyusunan
dimulai dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen yang telah ada, mengidentifikasi risiko
perubahan iklim terhadap berbagai bidang kehidupan, dan menetapkan tujuan, sasaran, strategi, dan
rencana aksi untuk mengantisipasi risiko perubahan iklim di masa depan, yang disinkronisasikan dengan
program kerja Kementerian/Lembaga (K/L).

Dengan memperhatikan tujuan utama adaptasi perubahan iklim dalam RAN-API yaitu tercapainya sistem
pembangunan nasional yang memiliki ketahanan atau resiliensi terhadap dampak perubahan iklim dan
mempertimbangkan hasil kajian ilmiah yang ada, kajian gap analysis antara dokumen akademik ICCSR (Indonesia
Climate Change Sectoral Roadmap) dengan dokumen RPJMN dan Renstra masing-masing Kementerian/
Lembaga terkait, dan konsultasi dengan sektor dan stakeholder lainnya, maka disusun rencana-rencana aksi
adaptasi perubahan iklim nasional termasuk pengarusutamaan ke dalam Rencana Pembangunan Nasional
Jangka Menengah (RPJMN) berikutnya (2015-2019 dan 2020-2025). Dokumen RAN-API yang telah disusun
selanjutnya akan ditinjau kembali secara periodik untuk terus disempurnakan dengan didukung oleh kajian
ilmiah yang lebih terarah.

Sumber pendanaan utama pelaksanaan RAN-API adalah Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) namun
RAN-API juga dapat dikaitkan dengan sumber-sumber pendanaan non-APBN seperti Indonesia Climate
Change Trust Fund (ICCTF) dan lainnya. Karena itu, perlu diidentifikasi kegiatan-kegiatan aksi yang dapat
dilaksanakan melalui APBN dan sulit didanai oleh APBN, sehingga pendanaannnya dapat dilakukan melalui
sumber-sumber non APBN. Sebagai sebuah konsep yang menunjang RPJMN dan Renstra, RAN-API menjadi
payung bagi dokumen rencana dan hasil kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam kementerian-kementerian
yang ada, seperti RAN-MAPI dan Vulnerability Analysis yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,
Peta Kerentanan dan Dampak Perubahan Iklim Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan pilar (strategi) adaptasi bidang kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. RAN-API
juga berperan untuk memandu pencatatan dan pelaporan sektor-sektor adaptasi kepada UNFCCC terkait
inisiatif-inisiatif perubahan iklim. Sementara itu, berkaitan dengan pengurangan risiko bencana, maka
RAN-API menjadi penyambung dengan RAN dan RAD (Rencana Aksi Daerah) Pengurangan Risiko Bencana
untuk sumber-sumber kebencanaan yang terkait dengan dampak perubahan iklim, seperti bencana hidro-
meteorologi.

6 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


bab 2
PERUBAHAN IKLIM
DAN DAMPAKNYA
DI INDONESIA
Bab 2
Perubahan Iklim dan Dampaknya di
Indonesia
Penyusunan RAN-API didasarkan kepada suatu keyakinan ilmiah tentang perubahan iklim itu sendiri. Salah
satu landasan ilmiah yang penting dalam membahas isu perubahan iklim saat ini adalah laporan penilaian
keempat (Fourth Assessment Report, AR4), yang diterbitkan oleh Panel antar Pemerintah mengenai Perubahan
Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change; IPCC) pada tahun 2007. Dengan menggunakan berbagai
data observasi dan hasil keluaran model iklim global, laporan tersebut menegaskan peran kontribusi
kegiatan manusia (faktor antropogenik) dalam meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer
yang mempercepat laju peningkatan temperatur permukaan rata-rata global hingga mencapai 0.74C 0.18
selama periode 19062005 (IPCC, 2007). Tren kenaikan temperatur global (global warming) tersebut diyakini
telah mengakibatkan perubahan iklim di berbagai tempat di dunia saat ini.

2.1 Iklim Indonesia

Iklim di Indonesia secara umum dipengaruhi oleh sirkulasi muson yang mengendalikan pola tahunan curah
hujan di sebagian besar wilayah.

2.1.1 Pola Tahunan Curah Hujan dan Temperatur Permukaan

Curah hujan di Indonesia sangat bervariasi secara spasial dan temporal. Secara umum terdapat siklus tahunan
dan setengah tahunan di dalam pola musiman curah hujan di Indonesia (Chang dan Wang, 2005). Beberapa
kajian mencoba menggolongkan pola musiman curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia berdasarkan
tiga tipe hujan, yakni monsunal, ekuatorial, dan lokal (Boerema, 1938; Aldrian and Susanto, 2003). Hingga kini
pembagian ini juga dianut oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) seperti terlihat dalam
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Peta tipe hujan di Indonesia yang digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG; Makmur, 2012)

8 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Namun demikian, beberapa wilayah memerlukan klasifikasi iklim yang lebih detil mengingat faktor-faktor
lokal seperti topografi dan sebagainya.

2.1.2 Keragaman Iklim (Climate Variability)

Secara rata-rata, variasi harian dari aktivitas konveksi awan merupakan pola cuaca harian yang dominan
mempengaruhi wilayah kepulauan Indonesia. Konveksi adalah salah satu proses pembentukan awan
dan hujan akibat naiknya udara lembap dari lapisan bawah hingga mencapai lapisan yang cukup tinggi di
atmosfer. Variasi diurnal umumnya menyebabkan hujan di wilayah Indonesia terjadi pada sore hingga malam
hari di atas daratan dan malam hingga pagi hari di atas lautan (e.g. Nitta dan Sekine, 1994). Serangkaian
citra satelit dalam Gambar 2.2 mengilustrasikan bagaimana aktivitas konvektif diurnal mempengaruhi evolusi
cuaca harian di atas Pulau Jawa.

Meskipun skala waktu harian lebih terkait dengan pola cuaca yang bersifat jangka pendek, perubahan
karakteristik variasi diurnal dari aktivitas konveksi berkaitan erat dengan perubahan iklim. Kitoh dan Arakawa
(2005) menunjukkan bahwa pemanasan global akan mengurangi kekuatan konveksi diurnal dan berakibat
kepada berkurangnya jumlah curah hujan di daratan. Selain itu, karakteristik aliran udara pada skala meso
dapat dipengaruhi oleh perubahan tutupan lahan di wilayah pesisir yang pada akhirnya memodifikasi
karakteristik konveksi diurnal.

Gambar 2.2 Citra satelit


pada kanal Visible yang
memperlihatkan evolusi
aktivitas konvektif
diurnal dengan berbagai
skala. Masing-masing
kolom kiri, tengah, dan
kanan, menunjukkan
waktu pengamatan pagi,
siang, dan sore hari,
sedangkan setiap baris
memperlihatkan tanggal
yang berbeda.

2.1.2.1 Variasi Intra-musim (Intra-seasonal Variations)

Secara umum fenomena terkait dengan gangguan meteorologis yang mempengaruhi aktivitas konvektif dan
sifat hujan musiman dikenal sebagai variasi intra-musim (VIM; intra-seasonal variation; ISV). Aktivitas dari
berbagai fenomena atmosfer terkait VIM tersebut menyebabkan apa yang mungkin sering dipersepsikan
masyarakat sebagai ketidakteraturan musim (adanya hujan di musim kemarau atau kekeringan di musim
penghujan). Beberapa kajian juga menengarai VIM sebagai pemicu kejadian cuaca ekstrem di wilayah
Indonesia.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 9


Kajian yang cukup komprehensif mengenai pengaruh VIM terhadap sirkulasi muson di wilayah Indonesia-
Australia disampaikan oleh Wheeler dan McBride (2005). Meskipun demikian, interaksi antara berbagai
fenomena terkait VIM di wilayah Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan masih banyak lagi kajian harus
dilakukan untuk itu. Sebagai gambaran, rangkuman informasi mengenai fenomena terkait VIM dapat dilihat
dalam Tabel 2.1. Adanya VIM menjadikan pola iklim di wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) menjadi lebih
kompleks dan analisis mengenai perubahan iklim harus dilakukan dengan data yang lebih detail dan cara
yang seksama.

Tabel 2.1 Tren Perubahan Temperatur Permukaan dari Beberapa Kajian Iklim Indonesia

No. Literatur sumber Tren linier Periode data Keterangan

1 Harger (1995) 1.351.64C selama 1949 1992 Data observasi dari 33 stasiun di
100 tahun Indonesia

2 KLH (2007) 0.047 C/tahun 1980 2002 Analisis tren dari temperatur
(minimum) dan 0.017 maksimum dan minimum untuk
C/tahun (maksimum) 33 stasiun (jika dihitung secara
rata-rata maka didapatkan nilai
sekitar 3.2 C/100 tahun)

3 Bappenas (2010c) 0.5 C /100 tahun abad ke-20 Data observasi di Jakarta dan
Ampenan (Lombok) yang, dari
segi panjang rekaman data,
dianggap paling representatif

4 KLH 0.63 C /100 tahun di abad ke-20 Kajian di daerah Malang,


Malang (KLH, 2012a), Tarakan dan Palembang
0.20 C /100 tahun di berdasarkan data University
Tarakan (KLH, 2012c), of Delaware dan pengamatan
-0.14 C /100 tahun lokal selama abad ke-20 (1910
di Palembang (KLH, 2010); nilai tren umumnya
2012d) positif untuk 25 tahun terakhir

2.1.2.2 Variasi Antar-tahunan (Inter-annual Variations)

Pola curah hujan di Indonesia juga mempunyai ciri keragaman (variabilitas) antar-tahunan (interannual) yang
sudah terdokumentasikan sejak lama oleh Braak (1929). Berbagai kajian hingga saat ini (e.g., Chang et al.,
2004; Hendon, 2003; Wang et al., 2000) membuktikan bahwa variasi curah hujan antar-tahunan di Indonesia
dipengaruhi oleh fenomena iklim terkait dengan variasi anomali suhu permukaan laut (ASPL) di Pasifik
Tengah dan Timur serta anomali tekanan permukaan laut di Pasifik Barat (utara Australia) dan dikenal sebagai
fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO). Peningkatan (penurunan) ASPL di wilayah tersebut menandai
kejadian El Nino (La Nina) yang dapat menyebabkan bertambah panjangnya periode musim kering (basah)
dan berakibat kepada penurunan (peningkatan) jumlah curah hujan musiman dan tahunan di sebagian besar
wilayah di Indonesia.

Selain pengaruh ENSO dari S. Pasifik, variasi antar-tahunan curah hujan di wilayah muson juga disebabkan
oleh fenomena serupa di S. Hindia, yang dikenal dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) (Saji et al.,
1999). Kejadian Dipole Mode (DM) positif (negatif) berkaitan dengan penurunan (peningkatan) curah hujan di
Indonesia (terutama bagian barat). Kejadian El Nino yang bersamaan dengan DM positif seperti pada tahun
1997/98 dapat menyebabkan kekeringan hebat di hampir seluruh wilayah Indonesia.
IOD lebih berpengaruh terhadap sebagian wilayah Indonesia di sekitar S. Hindia dekat Selat Sunda sampai
Laut Jawa. Di lain pihak, pengaruh ENSO lebih meluas di hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali sebagian
kecil wilayah P. Sumatera dekat S. Hindia bagian timur Perlu dicatat bahwa curah hujan di sebagian wilayah
pantai barat Sumatera secara umum bahkan tidak menunjukkan korelasi yang signifikan baik dengan ENSO
maupun IOD.

10 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Kejadian El Nino umumnya berkaitan dengan kondisi kekeringan di wilayah Indonesia. Misalnya, dari 37
kejadian El Nino sejak tahun 1850 menurut catatan DArrigo et al. (2008) sebanyak 21 di antaranya berkaitan
dengan kekeringan. Falcon et al. (2004) bahkan telah mengaitkan indeks Nino 3.4 langsung dengan produksi
padi. Namun demikian, perlu dicatat bahwa dampak kejadian El Nino terhadap kondisi iklim di wilayah
Indonesia tergantung kepada kekuatan atau intensitasnya.

Dari Gambar 2.2 juga perlu dicatat bahwa meskipun La Nina dalam banyak hal membawa dampak yang
berlawanan dari El Nino, tetapi tidak selalu berarti terkait dengan bencana banjir. Banjir-banjir besar yang
terjadi di Jakarta, misalnya, tidak terjadi di tahun-tahun La Nina kuat. Oleh karena itu, keberulangan kejadian
banjir agak sulit dikaitkan langsung dengan (sebagai dampak langsung dari) kejadian ENSO maupun IOD.

2.1.2.3 Variasi Antar-dasawarsa (Inter-decadal Variations)

Fenomena atmosfer dengan periode osilasi 1012 tahun (ten-to-twelve oscillation; TTO) telah lama
diidentifikasi oleh para peneliti (e.g., Labitzke and Van Loon, 1995). Hasil analisis data curah hujan di banyak
tempat juga seringkali memperlihatkan sinyal dengan periode ulang serupa, yang juga berkorelasi dengan
periode aktivitas bintik hitam di Matahari (sun spot). Akan tetapi, mekanisme fisis yang menjelaskan hubungan
antara aktivitas bintik matahari dengan curah hujan masih menjadi perdebatan. Penelitian terkait keragaman
iklim dalam skala antar-dasawarsa saat ini lebih banyak didasari oleh temuan tentang variasi ASPL di Pasifik,
yang dikenal sebagai Pacific Interdecadal Oscillation (PDO; Mantua et al., 1997; Mantua dan Hare, 2002) atau
Interdecadal Pacific Oscillation (IPO; Folland et al., 1999; Power et al., 1999).

Telekoneksi (keterkaitan berdasarkan korelasi statistik) antara curah hujan di wilayah muson dengan PDO
juga telah cukup banyak dikaji (e.g., Krishnan dan Sugi, 2003), meskipun mekanisme fisis yang menjelaskan
hubungan keduanya masih belum terlalu jelas. Kajian serupa belum banyak dilakukan untuk wilayah
Indonesia, tetapi data pengamatan curah hujan dari beberapa tempat menunjukkan adanya periode anomali
basah dan kering yang cukup signifikan dalam skala waktu antar-dasawarsa.

Keterkaitan antara keragaman iklim dengan kejadian iklim ekstrem masih perlu diteliti secara seksama.

2.1.3 Iklim Maritim dan Variasi Tinggi Muka Air Laut

Seperti halnya di atas daratan, kondisi cuaca dan iklim di atas perairan laut di wilayah Indonesia sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi muson Asia-Australia tetapi dengan karakteristik yang mungkin sangat berbeda.
Berlainan dengan daratan, suhu permukaan laut (SPL) tidak hanya ditentukan oleh radiasi matahari tetapi
juga dipengaruhi arus laut dan gerak vertikal air laut baik gerak naik (upwelling) maupun turun (downwelling).
Seperti dapat dilihat dalam Gambar 2.3, SPL di Laut Jawa bernilai minimum di bulan September, meskipun
temperatur udara hampir maksimum.

Secara umum, SPL di Perairan Indonesia pada bulan Januari bernilai di atas 28C dan pada bulan Agustus SPL
lebih rendah dari 27C. Tinggi muka laut (TML) berfluktuasi secara harian akibat adanya pasang surut (pasut)
laut. Selain itu, sirkulasi muson juga mempengaruhi TML musiman di perairan Indonesia. Secara umum, TML
naik pada bulan Januari dan rendah pada bulan Agustus. Dalam Bappenas (2010b) dilaporkan bahwa pada
saat terjadi El Nino, TML di wilayah Indonesia turun sekitar 20 cm di bawah normal dan pada periode La Nia
naik sebesar 10 20 cm. Menurut Sofian et al. (2007), peningkatan TML pada masa transisi antara El Nino dan
La Nina, dan juga pada kondisi La Nina ini disebabkan oleh penguatan angin pasat (trade wind) di Samudra
Pasifik sehingga membawa massa air dari Pasifik Timur di sekitar Peru ke daerah Perairan Indonesia.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 11


Gambar 2.3 Hasil analisis serupa dengan dengan Gambar 2.3 tetapi untuk Tinggi Muka Laut (TML)
dengan (a) DMI dan (b) indeks NINO 3.4

Kenaikan TML secara sesaat dan dalam periode tertentu disebabkan juga oleh fenomena cuaca dan iklim
yang lebih tidak teratur kejadiannya seperti badai tropis dan gangguan cuaca lainnya. Badai tropis yang
terjadi di perairan dekat pantai dapat mengakibatkan kenaikan tinggi muka laut yang dikenal dengan storm
surge. Kejadian storm surge, meskipun berdurasi cukup pendek dapat menyebabkan kerusakan yang cukup
besar di wilayah pesisir. Beberapa wilayah pesisir juga mengalami kejadian naiknya muka air laut sesaat yang
dikenal dengan fenomena banjir rob.

2.2 Analisis Perubahan Iklim di Indonesia Berdasarkan Data Pengamatan

Menurut IPCC (2007), kajian mengenai perubahan iklim dan dampaknya dapat dilakukan dengan pendekatan
bottom-up, yang didasarkan kepada data pengamatan maupun secara top-down, yang bertumpu kepada
hasil simulasi model iklim. Berdasarkan Meehl et al. (2000), perubahan iklim dapat dikatakan terjadi apabila
nilai rerata (mean) dan/atau variansi dari parameter iklim yang diamati dalam satu periode iklim (30 tahun,
berdasarkan definisi operasional WMO) mengalami perubahan dibandingkan dengan pada periode iklim
sebelumnya. Pada prinsipnya, data historis pengamatan iklim yang lebih panjang akan memberikan informasi
yang lebih baik mengenai seberapa jauh perubahan iklim di suatu wilayah sudah terjadi.

2.2.1 Tren Perubahan Temperatur Permukaan

Pengaruh pemanasan global dalam kenaikan temperatur permukaan di Indonesia dapat diperkirakan tidak
lebih besar dari 1.0 C selama abad ke-20. Sekali lagi perlu dicatat bahwa nilai yang lebih pasti agak sulit
didapatkan mengingat kurangnya rekaman data yang konsisten di wilayah Indonesia.

Kecenderungan tersebut dapat dilihat dari Gambar 2.4 yang memperlihatkan variasi temperatur rata-rata
untuk seluruh wilayah Indonesia yang dihitung dari data CRU, yakni salah satu basis data iklim global dari
University of East Anglia yang sering digunakan sebagai alternatif untuk data pengamatan lokal. Selain itu,
tren perubahan temperatur lokal akibat dari efek heat island juga ditengarai cukup dominan mempengaruhi
data yang diamati di perkotaan (Bappenas, 2010c).

Gambar 2.4 Tren temperatur rata-rata


tahunan untuk wilayah daratan di
Indonesia (6LU - 1108LS dan 95BT
- 14145BT) berdasarkan data dari
CRU TS3.1.

12 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


2.2.2 Tren Perubahan Curah Hujan

Berdasarkan analisis curah hujan musiman di wilayah Indonesia dalam laporan Indonesia Second National
Communication (KLH, 2010), kenaikan curah hujan untuk DesemberJanuariFebruari (DJF) terjadi di hampir
seluruh P. Jawa dan Indonesia bagian timur, seperti Bali, NTB, dan NTT. Untuk curah hujan JuniJuliAgustus
(JJA), tren penurunan yang signifikan dapat ditemui di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Pandeglang
(Jawa Barat), Makassar (Sulawesi Selatan), Manokwari, Sorong (Papua), dan Maluku (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Tren Perubahan Curah Hujan Musiman pada Bulan (a) DJF dan (b) JJA di Wilayah Indonesia
(KLH, 2010)

Dalam kajian lain oleh Bappenas (2010c), ditunjukkan bahwa tren perubahan curah hujan bukan hanya
berbeda setiap musim tetapi dapat pula berbeda untuk setiap bulan. Gambar 2.6 menunjukkan perubahan
nilai rerata 30-tahun curah hujan dihitung secara berjalan (moving) untuk setiap 5 tahun dari data stasiun
Jakarta. Berdasarkan gambar tersebut, kenaikan curah hujan bulan Januari pada periode tahun 1970-an
lebih signifikan dibandingkan dengan tahun 1900-an, dengan selisih nilai rerata 30-tahunan sekitar 100 mm.
Perubahan yang terjadi pada setiap bulannya berbeda satu sama lain dan secara umum curah hujan di bulan
JanuariApril lebih sensitif terhadap perubahan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Selain itu, dapat
terlihat juga bahwa curah hujan Januari cenderung menurun kembali menuju tahun 2000-an, sedangkan
curah hujan Februari cenderung naik. Dapat disimpulkan bahwa pada taraf tertentu Jakarta telah mengalami
perubahan iklim ditinjau dari adanya perubahan nilai rerata (mean) pada data curah hujan dari satu periode
30-tahun ke periode 30-tahun lainnya.

Gambar 2.6 Perubahan Nilai Curah Hujan Rerata 30-tahun Untuk Setiap Bulan (a) pada Beberapa Kurun
Waktu dan (b) Grafik Moving Average-nya Untuk Bulan-Bulan Basah DJF (Bappenas, 2010c)

Tren perubahan curah hujan untuk tiap-tiap bulan bervariasi pula secara ruang. Gambar 2.5(b) dan Gambar
2.7(a) memberikan pola tren curah hujan yang cukup bervariasi untuk bulan basah (Januari dianggap mewakili
bulan basah DJF). Perubahan curah hujan di hampir seluruh bagian P. Sumatera digambarkan mengalami
kenaikan oleh Gambar 2.5(b), sedangkan penurunan dan kenaikan curah hujan cenderung merata pada
Gambar 2.7(a). Sama halnya dengan Gambar 2.5(b), Gambar 2.7(a) juga mengindikasikan adanya variasi

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 13


spasial dalam tren perubahan curah hujan untuk wilayah JawaBali, dengan kecenderungan kenaikan curah
hujan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali, dan kecenderungan penurunan curah hujan di wilayah
Banten dan Jawa Tengah. Wilayah P. Sulawesi bagian utara dan P. Papua bagian tengah hingga Selatan
mengalami penurunan curah hujan berdasarkan kedua gambar. Namun, terdapat perbedaan pada tren
perubahan curah hujan untuk wilayah P. Kalimantan. P. Sulawesi bagian tengah, P. Halmahera, dan Kepulauan
Nusatenggara. Gambar 2.5(b) menunjukkan tren naik untuk wilayah tersebut, sedangkan Gambar 2.7(a)
menunjukkan sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa, meskipun masih terdapat beberapa perbedaan, kedua
kajian menunjukkan tren perubahan curah hujan sangat bervariasi secara spasial untuk wilayah Indonesia.
Menurut, terjadi perubahan nilai curah hujan rata-rata yang tidak seragam untuk wilayah Indonesia pada
bulan Januari periode 19802010 dibandingkan terhadap baseline. Di P. Sumatera, sebagian besar daerah
mengalami kenaikan nilai curah hujan rata-rata sebesar 1050 mm. Untuk wilayah lainnya, terdapat daerah
yang curah hujan rata-ratanya naik, tetapi ada pula yang nilainya turun.

Gambar 2.7 Contoh hasil analisis tren curah hujan bulan Januari dari data GPCC: (a) nilai rata-rata baseline 1961
1990 dan (b) selisih nilai rata-rata periode 19802010 (data sampai 2007) dengan baseline (Bappenas, 2010c).

Selain meninjau perubahan curah hujan yang terjadi dibandingkan dengan periode baseline, Bappenas (2010a)
juga melakukan ekstrapolasi polinomial untuk memperlihatkan kecenderungan curah hujan yang mungkin
terjadi sampai dengan tahun 2020. Tabel 2.2 merangkum proyeksi perubahan curah hujan yang terjadi di
wilayah Indonesia hingga tahun 2020 tersebut. Secara temporal, tren kenaikan curah hujan mengindikasikan
bahwa di seluruh Indonesia terjadi kenaikan pada bulan-bulan Maret dan Desember dan untuk wilayah
Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera curah hujan bahkan cenderung naik untuk periode Desember sampai
dengan April. Sebaliknya, tren penurunan curah hujan untuk periode JuliOktober terlihat di sebagian wilayah
kecuali Papua dan Sumatera.

Tabel 2.2 Proyeksi perubahan curah hujan rata-rata di wilayah Indonesia untuk periode 20102020 (relatif terhadap 1980
2000) berdasarkan analisis tren polinomial data observasi (Bappenas, 2010a).

14 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


2.2.3 Tren Kenaikan Suhu permukaan laut (SPL)

Efek pemanasan global juga tercermin di dalam tren perubahan SPL dalam jangka panjang. Gambar 2.8
memperlihatkan perubahan nilai SPL rata-rata global, wilayah tropis, dan perairan Indonesia dari tahun 1854
2010, yang dihitung berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Agency (NOAA) hasil rekonstruksi
(Smith dan Reynolds, 2004). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tren kenaikan SPL semakin tinggi seiring
waktu sejak 1905 dengan laju kenaikan rata-rata sebesar 0.7 C/100 tahun. Untuk wilayah Indonesia, tren
kenaikan sedikit lebih tinggi dari rata-rata global maupun wilayah tropis, yakni berkisar 0.8 C/100 tahun atau
1.5 C/100 tahun jika dihitung dari tahun 1945. Tren kenaikan ini masih sebanding dengan tren kenaikan
temperatur global sebesar 0.78 0.18 C (IPCC, 2007).

Gambar 2.8.Time-series anomali SPL


relatif terhadap rata-rata SPL pada
19012000 dan trennya, secara global
(biru), di daerah tropis (hijau), dan
perairaran Indonesia (merah) yang
dihitung berdasarkan data NOAA
hasil rekonstruksi untuk periode
18542010.

Gambar 2.9 Tren linier


kenaikan SPL selama 30 tahun
dari tahun 1982 sampai 2011
yang dihitung dari data hasil
rekonstruksi NOAA dengan
resolusi 0.5 lat/lon

Secara umum, kenaikan SPL di S. Pasifik lebih tinggi dibandingkan dengan S. Hindia. Kenaikan SPL selama 30
tahun terakhir berkisar antara -0.2C sampai 1C dengan kenaikan tertinggi terjadi di S. Pasifik sebelah utara
Pulau Papua. Sementara, kenaikan terendah terjadi di utara Australia. Kenaikan SPL di Laut Jawa, Banda,
Arafura dan sebagian besar perairan di Indonesia Timur relatif tinggi dibandingkan dengan kenaikan SPL di
Laut Cina Selatan yang hanya 00.25 C. Rendahnya kenaikan SPL di Laut Cina Selatan mungkin disebabkan
oleh gerakan massa air laut naik (upwelling) dan aliran massa air tawar (fresh water flux) dari sungai dan
hujan. Selanjutnya rendahnya kenaikan SPL di selatan Jawa dan Sumatera lebih disebabkan oleh intensifnya
upwelling akibat tingginya frekuensi El Nino dibandingkan La Nina dari tahun 1982 hingga pertengahan tahun
2000. Sementara itu, kenaikan SPL di pantai selatan Jawa sebelah timur, selatan Bali, Lombok dan kepulauan
Nusa Tenggara relatif tinggi akibat transpor air hangat dari S. Pasifik melalui Selat Makassar, Banda, dan
Timor.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 15


2.2.4 Tren Kenaikan Tinggi Muka Laut (TML)

Gambar 2.10 menunjukkan dinamika TML dari tahun 1860 sampai 2010. Dari karakteristik tinggi muka laut
di Indonesia, terlihat pola 30 sampai 50 tahunan (18601910, 19101950, 19501990) atau variasi multi
dasawarsa (decadal), meskipun variabilitas ini tidak terlihat secara jelas sejak tahun 1990. Jika dihitung dari
tahun 1960 sampai 2008, berdasarkan data Simple Ocean Data Assimilation (SODA), maka SLR di Indonesia
sebesar 0.8 mm/tahun, kemudian meningkat menjadi 1.6 mm/tahun sejak tahun 1960 dan melonjak menjadi
7 mm/tahun dari tahun 1993.

Gambar 2.10. Variasi anomali TML


rata-rata di perairan Indonesia tahun
18602010, yang dihitung dari data
SODA (garis penuh hijau), ROMS-
SODA (garis putus-putus merah), dan
altimeter (garis putus-putus biru).
Selain itu juga diperlihatkan garis tren
linier yang dihitung untuk tiap-tiap
data tersebut.

Pola spasial SLR di Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2.11, yang dihitung berdasarkan data altimeter. Dari
Gambar 2.11(a) dapat dilihat bahwa peningkatan SLR tertinggi terjadi di utara Pulau Papua, Laut Jawa, Banda,
S. Hindia, dan sebagian besar wilayah perairan di Indonesia bagian timur, dengan SLR tertinggi mencapai 2.5
cm/tahun. Selain itu, Gambar 2.11(b) memperlihatkan bahwa TML mengalami peningkatan secara signifikan
pada 20052011 relatif terhadap SLR tahun 19932004.

Secara umum, data altimeter menunjukkan kenaikan TML tertinggi terjadi di bagian barat S. Pasifik lebih dari
12 cm, sedangkan kenaikan terkecil terjadi di S. Hindia selatan Pulau Jawa dan Sumatera, Laut Cina Selatan,
dan utara Sumatera. Secara umum, perbedaan tingkat kenaikan TML antara S. Pasifik dan S. Hindia dapat
menyebabkan perubahan karakteristik arus geostrofik dari Pasifik ke S. Hindia. Dan pada akhirnya, mungkin
dapat menyebabkan perubahan SPL secara regional, karena peningkatan intensitas transport air hangat dari
Pasifik ke S. Hindia, yang dapat memicu perubahan pola hujan lokal di seluruh Indonesia.

Gambar 2.11 Pola spasial SLR di perairan Indonesia yang ditunjukkan oleh: (a) tren kenaikan TML pada periode
19932011, dan (b) selisih rata-rata TML periode 20052011 relatif terhadap rata-rata TML periode 19932005.

16 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


2.2.5 Tren Kejadian Cuaca dan Iklim Ekstrem

Kejadian cuaca dan iklim ekstrem adalah bagian intrinsik dari sistem iklim yang bersifat kaotik (chaotic).
Namun demikian, perubahan iklim yang tengah terjadi saat ini ditengarai berpotensi meningkatkan frekuensi
kejadian ekstrem di berbagai wilayah di dunia.

Untuk mempersingkat, kejadian cuaca dan iklim ekstrem disebut sebagai kejadian ekstrem saja. Jadi,
pendefinisian kejadian ekstrem tergantung dari suatu nilai ambang yang ditentukan dari statistik data
pengamatan dan mungkin bersifat relatif terhadap tempat, waktu, maupun keperluan.

Gambar 2.12 memperlihatkan tren perubahan peluang curah hujan ekstrem harian berdasarkan analisis
cumulative distribution function (CDF) dari data satelit TRMM. Hasil ini mengindikasikan adanya peningkatan
peluang curah hujan ekstrem harian di sebagian wilayah Indonesia, kecuali beberapa wilayah di Maluku,
dalam kurun waktu kurang lebih selama 10 tahun selama 19982008.

Gambar 2.12.(a) Kurva cumulative distribution function (CDF) dengan nilai ambang untuk peluang curah hujan harian
1% tertinggi berdasarkan data satelit TRMM selama periode 19982008. (b) Sebaran nilai perubahan peluang curah
hujan harian ekstrem pada data TRMM periode 2003-2008 relatif terhadap nilai peluang pada periode 19982002.

2.3 Proyeksi Perubahan Iklim Berdasarkan Model-Model AR4-IPCC

Proyeksi iklim dapat dipahami sebagai suatu upaya untuk mendapatkan gambaran mengenai tanggapan
(response) sistem iklim terhadap perubahan gaya radiatif (radiative forcing), terutama akibat kenaikan
konsentrasi GRK dan aerosol di atmosfer hingga waktu yang jauh ke depan. Hasil simulasi menggunakan
berbagai model iklim global digunakan untuk analisis proyeksi iklim hingga tahun 2100 oleh IPCC (2007). Hasil
proyeksi iklim sangat tergantung kepada skenario peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer yang didasarkan
kepada asumsi perkembangan kondisi sosio-ekonomi global serta teknologi utama yang mendukungnya. Di
dalam AR4-IPCC, skenario yang digunakan adalah berdasarkan Special Report on Emission Scenarios (SRES).

2.3.1 Proyeksi Kenaikan Temperatur Permukaan

Proyeksi kenaikan temperatur permukaan berdasarkan model-model AR4-IPCC umumnya memperlihatkan


tren linier dengan laju kenaikan yang hampir seragam untuk ketiga skenario B1, A1B, dan A2 sampai dengan
menjelang tahun 2030. Sebagai contoh, dapat dilihat dalam Gambar 2.13 adalah hasil proyeksi rata-rata
kenaikan temperatur untuk wilayah Malang di Jawa Timur. Tren ini umumnya sama untuk seluruh wilayah
Indonesia karena model-model AR4-IPCC mengasumsikan bahwa kenaikan temperatur disebabkan secara
dominan oleh efek GRK yang tersebar di dalam atmosfer secara merata. Dengan demikian, proyeksi kenaikan
rata-rata temperatur permukaan di seluruh Indonesia akibat GRK sampai dengan periode 20202050 adalah
sekitar 0.81C relatif terhadap periode iklim terakhir di abad ke-20 (Bappenas, 2010c). Seperti telah dibahas
sebelumnya, pola perubahan musiman sangat ditentukan oleh posisi semu matahari sehingga perbedaan
temperatur bulanan di dalam satu tahun tetap berkisar 02 C.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 17


Gambar 2.13 Proyeksi
temperatur permukaan untuk
rata-rata wilayah Malang, Jawa
Timur berdasarkan keluaran
model AR4-IPCC setelah melalui
proses downscaling dan perata-
rataan ensemble. Diperlihatkan
pula data historis sejak tahun
1951 sampai dengan 2010 dan
hasil simulasi model GCM untuk
abad ke-20 serta proyeksi untuk
tiga skenario SRES B1, A1B, dan
A2. Data time series bulanan
telah dihaluskan terlebih dahulu
agar memperlihatkan tren
jangka panjang (KLH, 2012a)

2.3.2 Proyeksi Perubahan Curah Hujan

Keluaran model-model AR4-IPCC umumnya memperlihatkan pola perubahan curah hujan yang lebih
bervariasi di Indonesia, baik secara temporal maupun spasial. Meskipun hasil analisis data historis dan
ekstrapolasi sampai dengan tahun 2020 memperlihatkan adanya tren perubahan curah hujan yang cukup
signifikan, analisis proyeksi berdasarkan keluaran tujuh GCM secara rata-rata tidak menunjukkan perubahan
yang signifikan untuk periode 20202050 (Bappenas, 2010c). Hal ini mengindikasikan bahwa, sampai dengan
periode 20202050, keragaman iklim alami masih lebih berperan dibandingkan dengan efek GRK dalam
menentukan perubahan curah hujan. Namun demikian, perubahan curah hujan menjelang dan pasca 2050
perlu lebih mendapat perhatian.

Untuk melengkapi ulasan ini, ringkasan hasil beberapa kajian terkait proyeksi curah hujan di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 2.3 Laporan Second National Communication (SNC; KLH, 2010) menunjukkan
kecenderungan 14 model GCM terhadap perubahan curah hujan musiman di Indonesia berdasarkan dua
skenario emisi, yaitu SRES A2 dan B1 untuk periode 2025 dan 2050. Ditinjau dari kesepakatan antar model
iklim, antara lain terdapat kecenderungan akan berkurangnya curah hujan di musim kering JuniJuliAgustus
(JJA) dan peralihan SeptemberOktoberNovember (SON) di P. Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara serta
bertambahnya curah hujan di musim penghujan DesemberJanuariFebruari (DJF). Tren ini cenderung
berkebalikan dengan hasil proyeksi untuk sebagian besar wilayah di pulau-pulau lain. Sementara itu, hasil
proyeksi curah hujan di wilayah Malang (KLH, 2012a) juga menunjukkan tren pengurangan curah hujan
di bulan-bulan JJA, yang mengindikasikan penguatan muson Australia. Hasil ini konsisten dengan analisis
proyeksi dari Naylor et al. (2007) yang menyatakan bahwa pada tahun 2050 musim hujan di P. Jawa akan
mengalami keterlambatan sampai dengan 30 hari.

18 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Tabel 2.3 Ringkasan kajian terkait proyeksi curah hujan di Indonesia

Literatur Tren linier Periode data Keterangan


No.
sumber

1 Naylor et Penurunan curah hujan yang 2050 Output model AR4-IPCC dengan
al. (2007) cukup besar pada musim kering skenario A2 dan B1; analisis
(bulan JuliAgustusSeptember; skala regional dengan empirical
JAS) downscaling; hasil proyeksi
relatif terhadap observasi pada
19792004

2 Li et al. Penurunan curah hujan pada 20502099 Output standar model AR4-
(2007) musim kering (JAS) (dan 2101 IPCC dengan skenario A1B
30) menggunakan 11 model (dan
3 model); hasil proyeksi relatif
terhadap data CMAP pada
19791999 (dan 197099)

3 KL1H Peningkatan curah hujan 2050 dan Konsolidasi output 14 model


(2010) DesemberJanuariFebruari 2080 AR4-IPCC dengan skenario
(DJF), kecuali di bagian utara A2 dan B1 (Second National
Sumatera dan Kalimantan; Communication)
penurunan curah hujan
pada JuniJuliAgustus (JJA),
khususnya di Jawa Barat dan
Sumatera Selatan

4 Bappenas Perubahan yang signifikan 20012100 Output model AR4-IPCC dengan


(2010c) terutama terjadi pada dengan skenario A1B, A2, dan B1 dengan
periode 2080-an dengan analisis penekanan pada skenario A2;
kecenderungan bertambahnya time-slice menggunakan metode selective
curah hujan di bulan-bulan 202050 dan ensemble averaging terhadap
basah dan berkurangnya curah 20702100 7 model (diambil rata-rata
hujan di bulan-bulan transisi. dari 4 terbaik); hasil proyeksi
relatif terhadap observasi pada
19611990

5 KLH Umumnya perubahan curah 20012100 Output model AR4-IPCC


(2012a, hujan rata-rata hingga dengan skenario A1B, A2, dan
2012c, 2030 tidak terlalu besar; di B1; analisis lokal/regional dari
2012d) Malang terdapat indikasi tren beberapa metode statistical
penurunan curah hujan setelah downscaling
tahun 2030-an konsisten
dengan Naylor (2007)

2.3.3 Proyeksi Kenaikan Suhu Permukaan Laut dan Tinggi Muka Laut

Hasil analisis proyeksi SPL memperlihatkan adanya kenaikan rata-rata mencapai 11.2 C pada tahun
2050 relatif terhadap SPL tahun 2000 (Bappenas, 2010b). Tren kenaikan ini masih dalam rentang kenaikan
temperatur global sehingga cukup konsisten dengan hasil analisis model-model AR4-IPCC untuk temperatur
permukaan. Meskipun demikian, seperti dijelaskan sebelumnya, pengaruh keragaman iklim global terhadap
variasi SPL di perairan Indonesia sangat signifikan. Sebagai contoh, kejadian El Nino dan DM (+) kuat pada
tahun 1997/98 menyebabkan perubahan yang sangat besar terhadap lingkungan perairan Indonesia yang
berakibat kepada kerusakan terumbu karang.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 19


Kenaikan TML atau sea lever rise (SLR) memberikan potensi ancaman yang sangat besar terhadap Indonesia
yang terdiri dari banyak pulau besar dan kecil. Pada tahun 2050, SLR akibat pemanasan global diproyeksikan
mencapai 3540 cm relatif terhadap nilai tahun 2000. Berdasarkan hasil ini, SLR maksimum di Indonesia
dapat mencapai 175 cm pada tahun 2100 (Bappenas, 2010b). Berdasarkan hasil tersebut, dan dengan
memperhitungkan faktor variabilitas iklim, rangkuman proyeksi SLR untuk wilayah Indonesia dapat dilihat
dalam Tabel 2.4.

Tren ini kemungkinan tidak linier tetapi dapat bersifat eksponensial apabila faktor pencairan es (dynamic ice
melting) diperhitungkan. Error! Reference source not found. memperlihatkan hasil perhitungan laju SLR rata-
rata untuk wilayah perairan Indonesia apabila memasukkan pengaruh faktor pencairan es. Berdasarkan hasil
ini, SLR maksimum di Indonesia dapat mencapai 175 cm pada tahun 2100 (Bappenas, 2010b).

Tabel 2.4 Proyeksi Kenaikan Rata-Rata TML Tanpa Penambahan Dynamic Ice Melting di Perairan Indonesia (Bappenas, 2010b)

Periode Proyeksi SLR Tingkat kepercayaan

2030 22.51.5cm Sedang

2050 37.52.5cm Sedang

2080 60.04.0cm Tinggi

2100 80.05.0cm Tinggi

Gambar 2.14 Estimasi Laju Kenaikan TML di Indonesia Berdasarkan Model dengan Penambahan Dynamic Ice Melting
(Bappenas, 2010b)

20 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


2.3.4 Proyeksi Kejadian Cuaca dan Iklim Ekstrem

Selain SLR, informasi mengenai proyeksi kejadian cuaca dan iklim ekstrem (kejadian ekstrem) sebenarnya
sangat penting bagi penyusunan rencana adaptasi. Namun demikian, analisis proyeksi kejadian ekstrem tidak
mudah untuk dilakukan karena memerlukan data yang lebih detil serta waktu yang sangat banyak (time
consuming). Oleh karena itu dapat dipahami bahwa kajian yang komprehensif terkait kejadian ekstrem di
wilayah Indonesia masih sangat terbatas.

Kajian terhadap perubahan peluang kejadian ekstrem untuk wilayah Indonesia lebih banyak difokuskan
kepada kejadian curah hujan ekstrem. Adapun kejadian ekstrem terkait perubahan temperatur seperti
gelombang panas (heat wave) tidak menunjukkan tren yang signifikan baik dari data historis (e.g. Manton et
al., 2001) maupun dari hasil keluaran GCM, setidaknya hingga tahun 2050.

2.4 Potensi Dampak Perubahan Iklim

Secara teoretis terjadinya perubahan pada indikator-indikator iklim seperti temperatur permukaan, curah
hujan, suhu permukaan laut, tinggi muka laut, serta kejadian iklim dan cuaca ekstrem seperti yang telah
diproyeksikan di atas akan menimbulkan berbagai potensi dampak pada bidang-bidang yang terkait dengan
sistem pembangunan nasional baik dari sisi ekonomi (economic), tatanan kehidupan (livelihood), ekosistem
(ecosystem), serta wilayah khusus (specific region). Tabel 2.5 berikut mengilustrasikan potensi dampak
perubahan iklim menurut indikator yang digunakan, serta mengidentifikasi bidang dan sub bidang yang dapat
terkena dampaknya. Secara umum, indikator-indikator perubahan iklim berupa Temperatur Permukaan,
Curah Hujan (CH), Suhu permukaan laut (SPL), Tinggi muka laut (TML), Kejadian iklim ekstrem (ENSO, IOD/
DMI, PIO/IPO) serta Kejadian cuaca ekstrem (Hujan lebat, Badai Angin kencang kencang, dan Gelombang
badai).

Kenaikan temperatur permukaan dapat berakibat langsung pada manusia, tumbuhan, dan hewan seperti
serangga. Pada negara-negara yang memiliki musim panas, telah terjadi gelombang panas (heat wave)
yang dapat menelan korban jiwa. Meskipun Indonesia tidak memiliki musim panas, namun meningginya
temperatur pada siang hari dapat mengakibatkan pemanasan setempat sepanjang hari sehingga penggunaan
pendingin ruangan menjadi lebih sering dan meningkatkan konsumsi energi. Kenaikan temperatur juga
ditengarai mengakibatkan evapotranspirasi berlebihan pada tumbuhan, timbulnya kebakaran hutan, serta
pengembangbiakan serangga lebih cepat dan luas.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 21


Tabel 2.5 Ringkasan Dampak Perubahan Iklim pada Bidang-Bidang Terkait

22 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Curah hujan yang berlebihan dapat berakibat pada kejadian banjir dan longsor, namun sebaliknya curah hujan
yang terlalu sedikit berakibat pada kekeringan dan penurunan ketersediaan air. Penurunan ketersediaan
air akan mempengaruhi pasokan air untuk wilayah perkotaan dan pertanian. Kejadian banjir juga biasanya
menimbulkan kerugian di wilayah permukiman, perkotaan, dan pertanian. Sementara kejadian longsor juga
terkadang menimbulkan kerugian baik materi maupun jiwa pada wilayah permukiman yang terjal.

Kenaikan suhu permukaan laut ditengarai dapat merusak terumbu karang (coral bleaching) dan mengubah
arus laut yang berakibat pada pola migrasi ikan di laut yang selanjutnya akan mempengaruhi mata
pencaharian nelayan. Sementara itu kenaikan tinggi muka laut berakibat pada meluasnya genangan air laut
dan abrasi di wilayah pesisir serta peningkatan intrusi air laut ke daratan. Semuanya akan berakibat negatif
bagi masyarakat pesisir khususnya karena sebagian penduduk Indonesia bertempat tinggal di wilayah pesisir,
khususnya di perkotaan pesisir.

Di samping itu kejadian iklim dan cuaca ektrem ditengarai memiliki beragam dampak yang spontan dan masif
sehingga perlu diadaptasi dalam bentuk upaya pengelolaan penanggulangan bencana. Sesuai dengan Hyogo
Framework (ISDR, 2005), integrasi adaptasi perubahan iklim dengan pengurangan risiko bencana merupakan
suatu tantangan baru untuk disinergikan pada sistem pembangunan nasional.
Kajian tentang dampak perubahan iklim di Indonesia sudah cukup banyak dilakukan walaupun wilayah
kajiannya umumnya masih bersifat skala nasional. Dua referensi utama di Indonesia yang dapat menjadi
acuan yaitu dokumen ICCSR (Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap) yang disusun Bappenas (2010)
dan Komunikasi Nasional ke-2 untuk Konvensi Perubahan Iklim (Second National Communication atau SNC)
yang disusun KLH (2010).

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 23


Pada dokumen ICCSR disebutkan bahwa potensi bahaya iklim tersebut berdampak pada sektor-sektor utama
seperti sektor air, kelautan dan perikanan, kesehatan, pertanian, dan kehutanan. Pada sektor air, perubahan
iklim dapat menimbulkan empat bahaya utama, yaitu penurunan ketersediaan air (PKA), banjir, longsor, dan
kekeringan yang umumnya disebabkan oleh parameter curah hujan dan kejadian iklim serta cuaca ekstrem.
Dokumen ICCSR juga telah mengkaji dampak dan memetakan risiko dari keempat bahaya perubahan iklim
pada sektor air tersebut seperti pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Risiko penurunan ketersediaan air (kiri-atas), banjir (kanan-atas), kekeringan (kiri-bawah),
dan tanah longsor (kanan-bawah) berdasarkan skenario SRA2 pada periode 2020-2025 (Bappenas, 2010)

Risiko penurunan ketersediaan air yang sangat tinggi terdapat di wilayah Jawa-Bali, khususnya di Jawa Barat
bagian utara dan selatan, Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian tengah dan selatan; di wilayah perkotaan
Sumatera; Bali; Nusatenggara; dan Sulawesi Selatan. Pada saat bersamaan, risiko kekeringan sangat tinggi
umumnya terdapat di kawasan terbatas di bagian tengah Jawa; Sumatera bagian utara; dan sedikit di Nusa
Tenggara. Dengan demikian hal ini dapat mengancam kegiatan pertanian dan perkotaan yang membutuhkan
pasokan air.

Sementara itu, risiko banjir sangat tinggi terdapat pada daerah retensi, kota-kota di pinggir pantai, bantaran
sungai dan daerah-daerah rendah di hilir sungai besar, seperti kota-kota di pinggir sungai besar di Pulau Jawa,
Sumatera bagian timur; Kalimantan Barat, Selatan dan Timur; timur Sulawesi, dan selatan Papua. Dan pada
saat bersamaan, risiko longsor sangat tinggi umumnya terdapat di Jawa-Bali bagian tengah-selatan, Sumatera
bagian tengah-barat, sebagian besar Nusa Tenggara; Sulawesi, dan Papua bagian tengah.
Pada sektor kelautan dan perikanan, parameter kenaikan tinggi muka laut, peningkatan suhu air laut, dan
kejadian iklim dan cuaca ekstrem telah menimbulkan berbagai bahaya antara lain penggenangan air laut
di pesisir, erosi pantai dan sedimentasi, gelombang ekstrem, intrusi air laut baik melalui air sungai dan air
tanah, kerusakan terumbu karang akibat coral bleaching, pergeseran ekosistem perairan yang mengganggu
produktivitas perikanan.

Pada sektor di atas, dokumen ICCSR telah mengidentifikasi distribusi spasial risiko penggenangan pesisir,
sebagai kombinasi dari bahaya kenaikan muka air laut, kejadian iklim ekstrem La-Nina, dan gelombang badai
yang terjadi pada saat air pasang tertinggi perigee, seperti pada Gambar 2.16.

24 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Gambar 2.16 Risiko penggenangan air laut di pesisir akibat bahaya kenaikan muka air laut, variabilitas iklim La-Nina,
dan gelombang badai yang disertai dengan kejadian air pasang tertinggi perigee (Bappenas, 2010)

Wilayah risiko penggenangan wilayah pesisir meliputi beberapa lokasi antara lain: Di Pulau Sumatra, beberapa
lokasi pesisir provinsi Riau, Sumatra Utara, Aceh, Sumatra Barat, dan Lampung. Pesisir utara Pulau Jawa
merupakan daerah yang sangat berisiko seperti DKI Jakarta dan Tangerang (Banten) serta daerah Semarang
dan Tanjung Muria (Jawa Tengah). Di Nusa Tenggara, tingkat risiko tinggi terdapat di pesisir selatan Pulau
Lombok, pesisir Teluk Saleh di Pulau Sumbawa, pantai Ende hingga sekitar pantai Larantuka di Pulau Flores.
Di Pulau Kalimantan, beberapa pesisir seperti sekitar Pontianak dan Banjarmasin bahkan memiliki tingkat
risiko sangat tinggi, dan di pesisir sekitar Samarinda terdapat risiko tinggi. Di Pulau Sulawesi, beberapa
daerah pesisir terdapat tingkat risiko yang tinggi hingga sangat tinggi seperti di pesisir barat Sulawesi Selatan.
Di Kepulauan Maluku, beberapa lokasi memiliki tingkat risiko tinggi seperti di pesisir sekitar Ternate (Pulau
Halmahera), pesisir kota Ambon, pesisir kota Tual di Pulau Kai Kecil, yang banyak disebabkan oleh adanya
infrastruktur vital seperti bandar udara. Di wilayah Papua, meskipun terlihat wilayah berisiko sedang yang
cukup luas di bagian Selatan, wilayah bertingkat risiko tinggi hanya terdapat secara lokal di sekitar kota
Jayapura dan Pulau Biak.

Pada sektor kesehatan, penyebaran berbagai bahaya penyakit, baik melalui vektor serangga, medium
udara dan medium air/makanan, dapat dipengaruhi oleh parameter suhu udara, curah hujan, kelembaban
udara, serta kejadian iklim dan cuaca ekstrem. Beberapa penyakit menjadi indikator utama adanya dampak
perubahan iklim misalnya malaria, demam berdarah dengue (DBD), dan diare.

Ketiga penyakit tersebut menjadi indikator yang utama mengingat relatif tersedianya data dan informasi
yang representatif untuk kajian risiko sebagaimana yang telah disusun dalam dokumen ICCSR seperti pada
Gambar 2.17 berikut.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 25


Gambar 2.17 Risiko Dampak Perubahan Iklim terhadap Kejadian Penyakit Malaria, Demam Berdarah
Dengue, dan Diare (Bappenas, 2010)

Daerah yang berisiko sangat tinggi terhadap penyakit malaria adalah Papua; sedangkan daerah yang risiko
tinggi meliputi: Maluku, sebagian kecil wilayah Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Daerah yang memiliki risiko
tinggi dan sedang terhadap penyakit DBD masih terkonsentrasi pada daerah Indonesia Timur, khususnya
Pulau Papua dan sebagian Nusa Tenggara. Beberapa kota dan kabupaten di Pulau Jawa memiliki risiko rendah
terhadap penyakit DBD. Daerah berisiko sangat tinggi terhadap penyakit diare juga berada di pulau Papua.
Sebagian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara memiliki risiko tinggi terhadap penyakit diare.
Pada sektor pertanian, potensi penurunan produksi tanaman pangan menjadi bahaya utama yang diakibatkan
oleh parameter curah hujan, kejadian iklim dan cuaca ekstrem, suhu udara, serta kenaikan muka air laut di
pesisir. Dokumen ICCSR telah memetakan risiko dari bahaya penurunan produksi padi akibat kekeringan,
khususnya di Pulau Jawa seperti pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18 Perkiraan perubahan produksi padi per kabupaten di Pulau Jawa pada tahun 2025
dibandingkan dengan produksi saat ini (2010) akibat kenaikan temperatur dan konsentrasi CO2
untuk skenario SRESB1 dan SRESA2 pada berbagai skenario perubahan luas lahan sawah dan indeks
penanaman padi (Bappenas, 2010).

26 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Pada sektor kehutanan, potensi kebakaran hutan menjadi bahaya iklim utama yang dipengaruhi oleh
penurunan curah hujan dan akibat kejadian iklim ekstrem. Dokumen SNC (KLH, 2010) telah menyajikan
peta pola densitas hot-spot dari bahaya tersebut, khususnya di Pulau Sumatra (bagian tengah dan selatan)
dan Kalimantan (bagian barat, tengah, dan selatan) seperti pada Gambar 2.19. Ringkasan analisis dampak
perubahan iklim dan identifikasi tingkat risiko pada wilayah kepulauan Nusantara menurut sub bidangnya
dapat dilihat di Lampiran 2.

Gambar 2.19 Klasifikasi Region Berdasarkan Pola Densitas Hot-Spot Kebakaran Hutan (KLH, 2010)

Sebagai penutup, kajian risiko perubahan iklim pada ICCSR (Bappenas, 2010) dan SNC (KLH, 2010) telah
mengindentifikasi distribusi wilayah di Indonesia yang memiliki tingkat risiko yang diakibatkan oleh beberapa
bahaya utama dari perubahan iklim pada beberapa sektor, seperti disajikan pada Tabel 2.6 berikut. Pulau
Jawa, Bali dan Sumatra adalah tiga wilayah yang memiliki tingkatan risiko tinggi dan hingga sangat tinggi
dibandingkan dengan wilayah yang lain, mengingat tingginya kerentanan yang diakibatkan oleh jumlah
penduduk, wilayah permukiman, dan adanya insfrastruktur.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 27


Tabel 2.6 Tingkat Risiko Perubahan Iklim Berdasarkan Wilayah di Indonesia (modifikasi dari dokumen ICCSR Bappenas, 2010
dengan masukan dari dokumen SNC KLH, 2010)

Nusa
Risiko Sumatra Jawa-Bali Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
Tenggara

Penurunan
ketersediaan S, T, ST T, ST R, S T, ST T, ST R, S R
air

Banjir T, ST T, ST R, S, T R, S, T R R R, S

Kekeringan T, ST T, ST R R, S R, S, ST R R

Penggenangan
air laut di S, T S, T, ST S, T, ST S, T S, T S, T S, T
pesisir

Penyebaran
Demam
R, S, T R, S, T R,S R,S R,S R,S R, S, T
berdarah
dengue

Penyebaran
R,S R, S, T R,S R, S, T R,S, T, ST M, H S, T, ST
Malaria

Penyebaran
R, S, T R, S, T R, S, T R, S, T R, S, T R, S, T R, S, T, ST
Diare

Penurunan
T, ST T, ST - - T, ST - -
produksi padi

Kebakaran
ST, T, S T, S - - - - -
hutan

28 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


2.5 Wilayah Rentan Terhadap Perubahan Iklim

Kerentanan suatu wilayah terhadap perubahan iklim perlu memperhatikan berbagai analisa iklim yang
terdiri dari perubahan variabilitas dan proyeksi iklim, serta karakteristik wilayah yang ada seperti kepadatan
penduduk, sensitifitas ekologi dan kapasitas adaptif yang merupakan fungsi dari sosio ekonomi, teknologi
dan infrastruktur. Berdasarkan beberapa kajian yang ada, wilayah Indonesia yang rentan utamanya adalah
wilayah barat dan selatan Sumatera; barat dan timur Jawa; Papua; hampir semua wilayah Bali Nusa Tenggara,
Kalimantan bagian utara; serta Sulawesi bagian utara.

Gambar 2.20 Klasifikasi Wilayah berdasarkan Kerentanan


terhadap Perubahan Iklim (SIDA, 2009)

Wilayah Jakarta merupakan wilayah sangat rentan dan juga paling rentan di wilayah Asia Tenggara.
Kerentanan Jakarta utamanya disebabkan oleh kejadian banjir di wilayah yang padat penduduk meskipun
mempunyai kapasitas adaptif yang tinggi. Hal yang sama terjadi untuk wilayah Jawa bagian barat lainnya yang
rentan karena bahaya banjir dan longsor serta faktor kepadatan penduduknya. Sedangkan Wilayah Papua
khususnya Jayawijaya dan Puncak Jaya juga rentan terutama karena kapasitas adaptifnya yang rendah dan
frekuensi dan keterpaparan terhadap bencana longsor yang tinggi. Di samping itu, wilayah pesisir selatannya
juga terdampak oleh kenaikan permukaan air laut yang cukup signifikan (hingga mencapai ketinggian 5m).
Selanjutnya, hasil identifikasi wilayah rentan yang ada perlu terus diperdalam dan disinergikan antar sektor
agar didapat gambaran yang lebih menyeluruh.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 29


Tabel 2.7 Lima puluh Wilayah Terentan terhadap Perubahan Iklim Indonesia
(Sida, 2009)

No. Wilayah No. Wilayah

1. DKI Jakarta 26. Kab. Aceh Tenggara

2. Kota Bandung 27. Kota Balikpapan

3. Kota Surabaya 28. Kab. Bekasi

4. Kota Bekasi 29. Kab. Paniai

5. Kota Bogor 30. Kab. Bengkulu Selatan

6. Kota Depok 31. Kab. Bangkalan

7. Kota Palembang 32. Kab. Purwakarta

8. Kota Tangerang 33. Kab. Sidoarjo

9. Kab. Tangerang 34. Kab. Tanggamus

10. Kab. Lampung Barat 35. Kab. Majalengka

11. Kab. Jayawijaya 36. Kab. Ponorogo

12. Kota Malang 37. Kota Blitar

13. Kab. Puncak Jaya 38. Kab. Tasikmalaya

14. Kab. Jembrana 39. Kab. Aceh Selatan

15. Kab. Bogor 40. Kota Madiun

16. Kab. Garut 41. Kab. Serang

17. Kab. Lebak 42. Kab. Dairi

18. Kab. Bandung 43. Kab. Gorontalo

19. Kab. Sumedang 44. Kab. Sampang

20. Kab. Sukabumi 45. Kab. Magetan

21. Kab. Cianjur 46. Kab. Indramayu

22. Kab. Buleleng 47. Kab. Ciamis

23. Kab. Pandeglang 48. Kab. Madiun

24. Kab. Tanjung Jabung 49. Kab. Lahat

25. Kab. Karawang 50. Kab. Lombok TImur

keterangan: data di atas adalah 50 wilayah terentan di Indonesia dari 341 wilayah kabupaten/kota yang
dikaji menurut Climate Change Vulnerability Mapping for Southeast Asia, SIDA, 2009

30 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


bab 3
ARAH KEBIJAKAN DAN
SASARAN RENCANA AKSI
NASIONAL ADAPTASI
PERUBAHAN IKLIM
Bab 3
Arah Kebijakan dan Sasaran Rencana Aksi
Nasional Adaptasi Perubahan Iklim

Upaya adaptasi adalah penyesuaian dalam sistem ekologi, sosial dan ekonomi dalam merespon dampak
perubahan iklim yang sudah terjadi atau yang diramalkan akan terjadi. Ini mengacu pada proses, praktik, dan
struktur untuk mengurangi potensi kerugian dan mengambil keuntungan dari perubahan yang diakibatkan
oleh perubahan iklim. Pada dasarnya, upaya adaptasi untuk merespon perubahan iklim seringkali berkaitan
dengan pengurangan kerentanan. Tingkat kerentanan suatu sistem terhadap dampak perubahan iklim
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tingkat kepaparan (level of exposure), tingkat kepekaan (level of sensitivity),
dan kapasitas adaptif (adaptive capacity).

Tingkat kepaparan menunjukkan derajat, lama dan atau besarnya peluang suatu sistem untuk kontak dengan
guncangan atau gangguan (Adger 2006 dan Kasperson et al. 2005 dalam Gallopin 2006). Tingkat kepekaan
merupakan kondisi internal dari sistem yang sangat dipengaruhi oleh kondisi manusia dan lingkungannya.
Kondisi manusia dapat dilihat dari tingkatan sosial dan manusianya sendiri seperti populasi, lembaga,
struktur ekonomi dan yang lainnya. Sedangkan kondisi lingkungan merupakan perpaduan dari kondisi
biofisik dan alam seperti tanah, air, iklim, mineral dan struktur serta fungsi ekosistem. Kondisi manusia dan
lingkungan menentukan kemampuan adaptif suatu sistem yang juga sangat dipengaruhi oleh keragaman
iklim. Kapasitas adaptif menunjukkan kemampuan dari suatu sistem untuk melakukan penyesuaian
(adjustment) terhadap perubahan iklim sehingga potensi dampak negatif dapat dikurangi dan dampak positif
dapat dimaksimalkan atau dengan kata lain kemampuan untuk mengatasi konsekuensi dari perubahan iklim
(to cope with the consequences; IPCC 2007). Jadi upaya adaptasi perubahan iklim dapat dikatakan sebagai
upaya untuk meningkatkan ketahanan atau resiliensi suatu sistem, terhadap dampak dari perubahan iklim.

Ketahanan atau resiliensi mengacu pada pengertian kemampuan sistem sosial dan ekologi untuk menyerap
gangguan, sementara sistem tetap mempertahankan struktur dan fungsinya (Hollings, 1973). Upaya yang
dilakukan untuk membangun ketahanan sistem berfokus pada kapasitas untuk menyerap gangguan dan
menjaga fungsi sistem. Selain itu upaya yang dilakukan untuk membangun ketahanan sistem, yaitu kapasitas
untuk pembaruan, restrukturisasi, dan pengembangan sistem (Berke et al., 2003). Dalam sistem yang
tahan, gangguan terhadap sistem dapat diserap menjadi potensi yang bisa dimanfaatkan untuk inovasi
dan pengembangan sistem tersebut (Adger, 2006). Pemahaman tentang hal ini akan memberikan acuan
bagaimana untuk mengarahkan dan mengalokasikan sumber daya dan membangun kapasitaspada tingkat
lokal, regional, maupun nasional.

3.1 Arah Kebijakan RAN-API

Dampak perubahan iklim yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya menyadarkan kita akan ancaman
perubahan iklim terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi suatu masyarakat. Hal ini menegaskan pentingnya
kebijakan secara nasional dalam mengantisipasi ancaman dan dampak perubahan iklim. Upaya yang
sistematis dan terintegrasi dengan strategi yang handal, serta komitmen dan tanggung jawab bersama dari
berbagai pemangku kepentingan dan para pihak sangat diperlukan dalam mengantisipasi dampak perubahan
iklim ke dalam agenda pembangunan nasional atau daerah. Pertimbangan-pertimbangan risiko dan dampak
perubahan iklim perlu diterjemahkan ke dalam rencana aksi, rencana strategis jangka menengah, rencana

32 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


pembangunan jangka menengah, kebijakan atau regulasi, dan struktur kelembagaan. Adanya upaya dan
strategi adaptasi perubahan iklim yang terdokumentasi dalam RAN-API ini merupakan salah satu upaya
untuk menjawab persoalan di atas. Rencana ini merupakan refleksi kesiapan sektor dan lintas sektor dalam
merespon dan mengantisipasi ancaman perubahan iklim melalui program yang didasari oleh proyeksi di
masa yang akan datang.

Dengan memperhatikan pengertian adaptasi perubahan iklim serta tujuannya, adaptasi dapat dikatakan
sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan (resiliensi) suatu sistem terhadap dampak perubahan iklim.
Sehingga adaptasi perubahan iklim di Indonesia diarahkan sebagai:

1. Upaya penyesuaian dalam bentuk strategi, kebijakan, pengelolaan/manajemen, teknologi dan sikap agar
dampak (negatif) perubahan iklim dapat dikurangi seminimal mungkin, dan bahkan jika memungkinkan
dapat memanfaatkan dan memaksimalkan dampak positifnya.
2. Upaya mengurangi dampak (akibat) yang disebabkan oleh perubahan iklim, baik langsung maupun tidak
langsung, baik kontinu maupun diskontinu dan permanen serta dampak menurut tingkatnya.

Secara singkat, rencana aksi diarahkan agar: (a) dampak perubahan iklim dapat dikurangi seminimum
mungkin, (b) dapat meningkatkan ketahanan dan/atau menurunkan tingkat kerentanan suatu sistem alam,
tatatan kehidupan, program atau kegiatan terhadap dampak perubahan iklim.

Masing-masing sektor telah menetapkan secara konkrit arah dan sasaran utama pembangunannya, baik
dalam RPJM maupun RENSTRA dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Didukung oleh analisis perkiraan
keberhasilan atau ketidak-berhasilannya, salah satu ancamannya adalah variabilitas dan perubahan iklim.
Oleh sebab itu, secara filosofis dalam kerangka (kepentingan) pembangunan nasional terkait dengan RPJM,
RENSTRA dan RKP tahunan masing-masing sektor atau K/L, pada hakikatnya adaptasi perubahan iklim tidak
lain merupakan upaya penyelamatan dan pengamanan agar seluruh sasaran pembangunan dapat dicapai
tanpa terpengaruh atau terganggu secara signifikan oleh perubahan iklim.

Dengan memperhatikan sektor-sektor dan aspek pembangunan yang terkena dampak perubahan iklim
sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab 1 dan Bab 2 dapat dikatakan bahwa untuk memastikan pencapaian
sasaran pembangunan nasional dengan adanya dampak perubahan iklim diperlukan ketahanan di bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan. Selain itu, mengingat bahwa negara Indonesia merupakan negara kepulauan
yang rentan terhadap perubahan iklim diperlukan pula ketahanan di wilayah khusus seperti pulau-pulau
kecil, pesisir dan perkotaan. Untuk itu, dalam kaitan ini, Sasaran Strategis Rencana Aksi Nasional Adaptasi
Perubahan Iklim (RAN-API) diarahkan untuk: (i) membangun ketahanan ekonomi, (ii) membangun tatanan
kehidupan (sosial) yang tangguh terhadap dampak perubahan iklim (ketahanan sistem kehidupan), (iii)
menjaga keberlanjutan layanan jasa lingkungan ekosistem (ketahanan ekosistem) dan (iv) penguatan
ketahanan wilayah khusus di perkotaan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk mendukung penguatan-
penguatan di berbagai bidang tersebut, dibutuhkan sistem pendukung penguatan ketahanan nasional
menuju sistem pembangunan yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim.

Selain itu, program dan kegiatan aksi adaptasi perubahan iklim perlu mempertimbangkan upaya pengurangan
kerentanan, khususnya pada kelompok masyarakat yang rentan terhadap perubahan iklim, seperti wanita,
anak, masyarakat berpendapatan rendah, golongan lanjut usia, dan lainnya.

Serangkaian sasaran strategis RAN-API tersebut dapat digambarkan ke dalam 5 (lima) bidang ketahanan
seperti pada skema berikut (Gambar 3.1).

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 33


Pembangunan Berkelanjutan dan Adaptif Perubahan
Iklim
Manajemen Perencanaan dan
Pengetahuan Ketahanan Ekosistem Penganggaran

Ketahanan
Wilayah
Khusus
Ketahanan Ketahanan Sistem
Ekonomi Kehidupan

Penguatan Sistem Pendukung Pengawasan dan


Kapasitas Evaluasi

Gambar 3.1 Tujuan dan Sasaran Strategis RAN-API

3.2 Sasaran RAN-API

Memperhatikan sektor-sektor dan aspek pembangunan yang terkena dampak perubahan iklim seperti
diuraikan sebelumnya, maka sasaran RAN-API dibagi ke dalam 5 (lima) bidang sebagai berikut:

1. KETAHANAN EKONOMI
Perubahan iklim memberikan dampak terhadap stabilitas ekonomi dan upaya pencapaian tujuan
pembangunan bidang ekonomi. Bidang ketahanan ekonomi dengan penekanan pada aspek ketahanan
pangan dan kemandirian energi.

Sasaran Sub Bidang Ketahanan Pangan

Sasaran umum Ketahanan Pangan adalah terwujudnya ketahanan pangan yang mantap dan lestari, baik
dalam aspek penyediaan, distribusi dan aksesibilitas, maupun dalam konteks kemandirian, kedaulatan
dan keamanan pangan. Sasaran umum Ketahanan Pangan akan sulit dicapai apabila sistem pembangunan
pertanian pangan tidak memiliki daya lenting (resiliensi) terhadap keragaman dan perubahan iklim. Oleh
sebab itu, sasaran utama RAN-API Bidang Ketahanan Pangan adalah:

1. Penurunan tingkat kehilangan produksi pangan akibat kejadian iklim ekstrim dan perubahan iklim.
2. Pengembangan wilayah sumber pertumbuhan baru produksi pangan pada daerah dengan risiko
iklim rendah dan dampak lingkungan minimum (low emission).
3. Pengembangan sistem ketahanan pangan petani dan masyarakat (mikro) dengan pola pangan yang
sehat dan bergizi serta seimbang, serta terwujudnya diversifikasi pangan hingga tingkat optimum.

Ketiga sasaran tersebut dikembangkan dengan memperhatikan aspek ekonomi dan kesejahteraan
petani, serta kontribusinya terhadap mitigasi perubahan iklim dan kelestarian lingkungan (Climate Smart
Agriculture).

34 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Sasaran Sub Bidang Kemandirian Energi

Sasaran pembangunan energi nasional, ialah menurunkan pangsa konsums mnyak bumi dalam
portofolio konsumsi energi nasonal dan meningkatkan pangsa energi non-minyak bumi. Berdasarkan
Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, pada tahun 2025, kontribusi
dari energi terbarukan sebagai salah satu sumber energi non-minyak bumi akan ditingkatkan menjadi
17% dari pemenuhan energi nasional. Dua sumber energi terbarukan yang diperkirakan terpengaruh
secara signifikan oleh perubahan iklim ialah hydropower dan biofuel. Kedua sumber energi ini ditargetkan
untuk menyumbang sekitar 8% pemenuhan energi nasional. Oleh karena itu upaya rencana aksi adaptasi
untuk menjamin kemampuan kedua sumber energi tersebut saat ini dan ke depan dalam mendukung
kemandirian energi nasional perlu dilakukan. Dengan demikian Sasaran utama RAN-API sub bidang
kemandirian energi adalah:

1. Pengembangan energi bersumber dari tenaga air (hydropower) dan panas (geothermal) bumi pada
daerah dengan risiko iklim rendah dengan kondisi ekosistem yang mendukung
2. Pengembangan tanaman untuk bio-energy (biomassa dan bahan bakar nabati) dengan produktivitas
tinggi dan tahan cekaman iklim
3. Optimalisasi pemanfaatan limbah organik untuk produksi energi dan gas, khususnya di wilayah padat
penduduk untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan meningkatkan selang toleransi
wilayah terhadap kejadian hujan ekstrim tinggi.
4. Peningkatan pemanfaatan sumber energi terbarukan di desa-desa terpencil yang mendorong
kelestarian ekosistem dan ketersediaan energi yang berkelanjutan

2. KETAHANAN SISTEM KEHIDUPAN



Perubahan iklim memberikan dampak terhadap sistem kehidupan masyarakat dan upaya pencapaian
tujuan pembangunan bidang kesejahteraan masyarakat (livelihood). Sistem kehidupan adalah akses
masyarakat pada semua sumberdaya yang dibutuhkan untuk hidup termasuk sumberdaya sosial dan
budaya. Bidang ketahanan sistem kehidupan dengan penekanan aspek kesehatan masyarakat, pemukiman
dan infrastuktur.

Sasaran Sub Bidang Kesehatan:

Sebagaimana telah ditengarai, perubahan iklim mengakibatkan kenaikan temperatur permukaan dan
beragamnya pola curah hujan, yang keduanya berdampak pada peningkatan dan penyebaran penyakit dan
vektornya melalui medium yang beragam. Untuk itu dalam RAN-API ini, perlu disusun beberapa sasaran
untuk sub bidang kesehatan masyarakat agar mencapai sasaran bidang ketahanan sistem kehidupan,
yaitu pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular akibat perubahan iklim. Agar mencapai
sasaran tersebut, beberapa sasaran sub bidang kesehatan masyarakat perlu dipertimbangkan dalam
menyusun rencana aksi adaptasi perubahan iklim pada sub bidang kesehatan masyarakat, diantaranya:

1. Identifikasi dan pengendalian faktor-faktor kerentanan dan risiko pada kesehatan masyarakat yang
dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim.
2. Penguatan sistem kewaspadaan dan pemanfaatan sistem peringatan dini terhadap mewabahnya
penyakit menular dan penyakit tidak menular yang diakibatkan perubahan iklim.
3. Penguatan regulasi, peraturan perundangan, dan kapasitas kelembagaan di tingkat pusat dan
daerah terhadap risiko pada kesehatan masyarakat yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim.
4. Peningkatan ilmu pengetahuan, inovasi teknologi, dan partisipasi masyarakat terkait adaptasi
kesehatan terhadap perubahan iklim.

Sasaran Sub Bidang Permukiman

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 35


Untuk mendukung bidang ketahanan sistem kehidupan yang berkelanjutan dan tahan terhadap dampak
perubahan iklim, sasaran utama sub bidang permukiman ini adalah terciptanya aksesibilitas terhadap
perumahan adaptif perubahan iklim yang layak dan terjangkau. Sebagaimana telah ditengarai, perubahan
iklim mengakibatkan perubahan pola curah hujan dan kejadian cuaca ekstrem yang dapat berdampak
pada penurunan kualitas lingkungan permukiman, khususnya pada wilayah di mana tingkat kerentanan
sosialnya cukup signifikan. Untuk itu, sasaran sub bidang permukiman tersebut di atas dijabarkan ke
dalam beberapa sasaran antara sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kajian dan penelitian mengenai peningkatan ketahanan permukiman yang adaptif
terhadap perubahan iklim.
2. Pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan permukiman yang terintegrasi dengan penanggulangan
dampak perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
3. Pemahaman pemangku kepentingan dan masyarakat mengenai permukiman yang tangguh terhadap
perubahan iklim.
4. Peningkatan akses terhadap perumahan yang layak dan terjangkau

Sasaran Sub Bidang Infrastruktur

Seperti telah diketahui, perubahan iklim mengakibatkan perubahan pola curah hujan, kenaikan tinggi muka
laut, serta kejadian cuaca ekstrem, yang berdampak pada kualitas pelayanan infrastruktur nasional. Untuk
mendukung bidang ketahanan sistem kehidupan yang berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim,
sasaran utama sub bidang infrastruktur adalah peningkatan cakupan pelayanan dan penguatan sistem
infrastruktur yang handal dan berkualitas dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Sasaran utama
tersebut dapat dicapai melalui beberapa sasaran antara sebagai berikut:

1. Pengembangan konsep ketahanan infrastruktur yang adaptif terhadap perubahan iklim


2. Pengembangan prasarana yang adaptif terhadap perubahan iklim
3. Penyediaan dan penyesuaian infrastruktur yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat
yang memiliki tingkat aksesabilitas tinggi khususnya bagi kelompok masyarakat yang rentan dan
tangguh terhadap perubahan iklim
4. Pengelolaan tata letak infrastrukur yang terintegrasi dengan penataan ruang dalam pembangunan
berkelanjutan

3. KETAHANAN EKOSISTEM

Sasaran umum ketahanan ekosistem adalah terjaganya ekosistem hutan dan ekosistem esensial dari
dampak perubahan iklim sehingga keberadaan keanekaragaman hayati serta layanan jasa ekosistem
dapat lestari. Keanekaragaman hayati, sebagai komponen inti dalam ekosistem, menjadi penyedia jasa
lingkungan yang memegang kunci keberlanjutan ekosistem. Jasa ekosistem yang berperan adalah jasa
penyedia (provisioning), pengatur (regulating), budaya (cultural) dan penunjang (supporting). Terjaganya
ekosistem hutan, kawasan esensial serta keanekaragaman hayati akan menjamin ketersediaan air dan
layanan jasa ekosistem dan menjadi salah satu komponen kunci terhadap tercapainya ketahanan pangan,
kemandirian energi serta tatanan kehidupan masyarakat. Sasaran umum ini dapat dicapai apabila
gangguan dan kerusakan utama pada ekosistem hutan dapat dikurangi. Dengan demikian sasaran utama
dari RAN-API untuk bidang ketahanan ekosistem adalah:
1. Penurunan luas kerusakan ekosistem alami darat dan laut oleh kejadian iklim ekstrim dan perubahan iklim

36 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


2. Peningkatan kualitas dan kuantitas terumbu karang dan tutupan hutan pada wilayah DAS prioritas
3. Penurunan tingkat keterancaman spesies-spesies kunci akibat perubahan iklim
4. Peningkatan sistem ketahanan ekosistem

4. KETAHANAN WILAYAH KHUSUS

Perubahan iklim memberikan dampak yang berbeda pada tiap wilayah sesuai dengan paparan, tingkat
kerentanan dan karakteristik wilayah masing-masing. Bidang ketahanan wilayah khusus dengan penekanan
pada pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta perkotaan.

Sasaran Sub Bidang Perkotaan
Dalam RAN-API ini, penyusunan sasaran untuk sub bidang perkotaan dilakukan untuk mencapai sasaran
bidang ketahanan wilayah khusus, antara lain perkotaan, pesisir dan pulau-pulau kecil, serta pengurangan
risiko bencana. Sasaran utama sub bidang perkotaan ini adalah terciptanya kota-kota yang berketahanan
iklim, yang dapat dicapai melalui beberapa sasaran antara lain sebagai berikut:

1. Pengintegrasian upaya adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana penataan ruang perkotaan.
2. Penyesuaian infrastruktur dan fasilitas perkotaan dengan ancaman perubahan iklim saat ini.
3. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Perkotaan terkait Isu Ancaman Perubahan Iklim

Sasaran Sub Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Dalam RAN-API ini, penyusunan sasaran untuk sub bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan untuk
mencapai sasaran bidang ketahanan wilayah prioritas, yakni pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Untuk mencapai sasaran sub bidang Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil tersebut, beberapa sasaran antaranya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Peningkatan kapasitas kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil terkait dengan isu
perubahan iklim.
2. Pengelolaan dan pendayagunaan lingkungan dan ekosistem untuk adaptasi perubahan iklim
3. Penerapan tindakan adaptasi struktural dan non struktural di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
yang rentan terhadap perubahan iklim.
4. Pengintegrasian upaya adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil
5. Peningkatan sistem pendukung adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

5. SISTEM PENDUKUNG YANG MEMADAI

Upaya adaptasi perubahan iklim perlu didukung berbagai aspek dengan penekanan pada peningkatan
kapasitas, pengembangan informasi iklim yang handal, penelitian dan pengembangan, serta perencanaan
dan penganggaran.

Besarnya skala ruang dan capaian dari upaya penerapan program dalam RAN-API membutuhkan dukungan
sumber daya, metolodogi pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kinerja untuk mampu mengatasi
fragmentasi fungsi tugas pokok antar Kementerian/Lembaga yang terkait dan meningkatkan koordinasi.
Oleh karenanya, komponen-kompen pendukung yang perlu diperkuat adalah berupa peningkatan
kapasitas, pengembangan data dan informasi iklim, riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perencanaan dan penganggaran serta pemantauan dan evaluasi untuk mengawal dan
mendukung program aksi adaptasi perubahan iklim. Secara spesifik komponen sistem pendukung untuk
program adaptasi perubahan iklim harus dapat dicapai dengan sasaran dan diukur dengan lugas, antara
lain:
1. Peningkatan kapasitas bagi pemangku kepentingan dalam adaptasi perubahan iklim

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 37


2. Pengembangan informasi iklim yang handal dan mutakhir
3. Peningkatan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait adaptasi perubahan
iklim
4. Perencanaan dan penganggaran yang dapat merespon perubahan iklim.
5. Pemantauan dan evaluasi kegiatan adaptasi perubahan iklim.

38 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


bab 4
STRATEGI DAN
RENCANA AKSI ADAPTASI
PER BIDANG
Bab 4
Strategi dan Rencana Aksi Adaptasi
Per Bidang
Efektifitas program penanganan perubahan iklim setiap sektor dalam rangka mendukung terlaksananya
sistem pembangunan yang berketahanan iklim (climate resilience development), dapat ditingkatkan dengan
membangun sinergitas kegiatan aksi adaptasi antar sektor. Sasaran pembangunan setiap sektor tidak
mungkin dapat dicapai dengan optimal tanpa didukung oleh sektor lain. Oleh karena itu, penetapan langkah
aksi adaptasi setiap sektor dalam rangka membangun ketahanan ekonomi, tatanan kehidupan, ekosistem
dan wilayah khusus terhadap dampak perubahan iklim perlu melihat keterkaitan program antar sektor. Hal
ini dapat dijadikan sebagai landasan dalam membangun sinergitas dan mengisi kesenjangan kegiatan aksi
adaptasi yang perlu dikembangkan agar sasaran RAN-API dapat dicapai. Selanjutnya, rencana aksi yang
dilakukan pada setiap kelompok (Klaster) disajikan pada Lampiran 1.

4.1 Bidang Ketahanan Ekonomi

Ketahanan ekonomi adalah kemampuan sistem untuk mempertahankan fungsi sistem ekonomi dan
memulihkan secara cepat pada saat terjadinya gangguan (Rose, 2009). Dua faktor utama yang akan
menentukan kemampuan sistem tersebut ialah kondisi ketahanan pangan dan kemandirian energi.
Terganggunya kedua faktor ini akibat kurang dibangunnya kemampuan untuk beradaptasi terhadap
perubahan iklim secara langsung akan mempengaruhi ketahanan ekonomi. RAN-API untuk bidang ketahanan
ekonomi hanya memfokuskan pada dua sub bidang ini.

4.1.1 Rencana Aksi Sub Bidang Ketahanan Pangan

Strategi utama untuk mencapai sasaran RAN-API Bidang Ketahanan Pangan dilakukan melalui (a) Penyesuaian
dan pengembangan sistem usahatani terhadap perubahan iklim, (b) Pengembangan dan penerapan teknologi
adaptif terhadap cekaman iklim, (c) Pengembangan dan optimalisasi sumberdaya lahan, air dan genetik.

Strategi-strategi tersebut diwujudkan melalui 7 Program Utama (Klaster), yaitu:

(1) Klaster Penyesuaian Sistem Produksi Pangan. Klaster penyesuaian sistem produksi pangan (pola
tanam, teknologi dan model sistem usahatani dan usaha budidaya perikanan) untuk menurunkan
tingkat risiko dan kehilangan hasil akibat keragaman dan perubahan iklim, baik akibat penurunan
produktivitas maupun penurunan luas area tanam. Rencana aksi ini dilakukan melalui penyesuaian
aktivitas dan teknologi pertanian dan perikanan dengan dukungan sektor lain terkait.

(2) Klaster Perluasan Areal Pertanian Pangan dan Budidaya Perikanan. Perluasan areal pertanian
baru tidak saja dibutuhkan untuk mengkompensasi alih fungsi lahan dan kehilangan hasil, tetapi
juga sangat dibutuhkan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan pangan, terutama akibat
pertambahan penduduk. Klaster perluasan areal pertanian dan budidaya perikanan baru, dilakukan
dengan memperhatikan kemungkinan perubahan tingkat risiko iklim, dan daya dukung lingkungan
serta tidak mengurangi fungsi konservasi kawasan dan habitat. Pelaksanaan program ini harus
berititik tolak pada tata ruang yang climate proof sejalan dengan UU No. 32/2009 tentang Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), terutama dan diprioritaskan untuk memanfaatkan dan sekaligus
memperbaiki kondisi lahan terdegradasi dan/atau terlantar

40 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


(3) Klaster Perbaikan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian yang Climate Proof1. Andalan
utama pertanian pangan adalah lahan sawah dan lahan budidaya perikanan yang tingkat kerentanan
dan daya adaptasinya terhadap dampak perubahan iklim sangat terkait dengan kapasitas irigasi.
Saat ini sebagian besar jaringan irigasi di wilayah sentra produksi pangan dan budidaya perikanan
mengalami degradasi dan kerusakan dengan potensi luas areal tanam yang makin menurun dan
sangat rentan terhadap perubahan iklim, terutama kejadian iklim ekstrim. Selain itu, pengembangan
sumber pertumbuhan baru produksi pangan (perluasan areal) membutuhkan atau harus didukung
oleh pengembangan jaringan irigasi. Program perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana
pertanian juga akan memperhatikan kemungkinan perubahan iklim dan kondisi lingkungan,
khususnya tutupan vegetasi pada wilayah tangkapan hujan (DAS).

(4) Klaster Percepatan Diversifikasi Pangan. Klaster percepatan diversifikasi pangan (tanaman, ternak,
ikan) dilakukan melalui pengembangan berbagai produk pangan yang sehat dari komoditas-
komoditas pangan alternatif yang lebih tahan terhadap cekaman iklim dan hemat sumber daya
lahan dan air dibanding tanaman padi, seperti jagung, kacang hijau dan berbagai komoditas lokal
(sagu, ganyong, ubi-ubian, kacang-kacanganan, dan pangan lokal lainnya). Untuk mendukung klaster
ini, diperlukan adanya food mixed policy yang spesifik lokasi (daerah) serta peningkatan konsumsi
ikan di kalangan masyarakat perlu ditingkatkan.

(5) Klaster Pengembangan Teknologi Inovatif dan Adaptif. Klaster pengembangan teknologi inovatif
diarahkan pada perakitan berbagai teknologi yang adaptif terhadap cekaman iklim dan rekayasa
sumberdaya genetik pangan dan ikan, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan
air yang beremisi rendah. Selain teknologi inovatif dan frontier, program aksi ini juga diarahkan
untuk menggali dan mengembangkan teknologi indigenous, termasuk kearifan lokal. Sasaran utama
dari rencana aksi ini adalah: (a) pemanfaatan dan rekayasa sumberdaya genetik (tanaman dan ikan
budidaya), (b) optimalisasi sumberdaya lahan dan air melalui pengembangan teknologi budidaya
adaptif, dan (c) pemanfaatan dan efisiensi karbon, biomasa dan/atau limbah organik.

(6) Klaster Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi (Iklim dan teknologi). Keberhasilan
program aksi adaptasi perubahan iklim akan ditentukan oleh keberadaan sistem informasi
iklim yang efektif dan sistem komunikasi informasi iklim dan teknologi pertanian dan perikanan
(budidaya dan tangkap). Dengan demikian klaster ini diarahkan pada upaya peningkatan akurasi
dan kelengkapan informasi iklim dan ketersediaan teknologi serta sistem diseminasi dan percepatan
arus penyampaian informasinya.

(7) Klaster Program Pendukung. Pelaksanaan teknis program-program aksi di atas harus didukung
oleh analisis dan kajian-kajian ilmiah terkait dengan kerentanan dan dampak perubahan iklim
pada ketahanan pangan, analisis dan sintesis kebijakan pemanfafatan sumberdaya lahan dan air,
pengembangan kelembagaan pangan dan sistem produksinya (pertanian dan perikanan) serta
memperhatikan aspek sosial ekonomi budaya, aspek gender, dan kondisi spesifik lingkungan.

Lampiran 3 dan 4 berturut-turut mendeskripsikan sinergitas rencana aksi lintas Kementerian dan Lembaga
untuk sub-bidang Ketahanan Pangan.

1 Climate Proof ialah pembangunan atau pengembangan sistem yang sudah memperhitungkan perubahan iklim
sehingga sistem dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan pada kondisi iklim yang akan berubah

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 41


4.1.2 Rencana Aksi Sub Bidang Kemandirian Energi

Strategi utama pencapai sasaran-sasaran (goals) RAN-API Bidang kemandirian energi adalah: (a) perbaikan
dan konservasi wilayah tangkapan hujan pada DAS yang menjadi sumber pembangkit energi tenaga air dan
panas bumi, dan (b) Optimalisasi pemanfaatan limbah organik dan biomassa serta pengembangan sumber
energi dari bahan bakar nabati (BBN).

Strategi-strategi tersebut diwujudkan melalui 4 Program Utama (Klaster), yaitu:

Klaster Perbaikan dan Konservasi Wilayah Tangkapan Hujan. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada
upaya percepatan pengukuhan kawasan hutan khususnya di wilayah tangkapan hujan di DAS yang akan
menjadi lokasi pengembangan PLTA dan panas bumi dan percepatan rehabilitasi di DAS lokasi PLTA dan
Panas Bumi yang memiliki risiko iklim tinggi melalui partisipasi masyarakat.

(1) Klaster Perluasan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah organik untuk produksi gas dan energi di wilayah
pemukiman padat sehingga mengurangi beban lingkungan dan meningkatkan selang toleransi
wilayah terhadap kejadian hujan ekstrim tinggi serta memperluas pemanfaatan sumber energi
tenaga air skala pico dan micro pada wilayah-wilayah terpencil sebagai bagian program desa mandiri
energi (DME) yang dapat mendorong masyarakat menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan
layanan jasa lingkungan.

(2) Klaster Pengembangan Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Budidaya Tanaman Sumber Bahan
Bakar Nabati dan Hutan Tanaman untuk Energi (Energy Plantation). Rencana aksi pada klaster ini
diarahkan pada pengembangan teknologi budidaya tanaman bahan bakar nabati berdaya hasil
tinggi dan adaptif terhadap cekaman iklim serta penemuan varietas tanaman pohon tumbuh cepat
untuk energy plantation.

(3) Klaster Program Pendukung. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada pelaksanaan kajian-kajian
ilmiah kerentanan sistem DAS terhadap dampak perubahan iklim dan riset pengembangan teknologi
budidaya tanaman BBN.

4.2 Bidang Ketahanan Sistem Kehidupan

Ketahanan sistem kehidupan adalah kemampuan masyarakat untuk mempertahankan kehidupannya dan
memulihkan secara cepat pada saat terjadinya gangguan (Uy et al., 2012). Hal ini dipengaruhi dan ditentukan
oleh sejauh mana masyarakat memiliki sumberdaya yang diperlukan dan mampu mengatur dirinya sendiri
baik sebelum dan selama saat dibutuhkan. Ketahanan sistem kehidupan dapat dibagi ke dalam beberapa sub
bidang, yaitu kesehatan, permukiman, dan infrastruktur.

4.2.1 Rencana Aksi Sub Bidang Kesehatan

Faktor masyarakat di Indonesia yang belum melakukan dan menerapkan budaya hidup sehat dan bersih,
berpotensi menjadi penyebab Indonesia rentan dari sisi kesehatan akibat perubahan iklim. Selain itu, faktor
keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala kewilayahan, belum memadainya sarana
dan prasarana kesehatan khususnya di tingkat lokal serta terbatasnya informasi dan data terkait risiko di
sektor kesehatan akibat perubahan iklim juga menjadi menjadi penyebab Indonesia rentan dari sisi kesehatan
akibat perubahan iklim.

Pendekatan penyusunan program aksi RAN-API Sub Bidang Kesehatan dikaitkan dan diintegrasikan terhadap
program dan kegiatan yang tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun
2010-2014. Di samping itu, Kementrian Kesehatan juga telah menyusun strategi adaptasi sektor kesehatan
terhadap perubahan iklim, pedoman faktor risiko perubahan iklim dan modul perubahan iklim.

42 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Strategi utama pencapai sasaran (goal) RAN-API Bidang Kesehatan adalah: (a) penguatan dan pemutakhiran
informasi kerentanan dan risiko kesehatan terhadap perubahan iklim, (b) pengembangan kebijakan,
perencanaaan, jejaring, dan kerja sama antar lembaga di tingkat lokal, regional dan nasional terkait risiko
kesehatan terhadap perubahan iklim, serta (c) penguatan kapasitas dan kewaspadaan dini terkait ancaman
perubahan iklim terhadap kesehatan di tingkat masyarakat dan pemerintah.

Strategi-strategi tersebut diwujudkan dalam 4 Program Utama (Klaster):

(1) Klaster Identifikasi dan Pengendalian Faktor-Faktor Kerentanan dan Risiko pada Kesehatan
Masyarakat yang dapat Ditimbulkan oleh Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan
pada pemuktahiran kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim bidang kesehatan pada tingkat
kabupaten/kota, pengamatan dan pengendalian terhadap agen penyakit, perantara penyakit,
kualitas lingkungan dan infeksi pada manusia, khususnya pada kelompok rentan: wanita, anak,
lanjut usia dan masyarakat berpenghasilan rendah.

(2) Klaster Penguatan Sistem Kewaspadaan dan Pemanfaatan Sistem Peringatan Dini Terhadap
Mewabahnya Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular yang Diakibatkan Perubahan Iklim.
Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada peningkatan sistem tanggap perubahan iklim sektor
kesehatan melalui pemantauan dan pengumpulan data secara kontinu, koordinasi dan pelaksanaan
tindakan, rencana tanggap darurat bencana untuk penanganan kesehatan dan informasi kepada
masyarakat tentang wabah penyakit menular dan penyakit tidak menular yang disebabkan
perubahan iklim.

(3) Klaster Penguatan Regulasi, Peraturan Perundangan, dan Kapasitas Kelembagaan di Tingkat Pusat
dan Daerah Terhadap Risiko pada Kesehatan Masyarakat yang dapat Ditimbulkan oleh Perubahan
Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada penguatan regulasi dan peraturan perundangan
dan penguatan kapasitas kelembagaan melalui penyusunan rencana aksi dan road map, koordinasi
pelaksanaan tugas, kapasitas lembaga, kemitraan dan jejaring.

(4) Klaster Peningkatan Ilmu Pengetahuan, Inovasi Teknologi, dan Partisipasi Masyarakat Terkait Adaptasi
Kesehatan terhadap Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada penelitian,
pendidikan dan pengembangan teknologi terkait perubahan iklim dan adaptasi terkait kesehatan,
pengembangan sumberdaya manusia bidang kesehatan dan partisipasi masyarakat terkait adaptasi
kesehatan terhadap perubahan iklim.

4.2.2 Rencana Aksi Sub Bidang Permukiman

Pencapaian permukiman yang adaptif terhadap perubahan iklim, layak serta terjangkau dilakukan dengan
beberapa strategi. Strategi untuk sub bidang permukiman dilakukan dengan (a) penyediaan fasilitas penunjang
aktivitas kajian dan penelitian mengenai ketahanan permukiman yang adaptif terhadap perubahan iklim,
(b) pengembangan struktur perumahan yang tangguh terhadap dampak perubahan iklim yang terjangkau,
(c) Diseminasi informasi mengenai permukiman yang tangguh terhadap dampak perubahan iklim kepada
pemerintah pada berbagai tingkatan, (d) Penyusunan program aksi adaptasi perubahan iklim sub bidang
permukiman mengacu pada kebutuhan sub bidang permukiman dalam menghadapi dampak perubahan
iklim.

Program aksi ini bertujuan untuk memperkenalkan serta mengembangkan konsep permukiman yang adaptif
terhadap perubahan iklim serta terintegrasi dalam rencana pembangunan berkelanjutan dan dapat dijangkau
seluruh lapisan masyarakat.

Strategi-strategi tersebut diwujudkan dalam 4 Program Utama (Klaster), yaitu:

(1) Klaster Kajian dan Penelitian Mengenai Peningkatan Ketahanan Permukiman yang Adaptif. Rencana
aksi pada klaster ini diarahkan pada kajian dan pemetaan risiko dan adaptasi perubahan iklim

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 43


khususnya pada permukiman dan infrastruktur permukiman, kajian pembangunan kawasan
perumahan tapak yang berkelanjutan (sustainable landed housing area development) dan kajian dan
sosialisasi pembangunan rumah panggung di pesisir yang rentan terhadap kenaikan muka air laut.

(2) Klaster Pembangunan dan Pengelolaan Permukiman. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan
pada penyediaan infrastruktur tanggap perubahan iklim di kawasan permukiman di perkotaan dan
penyesuaian infrastruktur kawasan permukiman di daerah rawan bencana perubahan iklim.

(3) Klaster Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang adaptasi terhadap perubahan iklim pada kawasan
perkotaan dan perdesaan terkait permukiman, peningkatan partisipasi dan kapasitas masyarakat
akibat perubahan iklim PRB di wilayah rentan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana akibat perubahan
iklim di wilayah permukiman rentan. Terkait dengan upaya pemberdayaan masyarakat, pada
Lampiran 5 dideskripsikan beberapa bentuk pengalaman masyarakat sipil (civil society organization)
dalam adaptasi perubahan iklim.

(4) Klaster Akses Perumahan Layak dan Terjangkau. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada
penyediaan permukiman dengan struktur kuat dan adaptif terhadap perubahan iklim yang layak
dan terjangkau termasuk di dalamnya perencanaan relokasi permukiman yang terkena bencana
dampak perubahan iklim, standar dan konsep struktur perumahan yang kuat menghadapi dampak
perubahan iklim, peningkatan masyarakat yang menggunakan standar struktur perumahan adaptif
perubahan iklim, memasukkan perspektif gender dalam perancangan dan rencana konstruksi
perumahan adaptif perubahan iklim dan konsep rancangan bangunan yang hemat energi.Pada
Lampiran 6 dideskripsikan area prioritas dan pertimbangan mengintegrasikan gender dalam aksi
adaptasi perubahan iklim.

4.2.3 Rencana Aksi Sub Bidang Infrastruktur

Dampak perubahan iklim pada infrastruktur memberi pengaruh siginifikan pada keberlanjutan aktivitas
masyarakat khususnya soial dan ekonomi. Infrastruktur yang ada saat ini, khususnya di wilayah perkotaan
maupun wilayah khusus seperti pulau-pulau kecil dan pesisir pada umumnya belum dibangun dengan
pertimbangan perubahan iklim dan proyeksi dampak yang mungkin terjadi. Sementara untuk perencanaan
infrastruktur baru harus mempertimbangkan proyeksi dampak perubahan iklim yang akan terjadi. Maka,
perlu ada arahan pelaksanaan dalam bentuk program aksi adaptasi sub bidang infrastruktur yang tangguh
terhadap perubahan iklim. Strategi utama yang perlu dilakukan untuk sub bidang infrastruktur, yaitu (a)
Penyesuaian baik dari struktur, komponen, desain maupun lokasi infrastruktur yang tangguh terhadap
perubahan iklim, (b) Perbaikan infrastruktur eksisting yang rentan terhadap perubahan iklim baik dari segi
struktur, fungsi maupun lokasinya, (c) Fasilitasi aktivitas kajian dan penelitian mengenai konsep ketahanan
infrastruktur terhadap perubahan iklim.

Penyusunan program aksi adaptasi perubahan iklim sub bidang infrastruktur mengacu pada Rencana Aksi
Nasional Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (RANMAPI) yang disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum
2012 dan Rencana Strategi Kementerian/Lembaga dari berbagai sektor terkait

Strategi-strategi tersebut diwujudkan melalui 7 Program Utama (Klaster), yaitu:

(1) Klaster Penelitian dan Pengembangan Konsep Ketahanan Infrastruktur. Rencana aksi pada klaster
ini diarahkan pada pelaksanaan penelitian dan pengembangan mengenai peningkatan ketahanan
infrastruktur yang adaptif terhadap perubahan iklim terutama untuk menyediakan database kondisi
dan proyeksi semua infrastruktur dan fasilitas vital di wilayah pesisir dan perkotaan serta norma,
standar, pedoman dan kriteria (NSPK) tentang infrastruktur tangguh terhadap dampak perubahan
iklim.

44 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


(2) Klaster Pengembangan Prasarana yang Adaptif Terhadap Perubahan Iklim. Rencana aksi pada
klaster ini diarahkan pada penyediaan sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan,
melakukan identifikasi, pembangunan dan pemeliharaan struktur pelindung pantai, melaksanakan
pembangunan, operasi, dan pemeliharaan, prasarana dan sarana pengendalian banjir dan
kekeringan.

(3) Klaster Pengurangan Risiko Terganggunya Fungsi Aksesibilitas Transportasi pada Jalan, Jembatan,
Perkeretaapian, Pelabuhan dan Bandara Akibat Dampak Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster
ini diarahkan pada pengurangan risiko terganggunya fungsi aksesibilitas pada jalan dan jembatan
akibat dampak perubahan iklim, perencanaan, Manajemen dan Sistem operasi transportasi darat,
pengelolaan perkeretaapian, pengelolaan transportasi laut dan pengelolaan transportasi udara yang
memperhatikan dampak perubahan iklim.

(4) Klaster Peningkatan, Penyediaan dan Penyesuaian Infrastruktur yang Berdampak Langsung pada
Kesehatan Masyarakat dan Tangguh Terhadap Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini
diarahkan pada penguatan pengetahuan dan kapasitas pemerintah mengenai infrastruktur tangguh
terhadap perubahan iklim yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat (air bersih, air
limbah, dan sanitasi) dan penyediaan sarana dan prasarana sistem sanitasi dan pengolahan limbah
yang tangguh terhadap perubahan iklim.

(5) Klaster Integrasi Terhadap Pembangunan Berkelanjutan. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan
pada penerapan konsep dan struktur kota dan wilayah berdasarkan kajian kerentanan masyarakat
dan infrastruktur dan penerapan pembangunan kota-kota hijau (Green Cities) termasuk di dalamnya
green building, green energy, green water, green transportation, green waste dan pemanfaatan air
permukaan.

(6) Klaster Peningkatan Sistem Pendukung Infrastruktur Adaptasi Perubahan Iklim. Rencana aksi pada
klaster ini diarahkan pada pengumpulan data dan informasi melalui penelitian mengenai perubahan
iklim, faktor kerentanan dan risiko lingkungan, faktor kerentanan dan risiko sosial, ekonomi dan
geografi; pembangunan sistem informasi tanggap perubahan iklim yang handal dan mutakhir dan
pengembangan teknologi yang mendukung manajemen prasarana sumber daya air.

(7) Klaster Perancangan, Penyediaan dan Pengelolaan Infrastruktur Energi sehingga Adaptif terhadap
Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada sosialisasi untuk meningkatkan
pengetahuan pemerintah daerah dan masyarakat mengenai infrastruktur penyedia energ yang
adaptaif, perlindungan infrastruktur energi dari dampak perubahan iklim dengan mengidentifikasi
infrastruktur yang rentan dan tindakan-tindakan perlindungan serta perencanaan infrastruktur
energi yang baru baik penyusunan rancangan dan pengadaaan infrastruktur energi baru.

4.3 Bidang Ketahanan Ekosistem

Strategi dalam membangun ketahanan ekosistem terhadap perubahan iklim berkaitan langsung dengan
interaksi dalam sistem sosial untuk membentuk strategi ketahanan masyarakat. Ketahanan ekosistem
adalah bagaimana beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi diantaranya dari kemarau ekstrem yang
menyebabkan keterbatasan air, perubahan jenis vegetasi karena perubahan pola cuaca, genangan-genangan
akibat kenaikan muka air laut yang menutupi permukiman maupun kawasan tambak dan pertanian. Ketahanan
lingkungan bukan bertujuan mengembalikan pola lingkungan yang telah berubah namun mengupayakan
mekanisme untuk mengatasi serta menghindari perubahan yang sama terjadi pada lingkungan lainnya.

Strategi untuk mencapai sasaran utama dilakukan dengan (a) Pengamanan ketersediaan air dan
perlindungan terhadap iklim ekstrim (Securing Water Availability and Protecting from Extreme Weather), (b)
Pencegahan kehilangan ekosistem dan keanekaragaman hayati (Avoiding Ecosystem and Biodiversity Loss),
dan (c) Penjagaan keberlanjutan ketersediaan air dan konservasi ekosistem serta keanekaragaman hayati
(Sustainable Water Supply and Conservation of Ecosystem and Biodiversity).

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 45


Strategi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip konservasi dan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan (termasuk masyarakat adat) serta peran Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim.
Pelaksanaan strategi untuk membangun ketahanan ekosistem diwujudkan dalam 7 Program Utama (Klaster),
yaitu:

(1) Klaster Perbaikan/Penyempurnaan Tata Ruang dan Tataguna Lahan. Perbaikan/penyempurnaan tata
ruang ruang diarahkan menuju tata ruang dan tata guna lahan climate proof serta memperhatikan
nilai-nilai yang tumbuh dan hidup di masyarakat. Perbaikan rencana makro kawasan hutan yang
mempertimbangkan aspek pengelolaan DAS secara terpadu, emisi karbon dan menakar dampak
terhadap keberlanjutan jasa dan layanan ekosistem lainnya termasuk dalam menjamin fungsi tata
air dalam menunjang ketahanan pangan dan kemandirian energi. Upaya perbaikan/penyempurnaan
kawasan hutan serta ekosistem laut perlu dipercepat, khususnya pada wilayah dengan laju
pembangunan yang tinggi untuk menghindari pengembangan tata ruang yang mengarah kepada
peningkatan kerentanan wilayah terhadap dampak perubahan iklim. Perbaikan/penyempurnaan
kawasan ekosistem laut merupakan perpaduan antara pemantapan fungsi ekologis dengan nilai-
nilai kearifan masyarakat lokal.

(2) Klaster Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Produktif secara Lestari. Pengelolaan kawasan
produktif hutan dan laut perlu mempertimbangkan aspek pelestarian jasa lingkungan antara lain
dengan penerapan multisistem dalam pengelolaannya serta memberikan ruang bagi pemerintah
pusat, pemerintah daerah dan multistakeholder lainnya untuk ikut berperan dalam pengelolaan
kawasan produktif. Pengelolaan kawasan hutan, menjadi tanggung jawab bersama pemerintah
pusat dan daerah, diantaranya melalui penerapan pembentukan dan penguatan kelembagaan
pengelolaan hutan di tingkat tapak (KPH) misalnya melalui Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan
Kemasyarakatan (HKm), Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan Hutan Desa, sehingga
dapat melahirkan inisiatif-inisiatif lokal dalam perlindungan kawasan dan terjaganya kepastian
pelayanan jasa ekosistem terpadu Peraturan-peraturan yang jelas dan tegas dalam pemberian
insentif dan disinsentif bagi pelaku yang mendorong/melanggar peraturan di lapang perlu dibangun
bersama berazaskan stewardship, keadilan dan rasa hormat terhadap fungsi fungsi alami dari hutan.

(3) Klaster Peningkatan Tata Kelola Kawasan Konservasi dan Ekosistem Esensial. Tata kelola kawasan
konservasi dan ekosistem esensial merupakan salah satu kunci dalam ketahanan jasa lingkungan.
Adanya perubahan iklim dapat mengancam keberadaan keanekaragaman hayati dan ekosistem
esensial secara langsung maupun tidak langsung. Tingkat keterancaman terhadap keanekaragaman
hayati perlu dikurangi dengan meningkatkan upaya-upaya perlindungan flora dan fauna, menurunkan
perdagangan satwa liar, mencegah degradasi hutan dan ekosistem laut, serta melakukan upaya
penegakan peraturan dan penegakan hukum. Pengembangan pengusahaan berbasis kehutanan
dan kelautan skala kecil (untuk diversifikasi penghasilan) perlu dikembangkan untuk meningkatkan
livelihood masyarakat yang langsung terkait dengan keanekaragaman hayati lokal.

(4) Klaster Rehabilitasi Ekosistem yang Terdegradasi. Rehabilitasi hutan dan lahan dalam jangka panjang
tidak saja dapat menghambat laju pemanasan global sehingga frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem
dapat berkurang tetapi juga meningkatkan ketahanan ekosistem terhadap dampak perubahan iklim.
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan ini, selain meningkatkan penyerapan dan penyimpanan karbon
juga sangat berpotensi menahan air dan memperbaiki fungsi tata air. Perbaikan fungsi tata air sangat
diperlukan dalam menunjang ketahanan dan kemandirian energi, baik melalui pemanfaatan energi
kinetik air untuk memutar turbin pembangkit tenaga listrik maupun sebagai input air yang menjamin
pemanfaatan uap air untuk tenaga listrik tenaga panas bumi (geothermal). Peningkatan penyerapan
dan penyimpanan karbon juga akan meningkatkan potensi bioenergi melalui pemanfaatan bio-
pelet dari biomasa. Peningkatan kemampuan penyerapan dan penyimpanan karbon melalui
rehabilitasi hutan dan lahan juga memberikan co-benefit berupa tata air yang lebih baik sehingga
dapat menghambat terjadinya run-off yang bermuara pada berbagai masalah misalnya banjir, erosi,
dan tanah longsor. Hal ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi ketahanan (durability)

46 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


berbagai sarana dan prasarana misalnya jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya yang
telah dan direncanakan untuk dibangun. Namun demikian, perlu dicatat bahwa kegiatan rehabilitasi
hutan dan lahan tidak dapat dilakukan di seluruh kawasan hutan.

(5) Klaster Pengurangan Ancaman Terhadap Ekosistem. Penurunan Frekuensi Kebakaran Hutan, lahan
dan padang rumput dikembangkan secara terpadu lintas sektor, pusat-daerah, dan lintas negara
melalui Integrated Forest Fire Management. Oleh karena itu, segala kegiatan yang mempunyai
implikasi pada peluang terjadinya kebakaran perlu dipriortiaskan dalam hubungan bilateral dengan
negara tetangga. Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar (non api), serta teknologi
pemantauan dan pengendalian kebakaran perlu menjadi prioritas program pemerintah Pusat dan
Daerah. Implementasi pembukaan lahan tanpa bakar bukan hanya masalah adopsi teknologi tetapi
juga melekat dengan aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Pada tataran teknis, adopsi teknologi tanpa
bakar untuk pembukaan lahan. Apabila hal ini sulit dilakukan, maka alternatif yang dapat dilakukan
dalam pembukaan lahan adalah menerapkan sistem pembakaran terkendali

(6) Klaster Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi. Pengembangan Sistem Informasi dan
Komunikasi untuk mendeteksi kerusakan ekosistem serta mendeteksi titik-titik api dan faktor-
faktor pemicu kebakaran lainnya secara dini (early warning system) sangat penting untuk mencegah
kebakaran hutan yang kronis terjadi tiap tahun. Pemantauan dan pengendalian kebakaran hutan
yang efektif merupakan salah satu kegiatan kunci yang perlu dikembangkan di lokasi-lokasi kritis
kawasan hutan. Pemantauan juga perlu dilakukan terhadap tutupan hutan serta kerusakan jasa
ekosistem (misalnya DAS). Pemantauan yang dilakukan harus mencakup aspek preventif, misalnya
implementasi kebijakan pembukaan lahan dan pengembangan teknologi pembukaan lahan non api.
Selain informasi yang terkait dengan kebakaran hutan, penguatan sistem informasi dan komunikasi
kehutanan secara umum juga perlu memperoleh perhatian.

Sebagian besar data dan informasi yang disajikan dalam laporan statistik kehutanan tidak kompatibel
dengan standar data dan informasi yang disepakati secara internasional, termasuk standar penyajian
data dan informasi kehutanan yang ditentukan oleh Negara-Negara di Kawasan Asia Tenggara
(ASEAN). Demikian pula alur informasi dan komunikasi pelaporan data dari daerah ke pusat dan
diseminasi informasi dari pusat ke daerah di sektor kehutanan hingga saat ini masih sangat lemah.
Masalah informasi dan komunikasi tidak hanya terkait dengan sistem lalu-lintas data, melainkan
juga rendahnya validitas dan reabilitas data dan informasi kehutanan baik di pusat maupun di
daerah. Dalam beberapa kasus, sangat beragamnya institusi yang menangani urusan kehutanan
di daerah dan kepentingan-kepentingan politik-ekonomi lokal semakin menyulitkan terbangunnya
sistem informasi dan komunikasi kehutanan yang efektif.

(7) Klaster Program Pendukung. Pelaksanaan teknis program-program aksi tersebut harus didukung
oleh kajian-kajian ilmiah kerentanan dan dampak perubahan iklim terhadap ketahanan ekosistem.
Penelitian mengenai pengaruh variabilitias iklim dan iklim ekstrem terhadap ekosistem dan
keanekaragaman hayati perlu dilakukan agar dapat diketahui kerentanan spesies spesies kunci
dan dampak perubahan iklim pada distribusi dan ketahanan spesies alami. Penelitian mengenai
penyesuaian Sistem Silvikultur terhadap perubahan iklim perlu dilakukan dengan cermat dengan
memperhatikan aspek dampak perubahan iklim terhadap timbulnya hama dan penyakit baru.

Topik penelitian lain yang perlu dicermati adalah (i) vegetasi yang tahan terhadap dampak
perubahan iklim (Climate-resilient vegetation), (ii) exploitasi variabilitas genetik untuk pangan dan
obat obatan, (iii) invasive species dan dampaknya pada keanekaragaman hayati lokal, (iv) strategi
adaptasi berbagai flora fauna yang menghadapi risiko kepunahan, (v) arsitektur lansekap yang tahan
terhadap perubahan iklim, (vi) modeling berbagai skenario untuk mendapatkan disain yang terbaik
untuk adaptasi terhadap perubahan iklim, (vii) strategi adaptasi terhadap perubahan iklim: proteksi/
restorasi habitat dan pengelolaan yang optimal. Selain program penelitian, program pelatihan
(training) dan pengembangan kapasitas SDM perlu diprioritaskan karena kualitas SDM adalah kunci
dari keberhasilan program.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 47


4.4 Bidang Ketahanan Wilayah Khusus

Perubahan iklim memberikan dampak yang berbeda pada tiap wilayah sesuai dengan paparan, tingkat
kerentanan dan karakteristik wilayah masing-masing (lihat Lampiran 7). Ketahanan wilayah khusus dalam
konteks adaptasi perubahan iklim meliputi ketahanan perkotaan dan ketahanan pesisir serta pulau-pulau
kecil. Ketahanan wilayah perkotaan mencakup ketahanan dari kota itu sendiri dan interaksi dalam sistem
perkotaan dimana dampak perubahan iklim memberi pengaruh langsung terhadap spasial, fisik, dan jaringan
ekonomi masyarakat perkotaaan. Sementara itu, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki kerentanan
yang tinggi akibat kenaikan tinggi muka air laut.

4.4.1 Rencana Aksi Sub Bidang Perkotaan

Untuk mencapai sasaran RAN-API Sub Bidang Perkotaan, maka akan dilakukan melalui beberapa strategi,
yaitu: (a) Penyesuaian rencana tata ruang kawasan perkotaan terhadap ancaman perubahan iklim, (b)
Pengelolaan lingkungan kawasan perkotaan secara berkelanjutan, (c) Peningkatan kualitas infrastruktur dan
fasilitas di kawasan perkotaan, (d) Peningkatan kapasitas masyarakat perkotaan dalam menghadapi ancaman
perubahan iklim, dan (e) Pengembangan dan optimalisasi riset dan sistem informasi tentang perubahan iklim
di kawasan perkotaan.

Penyusunan program aksi adaptasi perubahan iklim sub bidang pesisir dan pulau-pulau kecil ini mengacu
pada Rencana Aksi Nasional Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (RANMAPI) yang disusun oleh Kementerian
Pekerjaan Umum 2012. Program aksi tersebut dibuat untuk mencapai sasaran sub bidang perkotaan dalam
upaya adaptasi terhadap perubahan iklim.

Strategi-strategi tersebut diwujudkan melalui 3 Program Utama (Klaster), yaitu:

(1) Klaster Pengintegrasian Upaya Adaptasi Perubahan Iklim ke dalam Rencana Tata Ruang Perkotaan.
Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada upaya mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim
dalam rencana tata ruang yang dimulai dengan kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim di
kawasan perkotaan, kajian dan pemetaan risiko dan adaptasi perubahan iklim sektoral/sub-bidang
tingkat kabupaten/kota, penyusunan dan revisi dokumen rencana tata ruang kawasan perkotaan
berdasarkan hasil kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim dan pengawasan dan pengendalian
untuk penataan ruang dan zonasi kawasan perkotaan terhadap perubahan iklim.

(2) Klaster Penyesuaian Infrastruktur dan Fasilitas Perkotaan untuk Mengantisipasi Ancaman Perubahan
Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada penyusunan strategi pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan upaya adaptasi perubahan iklim, implementasi
pembangunan perkotaan hijau (Green Cities) dan peningkatan kualitas infrastruktur permukiman di
kawasan perkotaan.

(3) Klaster Peningkatan Kapasitas Masyarakat Perkotaan Terkait Isu Ancaman Perubahan Iklim. Rencana
aksi pada klaster ini diarahkan pada sosialisasi dan penyadaran masyarakat terhadap fenomena
dan dampak perubahan iklim, peningkatan kapasitas penelitian tentang fenomena dan dampak
perubahan iklim di kawasan perkotaan, pengembangan sistem peringatan dini bencana klimatologi
dan oseanografi dan pengembangan kapasitas kelembagaan dan jaringan terkait adaptasi perubahan
iklim.

48 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


4.4.2 Rencana Aksi Sub Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Untuk mencapai sasaran RAN-API Sub Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, maka akan dilakukan melalui
beberapa strategi, yaitu (a) Stabilitas kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil terhadap ancaman
perubahan iklim, (b) Peningkatan kualitas lingkungan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, (c) Pelaksanaan
pembangunan struktur adaptasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, (d) Penyesuaian rencana tata
kawasan perkotaan terhadap ancaman perubahan iklim, dan (e) Pengembangan dan optimalisasi riset dan
sistem informasi tentang perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Penyusunan program aksi adaptasi perubahan iklim sub bidang pesisir dan pulau-pulau kecil ini mengacu
pada Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap (Bappenas, 2010) pada sektor Kelautan dan Perikanan.
Program aksi tersebut disusun untuk mencapai sasaran sub bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam
upaya adaptasi terhadap perubahan iklim.

Strategi-strategi tersebut diwujudkan melalui 5 Program Utama (Klaster), yaitu:

(1) Klaster Peningkatan Kapasitas Kehidupan Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Terkait dengan
Isu Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada sosialisasi dan penyadaran
masyarakat terhadap fenomena dan dampak perubahan iklim, pengembangan pemanfaatan
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil bagi masyarakat, pemeliharaan dan rehabilitasi sumber
daya air di pesisir dan pulau-pulau kecil dan peningkatan infrastruktur (jaringan transportasi listrik,
air bersih, dan komunikasi) di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terluar dengan menggunakan
teknologi tepat guna.

(2) Klaster Pengelolaan dan Pendayagunaan Lingkungan dan Ekosistem untuk Adaptasi Perubahan
Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada upaya peningkatan kualitas lingkungan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil, melakukan identifikasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi ekosistem
pesisir dan pulau-pulau kecil dan melaksanakan pemeliharaan dan rehabilitasi daerah pelindung non
struktural atau alamiah pantai dan kawasan di belakangnya berdasarkan hasil kajian dan identifikasi
ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil.

(3) Klaster Penerapan Tindakan Adaptasi Struktural dan Non Struktural untuk Mengantisipasi Ancaman
Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada upaya pengembangan Coastal
Resilience Village (CRV) atau Desa Pesisir Tangguh, memberikan bantuan sarana dan prasarana dalam
pengembangan PPK, melakukan identifikasi serta penyesuaian elevasi dan penguatan struktur
bangunan dan fasilitas vital, seperti jalan, dermaga pelabuhan, dan permukiman masyarakat di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, meningkatkan ketahanan sumber daya pertanian dan tambak
pesisir terhadap ancaman perubahan iklim dan mengidentifikasi, pembangunan dan pemeliharaan
struktur pelindung pantai (tembok laut, groin, pemecah gelombang, beach nourishment, pintu air
pasut, dsb).

(4) Klaster Pengintegrasian Upaya Adaptasi ke dalam Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada upaya-upaya untuk mengidentifikasi dan
pemetaan potensi pulau-pulau kecil, menyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)
rehabilitasi dan adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, melaksanakan
kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kajian dan
pemetaan risiko dan adaptasi perubahan iklim sektoral/sub-bidang tingkat kabupaten/kota,
menyusun dokumen penataan ruang dan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil berdasarkan hasil kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim dan melakukan pengawasan dan
pengendalian untuk penataan ruang dan zonasi pesisir dan perairan terhadap perubahan iklim.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 49


(5) Klaster Peningkatan Sistem Pendukung Adaptasi Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada upaya meningkatkan riset dan kajian potensi
sumberdaya pesisir, meningkatkan kapasitas penelitian tentang fenomena dan dampak perubahan
iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, mengembangkan sistem peringatan dini bencana
klimatologi dan oseanografi dan penguatan kelembagaan dan koordinasi lintas sektor bidang
mitigasi adaptasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

4.5 Bidang Sistem Pendukung

Strategi adaptasi perubahan iklim di dalam RAN-API diarahkan sesuai lima sasaran sistem pendukung.
Peningkatan kapasitas merupakan salah satu sasaran yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan para
pemangku kepentingan dan masyarakat dalam upaya adaptasi perubahan iklim. Peningkatan kapasitas
secara sederhana juga berkaitan dengan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan dari kapasitas yang
sebelumnya rendah/lemah atau memiliki kerentanan yang tinggi menjadi meningkat/lebih baik/lebih tinggi
terhadap pengetahuan dan keahlian tertentu dan mengurangi faktor-faktor yang dianggap rentan terhadap
perubahan iklim. Program peningkatan kapasitas ini mencakup beberapa tingkatan, yaitu tingkat individu,
tingkat institusi, dan tingkat komunitas. Selain itu, upaya adaptasi perubahan juga iklim tidak akan memperoleh
hasil yang efektif jika tidak diperhitungan mengenai seberapa besar kerentanan dan perkiraan dampak/risiko
yang ditimbulkan. Berbagai penelitian juga perlu dilakukan untuk dapat mengidentifikasi berbagai penyebab
terjadinya perubahan iklim. Penelitian-penelitian lainnya mengarah pada identifikasi strategi adaptasi
bencana perubahan iklim. Untuk itu, diperlukan strategi untuk mengembangkan manajemen pengetahuan
terhadap risiko dan kerentanan terkait perubahan iklim.

Berbagai perubahan dan konsekuensi yang terukur sangat diperlukan untuk dapat melakukan respon dan
adaptasi yang tepat terhadap perubahan iklim. Adaptasi terhadap perubahan iklim juga merupakan salah satu
aspek kunci yang harus menjadi terintegrasi dalam perencanaan pembangunan pada tingkat lokal, regional,
dan nasional. Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan pola pembangunan yang tahan terhadap
dampak perubahan iklim dan gangguan anomali cuaca yang terjadi saat ini dan antisipasi dampaknya ke
depan. Terakhir, upaya pemantauan dan evaluasi bermanfaat bagi untuk memberikan informasi tentang
kemajuan dan pencapaian program, berbagai masalah yang harus diantisipasi, pelajaran yang menarik dan
baik untuk dipelajari, dan sebagainya. Para pemangku kepentingan yang berhubungan dengan program aksi
adaptasi perubahan iklim kemudian akan menganalisis informasi yang dihasilkan dari hasil pemantauan dan
evaluasi ini untuk merumuskan strategi masa depan.

Strategi-strategi tersebut diwujudkan melalui 5 Program Utama (Klaster), yaitu:

(1) Klaster Peningkatan Kapasitas Bagi Pemangku Kepentingan dalam Adaptasi Perubahan Iklim.
Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada upaya melaksanakan pendidikan, penyuluhan, dan
pelatihan tentang adaptasi perubahan iklim; pembentukan forum/jejaring/ aliansi/pokja adaptasi
perubahan iklim; dan peningkatan peran aktif Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan pemangku
kepentingan dalam adaptasi perubahan iklim dan capaian sasaran kebijakan Pemerintah mengenai
perubahan iklim.

(2) Klaster Pengembangan Informasi Iklim yang Handal dan Muktahir. Rencana aksi pada klaster ini
diarahkan pada pembangunan sistem informasi dan tanggap perubahan iklim yang handal dan
mutakhir serta melakukan kajian dan pemetaan risiko dan adaptasi perubahan iklim multi-sektoral
tingkat nasional dan provinsi.

(3) Klaster Peningkatan Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terkait Adaptasi
Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada pengumpulan data dan informasi
melalui penelitian mengenai perubahan iklim, faktor kerentanan dan risiko lingkungan, faktor
kerentanan dan risiko sosial, ekonomi dan geografi dan pengembangan inovasi dan teknologi terkait
perubahan iklim dan adaptasinya.

50 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


(4) Klaster Perencanaan dan Penganggaran serta Peraturan Perundangan yang dapat Merespon
Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada penyusunan dokumen perencanaan
dan penganggaran yang memasukkan faktor kerentanan, risiko, dan adaptasi perubahan iklim.

(5) Klaster Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Adaptasi Perubahan Iklim. Rencana aksi pada klaster ini
diarahkan pada menyusun disain sistem pemantauan dan evaluasi yang akan memberikan informasi
tentang kemajuan dan pencapaian program adaptasi perubahan iklim dan melaksanakan kegiatan
pemantauan dan evaluasi kegiatan adaptasi perubahan iklim.

Secara skematis alur pemikiran RAN-API dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Alur Pemikiran RAN-API

Sasaran Strategi Klaster Rencana Aksi


Penyesuaian dan pengembangan
1.1 Sub-Bidang Ketahanan Pangan sistem usahatani terhadap 1. Penyesuaian Sistem Produksi
Penurunan tingkat kehilangan produksi perubahan iklim Pangan
pangan dan perikanan. Pengembangan dan penerapan
Pengembangan wilayah sumber 2. Perluasan Area Pertanian pangan
teknologi adaptif terhadap dan Budidaya Perikanan
pertumbuhan baru produksi pangan dan cekaman iklim
perikanan darat pada daerah dengan risiko Pengembangan dan optimalisasi 3. Perbaikan dan Pengembangan
iklim rendah dan dampak lingkungan sumberdaya lahan, air dan Sarana dan Prasarana Pertanian
minimum genetik. yang Climate Proof
Pengembangan sistem ketahanan pangan
petani, nelayan dan masyarakat (mikro) 4. Percepatan Difersikasi Pangan
1. Ketahanan Ekonomi

dengan pola pangan yang sehat dan bergizi


serta seimbang, dan diversikasi pangan 5. Pengembangan Teknologi Inovatif
dan Adaptif

6. Pengembangan Sistem Informasi


dan Komunikasi (Iklim dan
Teknologi)

7. Program Pendukung
Perbaikan dan konservasi wilayah 1. Perbaikan dan Konservasi Wilayah
1.2 Sub Bidang Kemandirian Energi tangkapan hujan pada DAS yang Tangkapan Hujan
Pengembangan energi bersumber dari menjadi sumber pembangkit 2. Perluasan Pemanfaatan Sumber
tenaga air (hydropower) dan panas bumi energi tenaga air dan panas bumi Energi Terbarukan
pada daerah dengan risiko iklim rendah Optimalisasi pemanfaatan limbah 3. Pengembangan Teknologi Inovatif
Pengembangan tanaman untuk bioenergi organik dan biomassa serta dan Adaptif untuk Budidaya
(biomassa dan bahan bakar nabati) pengembangan sumber energi Tanaman Sumber Bahan Bakar
Optimalisasi pemanfaatan limbah organik dari bahan bakar nabati (BBN). Nabati dan Hutan Tanaman untuk
untuk produksi energi dan gas, Energi (energy plantation)
Peningkatan pemanfaatan sumber energi 4. Program Pendukung
terbarukan di desa-desa terpencil
Penguatan dan pemutakhiran 1. Identikasi dan Pengendalian
2.1 Sub Bidang Kesehatan informasi kerentanan dan risiko Faktor-Faktor Kerentanan dan
Identikasi dan pengendalian faktor-faktor kesehatan terhadap perubahan Risiko pada Kesehatan Masyarakat
kerentanan dan risiko pada kesehatan iklim, yang dapat Ditimbulkan oleh
Penguatan sistem kewaspadaan dan Pengembangan kebijakan, Perubahan Iklim
pemanfaatan sistem peringatan dini perencanaaan, jejaring, dan kerja 2. Penguatan Sistem Kewaspadaan
terhadap mewabahnya penyakit menular sama antar lembaga di tingkat dan Pemanfaatan Sistem
dan penyakit tidak menular yang lokal, regional dan nasional Peringatan Dini terhadap
diakibatkan perubahan Iklim terkait risiko kesehatan terhadap Mewabahnya Penyakit Menular
Penguatan regulasi, peraturan perubahan iklim dan Penyakit Tidak Menular yang
perundangan, dan kapasitas kelembagaan di Penguatan kapasitas dan Diakibatkan Perubahan Iklim
tingkat pusat dan daerah kewaspadaan dini terkait 3. Penguatan Regulasi, Peraturan
Peningkatan ilmu pengetahuan, inovasi ancaman perubahan iklim Perundangan, dan Kapasitas
teknologi, dan partisipasi masyarakat terhadap kesehatan di tingkat Kelembagaan di Tingkat Pusat dan
masyarakat dan pemerintah. Daerah Terhadap Risiko pada
Kesehatan Masyarakat yang dapat
Ditimbulkan oleh Perubahan Iklim
2. Ketahanan Sistem Kehidupan

4. Peningkatan Ilmu Pengetahuan,


Inovasi Teknologi, dan Partisipasi
Masyarakat Terkait Adaptasi
Kesehatan Terhadap Perubahan
Iklim
Penyediaan fasilitas penunjang 1. Kajian dan Penelitian Mengenai
2.2 Sub-Bidang Permukiman aktivitas kajian dan penelitian Peningkatan Ketahanan
Pelaksanaan kajian dan penelitian mengenai mengenai ketahanan Permukiman yang Adaptif
peningkatan ketahanan permukiman yang permukiman yang adaptif 2. Pembangunan dan Pengelolaan
adaptif terhadap perubahan iklim. terhadap perubahan iklim Permukiman
Pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan Pengembangan struktur 3. Upaya Pemberdayaan Masyarakat
permukiman yang terintegrasi dengan perumahan yang tangguh 4. Akses Perumahan yang Layak dan
penanggulangan dampak perubahan iklim terhadap dampak perubahan Terjangkau
dan pembangunan berkelanjutan.
Pemahaman pemangku kepentingan dan
iklimRENCANA
yang terjangkau
AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)
Diseminasi informasi mengenai
51
masyarakat mengenai permukiman yang permukiman yang tangguh
tangguh terhadap perubahan iklim.
1. K
7. Program Pendukung
Perbaikan dan konservasi wilayah 1. Perbaikan dan Konservasi Wilayah
1.2 Sub Bidang Kemandirian Energi tangkapan hujan pada DAS yang Tangkapan Hujan
Pengembangan energi bersumber dari menjadi sumber pembangkit 2. Perluasan Pemanfaatan Sumber
tenaga air (hydropower) dan panas bumi energi tenaga air dan panas bumi Energi Terbarukan
pada daerah dengan risiko iklim rendah Optimalisasi pemanfaatan limbah 3. Pengembangan Teknologi Inovatif
Pengembangan tanaman untuk bioenergi organik dan biomassa serta dan Adaptif untuk Budidaya
(biomassa dan bahan bakar nabati) pengembangan sumber energi Tanaman Sumber Bahan Bakar
Optimalisasi pemanfaatan limbah organik dari bahan bakar nabati (BBN). Nabati dan Hutan Tanaman untuk
untuk produksi energi dan gas, Energi (energy plantation)
Sasaran sumber energi
Peningkatan pemanfaatan Strategi Klaster
4. Program Rencana Aksi
Pendukung
terbarukan di desa-desa terpencil Penyesuaian dan pengembangan
1.1 Sub-Bidang Ketahanan Pangan Penguatan dan pemutakhiran
sistem usahatani terhadap 1. Penyesuaian
1. Sistem
Identikasi dan Produksi
Pengendalian
2.1 Sub Bidangtingkat
Penurunan Kesehatan
kehilangan produksi informasi kerentanan dan risiko Pangan
Faktor-Faktor Kerentanan dan
perubahan iklim
Identikasi
pangan dandan pengendalian faktor-faktor
perikanan. kesehatan terhadap Risiko pada Kesehatan Masyarakat
Pengembangan dan perubahan
penerapan 2. yang
Perluasan
kerentanan dan wilayah
Pengembangan risiko pada kesehatan
sumber iklim,
teknologi adaptif terhadap dapatArea Pertanianoleh
Ditimbulkan pangan
Penguatan sistem
barukewaspadaan dan dan dan Budidaya
Perubahan Perikanan
Iklim
pertumbuhan produksi pangan Pengembangan
cekaman iklim kebijakan,
pemanfaatan
perikanan sistem
darat padaperingatan
daerah dengandini risiko perencanaaan, jejaring, dan kerja 2. Penguatandan Sistem Kewaspadaan
terhadap mewabahnya penyakit menular Pengembangan dan optimalisasi 3. Perbaikan Pengembangan
iklim rendah dan dampak lingkungan sama antar lembaga
sumberdaya didan
lahan, air tingkat dan Pemanfaatan
Sarana dan Prasarana Sistem
Pertanian
dan penyakit tidak menular yang
minimum lokal, regional dan nasional Peringatan Dini terhadap
genetik. yang Climate Proof
diakibatkan perubahan
Pengembangan Iklim
sistem ketahanan pangan terkait risiko kesehatan terhadap Mewabahnya Penyakit Menular
Penguatan regulasi,
petani, nelayan dan peraturan
masyarakat (mikro) perubahan iklim 4. dan PenyakitDifersikasi
Percepatan Tidak Menular yang
Pangan
1. Ketahanan Ekonomi

perundangan,
dengan dan kapasitas
pola pangan yang sehatkelembagaan
dan bergizidi Penguatan kapasitas dan Diakibatkan Perubahan Iklim
tingkat
serta pusat dandan
seimbang, daerah
diversikasi pangan kewaspadaan dini terkait 5. Pengembangan
3. Penguatan Regulasi, Teknologi Inovatif
Peraturan
Peningkatan ilmu pengetahuan, inovasi ancaman perubahan iklim dan Adaptif dan Kapasitas
Perundangan,
teknologi, dan partisipasi masyarakat terhadap kesehatan di tingkat Kelembagaan di Tingkat Pusat dan
6. Pengembangan Sistem Informasi
masyarakat dan pemerintah. Daerah Terhadap Risiko pada
dan Komunikasi (Iklim dan
Kesehatan Masyarakat yang dapat
Teknologi)
Ditimbulkan oleh Perubahan Iklim
2. Ketahanan Sistem Kehidupan

4. Peningkatan
7. Program Ilmu Pengetahuan,
Pendukung
Perbaikan dan konservasi wilayah 1. Inovasi
PerbaikanTeknologi, dan Partisipasi
dan Konservasi Wilayah
1.2 Sub Bidang Kemandirian Energi tangkapan hujan pada DAS yang Masyarakat
Tangkapan Hujan Terkait Adaptasi
Pengembangan energi bersumber dari menjadi sumber pembangkit Kesehatan Terhadap
2. Perluasan Pemanfaatan Sumber Perubahan
tenaga air (hydropower) dan panas bumi energi tenaga air dan panas bumi Iklim
Energi Terbarukan
pada daerah dengan risiko iklim rendah Penyediaan
Optimalisasifasilitas penunjang
pemanfaatan limbah 1.3. Kajian dan Penelitian
Pengembangan Mengenai
Teknologi Inovatif
2.2 Sub-Bidang Permukiman
Pengembangan tanaman untuk bioenergi aktivitas kajian dan penelitian Peningkatan Ketahanan
organik dan biomassa serta dan Adaptif untuk Budidaya
Pelaksanaan
(biomassa dan kajian
bahan dan penelitian
bakar nabati)mengenai mengenai ketahanan Permukiman yang Bahan
AdaptifBakar
pengembangan sumber energi Tanaman Sumber
peningkatan pemanfaatan
Optimalisasi ketahanan permukiman yang
limbah organik permukiman yangnabati
adaptif 2. Nabati
Pembangunan danTanaman
Pengelolaan
dari bahan bakar (BBN). dan Hutan untuk
adaptifproduksi
untuk terhadapenergi
perubahan
dan gas,iklim. terhadap perubahan iklim Permukiman
Energi (energy plantation)
Pelaksanaan pembangunansumber
Peningkatan pemanfaatan dan pengelolaan
energi Pengembangan struktur 3.4. Program
Upaya Pemberdayaan
Pendukung Masyarakat
permukimandiyang
terbarukan terintegrasi
desa-desa dengan
terpencil perumahan yang tangguh 4. Akses Perumahan yang Layak dan
penanggulangan dampak perubahan iklim terhadap dampak
Penguatan perubahan
dan pemutakhiran 1. Terjangkau
Identikasi dan Pengendalian
2.1dan
Subpembangunan
Bidang Kesehatan berkelanjutan. iklim yangkerentanan
informasi terjangkau dan risiko Faktor-Faktor Kerentanan dan
Pemahaman
Identikasi dan pemangku kepentingan
pengendalian dan
faktor-faktor Diseminasi informasiperubahan
kesehatan terhadap mengenai Risiko pada Kesehatan Masyarakat
masyarakat dan
kerentanan mengenai permukiman
risiko pada kesehatanyang permukiman
iklim, yang tangguh yang dapat Ditimbulkan oleh
tangguh
Penguatan terhadap perubahan iklim.
sistem kewaspadaan dan terhadap
Pengembangandampak perubahan
kebijakan, Perubahan Iklim
Peningkatan
pemanfaatanakses sistemterhadap
peringatan perumahan
dini iklim kepada pemerintah
perencanaaan, jejaring, dan padakerja 2. Penguatan Sistem Kewaspadaan
yang layakmewabahnya
terhadap dan terjangkau penyakit menular berbagai
sama antar tingkatan
lembaga di tingkat dan Pemanfaatan Sistem
dan penyakit tidak menular yang Penyusunan
lokal, regional program aksi
dan nasional Peringatan Dini terhadap
diakibatkan perubahan Iklim adaptasi perubahan
terkait risiko kesehataniklim sub
terhadap Mewabahnya Penyakit Menular
Penguatan regulasi, peraturan bidang
perubahanpermukiman
iklim mengacu dan Penyakit Tidak Menular yang
perundangan, dan kapasitas kelembagaan di pada kebutuhan
Penguatan sub bidang
kapasitas dan Diakibatkan Perubahan Iklim
tingkat pusat dan daerah permukiman
kewaspadaandalam menghadapi
dini terkait 3. Penguatan Regulasi, Peraturan
Peningkatan ilmu pengetahuan, inovasi dampak
ancamanperubahan
perubahaniklim.iklim Perundangan, dan Kapasitas
teknologi, dan partisipasi masyarakat Kelembagaan dipengembangan
Tingkat Pusat dan
Penyesuaian
terhadap kesehatan
Penyesuaian baikdari distruktur,
dari tingkat 1. Penelitian
1. Penelitian dandanpengembangan konsep
2.3 Sub
SubBidang
BidangInfrastruktur
Infrastruktur baik struktur,
2.3 masyarakat desain
komponen, dan pemerintah.
maupun lokasi Daerah ketahanan
konsep Terhadap Risiko pada
infrastruktur
komponen, desain maupun lokasi ketahanan infrastruktur
Pengembangan
Pengembangankonsep konsep ketahanan
ketahanan infrastruktur infrastrukturyang
infrastruktur yangtangguh
tangguh terhadap
2. Kesehatan
Pengembangan Masyarakat
Prasarana
2. Pengembangan Prasarana yang
yang dapat
yang
infrastruktur yang adaptif
iklimperubahan iklim Ditimbulkan oleh Perubahan Iklim
2. Ketahanan Sistem Kehidupan

yang adaptif perubahan perubahan iklim. Adaptif Terhadap Perubahan Iklim


4. Peningkatan Ilmu Pengetahuan,
Pengembangan prasarana yang adaptif Perbaikan infrastruktur eksisting 3. Pengurangan Risiko Terganggunya
Inovasi Teknologi, dan Partisipasi
terhadap perubahan iklim yang rentan terhadap perubahan Fungsi Aksesibilitas Transportasi
Masyarakat Terkait Adaptasi pada
Penyediaan dan penyesuaian infrastruktur yang iklim baik dari segi struktur, fungsi Jalan, Jembatan,
Kesehatan Perkeretaapian,
Terhadap Perubahan
berdampak langsung pada kesehatan maupun lokasinya. Pelabuhan,
Iklim dan Bandara Akibat
masyarakat dan tangguh terhadap perubahan Fasilitasi aktivitas kajian dan
Penyediaan fasilitas penunjang 1. Dampak
Kajian dan Penelitian
Perubahan IklimMengenai
2.2iklim
Sub-Bidang Permukiman penelitian mengenai konsep PeningkatanPenyediaan,
Ketahanan dan
aktivitas kajian dan penelitian 4. Peningkatan,
Pengelolaan
Pelaksanaantata
kajian
letakdan penelitian
infrastrukur mengenai
yang ketahanan infrastruktur terhadap PermukimanInfrastruktur
yang Adaptif
mengenai ketahanan Penyesuaian yang
peningkatan
terintegrasi ketahanan
dengan permukiman
penataan yang
ruang dalam perubahan iklim 2. Berdampak
Pembangunan dan Pengelolaan
permukiman yang adaptif Langsung pada Kesehatan
adaptif terhadap
pembangunan perubahan iklim.
berkelanjutan terhadap perubahan iklim Permukiman
Masyarakat dan Tangguh terhadap
Pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan Pengembangan struktur 3. Perubahan
Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Iklim
permukiman yang terintegrasi dengan perumahan yang tangguh 4. Akses Perumahan yang Layak dan
5. Integrasi terhadap Pembangunan
penanggulangan dampak perubahan iklim terhadap dampak perubahan Terjangkau
Berkelanjutan
dan pembangunan berkelanjutan. iklim yang terjangkau 6. Peningkatan Sistem Pendukung
Pemahaman pemangku kepentingan dan Diseminasi informasi mengenai Infrastruktur Adaptasi Perubahan
masyarakat mengenai permukiman yang permukiman yang tangguh Iklim
tangguh terhadap perubahan iklim. terhadap dampak perubahan 7. Perancangan, Penyediaan dan
Peningkatan akses terhadap perumahan iklim kepada pemerintah pada Pengelolaan Infrastruktur Energi
yang layak dan terjangkau berbagai tingkatan sehingga Adaptif Terhadap Perubahan
Penyusunan program aksi Iklim
3. Bidang Ketahanan Ekosistem adaptasi perubahan
Pengamanan iklim sub
ketersediaan air 1. Perbaikan / Penyempurnaan Tata
bidang
dan permukiman
perlindungan mengacu
terhadap iklim Ruang dan Tataguna Lahan
Penurunan luas kerusakan ekosistem alami pada kebutuhan
ekstrim (Securingsub bidang
Water 2. Pengelolaan dan Pemanfaatan
darat dan laut akibat perubahan iklim. permukiman dalam menghadapi
3. Ketahanan Ekosistem

Availability and Protecting from Kawasan Produktif secara Lestari


dampak perubahan
Extreme Weather), iklim.
Peningkatan kuantitas & kualitas terumbu 3.1. Peningkatan Tata Kelola Kawasan
2.3karang
Sub Bidang Infrastruktur
& tutupan hutan pada wilayah DAS Pencegahan
Penyesuaiankehilangan
baik dari struktur, Penelitian dan
Konservasi
pengembangan
dan Ekosistem Esensial
komponen,dan
ekosistem desain maupun lokasi
keanekaragaman konsep ketahanan infrastruktur
prioritas;
Pengembangan konsep ketahanan infrastruktur yang tangguh and 4.2. Rehabilitasi
Pengembangan Ekosistem
Prasaranayangyang
hayati (Avoiding Ecosystem
infrastruktur yang adaptif perubahan iklim Terdegradasi
Penurunan tingkat keterancaman spesies- Biodiversity Loss) dan
spesies kunci akibat perubahan iklim; Penjagaan keberlanjutan 5. Pengurangan Ancaman Terhadap
ketersediaan air dan konservasi Ekosistem
Pengembangan sistem Ketahanan
ekosistem serta keanekaragaman 6. Pengembangan Sistem Informasi
ekosistem; hayati (Sustainable Water Supply dan Komunikasi
and Conservation of Ecosystem 7. Program Pendukung
and Biodiversity).
Penyesuaian rencana tata ruang 1. Pengintegrasian Upaya Adaptasi
52 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI
4.1 Sub Bidang PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)
Perkotaan. kawasan perkotaan terhadap 2. Perubahan Iklim ke dalam Rencana
Pengintegrasian upaya adaptasi ke dalam ancaman perubahan iklim Tata Ruang Perkotaan
rencana tata ruang perkotaan; Pengelolaan lingkungan kawasan 3. Penyesuaian Infrastruktur dan
perubahan iklim Penyesuaian Infrastruktur yang
terintegrasi dengan penataan ruang dalam Berdampak Langsung pada Kesehatan
pembangunan berkelanjutan Masyarakat dan Tangguh terhadap
Perubahan Iklim
5. Integrasi terhadap Pembangunan
Berkelanjutan
6. Peningkatan Sistem Pendukung
Infrastruktur Adaptasi Perubahan
Iklim
7. Perancangan, Penyediaan dan
Pengelolaan Infrastruktur Energi
Sasaran Strategi Klaster
sehingga Rencana
Adaptif Terhadap Aksi
Perubahan
Penyesuaian dan pengembangan Iklim
1.1 Sub-Bidang
3. Bidang Ketahanan
Ketahanan Pangan
Ekosistem sistem
Pengamanan
usahatani ketersediaan
terhadap air 1.1. Penyesuaian Sistem Produksi Tata
Perbaikan / Penyempurnaan
Penurunan tingkat kehilangan produksi dan perlindungan
perubahan iklim terhadap iklim Pangan
Ruang dan Tataguna Lahan
pangan
Penurunan
danluas kerusakan ekosistem alami
perikanan. ekstrim (Securingdan Water 2.2. Perluasan
Pengelolaan danPertanian
Pemanfaatan
Pengembangan penerapan Area pangan
darat dan laut akibat
Pengembangan perubahan
wilayah sumber iklim.
3. Ketahanan Ekosistem
Availability
teknologi and Protecting
adaptif terhadap from Kawasan Produktif secara Lestari
pertumbuhan baru produksi pangan dan dan Budidaya Perikanan
Extreme Weather),
cekaman iklim
perikanan
Peningkatan kuantitas
darat & kualitas
pada daerah terumbu
dengan risiko
3. Peningkatan Tata Kelola Kawasan
karang & tutupan hutan pada wilayah DAS Pengembangan
Pencegahan kehilangan
dan optimalisasi 3. Perbaikan
Konservasidan
danPengembangan
Ekosistem Esensial
iklim rendah dan dampak lingkungan ekosistem dan
sumberdaya keanekaragaman
lahan, air dan Sarana dan Prasarana Pertanian
prioritas;
minimum 4. Rehabilitasi Ekosistem yang
hayati (Avoiding Ecosystem and
genetik. yang Climate Proof
Pengembangan sistem ketahanan pangan Biodiversity Loss) dan Terdegradasi
Penurunan tingkat keterancaman spesies-
petani, nelayan dan masyarakat (mikro)
spesies kunci akibat perubahan iklim; Penjagaan keberlanjutan 5.4. Percepatan
Pengurangan Difersikasi Pangan
Ancaman Terhadap
1. Ketahanan Ekonomi

dengan pola pangan yang sehat dan bergizi ketersediaan air dan konservasi Ekosistem
serta seimbang, sistem
dan diversikasi 5. Pengembangan Teknologi Inovatif
Pengembangan Ketahananpangan ekosistem serta keanekaragaman 6. dan
Pengembangan
Adaptif Sistem Informasi
ekosistem; hayati (Sustainable Water Supply dan Komunikasi
and Conservation of Ecosystem 7.6. Pengembangan
Program Pendukung Sistem Informasi
and Biodiversity). dan Komunikasi (Iklim dan
Penyesuaian rencana tata ruang 1. Teknologi)
Pengintegrasian Upaya Adaptasi
4.1 Sub Bidang Perkotaan. kawasan perkotaan terhadap 2. Perubahan Iklim ke dalam Rencana
Pengintegrasian upaya adaptasi ke dalam ancaman perubahan iklim 7. Program
Tata RuangPendukung
Perkotaan
rencana tata ruang perkotaan; Perbaikan
Pengelolaan dan konservasikawasan
lingkungan wilayah 1.
3. Perbaikan
Penyesuaian danInfrastruktur
Konservasi Wilayah
dan
1.2 Sub Bidang Kemandirian Energi
Penyesuaian infrastruktur dan fasilitas tangkapan hujan pada
perkotaan secara DAS yang
berkelanjutan 4. Tangkapan Hujan untuk
Fasilitas Perkotaan
Pengembangan energi bersumber dari 2. Perluasan Pemanfaatan
perkotaan untuk mengantisipasi ancaman menjadi sumber
Peningkatan pembangkit
kualitas infrastruktur Mengantisipasi AncamanSumber
tenaga air (hydropower) dan panas bumi energi tenagadiair dan panas bumi Energi Terbarukan
perubahan iklim; dan fasilitas kawasan Perubahan Iklim
pada daerah dengan risiko iklim rendah 3.
Optimalisasi pemanfaatan limbah 5. Pengembangan Teknologi
Peningkatan Kapasitas Inovatif
Masyarakat
Pengembangan
Peningkatan Kapasitas
tanaman Masyarakat
untuk bioenergi perkotaan
dan AdaptifTerkait
untuk Isu
Budidaya
Perkotaan dan
(biomassa terkait Isu Ancaman
bahan Perubahan
bakar nabati) organik dan biomassa
Peningkatan kapasitasserta Perkotaan Ancaman
pengembangan sumberdalam
energi Tanaman
Perubahan Sumber
Iklim Bahan Bakar
Iklim.
Optimalisasi pemanfaatan limbah organik masyarakat perkotaan
dari bahan bakar nabatiperubahan
(BBN). Nabati dan Hutan Tanaman untuk
untuk produksi energi dan gas, menghadapi ancaman
Energi (energy plantation)
Peningkatan pemanfaatan sumber energi iklim
4. Program Pendukung
terbarukan di desa-desa terpencil Pengembangan dan optimalisasi
riset dan sistem informasi
Penguatan dan pemutakhiran 1. Identikasi dan Pengendalian
4. Ketahanan Wilayah Khusus

2.1 Sub Bidang Kesehatan tentang perubahan iklim di


informasi kerentanan dan risiko Faktor-Faktor Kerentanan dan
Identikasi dan pengendalian faktor-faktor kawasan perkotaan
kesehatan terhadap perubahan Risiko pada Kesehatan Masyarakat
kerentanan dan risiko pada kesehatan iklim,
Stabilitas kehidupan masyarakat
4.2 Sub Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 1. yang dapat Ditimbulkan
Peningkatan Kapasitas oleh
Kehidupan
Penguatan sistem kewaspadaan dan pesisir dan pulau-pulau kecil Perubahan
pemanfaatan
Peningkatan kapasitas kehidupandini
Pengembangan kebijakan, MasyarakatIklim Pesisir dan Pulau-
sistem peringatan terhadap ancaman perubahan 2. Penguatan
masyarakat pesisir dan pulau-pulau;
perencanaaan, jejaring, dan kerja Pulau KecilSistem Kewaspadaan
Terkait dengan Isu
terhadap mewabahnya penyakit menular iklim antar lembaga di tingkat dan Pemanfaatan
dan
Pengelolaan
sama Perubahan Iklim Sistem
penyakit dan
tidakpendayagunaan
menular yang lingkungan lokal,
Peningkatan
regionalkualitas lingkungan
dan nasional Peringatan Dini terhadap
dan ekosistem
diakibatkan untuk adaptasi;
perubahan Iklim wilayahrisiko
pesisir dan pulau-pulau 2. Mewabahnya
Pengelolaan Penyakit Menular
dan Pendayagunaan
terkait kesehatan terhadap
Penguatan
Penerapan regulasi,
tindakanperaturan
adaptasi struktural dan kecil
perubahan iklim dan Penyakit dan
Lingkungan TidakEkosistem
Menular yang untuk
non struktural;dan kapasitas kelembagaan di
perundangan, Penguatan
Pelaksanaan pembangunan
kapasitas dan Diakibatkan Perubahan
Adaptasi Perubahan Iklim
Iklim
tingkat pusat danupaya
Pengintegrasian daerah
adaptasi perubahan struktur adaptasi
kewaspadaan diniditerkait
wilayah 3. Penguatan Regulasi, Peraturan
Peningkatan
iklim ke dalamilmu pengetahuan,
rencana inovasi
pengelolaan wilayah pesisir dan
ancaman pulau-pulau
perubahan kecil
iklim 3. Perundangan,
Penerapan dan Tindakan
Kapasitas Adaptasi
teknologi,
pesisir dandan partisipasikecil;
pulau-pulau masyarakat Struktural dan
Kelembagaan Non Pusat
di Tingkat Struktural
dan
terhadap
Penyesuaiankesehatan
rencanaditatatingkat
untuk Terhadap
Mengantisipasi Ancaman
Peningkatan sistem pendukung adaptasi masyarakat dan pemerintah.
kawasan perkotaan terhadap Daerah Risiko pada
perubahan iklim di wilayah pesisir dan Perubahan Iklim
Kesehatan Masyarakat yang dapat
ancaman perubahan iklim
pulau-pulau kecil; Ditimbulkan oleh Perubahan Iklim
2. Ketahanan Sistem Kehidupan

Pengembangan dan optimalisasi 4. Pengintegrasian Upaya Adaptasi ke


4. Peningkatan Ilmu Pengetahuan,
riset dan sistem informasi dalam Rencana Pengelolaan
Inovasi Teknologi, dan Partisipasi
tentang perubahan iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Masyarakat Terkait Adaptasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau Kecil
Kesehatan Terhadap Perubahan
kecil
5. Iklim
Peningkatan Sistem Pendukung
Penyediaan fasilitas penunjang 1. Kajian dan Penelitian
Adaptasi Perubahan Mengenai
Iklim di
2.2 Sub-Bidang Permukiman aktivitas kajian dan penelitian Peningkatan Ketahanan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Pelaksanaan kajian dan penelitian mengenai mengenai ketahanan Permukiman
Kecil yang Adaptif
peningkatan
5. Bidang Sistemketahanan
Pendukung permukiman yang permukiman yang adaptif 2.1. Pembangunan dan Pengelolaan
Peningkatan Kapasitas Bagi
adaptif terhadap perubahan iklim. terhadap perubahan iklim Permukiman
Berfungsinya sistem pendukung adaptasi Pemangku Kepentingan dalam
Pelaksanaan
yang efektif; pembangunan
sistem pendukungdan ini
pengelolaan Pengembangan struktur 3. Upaya Pemberdayaan
Adaptasi Perubahan IklimMasyarakat
permukiman yang terintegrasi dengan perumahan yang tangguh 4.2. Akses Perumahan yang Layak dan
5. Sistem Pendukung

mencakup: peningikatan kapasitas, Pengembangan Informasi Iklim


penanggulangan dampak
informasi iklim, risert, perubahan iklim
perencanaan, terhadap dampak perubahan Terjangkau
yang Handal dan Mutakhir
dan pembangunan
penganggaran; berkelanjutan.
monitoring dan evaluasi. iklim yang terjangkau 3. Peningkatan Riset dan
Pemahaman pemangku
Adanya mekanisme kepentingan
koordinasi dan
yang mampu Diseminasi informasi mengenai Pengembangan Ilmu Pengetahuan
masyarakat mengenai permukiman
mensinergikan upaya-upaya adaptasi yang
antar permukiman yang tangguh dan Teknologi Terkait Adaptasi
tangguh terhadap
K/L dan antar pusatperubahan iklim.
dengan daerah. terhadap dampak perubahan Perubahan Iklim
Peningkatan akses terhadap perumahan iklim kepada pemerintah pada 4. Perencanaan dan Pengangaran
yang layak dan terjangkau berbagai tingkatan serta Peraturan Perundangan yang
Penyusunan program aksi dapat Merespon Perubahan Iklim
adaptasi perubahan iklim sub 5. Pemantauan dan Evaluasi
bidang permukiman mengacu Kegiatan Adaptasi Perubahan Iklim
pada kebutuhan sub bidang
permukiman dalam menghadapi
dampak perubahan iklim.
Penyesuaian baik dari struktur, 1. Penelitian dan pengembangan
2.3 Sub Bidang Infrastruktur komponen, desain maupun lokasi konsep ketahanan infrastruktur
Pengembangan konsep ketahanan infrastruktur yang tangguh 2. Pengembangan Prasarana yang
infrastruktur yang adaptif perubahan iklim

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 53


54 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)
bab 5
MEKANISME
PELAKSANAAN
Bab 5
Mekanisme Pelaksanaan
5.1 Mekanisme Koordinasi

Penyusunan dokumen RAN-API diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antar kementerian/lembaga


terkait dan juga pelibatan pemangku kepentingan lainnya baik swasta, lembaga swadaya masyarakat, lembaga
kerjasama internasional, universitas dan lembaga penelitian. Dalam rangka memudahkan koordinasi dalam
penanganan perubahan iklim baik mitigasi maupun adaptasi dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pencapaian perencanaan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, Menteri PPN/Kepala Bappenas
telah mengeluarkan SK Menteri PPN/ Kepala Bappenas No Kep.38/M.PPN/HK/03/2012 tentang pembentukan
Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim. Berdasarkan mandat dan komposisi keanggotaannya, tim
koordinasi ini memiliki peran yang penting dalam melakukan koordinasi lintas kementerian/lembaga di
tingkat pusat.

Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim terdiri atas Tim Pengarah dan 6 (enam) Kelompok Kerja, yaitu:

(1) Bidang Pertanian;

(2) Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut;

(3) Bidang Energi, Transportasi dan Industri;

(4) Bidang Pengelolaan Limbah;

(5) Bidang Pendukung lainnya dan Lintas Bidang; dan

(6) Bidang Adaptasi

PENANGGUNG JAWAB
Menteri PPN/Kepala Bappenas

TIM PENGARAH
Ketua
Sekretaris

Pokja I : Pertanian
Pokja II : Kehutanan dan Lahan Gambut
Pokja III : Energi, Transportasi dan Industri
Pokja IV : Limbah
Pokja V : Pendukung dan Lintas Sektor

Pokja VI : Adaptasi

Gambar 5.1 Struktur Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim

Tim Pengarah terdiri dari pejabat eselon I pada Kementerian/Lembaga memiliki tugas:

1. Memberikan arahan umum terhadap pelaksanaan tugas-tugas kelompok kerja,

2. Menetapkan rekomendasi kebijakan/strategi penanganan perubahan iklim (mitigasi dan adaptasi)


dengan mengacu pada RAN-GRK dan RAN-API serta

3. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan program/kegiatan mitigasi dan adaptasi.

56 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Kelompok Kerja (Pokja VI) Bidang Adaptasi merupakan salah satu kelompok kerja yang dibentuk dengan
tugas sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan program adaptasi perubahan iklim;

2. Mensinkronkan rencana kerja masing-masing K/L;

3. Menyusun Rencana Aksi Nasional untuk Adaptasi Perubahan Iklim;

4. Menyusun laporan semesteran dan tahunan Kelompok Kerja, dan menyampaikan laporan
pelaksanaan program dan kegiatan kepada Ketua Tim Pengarah Penanganan Perubahan Iklim;

5. Melaksanakan tugas lainnya yang terkait sesuai arahan Ketua Tim Pengarah Penanganan Perubahan
Iklim.

Sesuai dengan lingkup tugasnya, penyusunan dan pelaksanaan RAN-API menjadi tugas dari Pokja
Bidang Adaptasi termasuk koordinasi pelaksanaan program adaptasi dan sinkronisasi di masing-masing
kementerian/lembaga. Untuk itu penyusunan dan pelaksanaan dari RAN-API ini akan dikoordinasikan melalui
Pokja Adaptasi di bawah kendali Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim yang dikoordinasikan oleh
Kementerian PPN/Bappenas.

Dalam pelaksanaan RAN-API ini nantinya masih perlu diatur peran institusi di luar Pokja Adaptasi dan Tim
Koordinasi Penanggulangan Perubahan Iklim utamanya untuk kaitannya dengan aksi adaptasi di daerah.
Untuk itu, pembagian tugas RAN-API adalah sebagai berikut:

1. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengkoordinasikan pelaksanaan dan pemantauan


RAN-API dengan melibatkan para Menteri dan Gubernur yang terkait dengan upaya adaptasi
perubahan iklim, serta melaporkan pelaksanaan RAN-API yang terintegrasi kepada Presiden paling
sedikit 1 tahun sekali

2. Menteri PPN/Kepala Bappenas bertugas mengkoordinasikan evaluasi dan kaji ulang RAN-API yang
terintegrasi, serta menyusun pedoman penyusunan RAD-API.

3. Menteri Dalam Negeri bertugas memfasilitasi penyusunan RAD-API bersama Menteri PPN/Kepala
Bappenas dan Menteri Lingkungan Hidup.

4. Kementerian/Lembaga lainnya sesuai tupoksi masing-masing bertugas untuk menjalankan RAN-API


sehingga dapat diukur, dilaporkan, diverifikasi, baik dengan pendanaan sendiri maupun kerjasama
dengan dunia internasional, serta melakukan pemantauan pelaksanaan RAN-API dan melaporkan
hasilnya secara berkala kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas.

5. Pemerintah Provinsi diharapkan menyusun Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-
API) yang mengacu pada RAN-API dan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah berdasarkan
kemampuan APBD dan masyarakat.

6. Gubernur menyampaikan RAD-API kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri PPN/Kepala Bappenas
untuk diintegrasikan dalam upaya adaptasi nasional.

Pemerintah Daerah memiliki peran penting dalam pelaksanaan adaptasi sesuai dengan kondisi wilayah dan
tingkat kerentanan yang dimilikinya. Pada dasarnya dampak langsung perubahan iklim terjadi pada skala
lokal sehingga tindakan adaptasi dilakukan pada tingkatan dan kondisi lokal setempat. Untuk menghasilkan
upaya adaptasi yang efektif diperlukan upaya menyeluruh pada berbagai tingkatan pemerintah, dipandu dan
didukung dengan adanya strategi dan kebijakan adaptasi di tingkat pusat.

Penyusunan dan pelaksanaan RAN-API dan RAD-API perlu memperhatikan pembagian kewenangan dan
urusan pemerintahan pada bidang yang terkait dengan adaptasi perubahan iklim. Pengaturan kewenangan

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 57


pemerintahan baik nasional, provinsi, kabupaten/kota mengacu pada UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No.
38 Tahun 2007. Penyusunan program dan rencana aksi adaptasi dalam beberapa bidang/sektor perlu
diselaraskan dengan pengaturan kewenangan sebagaimana diatur dalam PP No. 38 Tahun 2007.

Dokumen strategi dan rencana aksi yang dihasilkan Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) harus
terintegrasi dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah, dalam hal ini RPJMD dan RTRW Provinsi/
Kabupaten/Kota. Selain itu dokumen strategi dan rencana aksi berisikan program dan kegiatan prioritas per
bidang dan terkait erat dengan Rencana Strategis masing-masing SKPD terkait.

Berdasarkan uraian di atas, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam rangka integrasi RAN-API
dan strategi/rencana aksi API daerah adalah sebagai berikut ini:

Memperhatikan keterkaitannya dengan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API);

Mengintegrasikan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi , Kabupaten dan
Kota di semua proses penyusunan;

Mengintegrasikan dalam penyusunan RPJMN/D di semua proses penyusunannya, yaitu dari


Rancangan Awal RPJMN/D, kemudian Rancangan RPJMN/D, dan Rancangan Akhir RPJMN/D;

Memasukan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Daerah.

Pada dasarnya upaya implementasi dari RAN-API mempunyai lokus tertentu, sehingga peran daerah sangat
penting. Selain adanya ruang lingkup yang merupakan kewenangan pusat/nasional, ada juga ruang lingkup
yang bersifat campuran maupun daerah. Pembagian ruang lingkup kewenangan ini akan memberikan
kejelasan akan kepemilikan dan implementasi dari program API.

5.2 Mekanisme Pendanaan Adaptasi

Sampai saat ini belum ada kebijakan pendanaan adaptasi perubahan iklim yang secara khusus dikembangkan
untuk mendukung pelaksanaan rencana aksi adaptasi di Indonesia. Kebijakan pendanaan terkait adaptasi
perubahan iklim merupakan bagian dari kebijakan pembiayaan pembangunan secara menyeluruh yang
didasarkan pada rencana pembangunan tahunan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Di dalam perencanaan jangka menengah, isu perubahan iklim telah mendapatkan prioritas pendanaan
melalui mekanisme APBN. Selain itu, kebijakan pendanaan perubahan iklim tidak hanya berasal dari sumber
pendanaan domestik, namun dikembangkan dari berbagai sumber pendanaan lain termasuk kerjasama
internasional dan sektor swasta. Berbagai program adaptasi perubahan iklim selama ini banyak didukung
oleh pendanaan yang berasal dari kerjasama internasional, baik dalam bentuk peningkatan kapasitas
maupun pembiayaan proyek percontohan.

5.2.1 Sumber Pendanaan Domestik

Pendanaan dalam negeri yang menjadi prioritas utama dalam pendanaan RAN-API bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan RPJMN 2010-2014 dan RKP tahun berjalan. Sumber
pendanaan dalam negeri lainnya, seperti APBD, hutang pemerintah, investasi swasta (perbankan dan non-
perbankan), dan corporate social responsibility (CSR).

Sumber pendanaan terkait APBN dapat berupa rupiah murni maupun PHLN (pinjaman dan hibah luar negeri).
Pinjaman luar negeri mengikuti mekanisme yang telah diatur di dalam peraturan yang sama seperti dalam
pengelolaan hibah luar negeri. Hibah luar negeri merupakan sumber pendanaan yang memiliki risiko relatif
rendah. Hibah dalam negeri dapat menjadi sumber dana yang berpotensi untuk menangani perubahan
iklim ini. Hibah dalam negeri yang dikelola pemerintah dapat mengikuti mekanisme yang selaras dengan

58 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


hibah dari luar negeri. Karena sifatnya hibah, pengaturan tersebut diharapkan tidak memberikan terlalu
banyak hambatan kepada pemberi hibah dalam penyalurannya. Sumber dana dari APBN pada umumnya
akan disalurkan melalui Kementerian/Lembaga pemerintah, pemerintah pusat, maupun BUMN dengan
mekanisme yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, sumber dana dari APBN dapat disalurkan kembali
kepada pihak swasta dengan mekanisme tertentu sesuai dengan jenis sumber dananya.

Pengaturan pengelolaan hibah yang diterima dari luar negeri diatur di dalam Peraturan Pemerintah No.
2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah Luar Negeri serta Penerusan
PHLN dan Peraturan Menteri No. 05/2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta
Penilaian Kegiatan yang dibiayai dari PHLN.

ICCTF adalah institusi Dana Perwalian Perubahan iklim yang ditujukan untuk menampung dana hibah, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Pendanaan kegiatan melalui ICCTF akan lebih dapat ditonjolkan aspek
insentif karena dana hanya diberikan kepada pengusul yang lulus seleksi. Selain itu, ICCTF tidak terikat tahun
anggaran, dimana kegiatan dapat dimulai kapan saja asalkan mendapat pesetujuan dari Steering Committee
dan diimplementasikan dalam kurun waktu sesuai dengan proposal. Sistem monitoring dan evaluasi
ICCTF sudah sangat komprehensif.

Beberapa sumber dana swasta dalam negeri diantaranya adalah perbankan, non-bank, Corporate Social
Responsibility (CSR), Public Private Partnership (PPP), dan asuransi. Sumber dana swasta dalam negeri
dapat diidentifikasi untuk mendukung sumber pendanaan yang berasal dari pemerintah. Perbankan
dapat dimobilisasi untuk membiayai investasi swasta dengan financial returns yang menguntungkan. Dana
perbankan yang dapat dimobilisasi dapat berupa perbankan umum maupun perbankan syariah. Untuk itu,
perlu diterapkan kebijakan pemerintah yang memberikan insentif bagi lembaga perbankan yang memberikan
pinjaman lunak kepada industri yang menerapkan teknologi hijau atau mendukung penurunan emisi gas
rumah kaca. Dalam hal ini, koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia diperlukan dalam menyusun
kebijakan strategis perbankan.

Non-perbankan terdiri dari sumber dana dari pasar modal dalam negeri, asuransi, lembaga pembiayaan,
maupun lembaga pensiun. Kriteria kegiatan yang dapat dibiayai relatif sama dengan kegiatan yang dibiayai
oleh perbankan, yaitu memiliki financial returns yang tinggi. Sama halnya dengan lembaga perbankan, perlu
ada koordinasi pihak terkait untuk menerapkan kebijakan insentif yang tepat bagi penggunaan sumber dana
dari lembaga non-bank untuk menerapkan teknologi hijau.

Selain itu, potensi investasi swasta juga dapat dimanfaatkan melalui kebijakan insentif pada pihak yang
mendukung upaya mitigasi. Insentif dapat diberikan pada penggunaan energi yang efisien dengan emisi
karbon yang rendah, tetapi seringkali memerlukan pendanaan yang tidak sedikit karena adanya kebutuhan
teknologi rendah karbon. Potensi swasta yang dapat memanfaatkan pasar karbon di sektor kehutanan juga
mulai terbuka walaupun masih bersifat sukarela.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sukarela badan usaha untuk memberikan
kontribusi positif kepada masyarakat sekitarnya. Karena sifatnya sukarela, pemerintah dapat memberikan
arahan agar penggunaan CSR dapat difokuskan kepada memberikan bantuan dalam menangani dampak
perubahan iklim. Sampai saat ini, potensi CSR diperkirakan akan besar karena lebih banyak badan usaha
yang tertarik untuk melaksanakan CSR di bidang lingkungan.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 59


5.2.2 Sumber Pendanaan Internasional

Sumber dana dari berbagai lembaga internasional cukup tersedia secara luas dan dapat digunakan baik
oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Pemakaian sumber ini sangat bergantung kepada mekanisme
pengusulan yang berlaku pada masing-masing institusi penyedia dana. Terkait perubahan iklim, mekanisme
UNFCCC membuka akses bagi negara-negara berkembang untuk mendapatkan dana dari negara-negara
maju. Global Environment Facility (GEF) ditunjuk sebagai lembaga yang mengelola dana tersebut dan
menyalurkannya melalui badan multilateral (Bank Dunia, UNDP, dan lain-lain) yang bertindak sebagai trustee.

Dalam konteks negosiasi UNFCCC, sejak COP 13 di Bali upaya mitigasi perubahan iklim telah memasukkan
inisiatif Reducing Emission from Deforestation and Degradation (REDD) yang selanjutnya telah berkembang
menjadi REDD+. Negosiasi ini telah membuka jalan bagi tersedianya dukungan pendanaan internasional
bagi inisiatif REDD+ dan melahirkan kesempatan bagi negara-negara berkembang untuk mengambil peluang
pendanaan internasional tersebut, termasuk Indonesia. Namun ada beberapa prakondisi yang harus
dipenuhi untuk hal ini, di antaranya kondisi yang mendukung investasi dan mekanisme berbasis kinerja yang
efektif.

Terkait dengan Copenhagen Accord, diharapkan tersedia dana sekitar USD 30 Miliar hingga 2012 dan USD 100
Miliar sampai tahun 2020 yang dapat digunakan untuk dana adaptasi, mitigasi, serta mekanisme dukungan
transfer teknologi dan REDD+. Walaupun Copenhagen Accord ini juga tidak mengikat, potensi pendanaan
ini dapat dijajaki. Ke depan, di dunia internasional diperkirakan akan ada beberapa mekanisme dan institusi
baru untuk mendanai aksi mitigasi perubahan iklim.

Mekanisme pendanaan melalui UNFCCC yang baru masih belum ditetapkan. Meskipun dalam Copenhagen
Accord dinyatakan akan adanya Copenhagen Green Climate Fund, belum ada kesepakatan mengenai bentuk,
mekanisme penyaluran, kriteria penerimaan dan sebagainya.

Mekanisme pendanaan internasional yang lain adalah: Adaptation Fund, Least Developed Countries Fund,
Special Climate Change Fund, Climate and Development Knowledge Network, Global Climate Change Aliance,
Global Facility for Disaster Reduction and Recovery; International Climate Initiative. Beberapa kerjasama Bilateral
dan Multilateral juga dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan adaptasi. Untuk dapat mengakses
sumber pendanaan ini perlu dilakukan: peningkatan kapasitas ICCTF sehingga mendapat akreditas NEI;
penyusunan daftar prioritas kegiatan jangka menengah dan estimasi biayanya. Di samping itu perlu juga
dibangun mekanisme kordinasi horizontal dan vertikal yang efektif untuk implementasi RAN-API; dan sistem
Monitoring dan Evaluasi yang baik.

Untuk memaksimalkan potensi manfaat dari kerjasama internasional dan pendanaan perubahan iklim,
dokumen RAN-API secara jelas menekankan pada aspek-aspek sebagai berikut:

Mengaitkan hasil adaptasi perubahan iklim dengan program pengentasan kemiskinan dan proyek
pembangunan lainnya, pengurangan tingkat risiko dan kerentanan terhadap perubahan iklim
(termasuk ancaman lainnya) merupakan suatu upaya pembangunan yang saling memberikan
manfaat (co-benefit). Berbagai proyek pembangunan seharusnya berkontribusi pada pengurangan
kerentanan dan memperhatikan kelompok masyarakat yang paling rentan.

Meningkatkan komunikasi yang lebih baik terkait prioritas dan target adaptasi dengan peluang
pendanaan internasional. Prioritas pendanaan dari lembaga kerjasama internasional tidak selalu
sama dengan prioritas aksi dari pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah dan pemangku
kepentingan perlu menentukan rencana aksi prioritas yang dibutuhkan dibandingkan dengan
menyesuaikan prioritas sesuai dengan peluang pendanaan yang ada.

60 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Pentingnya upaya pengarusutamaan perubahan iklim. Dalam konteks pembangunan daerah, isu
perubahan iklim belum menjadi prioritas utama dibandingkan dengan sektor kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan sosial. Upaya pengarusutamaan perubahan iklim mendorong peningkatan
kapasitas adaptasi masyarakat tanpa mengubah sumberdaya yang terbatas dari prioritas kebijakan
daerah.

Dokumen RAN-API diharapkan mampu mengidentifikasi sumber-sumber pendanaan yang tersedia


baik yang berasal dari domestik maupun internasional untuk pelaksanaan rencana aksi adaptasi
di Indonesia. Mekanisme pendanaan yang berasal dari sumber domestik mengikuti tata laksana
pengelolaan keuangan yang ada. Berkaitan dengan dukungan sumber pendanaan internasional,
RAN-API memberikan arahan dalam mengaitkan bagi K/L serta pemangku kepentingan lainnya
dengan sumber-sumber pendanaan internasional. Dengan jelas, dokumen RAN-API memberikan
arahan bagaimana K/L, lembaga non pemerintah dan masyarakat dapatberkoordinasi satu sama
lain dalam menyiapkan proposal pendanaan dari lembaga kerjasama internasional.

5.3 Mekanisme Monitoring, Evaluasi, Kaji Ulang dan Pelaporan

Dalam implementasi RAN-API akan dibuat mekanisme monitoring, evaluasi, pelaporan dan kaji ulang yang
merupakan bagian siklus penyusunan dan pemutakhiran RAN-API sesuai dengan perkembangan terkini
perubahan iklim di tingkat nasional dan global.

5.3.1 Monitoring Evaluasi dan Pelaporan

Proses pemantauan dan evaluasi RAN-API diperlukan untuk memastikan pencapaian target dan sasaran
penurunan emisi yang telah ditetapkan. Proses pemantauan pelaksanaan kegiatan RAN-API dilakukan
oleh Kementerian/Lembaga terkait dan secara berkala dilaporkan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Mekanisme Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan akan diatur kemudian sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Upaya monitoring dan evaluasi yang dilakukan harus sejalan dengan sistem monitoring dan evaluasi
yang telah dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan.

5.3.2 Mekanisme Kaji Ulang RAN-API

Adaptasi perubahan iklim memerlukan basis dasar-dasar kajian yang komprehensif dengan mempertimbangkan
perkembangan dinamis yang terjadi secara global dan nasional. Selain itu dengan adanya perkembangan
iptek yang ada dimungkinkan adanya berbagai terobosan baru pada masa mendatang. Untuk itu dokumen
RAN-API dimungkinkan untuk diperbaharui berdasarkan perkembangan yang terjadi serta berdasarkan hasil
pemantauan dan evaluasi yang dilakukan secara berkala.

Kementerian PPN/Bappenas akan melakukan proses evaluasi dan kaji ulang RAN-API yang terintegrasi secara
berkala sesuai dengan kebutuhan nasional dan perkembangan global terkini.

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 61


62 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)
bab 6
PEMILIHAN LOKASI
PERCONTOHAN
KEGIATAN RAN-API
Bab 6
Pemilihan Lokasi Percontohan
Kegiatan RAN-API

Penyusunan strategi/rencana adaptasi perubahan iklim bagi daerah berdasarkan kajian kerentanan yang
lengkap merupakan hal penting bagi pelaksanaan adaptasi. Namun, mengingat sumber daya dan kapasitas
Pemda yang masih terbatas, maka Pemerintah Pusat berinisiatif untuk melakukan kegiatan pilot adaptasi
perubahan iklim berdasarkan RAN-API pada daerah rentan. Pemilihan daerah pilot ini dilakukan berdasarkan
pemetaan kajian kerentanan yang telah dilakukan oleh berbagai Kementerian/Lembaga, Mitra Pembangunan
dan Civil Society Organization (CSO) yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan kegiatan pilot adaptasi perubahan iklim ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang baik
dan utuh pelaksanaan adaptasi perubahan iklim di daerah yang merupakan kolaborasi/kerjasama antara
berbagai pemangku kepentingan baik dari pemerintah pusat, daerah maupun mitra pembangunan serta
masyarakat.

Pelaksanaan pilot ini juga diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah untuk menempatkan dampak
perubahan iklim sebagai faktor penting dalam pembangunan dan melakukan kajian yang cukup, serta
merencanakan dan mengintegrasikannya ke dalam strategi/rencana adaptasi perubahan iklim daerah.
Strategi/rencana adaptasi perubahan iklim daerah ini diharapkan pula kemudian diselaraskan dengan
perencanaan dan anggaran pemerintah daerah. Untuk memastikan pelaksanaan adaptasi berjalan dengan
baik diperlukan pula sistem monitoring dan evaluasi yang akan menjadi umpan balik bagi perencanaan
adaptasi selanjutnya.

Untuk mendukung pelaksanaan pilot ini diperlukan koordinasi antara K/L Pusat dengan Pemerintah Daerah
(SKPD atau Dinas) yang terkait dengan aksi adaptasi. Dengan demikian, berdasarkan aksi adaptasi setiap
bidang yang ada di dalam dokumen RAN-API, diperlukan suatu identifikasi kegiatan Quick Wins sebagai Pilot
Project di daerah atau lokasi rentan yang tepat dan memerlukan penanganan khusus untuk aksi adaptasi.

Pemilihan lokasi pilot dilakukan berdasarkan beberapa kriteria pemilihan, yaitu:

1. Kelengkapan Kajian Kerentanan meliputi Kajian, Sektor dan Klaster Aksi


2. Komitmen Daerah yang meliputi adanya Strategi dan Rencana, Integrasi ke dalam perencanaan dan
penganggaran daerah, serta adanya sumber pendanaan lainnya
3. Aktivitas terkait adaptasi yang sudah atau sedang berjalan, dengan sumber dana dari APBD atau sumber
dana lainnya (swasta, mitra pembangunan, dll)
4. Keberadaan Pokja Perubahan Iklim di daerah
5. Kesesuaian dengan RAN-API

64 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 15 daerah dengan hasil penilaian atau scoring tinggi (skor 4 dan 5 dari
skala 5), yang menjadi daerah percontohan RAN-API, yaitu:

Tabel 6.1 Daerah Percontohan Kegiatan RAN-API

No. Provinsi/Kab/Kota Nilai


1 Provinsi Bali 5

2 Kota Semarang 5

3 Kota Pekalongan 5

4 Provinsi Jawa Barat 5

5 Kota Blitar 5

6 Kota Bandar Lampung 5

7 Provinsi Jawa Timur 4

8 Kabupaten Malang 4

9 Kota Batu 4

10 Kota Malang 4

11 Provinsi Nusa Tenggara Barat 4

12 Pulau Lombok 4

13 K ota Tarakan 4

14 Provinsi Sumatera Selatan 4

15 Provinsi Sumatra Utara 4

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 65


66
No Provinsi/ Kajian Kerentanan (VA) Komitmen Pemerintah Daerah Pokja Kesesuaian dengan Hasil
Kabupaten/ Perubahan RAN-API
Kota Ketersediaan Sektor Klaster Strategi/ Integrasi ke Sumber Iklim Penilaian
Aksi Rencana perencanaan pendanaan
Aksi dan lainnya
Adaptasi penganggaran
daerah
1 Provinsi V Pertani V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Sumatera an, Sistem Kehidupan
Selatan Pesisir, Sub bidang (1).
Kesehat Infrastruktur; dan
an (2). Kesehatan

2 Kabupaten V Kesehat Pembangun V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4


Tarakan an an jaringan Sistem Kehidupan
irigasi dan Sub bidang (1).
air minum, Infrastruktur; dan
penyediaan (2). Kesehatan
dan
pengelolaa

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


n air baku,
dan
pembangun
an
lingkungan
sehat
3 Provinsi Jawa V Pertani V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Timur an, Air Ekonomi Sub bidang
Bersih Ketahanan Pangan

4 Kabupaten V Pertani Pembuatan V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4


Malang an embung, Ekonomi Sub bidang
(jagung, bibit Ketahanan Pangan;
apel), tersertika dan Bidang
Air si, Ketahanan Sistem
Bersih, prasarana Kehidupan Sub
bahaya pertanian, bidang
Tabel 6.2 Ringkasan Penilaian VA untuk Lokasi Percontohan Kegiatan RAN-API (hasil preliminary)

longsor, jaringan Infrastruktur; dan


dan irigasi dan Kesehatan
Kesehat air minum,
an reboisasi,
dll
5 Kota Batu V Pertani Bibit V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
an tersertika Ekonomi Sub bidang
(wilaya si, pupuk Ketahanan Pangan
h organik,
produk peremajaan
4 Kabupaten V Pertani Pembuatan V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Malang an embung, Ekonomi Sub bidang
(jagung, bibit Ketahanan Pangan;
apel), tersertika dan Bidang
Air si, Ketahanan Sistem
Bersih, prasarana Kehidupan Sub
No Provinsi/ Kajian Kerentanan pertanian,
bahaya (VA) Komitmen Pemerintah Daerah Pokja Kesesuaian dengan
bidang Hasil
Kabupaten/ longsor, Perubahan RAN-API
Infrastruktur; dan
Kota Ketersediaan Sektor jaringan
Klaster Strategi/ Integrasi ke Sumber Iklim Penilaian
dan irigasi
Aksi dan Rencana perencanaan pendanaan Kesehatan
Kesehat air minum, Aksi dan lainnya
an reboisasi, Adaptasi penganggaran
dll daerah
5
1 Kota Batu
Provinsi V
V Pertani
Pertani Bibit V
V V
V Tidak ada
Tidak ada V
V Bidang Ketahanan
Bidang Ketahanan 4
4
Sumatera an
an, tersertika Ekonomi
Sistem Sub bidang
Kehidupan
Selatan (wilaya
Pesisir, si, pupuk Ketahanan
Sub bidang Pangan
(1).
h
Kesehat organik, Infrastruktur; dan
produk
an peremajaan (2). Kesehatan
si apel) dan
perluasan
2 Kabupaten V Kesehat Pembangun
tanaman V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Tarakan an an jaringan
apel, Sistem Kehidupan
irigasi
sarana-dan Sub bidang (1).
air minum,
prasarana Infrastruktur; dan
penyediaan
pertanian (2). Kesehatan
dan
6 Kota Malang V Kesehat pengelolaa
Pembangun V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
an, Air n
anair baku,
jaringan Sistem Kehidupan
bersih dan
irigasi dan Sub bidang
dan pembangun
air minum, Infrastruktur dan
bahaya an
penyediaan Kesehatan
longsor lingkungan
dan
sehat
pengelolaa
n air baku,
3 Provinsi Jawa V Pertani pembangun V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Timur an, Air an Ekonomi Sub bidang
Bersih lingkungan Ketahanan Pangan
sehat, dan
reboisasi
4 Kabupaten V Pertani Pembuatan V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
7 Kota Blitar
Malang V Pertani
an Sistem
embung, V V V V Bidang Ketahanan
Ekonomi Sub bidang 5
an, Air
(jagung, produksi
bibit Sistem Kehidupan
Ketahanan Pangan;
(Strategi (APBD)
Bersih,
apel), pangan,
tersertika dan bidang
Sub Bidang
Terpadu
Kesehat
Air prasarana
si, Infrastruktur
Ketahanan dan
Sistem
Perubahan
an
Bersih, adaptif
prasarana Kehidupan
Kesehatan Sub
perubahan Iklim Kota
bahaya pertanian, bidang
Blitar)
longsor, iklim,
jaringan Infrastruktur; dan
dan penguatan
irigasi dan Kesehatan
Kesehat kewaspada
air minum,
an an wabah
reboisasi,
penyakit
dll

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


8
5 Semarang
Kota Batu V Infrastr
Pertani Pengendali
Bibit V V Tidak
V ada V Bidang Ketahanan 5
4
uktur
an an Banjir
tersertika Sistem Kehidupan
Ekonomi Sub bidang
Ekono dan Rob (Pembangun Ada dalam Mercycorp
(wilaya si, pupuk Ketahanan
Sub bidang Pangan
an tanggul RPJMD ACCCRN
mi,
h organik, Permukiman; dan

67
laut dan
Permuk
produk peremajaan Bidang Ketahanan
lingkungan
sehat, dan

68
reboisasi
7 Kota Blitar V Pertani Sistem V V V V Bidang Ketahanan 5
an, Air produksi Sistem Kehidupan
(Strategi (APBD)
Bersih, pangan, Sub bidang
Terpadu
Kesehat prasarana Infrastruktur dan
Perubahan
No Provinsi/ an
Kajian Kerentanan adaptif
(VA) Pemerintah Daerah Pokja Kesehatan
Kesesuaian dengan Hasil
perubahan Iklim Komitmen
Kota
Kabupaten/ Blitar) Perubahan RAN-API
Kota Ketersediaan Sektor iklim,
Klaster Strategi/ Integrasi ke Sumber Iklim Penilaian
Aksi
penguatan Rencana perencanaan pendanaan
kewaspada Aksi dan lainnya
an wabah Adaptasi penganggaran
penyakit daerah
1
8 Provinsi
Kota Semarang V Pertani
Infrastr Pengendali V V Tidak
V ada V Bidang Ketahanan 4
5
Sumatera an,
uktur an Banjir Sistem Kehidupan
Ekono dan Rob (Pembangun Ada dalam Mercycorp
Selatan Pesisir, Sub bidang (1).
an tanggul RPJMD ACCCRN
mi,
Kesehat Infrastruktur;
Permukiman; dandan
laut dan
an
Permuk (2). Kesehatan
Bidang Ketahanan
banjir kanal;
iman Wilayah Khusus Sub
Relokasi bidang Pesisir dan
2 Kabupaten V Kesehat Pembangun sebagian V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Tarakan an an jaringan industri) Pulau-pulau
Sistem Kecil
Kehidupan
irigasi dan Sub bidang (1).
9 Kota V Permuk Banjir
air Rob,
minum, V V GIZ V Bidang Ketahanan
Infrastruktur
; dan 5
Pekalongan iman, Air bersih,
penyediaan Wilayah
(2). Khusus Sub
Kesehatan

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


Pekerja dan bidang Pesisir dan
an sanitasi
pengelolaa Pulau-pulau Kecil
Umum, n air baku,
dan
10 Kota Bandar V Infrastr Penyediaan
pembangun V V ACCCRN, V Bidang Ketahanan 5
Lampung uktur air bersih,
an APBD dan Wilayah Khusus Sub
(air konservasi (Penyusunan
lingkungan APBN bidang Perkotaan;
strategi
bersih, air tanah,
sehat dan Pesisir dan
ketahanan
drainas pengelolaa Pulau-pulau Kecil
3 Provinsi Jawa V Pertani
e, n limbah,
kota V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Timur an,
persamAir pemberday menghadapi Ekonomi Sub bidang
Bersih perubahan Ketahanan Pangan
pahan aan
iklim)
permuk masyarakat
iman, pesisir,
4 Kabupaten V Pesisir,
Pertani kualitas
Pembuatan V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Malang Perikan
an pendidikan
embung, Ekonomi Sub bidang
an,
(jagung, dan
bibit Ketahanan Pangan;
Kesehat
apel), kesehatan
tersertika dan Bidang
an,
Air si, Ketahanan Sistem
Pendidi
Bersih, prasarana Kehidupan Sub
kan
bahaya pertanian, bidang
longsor, jaringan Infrastruktur; dan
11 Provinsi NTB V dan irigasi dan V V Tidak ada V Kesehatan 4
12 Pulau Lombok V Kesehat
Pertani air minum,
Antisipasi V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
an
an, reboisasi,
kekurangan Wilayah Khusus Sub
perkeb dll
air bersih, bidang Pesisir dan
5 Kota Batu V unan,
Pertani antisipasi
Bibit V V Tidak ada V Pulau-pulau
Bidang Kecil
Ketahanan 4
kehutan
an bahaya rob
tersertika Ekonomi Sub bidang
an,
(wilaya dan abrasi
si, pupuk Ketahanan Pangan
bersih, air tanah, dan Pesisir dan
ketahanan
drainas pengelolaa Pulau-pulau Kecil
kota
e, n limbah,
persam pemberday menghadapi
perubahan
pahan aan
iklim)
permuk masyarakat
iman, pesisir,
Pesisir, kualitas
Perikan pendidikan
No Provinsi/ an,
Kajian Kerentanan dan
(VA) Komitmen Pemerintah Daerah Pokja Kesesuaian dengan Hasil
Kabupaten/ Kesehat kesehatan Perubahan RAN-API
Kota Ketersediaan an, Sektor Klaster Strategi/ Integrasi ke Sumber Iklim Penilaian
Pendidi Aksi Rencana perencanaan pendanaan
kan Aksi dan lainnya
Adaptasi penganggaran
11 Provinsi NTB V V V
daerah Tidak ada V 4
12
1 Pulau Lombok
Provinsi V Pertani
Pertani Antisipasi V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Sumatera an, kekurangan Sistem Khusus Sub
WilayahKehidupan
Selatan perkeb
Pesisir, air bersih, bidang
Sub Pesisir
bidang (1). dan
unan,
Kesehat antisipasi Pulau-pulau Kecil
Infrastruktur; dan
kehutan
an bahaya rob (2). Kesehatan
an, dan abrasi
2 Kabupaten V perikan
Kesehat Pembangun V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Tarakan an, dan
an an jaringan Sistem Kehidupan
pesisir, irigasi dan Sub bidang (1).
kesehat air minum, Infrastruktur; dan
an, dan penyediaan (2). Kesehatan
air dan
bersih pengelolaa
13 Provinsi Jawa V n air baku, V V ADB V 5
Barat dan
pembangun
14 Provinsi Bali V Training
Pertani an V V APBD V Bidang Ketahanan 5
an untuk para
lingkungan Ekonomi Sub bidang
petani,
sehat Ketahanan Pangan
pembentuk
3 Provinsi Jawa V Pertani an koperasi V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
Timur an, Air petani, Ekonomi Sub bidang
Bersih penyediaan Ketahanan Pangan
bibit
unggul
4 Kabupaten V Pertani Pembuatan V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4
15 Provinsi
Malang V Tidak ada
Pertani embung,
an V V Tidak ada V Bidang Ketahanan
Ekonomi Sub bidang 4
Sumatra Utara an, air, bibit
(jagung, Ekonomi, sub
Ketahanan bidang
Pangan;
(pertanian)
perkota tersertika
apel), Ketahanan
dan BidangPangan
an,
Air si, Ketahanan Sistem
daerah prasarana
Bersih, Kehidupan Sub
pesisir
bahaya pertanian, bidang
longsor, jaringan Infrastruktur; dan
dan irigasi dan Kesehatan
Kesehat air minum,

RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


an reboisasi,
dll
5 Kota Batu V Pertani Bibit V V Tidak ada V Bidang Ketahanan 4

69
an tersertika Ekonomi Sub bidang
(wilaya si, pupuk Ketahanan Pangan
Gambar 6.1 Daerah Percontohan Kegiatan RAN-API

70 RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)


LAMPIRAN
Lampiran 1:
Matrik Rencana Aksi Nasional
Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)

72
1. Bidang Ketahanan Ekonomi

1.1 Sub-Bidang Ketahanan Pangan

Sasaran:
1. Penurunan tingkat kehilangan produksi pangan dan perikanan akibat kejadian iklim ekstrim dan perubahan iklim
2. Pengembangan wilayah sumber pertumbuhan baru produksi pangan dan perikanan daratpada daerah dengan risiko iklim rendah dan dampak lingkungan minimum (low emission)
3. Pengembangan sistem ketahanan pangan petani, nelayandan masyarakat (mikro) dengan pola pangan yang sehat dan bergizi serta seimbang, dan terwujudnya diversifikasi pangan hingga tingkat optimum

RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Klaster 1: Penyesuaian Sistem Produksi Pangan

1. Meminimalisasi kehilangan hasil melalui penurunan Berkurangnya persentase 2013-2014 < 3% dari luas 2013: 40 Kementan Perlindungan bagi petani
luas daerah terkena/ puso akibat banjir, kekeringan kehilangan hasil/penurunan tanam untuk tiap 2014: 45 (DJTP) terhadap reisko iklim Luas areal panen yang bisa diseamatkan
dan lainnya produksi akibat banjir dan tahun (banjir dan kekeringan,
kekeringan sebagai dampak serangan OPT)
perubahan iklim
Pengelolaan air irigasi Jumlah (unit) pengembangan sumber air
untuk pertanian alternatif skala kecil (melalui pengembangan
(prioritas Nasional dan sumber air permukaan dan air tanah) untuk
Bidang) mendukung tanaman pangan, holtikultura,
peternakan dan perkebunan.

Pengelolaan sistem Jumlah bantuan kepemilikan alsintan pompa


penyediaan dan air
pengawasan alat mesi n
pertanian (prioritas
Nasional dan Bidang)

2. Meminimalisasi kehilangan hasil melalui Berkurangnya persentase 2013-2014 < 2% dari luas 2013:210 Kementan Program Peningkatan SLPHT dan SLI (unit)
pengendalian OPT dan penanganan DPI (Penurunan kehilangan hasil/penurunan tanam untuk tiap 2014:250 (DJTP) Produksi SLPHT : 5000
luas dan intensitas serangan/ pengendalian OPT produksi akibat serangan OPT tahun Produktivitas dan Mutu SLI : 417
dan terkena banjir/kekeringan) sebagai dampak perubahan iklim Tanaman Pangan
Untuk Mencapai
Swasembada /
Penguatan perlindungan
tanaman pangan dari
gangguan OPT dan DPI
Program Peningkatan Jumlah informasi peramalan serangan OPT
Produksi
Produktivitas dan Mutu
Tanaman Pangan
Untuk Mencapai
Swasembada /
Pengembangan
Peramalan Serangan
Organisme Pengganggu
Tumbuhan

Program Peningkatan Fasilitas Pengelolaan OPT (Kali)


Produksi, Produktivitas
dan Mutu Produk Rekomendasi Dampak Perubahan Iklim
Tanaman / (Rekomendasi)
Pengembangan Sistem

73
74
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Perlindungan
TanamanHortikultura
(PrioritasNasional)

Menurunnya luas serangan OPT 2013 14.855 ha/27 36,642 Kementan Program Peningkatan Pesentase Luas areal pengemdalian OPT
tanaman perkebunan sebesar 1% provinsi (Ditjenbun) Produksi, Produktivitas perkebunan (ha)
per tahun 2014 43.000 ha/27 175,085 dan Mutu Tanaman
provinsi Perkebunan
Berkelanjutan
3. Identifikasi perkembangan tingkat kerawanan Tersedianya informasi tingkat 2013-2014 30 Kabupaten/Kota 0,909 Kementan Program peningkatan Jumlah desa yang diberdayakan/Demapan
pangan sebagai dampak perubahan iklim terhadap kerawanan pangandan kerentanan (SKPG) (BKP) Diversifikasi Jumlah penanganan daerah/lokasi rawan
kemampuan/penurunan produksi pangan desa terhadap dampak perubahan danKetahanan Pangan Jumlah hasil penyusunan PSVA
iklim Masyarakat/Pengemban Jumlah hasil analisis ketersediaan, rawan
gan ketersediaan pangan pangan dan akses pangan dalam antisipasi
dan penanganan rawan pangan mencakup karakteristik
kerawanan pangan yang wilayah, kelompok umur, jenis kelamin, dan
sensitive gender social budaya (prov)
Jumlah pelatihan aparat yang ditingkatkan
pengetahuan dan keterampilan (prov)
Program peningkatan Jumlah desa yang diberdayakan dalam P2KP
Diversifikasi Jumlah hasil pemantauan, monitoring,
danKetahanan Pangan evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP
Masyarakat/Pengemba Jumlah hasil promosi P2KP (Prov)
ngan Jumlah hasil analisis pola konsumsi pangan
penganekaragaman penduduk (Prov)
konsumsi pangan dan Jumlah hasil pemantauan dan pengawasan
peningkatan keamanan keamanan pangan (Prov)
pangan Jumlah hasil pengembangan olahan pangan

4. Pengembangan sistem perlindungan usahatani Terlindunginya petani dari risiko 2013 Pemantapan model Kementan Perlindungan bagi petani Luas areal panen yang bisa diseamatkan
akibat kejadian iklim ekstrim melalui Asuransi kerugian dan termotivasinya petani Asuransi Indek Iklim terhadap reisko iklim Jumlah rumah petani yang
Indeks Iklim (Weather Index Insurance) untuk menerapkan system pada system (banjir dan kekeringan, dibantu/memperoleh polis asuransi
usahatani yang tahan (resilient) usahatani berbasis serangan OPT) Jumlah premi yang terserap dan jumlah (Rp)
dengan dukungan teknologi adaptif padi polis yang diberikan
2014 a. Pengembangan Kementan Luas areal panen yang bisa diseamatkan
Asuransi Indeks
Jumlah rumah petani yang
Iklim untuk
dibantu/memperoleh polis asuransi
tanaman pangan,
Jumlah premi yang terserap dan jumlah (Rp)
b. Pilot project
polis yang diberikan
Kementan
Asuransi Indeks
Iklim pada sistem
usahatani
berbasis padi
5. Inventarisasi sumberdaya ikan di perairan teritorial Meningkatnya jumlah perairan 2013-2014 33 Provinsi di 2013:15,19 KKP Pengembangan dan Jumlah perairan laut teritorial dan kepulauan
dan kepulauan territorial dan kepulauan yang Indonesia 2014: 16 Pengelolaan Perikanan yang terkelola sumber daya ikannya (WPP)
teridentifikasi sumberdayanya Total:31,8 Tangkap/ Pengelolaan
sumberdaya ikan (SDI)

6. Pengembangan Sistem Pendataan Perikanan Meningkatnya kualitas data 2013-2014 33 Provinsi di 2013: 23,38 KKP Pengembangan dan Kelengkapan data dan statisitik perikanan
Tangkap perikanan tangkap Indonesia 2014: 25,71 Pengelolaan Perikanan tangkap yang akurat di seluruh provinsi dan
Total: Tangkap/ Pengelolaan UPT Pelabuhan Perikanan (Prov)
49,098 sumberdaya ikan (SDI)

7. Pengembanagn Minapadi perikanan budidaya Tersedianya paket percontohan 2013-2014 20 lokasi 2013 : 0,4 KKP Peningkatan produksi Luas lahan pengembanagan minapadi
minapadi percontohan 2014 : 5 Perikanan
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Budidaya/Pengembanag
nsistem produksi
pembudidayaan ikan
8. Penerapan teknologi anjuran perikanan budidaya Meningkatnya produksi perikanan 2013-2014 2013 : 132 unit 2013 : 6,6 KKP Peningkatan Produksi Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi
pada kelompok pembudidaya ikan (POKDAKAN) budidaya sesuai dengan teknologi 2014 : 145 unit 2014 : 10 Perikanan anjuran perikanan budidaya
anjuran Budidaya/Pengembanga
n system produksi
pembudidayaan ikan
9. Penyediaan benih unggul Terpenuhinya kestabilan suplai 2013-2014 33 Provinsi di 2013 : 38,8 KKP Peningkatan Produksi Jumlah benih dengan mutu terjamin
benih ikan untuk produksi dan Indonesia 2014 : 86 Perikanan
pasar dengan mutu terjamin dan 2015-2019 33 Provinsi di Budidaya/Pengembanga
akurat Indonesia n system Pembenihan
ikan
10. Pengembangan pos kesehatan ikan dan lingkungan Tersedianya pos kesehatan ikan dan 2013-2014 25 kab/kota 2013 : 7 KKP Peningkatan Produksi Peningkatan kesehatan ikan dan lingkungan
terpadu lingkungan terpadu 2014 : 14 Perikanan
Budidaya/Pengembanga
n Sistem Kesehatan Ikan
danLingkungan
Pembudidayaan Ikan
11. Pengembangan sentra produksi perikanan budidaya Peningkatan kawasan perikanan 2013-2014 91 Kawasan sentra 2013-2014 : KKP, LIPI Peningkatan Produksi Peningkatan jumlah sentra produksi budidaya
yang terkendali dan terehabilitasi. budidaya yang sehat serta produk produksi perikanan 179,6 Perikanan yangterkendali dan terehabilitasiperairannya
perikanan yang aman dikonsumsi budidaya Budidaya/Pengembanga (sentra budidaya)
n Sistem Kesehatan Ikan
dan Lingkungan
Pembudidayaan Ikan
12. Pengembangan pemanfaatan dan pengelolaan Peningkatan produksi perikanan di 2013-2015 15 danau prioritas 2013-2014 KKP, LIPI Peningkatan Produksi Peningkatan jumlah sentra produksi budidaya
potensi sumber daya ikan di 15 danau prioritas pemanfaatan 15 danau prioritas nasional :55,7 Perikanan yang terkendali dan terehabilitasi perairannya
untuk mendukung program industrialisasi untuk mendukung program Budidaya/Pengembanga (sentra budidaya)
Perikanan Budidaya di Perairan Umum industrialisasi Perikanan Budidaya n Sistem Kesehatan Ikan
di Perairan Umum danLingkungan
Pembudidayaan Ikan
13. Penanaman mangrove di kawasan budidaya Peningkatan kualtas lingkungan di 2013- 2014 2013 : 3 Kawasan 2013 : 2,6 KKP Peningkatan Produksi Peningkatan jumlah sentra produksi budidaya
perikanan kawasan budidaya 2014 : 3 kawasan 2014 : 2,6 Perikanan yang terkendali dan terehabilitasi perairannya
Budidaya/Pengembanga (sentra budidaya)
n Sistem Kesehatan Ikan
dan Lingkungan
Pembudidayaan Ikan
14. Penanganan dampak red tide di kawasan usaha Menurunnya dampak akibat red tide 2014 5 Kawasan sentra 2014 : 25,6 KKP, LIPI Peningkatan Produksi Presentase produk perikanan budidaya yang
budidaya ikan di keramba jarring apung pada usaha budidaya ikan di produksi perikanan Perikanan bebas residu atau dibawah ambang batas
Karamba Jaring Apung/KJA budidayaikan di Budidaya/Pengembanga residu yang diperbolehkan sesuai dengan
Karamba Jarring n Sistem Kesehatan Ikan permintaan pasar
Apung/KJA dan Lingkungan
Pembudidayaan Ikan
15. Pengembangan alternatif sumber pakan alami Meningkatnya jumlah dan jenis 2013-2014 Klaster perikanan 2013 : 1,4 KKP, LIPI Peningkatan produksi Jumlah jenis pakan ikan terdaftar (jenis)
pakan alami bag. timur 2014 : 2,3 peikanan
1.Pangkep, Sulsel; budidaya/Pengembanga
2. Gorontalo, n system produksi
3. T. Tomini Sulteng; pembudidayaan ikan
4. Mamuju, KKP (KKP)
Sulbar Pengembangan Litbang
KP
Penelitian Oceanografi
(LIPI)

75
76
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

2013 - 2014 3 paket teknologi, 1 2013 : 1,81 KKP Program Penelitian dan Jumlah Paket Teknologi /Produk Biologi/data
produk biologi, 1 2014 : 2 Pengembangan IPTEK informasi Untuk Peningkatan Produksi dan
datainformasi (8 Kelautan dan Produktifitas Perikanan Budidaya
lokasi) Perikanan/Penelitian
dan Pengembangan
IPTEK Perikanan
Budidaya

Klaster 2: Perluasan Areal Pertanian Pangandan Budidaya Perikanan

1. Pencetakan sawah sawah baru yang didukung oleh Bertambahnya luas areal sawah 2013 27 propinsi, 137 650 Kementan Program Penyediaan Persiapan cetak sawah (ha)
pengembangan system jaringan irigasi yang baru pada daerah dengan kondisi kabupaten/ 65.000 (Ditjen PSP) Dan
berkelanjutan untuk layanan air irigasi ekosistem yang mendukung ha (cetak sawah), Pengembaganan Terbukanya lahan sawah seluas 15.000 ha,
Prasarana dan sisanya terbuka ditriwulan ke 2 2014
Perluarsan areal 14 Sarana/ Terbukanya lahan
hortikultura : Perluasan areal dan hortikultura/perkebunan/peternakan seluas
2000Ha/ di 28 pengelolaan lahan 4.200 ha sisanya terbuka ditriwulan ke 2 2014
provinsi, 100 pertanian (Prioritas Terlaksananya pengembangan optimasi lahan
kabupaten Nasional dan Bidang) seluas 40.000 ha di akhir tahun 2013, sisanya
46,9 terbuka ditriwulan ke 2 2014
Perluasan Terlaksananya pendataan petani sebanyak
perkebunan: 6.700 32.500 petani dan lahan sebanyak 32,500
Ha, di 27 provinsi, bidang pada 2013.
120 kabupaten
21 1. Persiapan cetak sawah (ha)
Perluasan areal 2. Terbukanya lahan sawah seluas 25.000 ha,
peternakan 3.000 sisanya terbuka ditriwulan ke 2 2015
Ha, di 30 provinsi,
149 kabupaten 3. Terbukanya lahan
21 hortikultura/perkebunan/peternakan seluas
Perluasan areal 4.500 ha sisanya terbuka ditriwulan ke 2
tebu: 3.000 ha, 5 2015
provinsi, 34 6,5
kabupaten 4. Terlaksananya pendataan petani sebanyak
32.500 petani dan lahan sebanyak 32,500
Prasertifikasi bidang pada tahun 2014
bidang tanah 1.000
2014 petani, 650 paket di
30 provinsi, 150
kabupaten
27 provinsi, 137 105
kabupaten (Cetak
sawah 100.000 Ha)

Perluasan areal 5
Hortibunnak 15.000
Ha

Prasertifikasi tanah
petani sebanyak
25.000 bidang
Di 30 provinsi, 150
kabupaten
2. Reorientasi perluasan areal pertanian baru dan Termanfaatkannya lahan Kementan Program Penyediaan Jumlah informasi/peta potensi sumberdaya
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

optimasi lahan (pemanfaatan lahan terdegradasi/terlantar untuk (Ditjen PSP) Dan Terlaksananya pengembangan optimasi lahan
terlantar/terdegradasi). perluasan areal pertanian sebagai Pengembaganan seluas 40.000 ha di akhir tahun 2013, sisanya
sumber pertumbuhan baru 2013 Optimasi lahan 253 531 Prasarana dan terbuka ditriwulan ke 2 2014
produksi pangan untuk 000 Ha, di 32 Sarana/ Terlaksananya pengembangan optimasi lahan
mengimbangi laju peningkatan propinsi 442 Perluasan areal dan seluas 50.000 ha di akhir tahun 2013, sisanya
kebutuhan dan konpensasi resiko kabupaten. pengelolaan lahan terbuka ditriwulan ke 2 2015
penurunan produksi akibat 2014 630 pertanian (Prioritas
perubahan iklim Optimasi lahan 300 Nasional dan Bidang)
000 Ha, di 32
propinsi 442
kabupaten
3. Penelitian dan Pengembangan dalam rangka Tersedianya data dan informasi 2013-2014 hasil-hasil Kementan Penelitian dan Data potensi perluasan areal untuk
peningkatan kapasitas produksi pangan melalui tentang potensi perluasan areal dan penelitian terkait pengembangan ekstensifikasi/ perluasan areal baru
perluasan dan pengembangan areal pertanian baru sumber pertumbuhan produksi sumberdaya lahan
berwawasan lingkungan dan berbasis prinsip- baru yang berkonfigurasi kepulauan
prinsip pengembangan wilayah yang berkonfigurasi
spasial kepulauan.
4. Identifikasi dan pemetaan lahan terlantar dan/atau Tersedianya peta dan informasi 2013 peta SDL kritis dan Kementan, Jumlah informasi/peta potensi sumberdaya
lahan gambut potensial dan beresiko kecil untuk tentang lahan terdegradasi/terlantar terlantar untuk LIPI Program Penelitian dan Jumlah Peta Potensi Sumberdaya Lahan
perluasan areal pertanian dan lahan gambut yang potensi bagi pengembangan pengembangan Pertanian Tingkat Tinjau dan Peta Semi Detail
perluasan areal dan sumber komoditas bahan sumberdaya lahan untuk pembukaan Sawah Baru, Lahan
pertumbuhan produksi baru baku bioenergi di terlantar dan Lahan Terdegradasi
Papua Jumlah rekomendasi kebijakan pemanfaatan
sumberdaya lahan dan perubahan iklim
BPN Pengelolaan Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi
Pertanahan Propinsi terlantar (Prioritas Nasional 8)
Pengelolaan Tanah Jumlah analisa ketersediaan tanah untuk
Negara, Tanah kepentingan masyarakat, pemerintah, dan
Terlantar dan Tanah badan usaha
Kritis (Prioritas Bidang)
Pengendalian Luas tanah yang terindikasi terlantar
Pertanahan (Prioritas
Bidang)

2013 - 2014 2013: 463 SP 2013: 7,4 BPN Pengelolaan Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi
Pertanahan Propinsi terlantar (Prioritas Nasional 8)
2014: 466 SP 2014: 7,5
2013: 80% 2013: 12,9
BPN Pengelolaan Tanah Jumlah analisa ketersediaan tanah untuk
2014: 100% 2014: 6,9 Negara, Tanah kepentingan masyarakat, pemerintah, dan
Terlantar dan Tanah badan usaha
Kritis (Prioritas
Bidang)
2013: 80% 2013: 10,9
BPN Pengendalian Luas tanah yang terindikasi terlantar
2014: 100% 2014: 5,3 Pertanahan (Prioritas
Bidang)
2015-2019

2020-2024

5. Analisis Pengembangan Daya Dukung (Carrying Tersedianya informasi dan 2013-2014 2013 : 6 2013 : 6,21 KKP, LIPI Program Penelitian dan Jumlah Data Dan Informasi Untuk Peningkatan
Capacity) untuk perikanan budidaya dan tangkap Rekomendasi daya dukung (carrying rekomendasi, 6 2014 : 8,5 Pengembangan IPTEK Produksi dan Produktifitas Perikanan
capacity) untuk kegiatan perikanan data informasi, 2 Kelautan dan Budidaya
budidaya dan perikanan tangkap di WPP Perikanan/Penelitian
Indonesia dan Pengembangan
IPTEK Perikanan
Budidaya

77
78
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Program Penelitian dan Jumlah Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut,


Pengembanga IPTEK PUD , Kawasan Konservasi yang telah
Kelautan dan teridentifikasi karakteristik biologi perikanan,
Perikanan/ Penelitian serta habitat sumberdaya, potensi produksi
dan pengembangan kapasitas penangkapan ikannya dan/atau
pengelolaan Perikanan kerentanan, kelangkaan dan keterancaman
dan Konservasi Sumber kelestarian sumberdaya ikan dan habitatnya
Daya Ikan

Program Penelitian dan Jumlah rekomendasi pengelolaan dan/atau


Pengembanga IPTEK model pemanfaatan sumber daya laut dan
Kelautan dan pesisir
Perikanan/ Penelitian
dan Pengembangan
IPTEK Kewilayahan,
Dinamika dan Sumber
Daya Laut dan Pesisir
Program Penelitian dan Jumlah paket/inovasi teknologi, rancang
Pengembanga IPTEK bangun/desain/data informasi teknologi
Kelautan dan kelautan dan perikanan (paket)
Perikanan/ Pengkajian
dan Perekayasaan
Teknologi Kelautan dan
Perikanan
6. Pengembangan budidaya ikan di lahan gambut Meningkatnya luasan lokasi baru 2013-2014 5 produk biologi, 1 2013 : 1,19 KKP Program Penelitian dan Jumlah paket teknologi dan produk biologi
perikanan budidaya di lahan paket teknologi 2014 : 1,5 Pengembanga IPTEK Untuk Peningkatan Produksi dan Produktifitas
gambut di Indonesia Kelautan dan Perikanan Budidaya
Perikanan/Penelitian
dan Pengembangan
IPTEK Perikanan
Budidaya
7. Analisis kebijakan daya dukung perairan di Tersedianya rekomendasi 2013-2014 Provinsi Sumatera 2013: 0,5 KKP Program Penelitian dan Jumlah rekomendasi pengelolaan dan/atau
sumatera barat dalam rangka penerapan kebijakan pengelolaan dan/model Barat Pengembanga IPTEK model pemanfaatan sumber daya laut dan
ekonomi biru pemanfaatan sumberdaya laut dan Kelautan dan pesisir
pesisir berdasarkan karakteristik Perikanan/ Penelitian
daya dukung dan Pengembangan
IPTEK Kewilayahan,
Dinamika dan Sumber
Daya Laut dan Pesisir
2015-2019 Provinsi Sumatera KKP
Barat
8. Perluasan areal pertanian pada lahan sub optimal Bertambahnya lahan pertanian 2015-2019 Sumatera, Sulwesi, Kementan
(lahan kering dan rawa) denga resiko iklim dan baru pada lahan-lahan sub-optimal, 2020-2024 Kalimantan,
lingkungan yang minimum terutama di lahan terdegradasi dan
terlantar
9. Ekstensifikasi/pengembangan areal baru yang Meningkatnya jumlah areal 2013-2014 180 hektar di 2013 : 170 KKP Peningkatan Produksi Jumlah kawasan potensial perikanan budidaya
potensi untuk budidaya ikan budidaya ikan Indonesia bagian 2014 : 210 Perikanan Budidaya/
Timur Pengembangan Sistem
Prasarana dan Sarana
Perikanan Budidaya
10. Pemantauan dan evaluasi perlindungan dan Jumlah lokasi pemantauan dan 2013 2 WWP, 6 PUD dan 2013 : 15, KKP, LIPI Program Penelitian dan Jumlah wilayah Pengelolaan
pengayaan sumberdaya ikan evaluasi perlindungan dan 9 KKP 07 Pengembangan IPTEK Perikanan Laut, PUD, Kawasan
pengayaan sumberdaya Ikan Kelautan dan Konservasi yang telah teridentifikasi
Perikanan/ karakteristik biologi perikanan, serta
Penelitian habitat sumberdaya, potensi produksi
danPengembangan kapasitas penangkapan ikannya
Pengelolaan dan/atau kerentanan, kelangkaan dan
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Perikanan dan keterancaman kelestarian


Konservasi sumberdaya ikan dan habitatnya
Sumber Daya Ikan (KKP)

2014 2014 : 17 KKP, LIPI

2015-2019 33 Provinsi di KKP , LIPI


Indonesia

Klaster 3: Perbaikan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian yang Climate Proof 1

1. Pengembangan teknologi panen air (embung, dam Meningkatnya ketersediaan dan 2013-2014 Penambahan luas 143,9 Kementan, Program Penyediaan Jumlah (unit) pengembangan sumber system
parit, dan sumur serapan) suplai air melalui embung, dam embung, dam parit LIPI dan Pengembangan alternatif skala kecil (melalui pengembangan
parit dan sumur serapan bagi dan sumur serapan Prasarana dan Sarana / sumber air permukaan dan air tanah) untuk
tanaman dalam upaya peningkatan seluas 71.970 Ha Pengelolaan air irigasi mendukung tanaman pangan, hortikultura,
luas areal tanam (dari pembangunan untuk pertanian peternakan, dan
embung/dalam (Prioritas Nasional dan Jumlah pengembangan air dan antisipasi
parit sebanyak 399 Bidang) Jumlah pengembangan sumber air
unit (2013) dan Jumlah (Unit) pengembangan kelembagaan
2000 unit (2014) petani pemakai air (melalui Pemberdayaan
P3A dan Pengembangan Irigasi Partisipatif)
untuk mendukung tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, dan perkebunan.
2015-2019

2020-2024

2. Pengembangan teknologi pengelolaan air yang Meningkatnya daya adaptasi Pm Pm Kementan Program Penyediaan Jumlah (unit) pengembangan
adaptif terhadap perubahan iklim (Teknologi hemat tanaman, penghematan air dan Dan sumbe68ystem68tivernatif skala kecil (melalui
air seperti irigasi kendi, irigasi tetes, irigasi perluasan areal tanam pada Pengembaganan pengembangan sumber air permukaan dan
berselang, sistim gilir giring) berbagai kondisi iklim ekstrim Prasarana dan Sarana/ air tanah) untuk mendukung tanaman
Pengelolaan air irigasi pangan, hortikultura, peternakan
untuk pertanian Jumlah pengembangan air dan antisipasi
(Prioritas Nasional dan Jumlah pengembangan sumber air
Bidang) Jumlah (Unit) pengembangan kelembagaan
petani pemakai air (melalui Pemberdayaan
P3A dan Pengembangan Irigasi Partisipatif)
untuk mendukung tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, dan perkebunan.
2015-2019

2020-2024

3. Pengembangan jaringan irigasi 1. Meningkatnya kinerja jaringan 2013 550.000 Ha di 31 550 Kementan Program Penyediaan Terbangunnya jaringan irigasi seluas 550.000
irigasi tersier sehingga dapat Propinsi dan 328 (Ditjen PSP) Dan (2013) dan 650.000 Ha (2014)
meningkatkan fungsi layanan Kabupaten Pengembaganan
irigasi Prasarana dan Sarana/
2. Meningkatnya areal tanam 2014 650.000 Ha di 31 650 Pengelolaan air irigasi Menurunnya porsentase areal yang rentan
melalui penambahan indek Propinsi dan 328 untuk pertanian terhadap kekeringan di 5 propinsi dan 99
pertanaman Kabupaten (Prioritas Nasional dan kabupaten
Bidang)
4. Pengembangan system integrasi tanaman-ternak Tersedianya model usahatani 2013 440 paket Kementan Penelitian dan Jumlah rekomendasi kebijakan pemanfaatan

1
Climate Proofialah pembangunan atau pengembangan sistem yang sudah memperhitungkan perubahan iklim sehingga sistem dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan pada kondisi iklim yang akan berubah

79
80
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

(crop livestock system) untuk mengurangi risiko integrasi ternak dan tanaman yang pengembangan sumberdaya lahan dan perubahan iklim global
iklim dan optimalisasi penggunaan sumberdaya tahan cekaman iklim sumberdaya lahan
lahan. pertanian
2014 540 paket Kementan
5. Rehabilitasi dan konservasi DAS hulu untuk Membaiknya kondisi DAS dan 2013-2019 33 Propinsi Bersinergi Kemenhut Perencanaan, Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada
meningkatan daya serap air untuk mengurangi berkurangnya ancaman kekeringan dengan (BPDAS PS) penyelenggaraan DAS prioritas seluas 100.000 Ha
ancaman kekeringan dan banjir dan banjir 4.4.2 rehabilitasi hutan dan
lahan, pengembangan Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis
kelembagaan dan pada DAS prioritas seluas 389.000 Ha
evaluasi DAS

Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan


mangrove, gambut, rawa dan sempadan
pantai pada DAS prioritas seluas 10.000 Ha

Terjaminnya hutan kota seluas 1.000 Ha

Terbangunnya hutan kemasyarakatan dan


hutan desa seluas 500 rb Ha

2020-2024

2013 32 propinsi (kecuali 8,482 Badan Penyuluhan dan 32 unit percontohan penyuluhan kehutanan
DKI Jakarta) P2SDMK pengembangan (UPPK)
SDMK/peningkatan
penyuluhan kehutanan
Penyuluhan dan 100 kelompok masyarakat produktif mandiri
pengembangan SDMK /
Peningkatan pelayanan
penyuluhan kehutanan
Penyuluhan dan Sertifikasi penuluh kehutanan sebanyak 500
pengembangan SDMK / orang
Perencanaan
pengembangan SDMK
Badan Pendidikan dan Pendidikan menengah kejuruan kehutanan
P2SDMK pelatihan aparatur sebanyak 285 orang
Kemenhut dan SDM
Kehutanan lainnya
6. Pengembangan sistem penyediaan, penanganan Tersedianya sistem penyediaan, 2013-2014 25 lokasi Kementan Program Penyediaan Jumlah (unit) pengembangan sumber air
dan penyimpanan air bersih pada kegiatan pasca penanganan dan penyimpanan air dan Pengembangan alternatif skala kecil (melalui pengembangan
panen dan pengolahan hasil pertanian bersih untuk pasca panen dengan Prasarana dan Sarana / sumber air permukaan dan air tanah) untuk
teknologi pemanenan air hujan (1) Pengelolaan air irigasi mendukung tanaman pangan, hortikultura,
untuk pertanian peternakan, dan
(Prioritas Nasional dan Jumlah pengembangan air dan antisipasi
Bidang) Jumlah pengembangan sumber air
Jumlah (Unit) pengembangan kelembagaan
petani pemakai air (melalui Pemberdayaan
P3A dan Pengembangan Irigasi Partisipatif)
untuk mendukung tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, dan perkebunan.
Jumlah (Ha) pengembangan jaringan dan
optimasi air (melalui pengembangan/
rehabilitasi JITUT, JIDES, dan TAM) untuk
mendukung tanaman pangan, hortikultura,
Jumlah (Ha) optimasi pengembangan
jaringan tersier ( JITUT, JIDES, dan TAM)
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

7. Pengembangan sistem rantai dingin dari kapal Terciptanya sistem rantai dingin 2013-2014 Seluruh provinsi di 2013 : 9,1 KKP Fasilitasi Pengembangan Lokasi sarpras yang dikembangkan dan dibina
(penangkapan dan penanganan hasil tangkap ikan) penanganan hasil tangkap Indonesia 2014 : 15 Industri Hasil
hingga TPI dan unit pengolahan. perikanan Pengolahan Perikanan
8. Penguatan dan pengembangan manajemen Terciptanya sistem manajemen 2013-2014 2013: 21 provinsi 2013 : KKP Fasilitasi Pengembangan Lokasi sarpras yang dikembangkan dan dibina
stok/logistik (cold storage/gudang) stok/logistik pada cold storage dan 2014: 31 provinsi 67,74 Industri Hasil
gudang hasil perikanan tangkap dan 2014 : 150 Pengolahan Perikanan
budidaya
9. Rehabilitasi saluran tambak Terciptanya prasarana dan sarana 2013-2014 Pantura dan Sulsel 2013 : 400 KKP Peningkatan Produksi Jumlah kawasan perikanan budidaya yang
budidaya tambak yang tahan 2014 : 500 Perikanan Budidaya/ memiliki sarana dan prasarana yang memadai
terhadap banjir Pengembangan Sistem
Prasarana dan Sarana
Perikanan Budidaya
10. Rehabilitasi sarana pendaratan ikan Tersedianya sarana pendaratan ikan 2013 2014 2013 : 35 lokasi 2013:472 KKP Pengembangan dan Jumlah lokasi lanjutan pembangunan
sesuai dengan kebutuhan 2014 : 36 lokasi 2014: 500 Pengelolaan Perikanan pelabuhan UPT Daerah untuk mendukung
Tangkap/Pengembanga Minapolitan, termasuk lingkar luar dan daerah
n Pembangunan dan perbatasan yang potensial
Pengelolaan Pelabuhan
Perikanan
11. Meningkatkan manajemen dan mengembangkan Tersedianya teknologi untuk 2012-2014 Monitoring dan 331,766 Kemen.PU, Program Pengelolaan Jumlah sarana/prasarana pengendali
prasarana sumber daya air untuk pengendalian pengendalian sedimen pada sungai informasi prototype LIPI Sumber Daya Air/ lahar/sedimen yang dibangun
daya rusak air dan/atau danau/waduk bangunan Pengendalian Banjir,
penangkap Lahar Gunung Berapi
sedimen di Sungai dan Pengamanan Pantai
Cibuah dan Sungai
Cikamiri
Tersebar seluruh 1,097 Kemen.PU, Jumlah sarana/prasarana pengendali
wilayah Indonesia LIPI lahar/sedimen yang direhabilitasi
untuk Model Sistem
Pengembangan
Teknologi
Bangunan Sabo
Terlaksananya pembangunan dan/ 2015-2020 Kemen.PU Jumlah sarana/prasarana pengendali
atau pemeliharaan prasarana dan lahar/sedimen yang dioperasikan dan
sarana pengendalian sedimentasi dipelihara
pada sungai dan/ atau danau/
waduk
12. Meningkatkan tingkat pelayanan dan kinerja Terlaksananya pembangunan, 2012-2014 Tersebar seluruh 4.889,004 Kemen.PU Program Pengelolaan Jumlah buah waduk yang dibangun
prasarana sumber daya air dalam mendukung pengelolaan dan rehabilitasi wilayah Indonesia, Sumber Daya Air/
penyediaan air dan ketahanan pangan prasaraana sumber daya air untuk untuk Pengelolaan dan
mengoptimalkan fungsinya Pembangunan 19 Konservasi Waduk,
waduk (6 selesai,13 Embung, Situ serta
waduk dalam Bangunan Penampung
pelaksanaan Air Lainnya
pembangunan)

Tersebar seluruh 0,849 Kemen.PU Jumlah buah Embung/Situ/Bangunan


wilayah Indonesia, Penampung Air Lainnya yang dibangun
untuk
Pembangunan
embung /situ
/bangunan
penampung air
lainnya 426 buah
Tersebar seluruh 1,543 Kemen.PU Jumlah buah waduk yang direhabilitasi
wilayah Indonesia,
untuk Rehabilitasi

81
82
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

waduk 87 buah
Tersebar seluruh Kemen.PU Jumlah buah Embung/Situ/Bangunan
wilayah Indonesia, Penampung Air Lainnya yang direhabilitasi
untuk Rehabilitasi
embung/situ/
bangunan
penampung air
lainnya 238 buah
Tersebar seluruh 1,125 Kemen.PU Jumlah buah waduk/embung/situ yang
wilayah Indonesia, dioperasikan dan dipelihara
untuk OP
Waduk/embung/sit
u/ bangunan
penampung air
lainnya 700 waduk
dan embung/situ
Terlaksananya 212,9 KemenPU
konservasi sumber
air 52 kawasan

Tersebar seluruh 1,092 Kemen.PU Jumlah kawasan sumber air yang di konservasi
wilayah Indonesia,
untuk
Pengembangan
Teknologi Reservoir
sungai bawah tanah
/ Aquifer Storage
and Recovery (ASR)
Tersebar seluruh 1,878 Kemen.PU
wilayah Indonesia,
untuk Teknologi
Revitalisasi
Bangunan Air
Utama
Terselenggaranya pembangunan, 2012-2014 Tersebar seluruh 7,411 Kemen.PU Program Infrastruktur/ Luas layanan jaringan irigasi yang dibangun/
pengelolaan dan rehabilitasi sistem wilayah Indonesia, Pengembangan dan ditingkatkan
jaringan irigasi (termasuk subak) untuk Pengelolaan Jaringan
untuk menjaga ketahanan pangan Pembangunan Irigasi, Rawa dan
nasional jaringan irigasi Jaringan Pengairan
318.751 Ha Lainnya
Tersebar seluruh 4,561 Kemen.PU Luas layanan jaringan irigasi yang
wilayah Indonesia direhabilitasi
untuk Rehabilitasi
jaringan irigasi
942.818,74 jt Ha
Tersebar seluruh 1,692 Kemen.PU Luas jaringan irigasi yang dioperasikan dan
wilayah Indonesia dipelihara
untuk OP jaringan
irigasi 2,315 juta Ha
Tersebar seluruh KemenPU Jumlah sumur air tanah yang direhabilitasi
wilayah Indonesia
untuk rehabilitasi
air tanah titik
Tersebar seluruh 190 Kemen.PU Jumlah sumur air tanah yang dioperasikan dan
wilayah Indonesia dipelihara
untuk OP air tanah
20.440 titik
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

13. Rehabilitasi prasarana dan sarana pusat Meningkatnya luasan daerah 2015-2019 Jawa, Kalimantan, KKP Pengembangan Frekuensi kegagalan pelayanan pendaratan
pendaratan ikan di pesisir sebagai antisipasi pendaratan ikan yang tahan Sumatera, Sulawesi Pembangunan dan ikan saat musim banjir pasang naik air laut
banjir pasang air laut (rob) terhadap banjir pasang naik air laut Pengelolaan Pelabuhan
(rob) 2020-2024 Bali, NTB, NTT, KKP Perikanan Jumlah TPI yang tahan terhadap banjir pasang
Maluku, Papua naik air laut
Klaster 4: Percepatan Diversifikasi Pangan

1. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari Tersedianya bahan pangan pada 2013-2014 50 desa/tahun (BKP: 2,35) Kementan Identifikasi dan Jumlah desa yang terlibat/menerapakan
(KRPL) untuk mewujudkan kemandirian pangan wilayah rentan oleh dampak (BKP ) sosialisasi sumber program
melalui pemanfaatan pekarangan, diversifikasi perubahan iklim pangan Jumlah RT petani/masyarakat yang
pangan berbasis terlibat/menerapakan program
sumber daya lokal Perubahan atau penurunan
pengelauaran/biaya komsumsi RT petani
Peningkatan produksi pangan dan kergaman
Lokasi: 10 UPT yaitu 1 (Rp 100 juta Kementan pangan
STPP dan SPP x 10 UPT) (Badan
dengan lokasi di Penyuluha
Medan, Malang, n dan
Gowa, Bogor, Pengemb
Yogyakarta, angan
Magelang, SDM
Manokwari, Pertanian)
Kupang, Sembawa,
Palembang, dan
Banjarbaru
2. Ekplorasi dan pengembangan komoditas pangan Beberapa komoditas pangan 2013-2014 Jawa, Sumatera, Kementan Program Penciptaan Jumlah varietas atau galur harapan komoditas
lokal alternatif yang lebih tahan cekaman iklim dan alternatif yang dapat dimanfaatkan Kalimantan dan Teknologi danVarietas pertanian yang dihasilkan
hemat input untuk penganeka ragaman pangan Sulawesi Unggul Berdaya Saing / Jumlah Aksesi SDGP yang dikonversi atau
utama dan fungsional Penelitian dan diremajakan
pengembangan
bioteknologi dan sumber
daya genetik pertanian
Bebetapa komoditas pangan 2015-2019 Kementan
alternative yang daoat
dimanfaatakan untuk penganeka
ragaman pamngan utama dan
fungsiional
3. Pengembangan teknologi dan sistem pengolahan Tersedianya informasi berbagai 2013-2014 3 data informasi 2013 : 0,85 KKP Program Penelitian dan Jumlah Paket/Inovasi Teknologi, Usulan
hasil dan produk pangan alternatif produk olahan dari komoditas diversifikasi produk 2014 : 1,25 Pengembangan IPTEK HKI/Penghargaan Pengolahan Produk dan
pangan lokal alternatif yang 2015-2019 Bali, NTB, NTT, Kelautan dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
potensial untuk susbsitusi Maluku, Papua Perikanan/Penelitian
beras/pangan dan mempunyai daya dan Pengembangan
saing IPTEK pengolahan
produk dan bioteknologi
kelautan dan perikanan

4. Pengembangan Ragam Produk Berbasis Rumah Meningkatnya volume produk 2013 33 provinsi 2013 : 25,4 KKP Peningkatan Daya Ragam produk olahan hasil perikanan
Kemasan dan Value Added olahan hasil perikanan dengan 2014 : 50 Saing bernilai tambah
kemasan dan mutu terjamin Produk Perikanan /
Fasilitasi Pengembangan
Industri Pengolahan
Hasil Perikanan
5. Pengembangan dan Pembinaan UMKM di Sentra Terciptanya berbagai produk 2013- 2014 2013 :30 sentra 2013 : 20,9 KKP Peningkatan Daya Lokasi pengembangan dan pembinaan sentra
Pengolahan pengolahan hasil perikanan di 2014 : 40 sentra 2014 : 60 Saing pengolahan hasil perikanan untuk usaha skala
Indonesia yang mampu bersaing Produk Perikanan / mikro, kecil dan menengah (lokasi)
dengan produk impor dan Fasilitasi Pengembangan
dilakukan dengan melibatkan istri Industri Pengolahan

83
84
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

nelayan Hasil Perikanan


2020-2024 Bali, NTB, NTT, KKP
Maluku, Papua
6. Diseminasi teknologi (varietas, pengelolaan SDL dan Tersebarnya dan diadopsinya 2015-2019 Kementan Peningkatan Produksi Jumlah diseminasi teknologi dalam
air, pupuk), tool (katam, blue print banjir dan berbagai teknologi divesifikasi 2020-2024 Perikanan Budidaya/ rangka pengembangan kawasan
kekeringan, Permentan), dan SLPTT/SLPHT/SLI pangan (4) Pengawalan dan budidaya
Penerapan
Teknologi Terapan
AdaptifPerikanan
Budidaya
7. Penganekaragaman jenis tanaman dan rotasi Tersedianya model SUT yang lebih 2013-2014 Pm Kementan Program pengembangan Jumlah Desa yang melaksanakan program
tanaman untuk menekan kerugian akibat kegagalan tahan terhadap kejadian iklim Kawasan Rumah Pangan
suatu jenis tanaman akibat iklim ekstrim. esktrim (1) Lestari (KRPL) dan P2KP
(Percepatan
Penganekaragaman
Komsumsi Pangan)
8. Program aksi desa mandiri pangan di desa terkena Terlaksananya program aksi desa 2013-2014 30 desa mandiri 6 Kementan Program peningkatan Jumlah desa yang diberdayakan/Demapan
dampak perubahan iklim dengan pendekatan yang mandiri pangan di wilayah rentan pangan (BKP) Diversifikasi Jumlah penanganan daerah/lokasi rawan
sensitif gender dampak perubahan iklim (3) danKetahanan Pangan Jumlah hasil penyusunan PSVA
Masyarakat/Pengemba Jumlah hasil analisis ketersediaan, rawan
ngan ketersediaan pangan dan akses pangan dalam antisipasi
pangan dan penanganan rawan pangan (prov)
kerawanan pangan Jumlah pelatihan aparat yang ditingkatkan
pengetahuan dan keterampilan (prov)
Jumlah kelompok binaan di 50 desa mandiri
pangan yang telah melibatkan peran laki-laki
dan perempuan sesuai kebutuhan, minat, dan
kemampuan
Klaster 5: Pengembangan Teknologi Inovatif dan Adaptif

1. Optimasi lahan rawa lebak termasuk Termanfaatkannya potensi produksi 2013-2014 550.000 ha 1.650 Kementan Program Penyediaan Nilai ekonomi/amabahn poendapatan dan/ata
pengembangan tata air mikro (TAM) pangan pada lahan rawa lebak 2015-2019 2 juta Ha 2 juta Ha x Dan penurunan biaya komsumsi pangan RT petani
secara optimal, terutama pada Rp 3 juta Pengembaganan
musim kemarau dan saat kejadian Prasarana dan Sarana /
iklim/kemarau panjang 2020 - 2024 2,5 juta Ha 2,5 juta Ha Perluasan areal dan
x Rp 3 juta pengelolaan lahan
pertanian (Prioritas
Nasional dan Bidang)
2. Pengembangan teknologi pengelolaan tanah dan Meningkatnya daya adaptasi 2015-2019 Kementan Program penelitian dan Jumlah invensi berupa formula atau produk
tanaman untuk meningkatkan daya adaptasi tanaman dan ketahanan sisitem pengembangan sumber pupuk atau teknologi pemulihan kesuburan
tanaman usahatani, terutama terhadap resiko daya lahan lahan yang dihasilkan
kekeringan dan banjir 2020-2024 Kementan Jumlah invensi berupa formula atau produk
pupuk atau teknologi pemulihan kesuburan
yang dihasilkan
3. Penerapan teknologi pengelolaan lahan untuk Meningkatnya daya adaptasi dan pm pm Kementan Program penyediaan Jumlah teknologi konservasi tanah dan air
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap ketahanan tanaman terhadap sarana dan prasarana serta penerapan/pembuatan biopori, sumur
kekeringan (mulsa,rorak, sumur resapan, dan ancaman kekeringan melalui resapan, dll
biopori) penerapan teknologi ,mulsa, rorak,
sumur resapan dan biopori
4. SLPTT Tanaman Pangan (Padi non-hibrida, padi Tercapainya target peningkatan 2013-2014 2013 : 5.343.440 ha 2013 : Kementan Program Peningkatan Luas SLPTT Kedelai meningkat
hibrida, padi lahan kering, jagung hibrida, dan produksi padi, jagung, kedelai dan / 33 propinsi di 1.496.308 (DJTP) Produksi produktivitas 0,20 ku/ha (ha)
kedelai) kacang tanah tanpa terpengaruh Indonesia 2014 : Produktivitas dan Mutu
. oleh perubahan iklim (iklim ekstrim) 2014 : 6.941.844 1.943.905 Tanaman Pangan
dan perbaikan kondisi/kesuburan ha/33 propinsi di Untuk Mencapai
tanah Indonesia Swasembada dan/
Pengelolaan Produksi
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Lokasi: 9 balai 2,7 (Rp Kementan Tanaman Aneka


pelatihan: lokasi di 300.000.00 (Badan Pengembangan, pembinaan dan pengawalan
Cinagara, Lembang, 0 x 9 UPT Penyuluhan (Paket)
Ketindan, Batu Balai dan
Jatim, Binuang Pelatihan) Pengembang Program Peningkatan Luas SLPTT Padi meningkat produktivitas 0,5-1
Kalsel, an SDM Produksi Ku/Ha ku/ha (ribu ha)
Batangkaluku Pertanian) Produktivitas dan Mutu Luas SLPTT jagung meningkat produktivitas
Sulsel, Kupang NTT, Tanaman Pangan 0,10-0,25 ku/ha (ha)
Jambi, dan Untuk Mencapai Pengembangan, pembinaan dan pengawalan
Lampung) Swasembada dan/ (Paket)
Pengelolaan Produksi
Budidaya Serealia
Produksi Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) untuk
Produktivitas dan Mutu kawasan SLPTT dan non SLPTT
Tanaman Pangan
Untuk Mencapai
Swasembada dan/
Pengelolaan Sistem
Penyediaan Benih
2015-2019 (33 Provinsi di Kementan
Indonesia) (DJTP)
2020-2024 (33 Provinsi di Kementan
Indonesia) (DJTP)
5. SRI Tercapainya target peningkatan 2013-2014 SRI = 207.000 Ha, 29 2013: 4,47 Kementan(Dit Program Penyediaan
produksi padi, efisiensi air dan provinsi, 273 jen PSP) Dan Terlaksananya pengem,bangan |SRI seluas
perbaikan kesuburan lahan, tanpa kabupaten (2013) 2014: 630 Pengembaganan 60.000 Ha sisanya diselesaikan pada triwulan
terpengaruh oleh perubahan iklim Prasarana dan Sarana/ 2 tahun 2014
(iklim ekstrim) SRI = 300.000 Ha, 29 Perluasan areal dan Terlaksananya pengembangan SRI seluas
provinsi, 273 pengelolaan lahan 100.000 Ha
Kabupaten (2014) pertanian (Prioritas Sisanya diselesaikan pada triwulan 2 tahun
Nasional dan Bidang) 2014
6. Pengembangan jenis dan varietas tanaman yang Ditanami/berkembangnya varietas- 2013-2014 1.111.700 ha/tahun Kementan Program Penciptaan Jumlah varietas atau galur harapan komoditas
toleran terhadap cekaman lingkungan seperti varietas unggul yang tahan kenaikan Teknologi danVarietas pertanian
kenaikan suhu udara, kekeringan, banjr/ genangan, suhu udara kekeringan, baniir, dan Unggul Berdaya Saing / Jumlah Aksesi SDGP yang dikonversi atau
dan salinitas. salinitas, serta varietas unggul yang Penelitian dan diremajakan
rendah emsi pengembangan
bioteknologi dan sumber
daya genetik pertanian
7. Sekolah Lapang-Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Meningkatnya kemampuan petani 2013-2014 5.417 unit di 33 108,7 Kementan Program Peningkatan SLPHT dan SLI (Unit)
bagi petani kebun dalam memanfaatkan provinsi (DJTP) Produksi Produktivitas SLPHT : 5.000
teknologi pengendalian organisme dan Mutu Tanaman SLI : 417
penganggu tanaman secara Pangan Untuk
intergrasi dengan memperhatikan Mencapai Swasembada
perkembangan kondisi iklim / Penguatan
perlindungan tanaman
pangan dari gangguan
OPT dan DPI

85
86
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

(Badan Penyuluhan (Rp 2,7 (Rp Kementan


dan Pengembangan 300.000.00 (Badan
SDM Pertanian: 0 x 9 UPT Penyuluhan
Lokasi: 9 balai Balai dan
pelatihan: lokasi di Pelatihan)) Pengembang
Cinagara, Lembang, an SDM
Ketindan, Batu Pertanian)
Jatim, Binuang
Kalsel,
Batangkaluku
Sulsel, Kupang NTT,
Jambi, dan
Lampung
1. Meningkatnya pengetahuan, dan 2013 202 Poktan/24 14,6 Kementan Program Peningkatan Persentase peserta SLPHT yang menerapkan
keterampilan petani tentang 4 provinsi (Ditjenbun) Poduksi, Produktivitas PHT
prinsip PHT 2014 202 Poktan/24 19,84 dan Mutu Tanaman
provinsi Perkebunan
2. Meningkatnya kepedulian
Berkelanjutan
petani/kelompok tani agar mau
dan mampu secara mandiri
menerapkan PHT)
Sekolah Lapangan Pengendalian 2015-2019 (33 Provinsi di Kementan
Hama Terpadu (PHT) dan Sekolah Indonesia) (DJTP)
Lapangan Iklim bagi petani 2020-2024 (33 Provinsi di Kementan
Indonesia) (DJTP)
8. Pembangunan model adaptasi kekeringan pada Tersedianya model SUT perkebunan 2013 150 ha/tahun di 30 1,719 Kementan Program Penelitian dan Luas penerapan model SUT perkebunan yang
tanaman perkebunan menggunakan istana cacing, yang adaptif kekeringan 2014 prov, 31 Kabupaten 1,889 (Ditjenbun) Pengembangan adaptif kekeringan
irigasi tetes, pembuatan rorak, serta penanaman Sumerdaya Lahan
tanaman pelindung dan rumput pakan ternak Pertanian
Pembangunan model adaptasi 2015-2019 Program Penelitian dan Luas penerapan model SUT perkebunan yang
kekeringan pada tanaman Pengembangan adaptif kekeringan
perkebunan menggunakan istana Sumerdaya Lahan
cacing, irigasi tetes, pembuatan Pertanian
rorak, serta penanaman tanaman 2020-2024 Program Penelitian dan Luas penerapan model SUT perkebunan yang
pelindung dan rumput pakan ternak Pengembangan adaptif kekeringan
Sumerdaya Lahan
Pertanian
9. Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim Tersedianya model sistem usahatani 2013 26 Ha/12 Propinsi, 1,73 Kementan Program Peningkatan Persentase peserta SLPHT yang menerapkan
yang adaptif kekeringan 13 Kabupaten (Ditjenbun) Poduksi, Produktivitas PHT
dan Mutu Tanaman
2014 26 Ha/24 Propinsi, 2,16 Perkebunan
13 Kabupaten Berkelanjutan
10. Pengembangan galur ternak yang adaptif terhadap Tersedianya galur ternak baru yang 2013 1355 lokasi Kementan Program Penciptaan Jumlah galur unggul/harapan ternak dan TPT
lingkungan yang lebih ekstrim. tahan cekaman tinggi Teknologi danVarietas spesifik lokasi
2014 1550 lokasi Unggul Berdaya Saing Jumlah inovasi teknologi peternakan dan
/ Penelitian dan teknologi veteriner
pengembangan Jumlah SDG ternak, TPT dan veteriner yang
peternakan dikonversi dan dikarakterisasi
Jumlah bibit/benih sumber ternak dan TPT
11. Pengembangan teknologi silase untuk mengatasi Tersedia pakan alternatif bagi 2013 400 lokasi Kementan Program Pencapaian Pengembangan bahan pakan ternak asal
kelangkaan pangan musiman ternak pada musim kelangkaan swasembada Daging tumbuhan dan hewan (klpk)
pakan 2014 510 lokasi Kementan Sapi dan Peningkatan Pengembangan hijauan pakan (klpk)
Penyediaan Pangan Pengembangan pakan olahan (klpk)
Hewani yang Aman, Pengawasan mutu pakan dan pengembangan
Sehat, Utuh dan Halal / laboratorium pakan daerah
Peningkatan produksi Pembinaan dan koordinasi pakan ternak
pakan ternak dengan
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

pendayagunaan sumber
daya lokal
Pengembangan teknologi silase 2015-2019
untuk mengatasi kelangkaan
pangan musiman 2020-2024

12. Pengembangan tanaman pakan ternak yang tahan Tersedianya tanaman pakan ternak 2013 pm Kementan Program Pencapaian Pengembangan bahan pakan ternak asal
kekeringan dan tahan genangan yang tahan cekaman kekeringan swasembada Daging tumbuhan dan hewan (klpk)
dan genangan 2014 pm Kementan Sapi dan Peningkatan Pengembangan hijauan pakan (klpk)
Penyediaan Pangan Pengembangan pakan olahan (klpk)
Hewani yang Aman, Pengawasan mutu pakan dan pengembangan
Sehat, Utuh dan Halal / laboratorium pakan daerah
Peningkatan produksi Pembinaan dan koordinasi pakan ternak
pakan ternak dengan
pendayagunaan sumber
daya lokal
Pengembangan tanaman pakan 2015-2019
ternak yang tahan kekeringan dan
tahan genangan 2020-2024

13. Penyiapan kebijakan Sistem Rantai Dingin (Cool Tersedianya model penerapan 2013-2014 pembangunan dan Kementan Program Penciptaan Jumlah inovasi teknologi penanganan segar
Chain System/ CCS) pada proses pasca panen dan teknologi pasca panen dan pengembangan di 5 Teknologi danVarietas dan pengolahan hasil pertanian
penyimpanan pangan penyimpanan pangan dengan lokasi per-tahun Unggul Berdaya Saing
tingkat susun panen minimum / Penelitian dan
pengembangan pasca
panen
2015-2019

2020-2024

14. Pengembangan Sistem Rantai Dingin (Cool Chain Meningkatnya penerapan model 2013-2014 15 lokasi Kementan Program Penciptaan Jumlah inovasi teknologi penanganan segar
System/ CCS) dan pergudangan pada proses pasca CCS (1) Teknologi danVarietas dan pengolahan hasil pertanian
panen dan penyimpanan pangan Unggul Berdaya Saing
/ Penelitian dan
pengembangan pasca
panen
Program Penciptaan Jumlah inovasi teknologi budidaya, panen dan
Teknologi danVarietas pascapanen primer tanaman pangan
Unggul Berdaya Saing
/ Penelitian dan
pengembangan tanaman
2015-2019

2020-2024

15. Perakitan dan pengembangan teknologi Tersedianya teknologi pengelolaan 2013-2014 10 paket teknologi/ Kementan Program Litbang SD Jumlah teknologi pengelolaan lahan, tanah,
pengelolaan SDL, tanah, pupuk, air, tanaman dan lahan, tanah, air, pupuk, dan tahun lahan pertanian air, pupuk, dan budidaya yang adaptif dan
ternak adaptif dan atau rendah emisi pada tanah budidaya yang adaptif dan rendah rendah emisi
mineral dan gambut. emisi
16. Penelitian dan pengembangan varietas tanaman Terciptannya dan tersedianya 2013-2014 7 varietas tanaman Kementan Program Penciptaan Jumlah varietas atau galur harapan komoditas
yang adaptif terhadap perubahan iklim (kekeringan, varietas unggul adaptif terhadap pangan dan 5 Teknologi danVarietas pertanian
kenaikan suhu udara, salinitas, banjir/genangan). kekeringan, banjir, kenaikan suhu varietas Unggul Berdaya Saing / Jumlah Aksesi SDGP yang dikonversi atau
dan salinitas hortikultura adaptif Penelitian dan diremajakan
untuk tiap tahunnya pengembangan
bioteknologi dan sumber
daya genetik pertanian
17. Pengembangan inovasi teknologi adaptif, baik Berkembangnya varietas dan 2013-2014 Kementan Program Penellytian dan Jumlah varietas atau galur harapan komoditas
varietas unggul, teknik budidaya, dan pengelolaan teknologi budidaya yang adaptif Oengembangan pertanian yang diterapkan
tanah, pupuk dan air yang sudah dihasilkan pada perubahan iklim hasil perakitan Tanaman Pangan

87
88
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

RPJM sebelumnya sebelumnya


18. Pengembangan bibit ternak adaptif perubahan iklim Teridentifikasinya atau terakitnya 2013-2014 Kementan Program Penciptaan Jumlah galur unggul/harapan ternak dan TPT
beberapa jenis/bibit ternak, dan Teknologi danVarietas spesifik lokasi
pakan ternak yang adaptif Unggul Berdaya Saing Jumlah inovasi teknologi peternakan dan
perubahan iklim / Penelitian dan teknologi veteriner
pengembangan Jumlah SDG ternak, TPT dan veteriner yang
peternakan dikonversi dan dikarakterisasi
Jumlah bibit/benih sumber ternak dan TPT
19. Penerapan upaya pengurangan dampak bencana Terbangunnya sistem kesiapsiagaan 2013-2014 33 Provinsi 38 BNPB Program Jumlah fasilitasi kesiapsiagaan
banjir, kekeringan, kebakaran hutan, erosi, infarstruktur dan ketahanan Penanggulangan
gelombang pasang (robs) dan cuaca ekstrim secara masyarakat yang lebih kuat 2013-2014 Pusat 3,8 Bencana/ Kesiapsiagaan Jumlah materi penyuluhan kesiapsiagaan
struktural dan non-struktural terhadap dampak bencana dalam menghadapi
bencana

20. Pengembangan SRI yang inovatif Berkembanganya SRI inovatif pada 2015-2019 Kementan Program Peningkatan Luas areal penerapan
wilayah sesuai dan potensial 2020-2024 PraSarana dab Sarana Jumlah RT petani yang terlibat
Pertanian/Pengeloaan Tingkat efiensi air dan input lainnya
lahan dan air Peningkatan produksi
21. Perakitan dan pengembangan jenis dan varietas Tersedianya jenis dan varietas 2015-2019 Kementan Jumlah varietas tanaman yang toleran
tanaman yang toleran terhadap cekaman tanaman yang toleran terhadap 2020-2024 terhadap cekaman lingkungan seperti
lingkungan seperti kenaikan suhu udara, cekaman lingkungan seperti kenaikan suhu udara, kekeringan,
kekeringan, banjr/ genangan, dan salinitas. kenaikan suhu udara, kekeringan, banjr/genangan, dan salinitas
banjr/ genangan, dan salinitas
22. Pengembangan ternak yang adaptif tehadap Teridentifikasinya atau terakitnya 2015-2019 650 lokasi Kementan Jumlah jenis/bibit ternak, dan pakan ternak
lingkungan setempat (kekeringan, suhu tinggi, beberapa jenis/bibit ternak, dan 2020-2024 850 lokasi yang adaptif perubahan iklim
genangan) pakan ternak yang adaptif
perubahan iklim
23. Penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan Terciptanya kawasan budidaya yang 2014-2015 2014 : 2 lokasi 2014 : 1,5 KKP Peningkatan Produksi Peningkatan jumlah sentra produksi budidaya
ramah lingkungan 2015 : 3 lokasi 2015 : 2 Perikanan yang terkendali dan terehabilitasiperairannya
Budidaya/Pengem
bangan SistemKesehatan
Ikan danLingkungan
Pembudidayaan Ikan
Pengembangan Teknologi Perbenihan Ikan Terpenuhinya kebutuhan benih 2013 33 provinsi 2013 : KKP Peningkatan Produksi Jumlah unit perbenihan yang bersertifikat
untuk produksi dan pasar dengan 131,9 Perikanan Budidaya/ (unit) Ket: Masukan Dir KP Bappenas
mutu terjamin dan akurat 2014 : 176 Pengembangan Sistem Jumlah benih dengan mutu terjamin (milyar
Perbenihan Ikan benih)

Ket: Masukan Dir KP Bappenas


Pengembangan teknologi adaptasi perubahan iklim Tersedianya paket teknologi 2013-2014 5 produk biologi, 2 2013 : 2,05 KKP Penelitian dan Jumlah Paket/Inovasi Teknologi yang
dalam budidaya perikanan budidaya perikanan yang tahan paket/komponente 2014 : 2,5 pengembangan IPTEK dihasilkan/ direkomendasikan/ diusulan
terhadap perubahan iklim kn Perikanan Budidaya HKI/ Penghargaan, serta data dan
informasi untuk peningkatan produksi dan
produktifitas Perikanan Budidaya
Jumlah Produk Biologi (strain
unggul/probiotik/ vaksin)
Klaster 6: Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi (Iklim dan teknologi)
1. SLI Terkomunikasikannya informasi 2013 192 unit Kementan Program Peningkatan SLPHT dan SLI (Unit)
iklim dan teknologi dalam 3,965 (DJTP) Produksi Produktivitas
menetapan pola tanam, teknologi BMKG dan Mutu Tanaman
dan model farming yang akan (PIKAM) Pangan Untuk
diterapkan oleh petani secara Mencapai Swasembada
mandiri / Penguatan
perlindungan tanaman
pangan dari gangguan
OPT dan DPI
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

2014 225 unit Kementan


4,950 (DJTP)
2015-2019 33 Propinsi di
2020-2024 Indonesia

2. SL-PHT Terkomunikasikannya informasi 2013 2.500 unit Kementan Program Peningkatan SLPHT dan SLI (Unit)
ancaman OPT dan teknologi PHT 51,75 (DJTP) Produksi Produktivitas
untuk mengamankan produksi 2014 2.750 unit Kementan dan Mutu Tanaman
pangan akibat ancaman OPT 56,95 (DJTP) Pangan Untuk
Mencapai Swasembada
/ Penguatan
perlindungan tanaman
pangan dari gangguan
OPT dan DPI
2015-2019 33 Propinsi di Kementan
2020-2024 Indonesia (DJTP)

3. PIP Percepatan arus informasi iklim dan 2013-2014 646 unit/tahun Kementan
teknologi dari sumber infrmasi
iklim(BMKG, Badan Litbang,
Perguruan Tinggi), teknologi (Badan
Litbang/LP/PT) kepada
aparat/penyuluh dan petani
4. Pengembangan jaringan informasi dan sistem Terbangunnya sistem informasi 2013 a. Pemantapan Kementan Program penelitian dan Updating sistem informasi kalender tanam
komunikasi dan advokasi iklim, modul, peta dan iklim dan teknologi dan sistem sistem jaringan pengembangan sumber terpadu per musim (3 kali setahun)
panduan/tools (kalender tanam, penanggulangan komunikasi dan advokasi iklim, informasi, daya lahan Jaringan monitoring lapangan kalender
banjir, kekeringan dan lain-lain). pengembangan modul, peta, komunikasi dan
tanam terpadu
panduan dan tools, kalender tanam, advokasi iklim,
Informasi kalender tanam terpadu tingkat
dan penanggulangan banjir dan b. Pemantapan dan
kekeringan kecamatan seluruh Indonesia
validasi peta
Layanan informasi melalui sms mandiri
kalender tanam
terpadu
2014 aplikasi dan Program penelitian dan Updating sistem informasi kalender tanam
pengembangan pengembangan sumber terpadu per musim (3 kali setahun)
daya lahan Jaringan monitoring lapangan kalender
tanam terpadu
Informasi kalender tanam terpadu tingkat
kecamatan seluruh Indonesia
Layanan informasi melalui sms mandiri
2015-2019 Updating sistem informasi kalender tanam
terpadu
5. Pengembangan dan sosialisasi sistem informasi dan Tersedianya sistem informasi dan 2013-2014 Perairan Indonesia 2013 : 3,16 KKP Program Peneltian dan Jumlah paket/inovasi teknologi, rancang
pemetaan fishing ground dinamik pemetaan lokasi fishing ground (3x/minggu), 6 2014 : 5 Pengembangan IPTEK bangun/desain/data informasi teknologi
yang dinamis dan tahan terhadap lokasi pelabuhan Kelautan dan kelautan dan perikanan (paket)
perubahan iklim untuk desiminasi Perikanan/Pengkajian
dan perekayasaan
teknologi kelautan dan
perikanan

6. Penguatan basis data terkait perubahan Iklim Tersedianya basis data spasial dan 2013-2014 Untuk wilayah laut: LIPI Program Penelitian Jumlah buku/dokumen ilmiah kontribusi
atribut yang terkait dengan Samudra Pasifik Geoteknologi (LIPI) Indonesia untuk perubahan iklim
perubahan iklim dan aktifitas bagian barat di P.
perikanan tangkap dan budidaya Maluku dan Papua
bagian barat dan

89
90
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

sekitarnya
Untuk wilayah
pesisir dan
pulaupulau kecil:
Wilayah dengan
tingkat risiko tinggi
terhadap
perubahan iklim,
(Jawa-Madura-bali,
Sumatera)
7. Penyediaan data spasial yang terkait perubahan Tersedianya data dan informasi 2013 - 2014 Nasional, Propinsi, KKP, BMKG Program Meterologi dan Data dan informasi (prediksi dan riel data )
iklim yang terkait lokasi rawan bencana Kabupaten/Kota Geofisika dinamikan cuaca dan iklim
akibat perubahan iklim 2013: Kalimantan &
Sulawesi
8. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana banjir, Tersedianya peta resiko bencanan 2013-2014 33 Provinsi 140 BNPB Program Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
kekeringan, kebakaran hutan&lahan, erosi, banjir, kekeringan, kebakaran Penanggulangan
gelombang ekstrim&abrasi, cuaca ekstrim serta hutan&lahan, erosi, gelombang Bencana/ Pencegahan
epidemi&wabah penyakit ekstrim&abrasi, cuaca ekstrim serta dan Pengurangan Risiko
epidemi&wabah penyakit skala Bencana
nasional
9. Pembangunan sistem peringatan dini untuk Tersedianya sistem diseminasi 2013-2014 Nasional 10 BNPB Program Jumlah baseline data bencana Indonesia
bencanan banjir, kebakaran hutan dan lahan informasi peringatan dini bencana Penanggulangan
Bencana/
Pengembangan Aplikasi
Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk
Pengurangan Risiko dan
Mitigasi Bencana Alam
10 Pemantauan dan penyuluhan untuk bencana Meningkatnya kesadaran, 2013-2014 33 Provinsi 50 BNPB Program Jumlah desa tangguh bencana
gelombang ekstrim danabrasi serta bencana cuaca pemahaman dan kapasitas Penanggulangan
ekstrim masyarakat dalam menghadapi Bencana/ Pemberdayaan
ancaman bencana cuaca ekstrim Masyarakat
Terbangunnya desa tangguh
bencana
11 Meningkatkan penyediaan dan akses terhadap data Tersusunnya database mengenai 2012-2014 Tersebar seluruh 600 Kemen.PU Pengembangan Sistem
dan informasi terkait dampak perubahan iklim neraca air(potensi dan wilayah Indonesia Informasi Sumber Daya
kebutuhannya) wilayah sungai untuk Air
untuk ketersediaan air dimasa Pengembangan
depan dengan memperhitungkan Sistem Informasi
perubahan iklim SDA dan
Pengelolaan Basis
Data dan Informasi
SDA
Tersebar seluruh 1,29 Kemen.PU Penelitian Neraca Air &
wilayah Indonesia Alokasi Air di Indonesia
untuk Penelitian
Neraca Air & Alokasi
Air di Indonesia
Terlaksananya pengelolaan dan 2015-2020 Kemen.PU
pemutakhiran database neraca air
(potensi dan kebutuhannya) wilayah
sungai
Terselenggaranya pengelolaan dan 2015-2020 Kemen.PU
pemutakhiran
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

12 Pengembangan sistem dan persebaran informasi Terciptanya sistem informasi yang 2020-2024 Maluku, Papua, NTT KKP Jumlah pelabuhan perikanan yang memiliki
dan komunikasi cuaca real time bagi penangkapan real time bagi kepentingan Pada tingkat Kementan sistem informasi real time tentang lokasi
ikan di laut penangkapan ikan di laut kecamatan (4600 fishing ground dan cuaca
kecamatan seluru
Indonesia Produksi dan nilai produksi perikanan tangkap
Jumlah kapal yang dilengkapi dengan alat
bantu informasi perolehan informasi fishing
ground dan cuaca
13 Pengembangan sistem peringatan dini ancaman Terbangun dan berkembangan 2015-2019 Kementan Program penelitian dan Sistem peringatan dini untuk kekeringan,
iklim ekstrim dan serangan OPT akibat perubahan system peringatan dini ancaman pengembangan sumber banjir, dan OPT
iklim iklim ekstrim dan serangan OPT daya lahan
akibat perubahan iklim
Klaster 7: Program Pendukung

1. Analisis dampak perubahan iklim terhadap Tersedianya informasi tentang 2013-2014 program ketahanan Tersedianya informasi tentang daerah yang
aksesibilitas pangan daerah yang mengalami kesulitan pangan mengalami kesulitan akses pangan saat terjadi
akses pangan saat terjadi bencana bencana alam terkait iklim
alam terkait iklim 2020-2024 30 Lumbung 0,6 Kementan
Pangan Masyarakat (BKP)
(LPM) di daerah
rentan dampak
perubahan iklim
Jumlah hasil pengembangan model
pemantauan distribusi, harga dan cadangan
2. Analisis komprehensif tentang kerentanan dan Tersusunnya peta kerentanan dan 2013 informasi tingkat Kementan Program penelitian dan Peta tingkat kerentanan sektor pertanian
dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dampak perubahan iklim spesifik kerentanan per pengembangan sumber terhadap perubahan iklim
lokasi untuk menetapan startegi dan sub-sektor daya lahan
aksi adaptasi 2014 peta lahan gambut Kementan,
yang potensial dan LIPI
beresiko kecil untuk
pertanian
3. Identifikasi dan pemetaan lahan gambut potensial Tersusunnya peta lahan gambut 2013 teknologi adaptif Kementan Program Penelitian dan Jumlah informasi/peta potensi sumberdaya
yang beresiko kecil, serta pengembangan teknologi yang sesuai dan potensial untuk dan konservasi pengembangan lahan gambut
adaptif / ramah lingkungan dan konservasi lahan perluasan areal pertanian pangan lahan gambut sumberdaya lahan
gambut yang beresiko kecil terhadap 2014 Program Penelitian dan Jumlah teknologi adaptif dan konservasi lahan
perubahan iklim pengembangan gambut
sumberdaya lahan
4. Penelitian dan pengembangan Mekanisasi Pertanian Berkembangnya mekanisasi/alsin 2012 sKementan, Program Penciptaan Jumlah inovasi teknologi, prototipe dan sistem
pertanian dalam mendukung 3 varietas dan 4 LIPI Teknologi mekanisasi pertanian untuk
peningkatan produksi tanaman komponen danVarietas Unggul peningkatan produktivitas, efisiensi, kualitas,
pangan dan adaptasi perubahan teknologi Berdaya Saing/ nilai tambah komoditas utama
iklim Penelitian/perekayasaan Jumlah inovasi teknologi dan system
dan mekanisasi pertanian untuk peningkatan
pengembanganmekanisa produktivitas efeisiensi, kualitas, nilai tambah
si pertanian komoditas utama pertanian dan
5. Penelitian dan pengembangan varietas dan Berkembangnya mekanisasi/alsin 2013 3 varietas dan 8 Kementan Program penciptaan Jumlah pelepasan/release varietas potensial
komponen teknologi budidaya tanaman pertanian dalam mendukung komponen teknologi varietas unggul
perkebunan untuk bahan baku bio-energi penigkatan produksi perkebunan teknologi varietas unggul
dan adaptasi perubahan iklim 2014 pemantapan sistem Kementan Program penciptaan Jumlah pelepasan/release varietas unggul
kelembagaan teknologi varietas
varietas unggul
6. Penelitian dan pengembangan kelembagaan untuk Terbangun dan berkembangannya 2013-2014 rekomendasi dan Kementan Pengembangan Mekanismne dan sistem kelembagaan
menunjang kemampuan mitigasi dan adaptasi kelembagaan yang mendukung aksi perumusan kelembagaan mendukung adaptasi dan mitigasi PI
perubahan iklim. adaptasi dan mitigasi perubahan kebijakan sektor mendukung API
iklm pertanian
7. Analisis kebijakan sektor pertanian untuk adaptasi Tersusunnya sintesis dan 2013-2014 SDM yang terlatih Kementan Program Analisis dan Policy paper masukan kebijakan adaptasi (dan

91
92
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

dan mitigasi perubahan iklim. rekomendasi kebijakan dalam didukung dengan sistesis kebijakan mitigasi)untuk pegmanan produksi pangan (di
mendukung aksi adaptasi dan tersedianya fasilitas mendukung adaptasi sektor pertanian )
mitigasi dan (dan mitigasi PI)
sarana/prasarana
8. Peningkatan kemampuan penelitian dan Terbangunnya kemampuan 2013-2014 pelatihan dan Kementan Program Pembinaan dan SDM terlatih untuk melakukan adaptasi
pengembangan pertanian (capacity building) dalam penelitian dan pengembangan diseminasi bagi Peningkatan kapasitas Perubahan Iklim (penerapan teknologi yang
rangka meningkatkan kapasitas adaptif dan mitigasi dalam mendukung peningkatan penyuluh dan ketua SDM climate smart)
sektor pertanian terhadap perubahan iklim. kamampuan adaptasi dan mitigasi gapoktan
9. Penelitian dan pengembangan sistem adopsi atau Berlangsungnya proses alih 2013 pelatihan dan Kementan Program Percepatan Sistem dan mekanisme percepatan inovasi
alih teknologi di tingkat petani, melalui penataan /transfer teknologi dalam upaya diseminasi bagi diseminasi inovasi teknologi mitigasi dan adaptasi PI bagi
kembali fokus dan prioritas penelitian serta sistem adopsi teknologi melalui fokusing kelompok tani teknologi adaptasi PI penyuluh dan gapoktan
diseminasi yang mampu menjawab permasalahan kegiatan litbang 2014 Nasional Program Percepatan Kelompok tani terlatih
petani diserta dengan revitalisasi penyuluhan diseminasi inovasi
pertanian, pendampingan, pendidikan dan pelatihan teknologi adaptasi (dan
bagi petani mitigasi)i
10. Penelitian dan pengembangan kelembagaan, Tersedianya hasil kajian dan analisis 2013 Nasional Kementan
evaluasi dampak dan analisis kebijakan kegiatan untuk mendukung penyusunan dan 2014 Nasional Kementan Program Analisis dan Sistem dan mekanisme MRV adaptasi dan
adaptasi pertanian menghadapi perubahan iklim pelaksanaan kegiatan adaptasi sistesis kebijakan mitigasi PI
perubahan iklim mendukung adaptasi
(dan mitigasi PI)
11. Penyempurnaan berbagai langkah dan strategi Terwujudnya proses 2013 - 2014 ... Kabupaten/Kota Kementan Program Analisis dan Policy paper pemantapan program API
adaptasi perubahan iklim yang sudah diterapkan penyempurnaan startegi dan sistesis kebijakan
pada RPJM sebelumnya kebijakan sesuai dengan dinamika mendukung adaptasi
dan perkembangan lingkungan (dan mitigasi PI)
strategik
12. Advokasi dan spesialisasi (gabungan) Terselenggaranyan kegiatan dan 2013 - 2014 Nasional dan BAPPENAS, Program Analisis dan ... Kabupaten/Kota
proses adovokasi dan sosialisasi daerah Kementan, sistesis kebijakan
tentang upaya-upaya dan teknologi KKP, Provinsi, mendukung adaptasi
adaptasi, mitigasi serta berbagai Kab/Kota (dan mitigasi PI) dan
kegiatan pendukung mitigasi berdasarkan
gender
13. Pelatihan perencanaan dan penganggaran responsif Terlatihnya Pejabat dan staf 2013-2014 Seluruh provinsi di BAPPENAS, Program Pelatihan Jumlah staf yang dilatih
gender (PPRG) bagi perencana program ketahanan perencana program ketahanan Indonesia BPS, perencanaan dan Jumlah lembaga, provinsi, kab/kota yang
pangan merespon perubahan iklim pangan tentang PPRG dalam Kementan, penganggaran responsif menerapkan PPRG dalam program ketahanan
merespon perubahan iklim untuk KKP, gender dalam program pangan
bidang ketahanan pangan Kab/Kota ketahanan pangan Jumlah program yang telah menerapkan PPRG
merespon perubahan
iklim
14. Menyusun rencana aksi desa pengurangan risiko Tersedianya Rencana Aksi Desa 2013-2014 Tersebar seluruh 5,850 Kemen.PU Program Dukungan Jumlah dokumen perumusan kebijakan
bencana, mengadakan penyadaran masyarakat, dalam antisipasi bencana yang wilayah Indonesia manajemen dan kelautan yang dapat menjadi masukan bagi
gladi yang reguler, latihan tanggap darurat, akses terkait dengan perubahan iklim di untuk Penyusunan Pelaksanaan Tugas pembangunan kelautan dan perikanan
data dan informasi bencana, dan aktivitas lain wilayah pesisir dan pulau kecil Peta Kejadian dan Teknis Lainnya
terkait Rawan Banjir, tanah KKP/Perumusan dan
longsor, dan Pengembangan
kekeringan Kebijakan Kelautan
Tersusunnya kajian dan database 2012-2014 Tersebar seluruh 1,500 Kemen.PU
tingkat kerentanan suatu wilayah wilayah Indonesia
terhadap bencana dampak untuk Penyusunan
perubahan iklim database
kerawanan
kawasan yang
rentan terhadap
bencana
Tersebar seluruh 300 Kemen.PU
wilayah Indonesia
ntuk Penyusunan
Pedoman
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Rasionalisasi
jaringan pos
hidrologi
15. Meningkatkan penyediaan dan akses terhadap data Terselenggaranya rasionalisasi 2012-2014 Tersebar seluruh 46,500 Kemen.PU Pos hidrologi dan stasiun Indikator tidak tercantum dalam RKP 2013
dan informasi terkait dampak perubahan iklim jaringan pos hidrologi utk wilayah Indonesia pemantauan kualitas air
memantau dampak perubahan iklim untuk yang terbangun dan
Rehabilitasi/pening terpelihara
katan
poshidrologi155pos
Tersebar seluruh 23,740 Kemen.PU OP Jaringan pos hidrologi Indikator tidak tercantum dalam RKP 2013
wilayah Indonesia
untuk OP jaringan
pos hidrologi 1.187
pos
Tersebar seluruh 700 Kemen.PU Studi jaringan pos Indikator tidak tercantum dalam RKP 2013
wilayah Indonesia pemantauan TMA air
untuk Studi jaringan tanah di lahan gambut
pos pemantauan
TMAair tanah di
lahan gambut
Tersebar seluruh 21,000 Kemen.PU Pos Pemantauan TMA air Indikator tidak tercantum dalam RKP 2013
wilayah Indonesia tanah lahan gambut
untuk Pemantauan
posTMA air tanah
lahan gambut
16. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan Berkurangnya lahan kritis melalui 2013 33 propinsi Bersinergi Kemenhut Peningkatan Fungsi Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada
Reklamasi Hutan di DAS Prioritas rehabilitasi dan reklamasi hutan dengan 4.2 (BPDAS) dan DAS prioritas seluas 100.000 Ha
Daya Dukung DAS
BerbasisPemberdayaan Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis
Masyarakat/Perencanaa pada DAS prioritas seluas 389.000 Ha
n Penyelenggaraan
Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan
Rehabilitasi Hutan dan
mangrove, gambut, rawa dan sempadan
Lahan, pengembangan
pantai pada DAS prioritas seluas 10.000 Ha
kelembagaan dan
Terjaminnya hutan kota seluas 1.000 Ha
evaluasi DAS

Terbangunnya hutan kemasyarakatan dan


hutan desa seluas 500.000 Ha

17. Penyusunan konsep sempadan pantai yang Tersedianya konsep pengaturan 2013-2014 Seluruh provinsi di LIPI, Program Peningkatan Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahankritis,
mengandung isu perubahan iklim sempadan pantai yang memasukan Indonesia Kementerian Fungsi dan Daya hutan mangrove, dansempadan pantai pada
aspek perubahan iklim Kehutanan Dukung DAS DAS prioritas seluas 10.000 Ha
Berbasis
Pemberdayaan
Masyarakat/Perencanaa
n Penyelenggaraan
Rehabilitasi Hutan dan
Lahan, pengembangan
kelembagaan dan
evaluasi DAS
18. Kajian perubahan monsun di perairan Indonesia Tersedianya data dan informasi 2013-2014 Wilayah Jawa 0,178 Kementan Program penelitian dan Jumlah Kawasan Pesisir dan WPP yang
serta karakteristik dan dinamika laut (Ditjen PSP) pengembangan IPTEK terpetakan sumberdaya, karakteristik dan
berdasarkan Wilayah Pengelolaan Kelautan dan dinamikanya
Perikanan Perikanan/Penelitian
dan Pengembangan
IPTEK Kewilayahan,
Dinamika dan Sumber

93
94
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran
Penanggun
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
g Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Daya Laut dan Pesisir

19. Sosialisasi dan penyadaran masyarakat pada isu Terlaksanakannya sosialisasi 2013-2014 Seluruh provinsi di 2013 : 0,2 KKP Komunikasi dan Jumlah sosialisasi tentang perubahan iklim di
perubahan iklim dan adaptasi perubahan iklim penyadaran masyarakat tentang isu Indonesia penyadaran publik nelayan
perubahan iklim pada masyarakat tentang adaptasi
nelayan dan pembudidaya ikan perubahan iklim

20. Pengembangan dan Updated Blue Print Banjir Tersusunnya Blue Print banjir kering 2013 Program Data dan informasi banjir kering di Jawa
Kering dan informasi pengelolaan banjir Pengembangan IPTEK
dan kekeringan partisipatif dan sarana dan prasarana
berkelanjutan pertanian

21. Melaksanakan audit lahan sawah dan keragaan Terlaksananya audit lahan sawah 2015-2019 Seluruh Indonesia 20,000 Bappenas,
jaringan irigasi dalam rangka evaluasi dan dan keragaan jaringan irigasi
inventarisasi kondisi lahan sawah dan irigasi di UKP4, BPS
seluruh indonesia
1.2 Sub-Bidang Kemandirian Energi
Sasaran:
1. Pengembangan energi bersumber dari tenaga air (hydropower) dan panas bumi pada daerah dengan risiko iklim rendah dengan kondisi ekosistem yang mendukung
2. Pengembangan tanaman untuk bioenergi (biomassa dan bahan bakar nabati) dengan produktivitas tinggi dan tahan cekaman iklim
3. Optimalisasi pemanfaatan limbah organik untuk produksi energi dan gas, khususnya di wilayah padat penduduk untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan meningkatkan selang toleransi wilayah terhadap
kejadian hujan ekstrim tinggi.
4. Peningkatan pemanfaatan sumber energi terbarukan di desa-desa terpencil yang mendorong kelestarian ekosistem dan ketersediaan energi yang berkelanjutan

Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN


Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
Jawab Program/ Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas

Klaster 1: Perbaikan dan konservasi wilayah tangkapan hujan

1. Peningkatan produksi dan diversifikasi hutan alam Peningkatan produksi hasil hutan 2013 12,579 Kementerian Konservasi Terjaminnya pengusahaan pariwisata
bukan kayu/jasa lingkungan dari Kehutanan (BUK) Keanekaragaman hayati alam meningkat sebesar 12%
kawasan hutan alam dan perlindungan Terjaminnya PNPB di bidang
hutan/Pengembangan pengusahaan pariwisata alam meningkat
pemanfaatan jasa 20% dibanding tahun 2008
lingkungan Terjaminnya Kader Konservasi,
kelompok Pencinta Alam, kelompok
Swadaya masyarakat/kelompok Profesi
yang dapat diberdayakan meningkat 2%
3,410 Badan P2SDMK Penyuluhan dan Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan
Pengembangan SDM
Kehutanan/Dukungan
manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis
lainnya
2. Percepatan pengukuhan kawasan hutan khususnya Tercapainya kejelasan status dan 2013 Seluruh Bersinergi Kementerian Perencanaan Makro Terjaminnya tata batas kawasan hutan
wilayah tangkapan hujan di DAS lokasi dan rencana tata batas kawasan hutan yang Indonesia dengan 3.1.1 Kehutanan Bidang Kehutanan dan Sepanjang 19.000 km (kumulatif sampai
pengembangan PLTA dan Panas Bumi merupakan wilayah tangkapan (planologi) Pemantapan Kawasan dengan 2013 adalah 43.514 km)) , terdiri
hujan di DAS lokasi PLTA dan Panas Hutan/ dari batas luar dan batas fungsi kawasan
Bumi Pengukuhan Kawasan hutan
Terkendalinya perubahan fungsi Hutan Penunjukan kawasan hutan provinsi
dan peruntukkan kawasan hutan selesai 15 provinsi 20 lokasi (kumulatif
sampai 2013)
Penetapan kawasan hutan yang telah di
tata batas temu gelang selesai 75% per
tahun
Rekomendasi perubahan fungsi kawasan
hutan secara parsial selesai 75% per
tahun
SK pelepasan kawasan hutan secara
parsial
selesai 75% per tahun
3. Percepatan penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Tercapainya rehabilitasi hutan 2013 100 rb ha (hutan) Bersinergi Kementerian Peningkatan Fungsi dan Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan
Lahan dan Reklamasi Hutan di DAS Prioritas, khususnya pada DAS prioritas dan di DAS prioritas dengan 3.4.2 Kehutanan (BPDAS Daya Dukung DAS pada DAS prioritas seluas 100.000 Ha
di DAS lokasi untuk pengembangan PLTA dan Panas rehabilitasi lahan kritis di lokasi PS) Berbasis Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan
Bumi pengembangan PLTA dan panas 389 rb ha (lahan Pemberdayaan kritis pada DAS prioritas seluas 389.000
bumi kritis)/32 provinsi Masyarakat / Ha
Perencanaan, Terjaminnya tanaman rehabilitasi
10 rb hutan penyelenggaraan RHL, hutan mangrove, gambut, rawa dan
mangrove di DAS reklamasi, pengembangan sempadan pantai pada DAS prioritas
prioritas kelembagaan dan evaluasi seluas 10.000 Ha
DAS Terjaminnya hutan kota seluas 1.000 Ha

95
96
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
Jawab Program/ Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
1 rb hutan kota di Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan
32 propinsi kritis, hutan mangrove, gambut, rawa
dan
sempadan pantai pada DAS prioritas
seluas
Terjaminnya hutan kota seluas 6.000 Ha.
4. Pengendalian penggunaan kawasan hutan Terwujudnya penggunaan kawasan 2013 15% Kementerian Perencanaan Makro Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
untukpembangunan di luar kegiatan kehutanan, hutan sesuai dengan fungsi, 6,961 Kehutanan Bidang Kehutanan dan terlayani
khususnya pada wilayah tangkapan hujan yang peruntukan dan peraturan yang (planologi) Pemantapan Kawasan 100% secara tepat waktu
melayani PLTA, geothermal dan irigasi berlaku Hutan / Wajib bayar tertib membayar PNBP
Pengendalian Penggunaan Penggunaan Kawasan Hutan minimal
Kawasan Hutan untuk 80%
Pembangunan di luar Data dan informasi penggunaan
Kegiatan Kehutanan kawasan
hutan di 33 provinsi
Peraturan perundangan penggunaan
kawasan hutan
5. Pengembangan Model Desa Mandiri Energi berbasis Terlaksananya pemeliharaan 2015-2019 Wilayah DAS Kementerian ESDM,
PLTMH untuk Daerah Aliran Sungai wilayah tangkapan hujan melalui 2020-2024 Prioritas Kemenhut
pemanfaatan jasa lingkungan air
untuk energi

Klaster 2: Perluasan pemanfaatan sumber energi terbarukan

1. Penyediaan dan pengelolaan energi baru dan Meningkatnya pemahaman 2013 50 indeks 25 Kementerian Energi Program Pengelolaan Jumlah pembinaan program dan
pelaksanaan konservasi energi di desa-desa terpencil masyarakat terhadap dan Sumberdaya Energi Baru Terbarukan perencanaan bioenergi
pemanfaatan sumber energi Mineral Dan Konservasi Laporan penyiapan program
terbarukan dan manfaatnya bagi Energi/Pembinaan,
pemanfaatan energi
kelestarian lingkungan dan tingkat Pengawasan dan
ketahanan terhadap dampak Pengusahaan Bioenergi
perubahan iklim Program Pengelolaan
Energi Baru Terbarukan
Dan Konservasi
Energi/Perencanaan
Energi, Penerapan
2014 50 indeks 25
Konservasi Energi dan
Teknologi Energi Bersih
Meningkatnya jumlah Desa 2013 LPE 3472,88 Program Pengelolaan Jumlah pembangunan DME berbasis
Mandiri Energi berbasis BBN 2014 LPE 3646,52 Energi Baru Terbarukan BBN
dengan mengoptimalkan Dan Konservasi
pemanfaatan lahan-lahan tidak Energi/Pembinaan,
produktif Pengawasan dan
Pengusahaan Bioenergi
Peningkatan kapasitas terpasang 2013 71 lokasi 432,491 Program Pengelolaan
pembangkit listrik dari sumber 2014 11,94 DAK Energi Baru Terbarukan
Jumlah pembangkit listrik energy
energi mikro hidro (MW) Dan Konservasi
terbarukan
Peningkatan kapasitas 2013 0,1 4.000 Energi/Pembinaan,
pembangkit dari sumber energi 2014 0,1 4.000 Pengawasan dan
biomassa (MW) melalui Pengusahaan Aneka
pembangunan hutan energi di Energi Baru Terbarukan
lahan-lahan terdegradasi
Peningkatan kapasitas PLTPH 2013 3.000 69.556
terpasang 2014 5,795 68.088
Peningkatan kapasitas PLTMH 2013 23 unit 97,968
terpasang
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
Jawab Program/ Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
Pembangunan PLTS terpusat 2013 107 unit 261,824
pada tahun 2013 direncanakan
target/lokasi sebanyak 107 unit
degan anggaran Rp.
261.824.000.000,-
2. Peningkatan pemanfaatan limbah organik untuk produksi Termanfaatkannnya limbah 2013-2014 Wilayah ESDM dan PEMDA
gas dan energi di wilayah pemukiman padat, khususnya di organik dari rumah tangga pemukiman padat
wilayah yang dekat badan sungai ataupun ternak untuk pemenuhan penduduk dan
gas dan energi RT peternakan
Berkurangnya tingkat masyarakat yang
pencemaran badan sungai dan badan sungai telah
saluran pengendali banjir oleh mengalami tingkat
limbah sehingga dapat pencemaran tinggi
meningkatkan selang toleransinya
terhadap kejadian iklim ekstrim
3. Pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro Terjadinya peningkatan 2015-2019 Papua (12.725
pemanfaatan jasa lingkungan air 2020-2024 MW); Kalimantan
untuk listrik pedesaan melalui Timur (6.743 MW),
pengembangan PLTMH Sulawesi Selatan,
Kalimantan Barat,
Sumatera Utara
dan Aceh
4. Diversifikasi energi terbarukan berbasis BBN Terciptanya peningkatan 2015-2019 Seluruh wilayah ESDM, Kemenhut,
pemanfaatan energi terbarukan 2020-2024 Indonesia Kementan
berbasis BBN, melalui pemanfaatan
lahan-lahan kurang produktif

Klaster 3: Pengembangan Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk budidaya tanaman sumber bahan bakar nabati dan hutan tanaman untuk energi (energi plantation)

1. Teknologi peningkatan produksi benih/bibit bermutu Tersedianya IPTEK produksi 2013 Jawa Barat, Jawa Badan Litbang Penelitian dan Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan
tanaman hutan penghasil kayu energi dan tahan cekaman benih/bibit bermutu tanaman 2014 Tengah dan NTB 97,44 Kehutanan pengembangan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6
iklim Ket: (b) hutan kayu energi dan tahan Kementerian/Penelitian judul, yaitu : (1) teknik peningkatan
cekaman iklim dan pengembangan produktifitas hutan tanaman penghasil
peningkatan produktivitas kayu pertukangan; (2) teknik
hutan peningkatan produktifitas hutan
tanaman penghasil pulp; (3) teknik
peningkatan produktifitas jenis-jenis
tanaman kayu energi; (4) teknik
penyediaan benih unggul; (5) teknik
peningkatan produktifitas dan nilai
ekonomi HHBK FEM (food,
energy,medicine);
2. Pengembangan sentra-sentra bibit bio energi khususnya 2015-2021 Per wilayah se Bersinergi BPDAS PS Peningkatan Fungsi dan
di daerah pusat pengembangan bio energi Indonesia dengan 3.4.3 Daya Dukung DAS
berbasis Pemberdayaan
Masyarakat/
Pengembangan
Perbenihan Tanaman
Hutan
3. Teknologi pengolahan bahan bakar nabati berbasis Tersedianya teknologi 2013-2014 Jawa, Sumatera, 32,66 Balitbang Kehutanan Penelitian dan Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan
karbohidrat (bioetanol), lemak dan minyak (bio-diesel), pengolahan BBN berbasis bio- Bali, Sulawesi pengembangan keteknikan dibidang keteknikan kehutanan dan
selulosa dan hemi-selulosa (bio-oil) dan bio-kerosene etanol, bio-diesel, bio-oil, hutan dan pengolahan pengelolaan hasil hutan sebanyak 5
kerosene dan pemanfaatnnya di hasil hutan judul, yaitu : (1) informasi tentang sifat
desa-desa sasaran yang dasar dan kegunaan kayu sesuai tujuan
berpotensi untuk produksi BBN pemakaiannya; (2) teknik pemanenan
dari pemanfaatan lahan-lahan hutan ramah lingkungan; (3) teknik
tidak produktif pemanfaatan dan peningkatan kualitas
kayu serta standarisasi prodk kayu; (4)

97
98
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
Jawab Program/ Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
teknik pengolahan hasil hutna bukan
kayu; (5) teknik perekayasaan dan
substitusi bahan pembantu

Teknologi pengolahan bahan bakar nabati berbasis Tercapainya optimalisasi kawasan 2015-2019 ESDM
4. biomassa dan biji-bijijan non-pangan hutan melalui pengembangan dan 2020-2024
pemanfaatan energi terbarukan (ET)
5. Teknologi pengolahan limbah organik untuk BBN Tercapinya optimalisasi 2015-2019 Badan Litbang
pemanfaatan limbah organik 2020-2024 Kehutanan, ESDM
sebagai sumber energi
6. Teknologi pengolahan limbah padat menjadi bio-energi Tersedianya teknologi pengolahan 2015-2019 Wilayah perkotaan Badan Litbang
limbah padat kota menjadi bahan 2020-2024 terutama di Kehutanan
baku energi bantaran sungai
7. Teknologi smart grid Tersedianya sarana smart grid 2015-2019 Kementerian Energi
(kapasitas transmisi tegangan 2020-2024 dan Sumberdaya
tinggi, kapasitas pencadangan (back Mineral
up capacity) dan pembangunan
jaringan listrik pintar baru untuk
mengelola pasokan ET

Klaster 4: Program Pendukung

1. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Tercapainya efektifitas pengelolaan 2013 33 provinsi dan 50 Kemenhut Dukungan Manajemen dan
TeknisLainnya Ditjen RehabilitasiLahan dan Perhutanan DAS terpadu melalui penguatan satker Pelaksanaan Tugas Teknis
284,92
Sosial (RLPS) kapasitas kelembagaan, khususnya lainnya
2014 33 provinsi dan 50
wilayah DAS dengan beban Sekretariat Jenderal
satker
lingkungan yang tinggi
Terciptanya komitmen dan 2015-2019 Kementerian
dukungan kebijakan kehutanan 2020-2024 Kehutanan
terhadap peralihan pemanfaatan
energi ke energi terbarukan (ET)
2. Pembangunan Demplot agroforestry tanaman jenis kayu Terbangunnya demplot 2013-2014 Jawa Barat, Jawa 97,44 Balitbang Penelitian dan Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan
energi, jenis setempat dan jenis induksi agroforestry tanaman jenis kayu tengah dan NTB Kemenhut pengembangan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6
energi jenis setempat dan jenis peningkatan produktivitas judul, yaitu : (1) teknik peningkatan
induksi hutan
produktifitas hutan tanaman penghasil
kayu pertukangan; (2) teknik
peningkatan produktifitas hutan
tanaman penghasil pulp; (3) teknik
peningkatan produktifitas jenis-jenis
tanaman kayu energi; (4) teknik
penyediaan benih unggul; (5) teknik
peningkatan produktifitas dan nilai
ekonomi HHBK FEM (food,
energy,medicine
3. Identifikasi persyaratan tumbuh dan pertumbuhan dan Tersedianya informasi mengenai 2013-2014 Jawa Barat, Jawa Kemenhut Penelitian dan Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan
hasil tanaman hutan penghasil kayu energi tumbuh dan pertumbuhan tengah dan pengembangan di bidang produktifitas hutan, yaitu
tanaman kayu energi yang tahan Mataram Kementerian/Penelitian teknik peningkatan produktifitas jenis-
cekaman dan pengembangan jenis tanaman kayu energi
produktivitas hutan
4. Pelaksanaan Penelitian evaluasi dampak perubahan iklim Tersedianya informasi tentang 2013-2014 Tiga DAS utama PU
dan tataguna lahan pada produksi listrik tenaga air (PLTA) dampak perubahan iklim dan lokasi pembangkit
tataguna lahan pada aliran listrik tenaga air
permukaan di DAS lokasi
pembangkit listrik tenaga air
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Milliar
Jawab Program/ Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
5. Penyusunan peta wilayah sasaran/prioritas untuk Tersedianya peta wilayah prioritas 2013-2014 Seluruh wilayah ESDM,
pengembangan energi dari limbah organik, bioenergi dan pengembangan untuk produksi Indonesia Kemenhut (BPDAS)
Pico and mikro hidro untuk mendukung resiliensi wilayah gas dan energi dari limbah
sasaran terhadap perubahan iklim organik, bioenergi dan Pico and
mikro hidro
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Terciptanya kebijakan kebijakan 2015-2019 Kementerian Energi
lainnya Ditjen Energi Baru dan Terbarukan yang insentif untuk bidang energi dan Sumberdaya
mendorong optimalisasi pengembangan energi terbarukan (ET) Mineral
terbarukan dan mendukung kelestarian ekosistem dan Tersedianya kebijakan mengenai 2015-2019
resiliensi wilayah terhadap keragaman dan perubahan penetapan harga pembelian
iklim tenaga listrik oleh PT PLN dari
pembangkt tenaga listrik yang
menggunakan energi terbarukan
berbasis air (mikro hidro)
Tercapainya optimalisasi 2015-2019
pemanfaatan limbah perkotaan di
wilayah-wilayah dengan ekosistem
rentan
Terciptanya kebijakan dan 2015-2019
program untuk menciptakan iklim 2020-2024
usaha yangmendorong
pengusahaan EBT (air) skala
komersial
Tersedianya jenis-jenis baru 2015-2019 Balitbang
tanaman bio-energi dengan 2020-2024 Kehutanan, LIPI
produktivitas tinggi dan tahan
terhadap perubahan iklim
Tersedianya peta kesesuaian jenis-
jenis tanaman penghasil kayu
energi
Pengembangan pengelolaan limbah 2015-2019 Balitbang ESDM
Biomassa untuk Pembangkit listrik 2020-2024
(Limbah pertanian, industri dan
sampah kota)
7. Pengembangan penelitian 2nd generation energi Termanfaatkannya limbah-limbah 2015-2019 Balitbang ESDM,
88rganic sebagai sumber bio-energi 2020-2024 Kemenristek, BPPT
8. Pengadaan lahan untuk Kebun Energi yang tahan Pemda
cekaman iklim
9. Pengembangan teknologi pemanfaatan energi terbarukan Tersedianya teknologi pemanfaatan 2013-2014 2013: 2,6 Kemenristek Penguatan Jaringan Jumlah rekomendasi kebijakan
energi terbarukan 2014: 2,6 IPTEK/Peningkatan
Jumlah konsorsium
Dukungan Teknologi bagi
Peningkatan Pemanfaatan Jumlah prototype
Energi Terbarukan
termasuk Energi Alternatif Jumlah paket penunjang teknologi
Geothermal, Tenaga Surya,
Mycrohidro, Bio-Energi, dan
Nuklir
10. Pemberian insentif untuk pengembangan bioenergi, Dikeluarkannya beberapa kebijakan Kemenkeu Perumusan kebijakan Terbitnya PMK tentang Pemberian
termasuk yang berasal dari sumber bahan baku yang insentif fiskal baik untuk pajak Fiskal/ Pemberian Fasilitas Insentif
2013-2014
tahan terhadap cekaman iklim penghasilan, pajak pertambahan Perpajakan terhadap Perpajakan sektor energi terbarukan
nilai maupun Bea Masuk untuk Pemanfaatan Energi
engembangan energi nterbarukan Terbarukan (Renewable
dan ramah lingkungan termasuk Energi)
bioenergi. Kemen ESDM
KLH

99
100
2. Bidang Sistem Kehidupan

2.1 Sub Bidang Kesehatan


Sub-Bidang Kesehatan
Sasaran:
1. Identifikasi dan pengendalian faktor-faktor kerentanan dan risiko pada kesehatan masyarakat yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim
2. Penguatan sistem kewaspadaan dan pemanfaatan sistem peringatan dini terhadap mewabahnya penyakit menular dan penyakit tidak menular yang diakibatkan perubahan iklim
3. Penguatan regulasi, peraturan perundangan, dan kapasitas kelembagaan di tingkat pusat dan daerah terhadap risiko pada kesehatan masyarakat yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim
4. Peningkatan ilmu pengetahuan, inovasi teknologi, dan partisipasi masyarakat terkait adaptasi kesehatan terhadap perubahan iklim

Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN


No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Miliar Penanggung Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
Klaster 1: Identifikasi dan pengendalian faktor-faktor kerentanan dan risiko pada kesehatan masyarakat yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim
1. Pemutakhiran kajian risiko dan adaptasi Termutakhirnya basis data dan 2013- 2019 Wilayah dengan 2013: 85,6 Lead: Kemenkes, Penelitian dan Jumlah produk/model intervensi/
perubahan iklim bidang kesehatan pada informasi yang terkait dengan tingkat risiko tinggi di 33 Total 5 tahun: Supporting: Pengembangan Klinik prototipe/ standar/formula/kajian di
tingkat kabupaten/kota bahaya, kerentanan, dan risiko provinsi 111,2 Bappenas, BIG, Terapan dan Epidomologi bidang teknologi terapan kesehatan dan
(kemunculan dan penyebaran BMKG, Kemen-LH, Klinik (RKP 2013 dan epidomologi klinik
penyakit terkait variabel iklim, DNPI Renstra Kemenkes 2010- Laporan status kesehatan masyarakat di
lingkungan, demografi, dan geografi) 2014) Provinsi dalam wilayah 1
serta zonasi strategi adaptasi Laporan status fasilitas RS dan puskesmas
perubahan iklim pada bidang di Provinsi dalam wilayah 1
kesehatan hingga tahun 2050 di Jumlah publikasi illmiah di bidang teknologi
wilayah kabupaten/kota terapan dan epidomologi klinik yang
dimuat pada media cetak/ elektronik file: a)
nasional dan b) Internasional`
2013: 72,5 Pengolahan Data dan Persentase ketersediaan profil kesehatan
Total 5 tahun: Informasi Kesehatan (RKP nasional, provinsi, dan Kab/Kota per tahun
592,5 2013 dan Renstra 2010 - Persentase Provinsi dan Kab/Kota yang
2014 Kemenkes) memiliki bank data kesehatan
Persentase provinsi dan kab/kota yang
menyelenggarakan sistem informasi
kesehatan terintegrasi
2. Pengamatan dan pengendalian agen Terciptanya kegiatan pengamatan dan 2013-2024 Nasional 2013: 104,8 Kemenkes Penelitian dan Jumlah produk/model /prototipe/standar/
penyakit, khususnya di sekitar kelompok pengendalian agen penyakit, Milyar Pengembangan Biomedis formula di bidang biomedis dan teknologi
rentan: wanita, anak, dan lanjut usia, khususnya pada kelompok rentan: dan Teknologi Dasar dasar kesehatan
masyarakat berpenghasilan rendah wanita, anak, lanjut usia, masyarakat Kesehatan Laporan status biomedis masyarakat di
berpenghasilan rendah Indonesia dan setiap Provinsi
Laporan status fasilitas laboratorium
mandiri di Indonesia dan setiap Provinsi
3. Pengamatan dan pengendalian perantara Terciptanya kegiatan pengamatan dan 2013-2024 Nasional 2013: 38,3 Kemenkes Penelitian dan Jumlah produk/model/prototipe/ standar/
penyakit (vektor), khususnya di sekitar pengendalian perantara penyakit, Milyar Pengembangan Vektor dan formula di bidang vektor dan reservoir
kelompok rentan: wanita, anak, dan lanjut khususnya pada kelompok rentan: Reservoir Penyakit (RKP penyakit
usia, masyarakat berpenghasilan rendah wanita, anak, lanjut usia, masyarakat 2013 - Kemenkes) Laporan status kesehatan masyarakat di
berpenghasilan rendah Provinsi dalam wilayah V
Laporan status fasilitas RS dan Puskesmas
di Provinsi dalam wilayah V
4. Pengamatan dan pengendalian kualitas Terciptanya kegiatan pengamatan dan 2013-2024 Nasional 2013: 107,554 Kemenkes Penyehatan Lingkungan Persentase penduduk yang memiliki akses
lingkungan, khususnya pada permukiman pengendalian kualitas lingkungan, Total 5 tahun: (RKP 2013 dan Renstra terhadap air minum berkualitas
kelompok rentan: wanita, anak, dan lanjut khususnya pada kelompok rentan: 2.054,5 Kemenkes 2010 2014) Persentase kualitas air minum yang
usia, masyarakat berpenghasilan rendah wanita, anak, lanjut usia, masyarakat memenuhi syarat
berpenghasilan rendah Persentase penduduk yang memakai
jamban sehat
Persentase Kab/Kota/Kawasan yang telah
melaksanakan Kab/Kota/Kawasan sehat
Persentase penduduk Stop Buang Air
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Miliar Penanggung Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
Besar Sembarangan (BABS)
Cakupan daerah potensial yang
melaksanakan strategi adaptasi dampak
kesehatan akibat perubahan iklim
Persentase cakupan tempat-tempat umum
yang memenuhi syarat kesehatan
Persentase cakupan rumah yang
memenuhi syarat kesehatan
Persentase provinsi yang memfasilitasi
penyelenggaraan STBM (Santiasi Total
Berbasis Masyarakat) sebesar 100
Kab/Kota
Jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Persentase cakupan tempat pengolaan
makanan yang memenuhi syarat
kesehatan
Persentase provinsi yang memfasilitasi
penyenggaraan Kota Sehat yang sesuai
standar sebesar 50%
5. Pengamatan dan pengendalian infeksi pada Terciptanya kegiatan pengamatan dan 2013-2024 Nasional 2013: 120,8 Kemenkes Pengendalian Penyakit Jumlah kasus per 100.000 penduduk
manusia, khususnya pada kelompok rentan: pengendalian infeksi pada manusia, Total 5 tahun: Menular Langsung (RKP Persentase kasus baru TB Paru (BTA
wanita, anak, dan lanjut usia, masyarakat khususnya pada kelompok rentan: 1.273,3 Kemenkes 2013 dan Renstra positif) yang ditemukan
berpenghasilan rendah wanita, anak, lanjut usia, masyarakat Kemenkes 2010-2014) Presentase Kasus baru TB Paru (BTA
berpenghasilan rendah Positif) yang disembuhkan
Persentase provinsi dengan angka kasus
baru TB Paru BTA Positif/CDR (Case
Detection Rate) minimal 70%
Persentase Provinsi mencapai angka
keberhasilan pengobatan kasus baru TB
Paru BTA Positif/SR (Success Rate) min. 85%
Jumlah kasus Diare per 1.000 penduduk
Angka kematian diare (CFR) pada saat KLB
Jumlah kasus Diare per 1.000 penduduk
Jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Persentase provinsi yang melakukan
pembinaan, pencegahan, dan
penanggulangan penyakit tidak menular
(surveilans, epidemiologi, deteksi dini, KIE,
dan tata laksana)
2013: 80.362 Pengendalian Penyakit Tidak Persentase Provinsi Yang Melakukan
Menular (RKP Kemenkes Pembinaan Pencegahan dan
2013) Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
(Surveillans Epidemologi, deteksi dini, KIE
dan tata laksana)
2013: 92,4 Pengendalian Penyakit Angka kesakitan penderita DBD per
Bersumber Binatang (RKP 100.000 penduduk
2013 - Kemenkes) Angka penemuan kasus Malaria per 1.000
penduduk
Persentase kasus zoonosa yang
ditemukan, ditangani sesuai standar
Klaster 2: Penguatan sistem kewaspadaan dan pemanfaatan sistem peringatan dini terhadap mewabahnya penyakit menular dan penyakit tidak menular yang diakibatkan perubahan iklim
1. Peningkatan sistem tanggap perubahan iklim Terlaksananya kegiatan pemantauan 2013-2024 Nasional 2013: 70,5 Lead: Kemenkes, Penanggulangan Krisis Jumlah kab/kota yang mempunyai
sektor kesehatan dan pengumpulan data secara kontinu Total 5 tahun: Supporting: LIPI, Kesehatan (RKP 2013 dan kemampuan tanggap darurat dalam
mengenai gejala mewabahnya 651 BPPT Renstra 2010-2014 - penanganan bencana
penyakit menular dan penyakit tidak Kemenkes) Jumlah kab/kota yang memiliki petugas
menular yang diakibatkan perubahan tertatih penanggulangan krisis kesehatan
iklim, khususnya pada kelompok Jumlah kab/kota yang terpenuhi fasilitas

101
102
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Miliar Penanggung Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
rentan: wanita, anak, lanjut usia, sistem informasi penanggulangan krisis
masya-rakat berpenghasilan rendah, kesehatan
dan lainnya Tersediannya produk informasi
Terciptanya mekanisme koordinasi 2013-2017 Nasional Lead: Kemenkes, penanggulangan krisis kesehatan
dan pelaksanaan tindakan terhadap Supporting: Tersedianya produk kebijakan/pedoman
wabah penyakit menular dan penyakit Kemdagri, BNPB penanggulangan krisis kesehatan
tidak menular yang disebabkan
perubahan iklim
Terbentuknya rencana tanggap 2013-2015 Nasional Lead: Kemenkes,
darurat bencana untuk penanganan Supporting:BNPB Pengelolaan Penyusunan Jumlah kerjasama organisasi bidang
kesehatan Peraturan Perundang - Penanggulangan Bencana
undangan dan Telaahan
Hukum, Kerjasama Dalam
Negeri dan Luar Negeri di
Bidang Penanggulangan
Bencana (RKP BNPB 2013)
Program Penanggulangan Jumlah Kegiatan Peningkatan Kapasitas
Bencana/ Tanggap darurat Tanggap Darurat
di daerah terkena bencana
(RKP BNPB 2013)
Tercapainya informasi kepada 2013-2024 Nasional 2013: 40,9 Lead: Kemenkes, Pengelolaan Komunikasi Jumlah berita/pesan/info kesehatan yang
masyarakat tentang wabah penyakit Total 5 tahun: Supporting:Kem. Publik (RKP 2013 dan disebarluaskan kepada publik
menular dan penyakit tidak menular 279,4 Kominfo, BNPB Renstra 2010-2014 Persentase opini publik tentang kesehatan
yang disebabkan perubahan iklim Kemenkes) yang positif di media massa
Persentase informasi/pengaduan
masyarakat melalui jalur telekomunikasi
yan ditindaklanjuti oleh unit teknis
berwenang
Persentase unit pelayanan publik yang
sudah menerapkan maklumat pelayanan
Program Penanggulangan Jumlah baseline data bencana Indonesia
Bencana/ Pengembangan
Aplikasi Teknologi Informasi
dan Komunikasi untuk
Pengurangan Risiko dan
Mitigasi Bencana Alam (RKP
BNPB 2013)
Klaster 3: Penguatan regulasi, peraturan perundangan, dan kapasitas kelembagaan di tingkat pusat dan daerah terhadap risiko pada kesehatan masyarakat yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim
1. Penguatan regulasi dan peraturan Tersusunnya dokumen (produk 2013-2015 Nasional 2013: 3.020,7 Lead: Kemenkes, Perumusan Peraturan Jumlah produk hukum bidang kesehatan
perundangan hukum) terkait strategi adaptasi Supporting: BNPB Perundang-undangan dan yang diselesaikan (RUU/RPP/R.Per/
perubahan iklim bidang kesehatan Organisasi (RKP 2013 - Keppres/Per/Kepmenkes)
Kemenkes)
Program Penanggulangan Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
Bencana/ Pencegahan dan
Pengurangan Risiko
Bencana (RKP 2013
Kemenkes)
Terbentuknya norma, standar, 2013-2016 Nasional 2013: 107,554 Lead: Kemenkes, Penyehatan Lingkungan Persentase penduduk yang memiliki akses
peraturan, dan kriteria tentang Total 5 tahun: Supporting: (RKP 2013 dan Renstra terhadap air minum berkualitas
kesehatan perumahan dan 2.054,5 Kementerian PU Kemenkes 2010 2014) Persentase kualitas air minum yang
penyehatan lingkungan permukiman. memenuhi syarat
Persentase penduduk yang memakai
jamban sehat
Persentase Kab/Kota/Kawasan yang telah
melaksanakan Kab/Kota/Kawasan sehat
Persentase penduduk Stop Buang Air
Besar Sembarangan (BABS)
Cakupan daerah potensial yang
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Miliar Penanggung Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
melaksanakan stratei adaptasi dampak
kesehatan akibat perubahan iklim
Persentase cakupan tempat-tempat umum
yang memenuhi syarat kesehatan
Persentase cakupan rumah yang
memenuhi syarat kesehatan
Persentase provinsi yang memfasilitasi
penyelenggaraan STBM (Santiasi Total
Berbasis Masyarakat) sebesar 100
Kab/Kota
Jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Persentase cakupan tempat pengolaan
makanan yang memenuhi syarat
kesehatan
Persentase provinsi yang memfasilitasi
penyeenggaraan kota sehat yang sesuai
standar sebesar 50%
2. Penguatan kapasitas kelembagaan Terbentuknya rencana aksi dan peta 2013-2016 Nasional 2013: 1,5 Lead: Kemenkes Pertimbangan Kesehatan Jumlah kebijakan nasional yang di-review
jalan untuk adaptasi perubahan iklim Supporting: Nasional
bidang kesehatan berdasarkan zonasi 2013: 83,8 Bappenas Pendidikan dan Pelatihan Jumlah aparatur yang telah mengikuti
strategi hasil kajian risiko perubahan Aparatur pelatihan kepemipinan dan prasarat jabatan,
iklim hingga tahun 2050 di wilayah MOT, dan TOT pelatihan tekhnis fungsional
kabupaten/kota dan pelatihan yang berskala nasional dan
global
2013: 101,4 Perencanaan dan Jumlah kab/ kota di 33 Provinsi yang telah
Pendayagunaan SDM mampu melaksanakan perencanaan
Kesehatan kebutuhan SDM Kesehatan
Jumlah standar ketenagaan di fasilitas
pelayanan kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang
didayagunakan di dalam dan luar negeri
Terselenggaranya koordinasi 2013-2016 Nasional 2013: 2 Lead: Kemenkes, Kajian Desentralisasi dan Jumlah kajian daerah bermasalah
pembagian tugas, kewenangan, dan Total 5 tahun: Supporting: Daerah Bermasalah kesehatan
sumber daya antara pemerintah pusat 22 Bappenas, Kemdagri Kesehatan (RKP 2013 dan Jumlah kajian kebijakan desentralisasi
dan daerah (provinsi dan kabupaten/ Renstra 2010 - 2014 Jumlah kajian kebijakan Daerah
kota) KEMENKES) Bermasalah Kesehatan (DBK)
Jumlah daerah bermasalah kesehatan yang
meningkat indeks pembangunan
masyarakat
Jumlalah kebijakan teknis penanggulangan
daerah bermasalah
Persentase Kab/Kota , Provinsi,
Kementerian/Lembaga yang memperoleh
advokasi dan koordinasi serta sinkronisasi
pelaksanaan desentralisasi yang
disosialisasikan
Persentase Kab/Kota dan provinsi yang
memiliki infrastruktur yang baik bagi
pelaksanaan desentralisasi kesehatan

103
104
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Miliar Penanggung Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
Meningkatnya kapasitas kelembagaan 2013-2018 Nasional 2010-2014: Lead: Kemenkes Program Pembinaan Upaya Jumlah puskesmas yang menjadi
bidang kesehatan dalam mengatasi 1.604 Kesehatan Dasar (Renstra puskesmas perawatan di perbatasan dan
kejadian wabah penyakit menular dan 2010 - 2014 KEMENKES) pulau-pulau kecil terluar berpenduduk
penyakit tidak menular yang Jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal
disebabkan perubahan iklim. yang ditingkatkan sarana dan
prasarananya
Peningkatan jumlah RS/BK yang terpenuhi
fasilitas sarana dan prasarana
Pengembangan UPT Puskesmas
Jumlah NSPK di bidang pelayanan medik
yang harus ditetapkan
Persentase RS yang melaksanakan SIRS
baik online maupun manual
Jumlah provinsi yang mendukung
pelaksanaan program upaya pelayanan
kesehatan
Terciptanya peningkatan kemitraan 2013-2024 Nasional Lead: Kemenkes
dan jejaring dengan masyarakat
dalam adaptasi perubahan iklim
bidang kesehatan menuju paradigma
adaptasi kesehatan berbasis
komunitas (gender, keagamaan, dsb).

Terciptanya kerja sama untuk 2013-2024 Nasional 2013: 30,4 Lead: Kemenkes Peningkatan Kerja sama Jumlah dokumen kerjasama internasional
peningkatan kemitraan dan jejaring di Total 5 tahun: Luar Negeri (RKP 2013 dan (MoU/LoI/ Agreement)
tingkat regional, bilateral, multirateral 69,9 Renstra 2010 - 2014 Jumlah kerjasama multilateral dan bilateral
dalam adaptasi perubahan iklim KEMENKES) yang disepakati per tahun (loan/grant
bidang kesehatan agreements)
Persentase MoU/LoI/ Agreement yang
ditindaklajuti
Jumlah pokok-pokok hasil kerjasama yang
disepakati
Klaster 4: Peningkatan ilmu pengetahuan, inovasi teknologi, dan partisipasi masyarakat terkait adaptasi kesehatan terhadap perubahan iklim
1. Penelitian dan pengembangan ilmu Teridentifikasinya gejala mewabah 2013-2024 Nasional 2013: 85,6 Lead: Kemenkes, Penelitian dan Jumlah produk/model intervensi/
pengetahuan dan teknologi terkait adaptasi dan metodologi pencegahan dan Total 5 tahun: Supporting: LIPI, Pengembangan Klinik prototipe/ standar/kajian di Penelitian dan
perubahan iklim bidang kesehatan penanggulangan penyakit menular 111,2 BPPT Terapan dan Epidomologi pengembangan klinik terapan dan
dan penyakit tidak menular yang Klinik (RKP 2013 dan Renstra epidemiologi klinik
diakibatkan perubahan iklim 2010 - 2014 KEMENKES) Laporan status kesehatan masyarakat di
Provinsi dalam wilayah 1
Laporan status fasilitas RS dan puskesmas
di Provinsi dalam wilayah 1
Jumlah publikasi illmiah di Penelitian dan
pengembangan klinik terapan dan
epidemiologi klinik yang dimuat pada
media cetak/elektronik file: a) nasional dan
b) Internasional
Penambahan dan pemeliharaan unit 2013-2018 Wilayah dengan 2013: 224,7 Lead: Kemenkes, Pengelolaan Sarana dan Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS
infrastruktur dan teknologi kesehatan risiko tinggi Total 5 tahun: Supporting:BPPT, Prasarana Kesehatan/ dan Puskesmas) yang memenuhi sarana,
yang dapat mendukung kegiatan 284,2 Kemenristek Pembinaan Upaya prasarana, dan peralatan kesehatan sesuai
adaptasi perubahan iklim terkait Penunjang standar dan aman
kesehatan Medik dan Sarana Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS
Kesehatan (RKP 2013 dan dan Puskesma) yang melakukan kalibrasi
Renstra Kemenkes 2010- dan proteksi radiasi
2014) Persentase laboratorium aktif yang
melaksanakan pelayanan sesuai standar
Jumlah monitoring dan evaluasi sarana,
prasarana, dan peralatan kesehatan
Jumlah kebijakan, standar, pedoman,
kriteria, dan prosedur di bidang sarana,
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Miliar Penanggung Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
prasarana, dan peralatan kesehatan yang
dihasilkan
Jumlah pelaksanaan bimbingan teknis
Jumlah SDM manajemen dan teknis yang
kompeten

Terinventarisasinya dan 2013-2016 Wilayah dengan 2013:`68,2 Lead: Kemenkes, Penelitian dan Jumlah produk/model intervensi/
terimplementasinya kearifan lokal risiko tinggi Total 5 tahun: Supporting:BNPB Pengembangan Humaniora prototipe/ standar/kajian di bidang
masyarakat untuk adaptasi perubahan 66,3 Kesehatan dan humaniora kesehatan dan pemberdayaan
iklim di bidang kesehatan Pemberdayaan Masyarakat masyarakat
(RKP 2013 dan Renstra Laporan status kesehatan masyarakat di
Kemenkes 2010 2014) Provinsi dalam wilayah III
Laporan status fasilitas RS dan puskesmas
di Provinsi dalam wilayah III
Jumlah Penelitian dan Pengembangan
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
Jumlah publikasi ilmiah di bidang
humaniora kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang di muat pada media
cetak/elektronik file: Nasional atau
Internasional
2013:` 48,2 Penelitian dan Jumlah Produk/Model/ Prototipe/Standar/
Pengembangan Tanaman Formula di Bidang Tanaman Obat dan
Obat dan Obat Tradisional Obat Tradisional
Laporan status kesehatan masyarakat di
Provinsi dalam wilayah IV
Laporan status fasilitas RS dan puskesmas
di Provinsi dalam wilayah IV
2013:` 36 Pembinaan, Pengembangan Jumlah RS yang Menyediakan Pelayanan
dan Pengawasan Program Kesehatan Tradisional, yang Aman dan
Pelayanan Kesehatan Bermanfaat sebagai Pelayanan Alternatif
Tradisional, Komplementer dan Komplementer
dan Alternatif Cakupan Kabupaten/Kota yang
menyelenggara-kan pembinaan pelayanan
kesehatan Tradisional, Alternatif dan
Komplementer
Program Penanggulangan Jumlah desa tangguh bencana
Bencana/ Pemberdayaan
Masyarakat (RKP 2013
BNPB)
2. Pengembangan sumber daya manusia di Tercukupinya kebutuhan tenaga 2014-2024 Wilayah dengan 2013: 27,2 Lead: Kemenkes, Standardisasi, Sertifikasi, Persentase profesi tenaga kesehatan yang
bidang kesehatan terkait adaptasi lapangan yaitu: Epidemiologist DBD, risiko tinggi Supporting: dan Pendidikan memiliki standar kompetensi
perubahan iklim Entomologist (DBD, malaria), Bappenas, Berkelanjutan Bagi SDM Jumlah tenaga kesehatan selain dokter dan
Malarialogist, Jumantik Kemendikbud Kesehatan (RKP 2013 - dokter gigi yang memiliki Surat Tanda
Tercukupinya kebutuhan tenaga Kemenkes) Registrasi (STR)
laboratorium yaitu: Clinic analyst,
Virologist (DBD), mikroskopis lapangan
Tercukupinya kebutuhan dokter umum 2013: 464,2 Pendidikan Tinggi dan Jumlah SDM kesehatan di fasilitas kesehatan
dan tenaga perawat Plus, yang Peningkatan Mutu SDM yang telah ditingkatkan kemampuannya
berpengalaman menangani penyakit Kesehatan (RKP 2013 melalui pendidikan berkelanjutan
yang terkait perubahan iklim seperti Kemenkes)
DBD, Malaria, Diare
Tercukupinya kebutuhan dokter
spesialis penyakit menular dan tidak
menular yang terkait perubahan iklim,
khususnya patologi klinik, mikrobiologi
klinik, parasitologi klinik
Tercukupinya kebutuhan staf dosen 2013: 34,7 Pendidikan dan Pelatihan Jumlah tenaga pendidik yang bersertifikat

105
106
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Miliar Penanggung Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
kedokteran umum dan keperawatan Tenaga Kesehatan (RKP dosen
Plus, yang memahami dampak 2013 Kemenkes) Jumlah kurikulum pendidikan yang
perubahan iklim pada bidang dikembangkan yang mengacu pada
kesehatan dan menguasai penanganan standar nasional pendidikan
penyakit yang terkait dengan 2013: 17,2 Pengelolaan Mutu Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan
perubahan iklim Pendidikan Tinggi (RKP 2013 yang ditingkatkan kemampuannya
Kemenkes)
2013: 839,5 Pembinaan dan Pengelolaan Jumlah kantor Pusat dan UPT yang
Pendidikan Tinggi ditingkatkan sarana dan Prasarananya
Jumlah lulusan tenaga Kesehatan dari
lembaga pendidikan pemerintah
3. Partisipasi masyarakat terkait adaptasi Terselenggaranya kegiatan sosialisasi 2013-2024 Nasional 2013: 40,9 Lead: Kemenkes, Pengelolaan Komunikasi Jumlah berita/pesan/info kesehatan yang
kesehatan terhadap perubahan iklim dan advokasi adaptasi sektor Total 5 tahun: Supporting:BNPB Publik (RKP 2013 dan disebarluaskan kepada publik
kesehatan terhadap dampak 279,4 Renstra Kemenkes 2010 Persentase opini publik tentang kesehatan
perubahan iklim 2014) yang positif di media massa
Persentase informasi/pengaduan
masyarakat melalui jalur telekomunikasi
yan ditindaklanjuti oleh unit teknis
berwenang
Persentase unit pelayanan publik yang
sudah menerapkan maklumat pelayanan
Program Penanggulangan Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
Bencana/ Pencegahan dan
Pengurangan Risiko
Bencana (RKP 2013 BNPB)
Terselenggaranya kegiatan 2013-2024 Nasional 2013: 149,8 Kemenkes Pemberdayaan Masyarakat Persentase rumah tangga yang
pemberdayaan masyarakat dalam Total 5 tahun: dan Promosi Kesehatan melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan
adaptasi perubahan iklim sesuai 895,8 (RKP 2013 dan Renstra Sehat (PHBS)
kondisi setempat, yang melibatkan Kemenkes 2010 2014) Persentase Desa Siaga aktif
pemimpin informal dan komunitas Jumlah Pos Kesehatan Desa yang
(gender, pemuka agama/adat, dsb.) beroperasi
Persentase Sekolah Dasar yang
mempromosikan kesehatan
Jumlah kebijakan teknis promosi kesehatan
yang terintegrasi dalam upaya pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan
Jumlah Kab/Kota yang menetapkan
kebijakan berwawasan kesehatan
Meningkatnya luasan wilayah 2013-2018 Wilayah dengan 2010-2014: Kemenkes Pembinaan Pelayanan Jumlah Puskesmas yang menjadi
pelayanan kesehatan yang dapat risiko tinggi 423,3 Kesehatan Komunitas dan Puskesmas perawatan di perbatasan dan
dijangkau masyarakat, khususnya Gender (Renstra 2010 - 2014 pulau-pulau kecil terluat berpenduduk
daerah rentan perubahan iklim dan KEMENKES) Terselenggaranya pelayanan kesehatan di
masyarakat yang rentan, seperti 101 Puskesmas prioritas di perbatasan dan
wanita, anak, lanjut usia, masyarakat pulau-pulau kecil terluar berpenduduk
berpenghasilan rendah, dan lainnya Jumlah Puskesmas dan jaringannnya yang
melakukan pelayanan kesehatan dasar
Jumlah Puskesmas santun usia lanjut
Jumlah Kab/Kota memiliki minimal 2
puskesmas yang menyelenggarakan
program kesehatan perkotaan
Persentase Puskemas berfungsi baik
2013: 19.107 Kemenkes Pembinaan Upaya Jumlah puskesmas yang menjadi
Kesehatan Dasar (RKP 2013 puskesmas perawatan di perbatasan dan
- Kemenkes) pulau-pulau kecil terluar berpenduduk
2013: 705,1 Kemenkes Pembinaan Upaya Jumlah Kab/Kota yang dilayani oleh RS
Kesehatan bergerak di daerah tertinggal, perbatasan
Rujukan (RKP 2013 - dan kepulauan (DTPK)
Kemenkes)
2010-2014: Kemenkes Kajian Desentralisasi dan Jumlah kajian kebijakan desentralisasi
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi (Miliar Penanggung Jawab Program/Kegiatan
Rupiah) Indikator
Prioritas
22 Daerah Bermasalah Jumlah kajian kebijakan Daerah
Kesehatan (Renstra 2010 - Bermasalah Kesehatan (DBK)
2014 KEMENKES) Jumlah daerah bermasalah kesehatan yang
meningkat indeks pembangunan
masyarakat
Jumlalah kebijakan teknis penanggulangan
daerah bermasalah
Persentase Kab/Kota , Provinsi,
Kementerian/ Lembaga yang memperoleh
advokasi dan koordinasi serta sinkronisasi
pelaksanaan desentralisasi yang
disosialisasikan
Persentase Kab/Kota dan provinsi yang
memiliki infrastruktur yang baik bagi
pelaksanaan desentralisasi kesehatan
2013: 124,2 Kemenkes Pembinaan Pelayanan Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama
Kesehatan Anak (RKP 2013 - (KN1)
Kemenkes) Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
2013: 1.000 Kemenkes Pelayanan Kesehatan Dasar Jumlah puskesmas yang memberikan
Bagi Masyarakat Miskin pelayanan
(Jamkesmas) (RKP 2013 - kesehatan dasar bagi penduduk miskin
Kemenkes)
2013: 5.739, 2 Kemenkes Pelayanan Kesehatan Persentase RS yang melayani pasien
Rujukan Bagi Masyarakat penduduk miskin peserta program
Miskin (Jamkesmas) (RKP Jamkesmas
2013 - Kemenkes)

107
108
2.2 Sub-Bidang Permukiman

Sub-Bidang Permukiman
Sasaran:
1. Pelaksanaan kajian dan penelitian mengenai peningkatan ketahanan permukiman yang adaptif terhadap perubahan iklim.
2. Pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan permukiman yang terintegrasi dengan penang-gulangan dampak perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
3. Pemahaman pemangku kepentingan dan masyarakat mengenai permukiman yang tangguh terhadap perubahan iklim.
4. Peningkatan akses terhadap perumahan yang layak dan terjangkau

RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
Klaster 1 : Kajian dan Penelitian Mengenai Peningkatan Ketahanan Permukiman yang Adaptif
1. Kajian dan pemetaan risiko dan Jumlah kajian tingkat bahaya, 2015-2019 Wilayah dengan Lead: Kemenpera
adaptasi perubahan iklim kerentanan, dan risiko serta zonasi risiko tinggi Supporting:
khususnya pada permukiman dan strategi adaptasi perubahan iklim BAPPENAS
infrastruktur permukiman. hingga tahun 2050 di wilayah Kemen- LH
kabupaten/kota. BIG
BMKG
DNPI
Tersedianya konsep pembangunan
kawasan untuk rumah umum bagi
masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) dan rumah khusus

2. Kajian pembangunan kawasan Pendampingan penyusunan 2013 - 2014 Dokumen Strategi 2012 - 2014 : 0,18 Kemen- PU Menyusun strategi Dokumen Strategi pembangunan
perumahan tapak yang strategi pembangunan pembangunan pembangunan permukiman permukiman dan infrastruktur perkotaan
berkelanjutan (sustainable landed permukiman permukiman dan dan infrastruktur perkotaan (107 laporan Kabupaten/ Kota)
housing area development) infrastruktur bidang cipta karya yang
perkotaan (107 terintegrasi dan sesuai
laporan Kabupaten/ dengan arah pembangunan
Kota) kota secara komprehensif
(termasuk adaptasi terhadap
Pendampinagn penyusunan Dokumen rencana 2012 - 2014: 0,19 perubahan iklim) Dokumen rencana pengembangan kawasan
rencana pengembangan kawasan pengembangan (Strategi Sub bidang permukiman prioritas (117 laporan
permukiman prioritas (RPKPP) kawasan Keciptakaryaan, RANMAPI Kabupaten/ Kota)
permukiman PU)
prioritas (117
laporan Kabupaten/
Kota)
Tersedianya konsep pembangunan 2013- 2015 Kawasan perumahan 2013 : 40 Lead: Kemenpera Program pembinaan dan Peraturan pengembangan permukiman
kawasan perumahan tapak yang baru di pinggiran 2014 : 40 Supporting: pengembangan
berkelanjutan kota metropolitan 2015 : 40 Kemen-PU Infrastruktur : (1)
Pengaturan, pembinaan,
pengawasan dan
pelaksanaan
pengembangan. (RKP
Kemen-PU 2013)
2013: 109,8 Laporan pembinaan pengembangan
2014 :62 permukiman
2015 : 62
Tersedianya skenario 2015-2019 2015: 60 Penyusunan Rencana Rinci Produk rencana Rinci Tata Ruang Kawasan
penyelenggaraan perumahan dan Tata Ruang Kawasan
kawasan permukiman di wilayah
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
berisiko tinggi terhadap dampak
perubahan iklim
Tersedianya skenario 2015 - 2019 Wilayah yang 30 Kemenpera Penyusunan Rencana Produk Rencana Pembangunan dan
penyelenggaraan pengelolaan berisiko tinggi Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
bidang perumahan dan kawasan terhadap dampak Pengembangan Perumahan Permukiman (RP3KP)
permukiman yang terkoordinasi perubahan iklim dan Kawasan Permukiman
dan terpadu secara lintas sektoral (RP3KP)
dan lintas wilayah administratif,
yang merupakan jabaran pengisian
rencana pola ruang perumahan
dan kawasan permukiman dalam
RTRW

3. Kajian dan sosialisasi Tersedianya konsep permukiman 2015 - 2017 Wilayah yang Lead: Kementrian Laporan Pembinaan Pengembangan
pembangunan rumah panggung di yang adaptif di wilayah pesisir berisiko tinggi PU Pengaturan , Pembinaan, Permukiman
pesisir yang rentan terhadap terhadap perubahan Supporting: Pengawasan dan
kenaikan muka air laut iklim Kemen-KP Pelaksanaan Pengembangan
Kemenpera Permukiman

Tersedianya konsep 2015-2017


penyelenggaraan rumah khusus di
kawasan pesisir

Tersedianya skenario 2015-2019 60 Milyar Lead : Penyusunan Rencana Rinci Produk Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan
penyelenggaraan perumahan dan Kemenpera Tata Ruang Kawasan
kawasan permukiman di wilayah
yang beresiko tinggi terhadap
dampak perubahan iklim
Terlaksananya kegiatan penyuluhan
tentang bangunan rumah
panggung pada masyarakat pesisir
Masyarakat kawasan pesisir yang 2015 - 2019
memahami dan menerapkan
pembuatan rumah panggung
4. Kajian Penjabaran RTRW Tersedianya skenario 2015-2019 30 Milyar Lead : Penyusunan Rencana Produk Rencana Pembangunan dan
penyelenggaraan pengelolaan Kemenpera Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan KAwasan
bidang perumahan dan kawasan Pengembangan Perumahan Permukiman (RP3KP)
permukiman yang terkoordinasi dan Kawasan Permukiman
dan terpadu secara lintas sektoral (RP3KP)
dan lintas wilayah administratif
yang merupakan jabaran pengisian
rencana pola ruang perumahan
dan kawasan permukiman dalam
RTRW
Klaster 2 : Pembangunan dan Pengelolaan Permukiman
1. Penyediaan infrastruktur tanggap Penyediaan infrastruktur 2013 2017 Studi pilot di kota Lead: Kemen-PU Fasilitasi Pembangunan Jumlah fasilitasi dan stimulasi prasarana,
perubahan iklim di kawasan permukiman RSH yang meningkat tepi pantai dan/atau Supporting: Prasarana Sarana dan sarana, dan utilitas kawasan perumahan
permukiman di perkotaan kualitasnya dilalui sungai besar Kemenpera Utilitas Kawasan Perumahan dan permukiman (unit)
KemenKP dan Permukiman

2012 2014: 0,436 Penyediaan infrastruktur Infrastruktur permukiman RSH yang


kawasan permukiman di meningkat kualitasnya (97 kawasan)
perkotaan
(Strategi Adaptasi Sub
Bidang Keciptakaryaan, RAN
MAPI PU)

109
110
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
567,3 Pengaturan, pembinaan, Infrastruktur kawasan permukiman
pengawasan dan perkotaan
pelaksanaan pengembangan
permukiman

Stimulasi Penyediaan Infrastruktur 2013 - 2019 Perumahan Baru 4.000 Kemenpera Fasilitasi Pembangunan Jumlah unit rumah baru yang terlayani oleh
Perumahan dan Kawasan Prasarana Sarana dan fasilitasi dan stimulasi prasarana, sarana,
Permukiman Utilitas Kawasan Perumahan dan utilitas kawasan perumahan dan
dan Permukiman permukiman (unit)
2013 - 2019 Perumahan Baru 4.000 Kemenpera Fasilitasi Pembangunan Jumlah unit rumah baru yang terlayani oleh
Prasarana Sarana dan fasilitasi dan stimulasi prasarana, sarana,
Utilitas Kawasan Perumahan dan utilitas kawasan perumahan dan
dan Permukiman melalui permukiman melalui Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) (DAK) Bidang Perumahan dan Permukiman
Bidang Perumahan dan (unit)
Permukiman
Peningkatan Kualitas Lingkungan 2013 - 2019 Kawasan 2.000 Kemenpera Penanganan Perumahan Berkurangnya luas lingkungan permukiman
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh Kumuh dan Permukiman kumuh (Ha)
Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan
2015-2019 Nasional Kemen-PU Penanganan Kumuh Jumlah kawasan permukiman kumuh
(Renstra PU 2010-2014) perkotaan yang ditangani (kawasan)

Peningkatan/pembangunan Sistem 2015-2019 Nasional Lead:Kemen- PU Pengendalian Penyakit Persentase (%) Penduduk yang Memiliki
Penyediaan Air Minum yang Supporting:Kemen dan Akses Terhadap Air Minum Berkualitas
memenuhi standar kualitas. pera, kemenkes Penyehatan Lingkungan / Persentase (%) Kualitas Air Minum yang
Penyehatan Lingkungan Memenuhi Syarat
(Renstra Kemenkes)

Pengaturan, Pembinaan, SPAM di kawasan MBR, Ibu Kota


Pengawasan, dan Kecamatan, perdesaan, kawasan khusus
pelaksanaan pengembangan dan regional
sistem penyediaan air Ket: Masukan Dir Permukiman, Bappenas
minum

Fasilitasi dan pendampingan dalam 2020 2024 Studi pilot di kota Lead: Kemenpera Fasilitasi dan Stimulasi Jumlah fasilitasi dan stimulasi
penyediaan infrastruktur tepi pantai dan/atau Supporting: Pembangunan Baru pembangunan baru perumahan swadaya
permukiman RSH yang meningkat dilalui sungai besar Kemen-KP Perumahan Swadaya (unit)
kualitasnya

2. Penyesuaian infrastruktur kawasan Penyesuaian infrastruktur kawasan 2015 2019 Wilayah rawan banjir 2012 - 2014 : 0,045 M Lead:Kemen-PU Penyediaan infrastruktur Infrastruktur kawasan permukiman di
permukiman di daerah rawan permukiman di daerah rawan dan longsor Supporting: kawasan permukiman di daerah rawan bencana (9 kawasan)
bencana perubahan iklim bencana Kemenpera, daerah rawan bencana
KemenKP (Strategi Adaptasi Sub
Bidang keciptakaryaan, RAN
MAPI PU)
Fasilitasi dan pendampingan 2020 - 2024 Wilayah rawan banjir Pengaturan, pembinaan, 1. Infrastruktur kawasna permukiman
penyediaan dan penyesuaian dan longsor pengawasan dan perkotaan
infrastruktur kawasan permukiman penyelenggaraan dalam 2. Infrastruktur kawasan perdesaan
di daerah rawan bencana pengembangan
permukiman (Renstra
Kemen-PU CK, K-1
RPJMN 2011 - 2014)
Klaster 3 : Upaya Pemberdayaan Masyarakat
1. Meningkatkan kesadaran Peningkatan pemberdayaan 2015 2019 Nasional Lead: Kemen- PU Penyelenggaraan diseminasi,
masyarakat tentang adaptasi masyarakat dalam upaya 2020-2024 Supporting: sosialisasi, diklat, dan
terhadap perubahan iklim pada penurunan dampak perubahan Kemen- KP, lokakarya bagi pemda,
kawasan perkotaan dan perdesaan iklim kemenpera, masyarakat, dan swasta
terkait permukiman BAPPENAS (Renstra Kemen-PU CK, 3.1)
Kampanye/ edukasi berbagai pihak 2015 2019 Nasional 2012 2014 : 0,139 Meningkatkan Kampanye/ edukasi berbagai pihak misal
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
misal sekolah dan ibu-ibu PKK pemberdayaan amsyarakat sekolah dan ibu-ibu PKK
dalam upaya penurunan
dampak perubahan iklim
(Strategi Adaptasi Sub
Bidang keciptakaryaan, RAN
MAPI PU)
Sosialisasi penggunaan struktur 2015-2019 Nasional
perumahan adaptif perubahan
iklim
2. Peningkatan Partisipasi dan Meningkatnya pemahaman tentang 2015-2019 Nasional Lead: Kemdagri
kapasitas Masyarakat dalam kerentanan masyarakat 2020-2024 Supporting:
Pengurangan Risiko Bencana akibat BNPB, Kem. Sosial,
perubahan iklim di wilayah Kemen-ESDM,
permukiman rentan Kem. Diknas, LIPI,
Kem. Kominfo,
Pemerintah
Daerah
Terlibatnya masyarakat dalam Nasional Lead: BNPB Program Penanggulangan Jumlah desa tangguh bencana
proses penyusunan rencana Supporting: Bencana/ Pemberdayaan
adaptasi perubahan iklim Kem.Sosial, Masyarakat
Bappenas, (BNPB)
Kemenko Kesra
Meningkatnya komitmen terhadap Nasional Lead: BNPB Dukungan Manajemen dan Jumlah kerjasama organisasi bidang
pelaku penanggulangan bencana Supporting: Pelaksanaan Tugas Teknis Penanggulangan Bencana
terkait perubahan iklim Kemdagri, Kem. Lainnya BNPB/ Pengelolaan
Sosial, Kemenko Penyusunan Peraturan
Kesra Perundang - undangan dan
Telaahan Hukum, Kerjasama
Dalam Negeri dan Luar
Negeri di Bidang
Penanggulangan Bencana
(BNPB)
Menguatnya ketahanan sosial Nasional Lead: Kemenko Program Penanggulangan Jumlah desa tangguh bencana
masyarakat Kesra Bencana/ Pemberdayaan
Supporting: Masyarakat
Kem. Sosial,Kem. (BNPB)
Pertanian,
Kemdagri,BNPB,
Kemen-KP
Terlaksananya penyusunan 2014-2017 Nasional 16 Lead: BNPB Program Penanggulangan Jumlah rencana kontijensi PB
mekanisme kesiapan menghadapi Supporting: Bencana/ Kesiapsiagaan
bencana akibat perubahan iklim Kemenko Kesra, Menghadapi Bencana
BNPB, (BNPB)
Kemdagri
Tersusunnya dan terlaksananya uji 2015-2019 Nasional 80 Lead: BNPB Program Penanggulangan Jumlah Kegiatan Peningkatan Kapasitas
coba rencana penanggulangan 2020-2024 Supporting: Bencana/ Tanggap darurat di Tanggap Darurat
kedaruratan bencana Kemdagri, Kem. daerah terkena bencana
Kesiapsiagaan terhadap bencana
Sosial, Kem.
akibat perubahan iklim di wilayah
Ristek, Kemen-KP,
3. permukiman rentan
BPPT, KESDM,
Kem.Kominfo
Terselenggaranya Wilayah berisiko Lead: BNPB Program Penanggulangan Jumlah Kegiatan Fasilitasi Kesiapsiagaan
pengorganisasian, pemasangan, tinggi Supporting: Bencana/ Kesiapasiagaan
dan pengujian sistem peringatan BPPT, Kem.ESDM, dalam
dini bencana terkait perubahan BMKG,Kem. Ristek menghadapi bencana
iklim (BNPB)
Terselenggaranya Nasional Lead: BNPB Program Penanggulangan Jumlah Kegiatan Peningkatan Kapasitas
pengorganisasian, penyuluhan, Supporting: Bencana/ Tanggap darurat di Tanggap Darurat
pelatihan, dan simulasi tentang Kemdagri, Kem. daerah terkena bencana

111
112
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
mekanisme tanggap darurat di Sosial,Kem. (BNPB)
tingkat pusat dan lokal Pertahanan,
Kemen-ESDM,
Kemen-KP, LIPI
Terbangunnya lokasi evakuasi di 2015-2019 Studi pilot di wilayah 2.000 Lead:BNPB Program Penanggulangan Terlaksananya Masterplan Pengutangan
setiap wilayah rentan terhadap berisiko tinggi Supporting: Bencana/ Kesiapasiagaan Risiko Bencana Tsunami
ancaman bencana terkait Kem. PU, Kem. dalam
perubahan iklim Perhubungan, menghadapi bencana
KESDM, (BNPB)
Kem.Sosial,
Kem.Kesehatan
Klaster 4 : Akses Perumahan Layak dan Terjangkau
1. Penyediaan permukiman dengan Perencanaan relokasi permukiman 2012- 2014: 3 Lead:Kemen- PU Identifikasi wilayah Perencanaan relokasi permukiman yang
struktur kuat dan adaptif terhadap yang terkena bencana dampak (kabupaten/ kota) yang terkena bencana dampak perubahan iklim
perubahan iklim yang layak dan perubahan iklim mengalami dampak
terjangkau perubahan iklim
(Strategi Adaptasi Sub
bidang Penataan Ruang,
RAN MAPI PU)
Standar dan konsep struktur 2020 - 2024 Nasional 2013: 180 Lead: Kemenpera Pengaturan, pembinaan, 1. Saran dan prasarana lingkungan
perumahan yang kuat menghadapi Supporting: pengawasan dan permukiman
dampak perubahan iklim Bankim Kemen- pelaksanaan penataan 2. Peraturan, penataan bangunan dan
PU, Kemen-KP bangunan dan lingkungan
lingkungan

Peningkatan masyarakat yang 2015 2019 Studi pilot di wilayah Lead: Kemenpera
menggunakan standar struktur rentan tinggi Supporting:
perumahan adaptif perubahan Bankim Kemen-
iklim PU, Kemen-KP,
Kesra
Memasukkan perspektif gender
dalam perancangan dan rencana
konstruksi perumahanadaptif
perubahan iklim

Konsep rancangan bangunan yang


hemat energi
2.3 Sub-Bidang Infrastruktur

Sub-Bidang Infrastruktur
Sasaran:
1. Pengembangan konsep ketahanan infrastruktur yang adaptif terhadap perubahan iklim
2. Pengembangan prasarana yang adaptif terhadap perubahan iklim
3. Penyediaan dan penyesuaian infrastruktur yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan tangguh terhadap perubahan iklim
4. Pengelolaan tata letak infrastrukur yang terintegrasi dengan penataan ruang dalam pembangunan berkelanjutan

RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
Klaster 1 : Penelitian Dan Pengembangan Konsep Ketahanan Infrastruktur
1. Pelaksanaan penelitian dan Tersedianya database kondisi dan 2013-2014 Nasional 2013: 16 Lead:Kemen- PU Program penyelenggaraan Jumlah pemutakhiran basis data informasi
pengembangan mengenai proyeksi semua infrastruktur dan 2014: 2,9 Supporting: penataan ruang : (4) perkotaan
peningkatan ketahanan infrastruktur fasilitas vital di wilayah pesisir dan Kemen- KP Pembinaan pelaksanaan Jumlah kota pusaka, rawan bencana, dan
yang adaptif terhadap perubahan pengembangan perkotaan pemenang PKPD (Penilaian Kinerja
perkotaan
iklim (RKP Kemen--PU 2013) Pemerintah Daerah) yang ditingkatkan kualitas
pengembangan perkotaan dan kapasitas
kelembagaannya.
Norma, standar, pedoman dan 2015-2019 Nasional
kriteria (NSPK) tentang infrastruktur
tangguh terhadap dampak
perubahan iklim

Klaster 2: Pengembangan Prasarana yang Adaptif terhadap Perubahan Iklim


1. Penyediaan sistem drainase Peraturan pengembangan 2012-2014 Nasional 2012- 2014: 0,038 Lead: Kemen- PU Penyediaan sistem drainase Peraturan pengembangan penyehatan
perkotaan yang berwawasan penyehatan lingkungan perkotaan yang berwawasan lingkungan permukiman (20 NSPK PLP
lingkungan permukiman (20 NSPK PLP bidang lingkungan bidang drainase)
drainase) (Strategi adaptasi sub bidang
keciptakaryaan, RAN MAPI
PU)

2. Identifikasi, pembangunan dan Teridentifkasinya kondisi struktur 2015-2019 Wilayah pesisir Lead: Kemen-KP Program Penanggulangan Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
pemeliharaan struktur pelindung pelindung pantai (tembok laut, 2020-2024 berisiko tinggi Supporting: Bencana/ Pencegahan dan
pantai groin, pemecah gelombang, beach Kemen-PU, BNPB, Pengurangan Risiko Bencana
nourishment, pintu air pasut, dsb di Pemerintah (BNPB)
wilayah pesisir dan pulau-pulau daerah
kecil
Terbangunnya pelindung pantai 2015-2019 2015: 0,9 Pembuatan tanggul penahan Berkurangnya daerah pemukiman genangan
struktural seperti tembok laut, 2020-2024 banjiir dan penanaman air/rob dan terlaksananya vegetasi pantai.
groin, pemecah gelombang, pintu mangrove
air pasut, dan beach nourishment

Terlaksananya pemeliharaan 2015-2019 2013: 388,24 Program Panjang sarana/prasarana pengaman


pelindung pantai struktural yang 2020-2024 PengelolaanSumberDaya Air pantai yang dibangun
terdapat di wilayah pesisir dan PengendalianBanjir, Lahar Panjang sarana/prasarana pengaman
pulau-pulau kecil GunungBerapidanPengaman pantai yang direhabilitasi
Terfasilitasi peningkatan ketahanan 2015-2019 anPantai Panjang sarana/prasarana pengaman
kawasan pesisir terhadap bencana 2020-2024 (RKP Kemen-PU 2.4) pantai yang dipelihara
dan perubahan iklim
Penyediaan fasilitas navigasi untuk 2015-2019 2011: 63 PendayagunaanPesisirdanLa Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
memantau aktivitas laut, seperti utan terfasilitasi peningkatan ketahanannya
gelombang, pasang-surut, badai, (Renstra KKP 9d) terhadap bencana dan perubahan iklim
dll.

113
114
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
3. Pembangunan, operasi, dan Jumlah prasarana dan sarana 2015-2019 Wilayah berisiko 2013: 3687,3 Lead:Kemen- PU Pengendalian banjir, lahar Jumlah Panjang sarana/prasarana
pemeliharaan, prasarana dan sarana pengendalian banjir dan kekeringan tinggi gunung berapi dan pengendali banjir yang dibangun
pengendalian banjir dan kekeringan yang dikembangkan untuk kawasan pengamana pantai Jumlah Panjang sarana/prasarana
yang rentan terhadap bencana (RKP kementrian PU II.4) pengendali banjir yang direhabilitasi
dampak perubahan iklim Panjang sarana/prasarana pengendali
banjir yang dioperasikan dan dipelihara

Klaster 3: Pengurangan risiko terganggunya fungsi aksesibilitas transportasi pada jalan , jembatan, perkeretaapian, pelabuhan dan bandara akibat dampak perubahan iklim
1. Pengurangan risiko terganggunya Tersedianya database ruas-ruas 2015-2019 Nasional Lead:Kemen PU Pelaksanaan preservasi dan
fungsi aksesibilitas pada jalan dan jalan nasional yang rentan Supporting: penngkatan kapasitas jalan
jembatan akibat dampak perubahan terhadap bencana iklim (banjir, Kemen- KP, ddan jembatan nasional
iklim longsor, dll) BAPPENAS, (RPJMN 2011- 2014)
Pemerintah Program penyelenggaraan
Daerah jalan
Koordiasi pengaturan,
pembinaan, dan
pengawasan manajemen
jalan (Renstra Kemen-PU, K-
1)
Mengurangi risiko
terganggunya fungsi jalan
yang bersumber pada
dampak banjir, kenaikan
muka air laut, dan bencana
iklim lainnya
(RAN MAPI PU 2012-2014
Bidang Jalan dan Jembatan
(1)
Perencanaan jaringan jalan 2015 2019 Nasional 2012 2014: 0,22646 Tersedianya database ruas- Penyediaan basis data jalan nasional yang
berdasarkan database ruang-ruang ruas jalan nasional yang rentan terhadap bencana iklim (21
jalan nasional yang rentan rentan terhadap bencana dokumen)
terhadap bencana iklim iklim (banjir, longsor, dll) Pengembangan database lingkungan jalan;
(RAN MAPI PU) pengkinian dan pengembangan SDMS
(teknologi penanggulangan longsoran jalan)
(2 dokumen)
Pembangunan dan/atau 2015-2019 Kota-kota tepi pantai 2015: 34.293,25 Pembinaan teknis preservasi Pendampingan teknis
pemeliharaan bangunan penahan 2020-2024 dan peningkatan kapasitas pembangunan/pemeliharaan bangunan
konstruksi jalan akibat erosi/abrasi jalan (Renstra Kemen-PU, K- penahan konstruksi jalan pada lokasi rawan
3) erosi/abrasi pada jalan nasional (15 lokasi)
Penyusunan pedoman dan peringatan dini
pengendalian erosi dan longsoran jalan (1
naskah)
Penyiapan prototipe sistem peringatan dini
bahaya erosi dan longsoran (1 unit)
Diseminasi, sosialisasi, pelatihan aplikasi
teknologi vertiver dan teknologi
pengendalian bahaya erosi dan longsoran (3
Prosiding DSP)
Relokasi jalan-jalan strategis 2015 2019 Nasional 2012-2014: 0,8036 Tersusunnya konsep Pendampingan teknis pembangunan,
nasional yang memiliki kerentanan dan terlaksananya pilot perbaikan, dan pemeliharaan sistem
tinggi terhadap ancaman bencana proyek penyiapan jalan penampungan air (1 dokumen)
yang lebih adaptif Pengembangan teknologi perkerasan berpori
terhadap perubahan dalam konstruksi jalan (1 buku)
iklim antara lain dengan Pengembangan teknologi penampungan air
perbaikan landscape, dan daerah resapan (1 buku)
penampungan air, Penyusunan pedoman perencanaan dan
daerah resapan, dan pelaksanaan perkerasan berpori (1 naskah(
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
perkerasan berpori Penyusunan R0 perencanaan dan
pelaksanaan penampungan air dan daerah
resapan untuk jalan (1 naskah)
Prototipe teknologi perkerasan berpori dalam
konstruksi jalan (1 buku)
Pengembangan prototipe pelaksanaan
penampungan air dan daerah resapan (1
unit)
Aplikasi teknologi perkerasan berpori dalam
konstruksi jalan (1 Prosiding DSP)
Penyusunan kriteria desain teknologi
penampungan air dan daerah resapan (1
dokumen)
Pengembangan sistem drainase 2015-2019 Nasional, studi pilot 2012-2014: 2.008,346 Tersusunnya konsep Pendampingan teknis pembangunan dan
jalan yang baik sebagai bagian dari di wilayah berisiko dan pilot sistem drainase pemeliharaan sistem drainase yang
perlindungan fungsi jalan dari risiko banjir tinggi jalan yang baik sebagai melindungi fungsi jalan dari resiko
bagian dari perlindungan genanganan/ banjir pada jalan nasional (1
genangan/banjir
fungsi jalan dari resiko dokumen)
genangan/ banjir Pembangunan/ pemeliharaan sistem drainase
yang melindungi fungsi jalan dan resiko
genangan/ banjir pada jalan nasional (1.070
km)
Penyusunan naskah ilmiah sistem drainase
dalam mengurangi resiko banjir dan
genangan air pada jalan (1 buku dan 1
naskah R0 SPM)

Penguatan kelembagaan dan 2015-2019 Nasional 2012-2014: 1000 Tersusunnya konsep Konsep/ pilot project kelembagaan
implementasi sistem insentif kelembagaan dan sistem penyelenggara jalan yang tanggap terhadap
penyelenggara jalan untuk insentif penyelenggara bencana perubahan iklim (1 dokumen)
penanganan tanggap darurat dan jalan untuk penanganan
bencana akibat perubahan iklim tanggap darurat dan
bencana akibat
perubahan iklim

Perancangan aksesibilitas menuju 2015-2019 Nasional


transportasi publik yang aman
sebelum, saat, dan pasca bencana
yang mempertimbangkan
perspektif gender.

Fasilitasi dalam penerapan 2020-2024 Nasional


teknologi drainase berwawasan
lingkungan kepada pemda

115
116
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
2. Perencanaan, Manajemen dan Sistem Penataan Manajemen & Rekayasa 2013-2014 Wilayah berisiko 2013: 71,8 Kementerian Implementasi Teknologi Lalu
operasi transportasi darat; Lalu Lintas 2015-2019 tinggi khususnya 2014: 111,8 Perhubungan Program Pengelolaan dan Lintas Angkutan Jalan
Implementasi Teknologi Lalu Lintas perkotaan Penyelenggaraan Transportas Penataan Manajemen &
Angkutan Jalan berkepadatan tinggi Darat Rekayasa Lalu Lintas
Jumlah Rehabilitasi Simpul LLAJ Jumlah Rehabilitasi Simpul
Jumlah Rehabilitasi Fasilitas Kegiatan Prioritas: LLAJ
Keselamatan LLAJ Pembinaan dan Jumlah Rehabilitasi
Kontingensi Bencana Alam Pengembangan Fasilitas Keselamatan
Sistem LLAJ
Transportasi Kontingensi Bencana Alam
Perkotaan
Pembinaan dan
Pengembangan
Sistem
Transportasi
Perkotaan
Program
Pengelolaan dan
Penyelenggaraan
Transportasi
Darat

3. Pengelolaan perkeretaapian yang Jumlah paket kegiatan pengelolaan 2013-2014 Sumatera dan Jawa 2013: 766,7 Kementerian Jumlah paket kegiatan
meliputi: lalu lintas dan angkutan KA 2015-2019 2014: 957,7 Perhubungan Program Pengelolaan pengelolaan lalu lintas dan
Redesain, antisipasi dan Jumlah Laporan Survey/ Studi dan Penyelenggaraan angkutan KA
Rehabilitasi jembatan dan jalan rel Kebijakan/ Pedoman/ Masterplan/ Perkeretaapian Jumlah Laporan Survey/ Studi
diantaranya dengan pembangunan Pradesain/ DED/ STD bidanglalu Kebijakan/ Pedoman/
elevated track sebagai antisipasi lintas dan angkutan KA Kegiatan Prioritas: Masterplan/ Pradesain/ DED/ STD
terhadap gangguan rel kereta api Jumlah paket kegiatan manajemen bidanglalu lintas dan angkutan KA
yang tergenang dan rel kecelakaan serta pengembangan Pembangunan dan
menggantung serta rel kereta api SDM dan kelembagaan pengelolaan bidang Jumlah paket kegiatan
bengkok, percepatan korosi, Jumlah paket pengadaan keselamatan manajemen kecelakaan serta
kemungkinan longsor akibat peralatan/fasilitas keselamatan dan Pembangunan dan pengembangan SDM dan
terjadinya peningkatan frekuensi SDM perkeretaapian pengelolaan bidang kelembagaan
perubahan cuaca yang ekstrim Panjang km jalur KA yang lalu lintas dan Jumlah paket pengadaan
sehingga berpotensi terjadinya direhabilitasi angkutan KA peralatan/fasilitas keselamatan
banjir, banjir bandang dan tanah Jumlah unit jembatan KA yang dan SDM perkeretaapian
longsor; ditingkatkan/ direhabilitasi
Pembangunan sistem kendali KA Jumlah paket pekerjaan Panjang km jalur KA
(CTC dan SCADA); peningkatan persinyalan yang direhabilitasi
Dilakukannya kegiatan Jumlah paket pekerjaan Jumlah unit jembatan KA
maintenance, berupa kegiatan peningkatan telekomunikasi yang ditingkatkan/
monitoring dan evaluasi berbagai Jumlah laporan survey/ studi direhabilitasi
standar kelayakan operasional. kebijakan/ masterplan/ DED/ STD/ Jumlah paket pekerjaan
Penyusunan desain jalan KA yang AMDAL bidang prasarana KA peningkatan persinyalan
baik untuk memperbaiki kondisi
Jumlah paket pekerjaan
eksisting maupun sebagai dasar
peningkatan telekomunikasi
pembangunan kedepan, sebagai
contoh radius lengkung yang besar Jumlah laporan survey/ studi
dan kelandaian jalur KA yang kebijakan/ masterplan/ DED/
kecil/datar; STD/ AMDAL bidang prasarana
Pemantauan dan evaluasi lokasi KA
xxx
potensi longsor dan banjir jalan rel
didukung sistem informasi yang
akurat;
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
4. Pengelolaan transportasi laut yang 2013-2014 Wilayah berisiko 2013: 652,2 Kementerian
meliputi: Terbangunnya sarana bantu navigasi 2015-2019 tinggi 2014: 668,9 Perhubungan Program Pengelolaan Terbangunnya sarana bantu
Peninggian elevasi dan penyesuaian pelayaran terdiri dari menara suar; dan Penyelenggaraan navigasi pelayaran terdiri dari
standar desain fasilitas pelabuhan; rambu suar; pelampung suar) Transportasi Laut menara suar; rambu suar;
Perubahan Master Plan pelabuhan Pemantauan Kapal pelampung suar)
yang disesuaikan dengan kondisi Dermaga kapal kenavigasian Kegiatan Prioritas: Pemantauan Kapal
iklim dan cuaca; Jumlah peralatan dalam rangka Pengelolaan dan Dermaga kapal
Implementasi perbaikan sistem peningkatan keselamatan pelayaran penyelenggaraan kenavigasian
informasi dan navigasi kapal. Jumlah volume pengerukan sedimen kegiatan di Jumlah peralatan dalam rangka
Perlindungan terhadap jembatan, pada alur pelayaran dan/atau kolam bidang peningkatan keselamatan
jalan, dan akses dermaga serta pelabuhan Kenavigasian pelayaran
pelabuhan untuk menghindari Pengelolaan dan Jumlah volume pengerukan
terjadinya rendaman air laut; penyelenggaraan sedimen pada alur pelayaran
Perkuatan prasarana di pelabuhan kegiatan di dan/atau kolam pelabuhan
dan penyediaan bangunan Bidang Penjagaan
pelindung terhadap fasilitas Laut dan Pantai
dermaga dan sarana pelabuhan; Pengelolaan dan
Pengembangan teknologi penyelenggaraan
hidrodinamik, mesin yang lebih kegiatan di bidang
efisien, dan penyesuaian desain Kenavigasian
fisik kapal sesuai karakteristik Pengelolaan dan
perairan; Penyelenggaraan keg
Penyesuaian alur dan jalur di bidang Pelabuhan
pelayaran kapal nasional dengan Pengerukan
kondisi cuaca dan iklim pada saat
ini;
Penerapan Safety of Life at Sea
(SOLAS) yang lebih diperketat;
Pelaksanaan program Eco-Port.

5. Pengelolaan transportasi udara yang Jumlah bandar udara yang 2013-2014 33 Provinsi di 2013: 448,2 Kementerian
meliputi: dikembangkan, direhabilitasi 2015-2019 Indonesia 2014: 546,6 Perhubungan Program Jumlah bandar udara
Melakukan penyesuaian kebutuhan Jumlah Bandar udara yang Pengelolaan dan yang dikembangkan,
panjang runway sesuai dengan tipe Penyelenggaraan direhabilitasi
dikembangkan didaerah
pesawat yang digunakan; Transportasi Udara Jumlah Bandar udara yang
perbatasan dan rawan bencana
Penyusunan standar desain Kegiatan Prioritas: dikembangkan didaerah
bandara; Jumlah bandar udara baru yang perbatasan dan rawan bencana
Penggunaan perkerasan landasan dibangun Pembangunan, Jumlah bandar udara baru
yang lebih tahan terhadap suhu Jumlah fasilitas navigasi yang rehabilitasi dan yang dibangun
yang tinggi; dibangun dan yang direhabilitasi pemeliharaan Jumlah fasilitas navigasi yang
Penentuan zoning-zoning di Prasarana Bandar dibangun dan yang
lingkungan bandara yang Udara direhabilitasi
disesuaikan dengan Rencana Tata Pembangunan,
Ruang Wilayah setempat; rehabilitasi dan
Perencanaan pembangunan pemeliharaan
bandara melalui kajian lingkungan Prasarana
secara komprehensif dan ramah Navigasi
lingkungan serta meningkatkan Penerbangan
elevasi di sisi muka runway;
Peningkatan teknologi system
informasi bagi penundaan/
pembatalan penerbangan;
Perkuatan prasarana di bandara
dan perlindungan terhadap sarana
bandara;
Peningkatan kemampuan SDM
dalam menghadapi kejadian
darurat termasuk evakuasi
kecelakaan;
Pelaksanaan Program Ecoairport;

117
118
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
penggunaan sumber energi
terbarukan untuk bandara seperi
angin, air, dan surya;
peningkatan sistem Navigasi
Penerbangan untuk mengurangi
kepadatan air flow.

Klaster 4 : Peningkatan, Penyediaan dan penyesuaian infrastruktur yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan tangguh terhadap perubahan iklim
1. Penguatan pengetahuan dan Penguatan pengetahuan institusi 2013-2019 Nasional Lead:Kemen- PU 1. Pengaturan, pembinaan, Jumlah kawasan dan kab/kota yang
kapasitas pemerintah mengenai pemerintah daerah dalam Supporting: pengawasan dan terfasislitasi pembangunan (air limbah dan
infrastruktur tangguh terhadap pengelolaan air bersih dan air Pemerintah pelaksanaan drainase) dan persampahan
perubahan iklim yang berdampak limbah daerah pengembangan sanitasi
Pengembangan dan pengawasan PPLP
langsung pada kesehatan masyarakat dan persampahan
Pengembangan dan pembinaan SPAM,
(air bersih, air limbah, dan sanitasi). 2. Pengaturan, pembinaan,
pengawasan dan Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi dan
pelaksanaan pengawasan pelaksanaan pengembangan
pengembangan sistem SPAM
penyediaan air minum
(Dir Permukiman, Bappenas)
Capacity building dan fasilitasi 2013-2019 Wilayah berisiko Menigkatkan kesadaran Penguatan institusi pemerintah daerah dalam
pemerintah daerah dalam tinggi masyarakat tentang adaptasi pengelolaan air bersih dan air limbah
pengelolaan air bersih dan air terhadap perubahan iklim
limbah pada kawasan perkotaan
dan perdesaan
(Strategi Adaptasi Sub
Bidang Keciptakaryaan, RAN
MAPI PU)
2013: 3,8 Program pembinaan dan Peraturan pengembangan PPLP
pengembangan
infrastruktur
permukiman: (3)
Pengaturan,
pembinaan,pengawasan,
dan pelaksanaan
infrastruktur sanitasi dan
persampahan (RKP Kemen-
PU 2013)
2013: 2,2 Program pembinaan dan Peraturan Pengembangan SPAM
pengembangan
infrastruktur permukiman
: (4) Pengaturan, pembinaan,
pengawasan,
2013: 503,1 SPAM kawasan khusus
pengembangan dan
pelaksanaan pengembangan
sistem penyediaan air
minum (RKP Kemen-PU
2013)
2. Penyediaan sarana dan prasarana Tersusunnya standar dan konsep 2013-2014 Nasional Kemen- PU Pengaturan, pembinaan, Peraturan Pengembangan PPLP
sistem sanitasi dan pengolahan sarana dan prasarana sistem pengawasan, pegembangan
limbah yang tangguh terhadap sanitasi dan pengolahan limbah sumber pembiayaan dan
perubahan perubahan iklim yang tangguh terhadap perubahan pola investasi, serta
perubahan iklim pengelolaan pengembangan
infrastruktur sanitasi dan
persampahan. (Renstra
KemenPU CK, K3)
Ket: (b)
2013: 3,8 Program pembinaan dan Peraturan pengembangan PPLP
pengembangan
infrastruktur
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
permukiman: (3)
Pengaturan,
pembinaan,pengawasan,
dan pelaksanaan
infrastruktur sanitasi dan
persampahan (RKP Kemen-
PU 2013)
Tersedianya sarana dan prasarana 2013-2024 Nasional 2013: 733,7 Lead:Kemen- PU Program pembinaan dan Infrastruktur air limbah
sistem sanitasi dan pengolahan 2013: 644,6 pengembangan Infrastruktur tempat pemrosesan akhir
limbah yang tangguh terhadap infrastruktur sampah
perubahan perubahan iklim permukiman: (3)
2013: 72,3 Infrastruktur tempat pengolah sampah
1. Pengaturan,
terpadu/ 3R
pembinaan,pengawasan,
Jumlah kawasan dan kab/kota yang
dan pelaksanaan
terfasislitasi pembangunan (air limbah dan
infrastruktur sanitasi dan
drainase) dan persampahan
persampahan (RKP
Kemen-PU 2013)
2. Pengaturan, pembinaan, Pengembangan dan pengawasan PPLP
pengawasan dan
pelaksanaan Pengembangan dan pembinaan SPAM,
pengembangan sistem Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi dan
penyediaan air minum pengawasan pelaksanaan pengembangan
SPAM
Klaster 5 : Integrasi terhadap Pembangunan Berkelanjutan
1. Penerapan konsep dan struktur kota Teridentifikasinya kawasan rentan 2013-2014 Nasional 2012- 2014: 2,5 Kemen- PU Identifikasi wilayah Pemetaan kerentanan wilayah akibat
dan wilayah berdasarkan kajian dampak perubahan iklim (Kabupaten/Kota) yang dampak perubahan iklim
kerentanan masyarakat dan mengalami dampak
infrastruktur yang adaptif terhadap perubahan iklim
perubahan iklim
(Strategi Adaptasi Sub
Bidang Penataan Ruang,
RAN MAPI PU)

Tersusunnya dokumen hasil 2014-2019 Nasional Kemen- PU


penelitian yang memuat hasil
pengamatan tentang gejala
perubahan iklim dan bencana yang
diakibatkan oleh perubahan iklim
terhadap infrastruktur vital
2. Penerapan pembangunan kota hijau Penerapan bangunan ramah 2014-2019 Kota-kota beresiko 2012- 2014: 4,5 Lead: Kemen-PU Penerapan pembangunan Kajian pemberdayaan kearifan lokal masya-
(Green Cities) lingkungan (hemat energi, air, dan tinggi Supporting: kota hijau (Green Cities) rakat terhadap adaptasi perubahan iklim
struktur) (Green building) (2013: 85 Kab/Kota) Pemerintah (RANMAPI PU)
Pemanfaatan sumber energi yang Daerah, Pengarusutamaan konsep Fasilitasi atau pendampingan penyusunan
efisien dan ramah lingkungan BAPPENAS, LIPI kota dan peran masyarakat RDTR Kawasan yang responsif/sensitive
(Green energy) yang memiliki daya tahan terhadap adaptasi perubahan iklim
Peningkatan efisiensi pemanfaatan terhadap dampak
dan pengelolaan air (Green water) perubahan iklim (climate
Pengembangan sistem transportasi change resilience)
yang berkelanjutan, misalnya: (RAN MAPI PU 2012-2014
transportasi publik, jalur sepeda, Bidang Penataan Ruang (4)
jalan kaki (Green transportation) 2013: 85 Pengaturan, pembinaan, Keswadayaan masyarakt (kelurahan)
Penerapan prinsip 3R (mengurangi pengawasan dan
sampah/limbah, mengembangkan pelaksanaan penataan
proses daur ulang, dan bangunan dan lingkungan
meningkatkan nilai tambah (Green
waste) Program Penyelenggaraan Jumlah kegiatan peningkatan kualitas
Pemanfaatan air permukaan secara Penataan Ruang: pengembangan perkotaan melalui

119
120
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
optimal dalam pemenuhan Pelaksanaan Pengembangan penyusunan rencana detail
kebutuhan air perkotaan Perkotaan pengembangan RTH dan percontohan RTH

2015: 3.000 Pengaturan, pembinaan, Infrastruktur Pengolah Sampah Terpadu /


pengawasan, dan 3R
pelaksanaan infrastruktur
sanitasi dan persampahan

Klaster 6: Peningkatan Sistem pendukung infrastruktur adaptasi perubahan iklim

1. Pengumpulan data dan informasi Tersusunnya sejumlah dokumen 2014-2019 Nasional Lead:LIPI Program Penanggulangan Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
melalui penelitian mengenai atau hasil penelitian yang memuat 2020-2024 Supporting: Bencana/ Pencegahan dan
perubahan iklim, faktorkerentanan informasi dari analisis hasil Kemenkes, Kem. Pengurangan Risiko Bencana
dan risiko linkungan, faktor KP, kem. PU, KLH, (BNPB)
pengamatan tentang gejala
kerentanan dan risiko sosial, ekonomi kem. Pertanian,
perubahan iklim dan bencana yang
dan geografi. Kemenhut, BMKG,
diakibatkan oleh perubahan iklim. BNPB, BPPT,
LAPAN, Badan
Informasi
Geospasial
2. Pembangunan sistem informasi Terkumpul dan tersusunnya 2014-2019 Nasional BMKG, BNPB, KLH, Program Penanggulangan Jumlah baseline data bencana Indonesia
tanggap perubahan iklim yang handal dokumen yang memuat data dan 2020-2024 Kem, kominfo, Bencana/ Pengembangan
dan mutakhir informasi risiko bencana akibat LAPAN, KESDM, Aplikasi Teknologi Informasi
Kem.PU, Kem. KP, dan Komunikasi untuk
perubahan iklim yang termutakhir
kemenkes, Badan Pengurangan Risiko dan
Jumlah publkasi melalui media Informasi Mitigasi Bencana Alam
cetak dan elektronik Geospasial (BNPB)
Tercapainya informasi tentang
perubahan iklim kepada
masyartakat dan institusi lokal.
3. Pengembangan teknologi yang Pengembangan teknologi reservoir 2013-2014 Wilayah berisiko 2012 -2014: 2,970 Lead:Kemen- PU Meningkatnya tingkat Terlaksananya pembangunan, pengelolaan,
mendukung manajemen prasarana bawah tanah tinggi pelaanan dan kinerja dan rehabilitasi embung dan bendungan
sumber daya air prasarana sumber daya air untuk mengendalikan debit musiman.
Rancangan pedoman (R-0) SPM
dalam mendukung
teknologi Aquifer Storage and
penyediaan air dan
recovery ketahanan pangan
(Strategi Adaptasi Sub
Rancangan pedoman (r-0) teknologi bidang Sumber Daya Air,
ASR (jejaring kejasama, diseminasi RAN MAPI PU)
teknologi)

Teknologi pemanfaatan sungai


bawah tanah daerah karst
Teknoogiblokbeton terkunci untuk
pengendali dasar sungai
Rancangan pedoman (R-0) panduan
alat DP untukmengetahui kualitas
tanah timbunan pada bangunan air
utama

Klaster 7: Perancangan, Penyediaan dan pengelolaan Infrastruktur Energi sehingga Adaptif terhadap Perubahan Iklim

1. Sosialisasi mengenai infrastruktur Meningkatnya pengetahuan 2015 Nasional Lead:Kemen-


penyedia energi yang adaptif pemerintah daerah mengenai ESDM
terhadap perubahan iklim termasuk infrastruktur energi yang harus Supporting:
energi baru beradaptasi terhadap dampak Kemen- PU,
perubahan iklim termasuk Pemerintah
pengadaan dan pengelolaannya. daerah
RKP 2013/Renstra/RPJMN
Anggaran Penanggung
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Program/Kegiatan
(Miliar Rupiah) Jawab Indikator
Prioritas
Meningkatnya pemahaman
masyarakat terhadap pemanfaatan
sumber energi terbarukan dan
manfaatnya bagi kelestarian
lingkungan dan tingkat ketahanan
terhadap dampak perubahan iklim
2. Perlindungan infrastruktur energi dari Identifikasi infrastruktur energi 2014-2019 Nasional Lead:Kemen-
dampak perubahan iklim yang rentan terhadap dampak 2020-2024 ESDM
perubahan iklim Supporting:
Kemen-PU,
Penyusunan dan pelaksanaan
Pemerintah
tindakan-tindakan perlindungan daerah
terhadap infrastruktur energi yang
rentan terhadap dampak
perubahan iklim.
3. Perencanaan infrastruktur energi yang Penyusunan rancangan 2014-2019
baru infrastruktur energi baru
berdasarkan konsep adaptasi
terhadap perubahan iklim
Pengadaan infrastruktur energi 2020-2024
baru khususnya untuk
menggantikan infrastruktur energi
lama berdasarkan tingkat
kebutuhan maupun lokasi.

121
122
3. Bidang Ketahanan Ekosistem

Sasaran:
1 Penurunan luas kerusakan ekosistem alami darat dan laut yang diakibatkan oleh kejadian iklim ekstrim dan perubahan iklim.
2 Peningkatan kuantitas dan kualitas terumbu karang dan tutupan hutan pada wilayah DAS prioritas
3 Penurunan tingkat keterancaman spesies-spesies kunci akibat perubahan iklim
4 Pengembangan sistem Ketahanan ekosistem

RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
Klaster 1: Perbaikan/Penyempurnaan Tata Ruang dan Tataguna Lahan
1. Identifikasi dan pemetaan kerentanan Tersedianya peta kerawanan dan 2013 Seluruh Indonesia. Bersinergi dengan Kementerian Kehutanan Perencanaan Rekomendasi perubahan fungsi
kawasan hutan, ekosistem laut, DAS, dan informasi keterancaman kawasan 4.2.4.1 dan 4.2.4.2 (Ditjen Planologi Makro kawasan hutan secara parsial selesai
kekayaan keanekaragaman hayati hutan, DAS, ekosistem laut dan Kehutanan) Bidang Kehutanan 75 % per tahun
terhadap dampak perubahan iklim keanekaragaman hayati terhadap dan Terjaminnya tata batas kawasan hutan
perubahan iklim Pemantapan sepanjang 19.000 km, terdiri dari batas
Kawasan
luar dan batas fungsi kawasan hasil
Hutan/Pengukuhan
hutan
Kawasan Hutan
Penunjukkan kawasan hutan provinsi
selesai 75%
Penetapan kawasan hutan yang telah
ditata batas selesai per tahun
SK peleasan hutan secara parsial
selesai 75% per tahun
2,06 Perencanaan Data dan informasi geospasial dasar
makro Bidang tematik kehutanan terkini tingkat
kehutanan dan nasional
pemantapan
Kawasan Hutan/
Inventarisasi dan
pemantauan
sumberdaya hutan
1,71 Pembangunan Peta areal kerja dan peta pencadangan
Kesatuan izin pemanfaatan hutan selesai 80 %
Pengelolaan Hutan
(KPH)
36,00 Kementerian Kehutanan Peningkatan Fungsi Tersedianya data dan peta lahan kritis
(Ditjen BPDASPS) dan Daya Dukung di 36 BPDAS
DAS Berbasis
Pemberdayaan
Masyarakat/
perencanaan,
penyelenggaraan
RHL, Reklamasi,
pengembangan
kelembagaan dan
evaluasi DAS
KKP Pengelolaan Jumlah kawasan laut dan pesisir yang
sumberdaya laut memiliki peta potensial dan arahan
dan pulau-pulau pemanfaatan yang terintegrasi,
kecil/Penataan akuntabel dan terkini (2013: 13
Ruang dan kawasan, 2014: 14 kawasan)
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
Perencanaan Jumlah kawasan pukau-pulau kecil
Pengelolaan Wilayah yang memiliki peta potensi dan arahan
Laut, Pesisir dan pemanfaatan yang terintegrasi,
Pulau-Pulau Kecil akuntabel dan terkini (2013: 33
kawasan. 2014: 28 kawasan)

Penyusunan peta resiko bencana dan Tersedianya peta resiko bencana dan 2013-2014 2013 : 9 lokasi 2013 : 1,3 Pengelolaan Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
indek kerentanan pesisir terhadap kerentanan bencana 2014 : 15 Lokasi 2014 : 1,5 Sumber Daya Laut, terfasilitasi peningkatan ketahanannya
perubahan iklim Pesisisr dan Pulau- terhadap perubahan iklim
pulau Kecil/
Pendayagunaan
Pesisir dan Lautan
BMKG (Deputi Bidang Pengembangan dan Persentase Tingkat Kemampuan
Meteorology) pembinaan Pelayanan data dan informasi cuaca
meteorology, ekstrim
klimatologi, dan
geofisika /
Pengelolaan
Meteorologi public
bMKG
(Pengembangan
Sistem Peringatan
Dini Cuaca/MEWS)
BMKG (Deputi Bidang Pengelolaan Iklim Jumlah Pelayanan informasi
Klimatologi) Agroklimat dan Iklim perubahan iklim dan kualitas udara
Maritim BMKG
(Pengembangan
Sistem Peringatan
Dini Iklim/CEWS
BPPT
BAPPENAS
Kemen PU Penyelenggaraan Keserasian dan keselarasan
tata program pembangunan dengan
Ruang/Pembinaan RTRW
Pelaksanaan
Penataan Ruang
daerah Wilayah 1 & 2
KLH
2. Penyusunan rencana zonasi Wilayah Tersusunnya dokumen rencana zonasi 2013-2014 20 Lokasi 2013 : 10,6 KKP Pengelolaan Sumber Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ( WP3K) Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau 2014 : 9 Daya Laut, Pesisisr pulau kecil di wilayah nasional, lintas
Kecil (WP3K) dan Pulau-pulau wilayah, provinsi/kabupaten/kota yang
Kecil/ Penataan memiliki dokumen RZWP3K
Ruang dan
Perencanaan
Pengelolaan Wilayah
Laut, Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
2020-2024 Jawa, Sumatra, Kemen PU Penyelenggaraan Rencana terpadu jangka menengah
Kalimantan penataan Ruang pengembangan Infrastruktur Sistem
/Pelaksanaan nasional dan pengembangan Kapasitas
Penataan ruang pengelolaan KSN
nasional
3. Kajian Penataan ruang dan Terselesaikannya review RTRWP 2013 Seluruh Indonesia 10,87 Kementerian Kehutanan Perencanaan Makro Rencana makro penyelenggaraan
penatagunaan hutan berbasis DAS dan berdasarkan kajian peta kerawanan (Ditjen Planologi Bidang Kehutanan kehutanan sebanyak 1 judul
keanekaragaman hayati melalui Review serta Keterancaman ekosistem hutan Kehutanan) dan Pemantapan
RTRWP dan Peta Kerawanan serta Kawasan Persetujuan substansi teknis
Keterancaman Hutan/Penyusunan kehutanan terhadap usulan revisi tata
ruang di 26 prvopinsi

123
124
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
rencana makro Sistem Jaringan komunikasi data
kawasan Hutan kehutanan LAN pusat dan WAN 17
propinsi sebanyak 1 sistem per tahun

1,79 Kementerian Kehutanan Perencanaan Tata Batas kawasan hutan sepanjang


(Direktorat Pengukuhan Makro Bidang 19.000 km terdiri dari batas luar dan
dan penatagunaan Kehutanan dan fungsi kawasan hutan
Kawasan Hutan) Pemantapan Keputusan penunjukkan kawasan
Kawasan hutan propinsi selesai (100%)
Hutan/Pengukuhan Penetapan kawasan hutan yang telah
Kawasan Hutan selesai tata batas temu gelang
sebanyak 75%
KLH
BMKG
BPPT
BAPPENAS
Kemen PU Penyelenggaraan Jumlah rencana tata ruang yang telah
penataan ruang disinkronkan program
Ruang/Pembinaan pembangunannya
Pelaksanaan Jumlah kegiatan penyelenggaraan
Penataan Ruang persetujuan substansi RTRWK
daerah Wilayah 1 & 2 Jumlah Propinsi/Kabupaten/Kota yang
mendapat pembinaan
Penyelenggaraan Penataan Ruang
(2014 : 33 RTRW Prov, 398 RTRW kab,
93 RTRW Kota
Penyelenggaraan Jumlah rencana tata ruang dan
penataan ruang rencana terpadu program
Ruang/ Pembinaan pengembangan infrasutktur jangka
Penataan Ruang menengaj Pulau/Kepulauan dan
wilayah Nasional Kawasan strategis nasional (2014: 37
Raperpres ; 7 KSN Perkotaan dan 30
KSN Non Perkotaan; 32 RPIIJM : 7
RPIIJM KSN Perkotaan dan 25 RPIIJM
KSN Non-Perkotaan)
4. Pengembangan percepatan Penataan Terselenggaranya penataan ruang dan 2015-2019 Sumatra, Kalimantan, 0,40 Perencanaan Makro Penetapan wilayah KPHL dan KPHP di
ruang dan penatagunaan hutan berbasis penatagunaan hutan berbasis DAS dan Jawa Kementerian Kehutanan Bidang Kehutanan 28 provinsi
DAS dan keanekaragaman hayati melalui keanekaragaman hayati (Ditjen Planologi dan Pemantapan Penetapan wilayah Kesatuan
Review RTRWP dan Peta Kerawanan serta kehutanan) Kawasan pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK)
Keterancaman Hutan/Pembanguna di seluruh Indonesia
n Kesatuan
Pengelolaan Hutan
(KPH)
Kemen PU Penyelenggaraan Meningkatnya penyelesaian Perpres
Penataan sesuai Amanat UU 26/2007
Ruang/pelaksanaan
Penataan Ruang
Nasional
LIPI
5. Kajian Penataan ruang dan Terselesaikannya review tata ruang 2013-2014 Seluruh Indonesia KKP Pengelolaan Jumlah kawasan laut dan pesisir yang
penatagunaan ekosistem laut melalui ekosistem laut berdasarkan peta Sumber Daya Laut, memiliki peta potensial dan arahan
review peta kerawanan dan kerawanan serta keterancaman Pesisisr dan Pulau- pemanfaatan yang terintegrasi,
keterancaman ekosistem laut pulau Kecil/ akuntabel dan terkini (2013: 13
Penataan Ruang dan kawasan, 2014: 11 kawasan)
Perencanaan Jumlah kawasan pukau-pulau kecil
Pengelolaan Wilayah yang memiliki peta potensi dan arahan
Laut, Pesisir dan pemanfaatan yang terintegrasi,
Pulau-pulau Kecil akuntabel dan terkini (2013::33
kawasan, 2014: 28 kawasan)
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
BMKG (Deputi Bidang Pengembangan dan Persentase Tingkat Kemampuan
Meteorologi) pembinaan Pelayanan data dan informasi cuaca
meteorology, ekstrim
klimatologi, dan
geofisika/
Pengelolaan
Meteorologi Publik
BMKG
(Pengembangan
Sistem Peringatan
Dini Cuaca/MEWS)
BMKG (Deputi Bidang Pengelolaan Iklim Jumlah Pelayanan informasi
Klimatologi) Agroklimat dan Iklim perubahan iklim dan kualitas udara
Maritim BMKG
(Pengembangan
Sistem Peringatan
Dini Iklim/CEWS
BPPT
BAPPENAS
KLH Pengelolaan Persentase penyelesaian kajian daya
Sumber Daya Alam dukung 4 pulau besar yang
dan Lingkungan terkoordinasi antar K/L
Hidup/Pengawasan
dan Evaluasi
Pemanfaatan Ruang
6. Pengembangan percepatan Penataan Terselenggaranya penataan ruang 2015-2019 NTT, NTB, Sulawesi, KKP Pengelolaan
ruang dan penatagunaan ekosistem ekosistem laut berdasarkan peta Maluku, Papua Sumber Daya Laut,
laut berdasarkan fungsi ekologis dan kerawanan serta keterancaman Pesisisr dan Pulau-
keanekaragaman hayati ekosistem laut pulau Kecil/
Penataan Ruang dan
Perencanaan
Pengelolaan Wilayah
Laut, Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
2020-2024 Jawa, Sumatra, Kemen PU Penyelenggaraan Rencana terpadu jangka menengah
Kalimantan penataan Ruang pengembangan Infrastruktur Sistem
/Pelaksanaan nasional dan pengembangan Kapasitas
Penataan ruang pengelolaan KSN
nasional
7. Pelaksanaan langkah-langkah persiapan Tersedianya dokumen dan peraturan 2013-2014 Seluruh Indonesia Kemenhut Perencanaan Tata batas kawasan hutan sepanjang
menuju pemantapan kawasan hutan yang menjamin tercapainya luas Makro Bidang 19.000 km terdiri dari batas luar dan
sebagai langkah adaptasi untuk menjaga kawasan hutan yang optimal sesuai Kehutanan dan fungsi kawasan hutan
ekosistem dan keanekaragaman hayati , al dengan fungsi dan kebutuhan adaptasi Pemantapan Keputusan penunjukkan kawasan
melalui: serta konflik minimal Kawasan hutan propinsi selesai (100%)
a. Penetapan perubahan fungsi Hutan/Pengukuhan Penetapan kawasan hutan yang telah
kawasan hutan secara parsial. dan penatagunaan selesai tata batas temu gelang
b. Tukar menukar kawasan hutan kawasan hutan sebanyak 75%
KLH Pengawasan dan Persentase penyelesaian dokumen
Evaluasi konsep, naskah akademik, pedoman
Pemanfaatan Ruang dan peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan (dari 12
dokumen yang direncanakan) yg
terkoordinasi antar K/L
8. Pengembangan sistem Penjagaan Meningkatnya kawasan konservasi laut 2013 Jawa, Sumatera, Bali 2013: 1,5 LIPI (puslit oceanografi) Penelitian, Jumlah kegiatan diklat pemantauan
kawasan konservasi laut 2015-2019 Kalimantan, Sulawesi, penguasaan dan kerusakan lingkungan laut
Maluku, Papua akan pemanfaatan IPTEK
dicek lokasinya

125
126
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
Meningkatnya wilayah perairan 2015-2019 Jawa, Sumatera, Bali 170 juta KKP Pengawasan Jumlah wilayah perairan yang bebas
Indonesia yang bebas kegiatan illegal Sumber Daya kegiatan perusakan ekosistem
dan merusak Kelautan dan perairan
Perikanan/Peningka Jumlah wilayah perairan yang bebas
tan Operasional kegiatan pencemaran
Pengawasan Sumber
Daya Kelautan
2020-2024 Kalimantan, Sulawesi, 170 juta KKP Pengawasan Jumlah wilayah perairan yang bebas
Maluku, Papua Sumber Daya kegiatan perusakan ekosistem
Kelautan dan perairan
Perikanan/Peningka
tan Operasional Jumlah wilayah perairan yang bebas
Pengawasan Sumber kegiatan pencemaran
Daya Kelautan
9 Perbaikan peraturan perundang- ercapainya keselarasan peraturan 2015-2019 Pusat & Daerah 200 juta Bappenas, Kementerian/ Harmonisasi Persentase dokumen konsep, naskah
undangan, melalui penyelarasan UU perundang-undangan terkait tata ruang Lembaga terkait, DPR kebijakan dan akademik, pedoman dan peraturan
Kehutanan, UU Pemerintahan Daerah, UU dan tata lahan antara K/L yang adaptif peraturan perundang-undangan tekait daya
Perlindungan & Pengelolaan LH, UU terhadap perubahan iklim perundang- dukung dan daya tampung lingkungan
Penataan Ruang, UU Pokok Agraria, dan undangan terkait yang integrated dan climate proff pada
UU lain yang terkait dengan adaptasi layanan jasa setiap bidang K/L
perubahan iklim lingkungan antar K/L Persentase prioritas kebijakan
Ket : (c) pembangunan kehutanan menurut
pulau

10. Penyelesaian kegiatan pengukuhan Tersedianya kawasan hutan yang secara 2015-2019
kawasan hutan dengan hukum memiliki kekuatan legalitas dan
mempertimbangkan nilai-nilai yang legitimasi yang kuat dari masyarakat.
tumbuh dan hidup di masyarakat.

Klaster 2: Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Produktif Secara Lestari


1. 1 Kajian pengembangan jasa lingkungan Tersusunnya peta potensi dan peta 2013-2014 3 unit (2013) 25,571 Kementerian Kehutanan Konservasi Terjaminnya pengusahaan pariwisata
. dan wisata alam, melalui: jalan investasi dan pemasaran jasa 5 unit (2014) (Ditjen PHKA) Keanekaragaman alammeningkat sebesar12% atau 3
a. Penyusunan peta potensi & lingkungan dan wisata alam sebagai Hayati dan unit (kumulatif 48% atau 12 unit)
investasi jasa lingkungan. bagian integral dari pengelolaan Perlindungan dibandingkan
b. Penyusunan peta potensi & kawasan produktif hutan dan laut Hutan / tahun 2008
Pengembangan Izin usaha pemanfaatan jasa
investasi wisata alam.
pemanfaatan jasa lingkungan airbaru sebanyak 5 unit.
c. Pengembangan kegiatan promosi
lingkungan
dan pemasaran jasa lingkungan & 2013-2014 Seluruh Indonesia Terjaminnya PNBP di bidang
wisata alam pengusahaanpariwisata alam
meningkat 20%dibandingkan tahun
2008.

Pelaksanaan demonstration activity


REDDdi 1 kawasan konservasi (hutan
gambut)

2013-2014 Seluruh Indonesia KKP

2. 2 Pengembangan jasa lingkungan dan Terselenggaranya pengelolaan 2-13-2014 Seluruh Indonesia 94,69 Kemenhut (ditjen PHKA) Konservasi Terjaminnya pengusahaan pariwisata
. wisata alam. investasi dan pemasaran jasa Keanekaragaman alammeningkat sebesar12% atau 3
lingkungan dan wisata alam sebagai Hayati dan unit (kumulatif 48% atau 12 unit)
bagian integral dari pengelolaan Perlindungan dibandingkan
kawasan produktif hutan dan laut Hutan / tahun 2008
Pengembangan Izin usaha pemanfaatan jasa
pemanfaatan jasa lingkungan airbaru sebanyak 5 unit.
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
lingkungan dan Terjaminnya PNBP di bidang
Wisata alam pengusahaanpariwisata alam
meningkat 20%dibandingkan tahun
2008.
Pelaksanaan demonstration activity
REDD di 2 kawasan konservasi (hutan
gambut)
Pelaksanaan demonstration activity
REDDdi 1 kawasan konservasi (hutan
gambut)
3. 3 Kajian dan persiapan wilayah-wilayah Tersedianya panduan untuk 2013-2014 Seluruh Indonesia
. tertentu sebagai pusat produksi hasil implementasi pengelolaan kawasan
hutan tertentu, melalui: secara terpadu.
a. Penyusunan data base dan peta
potensi hutan.
b. Penyusunan data base dan peta
sarana dan prasarana.
c. Penyusunan data base dan peta
lingkungan demografi.

4. 4 Pengembangan Ijin Usaha Pemanfaatan Terbitnya Izin Usaha Pemanfaatan 2013-2014 30.000 Ha/Sumsel, 12,579 Kemenhut (BUK) Peningkatan Usaha Terbentuknya KPHP di 18 provinsi
. Hutan Produksi Hasil Hutan Restorasi Ekosistem dan Kalteng Kehutanan/ sebesar 20 %
Jasa Lingkungan Perencanaan Penerbitan Iuphhk ha/re pada areal
Pemanfaatan dan bekas tebangan (LOA) seluas 650.000
Peningkatan Usaha Ha
Kehutanan Tersedianya areal calon/usulan
pemanfaatan hutan produksi dalam
bentuk unit-unit usaha pada 26
propinsi sebesar 20 %
Produksi hasil hutan bukan kayu/jasa
lingkungan sebesar 1 %
Penerbitan iuphhk ha/re pada areal
bekas tebangan (LOA) seluas 650.000
Ha
5. 5 Penerapan multisistem dalam pengelolaan Terselenggaranya sistem perijinan 2013-2014 Seluruh Indonesia 1,22 Ditjen Planologi Kehutanan, Perencanaan Keputusan menteri kehutanan tentang
. kawasan hutan pengelolaan hutan terpadu (HTR, HKM, Dinas Kehutanan Provinsi Makro Bidang Penetapan Wilayah KPHL, KPHP dan
Hutan Adat, HPH, dll) dan kabupaten/ kota. Kehutanan dan KPHK di seluruh Indonesia
Pemantapan
Kawasan Hutan Penetapan wilayah kesatuan
/Pembangunan pengelolaan hutan lindung (KPHL) dan
Kkesatuan KPHP di 28 propinsi
Pengelolaan Hutan
(KPH) Penetapan wilayah kesatuan
pengelolaan hutan konservasi (KPHK)
di seluruh Indonesia 5 tahun.
Terwujudnya kelembagaan dan 6,04 Beroperasinya 30 KPH (20% dari KPH
organisasi pengelolaan kawasan hutan yang ditetapkan)
di tingkat tapak (KPH) yang menjamin
kemantapan kawasan hutan
Adanya pengakuan multipihak terhadap 0,62 Peraturan perundangan tentang
kawasan hutan yang telah dikukuhkan penyelenggaraan KPH sebanyak 1
judul
Peta areal kerja dan peta
pendadangan izin pemanfaatan hutan
selesai 80%

127
128
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
61,06 Penyuuhan dan Pendidikan Menengah Kejuruan
Pengembangan SDM Kehutanan sebanyak 285 orang.
kehutanan /
Penyelenggaraan
Pendidikan dan
Pelatihan Aparatur
Kemenhut dan SDM
Kehutanan lainnya
Klaster 3: Peningkatan Tata Kelola Kawasan Konservasi dan Ekosistem Esensial
1. 1 Pengembangan Kawasan konservasi dan Terbangunnya kemandirian 2013 Riau, Jambi, NAD, 2013: 44,795 Kemenhut (PHKA) Konservasi Terjaminnya konflik dan tekanan
. Ekosistem Esensial pengelolaan kawasan konservasi dan Sultra, Sumut, Keanekaragaman terhadap kawasan taman nasional dan
kawasan ekosistem esensial hutan dan Hayati dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM,
laut Perlindungan TB) dan HL menurun sebanyak 1 %
Hutan / (kumulatif 4 %)
Pengembangan
Kawasan Konservasi,
Ekosistem Esensial
dan
Pembinaan Hutan
Lindung
Terjaminnya penanganan perambahan
kawasan hutan pada 3 provinsi
prioritas (kumulatif 9 propinsi prioritas)
Terjaminnya peningkatan pendapatan
masyarakat di sekitar kawasan
konservasi tertentu meningkat menjadi
minimal Rp. 160.000,00 per bulan per
kepala keluarga atau sebesar 6 %
(kumulatif Rp 640.000) atau sebesar
24% melalui upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat
Meningkatnya pengelolaan ekosistem 2013 Kalimantan Timur, Terjaminnya pengelolaan ekosistem
esensial sebagai penyangga kehidupan Sulawesi Selatan, DIY esensial sebagai penyangga kehidupan
manusia meningkat 2%
Merestorasi ekosistem kawasan 2013 4 lokasi Terjaminnya restorasi ekosistem
konservasi kawasan konservasi, 1 lokasi

Meningkatkan efektifitas pengelolaan 2013 50 TN prioritas Terjaminnya peningkatan efektifitas


kawasan konservasi melalui pengelolaan kawasan konservasi
pengelolaan berbasis resort melalui pengelolaan berbasis resort di
10 TN
Meningkatkan pengelolaan kawasan 2013 8 propinsi: Riau, Jambi, Terjaminnya peningkatan pengelolaan
gambut Bengkulu, kawasan konservasi ekosistem gambut
Palangkaraya, Papua di 2 provinsi.
Meningkatkan efektifitas pengelolaan 2013 TN Kayan Mentarang, Penelitian, Setiap tahun 1 (LIPI)
kawasan konservasi TN Bukit Baka Bukit penguasaan dan
Raya, TN Danau LIPI (puslit biologi) pemanfaatan iptek
Sentarum, TNBetung
Kerihun, CA Muller
2015-2019 Papua, Nusa Tenggara
4 lokasi diIndonesia 18,0 Program Terfasilitasinya pengembangan
Pengelolaan program Taman Keanekaragaman
Sumber Daya Alam Hayati di beberapa daerah
dan Lingkungan
Hidup/Peningkataka
tan Konservasi
Keanekaragaman
Hayati
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
2013-2014 4 Kebun Raya di 49,0 LIPI Penelitian,
indonesia Penguasaan dan Paket Laporan O & M Kebun Raya
Pemanfaatan LIPI
IPTEK/Pengembanga
n Konservasi
Tumbuhan
Indonesia-Kebun
Raya Bogor-Kebun
Raya Cibodas-Kebun
Raya Purwodadi-
Kebun Raya Bali

2013-2014 Seluruh Indonesia 123,5 KLH


2. 2 Penyidikan dan perlindungan kawasan Meningkatnya penyelesaian kasus 2013 Seluruh Indonesia 78,246 Kemenhut (PHKA) Konservasi Terjaminnya kasus baru tindak pidana
. Konservasi dan Ekosistem Esensial baru tindak pidana kehutanan (illegal Keanekaragaman kehutanan (illegal logging,
logging perambahan, perdagangan Hayati dan perambahan,
tumbuhan dan satwa liar (TSL) illegal, Perlindungan Hutan perdagangan TSL illegal,
penambangan illegal, dan kebakaran) / penambangan
Penyidikan dan illegal dan kebakaran) penanganannya
Pengamanan Hutan terselesaikan minimal sebanyak 15%
(kumulatif 60 %)
Meningkatnya penyelesaian tunggakan Terjaminnya tunggakan perkara
perkara (illegal logging perambahan, (illegal
perdagangan TSI illegal, penambangan logging, perambahan, perdagangan
illegal, dan kebakaran) TSL
illegal, penambangan illegal dan
kebakaran) terselesaikan sebanyak
25%
Meningkatnya penyelesaian kasus Terjaminnya kasus hukum
hukum perambahan perambahan
kawasan konservasi terselesaikannya
sebanyak 4 % (kumulatif 16 %)
Meningkatnya kapasitas penanganan Peningkatan kapasitas penanganan
kasus kejahatan kebakaran hutan kasus
kejahatan kebakaran hutan di 10
provinsi
Terbentuknya tingkat pengamanan 2013-2014
dan perlindungan kawasan konservasi
dan ekosistem esensial

2013-2014 11 situ 97,5 KLH Program Jumlah pemantauan dan evaluasi


Pengelolaan pengendalian kerusakan ekosistem
Sumber Daya Alam situ yang terkoordinasi dengan K/L
dan Lingkungan terkait
Hidup/
Pengelolaan Kualitas
Air dan Kawasan
Gambut
30 Propinsi 113,0 Peningkatan Jumlah Propinsi (pendekatan
konservasi dan ekosistem) yang dipantau sesuai data
Pengendalian potensi kejadian bencana
Kerusakan Hutan
dan Lahan

129
130
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
33 Propinsi 97,5 Pengawasan dan Jumlah propinsi dilaksanakannya
Evaluasi pengawasan dan evaluasi
Pemanfaatan Ruang pemanfaatan ruang dan alih fungsi
lahan/ruang dan pelaksanaan
instrument pengawasan pemanfaatan
ruang di kawasan lahan gambut, hutan
dan DAS prioritas untuk menunjang
pencapaian prioritas nasional 9 RPJMN
2010-2014
Seluruh Indonesia 89,7 Penanganan Kasus Persentase pengaduan masyarakat
Lingkungan dikelola melalui penerimaan, penelaan
dan klasifikasi, penerusan kepada
pihak terkait yang berwenang atau
ditangani langsung

Persentase dugaan tindak pidana LH


yg ditindaklanjuti melalui proses
penyelidikan dan penyidikan (pubaket)
sampai proses pengadilan (perkiraan
100 kasus per tahun)

Persentase penanganan kasus perdata


LH yang ditindaklanjuti secara perdata
di dalam maupun di luar pengadilan
(perkiraan 100 kasus per tahun)
Jumlah kasus lingkungan yang
terevaluasi dan tereksaminasi (4 kasus
tiap tahunnya)
3. 3 Pengembangan konservasi spesies dan Meningkatnya populasi spesies 2013-2014 Seluruh Indonesia 93,58 Kemenhut (PHKA), LIPI Konservasi Terjaminnya populasi spesies prioritas
. genetik terancam punah sesuai ketersediaan Keanekaragaman utama yang terancam punah
habitat Hayati dan meningkat
Perlindungan Hutan/ sebesar 0,5% (kumulatif 2 %) dari
Pengembangan kondisi tahun 2008 sesuai
Meningkatnya penangkaran dan Konservasi Spesies Terjaminnya penangkaran dan
pemanfaatan jenis keanekaragaman dan Genetik pemanfaatan jenis keanekaragaman
hayati secara lestari hayati secara lestari meningkat 1%
Meningkatkan kualitas konservasi (kumulatif 4%)
spesies dan genetik dari
keanekaragaman hayati darat dan
laut
Melakukan kerjasama internasional 2013-2014 Kerjasama internasional dan konvensi
dan konvensi di bidang konservasi di
keanekaragaman hayati bidang konservasi kenakeragaman
LIPI hayati
sebanyak 1 paket per tahun
(keanggotaan dalam organisasi
internasional - CITES)
Terdatanya seluruh informasi
specimen dalam bentuk elektronis
Melakukan penelitian konservasi flora 2013-2014 Terpublikasikannya data elektronis
dan fauna specimen dalam web database

2013-2014 20 Izin/Seluruh 33,0 KLH


Indoensia
Seluruh Indonesia 213,8 Pengelolaan B3 Jumlah kebijakan, pedoman dan
aturan dalam rangka verifikasi
pengelolaan B3
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
Seluruh Indonesia 49,0 LIPI Penelitian, Publikasi ilmiah, isolate mikroba,
Penguasaan dan prototype, paket teknologi, paten dan
Pemanfaatan plasma nutfah dari mikroorganise di
IPTEK/Penelitian habitat alam dan dinamikanya serta
Biologi pemanfaatan genetic untuk
mendegradasi polutan serta
terbangunnya pengamanan plasma
nutfah
Publikasi ilmiah, prototype, konsep
dari data potensi bahan obat dari
makro alga dan sponge, biota laut
potensial, terumbu karang, abalone,
dan rajungan
Penelitian, Publikasi ilmiah, prototype, konsep
Penguasaan dan dari data potensi bahan obat dari
Pemanfaatan makro alga dan sponge, biota laut
IPTEK/Penelitian potensial, terumbu karang, abalone,
Oseaonografi dan rajungan
4. 4 Pengelolaan dan Pengembangan Perluasan kawasan konservasi laut 2013 3,6 juta hektar 2013: 2,5 KKP Program Luas kawasan konservasi perairan
. Konservasi Kawasan perairan 2014 : 3 Pengelolaan yang dikelola secara berkelanjuta
Terjaminnya penataan dan Sumber Daya Laut, Bertambahnya luas kawasan
pemanfaatan sumber daya kelautan, Pesisir konservasi perairan
pesisir dan pulau-pulau kecil secara dan Pulau-Pulau Persentase penguatan kelembagaan
berkelanjutan dan mensejahterakan Kecil / konservasi
masyarakat Pengelolaan dan
Pengembangan
konservasi Kawasan
dan Jenis
2014 4,5 juta hektar
9 Kawasan dan 3
jenis/Seluruh Indonesia
33 Propinsi 103,9
48 Wilayah di Indonesia 87,0
dan 68 wilayah perairan
2015-2024 2020: 20 juta ha
2014 Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua
2013-2014 4,5 Juta Ha/Seluruh
indonesia
2013-2014 Seluruh Indonesia Balai Besar Wilayah Program 59 buah waduk dan 232 buah embung/
Sungai/Balai Wilayah Pengelolaan situ/ bangungan penampung air laiinya
Sungai Sumber Daya Air/ dibangun
Kemen PU Pengelolaan dan
70 kawasan sumber air dilindungi dan
koservasi Waduk,
dikonservasi
embung,situ, serta
bangungan
penampung air
lainnya
5. 6 Pengembangan pemanfaatan jasa Meningkatkan PNBP di bidang 2013 25,571 Kemenhut (PHCA) Konservasi Terjaminnya pengusahaan pariwisata
. lingkungan dan Wisata alam pengusahaan pariwisata Keanekaragaman alammeningkat sebesar 12% atau 3
Hayati dan unit (kumulatif 48% atau 12
Perlindungan unit)dibandingkan tahun 2008
Hutan /
Pengembangan
pemanfaatan jasa
lingkungan

131
132
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
Meningkatkan pemanfaatan jasa Izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan dan Wisata alam lingkungan air baru sebanyak 5 unit
(kumulatif 25 unit)
Terjaminnya PNBP di bidang
pengusahaan
pariwisata alam meningkat 20%
dibandingkan tahun 2008.
Pelaksanaan demonstration activity
REDD di 1 kawasan konservasi (hutan
gambut)
Terjaminnya Kader Konservasi (KK),
Kelompok Pecinta Alam (KPA),
Kelompok Swadaya
Masyarakat/Kelompok Profesi
(KSM/KP) yang dapat diberdayakan
Meningkat 2 % (kumulatif 8 %)
Klaster 4: Rehabilitasi Ekosistem yang Terdegradasi
1. 1 Pengembangan program rehabilitasi Menurunnya kerusakan kawasan 2013- 2014 Sumatera, Bali, Bersinergi dengan KKP Pengelolaan 2,840 Ha luasan kawasan pesisir rusak
. ekosistem terumbu karang terumbu karang Kalimantan, Sulawesi, 4.2.2.1 Sumber Daya Lut, yang pulih kembali
Maluku, Papua Pesisir dan Pulau-
2,840 Ha/50 kawasan pulau Kecil/
Pendayagunaan
Pesisir dan Lautan
Pengelolaan Luas kawasan konservasi perairan
Sumber Daya Laut, yang dikelola secara berkelanjutan
Pesisir dan Pulau-
pulau Jumlah jenis yang dikonservasi dan
Kecil/Pengelolaan dimanfaatkan secara berkelanjutan
dan Pengembangan
Konservasi Kawasan
dan Jenis
2010-2020 300,000 Ha/kawasan 30,0 KP3K-KKP Rehabilitasi 300,000 Ha ekosistem kawasan sentra
sentra produksi Ekosistem Pesisir produksi kelautan dan perikanan
kelautan dan perikanan (mangrove, vegetasi direhabiitasi
pantai lamun,
terumbu karang) di
wilayah pesisir
9 juta Ha/Sumatra 170,0 Ditjen Kelautan Pesisir Rehabilitasi kawasan 9 juta Ha kawasan konservasi perairan
Barat, Mentawai, dan Pulau-Pulau Kecil- konservasi perairan direhabilitas
Sumatra Utara, NIas KKP
Barat/Utara, Tapanuli
Tengah, NIas Selatan,
Kepualauan Riau,
Bintan, Batam, Lingga,
Natuna, Sulawesi
Selatan, Pangkajene,
Kepulauan Selayar,
Sulawesi Tenggara,
Wakatobi, NTT, SIkka,
Papua Barat, Raja
Ampat, Papua, Biak
2013-2014 326 Km Garis Pantai di Balai Besar Wilayah Program 213 km panjang sarana/prasarana
Indonesia Sungai/ Balai Wilayah Pengelolaan pengaman pantai yang dibangun
Sungai Sumber Daya
Kemen PU Air/Pengendalian 53 km panjang sarana/prasarana
Ket : (a) banjir, lahar gunung pengaman pantai yang direhabilitasi
berapi dan
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
pengaman pantai 60 km panjang sarana/prasarana
pengaman pantai yang dipelihara

2013-2014 Seluruh indonesia 45,0 KLH Pengelolaan


Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Hidup/
2013-2014 3 lokasi 49,0 LIPI Penelitian, Jumlah daerah terumbu karang yang disurvey
Penguasaan dan
Seluruh indonesia Pemanfaatan Jumlah kegiatan diklat pemantauan kerusakan
Iptek/ Penelitian lingkungan laut
oceanografi

43 paket kegiatan sebagai hasil


penelitian terkait bidang oseanografi

2. 2 Pengembangan program rehabilitasi Tercapainya rehabilitasi hutan pada 2013 Seluruh Indonesia Kemenhut (BPDAS PS) Peningkatan Fungsi Terjaminnya tanaman rehabilitasi
. hutan dan lahan dan reklamasi hutan di lahan kritis dan DAS Prioritas,serta dan hutan pada DAS prioritas seluas
DAS Prioritas hutan mangrove dan lahan gambut Daya Dukung DAS 100.000 Ha.
Berbasis Terjaminnya tanaman rehabilitasi
Pemberdayaan lahan kritis pada DAS prioritas seluas
Masyarakat/ 389.000 Ha
Perencanaan, Terjaminnya tanaman rehabilitasi
penyelenggaraan hutan mangrove, gambut, rawa dan
RHL, pengembangan sempadan pantai pada DAS prioritas
kelembagaan dan seluas 10.000 Ha
evaluasi DAS Terjaminnya hutan kota seluas 1.000
Ha.
3. Pengembangan program dan sentra Tersedianya sumber benih berkualitas 2013 Seluruh Indonesia 53,3 Kemenhut (BPDAS PS) Peningkatan Fungsi Terjaminnya areal sumber benih
perbenihan tanaman hutan tahan tahan kekeringan dan cuaca ekstrim dan seluas
kekeringan dan cuaca ekstrim Daya Dukung DAS 4.500 Ha terkelola secara baik
Berbasis Terjaminnya areal sumber benih
Pemberdayaan seluas 850 Ha
Masyarakat / Terjaminnya pengembangan Seed for
Penyelenggaraan People 38 lokasi
Perbenihan
Tanaman Hutan
2013-2014 6 kabupaten 1,5 LIPI Penelitian, Jumlah varietas benih unggul
5 varietas benih unggul Penguasaan dan
PEmanfaatan 5 varietas benih unggul dihasilkan
IPTEK/ Litbang
Benih Unggul
berbasis biologi
Molekuler
4. 4 Pengembangan dan Pembinaan Peningkatan kawasan pengelolaan 2013 33 DAS prioritas 62,4 Kemenhut (BPDAS PS) Peningkatan Fungsi Terjaminnya rencana pengelolaan DAS
. penyelenggaraan pengelolaan DAS DAS secara terpadu pada DAS prioritas dan terpadu di 13 DAS prioritas
Terbangunnya baseline data Daya Dukung DAS Terjaminnya base line data
pengelolaan DAS prioritas di BPDAS Berbasis pengelolaan DAS di 36 DAS
Tersedianya data dan peta lahan kritis Pemberdayaan Tersedianya data dan peta lahan kritis
Terselenggaranya pengelolaan DAS Masyarakat/ di 36 BPDAS
secara terpadu di DAS Prioritas Pembinaan
Penyelenggaraan
Pengelolaan DAS
BP2SDMK Penyuluhan dan 32 unit percontohan penyuluhan
Pengembangan kehutanan (UPPK)
SDMK/Peningkatan 100 kelompok masyarakat produktif
Penyuluhan mandiri
Kehutanan

133
134
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
Penyuluhan dan Sertifikasi penyuluh kehutanan
Pengembangan sebanyak 500 orang
SDMK /Perencanaan
pengembangan SDM
kehutanan
5. Pengembangan Perhutanan Sosial Terjaga atau terkelolanya dengan baik 2013 500 rb ha areal kerja Kementerian Kehutanan Peningkatan Fungsi Terjaminnya hutan kemasyarakatan
wilayah tangakapan hujan melalui hutan HKm (BPDAS PS) dan (HKm)
peningkatan akses dan peran Daya Dukung DAS dan hutan desa seluas 500.000 Ha
masyarakat (pemberdayaan Berbasis Terjaminnya izin usaha pengelolaan
masyarakat) dalam pengelolaan hutan Pemberdayaan HKm
bersama masyarakat (HKm), HTR dan Masyarakat / sebanyak 100 lembaga
Hutan Desa Perencanaan, Terjaminnya kemitraan usaha HKm
penyelenggaraan sebanyak 15 unit
RHL, reklamasi, Terjaminnya dukungan ketahanan
pengembangan pangan
kelembagaan dan di 7 provinsi
evaluasi DAS Terjaminnya hutan rakyat kemitraan
untuk
bahan kayu industri pertukangan
seluas 50.000 Ha
Terjaminnya sentra HHBK Unggulan
terbentuk dan beroperasi di 6 lokasi
6. 5 Kegiatan Fasilitasi Pemberdayaan Adat Meningkatnya kapasitas perangkat 2013-2014 2013: 33 propinsi 2013: 5,4 M Kementerian Dalam Program Jumlah Provinsi yang difasilitasi
. dan Sosial Budaya Masyarakat desa dalam memfasilitasi masyarakat 2014 : 4 M Negeri pemberdayaan dalampeningkatan kesejahteraan
adat dan pemberdayaan perempuan Masyarakat dan sosial melaluisosialisasi, dan
dalam program rehabilitasi lingkungan Pemerintahan desa penguatan kelembagaanHIV/AIDS di
/ daerah
Fasilitasi
2013: 8 Provinsi , 39 2013: 403,22 M Pemberdayaan Adat Cakupan penerapan PNPM-MP
Kabupaten, 290 dan Sosial Budaya Generasi 8
Kecamatan Masyarakat
2014: 616,7 M
2014: 499 kecamatan
2013: 33 Provinsi dan 2013: 12,45 M Jumlah provinsi dan kabupaten yang
469 Kabupaten/Kota difasilitasi dalam pemberdayaan dan
kesejahteraan keluarga (PKK) melalui
2014: 33 Provinsi dan 2014: 13,43 M penguatan kelembagaan Posyandu,
468 Kabupaten/Kota peningkatan peran posyandu dalam
kesehatan keluarga, pelaksanaan
Bangdesmadu
7. 6 Diversifikasi pola rehabilitasi di seluruh Terwujudnya pemulihan ekosistem di
. fungsi kawasan kawasan hutan konservasi, hutan
lindung dan hutan produksi
8. 7 Pemberian insentif kepada para pihak Terjadinya peningkatan luas kawasan 2015-2024 Seluruh Indonesia Kementerian Kehutanan
. yang mempunyai inisiatif melakukan hutan dan lahan yang terehabilitasi
rehabilitasi/menarik investasi di bidang
rehabilitasi

9. 8 Mempermudah dan mempercepat Tercapainya kemudahan terhadap 2015-2024 Seluruh Indonesia Kementerian Kehutanan
. proses perijinan para pihak yang peningkatan akses
mengajukan pola peningkatan stok
karbon (Carbon enhancement) dalam
skema REDD+
10. 9 Mempermudah masyarakat untuk Terjadinya peningkatan 2015-2024 Seluruh Indonesia Kementerian Kehutanan
. mengakses pusat bibit yang berkualitas pemberdayaan masyarakat dalam (BPDAS PS)
(bersertifikat) dan dalam jumlah yang rehabilitasi hutan dan lahan berbasis
memadai masyarakat
Klaster 5: Pengurangan Ancaman terhadap Ekosistem
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
1. 1 Meningkatkan pengawasan pengelolaan Berkurangnya kebakaran lahan 2013 Sumatra, Kalimantan 1,791 Kemenhut (PHKA) Konservasi Terjaminnya hotspot di pulau
lahan gambut untuk tidak dibakar gambut Keanekaragaman Kalimantan, pulau Sumatera, dan
Hayati dan pulau Sulawesi berkurang 20% setiap
Perlindungan Hutan tahun dari rerata
/
Pengendalian
Kebakaran Hutan
2013-2014 8 propinsi/Region I: 281,1 Konservasi Peningkatan pengelolaan kawasan
Riau, Jambi,Sumsel; Keanekaragaman konservasi ekosistem gambut di 8
RegionII: Kaltim, Hayati dan propinsi
Kalsel,Kalteng, Perlindungan
Kalbar;Region IV:Papua Hutan/Pengembang
an Kawasan
Konservasi dan
Ekosistem Esensial
2013-2014 8 propinsi 97,5 KLH Pengelolaan
Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
2013-2014 33 propinsi 95,7
Hidup/

2. 2 Pengenalan dan pemantauan risiko Meningkatnya pengetahuan mengenai 2013-2014 Sumatra, Kalimantan, 104,793 Kemenhut (PHKA), Kemen Konservasi Terjaminnya hotspot di pulau
. kebakaran hutan dan lahan resiko kebakaran hutan dan lahan Sulawesi LH Keanekaragaman Kalimantan,
Hayati dan pulau Sumatera, dan pulau Sulawesi
Perlindungan Hutan berkurang 20% setiap tahun dari
/ rerata 2005-2009
Pengendalian Terjaminnya kawasan hutan yang
Kebakaran Hutan terbakar
ditekan hingga 10% (kumulatif 40 %)
dalam 5 tahun dibanding kondisi
rerata 2005-2009
Peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah
dan masyarakat dalam
penanggulangan
bahaya kebakaran hutan di 6 DAOPS
(kumulatif 24 DAOPS)
2013-2014 8 propinsi 32,0 KLH Pengelolaan
Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Hidup/
3. 3 Fasilitasi penyiapan lahan tanpa bakar Meningkatnya penyiapan lahan tanpa 2013 Seluruh Indonesia 1,637 (Kemenhut) Kemenhut, Kemendagri, Konservasi Peningkatan kapasitas aparatur
. untuk petani tradisional bakar Kementan Keanekaragaman pemerintah dan masyarakat dalam
Hayati dan penanggulangan bahaya kebakaran
2013-2014 300,500 Ha/Sumut, 1,206.5 Perlindungan hutan di 6 DAOPS (kumulatif 24
Riau, Jambi, Sumsel.
2015-2020 2,065.3 Hutan / DAOPS)
Kalbar, Kalsel, Kaltim, Pengendalian
Kalteng Kebakaran Hutan
4. 4 Pengembangan Teknologi dan Kapasitas Menurunnya kebakaran hutan dan 2013 Sumatra, Kalimantan Kemenhut, BNPB Konservasi Terjaminnya kawasan hutan yang
. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan melalui peningkatkan kapasitas Keanekaragaman terbakar ditekan hingga 50% dalam 5
lahan dan teknologi pengendalian kebakaran Hayati dan tahun dibanding kondisi rerata 2005-
Perlindungan 2009
Hutan /
Pengendalian
Kebakaran Hutan

135
136
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
5. . Fasilitasi hubungan bilateral dan Menurunnya kejadian kebakaran 2013 Sumatra, Kalimantan Kemenhut, Kemenlu Konservasi Peningkatan kapasitas aparatur
multilateral untuk masalah kebakaran hutan dan lahan melalui terbangunnya Keanekaragaman pemerintah dan masyarakat dalam
hutan dan lahan system komunikasi dan pemantauan Hayati dan penanggulangan bahaya kebakaran
kebakaran Perlindungan hutan di 30 DAOPS
Hutan /
Pengendalian
Kebakaran Hutan
2013-2014 1 paket komitment 19,54 Sekjen Kemenhut, KLN Dukungan Komitmen kerjasama internasional
kerjasama Management dan dibidang kehutanan bilateral,
1 negara Pelaksanaan Tugas multilateral dam regional) di bidang
Teknis kehutanan sebanyak 1 paket
Lainnya/Pembinaan Kerjasama baru bilateral sebanyak 1
dan Koordinasi negara
Kerjsama Luar
Negeri
2013-2014 10 perjanjian 60,5 KLH Pengelolaan
internasional Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Hidup/
6. Penyusunan kebijakan dan peraturan Tewujudnya kebijakan dan peraturan 2013-2014 60% 11,67 Sekjen Kemenhut, (Biro Dukungan Penyusunan rancangan peraturan
perundanga-uundangan di tingkat pusat perundanga-uundangan di tingkat di Hukum) Management dan perundang-undangan lingkup
dan daerah untuk pengendalian tingkat pusat daerah mengenai Pelaksanaan Tugas kemenhut minimal sebesar 60%
kebakaran pengendalian kebakaran Teknis
Lainnya/Penyelengg
64% araan dan Pencapaian penelahaan hukum
Pembinaan tata perundang-undangan lingkup
hokum dan kemenhut minimal sebesar 64%
64% Organisasi Penangan perkara, pemulihan hak-hak
Kementrian negara bidang kehutanan minimal
Kehutanan menang sebesar 64%
56% Pencapaian pembinaan kelembagaan
dan ketatalaksanaan lingkup
kemenhut minimal sebesar 56%
2013-2014 60 kebijakan (RUU, PP, 60,5 KLH Pengelolaan
Permen) Ket : (a) Sumber Daya Alam
1 pedoman dan Lingkungan
penyusunan Perda Hidup/
Lingkungan
7. 1 Pengembangan Teknologi pembukaan Terjadinya penurunan kejadian 2015-2024 Terutama Sumatera Kementerian Riset dan
1 lahan tanpa membakar kebakaran hutan dan lahan (1 & 2) dan Kalimantan teknologi, BPPT
.

Klaster 6: Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi


1. 1 Pengembangan Sistem Informasi dan Tersedianya Sistem Informasi dan 2013-2014 Seluruh Indonesia BMKG (4 milyar) Kemenhut ,
. Komunikasi untuk Pemantauan kualitas Komunikasi untuk pengawasan Penguatan Sistem BNPB Program Jumlah baseline data bencana
ekosistem dan pengembangan kualitas jasa lingkungan (misal tutupan Data Manajemen Penanggulangan Indonesia
pengelolaannya hutan) Informasi dalam Bencana/
Adaptasi Perbuhan Pengembangan
Iklim Sektoral Aplikasi Teknologi
Informasi dan
Pengelolaan Komunikasi untuk
Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko
Kualitas Udara BMKG dan Mitigasi Bencana
10,600 juta (2013) Alam
10,600 juta (2014) BPPT
BMKG (Deputi Bidang Pengembangan dan Prosentase kemajuan pembangunan
Klimatologi) pembinan system informasi perubahan iklim
meteorology, pada suatu lokasi Jakarta
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
klimatologi, dan Jumlah Kualitas pelayanan informasi
geofisika / perubahan iklim dan kualitas udara
Pengelolaan Persentase pengguna informasi
perubahan iklim dan perubahan iklim dan kualitas udara
kualitas udara

2. 2 Pemantapan, pemeliharaan dan Penerapan Sistem Informasi dan 2013-2014 Seluruh Indonesia Kemenhut Pengembangan dan
. pembaharuan Sistem Informasi dan Komunikasi untuk Peringatan Dini bagi (BMKG) pembinaan
Komunikasi untuk Pemantauan kualitas pengawasan kualitas jasa lingkungan meteorology,
ekosistem (misal tutupan hutan), bencana banjir 2015-2024 klimatologi, dan
dan longsor, kebakaran hutan, geofisika/
gelombang ekstrim dan cuaca ekstrim Pengelolaan Iklim
yang mudah diakses oleh masyarakat Agroklimat dan Iklim
Maritim BMKG
(Pengembangan
Sistem Peringatan
Dini Iklim/CEWS
BNPB Program Jumlah fasilitasi kesiapsiagaan dalam
Penanggulangan menghadapi bencana
Bencana/
Kesiapsiagaan dalam
Menghadapi
Bencana
BMKG BMKG Pegembangan dan Persentase Tingkat Kemampuan
2013: 196.716,5 Pembinaan pelayanan data dan informasi
2014: 222.375,1 meteorology, meteorologi publik
Klimatologi dan Persentase Tingkat Kemampuan
Geofisika/ pelayanan data dan informasi potensi
Pengelolaan kebakaran hutan
Meteorologi Publik Persentase Tingkat Kemampuan
BMKG pelayanan data dan informasi cuaca
(Pengembangan ekstrim
Sistem Peringatan
Dini Cuaca/MEWS)
3. 3 Pengembangan Manajemen Sistem Terbentuknya Manajemen sistem 2013-2014 Seluruh Indonesia
. Informasi dan Komunikasi untuk informasi dan komunikasi untuk
Pemantauan Kualitas ekosistem pemantauan kualitas ekosistem

4. 4 Pengembangan Sistem Informasi dan Terbentuknya Sistem Informasi dan 2013-2014 Seluruh Indonesia, BMKG(2013) Kemenhut
Komunikasi untuk Penanggulangan Komunikasi peringatan dini bersifat khususnya wilayah 5.639.823.000 KLH
bencana dan pngembangan system musiman (seasonal early warning rawan bencana iklim Pembangunan
pengelolaannya system) untuk penanggulangan Climate Early BNPB Penanggulangan Jumlah laporan pengelolaan data PB
bencana banjir dan longsor, kebakaran Warning System Bencana Nasional/
Pengembangan Jumlah laporan informasi PB
hutan, gelombang ekstrim dan cuaca
ekstrim yang mudah diakses oleh aplikasi teknologi
Jumlah laporan kehumasan PB
masyarakat, baik laki-laki maupun informasi dan
perempuan komunikasi untuk
pengurangan risiko
dan mitigasi bencana
alam
BMKG Pegembangan dan Persentase Tingkat Kemampuan
Pembinaan pelayanan data dan informasi
meteorologi, meteorologi publik
Klimatologi dan
Persentase Tingkat Kemampuan
Geofisika
pelayanan data dan informasi potensi
kebakaran hutan

137
138
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
Persentase Tingkat Kemampuan
pelayanan data dan informasi cuaca
ekstrim

BNPB Penanggulangan Jumlah laporan pengelolaan data PB


Bencana Nasional/
Pengembangan Jumlah laporan informasi PB
aplikasi teknologi
informasi dan Jumlah laporan kehumasan PB
komunikasi untuk
pengurangan risiko
dan mitigasi bencana
alam

5. 6 Penyebarluasan Sistem Informasi Tercapainya percepatan penyebaran 2015-2024 Seluruh Indonesia BPPT
. Kebakaran Hutan berbasis Keruangan informasi untuk mendeteksi dini
kebakaran
6. 7 Pelatihan penggunaan teknologi Terjadinya peningkatan jumlah 2015-2024 Seluruh Indonesia BPPT
. SIARANG masyarakat yang menguasai teknologi
sistem deteksi dini kebakaran
Klaster 7: Program Pendukung
1. 1 Pengembangan kebijakan terkait Tersedianya kebijakan yang 2013-2014 Seluruh Indonesia Bersinergi dengan Sekjen Kemenhut Penelitian dan Iptek dasar dan terapan yang
. adaptasi perubahan iklim ekosistem melindungi kawasan hutan dan 5.1.3 Pengembangan dihasilkan dibidang perubahan iklim
hutan dan laut ekosistem laut dari dampak Kementerian / dan kebijakan kehutanan sebanyak 7
perubahan iklim Penelitian dan judul, yaitu : (1) strategi kebijakan bagi
Pengembangan pengambil keputusan (decision
Perubahan Iklim dan support system, DSS) dalam penataan
kebijakan Kehutanan ruang dan penatagunaan hutan
berbasis DAS; (2) strategi kebijakan
(DSS) pengembangan hutan kota; (3)
kebijakan pengurangan emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan; (4)
teknik perhitungan emisi dan serapan
gas rumah kaca (GRK) kehutanan; (5)
strategi kebijakan adaptasi terhadap
perubahan iklim; (6) strategi
penguatan tata kelola
2013-2014 KKP Peningkatan Persentase pemenuhan peraturan
Dukungan perundang-undangan sesuai
Manajemen dan kebutuhan nasional dan tantangan
Pelaksanaan Tugas global (2013: 80%)
Teknis
Lainnya/Pembinaan
dan koordinasi
penyiapan produk
hokum dan
penataan organisasi
KKP
2. 3 Penelitian dan pengembangan kebijakan Ketersediaan Iptek dasar dan terapan Kemenhut
. kehutanan dan adaptasi perubahan yang dimanfaatkan oleh pengguna
iklim pada bidang hutan alam, biodiversitas
dan pengelolaan DAS untuk
menunjang program adapatasi 2015-2024
perubahan iklim
Ketersediaan Iptek dasar dan terapan
yang dihasilkan oleh bidang jasa
lingkungan
3. 3 Penelitian dan pengembangan Penelitian mengenai ekologi lanskap 2013-2014 Kalimantan 95,47 Kemenhut Penelitian dan Iptek dasar dan terapan yang
konservasi dan rehabilitasi sumber daya dan adaptasi perubahan iklim Pengembangan dihasilkan dibidang konservasi dan
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
. alam Penelitian mengenai ekosistem Sumatra Kementerian / rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu : (1)
restorasi pada kawasan tropis Penelitian dan teknik rehabilitasi hutan bekas
Penelitian mengenai ecosystem Pengembangan tebangan; (2) teknik penanaman dan
resiliency dan adaptasi Konservasi dan rehabilitasi mangrove; (3) teknik
Rehabilitasi pengelolaan hutan rawa gambut
ramah lingkungan; (4) teknik
konservasi flora, fauna dan
mikroorganisme; (5) teknik
pengelolaan dan pemanfaatan
2015-2024 kawasan konservasi
Penelitian mengenai adaptasi spesies Iptek dasar dan terapan yang
kunci terhadap perubahan iklim dimanfaatkan oleh pengguna di bidang
Modelling biodiversity loss dan konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7
ecosystem resiliency judul tersebut di
Penelitian mengenai rehabilitasi dan
adaptasi ekonomi (the economics of
adaptation)
4. 4 Penelitian dan pengembangan jasa Valuasi jasa lingkungan, khususnya 2013 Seluruh Indonesia 45,47 M (2013-2014) Kemenhut
. lingkungan untuk proses produksi oksigen,
sekuestrasi karbon, penyerbukan,
dekomposisi
Penelitian ekonomi dan pembayaran
manfaat bagi jasa lingkungan
5. 5 Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir Meningkatnya kapasitas/keberdayaan 2013-2014 KKP Pengelolaan Jumlah pelaku usaha mikro yang
. dan Pulau-Pulau Kecil masyarakat dalam menjalankan usaha Sumber Daya Laut, mandiri di kawasan pesisir dan pulau-
ekonomi mikro di pesisir dan pulau- Pesisir dan Pulau- pulau kecil
pulau kecil (e.g. mendukung Pulau Kecil/
ecotourism) Pemberdayaan Jumlah sarana usaha mikro yang
Masyarakat Pesisir beroperasi di kawasan pesisir dan
dan Pengembangan pulau-pulau kecil
Usaha Jumlah kelompok yang menerima
pemberdayaan usaha garam
Jumlah kelompok yang menerima
pemberdayaan usaha garam
rakyat/PUGAR dan jumlah produksi
garam yang dihasilkan di lokasi non
PKN
6. 6 Peningkatan peran masyarakat dan Meningkatnya jumlah orang target 2013-2014 KLH Keanekaragaman Meningkatnya jumlah orang target
. organisasi kemasyarakatan dalam Kalpataru, meningkatnya jumlah Hayati dan Kalpataru,
pengelolaan lingkungan komunitas masyarakat yang aktif Pengendalian Meningkatnya jumlah komunitas
dalam pengendalian pencemaran, Kerusakan Lahan / masyarakat yang aktif dalam
kerusakan lingkungan, dan perubahan Peningkatan Peran pengendalian pencemaran, kerusakan
iklim Masyarakat lingkungan, dan perubahan iklim
Meningkatnya jumlah kebijakan, 2013-2014 32 Provinsi 2013: 7,2 M Kementerian Dalam Negri Pemberdayaan Jumlah provinsi yang difasilitasi dalam
program, strategi, dan model 2014: 9,5 M masyarakat dan penataan dan pengembangan
peningkatan peran organisasi pemerintahan lembaga kemasyarakatan di desa
kemasyarakatan lingkungan, desa/Peningkatan melalui bimtek, pelatihan, pendataan
meningkatnya jumlah perusahaan kapasistas
yang melaksanakan CSR kelembagaan dan
pelatihan
masyarakat
7. 8 Penyusunan dan harmonisasi kebijakan Meningkatnya Jumlah 2013-2014 Kementerian Kesetaraan Gender Jumlah pelaksanaan PUG dalam
. bidang sumber daya alam dan pengarusutamaan gender dalam Pemberdayaan dan kebiajakan pembangunan bidang
lingkungan yang responsif gender kebijakan pembangunan bidang Perempuan dan Pemberdayaan sumber daya alam dan lingkungan
sumber daya alam dan lingkungan, Perlindungan Anak Perempuan /

139
140
RKP 2013
Anggaran
No Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab Program/Kegiatan
(milliar rupiah) Indikator
Prioritas
Meningkatnya, Jumlah K/L dan pemda Kementerian ESDM Penyusunan dan Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi
(prov) yang difasilitasi dalam Kemenhut harmonisasi dalam penerapan Anggaran Responsif
penyusunan data terpilah jenis KKP kebijakan bidang Genderi bidang sumberdaya alam dan
kelamin di bidang sumber daya alam Kementan sumber daya alam lingkungan
dan lingkungan Kemdagri dan lingkungan yang
2013-2014
Meningkatnya Jumlah PUG dalam PU responsif gender Jumlah K/L dan pemda yang difasilitasi
kebijakan pembangunan bidang dalam penyusunan data terpilah jenis
pertanian, kehutanan, perikanan, kelamin dan usia di bidang sumber
kelautan, ketahanan pangan, dan daya alam dan lingkungan
agrobisnis
Pelatihan/Workshop perencanaan dan Terlatihnya Pejabat dan staf perencana 2013-2014 Nasional dan Daerah Telah terakomodir Bappenas, KLH, Pelatihan/Workshop Jumlah staf perencana dan pemegang
penganggaran responsif gender (PPRG) bidang pengelolaan sumberdaya alam dalam beberapa Kemenhut, KKP, KESDM, Perencanaan dan kebijakan yang mengikuti
bagi perencanaan dan pengembangan dan lingkungan dan dihasilkannya kegiatan Kementan, Kemdagri, PU Penganggaran pelatihan/workshop
kebijakan sumberdaya alam dan dokumen budget statement K/L Responsif Gender
Jumlah lembaga, provinsi, kab/kota
lingkungan bidang pengelolaan sumber daya alam (PPRG) dalam Bidang
8. 9 dan lingkkungan Sumberdaya Alam yang menerapkan PPRG bidang
. dan Lingkungan sumberdaya alam dan lingkungan
Jumlah program di KL dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang telah menerapkan
PPRG
Peran Danau dalam monitoring Pemahaman danau sebagai sumber 2013 3 Danau Prioritas (kab 2013: 3,5 LIPI (puslit limnologi) Program penelitian Informasi karakterisktik ekologis dan
perubahan Iklim informasi perubahan iklim kapus hulu, luwuk sd perairan
timur, bangli) Jumlah timbangan ilmiah kebijakan
9. pemanfaatan sd perairan
Tersedianya nilai ekonomi masing-
masing jenis memanfaatankan 3
danau prioritas
10. 1 Strategi adaptasi untuk memastikan Tersedianya strategi adaptasi untuk 2015-2024 Kemenhut
provisional, regulating, cultural, supporting mendukung tercapinya provisional,
0
services dapat berkelanjutan regulating, cultural, supporting services
.
yang berkelanjutan
11. 1 Strategi adaptasi berbagai Tersedianya data dan informasi 2015-2024 Kemenhut , LIPI
1 hewan/tumbuhan: Tanaman/hewan mengenai cara-cara adaptasi hidupan
. yang menghadapi resiko kepunahan liar terhadap perubahan iklim
4. Bidang Ketahanan Wilayah Khusus

4.1 Sub Bidang Perkotaan

Sasaran:
1. Pengintegrasian upaya adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana tata ruang perkotaan
2. Penyesuaian infrastruktur dan fasilitas perkotaan untuk mengantisipasi ancaman perubahan iklim
3. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Perkotaan terkait Isu Ancaman Perubahan Iklim

Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN


No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
(Milyar)
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
Klaster 1 : Pengintegrasian upaya adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana tata ruang perkotaan
1. Kajian risiko dan adaptasi perubahan Teridentifikasinya nilai bahaya, kerentanan, dan 2013 - 2014 Wilayah perkotaan 2014: 2 Lead: Kementrian PU Identifikasi wilayah (kabupaten/kota) Identifikasi kerentanan terhadap perubahan iklim 33
iklim di kawasan perkotaan risiko perubahan iklim di kawasan perkotaan 2015 2019 dengan risiko Supporting: yang mengalami dampak perubahan provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota
Jumlah kawasan perkotaan yang memiliki peta tinggi KLH iklim
risiko dan zonasi adaptasi perubahan iklim BNPB (RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang
Badan Informasi Penataan Ruang (2)
2020 - 2024 Geospasial/BIG Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
Lembaga riset non Pencegahan dan Pengurangan Risiko
kementrian (BMKG, Bencana
PPGL, LAPAN, BPPT,
LIPI)
Pemerintah daerah

2. Kajian dan pemetaan risiko dan Jumlah kajian tingkat bahaya, kerentanan, dan risiko 2015-2019 Wilayah dengan Lead: Kementrian PU
adaptasi perubahan iklim sektoral/sub- serta zonasi strategi adaptasi perubahan iklim pada risiko tinggi Supporting:
bidang tingkat kabupaten/kota sektoral yang terkait hingga tahun 2050 di wilayah Bappenas, Kemen-LH,
kabupaten/kota BIG, BMKG, DNPI
Terintegrasinya (mainstreaming) strategi adaptasi 2015-2019 Wilayah dengan Lead:
perubahan iklim pada sektoral yang terkait hingga risiko tinggi Kemen-dagri,
tahun 2050 di wilayah kabupaten/kota Pemerintah Daerah
Supporting:
Bappenas Kemen-LH,
Kemen-PU
3. Penyusunan dan revisi dokumen Tersusunnya rencana zonasi bagi kawasan 2013 2016 Nasional 2013 : 1 Lead: Program Bina Pembangunan Daerah Jumlah kab/kota terfasilitasi yang dalampenyusunan
rencana tata ruang kawasan perkotaan perkotaan nasional/provinsi/kabupaten/kota Bappenas Fasilitasi Penataan Perkotaan perda pengelolaan lingkungan, mitigasi bencana, dan
berdasarkan hasil kajian risiko dan yang memuat peta risiko perubahan iklim Kementrian-PU (Dirjen antisipasi dampak perubahan iklim dalam pengelolaan
adaptasi perubahan iklim Tersusunnya rencana penataan permukiman, Penataan Ruang) perkotaan
infrastruktur, dan fasilitas vital lainnya yang Supporting: Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
terkena dampak perubahan iklim secara terpadu Pemerintah daerah Pencegahan dan Pengurangan Risiko
Tersusunnya dokumen perencanaan dan BNPB Bencana
peraturan perundangan yang memasukkan faktor
risiko, dan adaptasiperubahan iklim 2013 : 199,2 Perencanaan, pemanfaatan, dan Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan
pengendalian pemanfaatan ruang program pembangunannya
2014: 156,2 wilayah nasional termasuk melakukan
koordinasi dan fasilitasi proses
penetapan dokumen-dokumen yang
dihasilkan
(Renstra KEMEN-PU dan RPJMN (IV.2)

2013 : 39.8 M Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan Jumlah kebijakan pengembangan perkotaan


Perkotaan Jumlah kota pusaka, rawan bencana, dan pemenang
(RKP Kemen-PU 4) PKPD (Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah) yang
ditingkatkan kualitas pengembangan perkotaan dan
kapasitas kelembagaannya
Jumlah kegiatan fasilitasi persetujuan substansi Perda
RDTR Kota

141
142
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
(Milyar)
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
Tersusunnya rencana detail tata ruang kawasan 2013 : 21,76 Penyelenggaraan Penataan Ruang/ Jumlah kegiatan fasilitasi persetujuan substansi Perda
perkotaan yang responsif terhadap dampak Pelaksanaan Pembangunan Perkotaan RDTR Kota
perubahan iklim

2013 2014 : 9,1 Pengarusutamaan konsep kota dan Fasilitasi atau pendampingan penyusunan RDTR Kawasan
peran masyarakat yang memiliki daya yang responsif/sensitif terhadap adaptasi perubahan
tahan terhadap dampak perubahan iklim iklim
(climate change resilience)
(RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang
Penataan Ruang (4)

4. Pengawasan dan pengendalian untuk Terwujudnya pengendalian dan pemanfaatan 2013 - 2014 Wilayah berisiko 2013 : 4,5 Lead: Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan Jumlah pengawasan teknis bidang penataan ruang
penataan ruang dan zonasi kawasan perkotaanyang mempertimbangkan unsur 2015 2019 tinggi 2014: 11,4 Bappenas Perkotaan
perkotaan terhadap perubahan iklim kerentanan dan risiko bencana akibat perubahan 2020 - 2024 Kementrian-PU (RKP Kemen-PU 4)
Supporting:
iklim
BNPB
2013: 16,9 Pembinaan PPNS bidang Penataan Jumlah (orang) PPNS yang dibina
Pemerintah daerah
2014 : 15 Ruang
(Renstra Kemen-PU dan RPJMN (IV.7)
33 Provinsi Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
Pencegahan dan Pengurangan Risiko
Bencana

Klaster 2 : Penyesuaian infrastruktur dan fasilitas perkotaan untuk mengantisipasi ancaman perubahan iklim
1. Penyusunan strategi pembangunan Tersusunnya strategi pembangunan permukiman 2015 - 2020 kota-kota berisiko 2014 : 2.972 Lead: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan JumlahStrategi Pembangunan
permukiman dan infrastruktur dan infrastruktur perkotaan (SPPIP) tinggi Kementrian PU dan Penyelengaraan dalam PermukimandanInfrastrukturPerkotaan (SPPIK)
perkotaan yang terintegrasi dengan Tercapainya pembangunan Rusunawa beserta Kemenpera pengembangan permukiman JumlahRencanaPengembanganKawasan
upaya adaptasi perubahan iklim) Infrastruktur pendukungnya sebagai pilihan Supporting: (Renstra Kemen-PU dan RPJMN (IX.1) Permukiman (RPKP)
relokasi bagi permukiman sepanjang bantaran Bappenas Jumlahsatuan unit hunianRumahSusun yang
banjir Pemerintah Daerah terbangundaninfrastrukturpendukungnya
Tersusunnya rencana pengembangan kawasan Jumlahkawasanperumahanbagi MBR
permukiman prioritas (RPKPP) Jumlahkawasanpermukimanrawanbencana
Jumlahkawasan yang
dilayaniolehinfrastrukturpendukungkegiatanekonomi
dansosial
2013 : 2199,8 Program Pembinaan dan Pengembangan Peraturan Pengembangan Permukiman
Infrastruktur Permukiman Laporan Pembinaan Pengembangan Permukiman
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Laporan Pengawasan Pengembangan Permukiman
dan Pelaksanaan Pengembangan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan
(RKP Kemen-PU IX.1) Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya
Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur Pendukung Keg. Ekonomi & Sosial (RISE)
2013 2014 : 1,5 Menata kembali kawasan permukiman Pembangunan Rusunawa
kumuh di perkotaan
(RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang Cipta
Karya (3)

12.145.007,01 Program pengembangan perumahan Jumlah Rumah Susun Sewa (Rusun Sewa) yang
dan kawasan permukiman terbangun
(Renstra Kemenpera (B)) Realisasi operasionalisasi kebijakan pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman
2. Implementasi pembangunan kota Perencanaan dan perancangan yang sensitif 2012-2019 Seluruh Kota 2013 -2014 : 1,5 Lead: Pengarusutamaan konsep kota dan Kajian pemberdayaan kearifan lokal masyarakat
hijau (Green Cities) terhadap green agenda (Green planning) Kementrian PU (Dirjen peran masyarakat yang memiliki daya terhadap adaptasi perubahan iklim
Perwujudan kualitas dan kuantitas jejaring Ruang 2013: 85 kab/kota Penataan Ruang) tahan terhadap dampak perubahan iklim
Terbuka Hijau (RTH) perkotaan (Green open Kementrian LH (climate change resilience)
space) Supporting: (RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang
Penerapan area hijau (green area) di kawasan Kemendagri Penataan Ruang (4)
perkotaan yang dapat diakses oleh kaum rentan Bappenas
(ibu hamil, anak-anak, dan lansia). Lembaga riset non
Peningkatan kepekaan, kepedulian, dan peran kementrian (BMKG,
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
(Milyar)
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
aktif masyarakat (termasuk daya tahan 2013 -2014 : 3 PPGL, LAPAN, LIPI, Identifikasi wilayah (kabupaten/kota) Ujicoba konsep 3R (reuse, reduce, recycle); energy
resilience masyarakat) dalam pengembangan BPPT) yang mengalami dampak perubahan preservation programme; public - private partnership,
atribut kota hijau (Green Community) BKKBN iklim etc.;
Penerapan bangunan ramah lingkungan (hemat Pemerintah Daerah (RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang
Akomodasi kearifan lokal & arsitektur ramah
energi, air, dan struktur) (Green building) Penataan Ruang (2)
lingkungan
Pemanfaatan sumber energi yang efisien dan
ramah lingkungan (Green energy) 2013: 85 Penyelenggaraan Penataan Ruang / Jumlah kegiatan peningkatan kualitas pengembangan
Peningkatan efisiensi pemanfaatan dan Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan perkotaan melalui penyusunan rencana detail
pengelolaan air (Green water) pengembangan RTH dan percontohan RTH
Pengembangan sistem transportasi yang
berkelanjutan, misalnya: transportasi publik, jalur 2013: 8 Kab/Kota 2013: 1,1 M Bina Pembangunan Daerah / Fasilitiasi Jumlah Kabupaten/Kota yang terfasilitasi untuk
sepeda, jalan kaki (Green transportation) 2014: 10 2014: 1,6 M Penataan Perkotaan penyusunan Perda terkait RTH di kawasan perkotaan.
Penerapan prinsip 3R (mengurangi Provinsi/Kabupate (Kemendagri)
sampah/limbah, mengembangkan proses daur n/Kota
ulang, dan meningkatkan nilai tambah (Green
waste)
3. Peningkatan kualitas infrastruktur Tersusunnya kebijakan mengenai pengelolaan 2015 - 2019 Nasional 2013 : 1.038,3 Lead: Pengendalian Penyakit dan Penyehatan PersentasePendudukyang Memiliki Akses Terhadap
permukiman di kawasan perkotaan sumber daya air, pengelolaan sampah, dan 2014 : 1.038,3 Kementrian PU Lingkungan Air Minum Berkualitas
sanitasi di kawasan perkotaan. Supporting: Penyehatan Lingkungan Persentase Kualitas AirMinum yang memenuhi syarat
Kemendagri (RKP 2013 Kemenkes) Persentase Pendudukyang Memakai JambanSehat
Terlaksananya pengelolaan sampah, perbaikan
Bappenas Jumlah Desa yangmelaksanakan Sanitasi
sanitasi lingkungan, dan pola hidup bersih dan Kemenkes TotalBerbasis Masyarakat (STBM)
sehat 2013 0 2014 : 15.643,8 Pemerintah daerah Pengaturan, pembinaan, pengawasan, JumlahBantek, Bintek, danpendampingan (SSK)
Terlaksananya pengelolaan sumber daya air pengembangan sumber pembiayaan dan pengelolaan air limbah, drainase, dan persampahan
bersih bagi kawasan perkotaan pola investasi, serta pengelolaan Pembangunan prasaranadansarana air
Terlaksana dan terjaganya penyediaan air baku pengembangan infrastruktur sanitasi limbahdengansistem off-site dan on-site
bagi perkotaan (Masukan PU) dan persampahan Peningkatan/pembangunan TPA,
(Renstra Kemen-PU 3) prasaranapengumpulansampahdanpersampahanterp
adu 3R
2013 : 1.579 Program Pengelolaan Sumber Daya Air Kapasitas air baku yang ditingkatkan
Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku Kapasitas parasarana air baku yang direhabilitasi
(RKP PU 2.1) Kapasitasprasarana air baku yang dijaga
2013: 50 Kab/Kota 2013: 893 juta Program: Bina Pembangunan Daerah Jumlah kab/kota yang terfasilitasi dalam penyusunan
2014: 50 Kab/Kota 2014: 750 juta Kegiatan: Fasilitasi Penataan Perkotaan Perda tentang pengelolaan sampah
2013: 82 Kab/Kota 2013: 1,9 (Kemendagri) Jumlah Kab/Kota yang terfasilitasi dalam pembentukan
2014: 100 2014: 3,9 Pokja sanitasi perkotaan
Kab/Kota
2013: 1 pedoman 2013: 943 Jumlah kebijakan/pedoman percepatan pembangunan
sanitasi perkotaan

Klaster 3: Peningkatan Kapasitas Masyarakat Perkotaan terkait Isu Ancaman Perubahan Iklim
1. Sosialisasi dan penyadaran masyarakat Terselenggaranya pendidikan, penyuluhan, dan 2015 - 2019 Nasional 2013 : Lead: BNPB Meningkatkan kesadaran masyarakat Pengembangan SPAM Kabupaten /Kota sesuai NSPK
terhadap fenomena dan dampak pelatihan tentang adaptasi perubahan iklim 2014 : Supporting: tentang adaptasi terhadap perubahan Penyusunan RI SPAM Kabupaten /Kota
perubahan iklim Tersedianya akses informasi tentang perubahan 2015-2019: Lembaga riset non iklim pada kawasan perkotaan dan
kementrian (BMKG, perdesaan
iklim bagi masyarakat
PPGL, LAPAN, LIPI, (RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang Cipta
Terselenggaranya pemberdayaan masyarakat BPPT) Karya 11)
dalam upaya penurunan dampak perubahan iklim 2013 : 24,50 Kementrian PU Pemberdayaan masyarakat dalam Jumlah Relawan PB
Terlaksananya penyusunan mekanisme pelatihan 2014 : 8,07 Pemerintah daerah kesiapan menghadapi bencana (RKP Jumlah Desa Tangguh
dan pendidikan kesiapsiagaanmasyarakat BNPB 2013)
Jumlah Laporan Monev
menghadapi bencana klimatologi dan oseanografi
di kawasan perkotaan Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah desa tangguh bencana
Meningkatnya kesiapsiagaan masyarakat di Pemberdayaan Masyarakat
kawasan perkotaan
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah fasilitasi kesiapsiagaan dalam menghadapi
Kesiapsiagaan dalam Menghadapi bencana
Bencana

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah rencana kontinjensi


Kesiapsiagaan dalam Menghadapi
Bencana

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Fasilitasi Pengurangan Risiko Bencana


Pencegahan dan Pengurangan Risiko
Bencana

143
144
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
(Milyar)
Program/Kegiatan Prioritas Indikator

2. Peningkatan kapasitas penelitian Kontribusi aktif dalam jaring basis data 2015 - 2019 Nasional 2013 - 2014 : 2 Lead: Penyediaan akses dan pengolahan Need assessment data dan informasi perubahan iklim
tentang fenomena dan dampak internasional untuk pemantauan fenomena dan 2020 - 2024 Kemenristek terhadap data dan informasi terkait terkait penataan ruang, antara lain data/informasi
perubahan iklim di kawasan perkotaan dampak perubahan iklim BNPB perubahan iklim terjadap tata ruang kerentanan perubahan iklim wilayah/kota
Terlaksananya Riset tentang strategi dan Supporting: (RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang Consensus building para penyedia/ pengadaan data
teknologi adaptasi perubahan iklim yang tepat, Lembaga riset non Penataan Ruang (1) dan informasi dalam rangka perubahan iklim
efektif, dan efisien bagi kawasan perkotaan kementrian (BMKG, Pemutahiran data tata ruang akibat perubahan iklim
PPGL, LAPAN, BPPT, dari berbagai sumber
LIPI) Inventarisasi dan pembakuan penyiapan metode
Kementrian LH pengolahan data geospasial
Kementrian PU Pelaksanaan pengolahan data geospasial
Pemerintah daerah
2010 - 2014: 74,28 Penanggulangan BencanaNasional Terlaksananya koordinasi penyusunan kebijakan
(Renstra BNPB 2010-2014) Pengurangan Risiko Bencana & Mitigasi dan Adaptasi
Perubahan Iklim (MAPI) di pusat dan daerah.

2014 : 49 Dukungan litbang untuk penurunan Jumlah kebijakan peningkatan dukunga nlitbang
emisi gas CO2 dan adaptasi perubahan untuk penurunan emisi gas CO2 dan adaptasi
iklim (PN9) perubahan iklim
(Renstra Kemenristek dan RPJMN (1g)
2013 : 2,5 Penelitian Geoteknologi Dokumen ilmiah kontribusi Indonesia untuk
2014 : 2,5 (RKP LIPI 2013) perubahan iklim

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Kegiatan Penguatan dan Pemeliharaan TIK


Pengembangan Aplikasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk
Pengurangan Risiko dan Mitigasi
Bencana Alam

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah baseline data bencana Indonesia


Pengembangan Aplikasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk
Pengurangan Risiko dan Mitigasi
Bencana Alam

3. Pengembangan sistem peringatan dini Terlaksananya pengadaan alat sistem peringatan 2015-2019 Nasional 2013 : 649,05 Lead: BNPB Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah fasilitasi kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana klimatologi dan oseanografi dini di kawasan perkotaan yang rentan terhadap 2014 : 205,9 Supporting: Kesiapsiagaan dalam Menghadapi bencana
bencana klimatologi dan oseanografi Kementrian-PU Bencana
Kementrian KP
Terselenggaranya pengorganisasian,pemasangan,
Lembaga riset non
danpengujian sistemperingatan dini bencana kementrian (BMKG,
klimatologi dan oseanografi di kawasan perkotaan PPGL, LAPAN, LIPI,
Terciptanya mekanisme koordinasi dan BPPT)
pelaksanaan kegiatan untuk Pemerintah daerah
pengambilankeputusan statusancaman bencana
klimatologi dan oseanografi antar institusi di
tingkat pusat dan daerah di kawasan perkotaan
Tercapainya informasi tentang peringatanbencana
klimatologi dan oseanografi kepada masyarakat di
kawasan perkotaan
Tersusunnya data akurat, informasi, dan
pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat
bencana klimatologi dan oseanografi di kawasan
perkotaan
4. Pengembangan kapasitas Terlaksananya pengembangan kapasitas 2015 - 2019 Nasional 2013 - 2014 : 14 Lead: Pengembangan kapasitas kelembagaan Kebutuhan dan pelaksanaan pelatihan dalam negeri
kelembagaan dan jaringan terkait kelembagaan (capacity building) 2020 -2024 BNPB dan jaringan mitigasi dan adaptasi maupun luarn egeri bidang mitigasi dan adaptasi
adaptasi perubahan iklim Supporting: perubahan iklim perubahan iklim
Terebentuknya jejaring pelaku pembangunan
berbasis perubahan iklim Kementrian PU (RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang Fasilitasi operasional sekretariat MAPI PU
Kemenristek Penataan Ruang (5) Membentuk komunitas MAPI PU berbasis sistem
Terlaksananya analisis gender dalam upaya
Lembaga riset non informasi /TI
adaptasi perubahan iklim di kawasan perkotaan
kementrian (BMKG, Membentuk jejaring perubahan iklim baik nasional,
Tercapainya koordinasi efektif lintas sektor
PPGL, LAPAN, BPPT, internasional, daerah dan antar sektor /pelaku (LSM,
bidang mitigasi adaptasi di wilayah pesisir dan
LIPI) masyarakat)
pulau-pulau kecil
Pemerintah daerah Membangun kerjasama pembangunan yang berbasis
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
No. Rencana Aksi Indikator Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
(Milyar)
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
Terlaksananya pemutakhiran data mengenai perubahan iklim
perubahan penggunaan lahan akibat perubahan
iklim
Tersedianya fasilitas dan teknologi yang dapat
memantau potensi sumber bencana akibat
perubahan iklim 2013 : 24,50 Pemberdayaan masyarakat dalam Jumlah Relawan PB
2014 : 8,07 kesiapan menghadapi bencana (RKP Jumlah Desa Tangguh
BNPB 2013)
Jumlah Laporan Monev
2013 : 16,5 Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan Jumlah pemutakhiran basis data informasi perkotaan
Perkotaan Jumlah kota (termasuk kawasan metropolitan)yang
(RKP Kemen-PU 4) memperoleh pembinaan teknis pelaksanaan
pengembangan perkotaan dan kapasitas lembaganya
Jumlah kegiatan peningkatan kualitas pengembangan
perkotaan melalui penyusunan rencana detail
pengembangan RTH dan percontohan RTH
2013: 1 Adaptasi Perubahan Iklim Jumlah rekomendasi kebijakan (PB)
(RKP Kemenristek (2663)
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Kegiatan Penguatan dan Fasilitasi Forum
Pemberdayaan Masyarakat Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah baseline data bencana Indonesia


Pengembangan Aplikasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk
Pengurangan Risiko dan Mitigasi
Bencana Alam

145
146
4.2 Sub Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Sub-Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


Sasaran:
1. Peningkatan kapasitas kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil terkait dengan isu perubahan iklim
2. Pengelolaan dan pendayagunaan lingkungan dan ekosistem untuk adaptasi perubahan iklim
3. Penerapan tindakan adaptasi struktural dan non struktural untuk mengantisipasi ancaman perubahan iklim
4. Pengintegrasian upaya adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
5. Peningkatan sistem pendukung adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Anggaran
Kesesuaian dengan RKP 2013, Renstra, RPJMN
No (mengacu RKP
Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
. 2013/ Renstra/
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN) Milyar
Klaster 1 : Peningkatan kapasitas kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil terkait dengan isu perubahan iklim
1. Sosialisasi dan penyadaran Terselenggaranya pendidikan, penyuluhan, 2013-2014 2013: 18 lokasi 2013: 1,4 Lead : Pendayagunaan Pesisir dan lautan Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
masyarakat terhadap fenomena dan pelatihan tentang adaptasi perubahan 2014: 24 2014: 3 Kementrian KP terfasilitasi peningkatan ketahanan terhadap
dan dampak perubahan iklim iklim bencana
Tersedianya akses informasi tentang
perubahan iklim bagi masyarakat Pengintegrasian adaptasi dan Sosialisasi dan penyadaran masyarakat
Terlaksananya penyusunan mekanisme mitigasi perubahan iklim ke dalam terhadap fenomena dan dampak perubahan
pelatihan dan pendidikan kesiapsiagaan perencanaan dan pengolahan iklim
masyarakat menghadapi bencana kelautan dan perikanan
klimatologi dan oseanografi di kawasan (Rencana Adaptasi tahun 2015-2020
pesisir dan pulau-pulau kecil 3)
Meningkatnya kesiapsiagaan masyarakat di Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah sosialisasi pengurangan risiko bencana


Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Kegiatan Fasilitasi Kesiapsiagaan


Kesiapasiagaan dalam menghadapi
bencana

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah desa tangguh bencana


Pemberdayaan Masyarakat

2. Pengembangan pemanfaatan Terlaksananya kajian peningkatan 2015-2019 Nasional Lead :


sumber daya pesisir dan pulau- ketahanan sumber daya pesisir terhadap 2020-2024 Kementrian KP
pulau kecil bagi masyarakat ancaman perubahan iklim Supporting :
Tersedianya aksesibiltas bagi masyarakat Lembaga riset non
pesisir dan pulau-pulau kecil untuk kementrian (BMKG,
mengakses sumber daya yang ada secara PPGL, LAPAN, BPPT,
berkelanjutan. LIPI)
Pemerintah Daerah
3. Pemeliharaan dan rehabilitasi Terlaksananya kegiatan pengelolaan 2015-2019 wilayah berisiko - Lead : Peningkatan Operasional Jumlah wilayah perairan yang bebas kegiatan
sumber daya air di pesisir dan sumber daya air berkelanjutan, seperti 2020-2024 tinggi Kementrian PU Pengawasan Sumber Daya Kelautan perusakan ekosistem perairan
pulau-pulau kecil dengan menggunakan sumur resapan, Supporting : (Renstra KKP dan RPJMN (5b) Jumlah wilayah perairan yang bebas kegiatan
dam, tanggul, dan pengelolaan air minum Kementrian-KP pencemaran
dengan menggunakan teknologi yang tepat 17 Kementrian Pengawasan Sumber Daya Kelautan Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan
Terlaksananya kegiatan pengendalian Kesehatan dan Perikanan pada WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan dan
pemanfaatan sumber daya air di wilayah Lembaga riset non Peningkatan Operasional pemanfaatan ekosistem dan kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil kementrian (BMKG, Pengawasan Sumber Daya Kelautan konservasi perairan ilegal dan/atau yang
PPGL, LAPAN, BPPT, (RKP Kemen-KP 9c) merusak sumber daya ikan dan/atau
LIPI) lingkungannya
Anggaran
Kesesuaian dengan RKP 2013, Renstra, RPJMN
No (mengacu RKP
Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
. 2013/ Renstra/
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN) Milyar
Pemerintah daerah Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan
WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan
Pencemaran Perairan yang merusak sumber
daya ikan dan/atau lingkunganya
4. Peningkatan infrastruktur Tersedianya dan dermaga untuk wilayah 2015-2019 Nasional 578,5 Lead : Pendayagunaan pulau-pulau kecil Jumlah pulau kecil yang memiliki infrastuktur
(jaringan transportasi listrik, air pesisir dan pulau-pulau kecil terpencil 2020-2024 Kementrian PU (Renstra KKP dan RPJMN (4d) memadai secara terintegrasi termasuk pulau-
bersih, dan komunikasi) di Terfasilitasinya penyediaan infrastruktur Supporting : pulau kecil terluar
wilayah pesisir dan pulau-pulau 87 Kementrian-KP Pendayagunaan pulau-pulau kecil Jumlah pulau kecil yang terfasilitasi penyediaan
listrik, air bersih, dan komunikasi di pulau-
kecil terluar dengan Kementrian (Renstra KKP 9c) infrastruktur termasuk pulau-pulau kecil terluar
pulau kecil terluar
menggunakan teknologi tepat 21,2 Pertahanan Pembangunan sarana dan Persentase kecukupan jumlah sarana dan
guna Terlaksananya tindakan pengawasan Departemen prasarana pertahanan di prasarana kebijakan pertahanan di wilayah
terhadap pulau-pulau kecil terluar Perhubungan wilayah perbatasan perbatasan
Pemerintah daerah (Renstra Kemenhan II.1)
87 Program Pengelolaan Sumber Daya Jumlah pulau kecil yang dipetakan
Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil potensinya, termasuk pulau-pulau kecil
Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil terluar
(RKP Kemen-KP 9c) Jumlah pulau kecil yang terfasilitasi
penyediaan infrastruktur termasuk pulau-
pulau kecil terluar
Klaster 2 : Pengelolaan dan pendayagunaan lingkungan dan ekosistem untuk adaptasi perubahan iklim
1. Peningkatan kualitas lingkungan Terfasilitasinya perbaikan lingkungan dan 2013-2014 2013 : 18 lokasi 2013 : 5 Lead : Program PengelolaanSumber Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang rusak
di wilayah pesisir dan pulau-pulau adaptasi berbasis mitigasi kebencanaan di 2014 : 25 lokasi 2014 : 8 Kementrian KP Daya Laut, Pesisir dan Pulau- direhabilitasi
kecil kawasan pesisir Pulau Kecil/
Pendayagunaan pesisir dan lautan

Terfasilitasinya perbaikan lingkungan dan 2013 -2014 2013 : 30 lokasi 2013 : 4,2 Program Pengelolaan Sumber Jumlah pulau kecil yang terfasilitasi perbaikan
adaptasi berbasis mitigasikebencanaan di 2014 : 30 lokasi 2014 : 7 Daya Laut, Pesisirdan Pulau-Pulau lingkungan dan adaptasi berbasis mitigasi
pulau-pulau kecil Kecil/
Pendayagunaan pulau-pulau kecil

2. Identifikasi, Pemeliharaan, dan Terkumpulnya informasi kondisi 2015-2019 Nasional 2013 : 10 Lead : Program Pengelolaan Sumber Daya Jumlah kebijakan, peraturan, pedoman,
rehabilitasi ekosistem pesisir dan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil 2020-2024 Kementrian KP Alam dan Lingkungan Hidup / model implementasi danrekomendasi
pulau-pulau kecil saat ini terkait dengan isu perubahan iklim Kementerian LH Pengendalian Kerusakan kebijakan konservasidan pengendalian
Supporting : Lingkungan Pesisir dan Laut kerusakanpesisir dan laut
Telaksananya kegiatan pengelolaan
Lembaga riset non (RKP Kemen-LH II 15) Persentase capaian inventarisasidata
ekosistem alami pesisir dan pulau-pulau
kementrian (BMKG, kerusakan ekosistem pesisirdan laut dengan
kecil, seperti mangrove, wetland, padang PPGL, LAPAN, BPPT, basis kabupaten
lamun, estuaria, dan terumbu karang - LIPI) Penyesuaian pengelolaan ekosistem Identifikasi terhadap kondisi saat ini &
Pemerintah daerah dan sumberdaya pesisir dan [ulau- proyeksi ke depan.
pulau kecil secara terpadu terkait Pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem dan
perubahan iklim sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil
(Masukan: Matriks RAN API Bidang (mangrove, lahan basah dan padang lamun,
Kelautan dan Perikanan) estuaria, terumbu karang, garis pantai,
(Rencana Adaptasi tahun 2015-2020 paparan benua).
6) Pemeliharaan dan rehabilitasi daerah
pelindung alamiah pantai (vegetasi pantai,
gumuk pasir, terumbu karang).
Pemeliharaan dan rehabilitasi sumberdaya air
di peisisir dan pulau-pulau kecil (sumur
resapan, dam, tanggul, drainase).
Pengembangan dan sosialisasi teknologi
penyulingan air laut (desalinasi) dan siklus
daur ulang air.
- Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi laut dan kawasan
konservasi kawasan dan jenis konservasi perairan tawar dan payau yang
(Renstra Kemen-KP dan RPJMN (4a) dikelola secara berkelanjutan seluas 4,5 juta
ha
Jumlah kawasan konservasi dan jenis biota

147
148
Anggaran
Kesesuaian dengan RKP 2013, Renstra, RPJMN
No (mengacu RKP
Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
. 2013/ Renstra/
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN) Milyar
perairan dilindungi yang diidentifikasi dan
dipetakan secara akurat
3. Pemeliharaan dan rehabilitasi Terlaksananya kegiatan pembangunan 2015-2019 Kota tepi pantai 2013: 38,61 Lead : Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis
daerah pelindung non struktural pelindung pantai non struktural seperti 2020-2024 berisiko tinggi Kemenhut dan Lahan, dan Reklamasi Hutan di termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan
atau alamiah pantai dan kawasan vegetasi pantai, gumuk pasir, dan terumbu Supporting : DAS Prioritas rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta Ha
di belakangnya berdasarkan hasil karang Kementrian-KP (RKP Kemenhut 4a)
kajian dan identifikasi ekosistem Terlaksananya pemeliharaan pelindung 2013 : 20,23 Kementerian LH Perencanaan, Pengembangan Rencana RTkRHL mangrove
pesisir dan pulau-pulau kecil pantai non struktural yang terdapat di BNPB Kelembagaan dan Evaluasi Hutan Rencana pengelolaan hutan mangrove
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Pemerintah daerah Mangrove Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja
(RKP Kemenhut 4f) mangrove daerah
Data informasi evaluasi pengelolaan hutan
mangrove
Klaster 3 : Penerapan tindakan adaptasi struktural dan non struktural untuk mengantisipasi ancaman perubahan iklim
1. Pengembangan Coastal Resilience Tersusunnya konsep program 2013-2014 2013 : 22 lokasi 2013 : 28 Kementrian KP Program Pengelolaan Sumber Daya Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir
Village (CRV) atau Pengembangan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh 2014 : 0 lokasi 2014 : 75 laut, Pesisir dan Pulau-pulau rusak yang direhabilitasi
Desa Pesisir Tangguh Terlaksananya program Pengembangan 2015-2019 2015-2019: 100 kecil/Pendayagunaan pesisir dan Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
Desa Pesisir Tangguh lautan
terfasilitasi peningkatan ketahanannya
(Renstra KKP dan RPJMN 9c)
terhadap bencana perubahan iklim
2. Bantuan sarana dan prasarana Terfasilitasinya penyediaan infrastruktur di 2013-2014 2013 : 60 pulau 2013 : 26,8 Kementrian KP Program Pengelolaan Sumber Jumlah pulau kecil yang terfasilitasi
dalam pengembangan PPK pulau-pulau kecil terluartermasuk pulau- 2014 : 30 pulau 2014 : 75 Daya Laut, Pesisir dan Pulau- penyediaan infrastruktur termasuk pulau-
pulau kecil Pulau Kecil pulau kecil terluar
2015-2019 2015-2019: 100 Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil

3. Identifikasi serta penyesuaian Terkumpulnya informasi kondisi 2015-2019 wilayah berisiko Lead :
elevasi dan penguatan struktur infrastruktur pesisir dan pulau-pulau kecil 2020-2024 tinggi Kementrian-KP
bangunan dan fasilitas vital, saat ini terkait dengan isu perubahan iklim, (untuk identifikasi)
seperti, dermaga pelabuhan, dan antara lain, dermaga, permukiman Kementrian PU
permukiman masyarakat di masyarakat, dan sarana ekonomi Supporting :
wilayah pesisir dan pulau-pulau Teridentifikasinya jumlah luasan kawasan 2013 : 63 Lembaga riset non Pendayagunaan Pesisir dan Lautan Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir
kecil di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi kementrian (BMKG, (Renstra KKP 9d) rusak yang direhabilitasi
Terlaksanya kajian tentang standar struktur PPGL, LAPAN, BPPT, Penyesuaian elevasi dan penguatan Pengembangan Climate Resillience Village
dan tinggi infrastruktur vital di wilayah LIPI) struktur bangunan dan fasilitas vital (CRV)
pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan Pemerintah daerah di wilayah pesisir terkait perubahan Pembangunan dan pemeliharaan struktur
terhadap kenaikan muka air laut iklim pelindung pantai (tembok laut, groin,
Terlaksananya kegiatan penguatan dan (Masukan: Matriks RAN API Bidang pemecah gelombang, beach nourishment,
peninggian infrastruktur vital di wilayah Kelautan dan Perikanan) pintu air pasut).
pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan (Rencana Adaptasi tahun 2015-2020 Kajian dan sosialisasi pembangunan rumah
terhadap kenaikan muka air laut. 5) panggung di pesisir.
Terlaksananya pengaturan Penyesuaian elevasi dan penguatan struktur
dalampembangunan dantata bangunan bangunan dan fasilitas vital (pemukiman
yang adaptif terhadap perubahan iklim pesisir, dermaga pelabuhan, jalan).
4. Peningkatan ketahanan sumber Terlaksananya identifikasi terhadap guna 2015-2019 Wilayah pesisir Lead :
daya pertanian dan tambak lahan sawah dan tambak di wilayah pesisir 2020-2024 berisiko tinggi Kementrian-KP
pesisir terhadap ancaman dan pulau-pulau kecil yang terancam bencana Kementrian PU
perubahan iklim kenaikan muka air laut Supporting :
Terlaksananya tindakan adaptasi terhadap Kementrian Program Pengelolaan Sumber Daya Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir
bencana kenaikan muka air laut bagi sawah Pertanian Laut, Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil rusak yang direhabilitasi
dan tambak di wilayah pesisir dan pulau-pulau BNPB Pendayagunaan Pesisir dan Lautan Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
kecil LIPI (RKP Kemen-KP 9d) terfasilitasi peningkatan ketahanannya
Pemerintah daerah terhadap bencana dan perubahan iklim
Jumlah ragam produk kelautan yang
terfasilitasi pengembangannya
Mengembangkan disaster risk Pembinaan dan evaluasi persiapan dan
management untuk bencana pelaksanaan operasi dan pemeliharaan dalam
dampak perubahan iklim rangka pengelolaan SDA bidang irigasi, rawa,
(RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang tambak, air tanah dan air baku
Sumber Daya Air (2) Fasilitasi sarana dan prasarana OP irigasi
Anggaran
Kesesuaian dengan RKP 2013, Renstra, RPJMN
No (mengacu RKP
Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
. 2013/ Renstra/
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN) Milyar
dan rawa
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana
Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana

Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah fasilitasi pengurangan risiko bencana


Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana

5. Identifikasi, pembangunan dan Teridetifkasinya kondisi struktur pelindung 2015-2019 Wilayah tepi Lead :
pemeliharaan struktur pelindung pantai (tembok laut, groin, pemecah 2020-2024 pantai berisiko Kementrian-KP
pantai (tembok laut, groin, gelombang, beach nourishment, pintu air tinggi (untuk identifikasi)
pemecah gelombang, beach pasut, dsb di wilayah pesisir dan pulau- Kementrian PU
nourishment, pintu air pasut, dsb) pulau kecil BNPB
Terbangunnya pelindung pantai struktural 0.9 Pemerintah daerah Pembuatan tanggul penahan banjiir Berkurangnya daerah pemukiman genangan
seperti tembok laut, groin, pemecah dan penanaman mangrove air/rob dan terlaksananya vegetasi pantai.
gelombang, pintu air pasut, dan beach
nourishment (Kegiatan Adaptasi yg sudah
Terlaksananya pemeliharaan pelindung dilakukan 6)
pantai struktural yang terdapat di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil 2013: 388,24 Program Pengelolaan Sumber Daya Panjang sarana/prasarana pengaman pantai
Terfasilitasi peningkatan ketahanan Air yang dibangun
kawasan pesisir terhadap bencana dan Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Panjang sarana/prasarana pengaman pantai
perubahan iklim Berapi dan Pengamanan Pantai yang direhabilitasi
(RKP Kemen-PU 2.4) Panjang sarana/prasarana pengaman pantai
yang dipelihara

Penyediaan fasilitas navigasi untuk 2014 : 63 Pendayagunaan Pesisir dan Lautan Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
memantau aktivitas laut, seperti (Renstra KKP 9d) terfasilitasi peningkatan ketahanannya
gelombang, pasang-surut, badai, dll. terhadap bencana dan perubahan iklim
Klaster 4 : Pengintegrasian upaya adaptasi ke dalam rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
1. Identifikasi dan pemetaan potensi Tersusunnya profil pulau-pulau kecil 2013-2014 2013 : 60 pulau 2013 : 9 Kementrian KP Program Pengelolaan Sumber Jumlah pulau kecil yang diidentifikasi dan
pulau-pulau kecil 2014 : 30 pulau 2014 : 20 Daya Laut, Pesisir dan Pulau- dipetakan potensinya secara akurat termasuk
Pulau Kecil pulau-pulau kecil terluar
Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil
2. Penyusunan Norma, Standar, Tersusunnya dokumen berisi standar dan 2013-2014 Nasional 2013 : 1,3 Kementrian KP Program Pengelolaan Sumber Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
Pedoman, dan Kriteria (NSPK) pedoman penerapan opsi adaptasi 2014 : 2 Daya Laut, Pesisir dan Pulau- terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap
rehabilitasi dan adaptasi perubahan iklim bagi wilayah pesisir dan Pulau Kecil bencana dan perubahan iklim
perubahan iklim di wilayah pesisir Pendayagunaan Pesisir dan lautan
pulau-pulau kecil
dan pulau-pulau kecil

3. Kajian risiko dan adaptasi Teridentifikasinya nilai bahaya, kerentanan, 2015-2019 Nasional 2013-2014 : 3 Lead : Identifikasi wilayah Identifikasi kerentanan terhadap perubahan
perubahan iklim di wilayah pesisir dan risiko perubahan iklim di wilayah Kementrian LH (kabupaten/kota) yang mengalami iklim 33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota
dan pulau-pulau kecil pesisir dan pulau-pulau kecil Geospasial/BIG dampak perubahan iklim
Jumlah wilayah pesisir dan pulau-pulau Supporting : (RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang
kecil yang memiliki peta risiko dan zonasi Kementrian PU Penataan Ruang (2))
adaptasi perubahan iklim Kementrian KP
BNPB
Lembaga riset non
kementrian (BMKG,
PPGL, LAPAN, BPPT,
LIPI)
Pemerintah daerah
4. Kajian dan pemetaan risiko dan Jumlah kajian tingkat bahaya, kerentanan, dan 2015-2019 Wilayah dengan Lead: Kementrian
adaptasi perubahan iklim risiko serta zonasi strategi adaptasi perubahan risiko tinggi KP
sektoral/sub-bidang tingkat iklim pada sektoral yang terkait hingga tahun Supporting:
kabupaten/kota 2050 di wilayah kabupaten/kota Bappenas, Kemen-
LH, BIG, BMKG, DNPI

149
150
Anggaran
Kesesuaian dengan RKP 2013, Renstra, RPJMN
No (mengacu RKP
Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
. 2013/ Renstra/
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN) Milyar
Terintegrasinya (mainstreaming) strategi 2015-2019 Wilayah dengan Lead:
adaptasi perubahan iklim pada sektoral yang risiko tinggi Kemen-dagri,
terkait hingga tahun 2050 di wilayah Pemerintah Daerah
kabupaten/kota Supporting:
Bappenas Kemen-LH,
Kemen-PU
5. Penyusunan dokumen penataan Tersusunnya rencana zonasi bagi wilayah 2015-2019 Nasional 2013 : 33 Lead : Program PengelolaanSumber Daya Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-
ruang dan perencanaan pesisir nasional/provinsi/kabupaten/kota Bappenas Laut, Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil pulaukecil di wilayah Provinsi/ Kab/Kota yang
pengelolaan wilayah pesisir dan yang memuat peta risiko perubahan iklim Kementrian-KP Penataan Ruang dan Perencanaan memiliki dokumenRenstra Wilayah Pesisir
pulau-pulau kecil berdasarkan Tersusunnya rencana penataan Supporting : Pengelolaan Wilayah Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
hasil kajian risiko dan adaptasi permukiman, infrastruktur, dan fasilitas Pemerintah daerah Dan Pulau-Pulau Kecil Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau
perubahan iklim vital lainnya yang terkena dampak Kementrian PU (RKP Kemen-KP 9e) kecil di wilayah nasional, lintas wilayah,
perubahan iklim secara terpadu BNPB Provinsi/ Kab/Kota yang memiliki dokumen
Tersusunnya dokumen perencanaan dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Peraturan perundangan yang memasukkan Pulau Kecil
faktor kerentanan, risiko, dan Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulaupulau
adaptasiperubahan iklim kecil yang memiliki dokumenrencana Zonasi
Rinci Kawasan
Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulaupulau
kecil di wilayah nasional, lintaswilayah,
Provinsi/ Kab/Kota yang memiliki dokumen
Rencana ZonasiWilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil yang diinisiasi legalitasnya
- Penyusunan atau penyesuaian Penyusunan norma standar, pedoman dan
regulasi, kebijakan, dan kapasitas criteria tentang adaptasi dan mitigasi
kelembagaan di sektor kelautan dan perubahn iklim.
perikanan terkait perubahan iklim di Penyesuaian regulasi dan kebijakan yang
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terkait dengan perubahan iklim.
(Masukan: Matriks RAN API Bidang Mengakselerasi penerbitan Keputusan Kepala
Kelautan dan Perikanan) Daerah tentang Rencana Strategis Sektor
(Rencana Adaptasi tahun 2015-2020 Kelautan dan Perikanan yang telah memuat
4) isu dan strategi mitigasi bencana termasuk
adaptasi perubahan iklim.
Mengakselerasi penerbitan Peraturan Daerah
tentang Rencana Zonasi Sektor Kelautan dan
Perikanan yang telah memuat peta rawan
bencana dan peta resiko bencana terkait
perubahan iklim.
Peningkatan kapasitas kelembagaan (peraturan
perundangan, sumberdaya manusia, lembaga,
dan yang terkait lainnya).
2013 2014 : 8 Identifikasi wilayah Identifikasi kabupaten/kota yang butuh relokasi
(kabupaten/kota) yang mengalami permukiman akibat kerentanan perubahan iklim
dampak perubahan iklim
(RAN MAPI PU 2012-2014 Bidang
Penataan Ruang (2)
6. Pengawasan dan pengendalian Terselenggaranya kegiatan yang 2015-2019 wilayah berisiko Lead : Bappenas
untuk penataan ruang dan zonasi mengontrol penguasaan dan pengelolaan 2020-2024 tinggi Kementrian KP
pesisir dan perairan terhadap sumber daya alam wilayah pesisir dan Supporting :
perubahan iklim pulau-pulau kecil yang Kementrian PU
berpotensimenimbulkandampak BNPB
perubahan iklim Pemerintah daerah
Terintegrasinya unsur kerentanan dan
risiko bencana akibat perubahan iklim
dalam pengendalian dan pelaksanaan
penataan ruang
Klaster 5 : Peningkatan sistem pendukung adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
1. Peningkatan riset dan kajian Terlaksananya riset kajian pemanfaatan 2013-2014 2 lokasi (2013- 2013 : 0,58 Lead : Program Penelitian dan Jumlah rekomendasi pengelolaan dan/atau
potensi sumber daya pesisir sumber daya pesisir ekonomis 2015-2020 2014) 2014 : 1,2 Kementrian KP Pengembangan IPTEK Kelautan model pemanfaatan sumber daya laut dan
Anggaran
Kesesuaian dengan RKP 2013, Renstra, RPJMN
No (mengacu RKP
Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
. 2013/ Renstra/
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN) Milyar
2013-2014 8 lokasi 2013 : 6 dan Perikanan pesisir
2014 : 7 Penelitian dan Pengembangan Jumlah model penerapan IPTEK SDLP
IPTEK Kewilayahan, Dinamika dan
Sumber Daya Laut dan Pesisir
(RKP Kemen-KP 4f)
2. Peningkatan kapasitas penelitian Terlaksananya riset tentang ancaman 2015-2019 wilayah berisiko 10 Lead : Kerjasama internasional dan Penyusunan modul Vulnerability Assessment,
tentang fenomena dan dampak bahaya perubahan iklim di wilayah laut, 2020-2024 tinggi Kemen Ristek pertukaran informasi terkait Vulnerability Assessment Capacity Building, Small
perubahan iklim di wilayah pesisir pesisir dan pulau-pulau kecil BNPB adaptasi Perubahan Iklim Scale, Public Campaign.
dan pulau-pulau kecil Tersedianya fasilitas dan teknologi yang Supporting : (Kegiatan Adaptasi yg sudah
dapat memantau potensi sumber bencana Kementrian-KP dilakukan 7)
akibat perubahan iklim Lembaga riset non
Terlaksananya riset tentang indeks kementrian (BMKG,
kerentanan di wilayah pesisir dan pulau- - PPGL, Inventarisasi data, sistem informasi, Analisis ancaman bahaya dan penyusunan
pulau kecil serta wilayah laut LAPAN, BPPT) dan riset terkait dengan perubahan peta
Terlaksananya kontribusi aktif dalam jaring Kementrian PU iklim Penyusunan peta kerentanan perubahan iklim
basis data internasional untuk pemantauan Pemerintah daerah (Rencana Adaptasi 2015-2020 2) di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
fenomena dan dampak perubahan iklim Analisis dan penyusunan peta risiko
Terselenggaranya inventrisasi data, sistem, perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-
informasi, dan riset terkait perubahan iklim pulau kecil.
Terlaksananya riset tentang strategi dan
teknologi adaptasi perubahan iklim yang 2013 : 242,8 Penelitian dan pengembangan Jumlah rekomendasi dan inovasi teknologi
tepat, efektif, dan efisien sesuai IPTEK kelautan perlindungan, pengawasan, eksplorasi,
karakteristik wilayah pesisir dan pulau- eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim,
pulau kecil mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim
yang meningkatkan efisiensi pengelolaan
sumber daya kelautan secara berkelanjutan
2014 : 25,3 Penelitian Geoteknologi Dokumen ilmiah kontribusi Indonesia untuk
(Renstra LIPI dan RPJMN) perubahan iklim
Konsep pengurangan resiko bencana
kebumian dan perubahan iklim
2013 :23,64 Penelitian dan Pengembangan Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan
Perubahan Iklim dan Kebijakan dibidang perubahan iklim dan kebijakan
Kehutanan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu :
(RKP Kemenhut 5.a) strategi kebijakan bagi pengambil keputusan
(decision support system, DSS) dalam
penataan ruang dan penatagunaan hutan
berbasis DAS;
strategi kebijakan (DSS) pengembangan
hutan kota;
strategi kebijakan adaptasi terhadap
perubahan iklim
2013 : 36,5 Penelitian Oseanografi Jumlah riset kebencanaan wilayah pesisir laut
(RKP LIPI 3419) Jumlah gedung dan peralatan laboratorium
Oseanografi
Jumlah laboratorium dan peralatan kelautan
di wilayah timur

3. Pengembangan sistem Terlaksananya pengadaan alat sistem 2015-2020 Nasional 2013 2014 : 42 Lead : Mengembangkan disaster risk Pembangunan pos hidrologi telemetri 100 pos
peringatan dini bencana peringatan dini di wilayah pesisir dan BNPB management untuk bencana Penelitian prakiraan dan pengendalian
klimatologi dan oseanografi pulau-pulau kecil yang rentan terhadap Kemen-PU dampak perubahan iklim kekeringan
Supporting : (RAN Adaptasi Perubahan Iklim Penelitian sistem peramalan dan peringatan
bencana klimatologi dan oseanografi
Kementrian-KP (2012-2014 Bidang Sumber Daya Air dini banjir
Terselenggaranya pengorganisasian,
Pemerintah daerah (2)
pemasangan, dan pengujian sistem - Penanggulangan Bencana Nasional Terlaksananya koordinasi pemanfaatan dan
peringatan dini bencana klimatologi dan Kegiatan pemberdayaan masyarakat penerapan sistem peringatan dini.
oseanografi di kawasan pesisir dan pulau- dalam kesiapan menghadapi
pulau kecil bencana
(Renstra BNPB)

151
152
Anggaran
Kesesuaian dengan RKP 2013, Renstra, RPJMN
No (mengacu RKP
Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Target/Lokasi Penanggung Jawab
. 2013/ Renstra/
Program/Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN) Milyar
Terciptanya mekanisme koordinasi dan Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah rencana kontijensi PB
pelaksanaan kegiatan untuk pengambilan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
keputusan status ancaman bencana
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Kegiatan Peningkatan Kapasitas Tanggap
klimatologi dan oseanografi antar institusi
Tanggap darurat di daerah terkena Darurat
di tingkat pusat dan daerah di kawasan
bencana
pesisir dan pulau-pulau kecil
Tercapainya informasi tentang peringatan Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Kegiatan Fasilitasi Kesiapsiagaan
bencana klimatologi dan oseanografi Kesiapasiagaan dalam
kepada masyarakat dan institusi lokal di menghadapi bencana
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Tersusunnya data akurat, informasi, dan Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah baseline data bencana Indonesia
Pengembangan Aplikasi Teknologi
pemutakhiran prosedur tetap tanggap
Informasi dan Komunikasi untuk
darurat bencana klimatologi dan
Pengurangan Risiko dan Mitigasi
oseanografi di kawasan pesisir dan pulau- Bencana Alam
pulau kecil
4. Penguatan kelembagaan dan Terlaksananya penguatan kelembagaan 2015-2020 Wilayah pesisir 50 juta Lead : Pelatihan kelembagaan tingkat desa Tersusunnya modul pelatihan.
koordinasi lintas sektor bidang mitigasi adaptasi di wilayah pesisir dan dan pulau- Kementrian-KP dalam rangka desa tangguh
mitigasi adaptasi di wilayah pulau-pulau kecil pulau kecil BNPB terhadap dampak perubahan iklim
pesisir dan pulau-pulau kecil Terlaksananya perwujudan partisipasi rawan bencana Supporting :
masyarakat, khususnya wanita, dalam Lembaga riset non
upaya adaptasi di wilayah pesisir dan kementrian (BMKG,
pulau-pulau kecil 2013 : 8 PPGL, LAPAN, BPPT) Program Pengelolaan SDA dan LH Jumlah komunitas masyarakat yang aktif
Tercapainya koordinasi efektif lintas sektor Kementerian PU Peningkatan Peran Masyarakat dalam pengendalian pencemaran, perusakan
bidang mitigasi adaptasi di wilayah pesisir Pemerintah daerah (RKP Kemen-LH II 9) lingkungan dan perubahan iklim
dan pulau-pulau kecil Kementrian LH

2013 : 9 Program Pengelolaan SDA dan LH Jumlah provinsi peserta pembinaan teknis
Adaptasi Perubahan Iklim kajian kerentanan &adaptasi perubahan iklim
(RKP Kemen-LH II 14) Jumlah sektor peserta pembinaan teknis
kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim

100 juta TOT Adaptasi Perubahan Iklim Modul pelatihan adaptasi perubahan iklim.

2 Fasilitasi partisipasi dan akses publik Pembangunan system informasi mitigasi dan
terhadap informasi adaptasi perubahan iklim.

Penanggulangan Bencana Nasional Pembangunan sarana informasi mitigasi dan


(Renstra BNPB) adaptasi perubahan iklim
Sosialisasi dan Konsultasi Publik
Pelatihan
Monitoring
5. Bidang Sistem Pendukung

Sasaran:

1. Peningkatan kapasitas bagi pemangku kepentingan dalam adaptasi perubahan iklim


2. Pengembangan informasi iklim yang handal dan mutakhir
3. Peningkatan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait adaptasi perubahan iklim
4. Perencanaan dan penganggaran yang dapat merespon perubahan iklim
5. Pemantauan dan evaluasi kegiatan adaptasi perubahan iklim

Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN


Target/Loka (mengacu RKP
No. Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Penanggung Jawab
si 2013, Renstra, Program/ Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN)
Klaster 1: Peningkatan kapasitas bagi pemangku kepentingan dalam adaptasi perubahan iklim
1. Pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan Terciptanya kesadaran seluruh lapisan 2014-2019 Nasional 34,47 (Tahun Lead: BNPB, Kegiatan pemberdayaan masyarakat Terlaksananya wadah koordinasi relawan
tentang adaptasi perubahan iklim. masyarakat dan tingkat institusi 2010-2014) Supporting: Kem.Sosial, dalam kesiapan menghadapi penanggulangan bencana Indonesia
terhadap ancaman perubahan iklim, Kem. Diknas, bencana Terlaksananya sertifikasi relawan
khususnya pada kelompok rentan, LIPI, Kem. Kesehatan, (Renstra BNPB 2010-2014) penanggulangan bencana Indonesia
seperti wanita, anak, lanjut usia, Kem. Terlaksananya sosialisasi pemahaman dan
masyarakat berpenghasilan rendah, dan Kominfo, DNPI kesadaran masyarakat dalam menghadapi
lainya bencana
Terlaksananya Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Program
24 (2013) Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah desa tangguh bencana
Pemberdayaan Masyarakat
4 (2013) Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Kegiatan Fasilitasi Kesiapsiagaan
Kesiapasiagaan dalam
menghadapi bencana
1,2 (2013) Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah sosialisasi pengurangan risiko bencana
Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana
73 (2013) Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Fasilitasi Pengurangan Risiko Bencana
Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana
4 (2013) Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah rencana kontinjensi
Kesiapsiagaan dalam Menghadapi
Bencana
3 (2013) Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah relawan
Pemberdayaan Masyarakat
Tersedianya fasilitas dan teknologi yang 2014-2019 Nasional 173.934,8 juta Lead: BMKG, Pengelolaan Instrumentasi, Jumlah stasiun MKKuG yang peralatannya
dapat memantau potensi sumber (Tahun 2010-2014) Supporting: LIPI, BPPT, Rekayasa, dan Kalibrasi BMKG terkalibirasi sesuai dengan jadwal yan
bencana akibat perubahan iklim. Kem. (Renstra BMKG 2010-2014) ditentukan
Ristek, BNPB Presentase peralatan operasional MKKuG di 178
UPT yang dapat beroperasi
Jumlah peralatan MKKuG hasil rekayasa
2013: 70,9 Pengelolaan Agroklimat dan Iklim Persentase kemajuan pembangunan sistem
Maritim BMKG (RKP BMKG 2013) informasi peringatan dini iklim yang dibangun di
satu lokasi (jakarta)
Jumlah ragam peta tematik iklim yang tersedia
Jumlah provinsi yang mendapatkan
rehabilitasi/penggantian peralatan
pengamataniklim
Jumlah pedoman/panduan teknis operasional
yang direalisasikan
Jumlah workshop/seminar/SLI/ penyuluhan

153
154
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
Target/Loka (mengacu RKP
No. Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Penanggung Jawab
si 2013, Renstra, Program/ Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN)
teknis operasional yang diselenggarakan
Terselenggaranya pendidikan, 2014-2019 Nasional Lead: BNPB Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah desa tangguh bencana
penyuluhan, dan pelatihan tentang Supporting: Kem. Diknas, Pemberdayaan Masyarakat
adaptasi perubahan iklim Kem. Sosial, Kem.
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah relawan
Kominfo
Pemberdayaan Masyarakat
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah relawan tersertifikasi
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat Jumlah Relawan PB
dalamkesiapanmenghadapi Jumlah Desa tangguh siaga bencana
bencana Jumlah Laporan Monev
(RKP 2013 - BNPB)
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Kegiatan Fasilitasi Kesiapsiagaan
Kesiapasiagaan dalam
menghadapi bencana
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah sosialisasi pengurangan risiko bencana
Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah Fasilitasi Pengurangan Risiko Bencana
Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana
Program Penanggulangan Bencana/ Jumlah rencana kontinjensi
Kesiapsiagaan dalam Menghadapi
Bencana
Jumlah aparat pemerintahan pusat dan 2014-2019 Nasional 2013: 30 Lead: BNPB (Pusat), Dukungan Manajemen dan Jumlah Pegawai yang Melaksanakan Diklat
daerah yang pernah mengikuti kegiatan Kemendagri (Daerah) Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Struktural;
pelatihan/workhsop terkait adaptasi Supporting: Kem. Diknas, BNPB/ Pendidikan dan Pelatihan Jumlah Kegiatan Diklat Teknis;
perubahan iklim Kem. Sosial, Kem. Penanggulangan Bencana Jumlah Kegiatan Diklat Teknis Lainnya;
Kominfo, DNPI Jumlah Dokumen Kurikulum;
Jumlah Kegiatan Table Top Excercise;
Jumlah Kegiatan Gladi Lapang PB

2. Pembentukan forum/jejaring/ Jumlah kemitraan dan jejaring di tingkat 2014-2024 Nasional 10,28 Lead: BNPB, Pengelolaan penyusunan peraturan Jumlah peraturan perundang undangan yang
aliansi/pokja adaptasi perubahan lokal, regional, nasional, bilateral, Supporting: Kemenkes, perundangundangan dan telaahan disusun
iklim. multirateral yang terbentuk dalam Kem. KP, Kem. PU, KLH, hukum, kerjasama dalam negeri dan Jumlah telaahan hukum yang dilakukan
mengantisipasi risiko akibat perubahan Kem. Pertanian, luar negeri di bidang Pelaksanaan kegiatan kerjasama organisasi
iklim Kemenhut, Kem. Sosial, penanggulangan bencana internasional di bidang penanggulangan
DNPI (Renstra BNPB 2010-2014) bencana
Penanggulangan Bencana/ Jumlah Kegiatan Penguatan dan Fasilitasi Forum
Pemberdayaan Masyarakat Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat
3. Peningkatan peran aktif Pemerintah Terciptanya kesadaran dan aksi nyata 2014-2019 Nasional Lead: Kemenko-Kesra, Koordinasi Kebijakan Kelembagaan Jumlah penyiapan kegiatan koordinasi dan
Pusat, Pemerintah Daerah dan dalam penanganan perubahan iklim Supporting:Kemenkeu, dan sinkronisasi penguatan kelembagaan
pemangku kepentingan dalam yang memberi dampak positif Kementan, Kemen-KP, Kemitraan (RKP Kemenko Kesra penanggulangan kemiskinan
adaptasi perubahan iklim dan capaian kesejahteraan rakyat BNPB, Kemenkes, Kemen- 2013)
Jumlah penyiapan kegiatan koordinasi dan
sasaran kebijakan Pemerintah PU, Kemenpera,
sinkronisasipelaksanaan
mengenai perubahan iklim Kemensos, Kominfo,
Pemda kemitraanpenanggulangan kemiskinan
Tingkat (indeks) koordinasi dan hasil sinkronisasi
pelaksanaan penguatankelembagaan dan
kemitraan
Klaster 2: Pengembangan informasi iklim yang handal dan muktahir
1. Pembangunan sistem informasi dan Terkumpul dan tersusunnya dokumen 2014-2024 Nasional 2013: 33,9 Lead: BMKG, Pengelolaan Perubahan Iklim dan Jumlah UPT BMKG yang mendiseminasikan
tanggap perubahan iklim yang handal yang memuat data dan informasi risiko Total 5 tahun: Supporting: BNPB, KLH, Kualitas Udara (RKP BMKG 2013 informasi dini kualitas udara (AQMS)
dan mutakhir. bencana akibat perubahan iklim yang 82,989 Kem. dan Renstra BMKG 2010-2014) Jumlah ragam/jenis informasi perubahan iklim
termuktahir Kominfo, LAPAN, KESDM, Persentase kemajuan pembangunan sistem
Jumlah publikasi melalui media cetak Kem.PU, Kem. KP, informasi perubahan iklim pada suatu lokasi
dan elektronik Kemenkes, Badan (jakarta)
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
Target/Loka (mengacu RKP
No. Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Penanggung Jawab
si 2013, Renstra, Program/ Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN)
Tercapainya informasi tentang Informasi Geospasial Jumlah ragam/jenis informasi kualitas udara
perubahan iklim kepada masyarakat Persentase kemajuan pembangunan sistem
dan institusi lokal informasi kualitas udara/GAW
Prosentase pembangunan sistem informasi
perubahan iklim

2013: 185,1 Pengelolaan Meteorologi Publik Jumlah provinsi yang memperoleh informasi
Total 5 tahun: (RKP BMKG 2013 dan BMKG 2010- prakiraan cuaca skala kabupaten setiap hari
797,961.1 2014) melalui media elektronik dan cetak lokal
Jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan
peringatan dini cuaca ekstrim skala kabupaten
Jumlah provinsi yang mampu melayani informasi
meteorologi melalui Strengthening BMKG
2. Kajian dan pemetaan risiko dan Tersusunnya NSPK kajian tentang 2013-2014 Nasional Lead: Kemen-LH
adaptasi perubahan iklim multi- bahaya, kerentanan, dan risiko Supporting: Bappenas,
sektoral tingkat nasional dan provinsiperubahan iklim pada multi-sektor Kemen-PU, Kemen-KP,
hingga tahun 2050 BIG, BMKG, DNPI
Teridentifikasinya pola perubahan iklim 2013-2014 Nasional Lead: Kemen-LH
hingga tahun 2050 di wilayah daratan Supporting: Bappenas,
dan perairan Indonesia (downscalling Kemen-PU, Kemen-KP,
hingga level kabupaten/ kota) BIG, BMKG, DNPI
Jumlah kajian tentang bahaya, 2013-2014 Wilayah Lead: Kemen-LH
kerentanan, dan risiko perubahan iklim 2015-2019 sesuai Supporting: Bappenas,
pada multi-sektor di wilayah daratan dengan pola Kemen-PU, Kemen-KP,
dan perairan Indonesia hingga tahun perubahan BIG, BMKG, DNPI
2050 (level provinsi/kabupaten/ kota) iklim
Tersinergi dan terintegrasinya pemetaan 2013-2014 Wilayah 2013: 0,39 Lead: BIG Kajian spasial dampak perubahan Standarisasi pemetaan
bahaya, kerentanan, dan risiko 2015-2019 sesuai Supporting: Bappenas, iklim multi-sektor (RKP BIG 2013)
perubahan iklim pada multi-sektor di dengan pola Kemen-LH, Kemen-PU,
wilayah daratan dan perairan Indonesia perubahan Kemen-KP, BMKG
hingga tahun 2050 (hingga level iklim
provinsi/kabupaten/kota)
Terintegrasinya (mainstreaming) strategi 2015-2019 Wilayah Lead: Bappenas
adaptasi perubahan iklim multi-sektor di dengan risiko Supporting: Kemen-LH,
wilayah daratan dan perairan Indonesia tinggi Kemen-PU, Kemen-KP
pada perencanaan pembangunan dan
tata ruang nasional hingga tahun 2050
(hingga level provinsi/ kabupaten/kota)
Klaster 3: Peningkatan riset dan pengembagan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait adaptasi perubahan iklim
1. Pengumpulan data, metodologi, dan Tersusunnya sejumlah dokumen atau 2014 - Nasional Total 5 tahun: 60,3 Lead: LIPI, Penelitian, penguasaan, dan Paket pengumpulan data
informasi melalui penelitian mengenai hasil penelitian yang memuat informasi 2024 Supporting: pemanfaatan ilmu pengetahuann Paket dokumen ilmiah
perubahan iklim, faktor kerentanan dari analisis hasil pengamatan tentang Kemendikbud, Kemenkes, dan teknologi (RKP LIPI 2013)
dan risiko lingkungan, faktor gejala perubahan iklim dan bencana Kem. KP, Kem. PU, KLH,
kerentanan dan risiko sosial, ekonomi yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Kem. Pertanian, Penelitian, penguasaan, dan Publikasi Nasional
dan geografi. Kemenhut, Kemen- pemanfaatan ilmu pengetahuann Publikasi Internasional
Pemberdayaan dan teknologi (RKP LIPI 2013)
Perempuan, BMKG,
BNPB, BPPT, LAPAN, BIG, Penelitian Limnologi (Sumber Daya Makalah ilmiah internasional
DNPI Perairan Darat) Penelitian Makalah ilmiaha nasional
Geoteknologi (Renstra LIPI 2010- Rekomendasi
2014) Prototipe

2013: 4 Penelitian Geoteknologi (RKP 2013 - Jumlah buku/dokumen ilmiah


LIPI) kontribusiIndonesia untuk perubahan iklim
Jumlah kegiatan riset kebencanaan
2. Pengembangan inovasi dan teknologi Tersedianya fasilitas dan teknologi yang 2014-2019 Nasional 2013: 2 Lead: BPPT, Adaptasi Perubahan Iklim (RKP Jumlah Rekomendasi kebijakan pendayagunaan
terkait perubahan iklim dan dapat memantau potensi sumber Total 5 tahun: 19 Supporting: BNPB, BMKG, Kemen-Ristek 2013 dan Renstra teknologi untuk penurunan emisi gas CO2 dan
adaptasinya bencana akibat perubahan iklim LIPI, Kem. Ristek Kemen-Ristek 2010-2014) adaptasi perubahan iklim

155
156
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
Target/Loka (mengacu RKP
No. Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Penanggung Jawab
si 2013, Renstra, Program/ Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN)
Jumlah Konsorsium pendayagunaan teknologi
untuk penurunan emisi gas CO2 dan adaptasi
perubahan iklim
2013: 2,3 Teknologi Pengendalian dan Mitigasi Jumlah layanan teknologi mitigasi dan adaptasi
Dampak Pemanasan Global (RKP iklim
2013 BPPT)
Penelitian, penguasaan dan Jumlah scalling sistem
pemanfataan ilmu pengetahuan dan
teknologi (RKP LIPI 2013)

Pengembangan Sistem Informasi Terpetakannya karakteristik ekologis perairan


Danau Indonesia (SIDI) untuk
penguatan antisipasi dampak
perubahan iklim terkait
pengembangan perikanan

Klaster 4: Perencanaan dan penganggaran serta peraturan perundangan yang dapat merespon perubahan iklim
1. Penyusunan dokumen perencanaan Tersusunnya dokumen perencanaan 2014-2024 Nasional 74,28 Lead: BNPB, Dukungan Manajemen dan Jumlah Peraturan Perundang-undangan;
dan penganggaran yang memasuk- dan penganggaran yang memasukkan Supporting: Bappenas, Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Jumlah Dokumen Review Peraturan;
kan faktor kerentan, risiko, dan faktor kerentan, risiko, dan adaptasi Kemdagri, BNPB/ Pengelolaan Penyusunan Jumlah Kegiatan Sosialisasi Peraturan;
adaptasi perubahan iklim perubahan iklim Kem. Keuangan, KLH, Peraturan Perundang - undangan
Jumlah Kerjasama Organisasi Bidang
DNPI, Kemunkumham dan Telaahan Hukum, Kerjasama
Penanggulangan Bencana
Jumlah institusi di tingkat pusat dan 2014-2024 Nasional Lead: BNPB, Dalam Negeri dan Luar Negeri di
daerah yang membuat dokumen Supporting: Bappenas, Bidang Penanggulangan Bencana
perencanaan dan peraturan Kemdagri, Pencegahan dan pengurangan risiko Terlaksananya koordinasi penyusnan kebijakan
perundangan dan memasukkan faktor Kem. Keuangan, KLH, bencana (Renstra BNPB 2010-2014) Pengurangan Risiko Bencana & Mitigasi dan
kerentan, risiko, dan adaptasi DNPI, Kemunkumham Adaptasi Perubahan Iklim (MAPI) di Pusat dan
perubahan iklim daerah
Terlaksananya koordinasi penguatan kapasitas
kelembagaan PRB di pusat dan daerah
Terlaksananya koordinasi pelaksanaan PRB di
pusat dan daerah
Tersusunnya RPB dan Rencana Aksi PRB
Terlaksananya monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program
Tersusunya Laporan Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Program
2013: 62,05 Pencegahan dan pengurangan risiko Jumlah Penguatan Kelembagaan dalam PRB
bencana (RKP 2013 BNPB) Jumlah Laporan Monev
Tersusunnya peraturan perundangan 2014-2024 Nasional Lead: Kemen-hum-HAM
yang memasukkan faktor kerentan, Supporting:Bappenas,
risiko, dan adaptasi perubahan iklim KLH
Klaster 5: Pemantauan dan evaluasi kegiatan adaptasi perubahan iklim
1. Desain sistem pemantauan dan Terciptanya sistem pemantauan dan 2014-2016 Nasional Lead: BAPPENAS Program Perencanaaan % Kesesuaian struktur rancangan dokumen
evaluasi yang akan member-kan evaluasi yang akan memberikan Supporting: BNPB, Pembangunan Nasional (Kedeputian rencana pembangunan lima tahunan /RPJMN
informasi tentang kemajuan dan informasi tentang kemajuan dan Kemenkes, Kem. KP Kem. Bidang Evaluasi Kinerja (Kebijakan prioritas) dengan standar /pedoman
pencapaian pro-gram adaptasi pencapaian program adaptasi PU, KLH, Kem. Pertanian, Pembangunan) (Renstra Bappenas yang digunakan
perubahan iklim perubahan iklim Kemenhut, Kem. Sosial 2010-2014) % hasil evaluasi pembangunan terhadap
2. Pelaksanaan kegiatan pemantauan Terlaksananya kegiatan pemantauan 2014-2024 Nasional rancangan dokumen pembangunan lima
dan evaluasi kegiatan adaptasi dan evaluasi program adaptasi tahunan (RPJMN) sesuai rencana
perubahan iklim perubahan iklim yang dilakukan oleh % hasil evaluasi pembangunan terhadap
kementerian dan lembaga. rancanangan dokumen pembangunan tahunan
Anggaran RKP 2013/Renstra/RPJMN
Target/Loka (mengacu RKP
No. Rencana Aksi Indikator/Sasaran Periode Penanggung Jawab
si 2013, Renstra, Program/ Kegiatan Prioritas Indikator
RPJMN)
Jumlah program adaptasi perubahan 2014-2024 Nasional (RKP) sesuai rencana.
iklim yang terpantau dan terevaluasi % pemantauan atas pelaksanaan kebijakan
prioritas dalam RKP sesuai dengan rencana
% kesesuaian pelaksanaan kebijakan prioritas
dalam RKP dengan rencana
% kesesuaian pelaksanaan kebijakan prioritas
dalam RPJMN dengan rencana
% kesesuaian pelaksanaan evaluasi kebijakan
program prioritas tertentu (tematik)
dibandingkan dengan rencana
% kesesuaian kinerja pembangunan daerah
terhadap pencapaian prioritas nasional dikaitkan
dengan transfer pusat-daerah
% intensitas pemantauan tindak lanjut hasil
evaluasi ke dalam proses perencanaan

157
Lampiran 2:
Ringkasan Dampak Perubahan Iklim

158
2.1 Ringkasan Analisis Perubahan Iklim Berdasarkan Data Historis dan Proyeksi Keluaran Model Iklim IPCC-AR4

Indikator Proyeksi Iklim


Hasil analisis data historis Bahaya Potensial
Perubahan Iklim Ekstrapolasi hingga 2020 Periode 2020-2050
Temperatur Variasi tahunan tidak terlalu signifikan Perubahan temperatur rata-rata Kenaikan temperatur Peningkatan evapotranspirasi
permukaan Terdapat variasi diurnal yang besar di wilayah mengikuti tren global yang hampir linear permukaan rata-rata di hampir dapat menyebabkan
daratan dan tidak banyak bervariasi secara spasial seluruh wilayah Indonesia kekeringan
Selama abad ke-20 terjadi peningkatan antara 0.5 Peningkatan temperatur tidak terlalu berkisar 0.8 1 C untuk semua Meluasnya sebaran populasi
1 C (konsisten dengan tren global IPCC) signifikan skenario relatif terhadap serangga
Pemanasan yang terjadi dalam beberapa dekade Hingga 2020, temperatur permukaan naik baseline (1960 1990) Meningkatnya penyebaran
terakhir lebih intens, terlihat dari tren kenaikan sebesar 0.5 C relatif terhadap tahun penyakit melalui medium
temperatur dalam 25 tahun terakhir lebih besar 2000 udara
daripada periode sebelumnya (lebih dari 0.6 C Perubahan pola perkembangan
untuk wilayah Malang dan Tarakan) populasi serta migrasi hama
dan penyakit tumbuhan
Kenaikan temperatur
permukaan sebesar 1C dapat
menurunkan produksi
pertanian sebesar 0,6 ton/ha
Pemanasan setempat di
perkotaan
Curah hujan (CH) Sangat bervariasi secara spasial dan temporal Kecenderungan bertambahnya CH di Penurunan CH rata-rata terjadi Kekeringan dan kelangkaan air
Dibandingkan periode 19611990, pada periode bulan basah dan berkurangnya CH di di wilayah Nusa Tenggara dan akibat jumlah presipitasi yang
19812010 terdapat daerah yang CH rata-ratanya bulan transisi Maluku defisit
naik dan ada pula yang turun, dengan peningkatan Peningkatan CH dan variabilitasnya di Peningkatan CH rata-rata Banjir akibat peningkatan
nilai CH rata-rata di P. Sumatera sebesar 1050 wilayah Sumatera Barat dan Utara terjadi terjadi di wilayah Papua jumlah, durasi, dan intensitas
mm pada bulan Oktober dan Mei (khusus (kecuali Papua bagian selatan) hujan
untuk Sumatera Barat) Di wilayah Jawa-Bali terjadi Meningkatnya populasi
Peningkatan CH dan variabilitasnya pada penurunan CH pada JJA dan nyamuk akibat banyaknya
DJF akan terjadi di wilayah Jawa bagian peningkatan CH pada DJF genangan air
barat dan sepanjang Pantai Utara, Meningkatnya penyebaran
Kalimantan bagian timur, Sulawesi penyakit melalui medium
(khususnya bagian utara) udara dan genangan air
Penurunan CH pada DJF akan terjadi di
wilayah Nusa Tenggara
Peningkatan curah hujan pada JJA akan
terjadi di wilayah Maluku dan Sumatera
Bagian Tengah sampai Utara
Penurunan CH pada JJA akan terjadi di
wilayah Jawa-Bali, dan Sumatera Barat
dan Utara
Temperatur TPL di Perairan Indonesia pada bulan Januari Kenaikan TPL rata-rata sebesar 0.65 Kenaikan TPL mencapai 1 Perubahan pola/perilaku
permukaan laut (TPL) bernilai 28C dan pada bulan Agustus TPL 27C 0.05C pada tahun 2030, relatif terhadap 1.2C pada tahun 2050, relatif migrasi ikan yang disebabkan
Rata-rata tren kenaikan TPL di Perairan Indonesia TPL tahun 2000 terhadap TPL tahun 2000 oleh perubahan sirkulasi arus
untuk periode 1982 2011 adalah 0.75 C laut akibat distribusi kenaikan

159
160
Indikator Proyeksi Iklim
Hasil analisis data historis Bahaya Potensial
Perubahan Iklim Ekstrapolasi hingga 2020 Periode 2020-2050
Kenaikan TPL di Laut Jawa, Banda, Arafura dan TPL
sebagian besar perairan di Indonesia Timur relatif Rusaknya terumbu karang
tinggi dibandingkan dengan kenaikan TPL di Laut (coral bleaching) karena
Cina Selatan yang hanya berkisar 00.25 C peningkatan TPL dan
Tren kenaikan TPL seiring dengan tren kenaikan keasaman air laut
temperatur permukaan
Tinggi muka laut Dipengaruhi oleh pasut laut (harian) dan monsun Berdasarkan model IPCC: Berdasarkan model IPCC: Meluasnya genangan air laut di
(TML) (musiman) Tingkat kenaikan TML berkisar 0.70.8 Pada 2050, kenaikan TML daerah pesisir dapat
TML relatif tinggi pada bulan Januari dan rendah cm/tahun. mencapai 35 40 cm, relatif menyebabkan mundurnya
pada bulan Agustus TML naik 22.51.5cm pada tahun 2030, terhadap TML tahun 2000 garis pantai
Terjadi peningkatan laju kenaikan TML di seluruh relatif terhadap TML tahun 2000 Meluasnya daerah intrusi air
Indonesia, dari rata-rata 0.6 cm/tahun (19932004) laut melalui air tanah dan
menjadi 1.45 cm/tahun (20052011) sungai
Peningkatan laju kenaikan TML tertinggi terjadi di
utara Pulau Papua, Laut Jawa, Banda, Samudra
Hindia, dan di perairan Indonesia bagian timur,
dengan laju tertinggi mencapai 2.5 cm/tahun
Hasil simulasi menunjukkan peningkatan TML
akibat ekspansi termal air laut dan pencairan
gletser dan es
Kejadian iklim El Nino kuat dan Dipole Mode (+) yang terjadi Kejadian El Nino dengan periode 2 5 Hingga tahun 2100, Terjadinya tahun kering secara
ekstrem bersamaan dapat menyebabkan kekeringan tahun mengalami peningkatan frekuensi. peningkatan frekuensi ENSO berturut-turut
ENSO Pada kondisi netral (ENSO dan IOD lemah) Dampaknya, peralihan antara El Nino dan dari 37 tahun sekali, menjadi 2 Perubahan/pergeseran pola
IOD/DMI ketidakpastian curah hujan tinggi dan kondisi La Nina yang diasosiasikan dengan tahun sekali hujan musiman
PIO/IPO ekstrem basah cenderung muncul pada periode kondisi netral menjadi semakin sering Memicu peningkatan peluang
tersebut dan menyebabkan curah hujan di terjadi hujan lebat, angin
Untuk DJF, peluang terjadinya CH bulanan dengan beberapa wilayah Indonesia (Malang, kencang, badai dan gelombang
nilai 500 mm meningkat sekitar 10% (dari 10% ke Tarakan, dan Sumatera Selatan) sulit badai
20 %) pada periode 19611990 dibandingkan diprediksi
dengan periode 19011930 dan 19311960 Hingga 2030, proyeksi kemunculan El
Nino adalah 30 % (6.7% kuat, 10%,
sedang dan 13% lemah), La Nina lebih
dari 55% (13% kuat, 30% sedang, dan 12%
lemah), dan kondisi normal hampir 10
15%
Kejadian cuaca Peluang munculnya curah hujan sebesar 150 mm Terdapat kenaikan peluang terjadinya Periode 2021 2030: peluang Meningkatnya frekuensi dan
ekstrem /hari satu kali dalam 10 tahun adalah 40% kelas curah hujan bulanan 250450 mm kejadian curah hujan ekstrem intensitas erosi dan abrasi sehingga
menyebabkan perubahan garis
Hujan lebat Peluang munculnya curah hujan sebesar 100 yang diasosiasikan dengan kejadian di Malang cenderung menurun
pantai
Badai mm/hari (kejadian hujan sangat lebat) satu kali curah hujan harian ektrem sebesar 5% dibandingkan satu dekade
Meningkatnya peluang kejadian
Angin kencang dalam 5 tahun adalah 80% dan satu kali dalam 2 hingga tahun 2020 untuk wilayah Malang sebelumnya, tetapi peluangnya banjir rob akibat badai dan
Gelombang badai tahun adalah 60% selama periode 1981 2009 naik dibandingkan dengan gelombang badai
periode 1990 2010 Kerusakan infrastruktur akibat
peningkatan kejadian cuaca
ekstrem
2.2 Ringkasan Analisis Potensi Dampak Perubahan Iklim di Berbagai Bidang

Dampak yang teramati Proyeksi bahaya perubahan iklim hingga 2030 Bidang pembangunan nasional yang terkena dampak
Bahaya Wilayah Sistem Jasa
perubahan Ekono Wilayah
Deskripsi Wilayah terkena dampak Deskripsi Kehidup Lingkunga
iklim berisiko tinggi mi Khusus
an n

Pengurangan Pada tahun 2009, Keseimbangan air (antara Secara keseluruhan, risiko Peta risiko pada ICCSR Pangan Permukima Kehutanan Perkotaan
ketersediaan beberapa wilayah di kebutuhan dan ketersediaan) terkait sumber daya air pada (Bappenas, 2010); n
air Indonesia mengalami di wilayah Jawa-Bali defisit; di periode 2015 2020 Energi Pulau-Pulau
(PKA) masalah Nusa Tenggara, Sulawesi, mengalami sedikit Wilayah Jawa-Bali, khususnya di Infrastruktu Kecil
ketersediaan air Maluku dan Sumatera penurunan dan pada Jawa Barat bagian utara dan r
keseimbangan air kritis atau periode 2025-2030 kembali selatan, Jawa Tengah dan Jawa
mendekati kritis; di wilayah naik dengan tingkat risiko Timur bagian tengah dan
Kalimantan dan Papua sangat tinggi hingga rendah selatan; di wilayah perkotaan
keseimbangan air relatif masih atau tidak ada risiko Sumatera; Bali; Nusa Tenggara;
aman dan Sulawesi Selatan
Tingkat kepercayaan
informasi risiko ini rendah
hingga sedang sesuai
dengan tingkat studi yang
berskala nasional/makro.

Kekeringan: Bencana kekeringan Pada periode 2001 2005, Intensitas bahaya cenderung Peta risiko pada ICCSR Pangan Kesehatan Kehutanan Perkotaan
tercatat: kebakaran hutan dan lahan naik dari periode 2010-2015 (Bappenas, 2010):
banyak melanda wilayah Prov. hingga 2025-2030 Energi Ekosistem
30 kejadian pada Riau, Lampung, Jawa Barat, Kawasan terbatas di bagian
kurun 1844-1970 dan P. Kalimantan bagian tengah Jawa, P. Sumatera bagian
barat. Pada periode 2006 utara, dan Nusa Tenggara
16 kejadian pada 2010, kejadian itu banyak
kurun 19612006 dilaporkan untuk wilayah Prov.
NAD, Riau, Jambi, dan
Tercatat 37 kejadian Kalimantan TImur.
kebakaran hutan dan
lahan dalam periode
20012005 dan 58
kejadian periode
20062010

(Sumber: BNPB, 2012)

Banjir Tercatat 783 kejadian Kejadian banjir pada 2001 Sama denga PKA Peta risiko pada ICCSR Pangan Kesehatan Perkotaan
bencana banjir dalam 2005 banyak terjadi di wilayah (Bappenas, 2010):
periode 20012005 P. Jawa, Prov. Sumatera Utara Energi Permukima
dan 2629 kejadian dan Kalimantan Selatan. Risiko banjir tinggi sampai n
pada periode 2006 sangat tinggi: pada daerah

161
162
Dampak yang teramati Proyeksi bahaya perubahan iklim hingga 2030 Bidang pembangunan nasional yang terkena dampak
Bahaya Wilayah Sistem Jasa
perubahan Ekono Wilayah
Deskripsi Wilayah terkena dampak Deskripsi Kehidup Lingkunga
iklim berisiko tinggi mi Khusus
an n

2010 (Sumber: BNPB, Pada tahun 20062010, retensi, kota-kota di pinggir Infrastruktu
2012) kejadian banjir meningkat pantai, bantaran sungai dan r
hampir di seluruh wilayah daerah-daerah rendah di hilir
Indonesia, terutama di wilayah sungai besar, seperti kota-kota di
P. Jawa, P. Sumatera, NTT, P. pinggir sungai besar di P. Jawa, P.
Kalimantan bagian timur dan Sumatera bagian timur;
selatan, dan hampir di seluruh Kalimantan bagian barat, selatan
wilayah P. Sulawesi (Sumber: dan timur; timur Sulawesi, dan
BNPB, 2012) selatan Papua

Tanah longsor Tercatat 251 kejadian Pada periode 20012005, Intensitas bahaya paling Peta risiko pada ICCSR Pangan Kesehatan, Kehutanan Perkotaan
bencana tanah kejadian tanah longsor banyak tinggi dialami pada periode (Bappenas, 2010): Permukima
longsor dalam terjadi di P. Jawa, terutama di 2015-2020 dan intensitas n,
periode 20012005 bagian tengah (Jawa Barat dan relatif sama pada 2010-2015, Wilayah Jawa-Bali bagian Infrastruktu
dan 929 kejadian Jawa Tengah), Sumatera Barat, 2020-2025, dan 2025-2030 tengah-selatan, P. Sumatera r
pada periode 2006 dan Lampung. Peningkatan bagian tengah-barat, sebagian
2010 (Sumber: BNPB, yang cukup signifikan pada besar Nusa-Tenggara; P.
2012) periode 20062010 terjadi di Sulawesi, dan Papua bagian
wilayah P. Jawa bagian timur, tengah
P. Sumatera bagian barat dan
utara, NTT, dan sebagian besar
P. Sulawesi (Sumber: BNPB,
2012)

Penggenangan Tergenang dan Kejadian abrasi pada periode Jika panjang garis pantai Peta risiko pada ICCSR Pangan Kesehatan, Ekosistem Perkotaan
di daerah perubahan area 20012005 banyak terjadi di Indonesia 95.181 km dan (Bappenas, 2010): Permukima
pesisir: lahan basah dan pesisir Prov. NAD, Sumatera kemiringan rata-rata pantai n, Pesisir
Akibat dataran rendah. Barat, dan Lampung, pesisir P. diasumsikan 2%, dengan Wilayah pesisir Prov. Riau, Infrastruktu
kenaikan TML, Jawa, NTT, dan Sulawesi bagian kenaikan TML 1 meter setara Sumatera Utara, Nangro Aceh r Pulau-Pulau
terutama Tercatat 21 kejadian tengah. Pada tahun 2006 dengan luasan 50 m ke arah Darussalam, Suma-tera Barat, Kecil
waktu air bencana gelombang 2010 pengingkatan terjadi di darat, maka Indonesia akan dan Lampung; DKI Jakarta,
pasang pasang dan abrasi wilayah Jawa-Bali, seluruh kehilangan 475.905 ha pada Tangerang (Banten), dan daerah
maksimum dalam periode 2001 pesisir barat P. Sumatera, 100 tahun (laju: 4.759 Tanjung Muria (Jawa Tengah);
Banjir rob di 2005 dan 152 wilayah Nusa Tenggara, P. ha/tahun) pesisir selatan P. Lombok, pesisir
daerah pesisir: kejadian pada Sulawesi, Maluku, dan Papua Teluk Saleh di P. Sumbawa,
akibat gelom- periode 20062010 pantai Ende hingga sekitar
bang badai, (Sumber: BNPB, pantai Larantuka di P. Flores;
akibat gelom- 2012) pesisir Pontianak, Banjarmasin,
bang panjang Samarinda; pesisir barat Prov.
(La Nina), Sulawesi Selatan; pesisir P.
waktu air Halma-hera, kota Ambon, dan
Dampak yang teramati Proyeksi bahaya perubahan iklim hingga 2030 Bidang pembangunan nasional yang terkena dampak
Bahaya Wilayah Sistem Jasa
perubahan Ekono Wilayah
Deskripsi Wilayah terkena dampak Deskripsi Kehidup Lingkunga
iklim berisiko tinggi mi Khusus
an n

pasang tinggi kota Tual di P. Kai Kecil; dan


pesisir Jayapura dan Biak

Perubahan
arus sejajar
dan tegak lurus
pantai yang
dapat
mengubah
pola erosi dan
akresi pantai
Meluasnya Intrusi air laut terjadi Intrusi air laut telah terjadi di Terbatas di beberapa pantai, Pangan Kesehatan, Ekosistem Pesisir
daerah intrusi baik melalui air tanah Jakarta, Semarang, dan daerah terutama di wilayah Jawa-Bali Permukima
air laut dan sungai pesisir Jawa Tengah (Jakarta, Semarang, Denpasar) & n, Pulau-Pulau
Sumatera (Palembang & Padang) Infrastruktu Kecil
r

Meningkatnya Terjadi coral Hingga 2010, coral bleaching Pangan Ekosistem Pesisir
pemutihan bleaching yang parah terjadi di Aceh dan Padang
terumbu pada 2010 di wilayah (Sumatera); TN Kep. Seribu dan Pulau-Pulau
karang (coral Asia Tenggara dan S. TN Karimunjawa (Jawa); Kecil
bleaching) Hindia, sejak kejadian Situbondo dan Banyuwangi
terakhir pada tahun (Bali), Kep. Gili Indah dan
1997/1998 (16% Bangko-Bangko (Lombok);
terumbu karang di Wakatobi, Spermonde dan
dunia mengalami Teluk Tomini (Sulawesi);
kerusakan di tahun Ambon (Maluku); dan P.
1997/1998) Komodo

Perubahan Perubahan pola/ Daerah upwelling diprediksi Pangan Permukima Ekosistem Pesisir
pola/ perilaku perilaku migrasi ikan berada di sekitar: perairan n Pulau-Pulau
migrasi ikan disebabkan oleh barat P. Sumatera, perairan Kecil
perubahan pola Prov. Sulawesi Tenggara,
upwelling (aliran arus perairan Maluku, dan perairan
naik) Papua bagian utara

Perubahan/ Kemungkinan Penurunan jumlah curah hujan Adanya kecenderungan Kecenderungan pemendekan Pangan Kesehatan
pergeseran di Tasikmalaya dalam periode penurunan indeks musim hujan dan peningkatan

163
164
Dampak yang teramati Proyeksi bahaya perubahan iklim hingga 2030 Bidang pembangunan nasional yang terkena dampak
Bahaya Wilayah Sistem Jasa
perubahan Ekono Wilayah
Deskripsi Wilayah terkena dampak Deskripsi Kehidup Lingkunga
iklim berisiko tinggi mi Khusus
an n

karakter/ pola kejadian: 18792006 telah menurunkan pertanaman (IP) akibat curah hujan di bagian selatan
curah hujan potensi satu musim tanam mundurnya awal dan Indonesia (Jawa dan Bali)
musiman Maju atau mundur- padi (Runtunuwu dan memendeknya durasi musim
nya awal musim Syahbuddin, 2007 dalam hujan dan juga peningkatan
hujan Bappenas, 2010). Hal ini juga IP akibat perpanjangan
ditemukan di wilayah utara musim hujan di sejumlah Di wilayah utara Indonesia
Maju atau mundur- dan selatan P. Sumatera, Prov. wilayah pertanian di (Sumatera dan Kalimantan)
nya akhir musim Kalimantan Barat, Jawa Timur, Indonesia terjadi kecenderunan
hujan NTT, NTB, dan Sulawesi perpanjangan musim hujan
Mundurnya awal musim dengan intensitas yang lebih
Makin panjang atau Tenggara hujan selama 30 hari dapat rendah sehingga mengakibatkan
pendeknya periode menurunkan produksi padi pemanjangan musim
musim kemarau di Jawa Barat dan Jawa
Tengah sebanyak 6,5% dan Tanam
Makin panjang atau di Bali sebanyak 11% dari
pendeknya periode kondisi normal
musim hujan

Penurunan jumlah
curah hujan

Perubahan pola Sawah yang terkena Pangan Ekosistem


perkembangan banjir pada musim
populasi serta sebelumnya
migrasi hama
dan penyakit berpeluang lebih
tumbuhan besar mengalami
ledakan hama
wereng coklat.
Terdapat laporan
bahwa serangan
wereng coklat
meningkat drastis

pada tahun kejadian


La-Nina 1998
(Sumber: Bappenas,
2010)

Penurunan Kenaikan temperatur dan Kajian KLH (2012) Pangan Ekosistem


produksi perubahan curah hujan di mengidentifikasi potensi bahaya
Dampak yang teramati Proyeksi bahaya perubahan iklim hingga 2030 Bidang pembangunan nasional yang terkena dampak
Bahaya Wilayah Sistem Jasa
perubahan Ekono Wilayah
Deskripsi Wilayah terkena dampak Deskripsi Kehidup Lingkunga
iklim berisiko tinggi mi Khusus
an n

pertanian masa mendatang dapat ini di Sumatera Selatan dan


akibat kenaikan menyebabkan gangguan Malang Raya
temperatur dan dalam pertumbuhan padi,
perubahan palawija, jagung
curah hujan

Meningkatnya Gangguan pada Kejadian angin kencang pada Pangan Kesehatan Ekosistem Perkotaan
peluang transportasi udara periode 2001 2005 banyak
kejadian cuaca dan laut terjadi di wilayah P. Jawa, Prov. Energi Permukima Pesisir
ekstrem, Sulawesi Selatan, Sumatera n
seperti hujan Tercatat 174 Barat dan Sumatera Utara. Pulau-Pulau
lebat, angin kejadian puting Pada rentang 2006 2010, Infrastruktu Kecil
kencang, badai beliung (angin peningkatan terjadi di hampir r
dan gelombang kencang) dalam seluruh wilayah Indonesia.
badai periode 20012005
dan 1124 kejadian
pada periode 2006
2010

Meningkatnya Terjadi peningkatan Pada 2007, terdapat 11 Potensi bahaya yang Penyakit DBD: Kesehatan Perkotaan
populasi nilai incident rate (IR) provinsi yang dilanda KLB berpengaruh pada penyakit Permukima
nyamuk, DBD dari tahun DBD: Jawa Barat, Sumatera malaria adalah curah hujan daerah Indonesia Timur, n Pesisir
terutama 19992007 hingga Selatan, Lampung, DKI Jakarta, maksimum pancaroba yang khususnya Pulau Papua dan
vektor penyakit mencapai angka Jawa Tengah, Kalimantan berkisar 450500 mm sebagian Nusa Tenggara
demam 71,78 per 100.000 Timur, Sulawesi Tengah, Penyakit malaria: Papua, Maluku,
berdarah penduduk Sumatra Selatan, Jawa Timur, sebagian kecil wilayah Sulawesi,
dengue (DBD), Banten, dan DI. Yogyakarta dan Kepulauan Nusa Tenggara
malaria Annual parasite
incidence (API) Penyebaran malaria
malaria di wilayah terbanyak periode 2004
JawaBali selama 2007 terjadi di Pulau Papua
periode 19952000
meningkat dengan
pesat dari 0,07
(1995) menjadi 0,81
(2000)

Meningkatnya Selama periode Pada tahun 2008, Penyakit Penyakit diare: Kesehatan Perkotaan
penyebaran 1981 2008, diare banyak ditemukan di Permukima
penyakit kejadian diare daerah Papua P. Papua, sebagian P. Sumatera, n
melalui meningkat di Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa

165
166
Dampak yang teramati Proyeksi bahaya perubahan iklim hingga 2030 Bidang pembangunan nasional yang terkena dampak
Bahaya Wilayah Sistem Jasa
perubahan Ekono Wilayah
Deskripsi Wilayah terkena dampak Deskripsi Kehidup Lingkunga
iklim berisiko tinggi mi Khusus
an n

medium udara tahun-tahun Kejadian ISPA dialami di Tenggara


(ISPA, dll) dan dengan curah hampir semua wilayah di
air (diare, dll) hujan tinggi Indonesia
Lampiran 3:
Area prioritas dan Pertimbangan
Mengintegrasikan Aspek Gender dalam
Program Aksi Adaptasi Perubahan Iklim

167
Area Rekomendasi dalam penyusunan
Prioritas Sub-Kategori Aspek Gender program aksi adaptasi perubahan
RAN API iklim
Ketahanan Ketahanan Perempuan berperan penting dalam K/L terkait perlu melaksanakan analisis
Ekonomi Pangan produksi pangan, pendayagunaan gender sebelum pelaksanaan program/aksi
hasil hutan, perikanan, dan ipengaruhi
API. Analisis gender mencakup peran
oleh variasi dan perubahan iklim. gender, kebutuhan, pengetahuan,
pengalaman antara laki-laki dan
Adanya kekhasan dalam pengetahuan perempuan, dalam produksi dan konsumsi
dan kearifan lokal, pengalaman, pangan (diperlukan data terpilah jenis
keterampilan dalam produksi, kelamin dalam bidang pertanian,
konsumsi, dan penanganan pangan perikanan, dan kehutanan terkait
ketahanan pangan)

Adanya kesenjangan gender dalam Penyediaan akses dan pemanfaatan


akses teknologi, informasi, dan kredit,
informasi, teknologi, saprotan, saprokan,
dan sumber-sumber keuangan dalam
dalam hal ini perempuan dalam posisi
marjinal program yang dihela sektor pertanian,
perikanan, kehutanan, dan kesehatan
Ada kecenderungan lebih banyak (pangan dan gizi) bagi perempuan dan laki-
perempuan bermigrasi untuk mencari laki secara merata untuk mendukung
tambahan nafkah untuk memenuhi ketahanan pangan
kebutuhan pangan keluarga
Diberikannya peluang, kesempatan, dan
mendorong pelibatan perempuan (tani,
nelayan) dalam pendampingan kelompok
dan organisasi dalam menggalang inisiatif
merespon perubahan iklim

Pelibatan perempuan dan laki-laki secara


berimbang dalam organisasi layanan
konsumen (pangan)

Diversifikasi pangan disertai


pengembangan kapasitas keluarga dalam
diversifikasi pangan (mengurangi
kebergantungan untuk merespon
perubahan iklim)

Adanya kesenjangan dalam


pengambilan keputusan dalam rumah
tangga terkait produksi dan konsumsi
pangan

168
Area Rekomendasi dalam penyusunan
Prioritas Sub-Kategori Aspek Gender program aksi adaptasi perubahan P
RAN API iklim R
Energi - Perempuan di perdesaan umumnya K/L terkait (Kementerian ESDM,
berperan dalam Kementerian Kehutanan, BPTP dan
penyediaan/pendayagunaan energi lembaga terkait) dan perlu melaksanakan
bagi rumah tangga (kegiatan analisis gender untuk menentukan
domestic), variasi dan perubahan iklim pengguna, kebutuhan, dan prioritas
berdampak terhadap ketersediaan penyediaan energi dalam rumah tangga
energi, sehingga diperlukan alternatif
sumber energi terbarukan yang dapatMemastikan perempuan dan laki-laki
dimanfaatkan oleh perempuan di secara bersama-sama dapat mengakses
perdesaan, dan rumah dan memanfaatkan energi yang bersih
tangga
perdesaan pada umumnya menggunakan teknologi tepat guna,
terutama di wilayah rentan terhadap
- Inovasi dan teknologi baru dalam bencana iklim, termasuk di wilayah
penyediaan energi; teknologi masih terpencil, tertinggal, dan terluar di
merupakan domain laki-laki Indonesia.

Mempromosikan energi yang berkelanjutan


untuk rumah sakit, sekolah, dan wilayah
publik ; dan penanganan energi bagi kaum
perempuan di berbagai usia

Ketahanan Kesehatan - Variasi dan perubahan iklim Dilaksanakannya analisis gender bidang Ke
Sistem Masyarakat berdampak buruk bagi kesehatan kesehatan masyarakat akibat perubahan Sis
Kehidupan masyarakat, seperti stress akibat iklim untuk menentukan aksi adaptasi yang Ke
perubahan suhu yang drastis, penyakit sensitif
yang ditularkan saat lahir,penyakit
pernafasan, penyakit menular, dan Memastikan perempuan dan laki-laki
kelaparan terutama dari golongan miskin dapat
mengakses layanan kesehatan, termasuk
Perempuan dan anak-anak sangat layanan kesehatan reproduksi baik di
peka terhadap perubahan iklim, perkotaan maupun perdesaan
karena kurang gizi, dan terserang
malaria Disediakannya data kesehatan yang
terpilah jenis kelamin dan usia;
- Perempuan berperan penting dalam
pemeliharaan kesehatan keluarga, Pelibatan perempuan dan laki-laki dalam
sedangkan pengambilan keputusan perencanaan kesehatan dan manejemen
tak sepenuhnya ada pada perempuan lingkungan;

Asuransi kesehatan yang tersedia dan


mudah diakses bagi perempuan, terutama
di wilayah rentan bencana iklim

Rencana tata - Perubahan iklim berakibat pada K/L telah melaksanakan analisis gender
ruang (spasial) perlunya penataan permukiman,dalam penataan lingkungan (pesisir,
keamanan lokasi permukiman, dan perdesaan rawan bencana iklim, dan
hubungannya dengan kemudahan perkotaan di daerah rawan bencana),
dalam mencari nafkah baik bagi diperlukan masukan dan peran perempuan
perempuan maupun laki-laki. dari komunitas lokal dan organisasi
perempuan dalam perencanaan tata ruang
- Peran perempuan dalam untuk penetapan kebutuhan dan prioritas
pengambilan keputusan masih lemah.

169
Area Rekomendasi dalam penyusunan
Prioritas Sub-Kategori
Infrastruktur Aspek
Perlu dibangun Gender
jalan, - program
jembatan, jalur
Memastikan aksi adaptasi
akses perubahan
perempuan dan laki-
RAN API kereta api, lokasi pembuangan
laki terpenuhi tidak iklim
hanya untuk kegiatan
sampah yang dapat memenuhi sehari-hari, tetapi juga pada saat terjadi
Infrastruktur
Energi -Perlu dibangun
Perempuan di jalan,
perdesaan - Memastikan
jembatan, jalur
umumnya
K/L terkait akses perempuan dan
(Kementerian laki-
ESDM,
kebutuhan perempuan dan laki-laki bencana;
kereta
berperan api, lokasi pembuangan
laki terpenuhi tidak
dalam
Kementerian hanya untuk
Kehutanan, BPTP kegiatan
dan
(terkait aktivitas sosial ekonomi
sampah yang dapat memenuhi
penyediaan/pendayagunaan sehari-hari,
energi
lembaga tetapi
terkait) dan juga pada
perlu
- Mempromosikan perbaikan kualitas saat terjadi
melaksanakan
rutin/mobilitas) dan tahan terhadap
kebutuhan
bagi rumahperempuan
tangga dan(kegiatan
laki-laki
bencana;
analisis
lingkungangender
di perkotaan,untuktermasuk
menentukan
sistem
variasi dan perubahan iklim
(terkait aktivitas
domestic), variasi dansosial ekonomi
pengguna,
pengelolaan limbah, pengelolaan prioritas
perubahan iklim kebutuhan, dan sumber
rutin/mobilitas) dan tahan
berdampak terhadap ketersediaan - Mempromosikan
terhadap
penyediaan energi dalam perbaikan
rumah kualitas
tangga
daya air, dan pengendalian polusi udara
variasi dan
energi, perubahan
sehingga lingkungan di perkotaan, termasuk sistem
iklim alternatif
diperlukan (pengaturan tata permukiman)
sumber energi terbarukan yang dapatpengelolaan limbah,
Memastikan perempuan pengelolaan
dan sumber
laki-laki
dimanfaatkan oleh perempuan di daya
Pelibatan perempuan dan laki-lakiudara
secara air, dan pengendalian
bersama-sama dapat polusi
mengakses
dan
perdesaan, dan rumah (pengaturan
dan
tangga
organisasinya tatasecara
memanfaatkan permukiman)
energi yang bersih
berimbang dalam
perdesaan pada umumnya menggunakan
perencanaan danteknologi tepat guna,
desain infrastruktur di
Pelibatan perempuan
terutama di wilayah dan laki-laki
rentan dan
terhadap
perdesaan dan perkotaan
organisasinya
- Inovasi dan teknologi baru dalam bencana iklim,secara berimbang
termasuk dalam
di wilayah
perencanaantertinggal,
penyediaan energi; teknologi masih terpencil, dan desain infrastruktur
dan terluar di di
merupakan domain laki-laki perdesaan
Indonesia. dan perkotaan

Perumahan Rumah harus lebih aman terhadap Mempromosikan Desain dan konstruksi energi yangrumahberkelanjutanperlu
variasi dan perubahan iklim untuk rumah
disesuaikan sakit, kebutuhan
dengan sekolah, dan wilayah
laki-laki dan
publik ; dan penanganan
perempuan, remaja energi putribagi kaumdan
Perumahan Rumah
Mengingat harus lebih aman
perempuan lebihterhadap Desain dan konstruksi rumah perlu
banyak perempuan
memudahkan di dalam
berbagai usia
melakukan;
variasi
melakukan dan perubahan
aktivitas di iklim
rumah, mereka disesuaikan dengan kebutuhan laki-laki dan
Ketahanan Kesehatan -lebih berpeluang
Variasi menjadi korban
dan perubahan perempuan,
Memastikan
iklim Dilaksanakannya remaja
kaum gender
analisis putri
perempuan dan
bidang
Mengingat perempuan lebih banyak memudahkan dalam melakukan;
Sistem Masyarakat ketika konstruksi
berdampak rumah
buruk collaps
bagi memperolehmasyarakat
kesehatan kesehatan perumahan akibatdanperubahan
fasilitas
melakukan aktivitas di rumah, mereka
Kehidupan masyarakat, seperti stress akibat iklim sanitasi yangmenentukan
untuk bersih, aman, dan
aksi nyaman;
adaptasi yang
lebih
Kurangnya berpeluang
fasilitas menjadi
sanitiasi korban Memastikan
yang sensitif kaum perempuan
perubahan suhu yang drastis, penyakit
ketika
aman konstruksi rumah collaps
sebagai akibat perencanaan memperoleh
Pelibatan perempuan perumahan dan danremajafasilitas
putri
yang ditularkan saat lahir,penyakit
yang buruk dalam desain bangunan sanitasi
dalam
Memastikanyang bersih,
memberikan aman,
perempuan dan
informasi
dannyaman;
tentang
laki-laki
pernafasan, penyakit sanitiasi
Kurangnya fasilitas menular, yang dan
dan perumahan, berdampak terhadap terutama
kelaparan desain dandari konstruksi
golongan bangunan
miskin dapat yang
aman sebagai akibat perencanaan Pelibatan perempuan dan remaja putri
keamanan remaja putri dan mengakses
sesuai kebutuhan
layanan kesehatan,rumah termasuk tangga,
yang buruk dalam desain bangunan dalam memberikan informasi tentang
perempuan dibanding
Perempuan laki-laki (sumur,
dan anak-anak komunitas,kesehatan
sangat layanan dan lingkungan reproduksi baik di
dan perumahan, berdampak terhadap desain dan konstruksi bangunan yang
listrik, terhadap
peka dapur, dan pembuangan
perubahan iklim, perkotaan maupun perdesaan
keamanan remaja putri dan sesuai kebutuhan rumah tangga,
sampah) kurang gizi, dan terserang
karena
perempuan dibanding laki-laki (sumur, Disediakannyakomunitas, dan lingkungan
data kesehatan yang
malaria
listrik, dapur, dan pembuangan
Perempuan merupakan pengguna air terpilah Dilaksanakannya
jenis kelamin analisis gender dalam
dan usia;
-sampah)
Perempuan
untuk berperan
keperluan rumahpenting
tangga, dalam
dan pengelolaan air/sungai, sehingga program
pemeliharaan
mereka memilikikesehatan pengetahuan yang Pelibatan
keluarga, perempuan
atau aksi adaptasi dapatdan tepat sasarandalam
laki-laki
Perempuan merupakan pengguna air perencanaan Dilaksanakannya analisis gender
kesehatan dan manejemen dalam
spesifik
sedangkan tentang
pengambilan kualitas
keputusandan
untuk keperluan rumah tangga, dan lingkungan; pengelolaan air/sungai, sehingga program
tak sepenuhnya
manajemen air ada pada perempuan Pelibatan perempuan dan organisasi
mereka memiliki pengetahuan yang atau aksi adaptasi
perempuan dalamdapat tepat sasaran
pengelolaan air serta
spesifik tentang kualitas dan
Keterlibatan perempuan dalam forum- dilaksanakannya pendidikan tersedia
Asuransi kesehatan yang dan latihandan
manajemen air Pelibatan
mudah perempuan
diakses bagi dan organisasi
perempuan, terutama
forum membahas air masih terbatas untuk peningkatan kapasitas perempuan
perempuan dalam pengelolaan
iklim air serta
dan memerlukan kapasitasi dalam di wilayah
dalam rentan
pengelolaan bencana
air
Keterlibatan perempuan dalam forum- dilaksanakannya pendidikan dan latihan
berorganisasi dan mengeluarkan
Rencana tata -forum membahas
Perubahan
pendapat iklimair berakibat
masih terbatas untuktelah
pada K/L peningkatan
melaksanakan kapasitas perempuan
analisis gender
ruang (spasial) dan memerlukan
perlunya penataan kapasitasi dalam dalam
permukiman, dalam pengelolaan
penataan airlingkungan (pesisir,
Wilayah Wilayah berorganisasi
keamanan
Daerah perkotaanlokasidan mengeluarkan
permukiman,
sangat dan perdesaan
rentan Melaksanakan rawan bencana
analisis gender iklim,dalam
dan
Khusus Perkotaan pendapat
hubungannya dengan kemudahan perkotaan
terhadap perubahan iklim, dan perencanaan perkotaan; di daerah rawan bencana),
dalam
berpengaruh mencariterhadap
nafkah baik kehidupanbagi diperlukan masukan dan peran perempuan
Wilayah Wilayah Daerah
perempuan perkotaan sangat rentan Melaksanakan
Pelibatan perempuan analisis gender
dandanorganegrasikandalam
masyarakat, maupun
khususnya laki-laki.
mereka yang dari komunitas lokal organisasi
Khusus Perkotaan terhadap perubahan iklim, dan perempuan perencanaan perkotaan;
tinggal di daerah rawan (seperti kebutuhan gender dalam dan penetapan
perencanaan prioritas
tata ruang
-berpengaruh
daerah Peran terhadap kehidupan
kumuh, perempuan
lokasi industri, di dalam
tepi untuk
sesuai penetapan
kebutuhan;kebutuhan dan prioritas
masyarakat, khususnya
pengambilan keputusan mereka
masih yang Pelibatan perempuan dan organegrasikan
lemah.
sungai) dan kantong-kantong
tinggal di daerah rawan (seperti kebutuhan gender dan penetapan prioritas
kemiskinan; variasi dan perubahan Menetapkan tempat yang aman bagi
sesuai kebutuhan;
daerah kumuh, lokasi industri, di tepi penduduk perkotaan yang bermukim di
170 iklim berdampak berbeda kepada
sungai) dan kantong-kantong daerah rentan bencana iklim;
perempuan dan laki-laki. Kenaikan Menetapkan tempat yang aman bagi
sanitasi yang bersih, aman, dan nyaman;
Kurangnya fasilitas sanitiasi yang
aman sebagai akibat perencanaan Pelibatan perempuan dan remaja putri
yang buruk dalam desain bangunan dalam memberikan informasi tentang
dan perumahan, berdampak terhadap desain dan konstruksi bangunan yang
keamanan remaja putri dan sesuai kebutuhan rumah tangga,
perempuan dibanding laki-laki (sumur, komunitas, dan lingkungan
listrik, dapur, dan pembuangan
sampah)

Perempuan merupakan pengguna air Dilaksanakannya analisis gender dalam


untuk keperluan rumah tangga, dan pengelolaan air/sungai, sehingga program
mereka memiliki pengetahuan yang atau aksi adaptasi dapat tepat sasaran
spesifik tentang kualitas dan
manajemen air Pelibatan perempuan dan organisasi
perempuan dalam pengelolaan air serta
Keterlibatan perempuan dalam forum- dilaksanakannya pendidikan dan latihan
forum membahas air masih terbatas untuk peningkatan kapasitas perempuan
Area dan memerlukan kapasitasi dalam dalam pengelolaandalam
Rekomendasi air penyusunan
Prioritas Sub-Kategori berorganisasi dan mengeluarkan
Aspek Gender program aksi adaptasi perubahan
pendapat
RAN API iklim
Wilayah Energi
Wilayah - Perempuan
Daerah di perdesaan
perkotaan sangatumumnya
rentan K/L terkait analisis
Melaksanakan (Kementerian
gender ESDM,
dalam
Khusus Perkotaan berperan perubahan iklim, dalam
terhadap dan Kementerian perkotaan;
perencanaan Kehutanan, BPTP dan
penyediaan/pendayagunaan
berpengaruh terhadap kehidupan energi lembaga terkait) dan perlu melaksanakan
bagi rumah
masyarakat, khususnyatanggamereka (kegiatan
yang Pelibatan
analisis perempuan
gender dan organegrasikan
untuk menentukan
domestic),
tinggal divariasi
daerah dan perubahan
rawan (sepertiiklim kebutuhan gender
pengguna, kebutuhan,dan penetapan
dan prioritas
prioritas
berdampak
daerah kumuh, terhadap ketersediaan
lokasi industri, di tepi sesuai kebutuhan;
penyediaan energi dalam rumah tangga
energi, sehingga
sungai) dan diperlukan alternatif
kantong-kantong
sumber energivariasi
kemiskinan; terbarukandan yang dapat
perubahan Menetapkan
Memastikan tempat
perempuanyang dan
amanlaki-laki
bagi
dimanfaatkan oleh berbeda
perempuan di penduduk perkotaan yang
secara bersama-sama dapatbermukim
mengakses di
iklim berdampak kepada
perdesaan, dan dan laki-laki.
rumah Kenaikan
tangga daerah rentan bencanaenergi
dan memanfaatkan iklim; yang bersih
perempuan
perdesaan
suhu pada panas
/udara umumnya di kota-kota menggunakan teknologi tepat guna,
Menetapkan
terutama ditaman dan lingkungan
wilayah hijau di
rentan terhadap
mempengaruhi kesehatan penduduk,
- Inovasi kelompok
dan teknologi baru dalam perkotaan, membuat tempat
bencana iklim, termasuk di wilayah yang lebih
termasuk rentan yakni ibu
penyediaan energi; teknologi masih nyaman bagi ibu hamil, balita, dan
terpencil, tertinggal, dan terluar dilansia
hamil, balita, dan lansia.
merupakan domain laki-laki Indonesia.
Pulau-pulau kecil Pulau-pulau kecil rentan terhadap K/L melaksanakan analisis gender dalam
perubahan iklim, terjadi kenaikan Mempromosikan
pengelolaan energi yang
pulau-pulau berkelanjutan
kecil, pesisir, dan
muka air laut, hal ini berdampak untuk
wilayah rumah sakit,
rentan sekolah,
lainnyadan wilayah
dan
terhadap kehidupan penduduk di publik ; dan penanganan
mengintegrasikannya dalamenergi bagi API
program kaum
pulau-pulau kecil, dan daerah pesisir. perempuan di berbagai usia
Perubahan iklim mengganggu Memastikan API memberikan manfaat yang
Ketahanan Kesehatan -eksosistem
Variasi pesisir
dan dan perubahan
stok ikan,iklim
hal Dilaksanakannya
adil analisis
bagi laki-laki dan gender bidang
perempuan
Sistem Masyarakat berdampak buruk bagi
ini berpengaruh terhadap pendapatan kesehatan kesehatan masyarakat akibat perubahan
Kehidupan masyarakat,danseperti stress akibat Terlibatnya perempuanaksi
iklim untuk menentukan dan kelompok
adaptasi yang
nelayan masyarakat yang
perubahan suhu yang drastis, penyakit marjinal
sensitif dalam API (pemberdayaan
bergantung dari hasil laut. Perempuan
yang ditularkan
nelayan terkenasaatdampak lahir,penyakit
atas perempuan dan kelompok marjinal dalam
pernafasan, penyakit menular, dan Memastikan perempuan dan laki-laki
API)
menurunnya hasil tangkapan dan
kelaparan terutama dari golongan miskin dapat
memerlukan alternatif mata
Peluang
mengakses pengembangan
layanan kesehatan,ekonomi dapat
termasuk
pencaharian untuk menyokong
Perempuan dan anak-anak sangat diakses
layanan oleh kelompokreproduksi
kesehatan rentan baik di
ekonomi rumah tangga
peka terhadap perubahan iklim, perkotaan maupun perdesaan
karena kurang gizi, dan terserang
Keperluan Data Ketersediaan data terpilah jenis K/L memastikan dalam program API
malaria Disediakannya data kesehatan yang
data dan kelamin dalam konteks perubahan adanya penyediaan data terpilah jenis
terpilah jenis kelamin dan usia;
informasi iklim sangat terbatas, sehingga kelamin, untuk memudahkan penetapan
- Perempuan berperan penting dalam
merupakan kendala pengembangan target sasaran
Pelibatan API dan
perempuan monitoring
dan laki-laki dalam
pemeliharaan kesehatan keluarga,
API yang sensitif gender evaluasi program;
perencanaan kesehatan dan manejemen
sedangkan pengambilan keputusan
tak sepenuhnya ada pada perempuan lingkungan;
- Mengembangkan instrumen spesifik
gender
Asuransiuntuk memonitor
kesehatan yang perkembangan
tersedia dan
inisiatif
mudah aksi adaptasi
diakses bagi perubahan
perempuan,iklim ;
terutama
di wilayah rentan bencana iklim
Data dipublikasikan melalui berbagai forum
Rencana tata - Perubahan iklim berakibat pada dan K/L dapat
telah diakses secara mudah
melaksanakan analisis gender
ruang (spasial) perlunya penataan permukiman, dalam penataan lingkungan (pesisir,
Informasi Iklim Perempuan memiliki akses yang K/L menggunakan pendekatan
keamanan lokasi permukiman, dan perdesaan rawan bencana iklim, dan
terbatas terhadap informasi iklim dan komunikasi/penyuluhan tentang iklim dan
hubungannya dengan kemudahan perkotaan di daerah rawan bencana), 171
peringatan bencana dibanding laki-laki mengemasnya agar mudah dipahami
dalam mencari nafkah baik bagi diperlukan masukan dan peran perempuan
khalayak yang lebih luas, sesuai nilai-nilai
perempuan maupun laki-laki. dari komunitas lokal dan organisasi
eksosistem pesisir dan stok ikan, hal adil bagi laki-laki dan perempuan
ini berpengaruh terhadap pendapatan
Terlibatnya perempuan dan kelompok
nelayan dan masyarakat yang
marjinal dalam API (pemberdayaan
bergantung dari hasil laut. Perempuan
nelayan terkena dampak atas perempuan dan kelompok marjinal dalam
menurunnya hasil tangkapan dan API)

Area memerlukan alternatif mata Rekomendasi dalam penyusunan


Peluang pengembangan ekonomi dapat
Prioritas Sub-Kategori pencaharian untuk
Aspek Gender menyokong program
diakses oleh aksi adaptasi
kelompok rentanperubahan
ekonomi rumah tangga
RAN API iklim
Keperluan Data
Energi Ketersediaan
- Perempuan didata terpilah
perdesaan jenis
umumnya K/L memastikan
terkait dalam programESDM,
(Kementerian API
data dan kelamin
berperan dalam konteks perubahan dalam adanya
Kementerian penyediaan data terpilah
Kehutanan, BPTP jenis dan
informasi iklim sangat terbatas,
penyediaan/pendayagunaan sehingga
energi kelamin, untuk memudahkan
lembaga terkait) penetapan
dan perlu melaksanakan
merupakan
bagi rumahkendala pengembangan
tangga (kegiatan target
analisis sasaran
genderAPI untukdan monitoring
menentukan
API yang sensitif
domestic), variasigender
dan perubahan iklim evaluasi
pengguna, program;
kebutuhan, dan prioritas
berdampak terhadap ketersediaan penyediaan energi dalam rumah tangga
-energi, sehingga diperlukan alternatif Mengembangkan instrumen spesifik
sumber energi terbarukan yang dapat gender
Memastikan untuk perempuan
memonitor perkembangan
dan laki-laki
dimanfaatkan oleh perempuan di inisiatif
secara aksi adaptasi perubahan
bersama-sama iklim ;
dapat mengakses
perdesaan, dan rumah tangga dan memanfaatkan energi yang bersih
Data dipublikasikan
menggunakan melalui berbagai
teknologi tepat forum
guna,
perdesaan pada umumnya
dan dapat diakses secara mudah
terutama di wilayah rentan terhadap
- Inovasi dan teknologi baru dalam bencana iklim, termasuk di wilayah
Informasi Iklim Perempuan memiliki
penyediaan energi; akses masih
teknologi yang K/L
terpencil, menggunakan
tertinggal, dan pendekatan
terluar di
terbatas terhadap informasi
merupakan domain laki-laki iklim dan komunikasi/penyuluhan
Indonesia. tentang iklim dan
peringatan bencana dibanding laki-laki mengemasnya agar mudah dipahami
khalayak
Mempromosikanyang lebihenergiluas, sesuai
yang nilai-nilai
berkelanjutan
Penyebaran informasi untuk sosial
untuk budaya, konteks
rumah sakit, lokasi, dan contoh-
sekolah, wilayah
membangun kesadaran tentang contoh
publik ; danadaptasi perubahan
penanganan energiiklim yang
bagi kaum
variasi dan perubahan iklim perlu dapat
perempuan dilakukan (alternatif
di berbagai usia media: radio,
lebih mudah dipahami oleh televisi, internet, koran, telepon seluler, dan
Ketahanan Kesehatan masyarakat awam
- Variasi dan perubahan iklim pemimpin
Dilaksanakannyalokal) analisis gender bidang
Sistem Masyarakat berdampak buruk bagi kesehatan kesehatan masyarakat akibat perubahan
Kehidupan masyarakat, seperti stress akibat iklim untuk menentukan aksi adaptasi yang
perubahan suhu yang drastis, penyakit sensitif
Penelitian dan - Data tentang gender dan perubahan Dikembangkannya studi kasus tentang
yang ditularkan saat lahir,penyakit
Pengembangan iklim serta aksi adaptasi perubahan gender
Memastikan dalamperempuan
aksi adaptasi danperubahan
laki-laki
pernafasan, penyakit menular, dan
iklim di Indonesia masih terbatas iklim di Indonesia;
terutama dari golongan miskin dapat
kelaparan
mengakses layanan kesehatan, termasuk
- Keterkaitan gender dan perubahan Mendukung dan mempromosikan riset
Perempuan dan anak-anak sangat layanan kesehatan reproduksi baik di
iklim dapat dipelajari dari literatur sosial bidang perubahan iklim dan aksi
peka terhadap perubahan iklim, perkotaan maupun perdesaan
tentang gender dan bencana adaptasi di Indonesia;
karena kurang gizi, dan terserang
malaria Disediakannya data kesehatan yang
Pembelajaran dari gender-manajemen
terpilah jenis kelamin dan usia;
bencana untuk aksi adaptasi perubahan
- Perempuan berperan penting dalam
iklim;
pemeliharaan kesehatan keluarga, Pelibatan perempuan dan laki-laki dalam
perencanaan kesehatan dan manejemen
sedangkan pengambilan keputusan Publikasi penelitian tentang gender dan
lingkungan;
tak sepenuhnya ada pada perempuan perubahan iklim, dan dapat diakses secara
luas
Asuransi kesehatan yang tersedia dan
mudah diakses bagi perempuan, terutama
Pengembangan - Kesadaran tentang gender dalam Diadakannya pelatihan jangka panjang bagi
di wilayah rentan bencana iklim
Kapasitas perubahan iklim dan adaptasi staf dan pengelola perubahan
Rencana tata - Perubahan iklim berakibat masih
perubahan iklim di Indonesia pada iklim/adaptasi perubahan iklim
K/L telah melaksanakan analisis di masing-
gender
ruang (spasial) terbatas
perlunya penataan permukiman, masing sektor dan lintas sektor ;
dalam penataan lingkungan (pesisir,
keamanan lokasi permukiman, dan perdesaan rawan bencana iklim, dan
-Perubahan iklim dalam berbagai Diterapkannya tool untuk
hubungannya dengan kemudahan perkotaan di daerah rawan bencana),
sektor masih dalam konteks teknis pengarusutamaan gender dalam aksi
dalam mencari nafkah baik bagi diperlukan masukan dan peran perempuan
dan didominasi oleh laki-laki adaptasi perubahan iklim;
perempuan maupun laki-laki. dari komunitas lokal dan organisasi
perempuan tentang
Pendidikan dalam perencanaan
perubahan tata
iklimruang
dan
- Peran perempuan dalam untuk penetapan kebutuhan dan prioritas
dampaknya, serta program adaptasi yang
pengambilan keputusan masih lemah.
dapat dilakukan dengan target sasaran
yang berimbang antara laki-laki dan
perempuan

172
Referensi
Abidin, H. Z., H. Andreas, I. Gumilar, M. Gamal, Y. Fukuda and T. Deguchi, 2004. Land Subsidence and Urband
Development in Jakarta (Indonesia), TS-6, Enginering Surveys, 3rd FIG Regional Congress, Jakarta, Oct. 3-7,
2004.
Aldrian, E., and R. D. Susanto, 2003. Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and
their relationship to sea surface temperature, International Journal of Climatology, 23, 1435-1452.
AVISO, 2009. Ssalto/Duacs User Handbook : (M)SLA and (M)ADT Near-Real Time and Delayed Time Products,
SALP-MU-P-EA-21065-CLS, Edition 1.10.
Bappenas, 2010a. Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap - ICCSR: Synthesis Report, edited by
Bappenas, Republik Indonesia, ISBN 978-979-3764-49-8.
Bappenas, 2010b. Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap - ICCSR: Basis Saintifik: Analisis dan Proyeksi
Kenaikan Muka Air Laut dan Cuaca Ekstrim, edited by Bappenas, Republik Indonesia.
Bappenas, 2010c. Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap - ICCSR: Basis Saintifik: Analisis dan Proyeksi
Temperatur dan Curah Hujan, edited by Bappenas, Republik Indonesia.
Bappenas, 2010d. Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap - ICCSR: Sektor Kelautan dan Perikanan,
edited by Bappenas, Republik Indonesia.
Bappenas, 2010e. Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap - ICCSR: Sektor Kesehatan, edited by
Bappenas, Republik Indonesia.
Bappenas, 2010f. Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap - ICCSR: Sektor Pertanian, edited by
Bappenas, Republik Indonesia.
Bappenas, 2010g. Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap - ICCSR: Sektor Sumber Daya Air, edited by
Bappenas, Republik Indonesia.
Bayuaji, L., J. T. S. Sumantyo, and H. Kuze, 2010. ALOS PALSAR D-InSAR for land subsidence mapping in Jakarta,
Indonesia, Can. J. Remote Sensing, Vol. 36, No. 1, pp. 18.
Boerema, J., 1938. Rainfall Types in Nederlands Indie, Verhandelingen, No. 18.
Bureau of Meteorology, Australian Government, 2012, Record Breaking La Nina Events, An analysis of the La
Nina Life Cycle and the impacts and significance of 2010-11 and 2011-12 La Nina Events in Australia, 1-28.
Cazenave, A., and W. Llovel. 2010. Contemporary sea level rise. Annual Review of Marine Science, 2 (1), 145
173
Chang, C.-P., danZhuo Wang, 2005: Annual Cycle of Southeast AsiaMaritime Continent Rainfall and the
Asymmetric Monsoon Transition. Journal of Climate, 18, 287-301.
Chang, C-P., Z. Wang, J. Ju, and T. Li, 2004: On the relationship between western Maritime Continent monsoon
rainfall and ENSO during northern winter. J. Climate, 17, 665672.
Dambul, Ramzah, dan Phil Jones. 2007. Regional and temporal climatic classification for Borneo. Geografia:
Malaysian Journal of Society & Space, Vol. 3, No. 1, 84 105.
Davidson, N.E., 1984: Short term fluctuations in the Australian Monsoon during winter MONEX. Mon. Wea.
Rev. 112, 1697-1708.
Djaja, R., J. Rais, H. Z. Abidin, and K. Wedyanto, 2004. Land Subsidence of Jakarta Metropolitan Area, TS-6,
Enginering Surveys, 3rd FIG Regional Congress, Jakarta, Oct. 3-7, 2004.
DArrigo R, Wilson R, Liepert B, Cherubini P (2008) On the Divergence Problem in Northern Forests: a review
of the tree-ring evidence and possible causes. Glob Planet Change 60: 289305
Falcon WP, Naylor RL, Smith WL, Burke MB, McCullough EB (2004) Using climate models to improve Indonesian
food security. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 40, 357379.
Folland, C.K., Parker, D.E., Colman, A. and R. Washington, 1999: Large scale modes of ocean surface
temperature since the late nineteenth century. Refereed book: Chapter 4, pp73-102 of Beyond El Nino:
Decadal and Interdecadal Climate Variability. Ed: A. Navarra. Springer-Verlag, Berlin, pp 374.
Hadi, T. W., T. Tsuda, H. Hashiguchi, and S. Fukao, 2000: Tropical sea-breeze circulation and related atmospheric
phenomena ob-served with L-band boundary layer radar in Indonesia.J. Meteor. Soc. Japan,78,123140.
Hadi, Tri W., T. Horinuchi, T. Tsuda, H. Hashiguchi, S. Fukao, 2002: Sea-Breeze Circulation over Jakarta,
Indonesia A Climatology Based on Boundary. Monthly Weather Review, 130, 2153-2166.

173
Hendon, H. H., 2003: Indonesian rainfall variability: Impacts of ENSO and local air-sea interaction. J. Climate,
6, 17751790.
Hidayat, Rahmat. Dan Shoichi, Kizu. 2010. Influence of the MaddenJulian Oscillation on Indonesian rainfall
variability in austral summer. International Journal of Climatology, vol. 30, Issue 12, 18161825.
IPCC, 2007. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate ChangeRep., 996 pp pp, Cambridge
University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA.
IPCC, 2012. Managing the Risks of Extreme Events and Disasters to Advance Climate Change AdaptationRep.,
582 pp pp, Cambridge University Press, Cambridge, UK, and New York, NY, USA.
IPCC. 2012. Special Report of the Intergovernmental Pannel on Climate Change: Managing the Risks of Extreme
Ecents and Disasters to Advance Climate Change Adaptation
Ipuk Widiyatmi, Hiroyuki Hashiguchi, Shoichiro Fukao, Manabu D. Yamanaka, Shin-Ya Ogino, Kenneth S.
Gage, Sri Woro B. Harijono, Sri Diharto, Harjono Djojodihardjo, 2001. Examination of 3-6 day Disturbances
over Equatorial Indonesia Based on Boundary Layer Radar Observations during 1996-1999 at Bukittinggi,
Serpong and Biak. Journal of the Meteorological Society of Japan, vol. 79, no.1B, 317 331.
Kementerian Lingkungan Hidup, WWF, GTZ, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009. Kajian Risiko dan
Adaptasi Terhadap Perubahan IklimPulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat: Analisis dan Proyeksi
Curah Hujan dan Temperatur, Jakarta
Kementerian Lingkungan Hidup, 2010. Indonesia Second National Communication Under The United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Jakarta, November 2010
Kementerian Lingkungan Hidup, 2012. Climate Change Risk and Adaptation Assessment Greater Malang,
Jakarta, June 2012
Kementerian Lingkungan Hidup, 2012. Climate Change Risk and Adaptation Assessment Tarakan, Jakarta,
June 2012
Kitoh, A. and O. Arakawa, 2005. Reduction in tropical rainfall diurnal variation by global warming simulated by
a 20-km mesh climate model, Geophys. Res. Lett., 32, L18709, doi:10.1029/2005GL023350.
Krishnan R. and M. Sugi, 2003.Pacific decadal oscillation and variability of the Indian summer monsoon
rainfall.Clim. Dyn. 21:233242.
Labitzke, K., van Loon, H. (1995): Connection between the troposphere and stratosphere on a decadal scale.
Tellus A47, 275286.
Lau , W. K. M., dan D. E. Waliser, Ed., 2005: Intraseasonal Variability of the Atmosphere-Ocean Climate System,
Springer, Heidelberg, Germany, 474
Lekkerkerker, C. 1916. Land en Volk van Sumatra, Nyhoff, Leiden.
Makmur, Erwin. 2012. Drought assessment over Indonesia related to El Nino and SSTA Indonesia. Dipetik dari
WAMIS (http://www.wamis.org/agm/meetings/wies09/S53-Erwin.pdf) pada 2 Oktober 2012.
Manton, M.J., Della-Marta, P.M., Haylock, M.R., Hennessy, K.J., Nicholls, N., Chambers, L.E., Collins, D.A., Daw,
G., Finet, A., Gunawan, D., Inape, K., Isobe, H., Kestin, T.S., Lefale, P., Leyu, C.H. Lwin, T., Maitrepierre, L.,
Ouprasitwong, N., Page, C.M., Pahalad, J., Plummer, N., Salinger, M.J., Suppiah, R., Tran, V.L., Trewin, B.,
Tibig, I. and Yee, D. 2001. Trends in extreme daily rainfall and temperature in southeast Asia and the South
Pacific: 19161998. International Journal of Climatology, 21, 269284
Mantua, N.J., S.R. Hare, Y. Zhang, J.M. Wallace, and R.C. Francis, 1997: A Pacific decadal climate oscillation with
impacts on salmon. Bulletin of the American Meteorological Society, Vol. 78, pp 1069-1079.
McKee, T.B., N. J. Doesken, and J. Kliest, 1993: The relationship of drought frequency and duration to time
scales. In Proceedings of the 8th Conference of Applied Climatology, 17-22 January, Anaheim, CA. American
Meterological Society, Boston, MA. 179-184.
Miller, A. J., D. R. Cayan, T. P. Barnett, N. E. Craham, and J. M. Oberhuber (1994), The 1976 77 climate shift of
the Pacific Ocean, Oceanography, 7, 21 26
Ministry of Environment. 2007. Indonesia Country Report: Climate Variability and Climate Changes, and Their
Implication.
Ministry of Environment. 2010. Indonesia Second National Communication: Under the United Nations
Framework Convention on Climate Change

174
Murakami, T. dan Sumi A., 1982. Southern Hemisphere Summer Monsoon Circulation during the 1978-79
WMONEX Part II : Onset, Active and Break Monsoon. Journal of the Meteorological Society of Japan, vol. 60,
no. 2, 649-671.
Naylor, R,L, Battisti, D.S., Vimont, D.J., Falcon, W.P., and Burke, M.B., 2007. Assessing risks of climate variability
and climate change for Indonesian rice agriculture. PNAS, 104, 19:77527757. www.pnas.org_cgi_
doi_10.1073_pnas.0701825104
Nitta, T., and S. Sekine, 1994: Diurnal variation of convective activity over the tropical western Pacic. J. Meteor.
Soc. Japan, 72, 627641.
Noersomadi, dan Tri WahyuHadi. 2010. Downward Propagating Equatorial Kelvin Wave over the Eastern Indian
Ocean as Revealed from Radiosonde and GPS Radio Occultation (CHAMP) Data. JurnalMatematikadanSains,
Vol. 15, No.1, 3945.
Power, S., Casey, T., Folland, C.K., Colman, A and V. Mehta, 1999: Inter-decadal modulation of the impact of
ENSO on Australia. Climate Dynamics, 15, 319-323.
Reynolds R. W., W. Richard, T. M. Smith, C. Liu, D. B. Chelton, K. S. Casey and M. G. Schlax, 2007: Daily High-
Resolution-Blended Analyses for Sea Surface Temperature. Journal of Climate, 20, 5473-5496.
Saji N. H, B. N. Goswami, P. N. Vinayachandran and T. Yamagata, 1999, A dipole mode in the tropical Indian
Ocean. Nature 401:360 363
Smith, T.M., and R.W. Reynolds, 2004: Improved Extended Reconstruction of SST (1854-1997). Journal of
Climate, 17, 2466-2477.
Sofian, I, 2007.Simulation of the Java Sea using an Oceanic General Circulation Model, JurnalGeomatika, Vol.
13 No. 2, pp. 1-14.
Trilaksono, N. J., Shigenori Otsuka, Shigeo Yoden, Kazuo Saito, Syugo Hayashi, 2011: Dependence of Model-
Simulated Heavy Rainfall on the Horizontal Resolution during the Jakarta Flood Event in January-February
2007. SOLA, 7, 193 196
van Bemmeln, W., 1913: Die Erforschung des tropischenLuftozeans. Niederlandisch-Ost-Indien (The Study of
the Tropical AirOcean in Netherlands East India), Springer-Verlag, 55 pp.
Wang, B., R. Wu, and X. Fu, 2000: PacificEast Asian teleconnection: How does ENSO affect East Asian climate?
J. Climate, 13, 15171536
Webster, P. J.dan J. Fasullo. 2003. Monsoon: Dynamical Theory. Encyclopedia of Atmospheric Sciences, J.
Holton dan J. A. Curry, Eds., Academic Press, 13701386.
Wheeler, Matthew, George N. Kiladis, 1999: Convectively Coupled Equatorial Waves: Analysis of Clouds
and Temperature in the Wave numberFrequency Domain. J. Atmos. Sci., 56, 374399. doi: http://dx.doi.
org/10.1175/1520-0469(1999)056<0374:CCEWAO>2.0.CO;2
Wheeler. 2002. The Madden-Julian oscillation, the Java floods of January/February 2002, and other extremes
in weekly rainfall. 7th AMS International Conference on Southern Hemisphere Meteorology and
Oceanography, Wellington, New Zealand, March 2003. Preprints, p.156-158.
Wolter, K., and M.S. Timlin, 1993: Monitoring ENSO in COADS with a seasonally adjusted principal component
index. Proc. of the 17th Climate Diagnostics Workshop, Norman, OK, NOAA/NMC/CAC, NSSL, Oklahoma
Clim. Survey, CIMMS and the School of Meteor., Univ. of Oklahoma, 5257
Wu, Peiming, Masayuki Hara, Hironori Fudeyasu, Manabu D. Yamanaka, Jun Matsumoto, Fadli Syamsudin,
Reni Sulistyowati, dan Yusuf S. Djajadihardja,2007. The Impact of Trans-equatorial Monsoon Flow on the
Formation of Repeated Torrential Rains over Java Island. SOLA, Vol. 3, 93 96.

175
176
SUPPORTED
SUPPORTED
BY: BY:

Anda mungkin juga menyukai