Azeotrop Beserta Pemisahan
Azeotrop Beserta Pemisahan
Azeotrop merupakan campuran dari dua atau lebih larutan (kimia) dengan perbandingan
tertentu , dimana komposisi ini tetap / tidak bisa diubah lagi dengan cara destilasi
sederhana. Kondisi ini terjadi karena ketika azeotrop di didihkan, uap yang dihasilkan
juga memiliki perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya semula akibat
ikatan antar molekul pada kedua larutannya (Supriyono, 2011).
Azeotrop positif
Jika titik didih campuran azeotrop kurang dari titik didih salah satu larutan
konstituennya, contoh campuran 95,63 etanol dan 4,37 % air, etanol mendidih pada
suhu 78,4 OC sedangkan air mendidih pada suhu 100 OC, tetapi
campurannya/azeotropnya mendidih pada suhu 78,2 OC (Supriyono, 2011).
Azeotrop Negatif
Jika titik didih campuran azeotrop lebih dari titik didih konstituennya atau salah satu
konstituennya. Contoh campuran asam klorida pada konsentrasi 20,2 % dan 79,8 % air.
Asam klorida (murni) mendidih pada suhu -84OC, tetapi campuran azeotropnya memiliki
titik didih 110OC (Supriyono, 2011).
perubahan fase permeat dari cair menjadi uap selama perpindahan bahan. Umpan
dalam proses pervaporasi berfase cair (Rautenbach & Albercht, 1989).
Pengaruh tekanan bawah pada sisi permeat terhadap selektivitas tidak berubah secara
signifikan oleh kenaikan tekanan bawah.
3. Suhu
Selektivitas bergantung pada suhu umpan, selektivitas menurun dengan meningkatnya
suhu (Smitha et al., 2004).
4. Ketebalan lapisan
Keunggulan
f. Menghemat tempat
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh membran Zeolit NaA yang dapat
digunakan untuk pervaporasi etanol-air. Selain itu, dari penelitian ini diharapkan dapat
diketahui kinerja dari membran Zeolit NaA yang diperoleh dalam pemisahan campuran
etanol-air. Membran zeolit dibuat dengan proses sintesis hidrotermal dimana bahan
baku zeolit yang berupa jel dikontakan dengan permukaan support dan dipanaskan.
Parameter yang divariasikan antara lain adalah konsentrasi jel, metode sintesis, dan
kondisi pervaporasi yaitu laju alir pada 300, 1000, dan 1500 cm3/menit serta temperatur
pada 25, 40, dan 60 derajat C (Permata, 2012)
Pada percobaan ini dihasilkan membran zeolit NaA yang dapat digunakan untuk
pervaporasi. Namun kinerja dan stabilitas membran belum memuaskan. Fluks dan
selektivitas pervaporasi etanol dipengaruhi oleh laju alir dan temperatur operasi.
Pervaporasi adalah salah satu proses pemisahan dengan membran yang dapat dijadikan
alternatif untuk meningkatkan kemurnian alkohol dari komposisi azeotropnya dengan
kebutuhan energi yang rendah. Prinsip pemisahan pada pervaporasi adalah dengan
memanfaatkan perbedaan solubilitas dan difusivitas komponen. Unjuk kerja pervaporasi
diukur dengan fluks permeat dan selektivitas pemisahan.Membran yang digunakan pada
proses pervaporasi alkohol-air adalah membran yang bersifat hidrofilik. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa membran CA/zeolit dapat digunakan sebagai
membran pada proses pervaporasi campuran etanol-air dengan unjuk kerja yang baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja membran CA/zeolit dalam
pemisahan campuran akohol-air dan mempelajari pengaruh temperatur operasi
terhadap kinerja membran (Permata, 2012).
2.Extractive Distillation
Produk atas kolom pertama tersebut kemudian didistilasi kembali pada kolom yang
bertekanan lebih rendah (kolom kedua).Produk bawah kolom kedua menghasilkan
propanol murni sedangkan produk atasnya merupakancampuranpropanol-ethyl acetate
yang komposisinya mendekati komposisi azeotropnya.
Berikut ini gambar kurva kesetimbangan uap cair campuran propanol-ethyl acetate pada
tekanan tinggi dan rendah. Bawah kolom kedua menghasilkan propanol murni
sedangkan produk atasnya merupakan campuran propanol-ethyl acetate yang
komposisinya mendekati komposisi azeotropnya. Berikut ini gambar kurva
kesetimbangan uap cair campuran propanol-ethyl acetate pada tekanan tinggi dan
rendah.Dari gambar pertama dapat dilihat bahwa feed masuk kolom pada
temperatur 108,2 0C dengan komposisi propanol 0,33. Pada kolom pertama (P=2,8 atm),
komposisi azeotrop yaitu sebesar 0,5 sehingga distilat yang diperoleh berkisar pada nilai
tersebut sedangkan bottom yang diperolehberupa ethyl acetate murni.
Untuk memperoleh propanol murni, distilat kemudian didistilasi lagi pada kolom kedua
(P=1,25atm). Distilat ini memasuki kolom kedua pada temperatur 82,60C. Komposisi
azeotrop pada kolom kedua yaitu 0,38 sehingga kandungan propanol pada distilat
berkisar pada nilai tersebut. Bottom yang diperoleh pada kolom kedua ini berupa
propanol murni. Bila diperhatikan, titik azeotrop campuran bergeser dari 0,5%-mol
propanol menjadi 0,38%-mol propanol. Jadi, dengan metode pressure swing
distillation ini, dapat diperoleh propanol dan ethyl acetate dengan kemurnian yang
tinggi. Dan untuk lebih mengoptimasi proses, distilat keluaran kolom 2 dapat direcycle
dan dicampur dengan aliran umpan untuk didistilasi kembali.
2. Extractive Distillation
Produk bawah terdiri dari campuran pelarut dan komponen lainnya, yang sekali lagi
dapat dipisahkan dengan mudah karena pelarut tidak membentuk sebuah azeotrop
dengan itu. Produk bawah dapat dipisahkan oleh salah satu metode yang
tersedia. Sangat penting untuk memilih pemisahan pelarut yang cocok untuk jenis
distilasi.
Pelarut harus mengubah volatilitas relatif dengan selisih yang cukup lebar untuk hasil
yang sukses. Kuantitas, biaya dan ketersediaan pelarut harus dipertimbangkan. Pelarut
harus mudah dapat dipisahkan dari produk dasar, dan tidak harus bereaksi secara kimia
dengan komponen atau campuran, atau menyebab korosi di dalam peralatan. Sebuah
contoh klasik yang akan dikutip di sini adalah pemisahancampuran azeotrop benzena
dan cyclohexane, di mana anilina adalah salah satu pelarut yang cocok