Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO


SEMESTER V TH 2012/2013

MODUL 1

JUDUL

AM DEMODULATOR

GRUP

5D
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


PEMBUAT LAPORAN : Rani Agtiani

NAMA PRAKTIKAN : 1. Muzadeq Mursid

2. Rani Agtiani

3. Riri Fitriani

TGL. SELESAI PRAKTIKUM : 11 September 2012

TGL. PENYERAHAN LAPORAN : 18 September 2012

N I L A I :

KETERANGAN :
REJECTION BAND AMPLIFIER

1. Tujuan Percobaan
- Membuat rangkaian Demodulator AM
- Menjelaskan fungsi masing-masing komponen
- Mengenal tiga tegangan yang terdapat pada sinyal AM yang diarahkan
- Menjelaskan fungsi LPF setelah rangkaian penyearah
- Menjelaskan pengaruh tegangan DC reerensi pada HF carrier dan indeks
modulasi
- Menjelaskan pengaruh komponen yang digunakan baik yang sesuai
ataupun yang tidak pada output demodulator

2. Alat dan komponen


- 2 Universal patch panels
- 1 AM Function Generator
- 1 Dual trace osciloscop
- 1 Resistor 470 , 4.7 k
- 3 Resistor 10 k
- 1 Electrolit capasitor 2.2 F
- 1 Capasitor 47 pF
- 2 Capasitor 1 pF, 0,1 F, 10 nF
- 1 Diode AA 118
3. Gambar Rangkaian

4. Teori Dasar

Pada praktek radio dan televisi, sering timbul keperluan untuk membuang
atau melemahkan suatu band rekuensi atau suatu frekuensi tertentu. Sebagai
contoh, frekuensi intermesiate (IF) dari superheterodyne AM, sekitar 460 KHz.
Sebuah pemancar yang menggunakan frekuensi ini akan menembus, tanoa
menghiraukan penalaan, lalu frekuensi 460 Khz akan diperkuat oleh IF amlifier
walaupun tanpa mixing (pencampuran)
Oleh karenanya, pada penerima radio, rangkaian tertentu digunakan untuk
menapis IF ini, sebelum ia mencapai mixer. Rangkaian inilah yang dipraktekan
pada percobaan ini.
Rangkaian penyampur superheterodyne menghasilkan komponen-
komponen sinyal pada frekuensi IF yang adalah selissih antara frekuensi osilator
dan frekuensi sinyal. Jika ujung depan (tingkat RF) penerima tidak mempunyai
talaan yang sangat selektif, bila ditala pada suatu frekuensi sinyal fs IF, tingkat
RF juga akan memberikan respon pada sinyal fo + IF. Sinyal yang lain ini
disebutka sebagai frekuensi bayangan fi, yang diberikan oleh :
fi = fs 2IF
dimana tanda plus digukanan ketika fo>fs dan tanda minus digunakan
apabila fo<fs. Frekuensi bayangan ini hanya dapat ditolak oleh selektivitas
rangkaian-rangkaian tala yang ditempatkan didepan penyampur. Jika frekuensi
bayangan sudah terlanjur diubah menjadi IF, maka frekuensi tersebut tidak
mungkin lagi dipisahkan dari frekuensi yang dikehendaki.
Sebuah rangkaian osilator, dengan fo = 460 Khz, membentuk bagian dari
suatu pembagi tegangan, dan bagian lain menjadi resistanso input amplifier.
Rangkaian osilator, sebagai suatu resistansi seri efektif di pembagi, merupakan
resistansi yang besar pada saat resonansi dan melemahkan tegangan output (seperti
terlihat digambar 1)
Dengan demikian, suatu rangkaian osilator paralel terhubung seperti ini,
dapat disebut sebagai sebuah filter pembuang (rejection filter).
Pelemahan tambahan dihasilkan dengan membuat suatu lintasan umpan
balik pada rangkaian osilator (seperti rangkaian yang terlihat pada gambar 2). Pada
rangkaian tersebut, gain dengan umpan balik, yaitu Gb, akan berkurang sesuai
dengan kenaikan frekuensi. Rumus untuk Gb adalah sebagai berikut :
1 1 21
= +
22

5. Langkah Percobaan

5.1 susun rangkaian seperti pada gambar. Pengukuran tanpa modulasi.


Generator 1 : gel. Sinus 500 KHz Upp : 6 V
5.1.1 gunakan carrier tanpa modulasi ke input dan tunjukkan pada kanal
osiloskop kanal 1, gunakan kanal 2 untuk mengukur tegangan pada titik B,
C, dan D. Gambar ketiga tegangan tersbut pada lembaran kerja. (gunakan
warna yang berbeda)
5.1.2 jelaskan kegunaan komponen D: R1-C1, R2-C2, C4

5.2 Generator 1: gel sinus, carrier frequency Fc=500 KHz


Generator 2: gel sinus, acrrier frequency Fs=1 KHz
Atur indeks modulasi pada titik A, dengan sebuah sinyal AM Vpp=8 V
max dan 4 V min
5.2.1 hitung indeks modulasi
5.2.2 periksa tegangan di B. Lepas C1 dan jelaskan bentuk sinyalnya untuk
lebih jelasnya frekensi carrier dapat dilepas. Pasang C1 dan jelaskan
pengaruhnya (tegangan B terdiri dari 3 bagian)
5.2.3 ukur tegangan pada C dan D pada kanal osiloskop. Gambar hasilnya pada
lembar kerja. Perbedaan apa yang terjadi pada titik pengukuran C dan B?
Apa fungsi C4?

5.3 set generator dan osiloskop seperti sebelumnya. Sinyal AM tetap


tunjukkan pada kanal 1
5.3.1 tunjukkan tegangan pada E (jadikan satu dengan gambar langkah 5.2.3).
berikan penjelasan hasilnya.
5.3.2 tunjukkan tegangan referensi pada E, ubah amplitudo carrier. Jelaskan
pengaruh perubahan tegangan carrier pada tegangan referensi
5.3.3 dengan amplitudo carrier sepeeti semula, periksa pengaruh perubahan
tegangan carrier pada tegangan referensi, dan bagaimana jika indeks
modulasi turun hingga 0 %?
5.4 pengaruh harga komponen. Set generator dan osiloskop seperti
sebelumnya dan frekuensi generator 2, set menurut petunjuk sebelumnya.
5.4.1 variasi C1: 1 nF, 10 nF, 100 nF. Tunjukkan tegangan pada D, gunakan
frekuensi sinyal 4,5 KHz dan 500 Hz. Jelaskan pengaruh harga C1 pada
respon LF
5.4.2 variasi C1: 4.7 pF, 1 nF, 10 nF. Tunjukkan tegangan pada D, gunakan
frekuensi sinyal 4,5 KHz dan 500 Hz. Jelaskan pengaruh harga C1 pada
respon LF
6. Data Percobaan

- Untuk 5.1.1
Gelombang sinus = 500 kHz
Vpp = 6 vpp

- Untuk 5.1.2
Fungsi dari Dioda : untuk memotong gelombang
Fungsi dari C4 : untuk membuang tegangan carrier

- Untuk 5.2.1
max 8
= = 4 = 33,33 %
+

- Untuk 5.2.2
Pengaruh C1 : menghilangkan tegangan carrier
Tiga unsur utama pada titik B adalah:
1. resistor
2. capasitor
3. dioda
- Untuk 5.2.3 dan 5.3.1
Perbandingan tegangan titik B , D dan E

- Untuk 5.3.1
Tampilan tegangan pada titik E
- Untuk 5.3.2
Bagaimana tegangan referensi bila tegangan carrier meningkat?
Tegangan referensi akan meningkat juga nilai amplitude nya

- Untuk 5.3.3
Perubahan indeks modulasi berpengaruh pada besarnya gelombang pada
amplitudenya.

Untuk 5.4.1
Pengaruh harga C1
F=500 Hz F=4.5 Hz
Sebab : Terjadi pengaruh komponen pada tegangan semakin kecil
tegangan semakin kecil pada tegangn yang di dapat.

7. Analisa
Pada percobaan ini dimana sinyal informasi (LF) ditumpangkan pada
sinyal pembawa yang menumpang pada amplitudo dari sinyal pembawanya.
Sinyal yang frekuensinya tinggi merupakan sinyal pembawa dan yang rendah
merupakan sinyal informasi.
Dari data percobaan ketika sinyal input diberikan dari function generator
sebesar 500 khz dan 6 Vpp ke mixer, pada osiloskop terlihat gambar outputnya
termodulasinya seperti yang bisa dilihat pada data hasil percobaan, outputnya
mempunyai suatu pita frekuensi. Bagian sisi atas dan sisi bawah pita frekuensi
yang terlihat pada output merupakan bentuk gelombang informasi yang
dimodulasikan dengan sinyal pembawa yang frekuensinya lebih besar. Dari
gambar yang terlihat bahwa sinyal termodulasi dihasilkan dengan cara sinyal
informasi berada ada amplitude positif (atas) dan amplitudo negative (bawah) dari
sinyal pembawa. Pada dua sisi band tersebutlah sinyal pembawa ditumpangkan
oleh sinyal informasi.
Frekuensi dari sinyal informasi yang menumpang pada sinyal pembawa
tidak mengalami perubahan saat proses modulasi. Sinyal informasi dimodulasi
dengan merubah ubah nilai amplitudenya.
Ketika sinyal LF digerakan ke upper envelope, posisinya jika
dibandingkan antara sinyal termodulasi dengan sinyal informasi ialah simetris.
Bentuk upper envelope sama dangan bentuk sinyal informasi yang dimodulasikan.
Amplitudo dari sinyal pembawa merupakan titik posisi zero untuk sinyal
informasi.
Jika sinyal LF berubah, maka akan mempengaruhi gelombang
termodulasinya, karena gelombang output dari band sinyal termodulasinya
bergantung pada bentuk sinyal informasi.
Pada saat posisi zero sinyal HF mempunyai bentuk yang sama pada saat
amplitude sinyal LF positif, hal ini tidak menyebabkan amplitude modulasi HF
bertambah, tapi yang bertambah itu merupakan amplitude dari sinya informasi
yang dimodulasi. Jadi pada saat memodulasi, harus memperhatikan nilai
amplitude kedua sinyal.
Seperti yang dapat dilihat pada data percobaan, besarnya amlplitudo sinyal
informasi mempengaruhi nilai indeks modulasi pada sinyal output
termodulasi.Nilai indeks modulasi yang kecil akan mempengaruhi kecacatan
sinyal termodulasi, nilai indeks yang hampir mendekati nilai 1 juga akan
mempengaruhi kualitas sinyal termodulasi yang menyebabkan sinyal informasi
tidak dapat terbaca pada sinya termodulasinya. Indeks modulasi yang baik rata
rata berkisar pada kisaran 0,80. Pada keadaan tersebut sinyal informasi dapat
terbaca dengan jelas pada sinyal termodulasinya.
Indeks modulasi ini sangat dipengaruhi oleh besar amplitudo sinyal LF.
Sehingga dalam modulasi ini harus diperhatikan dalam perubahan amplitudo
sinyal LF maupun sinyal HF-nya.
Fungsi diode pada percobaan kali ini untuk memotong gelombang, dan
juga fungsi kapasitor untuk membuang tegangan carrier.

8. Kesimpulan
- Sinyal informasi ditumpangkan pada amplitude sinyal pembawa
- Amplitudo Modulasi merupakan modulasi dimana amplitude berubah
sesuai dengan amplitude pembawa (audio)
- Besarnya indeks modulasi mempengaruhi cacat atau tidaknya sinyal
informasi yang dimodulasi dengan sinyal pembawa.
- Semakin besar sinyal pembawa frekuensi tinggi yang dimodulasikan oleh
sinyal frekuensi rendah maka semakin besar pula hasil modulasinya.
- Jika sinyal LF ( low frequency ) ke upper Envelope maka output dari
upper Envelope akan sama dengan modulating signal
- Modulasi Amplitudo (AM) adalah teknik yang digunakan dalam
komunikasi elektronik, paling sering untuk mengirimkan informasi
melalui radio gelombang pembawa. PM dapat bekerja dengan
menvariasikan kekuatan sinyal ditransmisikan dalam kaitannya dengan
informasi yang sedang dikirim

Referensi
AMPLITUDO MODULASI

Pengertian Amplitudo Modulasi:


Modulasi amplitudo adalah proses memodulasi isyarat frekuensi rendah pada
gelombang frekuensi tinggi dengan mengubah-ubah amplitudo gelombang frekuensi
tinggi tanpa mengubah frekuensinya. Frekuensi rendah ini disebut isyarat pemodulasi
dan frekuensi tinggi adalah pembawa. Metode ini dipakai dalam transmisi radio AM
untuk memungkinkan frekuensi audio dipancarkan ke jarak yang jauh, dengan cara
superposisi frekuensi audio pada pembawa frekuensi radio yang dapat dipancarkan
melalui antena. Frekuensi radio adalah frekuensi yang dipakai untuk radiasi energi
elektromagnetik koheren yang berguna untuk maksud-maksud komunikasi. Frekuensi
radio terendah adalah sekitar 10 kHz dan jajarannya merentang hingga ratusan GHz.
Pembawa yang termodulasi terdiri dari tiga frekuensi yang semuanya RF, yaitu fc
Pembawa. fc + fm Frekuensi samping atas. fc fm Frekuensi samping bawah. Jika
pembawa digambarkan oleh ec = Asinct disini dan isyarat pemodulasi oleh
em = Asinmt disini maka amplitudo pembawa termodulasi dapat

dinyatakan sebagai .
Tujuan dari modulasi adalah untuk memindahkan posisi spektrum dari sinyal
data, dari pita spektrum yang rendah (base band) ke pita spektrum yang jauh lebih tinggi
(bandpass). Hal ini dilakukan pada transmisi data tanpa kabel (dengan antena), yang
mana dengan membesarnya frekuensi data yang dikirim, maka dimensi antenna yang
digunakan akan mengecil.

Radiasi gelombang elektromagnetika akan berlangsung dengan efisien, jika


ukuran antenanya sebanding dengan panjang gelombang. Dengan contoh di atas,
transmisi data 1 menjadi problematik, sedangkan data 2 lebih mudah untuk
ditransmisikan.

Kegunaan lain dari modulasi adalah, dengannya dimungkinkan proses pengiriman


data/informasi melalui suatu media yang sama secara bersamaan. Proses modulasi terjadi
dengan melakukan variasi pada salah satu besaran karakteristik dari sinyal pembawa
(yang berfrekuensi tinggi) seirama dengan sinyal data(yang berfrekuensi rendah). Sinyal
pembawa yang telah dimodulasikan ini di sebut sinyal termodulasi. Sinyal data disebut
juga sinyal pemodulasi. Alat, di mana proses modulasi ini terjadi, disebut juga modulator.

Sinyal pembawa bisa didefinisikan dengan rumus:


x (t) = A(t) cos(ct + (t)) (2.1)
dengan c = 2 f
Jenis Amplitudo Modulasi:
1. Modulasi Amplitudo jalur ganda
Bentuk dari sinyal yang termodulasi amplitudo dengan jalur ganda memiliki
bentuk sinyal

Jadi modulator DSB-AM berfungsi sebagai pengali sinyal pembawa dengan


sinyal data.
Ao merupakan konstanta yang muncul dalam proses perkalian.
Persamaan xDSB(t) di atas dituliskan dalam bentuk fungsi waktu. Dalam bentuk
spektrumnya kita bisa hitung dengan mencari transformasi Fourier dari xDSB(t)

Dari persamaan (2.7) bisa kita interpretasikan:

Term yang pertama menyatakan bahwa xDSB(t) mempunyai spektrum yang sama
dengan m(t) tetapi beramplitudo setengahnya dan posisi spektrumnya bergeser ke
kanan sejauh frekuensi pembawa C.
Term kedua menyatakan hal sama sehubungan dengan amplitudonya, tetapi
pergeseran spektrumya sekarang ke kiri.
Berikut ini akan digambarkan bentuk-bentuk sinyal dalam proses modulasi, baik
sebagai fungsi waktu ataupun dalam bentuk spektralnya (gambar 2.2-2.4).
Demodulasi sinyal DSB-AM

Sinyal DSB-AM xDSB(t) dikalikan dengan sinyal pembawanya secara koheren


cos (ct) ,berarti, sinyal pengalih di demodulator ini tak mempunyai beda phasa
dengan sinyal pembawa yang kita gunakan di modulator. Kemudian disaring
spektrum yang rendahnya dengan filter lolos bawah (low-pass filter).
Proses demodulasi sinyal DSB-AM ini, sinyal pembawa harus diregenerasikan
oleh
pesawat penerima untuk bisa kemudian digunakan sebagai fungsi pengali (gambar
2.5). Proses ini biasanya dilakukan oleh suatu rangkaian yang dinamkan phase-
locked loop. Dalam proses modulasi ini, sinyal pembawa tak secara eksplisit
diketahui, modulasi amplitudo ini dinamakan juga DSB-SC (double side band
supressed carrier). Dalam proses demodulasinya kita dihadapi oleh suatu hal yang
sensitif, karena sinyal pembawa yang harus diregenerasikan haruslah koheren
dengan sinyal pembawa yang ada di pesawat pemancar (dalam proses modulasi).
Berikut ini kita akan melihat pengaruh dari sinyal pembawa terregenerasi yang
tidak
koheren, yang disebabkan oleh kesalahan pada phasa dan kesalahan pada
frekuensi pada sinyal tersebut.

2. Modulasi Amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa


Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa, atau yang lebih dikenal
dengan nama modulasi amplitudo biasa (AM), diperkenalkan untuk menghindari
problem pertama yang dihadapi oleh DSB-SC. Yaitu dengan cara menambahkan
suatu konstanta ke sinyal informasi, sebelum dikirimkan ke modulator.
Proses demodulasi sinyal AM dilakukan dengan cara yang berbeda dari
demodulasi
terhadap DSB-SC. Yaitu dengan menggunakan detektor amplop (envelope
detector),
tetapi rangkaian ini hanya akan bekerja dengan benar, yaitu menghasilkan sinyal
informasi yang diinginkan, jika

Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 2.10a dan 2.10b. Jika syarat di persamaan
(2.15) terpenuhi, maka amplop (pembungkus) dari sinyal termodulasi sama
dengan sinyal informasi yang ingin kita dapatkan.

Sinyal termodulasi pada gambar 2.10a terbentuk dengan

sedang sinyal termodulasi pada gambar 2.10b terbentuk dengan

Jadi kasus pada gambar 2.10b tak memenuhi syarat pada persamaan (2.15). Dalam
proses demodulasi dengan menggunakan detector amplop, maka sinyal yang
dihasilkan adalah kurva yang digambar dengan garis terpotong-potong di atas.
Pada kasus di gambar 2.10a kita dapati sinyal informasi, sedang pada kasus di
gambar
2.10b tidak.

3. Frequency-Division Multiplexing (FDM)


Proses modulasi memberikan kemungkinan untuk melakukan multiplexing.
Multiplexing adalah suatu teknik yang mana dimungkinkannya pengiriman
beberapa sinyal secara berbarengan melalui saluran yang sama. Untuk
menghindari interferensi, maka sinyalsinyal tadi harus dimodulasikan sedemikian
rupa, sehingga antara sinyal-sinyal itu secara spectral tidak terjadi saling tindih
(bentuk spektrumnya harus terpisah satu sama lain). Gambar 2.11 menunjukkan,
bagaimana tiga sinyal yang mengalami proses multiplexing, yang kemudian
dikirimkan melalui saluran yang sama.

Sinyal yang diterima akan disaring dengan filter lolos tengah sesuai dengan posisi
spektralnya masing-masing, dan setelah didemodulasikan, maka disaring lagi
dengan filter lolos bawah untuk menghilangkan sinyal-sinyal berfrekuensi tinggi

Modulasi Amplitudo (AM) adalah teknik yang digunakan dalam komunikasi


elektronik, paling sering untuk mengirimkan informasi melalui radio gelombang
pembawa. PM dapat bekerja dengan menvariasikan kekuatan sinyal ditransmisikan
dalam kaitanyan dengan informasi yang sedang dikirim. Sebagai contoh, perubahan
dalam kekuatan sinyal dapat digunakan untuk menentukan suara untuk direproduksi
oleh loudspeaker , atau intensitas cahaya dari piksel televisi (Kontras ini dengan
modulasi frekuensi , juga biasa digunakan untuk transmisi suara, di mana frekuensi
yang bervariasi, dan modulasi fase , sering digunakan pada remote kontrol , di mana
fase yang bervariasi)
Pada pertengahan 1870-an, suatu bentuk modulasi amplitudo-awalnya disebut "arus
undulatory"-adalah metode pertama yang berhasil menghasilkan audio berkualitas
melalui saluran telepon. Dimulai dengan Reginald Fessenden 's demonstrasi audio
pada tahun 1906, itu juga metode asli yang digunakan untuk transmisi radio audio,
dan tetap yang digunakan saat ini oleh berbagai bentuk komunikasi-"AKU" sering
digunakan untuk merujuk pada mediumwave siaran band (lihat AM radio ).
Sebagai awalnya dikembangkan untuk telepon listrik, modulasi amplitudo digunakan
untuk menambahkan informasi audio ke bertenaga rendah arus yang mengalir
langsung dari pemancar telepon untuk penerima. Sebagai penjelasan sederhana, pada
akhir transmisi, mikrofon telepon digunakan untuk memvariasikan kekuatan arus
dikirim, sesuai dengan frekuensi dan kenyaringan dari suara yang diterima.
Kemudian, pada akhir penerimaan jalur telepon, listrik ditransmisikan saat ini terkena
dampak dari elektromagnet, yang diperkuat dan melemah dalam menanggapi
kekuatan arus. Pada gilirannya, elektromagnet yang dihasilkan getaran dalam
penerima diafragma , sehingga erat mereproduksi frekuensi dan kenyaringan dari
suara awalnya terdengar di pemancar.
Berbeda dengan telepon, dalam komunikasi radio apa yang dimodulasi adalah
gelombang kontinu sinyal radio ( gelombang pembawa ) yang diproduksi oleh
pemancar radio . Dalam bentuk dasarnya, modulasi amplitudo menghasilkan sinyal
dengan daya terkonsentrasi pada frekuensi pembawa dan dalam dua berdekatan
sidebands . Setiap sideband sama bandwidth dengan yang sinyal modulasi dan
merupakan bayangan cermin dari yang lain. Amplitudo modulasi yang menghasilkan
dua sidebands dan pembawa sering disebut double modulasi amplitudo sideband
(DSB-AM). modulasi amplitudo tidak efisien dalam hal penggunaan kekuasaan dan
banyak dari itu yang terbuang. Setidaknya dua pertiga daya yang terkonsentrasi dalam
sinyal carrier, yang tidak membawa informasi yang berguna (selain kenyataan bahwa
sinyal hadir), sedangkan sisa daya dibagi antara dua sidebands identik, walaupun
hanya satu ini diperlukan karena mereka berisi informasi yang identik.
Untuk meningkatkan efisiensi pemancar, pembawa dapat dihapus (dirahasiakan) dari
sinyal AM. Hal ini menghasilkan pengurangan penularan carrier atau double-
sideband ditekan-carrier (DSBSC) sinyal. Sebuah amplitudo ditekan-carrier skema
modulasi adalah tiga kali lebih hemat energi dibandingkan tradisional DSB-AM. Jika
operator hanya sebagian ditekan, a-sideband mengurangi double-carrier (DSBRC)
hasil sinyal. DSBSC dan DSBRC sinyal pembawa perlu untuk dibuat ulang (oleh
frekuensi osilator beat , misalnya) menjadi didemodulasi menggunakan teknik
konvensional .
Bahkan efisiensi yang lebih besar dicapai-dengan mengorbankan peningkatan
pemancar dan penerima kompleksitas-oleh benar-benar menekan kedua pembawa dan
salah satu sidebands. Hal ini -sideband modulasi tunggal , banyak digunakan dalam
radio amatir karena penggunaan efisien dari kedua kekuasaan dan bandwidth.
Bentuk sederhana dari AM sering digunakan untuk digital komunikasi -off keying
pada , jenis -shift keying amplitudo dimana biner data digambarkan sebagai ada atau
tidak adanya gelombang pembawa Hal ini umumnya digunakan pada frekuensi radio
untuk mengirimkan kode Morse, disebut sebagai gelombang continue (CW) operasi.

Gambar kedalaman Modulasi

Anda mungkin juga menyukai