Disusun oleh :
Disusun oleh :
Telah disetujui
Pada :...................................
Oleh
ii
DAFTAR ISI
iv
4.3.4 Penyimpanan perbekalan farmasi ................................................................... 54
4.3.5 Distribusi perbekalan farmasi ......................................................................... 54
4.3.6 Rawat jalan ..................................................................................................... 54
4.4 Pelayanan Informasi Obat ........................................................................................... 54
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga, penulis
dapat menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang Jawa Tengah pada tanggal 1 Juli 31 Juli.
Dengan selesainya penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis
menyampaikan terimakasih kepada :
vi
9. Segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini serta turut
memberikan dukungan, dorongan, dan bantuan serta doa yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Karena kebaikan dan kebijakan beliau-beliau ini maka penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktik Kerja Lapangan ini semoga kebaikan dan jasa-jasa beliau mendapat balasan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan, tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Akhir kata semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Penulis
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12 : Berita Acara Serah Terima Obat dan Perbekalan Kesehatan yang Rusak/Kadaluarsa
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu investasi termahal dalam hidup dan juga
merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang tak ternilai harganya. Sebanyak apapun
harta yang dimiliki oleh seseorang tentu tidak akan ada artinya apa bila orang
tersebut tidak mempunyai tubuh yang sehat. Menjaga kesehatan itu perlu agar tubuh
selalu sehat jasmani dan rohani akan tetapi tidak selamanya seseorang tersebut selalu
berada dalam keadaan sehat, ada kalanya seseorang harus terjatuh sakit. Berbagai
cara dilakukan agar seseorang dapat kembali menjadi sehat salah satu cara yang
dilakukan masyarakat pada umumnya adalah dengan memeriksakan diri ke tempat-
tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas.
Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa didik untuk
mencapai keberhasilan dalam tujuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui
pendidikan di kelas, laboratorium maupun lapangan. Untuk mencapai pengalaman
belajar, pada tatanan yang nyata dan komprehensif sehingga mahasiswa dapat lebih
siap dan mandiri, maka di laksanakan pengantar praktik kerja lapangan (PKL) pada
Mahasiswa Akademi Farmasi Theresiana Semarang. Dengan adanya pengantar
praktik kerja lapangan para siswa dapat mengetahui langsung kondisi dan situasi
pada dunia kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam
11
dunia kerja dan belajar untuk menganalisis suatu gejala dan masalah agar kelak
dapat diaplikasikan langsung pada pasien dengan diberi bimbingan dan pengarahan.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu proses pendidikan untuk
mengembangkan keterampilan siswa dengan dunia kerja. Pendidikan ini adalah
sistem terpadu.
Sehingga mahasiswa mengenal lebih dekat dunia kerja dan segala aspek yang
terkait di dalamnya.Mampu memahami tugas dan peran Tenaga Teknis Kefarmasian
di Puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan
kesehatan. Mampu mempraktikkan materi yang telah di dapat selama di sekolah dan
PKL, dan dapat mempunyai banyak pengalaman dalam dunia kerja antara materi
teori dan praktik langsung di lapangan kerja.
12
e. Meningkatkan proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas dan profesional
f. Peserta PKL akan mampu memahami, menetapkan dan
mengembangkan pelajaran yang telah di peroleh disekolah secara teori
dan di terapkan di lingkungan kerja
g. Peserta PKL mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang di
temukan di lapangan.
13
BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS
2.1.1 Definisi
1
2.1.2 Klasifikasi
a) Puskesmas Pembantu
Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan
membantu melaksanakan kegiatan kegiatan yang dlakukan puskesmas
dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
b) Puskesmas Keliling
Unit pelayanan kesehatan yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan
peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang
berasal dari puskesmas. Memberi pelayannan kesehatan daerah terpencil,
melakukan penyelidikan Kejadian Luar Biasa ( KLB ), transport rujukan
untuk pasien, dan penyuluhan kesehatan dengan audio visual.
c) Bidan Desa
Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan
seorang bidan yang bertempat tinggal didaerah tersebut dan bertanggung
jawab kepada kepala puskesmas. Wilayah kerjanya dengan jumlah penduduk
3000 orang. Tugas utama bidan adalah membina PSM memberikan
pelayanan pada masyarakat.
a) Kepala Puskesmas
Merupakan seorang sarjana dibidang kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
3
KEPALA PUSKESMAS
ASISTEN
ANALIS
APOTEKER
BIDAN PERAWAT
SANITARIAN
2.1.4 Formularium
Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh panitia
farmasi dan terapi untuk digunakan dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang
ditentukan. Komposisi dalam formularium sebagai berikut :
a. Halaman judul
b. Daftar nama anggota panitia farmasi dan terapi
c. Daftar isi
d. Informasi mengenai kebijakan dan prosedur dibidang obat
e. Produk obat yang diterima untuk digunakan
f. Lampiran.
( Siregar, 2004 )
4
Formularium yang ada di Puskesmas terdiri dari bermacam macam obat,
dapat dilihat dari bentuk sediaannya yaitu sirup, tablet, kapsul, salep, tetes mata,
tetes telinga. Pada kasus tertentu terutama bagi pasien anak anak lebih sering
dibuat sediaan pulveres. Obat yang digunakan tersebut merupakan dalam golongan
obat generik dan Obat Asli Indonesia ( OAI ). Obat yang terdapat di Puskesmas
mencakup obat Pelayanan Kesehatan Dasar ( PKD ). Obat di Puskesmas dibagi
menjadi beberapa golonan yaitu Obat Keras, Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat
jenis Psikotropika, dan Obat jenis Narkotika. ( Depkes 2006 ).
2.1.5 Akreditasi
Akreditasi adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh lembaga eksternal
terhadap hasil penilaian kesesuaian proses dengan standar yang berlaku.
Akreditasi Puskesmas adalah suatu pengakuan terhadap hasil dari proses
penilaian eksternal, yang diakreditasi oleh komisioner terhadap puskesmas, sesuai
dengan standar yang sudah ditetapkan.
Akreditasi perlu kita lakukan karena adanya variasi kualitas penyelenggaraan
Puskesmas yang disebabkan adanya perbedaan proses monitoring, proses
pengukuran, proses pemeliharaan, proses penyempurnaan, proses pendokumentasi.
5
2.2.2 Pusat informasi obat
5. Efek Terapi
Bila diketahui bahwa obat diberikan pada pasien mempunyai efek terapi.
Sebagai contoh meminum obat Paracetamol pada saat terkena sakit deman Khasiat
dari obat tersebut dapat sebagai analgesik dan antipiretik bagi pasien yang terkena
deman.
6. Obat disimpan dalam tempat yang sejuk dan aman serta tidak mudah dijangkau
anak-anak.
6
2.2.3 Pengelolaan perbekalan farmasi
2.2.3.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
di Puskesmas Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat serta perbekala kesehatan yang mendekati
kebutuhan
7
a) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok
umurpenyakit.
8
untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang. Beberapa teknik
manajemen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana
dalam perencanaan kebutuhan obat adalah dengan cara :
2.2.3.2 Pengadaan
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 94
Tahun 2007 tentang Pengendalian dan Pengawasan Atas Pengadaan dan
Penyaluran Bahan Obat, Obat Spesifik dan Alat Kesehatan yang Berfungsi
Sebagai Obat, Menteri Kesehatan melakukan pengendalian dan pengawasan
dengan :
a.Menunjuk BUMN, BUMD dan/atau Badan Usaha Milik Swasta; atau
9
b.Menugaskan BUMN yang bergerak di bidang farmasi
Penunjukan atau penugasan ini dilakukan berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2007. Dalam ketentuan ini dikenal adanya metode
pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yaitu : metode
pelelangan umum; metode pelelangan terbatas; metode pemilihan langsung;
dan metode penunjukan langsung. Dan pekerjaan pengadaan dan distribusi
bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat
merupakan salah satu jenis kegiatan pengadaan barang/jasa khusus sehingga
memenuhi kriteria untuk dilaksanakan dengan menggunakan metode
penunjukan langsung.
Selain pengaturan menurut Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95
Tahun 2007, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat
dan perbekalan kesehatan sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI
Nomor : 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan
Kesehatan Dasar yaitu :
a.Kriteria obat dan perbekalan kesehatan meliputi kriteria umum dan
persyaratan umum. Kriteria umumnya yaitu obat termasuk dalam daftar
obat pelayanan kesehatan dasar (PKD), obat program kesehatan, obat
generic yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang
masih berlaku, telah memiliki izin edar atau Nomor Registrasi dari
Depkes/Badan POM, batas kadaluwarsa pada saat diterima oleh panitia
penerimaan minimal 24 (dua puluh empat) bulan kecuali untuk vaksin dan
preparat biologis yang memiliki ketentuan kadaluwarsa tersendiri, memiliki
Sertifikat Analisa dan uji mutu yang sesuai dengan Nomor Batch masing-
masing produk, serta diproduksi oleh Industri Farmasi yang memiliki
sertifikat CPOB untuk masing-masing jenis sediaan yang dibutuhkan.
Sementara untuk mutu harus sesuai dengan persyaratan mutu yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi terakhir dan persyaratan lain
10
sesuai peraturan yang berlaku serta adanya pemeriksaan mutu (Quality
Control) oleh industri farmasi selaku penanggung jawab mutu obat hasil
produksinya.
b.Persyaratan pemasok , yaitu :
1) Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang masih berlaku.
2)Harus memiliki dukungan dari Industri Farmasi yang memiliki sertifikat
CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) bagi masing-masing jenis
sediaan obat yang dibutuhkan.
3)Harus memiliki reputasi yang baik dalam bidang pengadaan obat.
4)Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggung jawab
Pedagang Besar Farmasi tidak sedang dalam proses pengadilan atau
tindakan yang berkaitan dengan profesi kefarmasian.
5)Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan masa
kontrak.
c.Penilaian dokumen data teknis meliputi : kebenaran dan keabsahan Surat
Ijin Edar (Nomor Registrasi) tiap produk yang ditawarkan, terdapat
fotokopi sertifikat CPOB untuk masing-masing jenis sediaan yang
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang dari Industri Farmasi, terdapat
Surat Dukungan dari Industri Farmasi untuk obat yang diproduksi dalam
negeri yang ditandatangani oleh pejabat berwenang dari Industri Farmasi
(asli), terdapat Surat Dukungan dari sole agent untuk obat yang tidak
diproduksi di dalam negeri yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang dari sole agent (asli), terdapat Surat Pernyataan bersedia
menyediakan obat dengan masa kadaluarsa minimal 24 (dua puluh empat)
bulan sejak diterima oleh panitia penerimaan, serta Surat Keterangan
(referensi) pekerjaan dari Instansi Pemerintah/swasta untuk pengadaan
obat.
d.Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat dan perbekalan
kesehatan ditetapkan berdasarkan hasil analisa dari data sisa stok dengan
memperhatikan tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan, jumlah
obat yang akan diterima sampai dengan akhir tahun anggaran, kapasitas
sarana penyimpanan, dan waktu tunggu.
11
e.Pemantauan status pesanan dilakukan berdasarkan system VEN dengan
memperhatikan nama obat, satuan kemasan, jumlah obat diadakan, obat
yang sudah dan belum diterima.
f.Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh
panitia penerima yang salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi.
Pemeriksaan ini dilakukan secara organoleptik, dan khusus untuk
pemeriksaan label dan kemasan perlu dilakukan pencatatan terhadap
tanggal kadaluarsa, nomor registrasi dan nomor batch terhadap obat yang
diterima.
2.2.3.3 Pembelian
12
ke Dinas Kesehatan Kota menggunakan dana APBD (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah). (Dinkes,2013).
2.2.3.4 Penyimpanan
a. Penerimaan Barang
Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas Ngemplak Simongan.Penerimaan adalah suatu kegiatan
dalam menerima obat-obatan dan perbekalan kesehatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola
di bawahnya. Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan
obat bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya.
Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap
obat-obatan yang diserahkan, mencakup jumlah, kemasan, jenis dan
jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas
penerima. Bila tidak memenuhi syarat petugas penerima dapat
mengajukan keberatan. Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib
menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain).
Setiap penembahan obat-obatan dicatat dan dibukukan pada buku
penerimaan obat dan kartu stok (Dinkes, 2013).
b. Gudang
Tujuan penyimpanan pada gudang di puskesmas Ngemplak
Simongan adalah agar mutu obat yang tersedia di Unit Pelayanan
Kesehatan dapat dipertahankan. Penyimpanan adalah suatu kegiatan
pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin.
13
Tata cara menyimpan dan menyusun obat :
1. Pengaturan penyimpanan obat
2.2.3.5 Distribusi
Tujuan dari pendistribusian obat di puskesmas adalah untuk
memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat waktu.
Penyaluran atau distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit
pelayanan kesehatan antara lain :
a. Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan puskesmas (Ruang
Farmasi danLaboratorium), Balai Pengobatan Gigi, Balai
Pengobatan UmumdanKesehatan Ibu dan Anak.
b. Puskesmas keliling
c. Posyandu
14
rata-rata tiap jenis obat, sisa stok, pola penyakit dan jumlah kunjungan
dimasing-masing sub unit pelayanan kesehatan. (Seto,dkk. 2004)
15
BAB III
TINJAUAN PUSKESMAS KEDUNGMUNDU
16
kecamatan. Sebagai unit pelaksana teknis, puskesmas melaksanakan sebagian
tugas Dinas Kesehatan Kota Semarang.
3.1.2 Klasifikasi
17
berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rowosari dan sebelah barat
berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Candilama.
Adapun visi dan misi Puskesmas Kedungmundu yaitu:
1. Visi : Menjadi Puskesmas bermutu dan profesional dalam pelayanan
kesehatan menuju masyarakat Kecamatan Tembalang yang mandiri untuk
hidup sehat.
2. Misi : 1) Memberi pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional.
2) mendorong kemandirian masyarakat untuk memiliki kemauan
dan kemampuan hidup sehat,
3) meningkatkan kerjasama lintas sektoral.
3.1.4 Formularium
18
Obat-obat narkotika dan psikotropika menjadi salah satu kebutuhan
obat yang harus ada di puskesmas dalam melaksanakan pelayanan obat yang
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang
peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika
dan prekusor farmasi (Depkes RI,2015).
Peningkatan penyalahgunaan obat narkotika dan psikotropika serta
zatbaru yang memiliki potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan diatur
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2017 tentang perubahan
penggolongan narkotika (Depkes RI,2017).
Proses perencanaan obat merupakan sumber data bagi perencanaan
obat yang akan dilakukan oleh Instalasi Farmasi (IF) Dinas Kesehatan Kota
(DKK) Semarang. Adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN )
menyebabkan puskesmas kedungmundu dapat melakukan perencanaan obat
non IF. Perencanaan obat non IF juga didasarkan oleh sisa persediaan, Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) 2013 dan Formularium Nasional
(FORNAS) dengan sumber dana yang digunakan berasal dari APBD dan
JKN.
3.1.5 Akreditasi
19
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dan pada tahun 2016 Puskesmas sudah terakreditasi.
20
4) Melakukan pengecekan obat.
5) Melakukan pengambilan obat dan vaksin.
6) Membuat laporan pengelolaan obat.
2. Tugas fungsional Apoteker, antara lain:
a. Melaksanakan kegiatan puskesmas keliling dengan cara membantu
menyiapkan pengobatan untuk pasien.
b. Melaksanakan program posyandu bersama tim kesehatan lain.
c. Memasukkan data pasien dan obat yang digunakan untuk terapi ke dalam
sistem komputerisasi menggunakan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) yang terhubung secara online dengan DKK
Semarang.
d. Koordinator ruang farmasi.
21
akan digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan penghargaan dan
sanksi.
22
mewujudkan sistem informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan (Depkes RI,2014).
3.2.3.1 Perencanaan
23
farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi
sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan
(Kemenkes RI, 2010).
Tujuan inventory control adalah menciptakan keseimbangan
antara persediaan dan permintaan oleh karena itu hasil stock opname
harus yang seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu
kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau
kurang dari satu bulan (Anief, 2001).
Siklus pengadaan obat mencakup beberapa kegiatan yang
meliputi keputusan untuk menetapkan jenis obat yang harus disediakan,
jumlah yang harus dibelanjakan, biaya yang harus dikeluarkan, hingga
pengendalian mutu obat dan pengemasannya. Mengingat luasnya
cakupan kegiatan ini, maka tentu diperlukan tenaga handal yang
mampu mengelola secara baik proses pengadaan, mulai dari prosedur,
tata kerja, dukungan sistem inventory yang baik hingga sistem
informasi konsumsi obat.
PerencanaanKebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan
medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang
mendekati kebutuhan.
2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Perencanaan obat meliputi kegiatan untuk mengetahui jenis dan
jumlah obat yang diperlukan untuk periode pengadaan yang akan
diadakan. Perencanaan dapat dilakukan dengan metode konsumsi,
metode epidemiologi dan metode kombinasi antara metode konsumsi
dan metode epideomiologi (Aditama, 2000 ).
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Laporan Permintaan Obat (LPPO). Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
24
akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat
puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang
tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock,
serta menghindari stok berlebih (Depkes RI,2014).
27
Sistem penyimpanan obat di gudang Instalasi farmasi
menggunakan gabungan antara metode FIFO dan metode FEFO.
Metode FIFO (First In First Out), yaitu obat-obatan yang baru masuk
diletakkan di belakang obat yang terdahulu, sedangkan metode FEFO
(First Expired First Out), yaitu dengan cara menempatkan obat-
obatan yang mempunyai waktu kadaluwarsa lebih pendek. Proses
penyimpanan memprioritaskan metode FEFO, baru kemudian
dilakukan metode FIFO. Barang yang waktu kadaluwarsa yang paling
pendek diletakkan di depan walaupun barang tersebut datangnya
belakangan. Sistem penyimpanan dikelompokkan berdasarkan jenis
dan macam sediaan, yaitu:
1. Bentuk sediaan obat (tablet, kapsul, sirup, drop, salep/krim, injeksi
dan infus)
2. Bahan baku
3. Nutrisi
4. Alat-alat kesehatan
5. Gas medik
6. Bahan mudah terbakar
7. Bahan berbahaya
8. Reagensia
9. Film Rontgen (Sheina, 2010)
Metode penyimpanan sediaan farmasi telah diatur dalam
pedoman SK Menkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 menjelaskan
bahwa untuk meminimalisir kerusakan penyimpanan dapat dilakukan
menurut persyaratan yang ditentukan meliputi dibedakan menurut
bentuk sediaan dan jenisnya, dibedakan menurut suhunya, mudah
tidaknya terbakar serta tahan atau tidaknya terhadap cahaya.
Persyaratan yang telah ditetapkan harus disertai dengan sistem
informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan (Wirawan, 2015).
Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan
alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan
langkah-langkah berikut:
28
1. Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu
perbekalan farmasi yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau
yang diterima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab
umumnya perbekalan farmasi yang datang lebih awal juga
diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih tua dan masa
kadaluwarsanya lebih awal.
2. Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet
secara rapi dan teratur.
3. Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika.
4. Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh
temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat
yang sesuai.
5. Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode,
pisahkan perbekalan farmasi untuk penggunaan dalam dengan
perbekalan farmasi untuk penggunaan luar.
6. Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.
7. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka
biarkan perbekalan farmasi tetap dalam box masing-masing.
8. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan
perlu dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak
selalu berada di belakang sehingga dapat dimanfaatkan sebelum
masa kadaluwarsa habis.
29
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling;
4. Posyandu; dan
5. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-
lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang
diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali minum (dispensing
dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan
Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan
kebutuhan (floor stock) (Depkes RI, 2014). Pelayanan Farmasi satu
pintu berarti tanggung jawab pelayanan kefarmasian sepenuhnya
dilakukan oleh Farmasi atau Instalasi Farmasi. IFRS memiliki
kewenangan penuh dan bertanggung jawab terhadap obat yang
beredar, serta dalam peneglolaan perbekalan farmasi, berkewajiban
mengelola obat secara berdaya guna dan berhasil guna, berkewajiban
melaksanakan pengendalian pelayanan dan pemantauan penggunaan
obat (Satibi, 2009).
Sistem distribusi obat ada empat menurut Depkes RI (2008):
1. Unit Dispensing Dose System (UDDS)
Pelayanan distribusi obat dengan UDDS merupakan salah
satu sistem distribusi diman obat untuk setiap pasien disiapkan
oleh Apoteker dalam sekali dosis/minum. Keuntungan system ini
antara lain mengurangi kesalahan obat dang mengoptimalkan
terapi, mengurangi keterlibatan perawat dalam penyiapan obat,
pasien hanya membayar obat yang dikonsumsi saja, sehingga
mengurangi kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh pasien.
Kerugian pelayanan distribusi obat dengan UDDS yaitu
dibutuhkan jumlah tenaga kefarmasian meningkat, prosesnya
memerlukan biaya yang besar.
30
2. One Daily Dose System (ODDS)
Pelayanan distribusi obat dengan ODDS juga merupakan
sistem distribusi obat dimana untuk tiap pasien disiapkan oleh
Apoteker untuk diminum dalam sehari. Keuntungan sistem
distribusi obat dengan ODDS antara lain menghindari duplikasi
order sediaan farmasi yang berlebihan dan mengurangi keterlibatan
perawat dalam penyiapan obat. Sedangkan kerugian sistem ini
adalah memerlukan biaya awal yang besar dan jumlah kebutuhan
personil farmasi meningkat.
3. Ward Floor Stock System
Sistem distribusi obat dengan ward floor stock system yaitu
sistem distribusi obat kepada pasien sesuai dengan permintaan
dokter, yang obatnya disiapkan dan diambil oleh perawat dari
persediaan obat yang disimpan di ruangan. Obat-obat yang ada di
ruangan contohnya seperti obat-obat emergency seperti atropine
sulfat, dexamethasone, adrenalin, dan lain-lain. Keuntungan sistem
ini obat yang diperlukan segera tersedia diruang perawatan, tidak
ada pengembalian obat yang terpakai karena obat langsung
diberikan pada pasien, sedangkan kerugiannya yaitu kesalahan
penggunaan obat meningkat, persediaan mutu obat tidak
terkendali, pencurian obat meningkat dan meningkatkan kerugian
karena obat sering rusak.
4. Individual Prescription System (IPS)
Sistem distribusi ini merupakan sistem penyaluran obat
kepada pasien secara individu sesuai dengan resep yang ditulis
oleh dokter, setiap resep dikaji dan disiapkan oleh Instalasi
Farmasi. Keuntungan dari sistem ini yaitu semua resep dikaji
langsung oleh Apoteker memberi kesempatan interaksi antara
dokter, Apoteker, perawat dan pasien serta mempermudah
penagihan biaya kepada pasien, sedangkan kerugian sistem
distribusi ini yaitu kemungkinan keterlambatan sediaan obat dan
terjadi kesalahan penyiapan obat karena kurang pemeriksaan.
31
3.3 Pengelolaan Pelayanan Resep
3.3.1 Pengelolaan Resep di Instalasi Puskesmas Rawat jalan
Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang harus dikerjakan mulai dari
menerima resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien. Semua resep
yang telah dilayani oleh puskesmas harus dipelihara dan disimpan minimal
dua tahun. Puskesmas Kedungmundu memliki empat macam warna resep
yaitu :
1.Resep warna putih : untuk pasien dengan KTP asli Semarang sehingga
dibebaskan dari pembiayaan restribusi
3. Resep warna biru : untuk pasien Jamkesmas wilayah tingkat kota (PBI)
Untuk menjamin pelayanan obat dan kepentingan pasien maka obat yang
ada di Puskesmas Kedungmundu Semarang kepada pasien sesuai dengan
penyakit yang diderita oleh pasien. Semua obat yang ada di Puskesmas
Kedungmundu Semarang pada dasarnya dapat digunakan melayani semua
pasien yang datang ke puskesmas. Berikut laporan penggunaan obat dibagi
menjadi 3 macam:
3.3.1.1 Laporan Harian
32
3.3.1.3 Laporan Tahunan
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker dan TTK (Tenaga
Teknis Kesehatan) untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat
(contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan
stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang memadai).
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan
pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
33
Tujuan:
b. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang.
c. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau
yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
a. Menganalisis laporan efek samping Obat.
b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping Obat.
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat (Depkes RI, 2014).
2. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat
yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:
a. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
b. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Membuat catatan awal.
c. Memperkenalkan diri pada pasien.
d. Memberikan penjelasan pada pasien.
e. Mengambil data yang dibutuhkan.
f. Melakukan evaluasi.
34
g. Memberikan rekomendasi
3. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau (rasional).
Tujuan:
a. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
b. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu (Depkes RI, 2014).
Sasaran pelayanan farmasi adalah meningkatkan mutu kehidupan seorang pasien,
melalui pencapaian hasil terapi yang pasti berkaitan dengan obat. Hasil yang diusahakan oleh
pelayanan farmasi ialah kesembuhan pasien, peniadaan atau pengurangan
gejala,menghentikan atau memperlambat suatu penyakit, pencegahan suatu penyakit atau
gejalanya (Siregar,2003). Program JKN (Jaminan Keshatan Nasional) merupakan bagian dari
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan social yang bersifat wajib. Kebutuhan dasar kesehatan masyakat wajib
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintah. JKN wajib diterapkan di Instasi pelayanan kesehatan pemerintah, maka
puskesmas dalam melaksanakan semua kegiatan pelayanan kesehatan mengikuti program
JKN, baik tindakan medis, perawatan, pelayanan farmasi dapat diterima pasien yang
mendapatkan asuransi kesehatan masyarakat. Peserta JKN diberikan nomor identitas tunggal
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Peserta Askes social dari PT.
Askes (Persero), program Jamkesmaskot dan Kartu Identitas Miskin (KIM) yang belum
mendapatkan nomor identitas tunggal dari peserta BPJS, tetap dapat mengakses pelayanan
dengan menggunakan identitas yang sudah ada (Depkes RI,2014).
36
lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tandatoksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan obat.
2. Pasien
Memberikan informasi obat kepada pasien dengan sopan dan suara yang jelas
sehingga pasien dapat mengerti informasi yang didapatkan dan pengobatan akan
efektif. Informasi yang dibutuhkan oleh pasien yaitu :
1. Cara penggunaan obat
2. Waktu penggunaan obat
3. Lama penggunaan obat
4. Efek terapi atau khasiat obat
5. Hal-hal yang mungkin timbul
6. Cara penyimpanan obat.
37
BAB IV
PEMBAHASAN
38
Ijin tidak masuk kerja dapat diajukan kepada kepala Puskesmas Kedungmundu
maksimal satu hari sebelum tanggal ijin. Laporan kehadiran pegawai disampaikan
oleh bagian TU (Tata Usaha) saat melakukan apel pagi di hari Senin. Saat apel
Kepala Puskesmas juga menyampaikan hal-hal terkait kinerja, pelayanan serta
evaluasi program kerja yang telah terlaksana.
Berkaitan dengan ijin kerja, jika Apoteker di Puskesmas Kedungmundu
berhalangan hadir di Puskesmas, pelayanan obat dilakukan oleh Asisten Apoteker
yang dibantu oleh satu orang tenaga administrasi. Hal ini dikarenakan kurangnya
tenaga Apoteker di Puskesmas.
39
Metode Perencanaan yang digunakan di Puskesmas Kedungmundu yaitu:
a. Metode Konsumsi
Metode Konsumsi di Puskesmas Kedungmundu digunakan
berdasarkan obat yang sering digunakan oleh pasien.
b. Metode Epidemiologi
Metode Epidemiologi tersebut digunakan oleh Puskesmas
Kedungmundu untuk obat-obat program seperti obat TB paru, imunisasi,
program hamil, dan cacingan.
40
ditandatangani oleh petugas penerima obat, petugas wajib menuliskan jenis
yang kurang (rusak, jumlah kurang, dan lain-lain). Setiap penambahan obat,
dicatat dan dibuktikan pada buku penerima obat dan kartu stok.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan yang kami laksanakan mulai tanggal 1 Juli 2017
hingga tanggal 31 Juli 2017 di Puskesmas Kedungmundu Semarang maka dapat kami
simpulkan :
5.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, A.N. 2012. Tips Membuka Usaha Farmasi dan Alat-alat Kesehatan. Jakarta : D-
Medika.
Depkes RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi. Jakarta: Direktorat Jendral
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Jakarta: Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Direktorat Jendral
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor
Farmasi. Jakarta: Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika. Jakarta: Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit. Jakarta :
Direktorat Jendral Binakefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
43
Hartono, 2004 Manajemen Logistika, Universitas Hasanudin, Makasar.
Oscar, L., dan Jauhar, M. 2016. Dasar-dasar Manajemen Farmasi. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Siregar, C. J.P. 2003. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smith, H. A., Ph.D. 1986. Effective Pharmacy Management Third Edition. USA: Marion
Laboratories, Inc., Marion Park Drive, Kansas City.
44
GAMBAR
45
Gambar 3. Visi Misi dan Motto Puskesmas Kedungmundu
46
Gambar 5. Ruang Laboratorium Puskesmas Kedungmundu
47
Gambar 7 . Papan Alur Pelayanan di Puskesmas Kedungmundu
48
Gambar 9. Ruang Imuniasasi, KIA, dan KB, Puskesmas Kedungmundu
49
Gambar 11. Gudang Obat Puskesmas Kedungmundu
50
Gambar 13. Ruang ASI dan MTBS puskesmas Kedungmundu
51
Gambar 15. Kegiatan PROLANIS
52
Gambar 17. APEL Pagi Bersama
53
Gambar 19. Ruang Periksa Puskesmas Pembantu Mangunharjo
54
Gambar 21. Ruang Periksa Puskesmas Sendangmulyo
55
Gambar 23. Puskesmas Pembantu Mangunharjo
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 2 : Etiket obat luar dan dalam
58
Lampiran 4 : Kartu Stock
59
Lampiran 5 : Kartu Stok Gudang
60
Lampiran 6 : Contoh Resep
61
Lampiran 7 : Contoh transaksi obat
62
Lampran 8 : Lembar Bukti Penyerahan Obat kepada Pasien
63
Lampiran 9 : SIMPUS Kota Semarang Puskesmas Kedungmundu
64
Lampiran 10 : Contoh Brosur Penyuluhan Untuk Lansia
65
66
Lampiran 11 : Berita Acara Pemusnahan Obat Kadaluarsa
67
Lampiran 12 : Berita Acara Serah Terima Obat dan Perbekalan Kesehatan yang Rusak/Kadaluarsa
68
Lampiran 13 : Berita Acara Serah Terima Obat
69
Lampiran 14 : Daftar Obat Rusak atau Kadaluarsa
70
Lampiran 15 : Pengadaan Obat secara elektronik
71
Lampiran 16 : Kwitansi Pembelian dan Faktur Penjualan
72
Lampiran 17 : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
73
Lampiran 18 : Laporan penggunaan Sediaan Narkotika
74
Lampiran 19 : Laporan Penggunaan Sediaan Psikotropika
75
Lampiran 20 : Surat Bukti Barang Keluar
76
Lampiran 21 : Surat Serah Terima Obat Narkotika/Psikotropika yang Rusak/Kadaluarsa
77
Lampiran 22 : Surat Pemusnahan Obat Kepada DKK
78
DAFTAR TABEL
KEPALA PUSKESMAS
ASISTEN
ANALIS
APOTEKER
BIDAN PERAWAT
SANITARIAN
79
Tabel 3 : Struktur Organisasi Puskesmas Kedungmundu
80
Tabel 4 : Alur Penyerahan Obat Puskesmas Kedungmundu
81
BUKU KERJA PKL
82