Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PUASA DAN TINGKAT REGULASI KEMARAHAN

Very Julianto
UIN Sunan Kalijaga, Jl. Marsda Adisucipto, Yogyakarta
Pipih Muhopilah
UIN Sunan Gunung Djati, Jl. AH Nasution No 105 Bandung
e-mail: pipihmuhopilah7@gmail.com

Abstract

The research aimed to understand the relation between fasting and the anger regulation.
Subjects researchs were 100 students of UIN Sunan Gunung Djati Bandung taken by random
sampling. Subjects consist of 43 man and 57 woman. This research used quantitative method.
Data was collected by questionare, and method of analysis was Pearsons correlation test.
The result has shown there is relation between fasting and the anger regulation with scale of
correlation was 54%. Subject that often fasting, carbohydrate input was lower so that the
subject had high level of anger regulation.

Keywords: fasting, carbohydrate, anger regulation

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan puasa dengan tingkat regulasi
kemarahan. Subjek penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati
Bandung yang diambil secara acak, terdiri dari 43 orang laki-laki dan 57 perempuan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan data menggunakan kuesioner,
dan metode analisis menggunakan uji pearson C. Hasil penelitian ini menunjukan adanya
hubungan antara puasa dengan tingkat regulasi kemarahan dengan skala hubungan sebesar
54%. Subjek yang sering berpuasa pasokan karbohidrat yang masuk lebih rendah sehingga
mempunyai tingkat regulasi kemarahan yang tinggi.

Kata Kunci: puasa, karbohidrat, tingkat regulasi kemarahan.

PENDAHULUAN mengenai kemanusiaan yang adil dan


beradab. Hal ini juga jauh dari konsep
Akhir-akhir ini banyak peristiwa ke- masyarakat yang ideal baik dari segi
kerasan yang dilatar belakangi oleh tidak negara maupun dari segi agama, terlebih
terkendalinya kemarahan manusia. Rabu, 2 dengan mayoritas penduduk Indonesia
Maret 2014 ada tujuh rumah warga Desa beragama Islam (Sulaiman, 2013). Islam
Sempolo, Kecamatan Palimanan, Kabupa- mengajarkan kedamaian dan Rahmatan Lil
ten Cirebon, yang mengalami lemparan Alamin, hal ini tertera sebagaimana ayat
batu dari warga Desa Balerente yang berikut:
bersebelahan dengan desa tersebut (Pikiran
Rakyat, 2014). Sabtu, 10 Mei 2014 seo-
rang siswa SMP dibunuh oleh temannya, Artinya:
hingga meninggal dunia (Tribun Jabar, Kami tidak mengutus engkau,
2014). Komnas Perempuan dan Anak RI Wahai Muhammad, melainkan sebagai
mencatat jumlah kekerasan terhadap pe- rahmat bagi seluruh manusia (QS. Al-
rempuan mencapai 279.760 (Tribun Jabar, Anbiya: 107).
2014).
Fakta diatas sangat bertentangan Islam tidak menganjurkan perilaku
dengan cita-cita bangsa Indonesia, yang marah. Sebuah riwayat dijelaskan bahwa
tertera pada sila kedua Pancasila yaitu Abu Barkah menulis surat untuk puteranya

32
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 32 - 40

Abdullah, seorang hakim di Sajatsan. Isi Walaupun marah memiliki fungsi-


surat tersebut sebagai berikut: fungsi adaptif seperti tertera di atas, namun
ada aturan-aturan yang membatasi ekspresi

amarah. Aturan-aturan itu biasa disebut

display rules. Display rules berfungsi un-
Artinya: tuk mengatur pada situasi apa, kepada
Janganlah kamu menentukan hu- siapa, dan bagaimana mengekspresikan
kum kepada dua pihak yang berselisih da- amarah. Aturan tersebut bersifat tidak
lam keadaan marah karena aku mende- tertulis. Ia berkembang sebagai norma dari
ngar Rasulullah SAW berkata, janganlah kebudayaan di sekitar individu. Sejak
seseorang diantara kalian menentukan masa bayi proses sosialisasi display rules
suatu hukum pada kedua pihak yang dan bentuk-bentuk emosi lainnya sudah
sedang berselisih dalam keadaan marah. dapat diobservasi (Lewis & Haviland,
2000). Ketidakmampuan memahami dis-
Dalam Islam sendiri seorang muslim play rules berhubungan dengan pola in-
sangat dianjurkan untuk mampu mengen- teraksi dan hubungan individu dengan
dalikan atau meregulasi kemarahannya. lingkungannya pada masa perkembangan
Kata regulasi dalam bahasa Inggris disebut selanjutnya (Eisenberg, 1994; Lewis &
regulation, yang artinya peraturan (Echols Haviland, 2000). Kesulitan dalam mengen-
& Shadiy, 2007). Bahasa Indonesia me- dalikan amarah pada masa perkembangan
ngartikan regulasi memiliki makna ke- dapat diasosiasikan dengan psikopatologi
mampuan menyesuaikan hidup (Nurhayati, (Cassey & Schlosser, 1994; Lewis &
2005). Marah adalah suatu reaksi emo- Haviland, 2000) atau penyakit lainnya
sional yang terlatih atau terbiasakan dalam (Barefoot et all., 1989; Lewis & Haviland,
kehidupan sehari-hari (Purwanto & 2000).
Mulyono, 2009). Jadi regulasi kemarahan Penelitian Stenberg dan Campos
yaitu sebuah kemampuan untuk mengatur (1990) serta Izard et all (1987) dalam
emosi marah. Ragam emosi yang kasar itu Lewis & Haviland (2000) menunjukkan
dapat disingkirkan atau sekurang-kurang- bahwa ekspresi marah pertama kali tampak
nya dapat dikendalikan sehingga tidak pada bayi usia 4 bulan. Kemarahan yang
menimbulkan berbagai akibat atau bahaya ditujukan pada figur sosial baru tampak
yang fatal, yang akan disesali sepanjang pada bayi berusia 7 bulan (Stenberg &
hidup (Purwanto & Mulyono, 2009). Campos, 1990; dalam Lewis & Haviland,
Lewis & Haviland (2000) menyata- 2000). Ekspresi marah mulai berkembang
kan bahwa fungsi adaptif marah bagi sejak usia 1 bulan dan mulai tampak ketika
manusia dan lingkungannya. Ketika marah usia 3 bulan. Ekspresi marah lama sema-
muncul ini merupakan salah satu cerminan kin berkembang dan semakin kompleks.
kondisi psikologis dan fisiologis internal. Ekspresi marah pada bayi terkait dengan
Apabila seseorang sering marah-marah upaya-upaya untuk menguasai lingkungan
maka mungkin saja ada sekresi berlebih fisik di sekitarnya dan amarah tersebut
dari salah satu hormon di dalam tubuhnya akan merujuk pada suatu strategi peme-
atau ada salah satu fungsi psikologis yang cahan masalah. Menurut Jenkins dkk.,
terganggu. Marah juga sangat membantu (1995), ekspose terhadap situasi emosional
dalam sistem pertahanan diri. Marah se- tertentu akan mempengaruhi ekspektasi
ringkali menunjukkan posisi dan dominasi anak terhadap interaksi di masa yang akan
sosial individu serta kondisi hubungan datang ( dalam Lewis & Haviland, 2000).
antara manusia dengan lingkungannya, Menurut Hude (2006) ekspresi
terutama lingkungan sosial. Hubungan marah terbagi menjadi empat macam. Eks-
tersebut mempengaruhi respon individu presi marah yang pertama adalah ekspresi
terhadap sebuah situasi. marah yang tampak pada raut muka. Hal

33
Hubungan Puasa dan Tingkat Regulasi Kemarahan (Very Julianto, Pipih Muhopilah)

ini sebagaimana dalam Quran surat An- Menurut teori Cannon-Bard stimuli emosi-
Nahl ayat 58-59 dan surat Az-Zukhruf ayat onal memiliki dua efek eksitatorik inde-
17 tentang adanya emosi marah dapat penden yakni membangkitkan perasaan
mengakibatkan perubahan pada raut muka. emosi di otak dan ekspresi emosi di sistem
Perubahan raut muka dengan ungkapan saraf otonom dan somatic. Pengalaman
muswaddan (hitam pekat) merupakan emosional dan ekspresi emosional sebagai
gambaran ekspresi emosi marah yang sebuah proses-proses yang paralel dan
dialami orang saat itu. Ekspresi marah tidak memiliki hubungan kausal langsung.
yang kedua adalah ekspresi marah dengan Namun perkembangan biopsikologi mo-
kata-kata. Hal ini menurut Al-Quran Surat dern menunjukan bahwa persepsi, rasa
Thaha ayat 86 menyiratkan emosi marah takut, dan reaksi fisiologis mempunyai
yang meletup-letup dalam bentuk kata- hubungan yang saling berhubungan satu
kata. Surat Al-Qalam ayat 48 dan surat sama lain (Pinel, 2009). Menurut model
Al-Anbiya ayat 87-88 menggambarkan kubus emosi tiga dimensi Lovheim (dalam
adanya pelepasan diri (Escape) sementara Pinel, 2009) menyebutkan bahwa kema-
dari kondisi masyarakat yang rusak. Eks- rahan dihasilkan oleh kombinasi serotonin
presi marah yang ketiga adalah ekspresi rendah, dopamine tinggi, dan noradrenalin
marah dengan tindakan. Hal ini tertulis yang tinggi. Marah merupakan gambaran
pada Surat Ali-Imran ayat 119 dan surat perasaan terhadap suatu objek, seperti
Al-Araf ayat 150. Dalam ayat tersebut peristiwa, perilaku orang, hubungan sosial,
menunjukan pelampiasan emosi marah dan keadaan lingkungan (Saam & Wah-
secara langsung dan pelampiasan ekspresi yuni, 2012).
marah yang ditunda untuk sementara Saat stimulus yang menimbulkan
waktu sampai keadaan dirasa aman. ketegangan diterima oleh organ sensorik,
Ekspresi marah dengan diam adalah amigdala dan prefrontal cortex mengirim-
bentuk ekspresi marah yang keempat. Pada kan sinyal bahaya ke divisi simpatetik dari
Surat Yusuf ayat 77 dan 84-85 menunjuk- saraf otonom yang selanjutnya memberi
an ekspresi marah dengan diam. Pada ayat perintah kepada kelenjar adrenalin untuk
84 Nabi Yaqub tidak kuasa menumpahkan mengeluarkan hormon epinephrin dan
kemarahan pada anak-anaknya sendiri, dan noneprinephrin yang menimbulkan berba-
semua persoalan diserahkan kepada Allah. gai kondisi emosional (Wade & Tavis,
Pada ayat 77 nabi Yusuf tidak menunjukan 2007). Hal ini menimbulkan adanya pesan
kemarahannya sebagai skenario untuk kimiawi dalam tubuh berupa stimulasi
bertemu dan mengumpulkan kembali keu- yang kuat sehingga tubuh lebih siaga.
tuhan keluarganya tidak kandas ditengah Kesiagaan ini terlihat pada melebarnya
jalan. pupil mata, detak jantung bertambah, kece-
Marah merupakan salah satu emosi patan bernafas bertambah, tekanan darah
primer yang dimiliki manusia. Menurut bertambah, serta bertambahnya energi.
teori James-Large, manusia menerima Pada saat siaga ini, aktivitas pencernaan
stimuli sensorik yang menginduksi emosi melambat karena aliran darah dari perut
yang diterima dan di interpretasikan oleh dan usus dialihkan ke otot dan kulit
korteks. Interpretasi oleh korteks akan sehingga mengakibatkan wajah seseorang
memicu perubahan pada organ-organ yang tengah marah kelihatan merah.
visceral melalui sistem saraf otonom dan Pada saat marah berbagai makanan
pada otot-otot skeletal melalui sistem saraf yang kita makan terutama karbohidrat
somatik yang akhirnya memicu pengala- mengeluarkan energi. Karbohidrat menye-
man emosi di otak (Pinel, 2009). diakan glukosa yang kemudian diubah
Pengalaman-pengalaman emosi ini menjadi energi. Energi ini disalurkan ke
akan memacu aktivitas dan perilaku oto- otak serta sistem saraf. Glukosa ini disim-
nom seperti detak jantung yang kuat. pan dalam bentuk glikogen di dalam hati

34
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 32 - 40

dan baru dikeluarkan jika tubuh membu- (self control), dan saat seseorang dapat
tuhkannya dengan cara mengubah kembali mengendalikan diri dan menguasai diri
glikogen menjadi glukosa dan menyalur- terhadap dorongan yang datang dari luar
kannya ke anggota tubuh yang membutuh- maupun dari dalam dirinya adalah orang
kan. Tubuh hanya dapat menyimpan yang sehat jiwanya.
glikogen dalam jumlah terbatas, yakni Fathanah & Anna (2011) menyata-
untuk keperluan energi beberapa jam. kan bahwa puasa sunat sangatlah baik dan
Tubuh mempertahankan konsentrasi gula dapat merubah sifat hidup. Puasa memben-
darah agar dapat berfungsi optimal. Pada tuk akhlak yang baik seperti rendah diri,
saat puasa gula darah dikatakan normal tidak sombong, tidak riya', saling mem-
apabila berkisar 70-120 mg/100 ml. Apa- bantu, menghormati antar sesama, terjaga
bila gula darah berlebih (di atas 170 jiwanya, emosi lebih terkendali, pikiran
mg/100 ml) maka tubuh akan mengeluar- lebih tenang, tubuhnya menjadi lebih sehat
kan hormon insulin yang diproduksi oleh dan memiliki sifat kedermawanannya sa-
sel-sel beta pulau Langerhans. Hormon ngat tinggi. Rutin berpuasa juga dapat me-
insulin akan keluar pada saat menerima ngendalikan diri.
rangsangan dari hormon glukagon dan Hidayah (2014) menyatakan adanya
hormon-hormon saluran cerna (Almatsier, perbedaan tekanan darah antara santri yang
2004). terbiasa berpuasa Senin Kamis dengan
Pada saat puasa karbohidrat yang santri yang tidak terbiasa berpuasa Senin
masuk akan menjadi terbatas. Asupan Kamis. Dari 54 santri yang berpuasa Senin
karbohidrat yang terbatas membuat tubuh Kamis didapat hasil 39 santri (72,2%)
mengeluarkan hormon glukokortikoid atau memiliki tekanan darah normal dan 15
hormon steroid untuk menghubungkan santri (27,8%) memiliki tekanan darah
gula darah (glukosa) dengan merangsang tidak normal. Sementara dari 56 santri
glukoneogenesis. Hormon ini yang dipro- yang tidak terbiasa berpuasa Senin Kamis
duksi hormon adrenal. Hormon ini meng- hanya 17 santri (30,4%) memiliki tekanan
hubungkan penggunaan glukosa dan me- darah normal dan sebagian besar lainnya
ningkatkan laju perubahan protein menjadi 39 santri (69,6%) memiliki tekanan darah
glukosa. Cara kerja hormon ini berbeda tidak normal.
dan cenderung berkebalikan dengan cara Puasa (shaum) berarti menahan diri
kerja insulin. Bila gula darah turun secara (abstaining). Dalam Islam shaum berarti
mencolok maka produksi hormon tiroksin menahan diri untuk tidak makan, minum,
akan meningkat. Hal ini menyebabkan dan hubungan seksual sejak waktu subuh
glikogenosis dan glukoneogenesis dalam hingga magrib. Hal ini disebut dengan
hati juga meningkat sehingga menaikan puasa lahiriyah. Puasa lahiriyah seperti itu
gula darah. Tiroksin juga meningkatkan harus dibarengi dengan puasa bathiniyah,
laju absorpsi heksosa dari usus halus. yaitu menahan diri dari segala macam
(Almatsier, 2004). hawa nafsu, pikiran yang negatif, serta
Kita tidak dapat mengendalikan perbuatan dan perkataan yang tidak baik
berbagai kondisi emosional yang timbul (Subandi, 2009). Puasa, baik itu puasa
akibat hormon dari dalam tubuh kita. Kita sunnah maupun puasa wajib dalam Islam
hanya bisa mengendalikan perilaku kita merupakan bentuk latihan spiritual
(Wade & Tavis, 2007). Hal ini membuat (rhiyadah) untuk mendekatkan diri kepada
kita harus senantiasa melakukan berbagai Allah.
latihan agar bisa mengendalikan kemarah- Puasa adalah ritual ibadah yang
an tersebut. Rosita (2009) menyatakan menuntut pelakunya untuk mengendalikan
bahwa latihan yang dapat kita lakukan diri termasuk amarah. Sebagai negara yang
salah satunya yaitu dengan berpuasa. Pada memiliki umat muslim terbesar di dunia
hakikatnya puasa adalah pengendalian diri harusnya menjadikan negara Indonesia

35
Hubungan Puasa dan Tingkat Regulasi Kemarahan (Very Julianto, Pipih Muhopilah)

menjadi negara yang tenang dan damai. 1. Berusia antara 17-22 tahun. Pada masa
Namun fakta yang ada begitu banyaknya ini manusia telah memiliki emosi yang
kekerasan, kerusuhan, konflik serta perti- cukup matang dan merupakan periode
kaian yang terjadi menimbulkan pertanya- dalam kehidupan yang paling kurang
an mengapa hal ini bisa terjadi. Apakah religius (Hurlock, 1980)
ada hubungannya antara puasa dan 2. Frekuensi puasa perbulan 4 hari.
regulasi kemarahan? Maka dari itu
diperlukan suatu penelitian untuk menge- 3. Frekuensi puasa perbulan 4 hari.
tahui hubungan puasa terhadap tingkat Teknik pengumpulan data yang dila-
regulasi kemarahan. Penelitian ini berman- kukan dalam penelitian ini menggunakan
faat untuk menjadikan puasa untuk mende- metode kuesioner. Alat ukur penelitian ini
katkan diri kepada Allah sekaligus sebagai menggunakan skala Likert yaitu metode
latihan untuk mengelola kemarahan kita penskalaan pernyataan sikap yang meng-
serta menahan diri dari berbagai syahwat gunakan distribusi respons sebagai dasar
(Anwar, 2010). Tidak hanya puasa wajib penentuan nilai skalanya (Azwar, 2013).
yang dilaksanakan pada bulan ramadhan Dalam penelitian ini digunakan alat ukur
namun juga puasa sunah di luar bulan berupa skala berdasarkan konsep kecer-
ramadhan. Perintah untuk berpuasa tertera dasan emosi menurut Goleman dengan
dalam surat Al-Baqarah ayat 184 yaitu dengan reliabilitas 0,7714 (Wardani,
sebagai berikut: 2008). Data yang didapat, akan dilakukan
analisis statistik menggunakan uji korelasi
Pearson.

Artinya: HASIL DAN PEMBAHASAN
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai- Data sosiodemografi subjek peneliti-
mana diwajibkan atas orang-orang sebe- an mencakup gambaran umum karakterisik
lum kamu agar kamu bertakwa (Q.S. Al- subjek penelitian, disajikan pada tabel 1.
Baqarah: 183)
Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Subjek
METODE PENELITIAN Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk Rincian Persentase
meneliti hubungan dari variabel indepen- Karakteristik
(n) (%)
den (puasa) pada variabel dependen (regu- Lama Puasa
lasi kemarahan). Subjek pada penelitian ini
<4 Hari 50 50
berjumlah 100 orang yang terdiri dari 43
laki-laki dan 57 perempuan. Menurut 4 Hari 50 50
Hurlock (1980) wanita memiliki ketaatan Jenis Kelamin
beragama yang lebih baik dibanding laki- Pria 43 43
laki, sedangkan menurut Pinel (2009) laki- Wanita 57 57
laki mempunyai tingkat kemarahan yang
lebih tinggi di banding perempuan. Subjek Tabel 1 menunjukan bahwa subjek
merupakan bagian dari jumlah dan karak- eksperimen berjumlah 100 orang. Seratus
teristik yang dimiliki oleh populasi (Sugi- orang tersebut berasal dari kategori orang
ono, 2007). yang berpuasa 4 hari sejumlah 50 orang
Subjek yang digunakan dalam pene- dan kategori orang yang berpuasa < 4 hari
litian ini memiliki karakteristik sebagai sejumlah 50 orang, dengan subjek 43
berikut : orang laki-laki dan 57 orang perempuan.

36
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 32 - 40

Deskripsi data penelitian disajikan Uji hipotesis yang dilakukan dalam


untuk mengetahui karakteristik data pokok penelitian ini menggunakan uji Pearson C.
yang berkaitan dengan penelitian yang Hasil uji hipotesis dapat dilihat dari tabel
dilakukan disajikan dalam tabel 2 dan 4.
tabel 3. Tabel 4. Analisis Variansi

Tabel 2.Kriteria tingkat regulasi Regulasi Puasa


kemarahan kemarahan
Pearson
1 .543**
Tingkat Skor Regulasi Correlation
regulasi kemarahan kemarahan Signifikansi .000
Rendah 70-89 N 100 100
Pearson
Sedang 90-109 .543** 1
Correlation
Puasa
Tinggi 110-129 Signifikansi .000
N 100 100
Tabel 4 menunjukkan bawa skor
Tabel 2 menunjukkan tingkatan korelasi pearson yang didapat yaitu 0,543
regu-lasi kemarahan yang dibagi kedalam dan tingkat signifikansi 0,000. Hal ini me-
3 kelompok yaitu kelompok rendah nunjukan bahwa p 0,05 hal ini menun-
dengan skor 70-98, kelompok sedang jukan bahwa terdapat hubungan antara
dengan skor 90-109 dan kelompok tinggi puasa dan tingkat regulasi kemarahan
dengan skor 110-129. yakni sebesar 0,543 (54%)
Berdasarkan telaah pustaka dan latar
Tabel 3. Kontingensi hubungan puasa belakang teoritik, dalam penelitian ini di-
terhadap tingkatan regulasi kemarahan ajukan hipotesis sebagai berikut:
Ada hubungan antara keteraturan
Puasa 4 Puasa 4 menjalankan puasa pada tingkat regulasi
Regulasi kemarahan
hari hari
Emosi Berdasarkan hipotesis tersebut de-
perbulan perbulan
Rendah 0 3 3 ngan 0,05 diperoleh tingkat signifikansi
Sedang 35 45 80 0,000 (0,05), berarti H0 ditolak dan H1
Tinggi 15 2 17 diterima dan korelasi yang didapat antara
50 50 100 kedua variabel signifikan, hipotesis telah
terbukti kebenarannya, tingkat korelasinya
Dari tabel 3 terlihat adanya perbe- yaitu 0,543 (54%) dengan reliabilitas
daan skor regulasi emosi pada orang yang 0,7714.
berpuasa 4 hari perbulan dan orang yang Hasil menunjukkan adanya hubung-
berpuasa 4 hari perbulan. Pada kelom- an positif antara rutinitas puasa dengan
pok orang yang berpuasa 4 hari perbulan tingkat regulasi kemarahan. Subjek yang
dari 50 orang responden yang berada pada rajin berpuasa memiliki tingkat regulasi
kelompok ini 35 orang berada pada tingkat kemarahan yang lebih baik. Baron &
regulasi emosi sedang dan 15 orang berada Byrne (dalam Muarifah & Martaniah,
pada tingkat regulasi tinggi. Pada kelom- 2004) menyatakan bahwa, penyebab dasar
pok subjek yang berpuasa 4 hari per- perilaku marah salah satunya adalah
bulan dari 50 orang responden yang berada dikarenakan adalah masalah biologis. Pada
pada kelompok ini 3 orang subjek berada saat kita berpuasa maka terjadinya pengu-
pada tingkat regulasi emosi rendah, 45 rangan asupan karbohidrat. Karbohidrat
subjek pada tingkat regulasi sedang, dan 2 sebagai sumber energi (Pratiwi, 2006).
subjek pada tingkat regulasi tinggi. Asupan karbohidrat yang terbatas

37
Hubungan Puasa dan Tingkat Regulasi Kemarahan (Very Julianto, Pipih Muhopilah)

membuat tubuh mengeluarkan hormon yang dilaksanakan pada bulan ramadhan


glukokortikoid atau hormon steroid untuk namun juga puasa sunah di luar bulan
mengurangi gula darah (glukosa) dengan ramadhan. Seperti yang tertera dalam surat
merangsang glukoneogenesis (Almatsier, Al-Baqarah ayat 184 tentang perintah
2004). berpuasa yaitu sebagai berikut:
Di dalam sistem pencernaan terdapat
kelenjar pencernaan yang berfungsi meng-

hasilkan enzin-enzim pencernaan. Pan-
kreas dan hati adalah salah satu kelenjar
pencernaan pada manusia yang beker- Artinya:
jasama untuk mengatur kadar gula darah. Hai orang-orang yang beriman,
Jika kadar gula dalam darah berlebihan, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai-
insulin akan merangsang hati untuk mana diwajibkan atas orang-orang sebe-
mengabsorpsi glukosa dan mengubahnya lum kamu agar kamu bertakwa (Q.S. Al-
menjadi glukogen agar kadar gula men- Baqarah: 183).
jadi normal kembali. Mekanisme cara ker-
ja insulin untuk menurunkan kadar gula Ada tiga faktor lain yang menunjuk-
darah diantaranya dengan merangsang sel- kan adanya hubungan antara tingkat
sel tubuh untuk menyerap lebih banyak regulasi kemarahan dengan puasa. Faktor
glukosa, meningkatkan kecepatan reaksi pertama adalah keadaan tubuh seseorang.
respirasi seluler yang menggunakan glu- Seseorang yang kondisi tubuhnya sedang
kosa, merangsang hati untuk mengabsorpsi kurang baik maka ia akan memiliki ke-
gula darah dan merangsang sel-sel lemak mungkinan untuk lebih cepat marah dan
untuk mengambil glukosa dan mengubah- apabila stimulus untuk marahnya makin
nya menjadi lemak (Pratiwi, 2006). Dari besar ia akan menunjukan regulasi tingkat
berbagai cara menyeimbangkan kadar gula kemarahan yang lebih rendah. Faktor yang
tersebut sebagian usaha yang dilakukan kedua adalah pikiran, konsep kognisi
tubuh adalah dengan menggunakannya terhadap suatu stimulus dapat menentukan
sebagai sumber energi. Jadi ketika sese- respon yang akan kita berikan. Ketika kita
orang memiliki kadar gula tinggi dari hasil menganggap bahwa stimulus eksternal itu
pencernaan maka seseorang tersebut ber- buruk maka akan membuat kita bisa
potensi untuk melakukan suatu hal yang merasa marah. Anggapan kita terhadap
lebih menguras energi sebagai usaha untuk stimulus eksternal akan berhubungan lang-
menyeimbangkan kadar gula dalam tubuh- sung pada tingkat regulasi kemarahan yang
nya. Hal ini yang terjadi ketika seseorang diekspresikannya. Faktor yang ketiga
marah, maka ia akan mengekspresikan adalah budaya (Wade & Tavris, 2007).
kemarahannya pada tingkatan yang lebih Lingkungan dan respon terhadap kema-
tinggi daripada biasanya. rahan kita akan menjadi penghubung
Marah dapat dikendalikan dengan bagaimana kita mengekspresikan atau
cara mengendalikan perilaku kita (Wade & meregulasi kemarahan (Purwanto, 2006) .
Tavis, 2007). Latihan yang dapat kita laku- Marah yang berlebihan dan intense
kan salah satunya yaitu dengan berpuasa. dapat berpengaruh buruk terhadap kehi-
Pada hakikatnya puasa adalah pengenda- dupan sosial dan kesehatan seseorang
lian diri (self control), dan saat seseorang (Carson & Parke, 1996; Lewis &
dapat mengendalikan diri dan menguasai Haviland, 2000). Melatih regulasi emosi
diri terhadap dorongan yang datang dari akan berdampak positif terhadap
luar maupun dari dalam dirinya adalah perkembangan sosial anak-anak (Denham
orang yang sehat jiwanya Rosita (2009). et al., 1997; Lewis & Haviland, 2000).
Latihan mengendalikan diri lewat berpuasa
tidak hanya dilakukan pada puasa wajib

38
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 32 - 40

SIMPULAN DAN SARAN Pada Santri Pesantren Mahasiswa


Qolbun Salim Walisongo Semarang.
Berdasarkan hasil uji hipotesis me- Undergraduate (S1) Thesis
nunjukkan hipotesis peneliti dapat Hardiansyah, H. Rumah Warga Dilempari
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pu- Batu. Pikiran Rakyat. Edisi 2 April
asa mempunyai hubungan positif terhadap 2014.
tingkat regulasi kemarahan. Dalam hu- Hurlock, E.B. 1980. Psikologi
bungan itu menunjukkan orang yang Perkembangan (Ed.5). Jakarta:
semakin sering melakukan puasa maka Erlangga.
tingkat regulasi kemarahannya semakin Hude, D. 2006. Emosi. Jakarta: Erlangga
tinggi dan orang yang semakin jarang Lewis, M. & Haviland-Jones, J.M. 2000.
berpuasa maka tingkat regulasi kema- Handbook of Emotions. Second
rahannya semakin rendah. Kita harus Edition. Chapter 37. New York: The
senatiasa berupaya untuk berpuasa sese- Guilford Press.
ring mungkin, karena selain puasa itu ha- Muarifah, A.& Sri, M.M. 2004.
kikatnya sebagai ibadah kepada Allah, Hubungan Keteraturan Menjalankan
puasa juga dapat dijadikan ajang untuk Sholat Dan Puasa Senin Kamis
melatih diri untuk mengendalikan regulasi Dengan Agresivitas.
kemarahan. Untuk penelitian lainnya Humanitas:Indonesian
diharapkan dapat meneliti puasa dengan Psychologycal Journal Vol.1 No.2
menggunakan alat ukur yang lebih modern Mu'in, G. M. 2009. Makna Puasa Sunat
seperti biomarker. Bagi Tiga Santri Pondok Pesantren
Istighfar Perbalan Purwosari
DAFTAR PUSTAKA Semarang Utara. Thesis. UIN Sunan
Kalijaga: Yogyakarta
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Nurhayati, T. K. 2005. Kamus Lengkap
Gizi. Jakarta: Gramedia. Bahasa Indonesia. Jakarta: Eska
Anonim. Siswa SMP Tewas Di Tangan Media Pers.
Temannya. Tribun Jabar. (diakses Pinel, J.P. 2012. Biopsikologi. Yogyakarta:
12 Mei 2014). Pustaka Pelajar.
Anwar, R. 2010. Akhlak Tasawuf. Pratiwi. 2006.Biologi. Jakarta: Erlangga.
Bandung: Pustaka Setia. Purwanto, Y. & Rachmat, M.
Azwar, S. 2013. Sikap Manusia: Teori 2009.Psikologi Marah: Bandung.
Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Refika Aditama.
Pustaka Pelajar Rosita, C.H. 2009. Puasa Dan
Echols, J.M & Hassan, S.2007. Kamus Pengendalian Diri Perspektif
Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Kesehatan Mental. Skripsi.
Pustaka Utama. Universitas Islam Negeri Sunan
Fathonah dan Anna, D.N. 2011. Hubungan Kalijaga.Yogyakarta.
Rutinitas Puasa Senin Kamis Saam, Zulfan & Wahyuni, S. 2012.
Terhadap Pengendalian Diri (Studi Psikologi Keperawatan. Jakarta:
Pada Santriwati Pondok Pesantren Raja Hrafindo Persada
Al-Manar Bener Tengaran Subandi, M.A. 2009. Psikologi Dzikir.
Semarang Tahun 2011). Skripsi. Jogja: Pustaka Belajar.
Hamzah, M.N. KPAI Catat Angka Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis.
Kekerasan Perempuan Capai Bandung: CV. Alfabeta.
279.760.http://www.aktual.co,(di Sulaiman, A. 2013. Pendidikan Pancasila
akses 16 Mei 2014) Dan Kewarganegaraan. Bandung:
Hidayah, N .2014. Hubungan Puasa Senin Fadillah Press.
Kamis Terhadap Tekanan Darah

39
Hubungan Puasa dan Tingkat Regulasi Kemarahan (Very Julianto, Pipih Muhopilah)

Wade, C. & Carol T. 2007.Psikologi. Wardani, N. 2008. Kecerdasan Emosional


Jakarta: Erlangga. Remaja Pandu Hizbul Wathan.
Skripsi.Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati. Bandung.

40

Anda mungkin juga menyukai