MODUL 1
JUDUL
AM DEMODULATOR
GRUP
5D
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
2. Rani Agtiani
3. Riri Fitriani
N I L A I :
KETERANGAN :
REJECTION BAND AMPLIFIER
1. Tujuan Percobaan
- Membuat rangkaian Demodulator AM
- Menjelaskan fungsi masing-masing komponen
- Mengenal tiga tegangan yang terdapat pada sinyal AM yang diarahkan
- Menjelaskan fungsi LPF setelah rangkaian penyearah
- Menjelaskan pengaruh tegangan DC reerensi pada HF carrier dan indeks
modulasi
- Menjelaskan pengaruh komponen yang digunakan baik yang sesuai
ataupun yang tidak pada output demodulator
4. Teori Dasar
Pada praktek radio dan televisi, sering timbul keperluan untuk membuang
atau melemahkan suatu band rekuensi atau suatu frekuensi tertentu. Sebagai
contoh, frekuensi intermesiate (IF) dari superheterodyne AM, sekitar 460 KHz.
Sebuah pemancar yang menggunakan frekuensi ini akan menembus, tanoa
menghiraukan penalaan, lalu frekuensi 460 Khz akan diperkuat oleh IF amlifier
walaupun tanpa mixing (pencampuran)
Oleh karenanya, pada penerima radio, rangkaian tertentu digunakan untuk
menapis IF ini, sebelum ia mencapai mixer. Rangkaian inilah yang dipraktekan
pada percobaan ini.
Rangkaian penyampur superheterodyne menghasilkan komponen-
komponen sinyal pada frekuensi IF yang adalah selissih antara frekuensi osilator
dan frekuensi sinyal. Jika ujung depan (tingkat RF) penerima tidak mempunyai
talaan yang sangat selektif, bila ditala pada suatu frekuensi sinyal fs IF, tingkat
RF juga akan memberikan respon pada sinyal fo + IF. Sinyal yang lain ini
disebutka sebagai frekuensi bayangan fi, yang diberikan oleh :
fi = fs 2IF
dimana tanda plus digukanan ketika fo>fs dan tanda minus digunakan
apabila fo<fs. Frekuensi bayangan ini hanya dapat ditolak oleh selektivitas
rangkaian-rangkaian tala yang ditempatkan didepan penyampur. Jika frekuensi
bayangan sudah terlanjur diubah menjadi IF, maka frekuensi tersebut tidak
mungkin lagi dipisahkan dari frekuensi yang dikehendaki.
Sebuah rangkaian osilator, dengan fo = 460 Khz, membentuk bagian dari
suatu pembagi tegangan, dan bagian lain menjadi resistanso input amplifier.
Rangkaian osilator, sebagai suatu resistansi seri efektif di pembagi, merupakan
resistansi yang besar pada saat resonansi dan melemahkan tegangan output (seperti
terlihat digambar 1)
Dengan demikian, suatu rangkaian osilator paralel terhubung seperti ini,
dapat disebut sebagai sebuah filter pembuang (rejection filter).
Pelemahan tambahan dihasilkan dengan membuat suatu lintasan umpan
balik pada rangkaian osilator (seperti rangkaian yang terlihat pada gambar 2). Pada
rangkaian tersebut, gain dengan umpan balik, yaitu Gb, akan berkurang sesuai
dengan kenaikan frekuensi. Rumus untuk Gb adalah sebagai berikut :
1 1 21
= +
22
5. Langkah Percobaan
- Untuk 5.1.1
Gelombang sinus = 500 kHz
Vpp = 6 vpp
- Untuk 5.1.2
Fungsi dari Dioda : untuk memotong gelombang
Fungsi dari C4 : untuk membuang tegangan carrier
- Untuk 5.2.1
max 8
= = 4 = 33,33 %
+
- Untuk 5.2.2
Pengaruh C1 : menghilangkan tegangan carrier
Tiga unsur utama pada titik B adalah:
1. resistor
2. capasitor
3. dioda
- Untuk 5.2.3 dan 5.3.1
Perbandingan tegangan titik B , D dan E
- Untuk 5.3.1
Tampilan tegangan pada titik E
- Untuk 5.3.2
Bagaimana tegangan referensi bila tegangan carrier meningkat?
Tegangan referensi akan meningkat juga nilai amplitude nya
- Untuk 5.3.3
Perubahan indeks modulasi berpengaruh pada besarnya gelombang pada
amplitudenya.
Untuk 5.4.1
Pengaruh harga C1
F=500 Hz F=4.5 Hz
Sebab : Terjadi pengaruh komponen pada tegangan semakin kecil
tegangan semakin kecil pada tegangn yang di dapat.
7. Analisa
Pada percobaan ini dimana sinyal informasi (LF) ditumpangkan pada
sinyal pembawa yang menumpang pada amplitudo dari sinyal pembawanya.
Sinyal yang frekuensinya tinggi merupakan sinyal pembawa dan yang rendah
merupakan sinyal informasi.
Dari data percobaan ketika sinyal input diberikan dari function generator
sebesar 500 khz dan 6 Vpp ke mixer, pada osiloskop terlihat gambar outputnya
termodulasinya seperti yang bisa dilihat pada data hasil percobaan, outputnya
mempunyai suatu pita frekuensi. Bagian sisi atas dan sisi bawah pita frekuensi
yang terlihat pada output merupakan bentuk gelombang informasi yang
dimodulasikan dengan sinyal pembawa yang frekuensinya lebih besar. Dari
gambar yang terlihat bahwa sinyal termodulasi dihasilkan dengan cara sinyal
informasi berada ada amplitude positif (atas) dan amplitudo negative (bawah) dari
sinyal pembawa. Pada dua sisi band tersebutlah sinyal pembawa ditumpangkan
oleh sinyal informasi.
Frekuensi dari sinyal informasi yang menumpang pada sinyal pembawa
tidak mengalami perubahan saat proses modulasi. Sinyal informasi dimodulasi
dengan merubah ubah nilai amplitudenya.
Ketika sinyal LF digerakan ke upper envelope, posisinya jika
dibandingkan antara sinyal termodulasi dengan sinyal informasi ialah simetris.
Bentuk upper envelope sama dangan bentuk sinyal informasi yang dimodulasikan.
Amplitudo dari sinyal pembawa merupakan titik posisi zero untuk sinyal
informasi.
Jika sinyal LF berubah, maka akan mempengaruhi gelombang
termodulasinya, karena gelombang output dari band sinyal termodulasinya
bergantung pada bentuk sinyal informasi.
Pada saat posisi zero sinyal HF mempunyai bentuk yang sama pada saat
amplitude sinyal LF positif, hal ini tidak menyebabkan amplitude modulasi HF
bertambah, tapi yang bertambah itu merupakan amplitude dari sinya informasi
yang dimodulasi. Jadi pada saat memodulasi, harus memperhatikan nilai
amplitude kedua sinyal.
Seperti yang dapat dilihat pada data percobaan, besarnya amlplitudo sinyal
informasi mempengaruhi nilai indeks modulasi pada sinyal output
termodulasi.Nilai indeks modulasi yang kecil akan mempengaruhi kecacatan
sinyal termodulasi, nilai indeks yang hampir mendekati nilai 1 juga akan
mempengaruhi kualitas sinyal termodulasi yang menyebabkan sinyal informasi
tidak dapat terbaca pada sinya termodulasinya. Indeks modulasi yang baik rata
rata berkisar pada kisaran 0,80. Pada keadaan tersebut sinyal informasi dapat
terbaca dengan jelas pada sinyal termodulasinya.
Indeks modulasi ini sangat dipengaruhi oleh besar amplitudo sinyal LF.
Sehingga dalam modulasi ini harus diperhatikan dalam perubahan amplitudo
sinyal LF maupun sinyal HF-nya.
Fungsi diode pada percobaan kali ini untuk memotong gelombang, dan
juga fungsi kapasitor untuk membuang tegangan carrier.
8. Kesimpulan
- Sinyal informasi ditumpangkan pada amplitude sinyal pembawa
- Amplitudo Modulasi merupakan modulasi dimana amplitude berubah
sesuai dengan amplitude pembawa (audio)
- Besarnya indeks modulasi mempengaruhi cacat atau tidaknya sinyal
informasi yang dimodulasi dengan sinyal pembawa.
- Semakin besar sinyal pembawa frekuensi tinggi yang dimodulasikan oleh
sinyal frekuensi rendah maka semakin besar pula hasil modulasinya.
- Jika sinyal LF ( low frequency ) ke upper Envelope maka output dari
upper Envelope akan sama dengan modulating signal
- Modulasi Amplitudo (AM) adalah teknik yang digunakan dalam
komunikasi elektronik, paling sering untuk mengirimkan informasi
melalui radio gelombang pembawa. PM dapat bekerja dengan
menvariasikan kekuatan sinyal ditransmisikan dalam kaitannya dengan
informasi yang sedang dikirim
Referensi
AMPLITUDO MODULASI
dinyatakan sebagai .
Tujuan dari modulasi adalah untuk memindahkan posisi spektrum dari sinyal
data, dari pita spektrum yang rendah (base band) ke pita spektrum yang jauh lebih tinggi
(bandpass). Hal ini dilakukan pada transmisi data tanpa kabel (dengan antena), yang
mana dengan membesarnya frekuensi data yang dikirim, maka dimensi antenna yang
digunakan akan mengecil.
Term yang pertama menyatakan bahwa xDSB(t) mempunyai spektrum yang sama
dengan m(t) tetapi beramplitudo setengahnya dan posisi spektrumnya bergeser ke
kanan sejauh frekuensi pembawa C.
Term kedua menyatakan hal sama sehubungan dengan amplitudonya, tetapi
pergeseran spektrumya sekarang ke kiri.
Berikut ini akan digambarkan bentuk-bentuk sinyal dalam proses modulasi, baik
sebagai fungsi waktu ataupun dalam bentuk spektralnya (gambar 2.2-2.4).
Demodulasi sinyal DSB-AM
Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 2.10a dan 2.10b. Jika syarat di persamaan
(2.15) terpenuhi, maka amplop (pembungkus) dari sinyal termodulasi sama
dengan sinyal informasi yang ingin kita dapatkan.
Jadi kasus pada gambar 2.10b tak memenuhi syarat pada persamaan (2.15). Dalam
proses demodulasi dengan menggunakan detector amplop, maka sinyal yang
dihasilkan adalah kurva yang digambar dengan garis terpotong-potong di atas.
Pada kasus di gambar 2.10a kita dapati sinyal informasi, sedang pada kasus di
gambar
2.10b tidak.
Sinyal yang diterima akan disaring dengan filter lolos tengah sesuai dengan posisi
spektralnya masing-masing, dan setelah didemodulasikan, maka disaring lagi
dengan filter lolos bawah untuk menghilangkan sinyal-sinyal berfrekuensi tinggi